BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...

BAB I PENDAHULUAN. tentunya dengan perencanaan terpadu dengan peningkatan kegiatan manusia di

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Jaringan Kereta Api di Surakarta dan Kota-Kota Sekitarnya

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang. dan prasarana yang didukung oleh tata laksana dan sumber daya manusia

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

BAB I PENDAHULUAN. berjalan beriringan, terlebih di Daerah Istimewa Yogyakarta. Arus perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuatu yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses (usaha,

SEMARANG. Ngaliyan) Oleh : L2D FAKULTAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi dan mobilitas penduduk menjadi dua hal yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian khususnya perkotaan. Hal tersebut dikarenakan transportasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Surat Pernyataan... Lembar Pengesahan Tugas Akhir... Tanda Lulus Mempertahankan Tugas Akhir...

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I PENDAHULUAN. kereta api, angkutan air, dan angkutan udara (Warpani,1990). ke tahun 2014 yaitu hingga 10 juta unit dengan rata-rata rata-rata

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis faktor..., Agus Imam Rifusua, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

TERMINAL TIPE A KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 STASIUN TRANSIT MONORELBERBASIS SISTEMTRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT

Penentuan Prioritas Pengembangan Kawasan Transit Stasiun Gubeng dengan Konsep Transit Oriented Development

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR: TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT

Studi Rencana Induk Transportasi Terpadu Jabodetabek (Tahap II) Laporan Akhir: Ringkasan Laporan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tam

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. sarana dan prasarana mencakup pada sarana transportasi. Transportasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. oleh Negara Negara yang telah maju maupun oleh Negara yang sedang

PERENCANAAN??? MENGAPA DIPERLUKAN. Peningkatan jumlah penduduk. Penambahan beban jaringan jalan. & transportasi

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

selatan Ringroad dan sebagian Sleman yang berada di sebelah utara Ringroad. Meskipun demikian, kondisi wilayah perkotaan yang berada di dalam jalan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi suatu negara atau daerah tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun jumlah penduduk Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep transportasi didasarkan pada adanya perjalanan ( trip) antara asal ( origin) dan tujuan

BAB V PEMBAHASAN. Kota Surakarta

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan I.1. Pergub DI Yogyakarta No. 62 Tahun 2013 Tentang Pelestarian Cagar Budaya 2. Kamus Besar Bahasa Indonesia

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Impementasi BRT pada Negara Berkembang No Kota Tahun Berdiri Populasi Panjang jalur

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan masyarakat Jakarta dengan kendaraan pribadi sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Permintaan akan jasa transportasi dari penumpang/orang timbul akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. ini telah menjadi pendorong pada integrasi kota-kota besar di Indonesia, dan juga di

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MODEL PEMILIHAN MODA ANTARA LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DENGAN SEPEDA MOTOR DI JAKARTA

L E B A K B U L U S BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I BAB 1 PENDAHULUAN

Analisis Perpakiran Di Stasiun Depok Lama

BAB I PENDAHULUAN. yakni bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel. optimalisasi proses pergerakan tersebut.

Dr.Eng. MUHAMMAD ZUDHY IRAWAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Angkutan umum khususnya di provinsi D.I. Yogyakarta dalam sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkutan umum sebagai bagian sistem transportasi merupakan kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun perkembangan jumlah penduduk kota Yogyakarta semakin meningkat

Muhammad Hidayat Isa, Mewujudkan Transportasi yang Berkelanjutan Melalui Seminar Nasional Cities 2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kehidupan manusia di seluruh dunia tidak terlepas dari yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TERMINAL TERPADU AMPLAS BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1.1 Grafik Pergerakan Pesawat Domestik dan Internasional di Indonesia Sumber : Ditjen Perhubungan Udara, Kemenhub, 2015

DIV TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. semakin kompetitif. Hal ini dibuktikan dengan banyak munculnya perusahaan

PENELITIAN MODEL ANGKUTAN MASSAL YANG COCOK DI DAERAH PERKOTAAN. Balitbang bekerjasama dengan PT Karsa Haryamulya Jl.Imam Bonjol 190 Semarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. memegang peranan penting dalam aspek kehidupan. Aspek-aspek kehidupan yang

ANALISIS KESELAMATAN DAN KENYAMANAN PEMANFAATAN TROTOAR BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PEJALAN KAKI DI PENGGAL JALAN M.T. HARYONO KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III DESKRIPSI PROYEK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah kota yang berorientasi masa depan harus berkelanjutan dan sektor transportasi memiliki peran besar dalam hal ini. Sektor transportasi harus mampu memberikan kemudahan bagi seluruh masyarakat dalam segala kegiatan (Tamin dalam Kusbiantoro, 2007:13). Transportasi sebagai salah satu bagian dari kehidupan dan urat nadi pertumbuhan perekonomian suatu kota atau wilayah, tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan dan pertumbuhan wilayah. Terkait dengan perencanaan, transportasi berhubungan sangat erat dengan tata guna lahan sehingga dianggap membentuk satu landuse transport system. Sistem transportasi yang baik akan mampu mendukung aktivitas guna lahan dan sebaliknya, transportasi yang buruk serta tidak mampu melayani suatu tata guna lahan maka akan menjadi sia-sia karena tidak termanfaatkan. Maka dari itu, suatu rencana kota tidak pernah lepas dari tata guna lahan dan transportasi. Pemekaran kota (urban sprawl) dan perencanaan penggunaan lahan yang buruk berkontribusi besar terhadap kemacetan lalu lintas, polusi udara dan emisi gas rumah kaca (Vincent, 2008:9). Transportasi umum mampu mengurangi dampak pemekaran kota dengan menarik pengembangan disekitar stasiun transit dan perkembangan ini turut mendukung transportasi umum dengan menciptakan kondisi yang mampu memenuhi harapan penumpang dengan konsep pengembangan transportasi yang bersinergi dengan tata ruang guna memperkuat lingkungan atau yang dikenal dengan Transit Oriented Development (TOD). Banyak kota-kota yang memperkenalkan Transit Oriented Development (TOD) sebagai strategi manajemen pengembangan yang berkelanjutan dan sebagai suatu pendekatan landuse transit system yang merupakan penajaman dari landuse transport system. Berdasarkan penerapan TOD di beberapa kota besar, menunjukkan penurunan ketergantungan terhadap kendaraan pribadi, karena adanya pilihan yang cepat, murah dan mudah mencapai tujuan hanya dengan berjalan kaki dan menggunakan angkutan umum. 1

2 Yogyakarta dengan populasi 3.594.854 jiwa (profil Daerah Istimewa Yogyakarta, 2013) yang terkenal dengan sebutan kota pelajar, kota wisata dan kota budaya memberi dampak pada pesatnya pembangunan yang terjadi di Yogyakarta. Pertumbuhan penduduk di kota Yogyakarta semakin meningkat dari tahun ke tahun karena berkembangnya sarana prasarana terutama pendidikan, pariwisata, perdagangan dan keunikan kultur serta budaya yang menjadi daya tarik tersendiri bagi perkembangan kota. Perkembangan kota secara tidak langsung mempengaruhi pergerakan penduduknya. Pergerakan penduduk sebagai akibat dari adanya aktivitas penduduk tentunya membutuhkan alat untuk memobilisasi aktivitas tersebut yakni kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Apabila ditinjau secara umum jenis transportsai yang mendominasi adalah transportasi darat karena sangat efisien untuk menghubungkan dalam maupun luar kota Yogyakarta. Berdasarkan data BPS DIY diketahui bahwa pertumbuhan kendaraan bermotor di DIY mengalami kenaikan setiap tahunnya. Jumlah kendaraan bermotor sejak tahun 2006 hingga 2013 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 12,5 persen dan didominasi oleh kendaraan pribadi (mobil pribadi, mobil barang dan motor) sedangkan bus sebagai angkutan umum hanya sedikit jumlahnya sehingga berakibat pada timbulnya permasalahan transportasi salah satunya yakni kemacetan. Maka dari itu pada tahun 2008 pemerintah mulai mengoperasikan angkutan umum massal berupa Trans Jogja yang diharapkan mampu mengatasi kemacetan dengan mengalihkan penggunaan kendaraan pribadi ke angkutan umum. Hasil studi dunia menunjukkan bahwa pengalihan penggunaan kendaraan ke angkutan umum dipengaruhi desain kawasan di sekitar lokasi transit (Sung dan Oh, 2012; The City of Calgary, 2004). Hal ini mengindikasikan bahwa perlu adanya integrasi kawasan di sekitar lokasi transit dengan pendekatan jaringan dan sarana transportasi (Handayeni dan Putu, 2014). Keberadaan titik simpul sistem transportasi dapat mendorong pengembangan kota berorientasi transit. Disisi lain pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Yogyakarta yang terus berlangsung, memicu peningkatan pergerakan dan aktivitas penduduk. Sehingga secara tidak langsung kondisi ini menyebabkan adanya permintaan transportasi umum yang mampu melayani

3 penduduk dengan baik, namun titik simpul transportasi di DIY belum tertata secara baik dalam suatu sistem transportasi yang terintegrasi dengan guna lahan atau kawasan sekitarnya dan moda transportasi lainnya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya keluhan pengguna terhadap sarana prasarana di titik simpul transportasi seperti terminal dan stasiun serta ketidakterjangkauan titik-titik tersebut dari lokasi asal maupun tujuan perjalanan mereka karena lokasinya yang dianggap terlalu jauh, tidak ramah pejalan kaki dan terbatas akses terhadap moda transportasi lainnya. Potensi titik-titik simpul sistem transportasi yang menjadi katalisator aktivitas ekonomi D.I Yogyakarta, belum diteliti dengan baik terkait pengembangan berorientasi transit yang mempertimbangkan guna lahan atau kawasan sekitar dan integrasi dengan moda transportasi lainnya. Pendekatan Transit Oriented Development (TOD) merupakan konsep yang mengedepankan integrasi antara ciri kawasan di sekitar titik transit dengan jaringan sistem transit dan mengurangi penggunaan kendaran pribadi (Handayeni dan Putu, 2014). Selain itu dalam studi formulasi kebijakan transportasi Yogyakarta (2012), TOD merupakan salah satu sub program rencana strategi kebijakan dalam program kegiatan transportasi Yogyakarta kedepan, akan tetapi belum ada kajian lebih lanjut mengenai program tersebut. Maka dari itu perlu adanya studi mengenai potensi Transit Oriented Development (TOD) pada titik simpul sistem transportasi guna mewujudkan transportasi berkelanjutan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). 1.2 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka dapat dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana potensi kawasan sekitar titik simpul transportasi sebagai TOD? 2. Apa saja upaya yang dapat direkomendasikan untuk mengembangkan kawasan titik simpul transportasi yang berpotensi sebagai TOD?

4 1.3 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi titik-titik simpul yang berpotensi menjadi kawasan berorientasi transit dilihat dari kesiapan kawasan titik simpul terhadap kriteria TOD sehingga diketahui sejauh mana potensi kawasan tersebut beserta kekurangannya sebagai TOD untuk selanjutnya dapat dikembangkan secara optimal. Meskipun memilih dua titik simpul, peneliti tidak membandingkan kondisi antara keduanya namun mengkaitkan secara lebih luas sehingga kedepannya diharapkan titik simpul tersebut representatif bagi TOD di DIY. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai pertimbangan dan arahan bagi pemerintah dan swasta dalam mengembangkan titik-titik simpul transportasi berorientasi transit yang terintegrasi dan berkelanjutan 2. Sebagai masukan alternatif penyelesaian masalah transportasi yang kurang aksesibel terhadap kawasan sekitar dan antar moda 3. Sebagai masukan tentang peluang dan tantangan TOD di D.I Yogyakarta pada khususnya dan di Indonesia pada umumnya 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dalam hal ini terdiri dari lingkup wilayah dan lingkup subtansi. Ruang lingkup wilayah berfungsi untuk membatasi wilayah atau lokasi yang diteliti. Sedangkan ruang lingkup substansi berfungsi untuk membatasi materi yang dibahas dalam penelitian ini. Berikut, ruang lingkup wilayah dan lingkup subtansi dalam penelitian. 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah berfungsi untuk membatasi wilayah atau lokasi yang diteliti. Lokasi yang diteliti adalah kawasan sekitar Stasiun Tugu dan Terminal Giwangan dalam radius ±400 meter dari lokasi stasiun atau terminal

5 dengan batasan wilayah berdasarkan delineasi jaringan jalan yang paling dekat dengan batas radius. Stasiun Tugu dan Terminal Giwangan merupakan simpul utama transportasi DIY dan dengan memilih titik simpul yang sibuk tersebut maka akan dapat dilihat kaitan atau pengaruhnya terhadap TOD secara keseluruhan di DIY. 1.5.2 Ruang Lingkup Subtansi Ruang lingkup subtansi berfungsi membatasi materi yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, penulis membahas mengenai kondisi eksisting kawasan sekitar titik simpul transportasi dan potensinya sebagai kawasan berorientasi transit dilihat dari kesiapan kawasan berdasarkan kriteria TOD. Setelah potensi kawasan diketahui maka kelebihan dan kekurangan kawasan dapat menjadi pertimbangan dalam mengembangkan kawasan titik simpul sebagai TOD. 1.6 Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terkait kawasan sekitar titik transit transportasi yang mengarah pada pengembangan berorientasi transit (Transit Oriented Development) telah banyak dilakukan. Namun penelitian mengenai potensi beberapa kawasan titik simpul transportasi yang berpotensi pengembangan berorientasi transit (TOD) berdasarkan kesiapan kawasan kawasan tersebut belum pernah dilakukan. Penelitian yang ada selama ini hanya berfokus pada perencanaan tempat transit dan kawasan sekitarnya atau peluang serta tantangan penerapan TOD saja. Adapun beberapa penelitian tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Peneliti Judul Lokasi Fokus Kajian 1 Ratu Rahmi (2015), Skripsi PWK Peluang dan Tantangan TOD pada Kawasan Stasiun Bogor Stasiun Bogor dan kawasan sekitarnya Peluang dan tantangan penerapan TOD pada penataan kawasan Pendekatan atau Metode Mix method

6 No Peneliti Judul Lokasi Fokus Kajian 2 Yohanes Satyayoga Raniasta (2015), Tesis MDKB 3 Angling Randhiko Putro (2013), Tesis MDKB Pengembangan Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta Berbasis Transit dengan Pendekatan Aksesibilitas Aksesibilitas Halte Trans Jogja Terhadap Potensi Kawasan Stasiun Tugu Yogyakarta dan sekitarnya Halte Trans Jogja, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta stasiun Kemudahan pencapaian penumpang kereta api lokal dari Stasiun Tugu untuk mencapai titik-titik aktivitas yang menjadi tarikan pergerakan pada kawasan Aksesibilitas antara halte ke kawasan dan potensi kawasan Pendekatan atau Metode Kualitatifkuantitatif rasionalistik Deduktif kualitatif 4 Septian Sofoewan Permana (2012), Skripsi PWK Peluang dan Tantangan Penerapan TOD di Kota Yogyakarta Pembelajaran Keberhasilan Kota Curitiba dan Bogota Daerah Istimewa Yogyakarta Deskripsi peluang dan tantangan apabila konsep TOD akan diterapkan berdasarkan Lesson Learn keberhasilan TOD Content analysis 5 Hasrul (2011), Tesis MPKD Sumber: Peneliti, 2016 Lokasi Halte Trans Jogja Ditinjau dari Perspektif Aksesibilitas Pengguna dalam Menjangkaunya Daerah Istimewa Yogyakarta Lokasi halte Trans Jogja ditinjau dari faktor yang mempengaruhi aksesibilitas Kuantitatif ( Crosstab dan regresi berganda, Kualitatif 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan penjelasan isi dari masing-masing bab yang digunakan dalam penyusunan laporan penelitian. Laporan penelitian ini terdiri dari enam bab berikut:

7 BAB I PENDAHULUAN Pada pendahuluan berisi tentang latar belakang, pertanyaan penelitian, tujuan, manfaat, ruang lingkup, keaslian penelitian dan sistematika penulisan laporan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada kajian teori berisi teori dasar dan teori umum terkait penelitian yaitu terkait transportasi dan guna lahan, TOD, landasan teoritik, definisi operasional penelitian dan identifikasi teori yang akan digunakan sebagai variabel penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian meliputi pendekatan penelitian, lokasi penelitian, tahapan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, variabel-variabel penelitian, pengolahan dan analisis data, serta kerangka pikir penelitian. BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN Bab ini berisi tentang gambaran umum DIY dan kondisi transportasinya. Kemudian gambaran umum titik-titik simpul transportasi yang dijadikan lokasi penelitian meliputi gambaran wilayah administrasi dan kawasan sekitarnya. BAB V ANALISIS POTENSI TOD Bab ini berisi tentang temuan-temuan berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data untuk kemudian dianalisis dan dilakukan pembahasan sehingga secara tidak langsung mampu menjawab pertanyaan penelitian. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang ringkasan atau kesimpulan berdasarkan hasil dan pembahasan sehingga secara langsung mampu menjawab pertanyaan penelitian yang pada akhirnya menghasilkan saran-saran atau rekomendasi sesuai manfaat penelitian.