Setiapa karya ilmiah pasti memiliki permasalahan yang akan di tinjau, latar belakang diatas, telah di tentukan permasalahan permasalahan yang akan di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diterapkan pada level nasional adalah produktivitas yang didefinisikannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daya saing daerah menurut definisi yang dibuat UK-DTI adalah

Michael Porter (1990, dalam PPSK-BI dan LP3E FE UNPAD 2008) input yang dicapai oleh perusahaan. Akan tetapi, baik Bank Dunia, Porter, serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. standar proses, mendefenisikan daya saing adalah kemampuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terpisah, tetapi kedua lembaga tersebut menggunakan variabel yang hampir sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep daya saing global menurut Michael Porter (1990) menyatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Daya Saing Dalam Teori Perdagangan Internasional. perusahaan, sektor, maupun ekonomi (negara), sudah seumur perdagangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pencapaian sebuah tujuan yang lebih baik oleh suatu negara dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KOTA TANJUNGBALAI. Evita Khairani Nasution Paidi Hidayat, S.E., M.Si, ABSTRAK

ANALISIS DAYA SAING EKONOMI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI. Tengku Siti Fatimah Paidi Hidayat, SE, M.Si ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi di Kalimantan Timur periode , secara umum

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

PENJELASAN ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

Semarang, 14 Mei 2008 ISBN :

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KOPERASI. Usaha Mikro. Kecil. Menengah. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 93)

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk perusahaan dan negara. Pemikiran Michael Porter banyak

Boks 2. PERINGKAT DAYA SAING INVESTASI DAERAH PROVINSI JAMBI

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. tetap terbuka pada persaingan domestik. Daya saing daerah mencakup aspek yang

Daya Saing Global Indonesia versi World Economic Forum (WEF) 1. Tulus Tambunan Kadin Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

LD NO.14 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENANAMAN MODAL I. UMUM

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tabel 1 Peringkat daya saing negara-negara ASEAN tahun

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

1. Visi BKPM Terwujudnya Iklim Penanaman Modal Yang Berdaya Saing Untuk Menunjang Kualitas Perekonomian Nasional.

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

ADHI PUTRA ALFIAN DIREKTUR PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UKM BATAM, 18 JUNI 2014

KATA PENGANTAR. Terima kasih. Tim Penyusun. Penyusunan Outlook Pembangunan dan Indeks Daya Saing Infrastruktur

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

ANALISIS DETERMINAN DAYA SAING EKONOMI DI KABUPATEN LABUHANBATU UTARA. Ella Yuwina Siregar Inggrita Gusti Sari NST, SE., M.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Peningkatan Daya Saing Industri Manufaktur

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan ekonomi global memberikan sinyal akan pentingnya

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

PERAN INVESTASI DALAM PEMBANGUNAN ACEH. Badan perencanaan pembangunan daerah bappeda aceh

II PENDAHULUAN PENDAHULUAN

INDIKATOR KINERJA MINAPOLITAN, INDUSTRIALISASI KP DAN BLUE ECONOMY SUNOTO, MES, PHD PENASEHAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN BATAM, 22 SEPTEMBER 2014

Bambang P.S Brodjonegoro FEUI & KPPOD

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat bertambah sehingga akan meningkatkan kemakmuran masyarakat

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah ke dalam program-program yang tidak lain demi terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

SKRIPSI ANALISIS DAYA SAING INVESTASI DI KOTA PEMATANG SIANTAR OLEH AHMAD PAPIN HERDIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi daerah, sebagaimana halnya di bidang-bidang lainnya. Usaha untuk

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya dunia usaha. Perkembangan dunia usaha

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2 Pokok-pokok pengaturan dalam Peraturan Pemerintah ini meliputi pembangunan Tenaga Kerja Industri dan penggunaan konsultan Industri, pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

APBNP 2015 belum ProRakyat. Fadel Muhammad Ketua Komisi XI DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN BIRO ADMINISTRASI PEREKONOMIAN DAN SDA SETDA DIY 2018

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PRESS RELEASE. LAPORAN STUDI IMD LM FEB UI Tentang Peringkat Daya Saing Indonesia 2017

ANALSIS DAYA SAING EKONOMI KOTA MEDAN. Paidi Hidayat Dosen Departemen Ekonomi Pembangunan FE USU ABSTRACT

6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM

Pengembangan daya saing daerah kabupaten/kota di propinsi jawa timur berdasarkan Potensi daerahnya

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

PERSIAPAN RPJMN TERKAIT PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENINGKATAN PEMERATAAN

BAB I PENDAHULUAN. Problema kemiskinan terus menjadi masalah besar sepanjang sejarah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi meningkat (Atmanti, 2010). perekonomian. Secara lebih jelas, pengertian Produk Domestik Regional Bruto

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

BAB I PENDAHULUAN. dan kemampuan yang terakumulasi dalam diri anggota organisasi. menunjang keberhasilan pelaksanaan pekerjaannya.

MENINGKATKAN DAYA SAING DAN PRODUKTIVITAS MELALUI PEKERJAAN YANG LAYAK. Oleh : 9 Juli 2015 DPN APINDO

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB VI SASARAN, INISITIF STRATEJIK DAN PROGRAM PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VI. STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI AGRO INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan ekonomi di antaranya adalah untuk. meningkatkan pertumbuhan ekonomi, disamping dua tujuan lainnya yaitu

POKOK-POKOK METERI FORUM (MIF) 2016 GUBERNUR JAWA TENGAH PADA ACARA :

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

Setiapa karya ilmiah pasti memiliki permasalahan yang akan di tinjau, pembahasannya akan di mulai dan berlanjut pada penarikan kesimpulan maupun pemberian saran-saran. Demikian juga halnya dengan penulisan skripsi ini, sesuai latar belakang diatas, telah di tentukan permasalahan permasalahan yang akan di bahas pada skripsi ini yaitu sebagai berikut : Faktor apa yang paling memiliki pengaruh dalam menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui faktorapa yang paling memiliki pengaruh dalam menentukan tingkat daya saing ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai. 1.3.2 Manfaat Penelitian a. Sebagai tambahan pengetahuan untuk penulis agar lebih mengetahui tentang daya saing. b. Sebagai bahan referensi untuk para peneliti lainnya yang akan membahas tentang daya saing ekonomi suatu daerah. c. Sebagai salah satu pedoman bagi pemerintah untuk menentukan dan memutuskan kebijakan yang tepat untuk Kabupaten Serdang Bedagai. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5

2.1 Konsep Daya Saing Daerah Daya saing merupakan kemampuan menghasilkan produk barang dan jasa yang memenuhi pengujian internasional dan saat kemampuan daerah menghasilkan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi dengan tetap terbuka terhadap persaingan eksternal (European Commission, 1999).Daya saing daerah kini merupakan salah satu isu sentral, terutama dalam rangka mengamankan stabilitas ketenagakerjaan, dan memanfaatkan integrasi eksternal (kecendrungan global), serta keberlanjutan pertumbuhan kesejahteraan dan kemakmuran.(camagni, 2002).Sementara itu Center for Urban and Regional Studies (CURDS) mendefinisikan daya saing daerah sebagai kemampuan sektor bisnis atau perusahaan pada suatu daerah dalam menghasilkan pendapatan yang tinggi serta tingkat kekayaan yang lebih merata untuk penduduknya.selanjutnya, daya saing daerah merupakan kemampuan ekonomi dan masyarakat lokal untuk memberikan peningkatan standart hidup bagi warga (Malecki, 1999). Sedangkan definisi daya saing nasional menurut para ahli lainnya yaitu, menurut Institute Of Management Development (IMD) suatu lemabaga yang menerbitkan World Competitiveness Yearbook secara rutin mendefinisikan daya saing nasional sebagai kemampuan suatu negara dalam menciptakan nilai tambah dalam rangka menambah kekayan nasional dengan cara mengelola aset dan proses, daya tarik dan agresivitas, globality, dan proximity serta dengan mengintegrasikan hubungan- hubungan tersebut ke dalam suatu model ekonomi dan sosial. Dengan kata lain daya saing nasional adalah suatu konsep yang diharapkan dapat mengidentifikasi peranan negara dalam memberikan iklim yang 6

kondusif kepada perusahaan-perusahaan dalam mempertahankan daya saing domestic dan global. Menurut WEF daya saing nasional adalah kemampuan perekonomian nasional untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Menurut Porter (1990) menyatakan bahwa konsep daya saing yang dapat diterapkan pada level nasional tak lain adalah produktivitas yang didefinisikannya sebagai nilai ouput yang dihasilkan oleh seorang tenaga kerja. Bank Dunia menyatakan hal yang relatif sama dimana daya saing mengacu kepada besaran serta laju perubahan nilai tambah perunit input yang dicapai oleh perusahaan. Akan tetapi baik Bank Dunia ataupun Porter serta literatur-literatur lainnya mengenai daya saing nasional memandang bahwa daya saing tidak secara sempit mencakup hanya sebatas tingkat efisiensi suatu perusahaan. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas, tidak berkutat hanya pada level mikro perusahaan, tetapi juga mencakup aspek diluar perusahaan seperti iklim berusaha (business environment) yang jelas-jelas diluar kendali suatu perusahaan. Aspekaspek tersebut dapat bersifat firm-specific, region-specific, dan bahkan countryspecific.secara umum, ketika membandingkan kedua definisi daya saing daerah diatas dengan definisi daya saing nasional yang dibahas sebelumnya, terdapat kesamaan yang essensial.dapat dikatakan bahwa perbedaan konsep daya saing hanya terpusat pada cakupan wilayah, dimana yang pertama adalah daerah (bagian suatu negara), sementara yang kedua adalah negara.dalam berbagai pembahasan tentang daya saing nasional pun, baik secara eksplisit maupun implisit terangkum relevansi pengandopsian konsep daya saing nasional ke dalam konsep daya saing daerah. 7

Dari pembahasan tentang berbagai konsep dan definisi tentang daya saing suatu negara atau daerah sebagimana diuraikan diatas, dapat diambil suatu kesimpulan dalam mendefinisikan daya saing perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a. Daya saing mencakup aspek yang lebih luas dari sekedar produktivitas atau efisiensi pada level mikro. Hal ini memungkinkan kita lebih memilih mendefinisikan daya saing sebagai kemampuan suatu perekonomian daripada kemampuan sektor swasta atau perusahaan. b. Pelaku ekonomi (economic agent) bukan hanya perusahaan akan tetapi juga rumah tangga, pemerintah, dan lain-lain. Semuanya berpadu dalam suatu sistem ekonomi yang sinergis. Tanpa memungkiri peran besar sektor swasta perusahaan dalam perekonomian, fokus perhatian tidak hanya pada itu saja. Hal ini diupayakan dalam rangka menjaga luasnya cakupan konsep daya saing. c. Tujuan dari hasil akhir meningkatkan daya saing suatu perekonomian tak lain adalah meningkatkan tingkat kesejahteraan penduduk dalan perekonomian tersebut. Kesejahteraan (level of living) adalah konsep yang sangat luas yang pasti tidah hanya tergambarkan dalam sebuah besaran variabel seperti pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi hanya satu aspek dari pembangunan ekonomi dalam rangka peningkatan standart kehidupan masyarakat. d. Kata kunci dari konsep daya saing adalah kompetisi. Disinilah peran keterbukaan terhadap kompetisi dengan para kompetitor menjadi relevan. 8

Kata daya saing menjadi kehilangan maknanya pada suatu perekonomian yang tertutup. Berdasarkan keterangan-keterangan yang telah di jelaskan diatas, daya saing daerah yang menjadi acuan dalam penelitian ini di definisikan sebagai kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional (Abdullah, 2002). 2.2 Indikator Utama Daya Saing Daerah Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Paidi Hidayat (2012) yang mengukur daya saing ekonomi kota Medan, dengan menggunakan 5 faktor pembentuk yang di gunakan adalah perekonomian daerah, infrastruktur, sistem keuangan, kelembagaan dan sosial politik. Selain itu, menurut penelitian KPPOD, 2005 yang tentang daya tarik investasi kabupaten / kota di Indonesia dengan menggunakan indicator-indikator seperti : kelembagaan, sosial politik, ekonomi daerah, tenaga kerja dan produktivitas serta infrastruktur fisik. Penelitian yang dilakukan oleh Ira irawati dkk (2005) yang mengukur tingkat daya saing di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan indikator perekonomian daerah, infrastruktur, sumber daya manusia dan sumber daya alam. Penelitian yang dilakukan Abdullah, dkk (2002 : 15) menyebutkan indikator-indikator utama yang dianggap menentukan daya saing daerah adalah (1) Perekonomian daerah, (2) Keterbukaan, (3) Sistem Keuangan, (4) Infrastruktur dan sumber daya alam, (5) Ilmu pengetahuan dan teknologi, (6) Sumber daya manusia, (7) Kelembagaan, (8) 9

Governance dan Kebijakan pemerintah, dan (9) Manajemen dan ekonomi mikro. Masing-masing indikator tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Perekonomian Daerah Perekonomian daerah merupakan ukuran kinerja secara umum dari perekonomian makro (daerah) yang meliputi penciptaan nilai tambah, akumulasi kapital, tingkat konsumsi, kinerja sektoral perekonomian, serta tingkat biaya hidup. Indikator kinerja ekonomi makro mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Nilai tambah merefleksikan produktivitas perekonomian setidaknya dalam jangka pendek. 2) Akumulasi modal mutlak diperlukan untuk meningkatkan daya saing dalam jangka panjang. 3) Kemakmuran suatu daerah mencerminkan kinerja ekonomi di masa lalu. 4) Kompetisi yang di dorong mekanisme pasar akan meningkatkan kinerja ekonomi suatu daerah. Semakin ketat kompetisi pada suatu perekonomian daerah, maka akan semakin kompetitif perusahaan-perusahaan yang akan bersaing secara internasional maupun domestik. b. Keterbukaan Indikator keterbukaan merupakan ukuran seberapa jauh perekonomian suatu daerah berhubungan dengan daerah lain yang tercermin dari perdagangan daerah tersebut dengan daerah lain dalam cakupan nasional dan internasional. Indikator ini menentukan daya saing melalui prinsip-prinsip sebagai berikut: 10

1) Keberhasilan suatu daerah dalam perdagangan internasional merefleksikan daya saing perekonomian daerah tersebut. 2) Keterbukaan suatu daerah baik dalam perdagangan domestik maupun internasional meningkatkan kinerja perekonomiannnya. 3) Investasi internasional mengalokasikan sumber daya secara lebih efisien ke seluruh penjuru dunia 4) Daya saing yang didorong oleh ekspor terkait dengan orientasi pertumbuhan perekonomian daerah. 5) Memepertahankan standar hidup yang tinggi mengharuskan integrasi dengan ekonomi internasional. c. Sistem Keuangan Indikator sistem keuangan merefleksikan kemampuan sistem finansial perbankan dan non-perbankan di daerah untuk memfasilitasi aktivitas perekonomian yang memberikan nilai tambah. Sistem keuangan suatu daerah akan mempengaruhi alokasi faktor produksi yang terjadi di perekonomian daerah tersebut. Indikator sisitem keuangan ini mempengaruhi daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Sistem keuangan yang baik mutlak diperlukan dalam memfasilitasi aktivitas perekonomian daerah. 2) Sektor keuangan yang efisien dan terintegrasi secara internasional mendukung daya saing daerah. 11

d. Infrastruktur dan Sumber Daya Alam Infrastruktur dalam hal ini merupakan indikator seberapa besar sumber daya seperti modal fisik, geografis, dan sumber daya alam dapat mendukung aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah. Indikator ini mendukung daya saing daerah melalui prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Modal fisik berupa infrastruktur baik ketersediaan maupun kualitasnya mendukung aktivitas ekonomi daerah. 2) Modal alamiah baik berupa kondisi geografis maupun kekayaan alam yang terkandung di dalamnya juga mendorong aktivitas perekonomian daerah. 3) Teknologi informasi yang maju merupakan infrastruktur yang mendukung berjalannya aktivitas bisnis di daerah yang berdaya saing. e. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Ilmu pengetahuan dan teknologi mengukur kemampuan daerah dalam ilmu pengetahuan dan teknologi serta penerapannya dalam aktivitas ekonomi yang meningkatkan nilai tambah. Indikator ini mempengaruhi daya saing daerah melalui beberapa prinsip di bawah ini: 1) Keunggulan kompetitif dapat dibangun melalui aplikasi teknologi yang sudah ada secara efisien dan inovatif. 2) Investasi pada penelitian dasar dan aktivitas yang inovatif yang menciptakan pengetahuan baru sangat krusial bagi daerah ketika melalui tahapan pembangunan ekonomi yang lebih maju. 3) Investasi jangka panjang akan meningkatkan daya saing sektor bisnis. 12

f. Sumber Daya Manusia Indikator sumber daya manusia dalam hal ini ditujukan untuk mengukur ketersediaan dan kualitas sumber daya manusia. Faktor SDM ini mempengaruhi daya saing daerah berdasarkan prinsip-prinsip berikut: 1) Angkatan kerja dalam jumlah besar dan berkualitas akan meningkatkan daya saing suatu daerah. 2) Pelatihan dan pendidikan adalah cara yang paling baik dalam meningktakan tenaga kerja yang berkualitas. 3) Sikap dan nilai yang dianut oleh tenaga kerja juga menentukan daya saing suatu daerah. 4) Kualitas hidup masyarakat suatu daerah menentukan daya saing daerah tersebut begitu juga sebaliknya. g. Kelembagaan Kelembagaan merupakan indikator yang mengukur seberapa jauh iklim sosial, politik, hukum, dan aspek keamanan mampu mempengaruhi secara positif aktivitas perekonomian di daerah. Pengaruh faktor kelembagaan terhadap daya saing daerah didasarkan pada beberapa prinsip sebagai berikut: 1) Stabilitas sosial dan politik melalui sistem demokrasi yang berfungsi dengan baik merupakan iklim yang kondusif dalam mendorong aktivitas ekonomi daerah yang berdaya saing. 2) Peningkatan daya saing ekonomi suatu daerah tidak akan dapat tercapai tanpa adanya sistem hukum yang independen. 13

3) Aktivitas perekonomian suatu daerah tidak akan dapat berjalan secara optimal tanpa didukung oleh situasi keamanan yang kondusif. h. Governance dan Kebijakan Pemerintah Indikator Governance dan kebijakan pemerintah dimaksudkan sebagai ukuran dari kualitas administrasi pemerintah daerah, khususnya dalam rangka menyediakan infrastruktur fisik dan peraturan-peraturan daerah. Secara umum pengaruh faktor Governance dan kebijakan pemerintah bagi daya saing daerah dapat didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut: 1) Dengan tujuan menciptakan ilkim persaingan yang sehat intervensi pemerintah dalam perekonomian sebaiknya diminimalkan. 2) Pemerintah daerah berperan dalam menciptakan kondisi sosial yang terprediksi serta berperan pula dalam meminimalkan resiko bisnis. 3) Efektivitas administrasi pemerintahan daerah dalam menyediakan infrastruktur dan aturan-aturan berpengaruh terhadap daya saing ekonomi suatu daerah. 4) Efektivitas pemerintah daerah dalam melakukan koordinasi dan menyediakan informasi tertentu pada sektor swasta mendukung daya saing ekonomi suatu daerah. 5) Fleksibilitas pemerintah daerah dalam menyesuaikan kebijakan ekonomi merupakan faktor yang kondusif dalam mendukung daya saing daerah. i. Manajemen dan Ekonomi Mikro Dalam indikator manajemen dan ekonomi mikro pengukuran yang dilakukan dengan pernyataan seberapa jauh perusahaan di daerah dikelola dengan 14

cara yang inovatif, menguntungkan dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip yang relevan terhadap daya saing daerah di antaranya adalah: 1) Rasio harga/kualitas yang kompetitif dari suatu produk mencerminkan kemampuan manajerial perusahaan-perusahaan yang berada di suatu daerah. 2) Orientasi jangka panjang manajemen perusahaan akan meningkatkan daya saing daerah dimana perusahaan tersebut berada. 3) Efisiensi dalam aktivitas perekonomian ditambah dengan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan adalah keharusan bagi perusahaan yang kompetitif. 4) Kewirausahaan sangat krusial bagi aktivitas ekonomi pada masa-masa awal. 5) Dalam usaha yang sudah mapan, manajemen perusahaan memerlukan keahlian dalam mengintegrasikan serta membedakan kegiatan-kegiatan usaha. 2.3 Penelitian Terdahulu Paidi Hidayat (2012) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis Daya Saing Ekonomi Kota Medan.Dengan menggunakan metode AHP dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang paling berpengaruh dalam meningkatkan daya saing adalah faktor infrastruktur dengan nilai bobot (0,252), diikuti faktor perekonomian daerah dan selanjutnya faktor sistem keuangan yang masingmasing bobot nilainya (0,243) dan (0,219). Skala prioritas untuk faktor infrastruktur adalah ketersediaan infrastruktur dan kualitasnya,seperti kualitas 15

pelabuhan laut dan udara serta kualitas jalan. Selain itu, skala prioritas perekonomian daerah adalah tingkat daya beli maasyarakat.sementara, untuk skala prioritas sistem keuangan dalah kinerja lembaga keuangan. Millah (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Daya Saing Daerah di Jawa Tengah memberikan hasil penelitian yaitu hasil tingkat daya saing daerah kota di Jawa Tengah antara lain Kota Semarang menduduki peringkat pertama pada tingkat daya saing daerah kota di Jawa Tengah dari tahun 2009 sampai tahun 2011. Sedangkan Kota Tegal menduduki peringkat terendah pada tahun 2009 dan tahun 2011, dan Kota Magelang menduduki peringkat terendah pada tahun 2010. Potensi Kota Semarang unggul pada hampir seluruh indikator daya saing. Semakin unggul potensi yang dimiliki suatu daerah maka semakin tinggi pula tingkat daya saing daerah kota tersebut. KKPOD (2005) dengan judul penelitiannya Analisis daya tarik investasi 214 kabupaten/kota di Indonesia dalam penelitian ini KPPOD menyatakan bahwa beberapa kabupaten/kota di Indonesia hanya mengedepankan upaya-upaya meningkatkan PAD dan relatif mengabaikan aspek-aspek yang mampu menarik investasi. Ira Irawati, dkk (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Pengukuran Tingkat Daya Saing Daerah Berdasarkan Variabel Perekonomian Daerah, Variabel Infrastruktur dan Sumber Daya Alam serta Variabel Sumber Daya Manusia di Wilayah provinsi Sulawesi Tenggara dengan menggunakan metode AHP, maka dapat diambil kesimpulan peringkat daya saing terbaik berdasarkan variabel perekonomian daerah, infrastruktur, sumber daya alam dan sumber daya 16

manusia pada kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara turut mendukung kabupaten/kota tersebut menjadi peringkat terbaik secara umum. Kuncoro (2005) dalam penelitiannya yang berjudul Daya Tarik Investasi dan Pungli di DIY menyebutkan bahwa menurut persepsi pelaku usaha di DIY, faktor kelembagaan memiliki bobot terbesar dalam menentukan daya tarik investasi/ kegiatan berusaha di DIY.Kemudian diikuti oleh faktor infrastruktur fisik, yang ketiga adalah faktor sosial politik. 2.4 Kerangka Konseptual Faktor Penentu Daya Saing Ekonomi Daerah KELEMBAGAAN Regulation & Government services SOSIAL POLITIK Socio-Political Factors EKONOMI DAERAH Regional Economic Dynamism TENAGA KERJA & PRODUKTIVITAS Labor& productivity INFRASTRUKTUR FISIK Physical Infrastructure Kepastian Hukum Legal Certainty Keuangan Daerah Regional Finance Aparatur Quality Of Civil Service Sosial Politik Socio Political Keamanan security Budaya Cultural Potensi Ekonomi Economic Potential Struktur Ekonomi Economic Structure Biaya Tenaga Kerja Labor Cost Ketersediaan Tenaga Kerja Availability of Manpower Produktivitas Tenaga Kerja Productivity of Labor Ketersediaan Infrastruktur Fisik Availability of Physical Infrastructure Kualitas Infrastruktur Fisik Quality of Physical Infrastructure Perda / IndikatorPerda Region Policy / Regulation Gambar 2.1 Indikator Penentu Daya Saing Ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai Kerangka konseptual diatas merupakan indikator penentuan daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai (Gambar 2.1).Penentuan variabel-variabel 17

daya saing ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai harus sesuai dengan tujuan dari penelitian ini. Adapun variabel-variabel yang menjadi indikator utama dalam penelitian ini berdasarkan perbandingan dari beberapa penelitian terdahulu tentang daya saing yaitu, KPPOD (2005), Paidi Hidayat (2012), Ira Irawati (2008), Millah (2013), dan Mudrajat Kuncoro (2005). 18