Jurnal Teknik Sipil ISSN 2088-9321 pp. 241-248 ANALISA WAKTU DAN BIAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME COST TRADE OFF (STUDI KASUS: PROYEK LANJUTAN PEMBANGUNAN GEDUNG DPRK ACEH TIMUR TAHAP I) Fazil 1, Mochammad Afifuddin 2,Hafnidar A. Rani 3 1) Mahasiswa Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh23111, 3) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Jl. Tgk. Syeh Abdul Rauf No. 7, Darussalam Banda Aceh23111, email Abstract : Advanced Projects Building DPRK East Aceh Phase I, conducted by PT. Ganis Mandiri. This project began working delay occurs during the 8-day calendar, this is due to delays in the procurement of poles, so that delays in other activities. One way to anticipation by accelerating the method Time Cost Trade Off (TCTO), through the addition of alternative working hours tested ranging from 1 hour to 4 hours maximum. The research results obtained for overtime several activities, the optimum stage of time and costs obtained in overtime 2 hours on the job aanstamping, couples foundation stone of 1: 4, concrete molds, disassemble mold, concrete, concrete molds, concrete mold, and mold concrete, the obtained optimum time for 160 days at a cost of Rp optimum obtained. 14,961,360,000.00 and the additional cost of Rp. 34,256,000.00. Keywords : Scheduling, Financing, Crashing, Time Cost Trade Off Abstrak : Proyek Lanjutan Pembangunan Gedung DPRK Aceh Timur Tahap I, dilaksanakan oleh PT. Ganis Mandiri. Proyek ini terjadi keterlambatan mulai kerja selama 8 hari kalender, hal ini dikarenakan terlambatnya pengadaan tiang pancang, sehingga tertundanya kegiatan yang lainnya. Salah satu cara untuk mengantisipasinya dengan melakukan percepatan yaitu metode Time Cost TradeOff (TCTO), melalui alternatif penambahan jam kerja yang diuji coba mulai dari 1 jam sampai 4 jam batas maksimum. Hasil penelitian ini diperoleh untuk lembur beberapa kegiatan, tahap optimum waktu dan biaya didapat pada lembur 2 jam pada pekerjaan aanstamping, pasangan pondasi batu kali 1 : 4, cetakan beton, membongkar cetakan, cetakan beton, cetakan beton, cetakan beton, dan cetakan beton, dengan diperoleh waktu optimum selama 160 hari dengan biaya optimum diperoleh sebesar Rp. 14.961.360.000,00 dan adanya penambahan biaya sebesar Rp. 34.256.000,00. Kata kunci : Penjadwalan, Pembiayaan, Crashing, Time Cost Trade Off Perkembangan jasa konstruksi saat ini di Indonesia maju pesat ditandai dengan banyaknya proyek yang dikerjakan dengan skala yang besar, baik yang dibangun oleh pemerintah, swasta ataupun gabungan. Dengan berkembangnya pembangunan di Indonesia khususnya pada wilayah Provinsi Aceh, maka semakin kompetitif pula persaingan antar kontraktor yang berkecimpung dalam dunia konstruksi sehingga faktor waktu menjadi sangat penting disamping faktor biaya dalam penyelesaian sebuah proyek. Studi kasus pada penelitian ini adalah proyek Lanjutan Pembangunan Gedung DPRK Aceh Timur Tahap I. Proyek ini dilaksanakan oleh PT. Ganis Mandiri, dengan waktu pelaksanaan selama 168 hari kalender, dan anggarannya sebesar Rp. 14.927.104.000,00. (empat belas milliar sembilan ratus dua puluh tujuh juta seratus empat ribu rupiah). Proyek ini direncanakan mulai dari tanggal 24 Oktober 2013 selesai pada tanggal 10 April 2014, Volume 4, Nomor 3, Mei 2015-241
namun dalam pelaksanaannya proyek mengalami keterlambatan. Dimana pada tanggal 24 Oktober 2013 yang seharusnya proyek sudah dapat dikerjakan, namun dalam pelaksanaannya, proyek baru dikerjakan pada tanggal 1 November 2013. Hal ini dikarenakan terlambatnya ketersediaan pondasi tiang pancang 20 x 20, sehingga tertundanya kegiatan yang lain. Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mengembalikan tingkat kemajuan proyek ke rencana semula, maka diperlukan suatu upaya percepatan durasi proyek, walaupun akan diikuti meningkatnya biaya proyek. Dimana upaya tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan metode Time Cost Trade Off (TCTO). Metode TCTO ini bertujuan untuk mengupayakan percepatan terhadap suatu durasi kegiatan, dengan melakukan pengujian untuk semua kegiatan kritis, sehingga atas percepatan tersebut diikuti dengan meningkatnya total biaya proyek, yang diupayakan seminimal mungkin. Agar terwujudnya metode TCTO di dalam penelitian ini akan digunakan alternatif penambahan jam kerja (lembur) yang akan diuji coba mulai dari 1 jam hingga 4 jam batas maksimum, sehingga setelah dilakukan percepatan pada proyek, akan dapat diketahui pada jam kerja lembur manakah waktu dan biaya dapat sampai pada tahap optimum. KAJIAN KEPUSTAKAAN Network Planning Soeharto (2001) berpendapat bahwa jaringan kerja (Network planning) pada prinsipnya merupakan hubungan ketergantungan antara bagian-bagian pekerjaan yang digambarkan dalam diagram network, sehingga diketahui bagian-bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan dan Jurnal Teknik Sipil pekerjaan mana yang harus menunggu selesainya pekerjaan yang lain. Critical Path Methode (CPM) Sebuah pendapat lain dikemukakan oleh Soeharto (2001) bahwa Critical Path Methode (CPM) merupakan jaringan kerja yang menganut sistem Activity on Arrow (AOA) pekerjaaan diletakkan pada anak panah. Pembiayaan Proyek American Association of Cost Engineering (1992) menyebutkan bahwa ada beberapa jenis biaya yang berhubungan dengan pembiayaan suatu proyek konstruksi, dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut. 1. Biaya tidak langsung (indirect cost) Biaya tidak langsung merupakan biaya yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi, tetapi harus ada dan tidak dapat dilepaskan dari proyek tersebut. 2. Biaya langsung (direct cost) Biaya langsung adalah biaya yang timbul dan berhubungan langsung dengan aktivitas proyek yang sedang berjalan. Biaya langsung meliputi biaya bahan atau material, biaya upah tenaga kerja, dan biaya alat. Time Cost Trade Off Ervianto (2004) berpendapat bahwa time cost trade off adalah suatu proses yang disengaja, sistematis dan analitik dengan cara melakukan pengujian dari semua pekerjaaan dalam suatu proyek yang dipusatkan pada pekerjaaan yang berada pada jalur kritis. Ketentuan-ketentuan dalam mempercepat durasi sebuah proyek dengan panambahan jam kerja (lembur) yakni, sebagai berikut. 242 - Volume 4, Nomor 3, Mei 2015
Jurnal Teknik Sipil Biaya lembur per hari = (Jkl1 x 1,5 x Upah satu jam normal) + (Jkl2 x 2 Upah satu jam normal) (1) Dimana: Jkl1 = Jam kerja lembur pertama Jkl2 = Jam kerja lembur berikutnya Produktifitas untuk kerja lembur diperhitungkan mengalami penurunan dari produktifitas normal bila jumlah jam perhari dan hari perminggu bertambah.koefisien pengurangan produktifitas akibat kerja lembur dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Koefisien Pengurangan Produktifitas Jam. Koefisien Lembur Pengurangan (Jam) Produktifitas a e = 100 % - d 1 0,9 2 0,8 3 0,7 4 0,6 Sumber : Soeharto (2001) Sehubungan dengan uraian di atas, maka dapat ditulis persamaan sebagai berikut. Produktifitas harian = Volume (2) Normal Duration (ND) Produktifitas perjam = Produktivitas harian (3) Waktu kerja normal Produktifitas harian sesudah crash = (Waktu kerja normal x Produktifitas perjam) + (Waktu kerja lembur x Koefisien penurunan produktifitas x Produktifitas perjam) (4) Hubungan Waktu Terhadap Biaya Untuk menganalisis lebih lanjut hubungan antara waktu dan biaya suatu pekerjaaan, adalah sebagai berikut. 1. Normal duration(nd) 2. Crash Duration(CD) Crash duration = Volume (5) Prod. harian sesudah crash 3. Normal Cost(NC) Normal cost pekerja perjam = Harga satuan upah kerja x Produktifitas perjam (6) Normal cost pekerja perhari = Waktu kerja normal x Normal costperjam (7) Normal cost = Normal duration x Normal cost pekerja perhari (8) 4. Crash Cost(CC) Crash cost pekerja = Normal cost pekerja perhari + Biaya lembur perhari (9) Crash cost = Crash cost pekerja perhari x Crash Duration (10) Dari ke empat komponen tersebut, maka cost slope dapat dirumuskan sebagai berikut. Cost Slope = (CC NC) (11) (ND CD) Volume 4, Nomor 3, Mei 2015-243
METODE PENELITIAN Pada bagian ini diuraikan mengenai metode pengumpulan data dan pengolahan data untuk mendapatkan hasil penelitian. Untuk mendukung penelitian ini dibutuhkan data-data yang berupa data primer dan data sekunder. Kedua jenis data tersebut digunakan untuk mendapatkan hasil dan tujuan penelitian. Data Primer Data primer adalah data yang dapat diperoleh dari sumber asli atau dari proyek. Sumber data primer berasal dari karyawan perusahaan PT. Ganis Mandiri, pada Lanjutan Pembangunan Gedung DPRK Aceh Timur Tahap I. Data primer berupa observasi dan wawancara dengan kepala proyek mengenai biaya overhead. Data Sekunder Data sekunder adalah data pendukung yang dapat dijadikan input dan referensi dalam penelitian. Data sekunder yang digunakan berupa gambar kerja, network planning, Rencana Anggaran Biaya (RAB), kurva s, peta Provinsi Aceh, dan peta Kabupaten Aceh Timur. Identifikasi Lintasan Kritis Sistem penjadualan yang digunakan pada proyek ini adalah kurva S, dan network planning CPM. Proyek ini dijadwalkan selesai selama 168 hari kalender. Oleh karena itu untuk dapat menerapkan metode TCTO pada studi kasus, maka dari semua kegiatan yang ada dalam network planning tersebut, akan diidentifikasi untuk mengetahui jumlah kegiatan kritis. Identifikasi Pembiayaan Proyek Pada pembiayaan proyek ini mencakup biaya Jurnal Teknik Sipil tidak langsung (indirect cost) dan biaya langsung (direct cost). Dimana untuk mengetahui biaya tidak langsung dan biaya langsung dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut. 1. Biaya langsung a. Biaya overhead Biaya overhead adalah biaya gaji staf proyek dan biaya fasilitas lapangan, yang dapat diketahui dengan cara wawancarai langsung kepala proyek. b. Keuntungan (Profit) Profit disini dibagi menjadi dua macam, yaitu profit kotor dan profit bersih. Profit kotor merupakan keuntungan yang diperoleh sebesar 10% dari real cost, yang di dalamnya sudah termasuk biaya overhead yang ditanggung oleh kontraktor. Real cost ini adalah total dari biaya seluruh pekerjaan. Profit bersih merupakan keuntungan yang diperoleh setelah mengeluarkan biaya overhead selama waktu pelaksanaan. c. Biaya tidak terduga cost. Besar biaya tidak terduga adalah 2% dari real d. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Besar biaya PPN adalah sebesar 10% dari real cost yang ditanggung oleh kontraktor. 2. Biaya langsung Biaya langsung dapat diperoleh dengan cara besar nilai real cost dikurangi profit kotor 10% dan dikurangi biaya tidak terduga 2%. HASIL PEMBAHASAN Identifikasi Lintasan Kritis Berdasarkan network planning CPM, maka setelah diidentifikasi diperoleh pekerjaaan kritis sebanyak 151 pekerjaaan dari 214 pekerjaaan. Dari uraian tersebut dengan adanya pekerjaaan kritis yang berkategori analisa taksir, maka untuk 244 - Volume 4, Nomor 3, Mei 2015
Jurnal Teknik Sipil pekerjaaan yang analisa taksir ditiadakan dalam penerapan TCTO. Hal ini dikarenakan pada pekerjaan tersebut tidak memiliki nilai koefisien pada masing-masing tenaga kerja yang diperlukan dalam penerapan metode TCTO. Dalam hal ini terdapat 6 item pekerjaan yang ditiadakan, sehingga pekerjaan kritis yang akan dilakukan penerapan TCTO berjumlah 145 item pekerjaan. Identifikasi Pembiayaan Proyek Pada proyek Lanjutan Pembangunan Gedung DPRK Aceh Timur Tahap I, nilai kontrak adalah sebesar Rp. 14.927.104.000,00. Dari biaya tersebut, akan diuraikan biaya langsung dan biaya tidak langsung. Tabel 2. Rincian Biaya Tidak Langsung No. Jenis Biaya Jumlah Harga 1. Biaya overhead Rp. 149.520.000,00 2. Profit bersih Rp. 1.207.489,459,25 3. Biaya tidak terduga Rp. 271.401.891,85 4. PPN Rp. 1.357.009.459,25 Biaya tidak langsung = (Waktu pelaksanaan x (Biaya overhead perhari + Biaya tak terduga perhari)) + Profit bersih + PPN = (168 hari x (Rp. 890.000,00 + Rp. 1.615.487,45)) + Rp. 1.207.489.459,25 + Rp. 1.357.009.459,25 = Rp. 2.985.420.810,34 Biaya langsung = Real cost Profit kotor Biaya tidak terduga 2% = Rp. 13.570.094.592,46 Rp. 1,357.009.459,25 Rp. 271.401.891,85 = Rp. 11.941.683.241,37 Kompresi Time Cost Trade Off Berikut ini dapat diperlihatkan tabel beberapa kegiatan yang dapat dilemburkan untuk masingmasing jam kerja lembur, pada proyek Lanjutan Pembangunan Gedung DPRK Aceh Timur Tahap I. Tabel 3. Waktu Tercepat dengan Total Cost No. Lembur Waktu Total Cost 1 1 Jam 168 Hari Rp.14.927.104.000,00 2 2 Jam 160 Hari RP. 14.961.360.000,00 3 3 Jam 160 Hari RP. 14.975.250.000,00 4 4 Jam 160 Hari Rp. 14.980.410.000,00 Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa pada lembur 2 jam, 3 jam dan 4 jam mempunyai beberapa variasi output waktu tercepat dengan penambahan biaya. Dari sekian banyaknya waktu penyelesaian proyek yang baru, maka dipilih waktu penyelesaian proyek yang efektif dengan penambahan biaya proyek yang seminimal mungkin. Hubungan waktu terhadap biaya dari beberapa alternatif dapat dilihat pada Gambar 1. Dalam hal ini tahap optimum yang sangat menguntungkan dari segi waktu dan biaya atas percepatan dari beberapa kegiatan kritis diperoleh pada alternatif lembur 2 jam. Adapun kegiatan kritis yang dilemburkan pada lembur 2 jam ini adalah pekerjaan aanstamping (II.B.2.d), pasangan pondasi batu kali 1 : 4 (II.B.2.f), cetakan beton (II.C.3.b), membongkar cetakan (II.C.51.e), cetakan beton (II.C.54.b), cetakan beton (II.C.16.b), cetakan beton (II.C.51.c), dan cetakan beton (II.C.2.c). Dengan ini waktu optimum penyelesaian pelaksanaan proyek diperoleh selama 160 hari dari waktu normal selama 168 hari, sedangkan untuk segi biaya optimum didapatkan sebesar Rp. 14.961.360.000,00 dari total biaya normal sebesar Volume 4, Nomor 3, Mei 2015-245
Rp. 14.927.104.000,00 atau adanya penambahan biaya sebesar Rp. 34.256.000,00. Dalam kasus ini tindak pengkompresian menyebabkan pengurangan Jurnal Teknik Sipil waktu atau waktu penyelesaian lebih singkat selama 8 hari dengan diikuti peningkatan total biaya proyek. Total Biaya Proyek Rp14.970.000.000,00 Rp14.960.000.000,00 Titik Optimum Rp14.950.000.000,00 Rp14.940.000.000,00 Rp14.930.000.000,00 Rp14.920.000.000,00 Rp14.910.000.000,00 Rp14.900.000.000,00 Normal Alternatif II Alternatif I Gambar 1. Hubungan Waktu dan Biaya Terhadap Biaya Total Proyek KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Untuk lembur satu kegiatan, tahap optimum waktu dan biaya didapat pada alternatif lembur 2 jam pada pekerjaaan aanstamping, dengan diperoleh waktu optimum selama 167 hari dari waktu normal selama 168 hari, sedangkan untuk segi biaya optimum didapatkan sebesar Rp. 14.927.846.000,00 dari total biaya normal sebesar Rp. 14.927.104.000,00 atau adanya penambahan biaya sebesar Rp. 742.000,00. 2. Untuk lembur beberapa kegiatan, tahap optimum waktu dan biaya didapat pada alternatif lembur 2 jam pada pekerjaan aanstamping, pasangan pondasi batu kali 1 : 4, cetakan beton, membongkar cetakan, cetakan beton, cetakan beton, cetakan beton, dan cetakan beton, dengan diperoleh waktu optimum selama 160 hari dari waktu normal selama 168 hari, sedangkan untuk segi biaya optimum didapatkan sebesar Rp. 246 - Volume 4, Nomor 3, Mei 2015
Jurnal Teknik Sipil 14.961.360.000,00 dari total biaya normal sebesar Rp. 14.927.104.000,00 atau adanya penambahan biaya sebesar Rp. 34.256.000,00. 3. Dari kedua alternatif ini, tahap optimum waktu dan biaya diperoleh pada alternatif lembur beberapa kegiatan, dengan waktu optimum selama 160 hari dan biaya sebesar Rp. 14.961.360.000,00 yang diperoleh pada lembur 2 jam. Dengan adanya penerapan TCTO ini biaya keterlambatan sebesar Rp. 119.416.832,00 selama 8 hari dapat dihindari dengan selesainya waktu sesuai dengan perjanjian kontrak, Pelaksana hanya memerlukan penambahan biaya sebesar Rp. 34.256.000,00. Saran 1. Bagi pihak pengusaha konstruksi, apabila proyek dapat dipastikan tidak akan terjadi keterlambatan dari jadual yang telah ditentukan atas perjanjian kontrak tertentu, namun apabila ingin dilakukan suatu langkah percepatan, maka sebaiknya penerapan metode TCTO dapat dilemburkan pada salah satu kegiatan kritis saja. Hal ini dikarenakan selain untuk menyelesaikan proyek lebih cepat, namun dari segi biaya atas percepatan tersebut akan memerlukan sedikit penambahan biaya. 2. Apabila terjadi keterlambatan dengan mengejar sasaran jadual yang telah ditentukan atas perjanjian kontrak tertentu, maka sebaiknya penerapan metode TCTO dilemburkan pada beberapa kegiatan kritis. Hal ini dikarenakan selain untuk menyelesaikan proyek tepat pada waktunya atau lebih cepat, namun biaya yang dibutuhkan atas percepatan tersebut dapat diketahui dengan jelas melalui pendekatan metode TCTO. Volume 4, Nomor 3, Mei 2015-247
DAFTAR KEPUSTAKAAN American Association of Cost Engineering (AACE), 1992.Skills and Knowledge of Cost Engineering, 3rd Edition, ACE, WestVirginia. Ervianto,WI 2004,TeoriAplikasiManajemenProyekKo nstruksi, Andi, Yogyakarta. Soeharto, I2001,ManajemenProyek - Dari KonseptualSampaiOperasionalJilid 2 Erlangga, Jakarta. Jurnal Teknik Sipil 248 - Volume 4, Nomor 3, Mei 2015