BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kemampuan Perawatan Diri pada pasien diruang Flamboyan

dokumen-dokumen yang mirip
A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB III TINJAUAN KASUS

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB III TINJAUAN KASUS

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

TARIF LAYANAN BERDASARKAN KELAS BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA PADA KEMENTERIAN KESEHATAN KELAS II

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11 Tahun 1950;

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

LAMPIRAN KUESIONER. Alamat : Pengasuh / keluarga terdekat:

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

BAB III ELABORASI TEMA

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Pakualaman merupakan puskesmas yang terletak di jalan jayeng

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

GUBERNUR JAWA TIMUR SALINAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan

BAB IV HASIL PENELITIAN

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

Perbedaan jenis pelayanan pada:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

2016, No Republik Indonesia Sebagai Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum c. bahwa Kepala Kepolisian Nega

Transkripsi:

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan tentang hasil penelitian Kemampuan Perawatan Diri pada pasien diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya. Setelah dilakukan pengamatan menggunakan kuisioner yang sejumlah 20 soal perawatan diri kepada 30 responden pasien Skizofrenia diruang Flambayon RSJ Menur pada bulan Juli 2018, hasil akan dikelompokkan dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah hasil penelitian. 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dirumah sakit jiwa Menur terletak di Jalan Raya Menur 120 Surabaya, Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, dengan luas tanah 38.000,00 dan luas bangunan 25.307 m², RS Jiwa Menur tidak hanya melayani gangguan jiwa saja tapi juga penyakit non jiwa. Namun dengan tidak meninggalkan core bisnis RSJ Menur sebagai Rumah Sakit Jiwa Sejarah awal RSJ Menur, yaitu pada tahun 1923 rumah sakit jiwa Menur Surabaya diperkirakan sebagai Doorgangshuis atau tempat penampungan sementara penderita gangguan jiwa dengan kapasitas 100 tempat tidur. Sampai dengan tahun 1977 beralamatkan Jl. Karang 31

32 Tembok dan disebut : Rumah Sakit Jiwa Pegirian. Tahun 1954 Departemen Kesehatan membeli tanah seluas 96.840 di Menur (dahulu Gubeng). Tanah 96.840 selanjutnya 40.436 diperuntukkan untuk RSJ Menur sedangkan sisanya 56.406 untuk Akademi Penilik Kesehatan (sekarang Poltekkes). Pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit jiwa Menur Surabaya yaitu instalasi rawat jalan (Poli Jiwa Dewasa, Poli Psikogeriatri, Poli Gangguan Mental Organik, Poli Umum Spesialis, Poli Tumbuh Kembang Anak & Remaja, Poli Psikogeriatri, Poli Psikologi), Instalansi rawat inap (Rawat Inap Intensif Psychiatric Care, Rawat Inap Paviliun (Puri Anggrek), Rawat Inap Klas II Pria dan Wanita (Puri Mitra), Rawat Inap Klas III Pria dan Wanita (Gelatik, Kenari, Flamboyan), Instalasi gawat darurat jiwa dan Umum 24 Jam, Pelayanan Penunjang (Laboratorium Patologi Klinik, ECT, EEG & Brainmapping, Rehabilitasi Mental Psikososial, Fisioterapi, X Ray / Foto Rongent, USG, Treadmill, EKG, Echocardiografi, Farmasi, Konsultasi Gizi, Pemulasaraan Jenazah, IPS RS, Instalasi Kesling Dalin), Instalasi Keswamas dan PKMRS, Rehabilitasi medik dan mental psikososial, Instalasi diklat-lit dan asrama serta perpustakaan. Tempat penelitian rumah sakit jiwa Menur Surabaya memiliki tenaga kesehatan yaitu berjumlah 410 orang dengan rincian yaitu dokter umum 20 orang, dokter spesialis 17 orang, dokter gigi 3 orang, perawat 107 orang, pembantu perawat 51 orang, instruktur rehabilitasi 7 orang, paramedic non perawat 31 orang, administrasi farmasi 4 orang, administrasi lab 2 orang,

33 tenaga rekam medis 19 orang, tenaga administrasi 5 orang, serta non medis/administrasi 144 orang. 5.1.2 Data Umum Dalam data umum dibawah ini akan disajikan data sebagai berikut : 1. Usia Data berdasarkan usia responden perawatan diri pasien skizofrenia diruang Flamboyan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia diruang Flamboyan RSJ Menur pada bulan Juli 2018 No. Kategori Usia Frekuensi Persentase 1 15-35 tahun 8 27% 2 36-56 tahun 20 67% 3 57-77 tahun 2 7% 4 78-98 tahun 0 0% Total 30 100% Data primer tahun 2018 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang berusia 15-35 tahun sejumlah 8 responden (27%), berusia 36-56 tahun sejumlah 20 responden (67%), berusia 57-77 tahun sejumlah 2 responden (7%), berusia 78-98 tahun tidak terdapat responden (0%). Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa umur yang mengalami gangguan jiwa diruang Flamboyan rumah sakit jiwa Menur Surabaya dialami pada masa dewasa. Masa dewasa muda telah memiliki kematangan secara fisik, mereka harus terus menggalih dan mematangkan hubungan emosional, sedangkan masa dewasa tengah terdapat perubahan fisiologi dan menghadapi realitas kesehatan tertentu.

34 Umur berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai stressor, kemampuan memanfaatkan sumber dukungan dan ketrampilan dalam mekanisme koping. Penelitian yang dilakukan (Siagian (1995 dalam Parendrawati, 2008) mengemukakan bahwa semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pola kedewasaan teknik dan kedewasaan psikologis dengan menunjukkan kematangan jiwa, semakin bijaksana, mampu berpikir secara rasional, mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain. 2. Agama Data berdasarkan agama responden perawatan diri pasien skizofrenia diruang Flamboyan dapat dilihat pada table berikut: Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan agama diruang Flamboyan RSJ Menur pada bulan Juli 2018 No. Kategori agama Frekuensi Persentase 1 Islam 29 97% 2 Khatolik 0 0% 3 Budha 0 0% 4 Kristen 1 3% 5 Hindu 0 0% Total 30 100% Data primer tahun 2018 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang beragama islam sejumlah 29 responden (97%), beragama khatolik, budha, dan hindu tidak terdapat responden (0%), beragama kristen sejumlah 1 responden (3%). Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pasien skizofrenia diruang Flamboyan rumah sakit jiwa Menur Surabaya

35 mayoritas beragama islam. Dapat diketahui mayoritas di Indonesia beragama islam. Menurut Rilis (2015) agama juga termasuk dari faktorfaktor mempengaruhi pada perawatan diri. Dalam setiap agama terdapat tradisi spiritualitas yang dapat berkontribusi pada pengembangan konsep dan praktik kesehatan jiwa. 3. Pendidikan Pengelompokan data berdasarkan pendidikan terakhir yang menjadi responden penelitian diruang Flamboyan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir diruang Flamboyan RSJ Menur pada bulan Juli 2018 No. Pendidikan Frekuensi Persentase 1 Tidak Sekolah 3 10% 2 SD 12 40% 3 SMP 1 3% 4 SMA 13 43% 5 PT 1 3% Total 30 100% Data primer tahun 2018 Pada bulan Juli 2018 dalam hasil penelitian perolehan data berdasarkan pendidikan terakhir responden skizofrenia diruangflamboyan yaitu rata-rata dari responden yang tidak sekolah sejumlah 3 responden (10%), pendidikan SD sejumlah 12 responden (40%), pendidikan SMP sejumlah 1 responden (3%), pendidikan SMA sejumlah 13 responden (44%), dan PT sejumlah 1 responden (3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan wibowo (1997) tentang karakteristik penderita skizofrenia yang menyebutkan bahwa individu banyak terjadi

36 gangguan jiwa pada tingkat pendidikan SMA. Hal yang sama diungkapkan oleh Tek, Krikpatrrick &Buchanan (2011), Folsom, et. al. (2009) bahwa skizofrenia terjadi setelah individu telah berpendidikan selama 11,5 tahun dan 12,7 tahun. 4. Status Perkawinan Pengelompokan data berdasarkan status perkawinan yang menjadi responden penelitian diruang Flamboyan RSJ Menur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan status perkawinan diruang Flamboyan RSJ Menur pada bulan Juli 2018 No. Status Frekuensi Persentase Perkawinan 1 Belum Menikah 13 43% 2 Menikah 6 20% 3 Janda 11 37% Total 30 100% Data primer tahun 2018 Pada bulan Juli 2018 hasil penelitian diperoleh data berdasarkan status perkawinan pasien skizofrenia diruang Flamboyan yaitu rata-rata responden yang belum menikah sejumlah 13 responden (43%), yang sudah menikah 6 responden (20%), yang janda sejumlah 11 responden (37%). Menurut Folsom, et. al. (2009) bahwa kesehatan fisik dan mental dengan kualitas hidup menyebut bahwa 83% terjadi pada populasi ini. Usia dewasa muda berkaitan dengan keintiman dan seksualitas. Mereka tetap melakukan hubungan seks, tetap memilih hidup sendiri, menjadi homoseksual, atau menjadi janda. Hidup sendiri berdampak pada individu

37 tersebut dan keluarga. Kehadiran keluarga inti mempengaruhi konseling dan pelayanan kesehatan, mempengaruhi waktu keluarga, dan sumber ekonomi. Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, terutama untuk membantu memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien skizofrenia. Masalah kesehatan pada salah satu anggotanya akan memungkinkan munculnya faktor risiko pada yang lain. 5.1.3 Data Khusus Dalam hasil penelitian terkait dengan kemampuan perawatan diri pasien skizofrenia. Terdapat 4 perawatan diri yang meliputi mandi, berpakaian, makan, toileting. Pada 30 responden diruangflamboyan RSJ Menur Surabaya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : a. Kemampuan perawatan diri secara total Data perawatan diri tentang mandi, berpakaian, makan, toileting dari 30 responden pasien skizofrenia dengan kuisioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.5 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri Tentang mandi, berpakaian, makan, toileting pasien skizofrenia diruangflamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 14 47% Mampu Sebagian 15 50% Tidak Mampu 1 3% TOTAL 30 100% Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri mandi, berpakaian, makan, toileting dengan kategori Mampu

38 14 responden (47%), Mampu Sebagian terdapat 15 responden (50%), Tidak Mampu terdapat 1 responden (3%). Pasien skizofrenia diruangflamboyan RSJ menur surabaya dikategorikan mampu sebagian karena pasien dalam melakukan keempat aktivitas pasien hanya membutuhkan peralatan dan dalam melaksanakan pasien dapat melakukan sendiri, hanya ada beberapa pasien yang di bantu, terjadi pada pasien yang baru masuk karena pasien membutuhkan adaptasi pada lingkungan sekitar. b. Mandi Data perawatan diri tentang mandi dari 30 responden pasien skizofrenia dengan hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.6 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri tentang mandi pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 9 30% Mampu Sebagian 18 60% Tidak Mampu 3 10% Total 30 100% Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri mandi dengan katagori Mampu 9 responden (30%), Mampu Sebagian terdapat 18 responden (60%), Tidak Mampu terdapat 3 responden (10%). Pada perawatan diri mandi pasien skizofrenia diruang Flamboyan rumah sakit jiwa Menur Surabaya di kategorikan Mampu Sebagian, karena

39 pasien hanya membutuhkan peralatan mandi seperti sabun, sikat gigi, dan shampo. Pasien dapat melakukan untuk pengaplikasian mandi tersebut hanya beberapa pasien yang belum bisa mandiri dalam merasakan kebersihan tubuh sendiri, pasien hanya bisa di perintah oleh perawat. c. Berpakaian Data perawatan diri tentang berpakaian dari 30 responden pasien skizofrenia dengan hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.7 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri tentang berpakaian pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 14 47% Mampu Sebagian 15 50% Tidak Mampu 1 3% Total 30 100% Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri berpakaian dengan katagori Mampu 14 responden (47%), Mampu Sebagian terdapat 15 responden (50%), Tidak Mampu terdapat 1 responden (3%). Dari penelitian yang saya lakukan pasien skizofrenia diruang Flamboyan rumah sakit jiwa Menur Surabaya pada perawatan diri berpakaian di kategorikan mampu sebagian dengan presentase 50%, karena pasien dapat mengenakan baju sendiri, pasien hanya membutuhkan baju yang disediakan oleh rumah sakit. Pada saat berdandan pasien di bantu oleh perawat.

40 d. makan Data perawatan diri tentang makan dari 30 responden pasien skizofrenia dengan hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.8 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri tentang makan pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 12 40% Mampu Sebagian 14 47% Tidak Mampu 4 13% Total 30 100% Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri makan dengan katagori Mampu 12 responden (40%), Mampu Sebagian terdapat 14 responden (47%), Tidak Mampu terdapat 4 responden (13%). Pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada perawatan diri makan di kategorikan mampu sebagian pasien tersebut hanya membutuhkan peralatan makan. Pada pasien di kategorikan tidak mampu yaitu pasien tidak dapat memakan makanan dengan porsi yang telah disediakan, ada yang melebihi porsi dan ada pasien hanya menghabiskan setengah porsi makanan yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit. Di ruangan tersebut juga terdapat pasien yang hanya diam di runag makan tidak mememakan makanan yang ada, untuk melakukan kegiatan tersebut perawat harus membantu dengan memegangkan tangannya pada sendok dan menyuapkan ke dalam mulut pasien.

41 e. Toileting Data perawatan diri tentang toileting dari 30 responden pasien skizofrenia dengan hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.9 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri Tentang toileting pasien skizofrenia diruangflamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 16 53% Mampu Sebagian 14 47% Tidak Mampu 0 0% Total 30 100% Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri Toileting dengan katagori Mandiri 16 responden (53%), Mampu Sebagian terdapat 14 responden (47%), Tidak Mampu tidak terdapat responden (0%). Berdasarkan penelitian yang saya lakukan pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada perawatan diri Toileting pasien di kategorikan mampu, karena pasien dapat melakukan eliminasi sendiri dan eliminasi pada tempatnya hanya pasien tidak dapat menyiram toilet setelah melakukan eliminasi. Pasien harus di perintah oleh perawat jaga. 5.2 Pembahasan Dalam sub bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Kemampuan Perawatan Diri pasien skizofrenia pada penerimaan diruangflamboyan RSJ Menur Surabaya, sebagai berikut :

42 5.2.1 Kemampuan perawatan diri mandi, berpakaian, makan, Toileting Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan penelitian deskriptif di dapatkan hasil dengan kategori Mampu 47%, Mampu Sebagian 50%, dan Tidak Mampu 3%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan perawatan diri pada pasien Skizofrenia di kategorikan mampu sebagian. Dimaksud dengan mampu sebagian yaitu pasien skizifrenia pada saat melakukan aktivitas memerlukan perintah, atau dorongan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lee Gurel dan John E. Davis (1967) yang menunjukan bahwa pasien Skizofrenia dengan defisit perawatan diri membutuhkan bantuan untuk memenuhi salah satu dari empat aktivitas perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, toileting. Pada pasien skizofrenia yang baru masuk, ada beberapa pasien yang harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Pasien hanya diam di tempat dan tidak melakukan suatu kegiatan, untuk melakukan dari 4 aktivitas tersebut harus di perintah atau dibantu oleh perawat dan ada yang mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar hanya diperintah pasien dapat melakukannya aktivitas sendiri. Dapat disimpulkan pasien skizofrenia mengalami gajela kognitif (kurangnya kemampuan memahami dan sulit fokus).

43 5.2.2 Perawatan Diri Mandi pada pasien Skizofrenia Pada penelitian ini dari 30 responden pasien skizofrenia diruangflamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang mengalami perawatan diri tentang mandi dengan katagori Mampu 9 responden dengan presentase (30%), katagori Mampu Sebagian yaaitu 18 responden dengan presentase (60%), katagori Tidak Mampu terdapat 3 responden dengan responden (10%). Pada perawatan diri mandi ini pasien Skizofrenia dirumah Sakit Jiwa Menur Surabaya tergolong Mampu Sebagian dengan jumlah frekuensi 18 responden (60%). Karena pasien Skizofrenia dirumah Sakit Jiwa Menur untuk memulai aktivitas membutuhkan perintah seperti mengabil perlengkapan mandi, dan dapat melakukan kegiatan mandi sendiri yaitu mencuci rambut, menggosok gigi, dan membersihkan badan dengan sabun. Dan pasien tersebut biasanya tidak dapat merasakan kebersihan tubuh pasien hanya mandi di pagi hari dengan dikomandoi oleh perawat jaga. Perilaku sulit melakukan aktivitas ini akibat kurangnya motivasi, perhatian, kurangnya dorongan. Klien Skizofrenia dengan gejala positif (halusinasi, delusi, gangguan pikir, gangguan perilaku, gejala negatif (afek datar, defisit perawatan diri, menarik diri), atau gejala kognitif (kurangnya kemampuan memahami dan menggunakan informasi dan sulit fokus) mempengaruhi perilaku kemampuan klien dalam merawat dirinya.

44 5.2.3 Perawatan Diri Berpakaian pada Pasien Skizofrenia Dari 30 responden yang saya ambil dengan perawatan diri berpakaian pada pasien Skizofrenia dirumah Sakit Jiwa Menur Surabaya terdapat tiga katagori yaitu Mampu, Mampu Sebagian dan Tidak Mampu frekuensi pada kategori Mampu terdapat 14 dengan presentase (47%), Mampu Sebagaian terdapat 15 dengan presentase (50%), dan Tidak Mampu terdapat 1 responden dengan presentase (3%). Pada perawatan diri berpakaian ini pasien hanya membutuhkan pakaian dan pasien dapat mengenakan baju dengan benar, dapat meresleting, mengancing baju. Hanya pasien tersebut biasanmya jarang menggunakan alas kaki dan jika berdandan pasien dibantu oleh perawat. Individu adalah makhluk biopsikososial spriritual yang utuh dan unik, memiliki norma dan nilai yang dipengaruhi oleh perkembangan, kepercayaan, dan lingkungan dengam beberapa variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri. Dalam teori Orem (1971, dalam Poter & Perry, 2009) berfokus pada kebutuhan pelayanan diri sebagai sesuatu yang di pelajari, kegiatan yang bertujuan membantu diri untuk mengolah kehidupan yang diinginkan, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan 5.2.4 Perawatan Diri makan pada Pasien Skizofrenia

45 Pada penelitian ini menggunakan 30 responden yang memiliki kategori Mampu, Mampu Sebagian, dan Tidak Mampu, dari penelitian ini. Yaitu pada kategori Mampu terdapat 12 responden dengan presentase (40%), Mampu Sebagian terdapat 14 responden dengan presentase (47), dan Tidak Mampu terdapat 4 responden dengan presentase (13%). Pasien hanya membutuhkan peralatan makan yang di sediakan oleh rumah sakit, pasien dapat mengambil gelas sendiri pasien tidak menggantungkan kepada perawat. Pada perawatan diri makan dikategorikan Mampu Sebagian karena pasien makan dengan porsi yang tidak sesuai yaitu ada pasien yang tidak menghabiskan makanan dengan satu porsi dan ada yang menghabiskan makanan melebihi porsi yang sudah disediakan dengan cara menghabiskan makanan pasien yang tidak habis oleh pasien lain, pasien hanya diam diruang makan dan tidak memakan makan yang disediakan. Pasien Skizofrenia memerlukan bantuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari terutama dalam hal perawatan diri sehingga membuatnya terlihat malas atau tidak mau membantu diri sendiri. Pada episode psikotik dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi, sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dasar dalam kehidupan sehari-hari. Pasien memilki perasaan emosi, minat atau kepedulian dan dapat mengalami defisit perawatan diri. Mereka tidak memperhatikan atau gagal untuk mengenali sensasi rasa haus dan lapar. Pasien dapat terjadi malnutrisi dan konstipasi

46 5.2.5 Perawatan Diri Toileting pada Pasien Skizofrenia Dengan penelitian ini melibatkan 30 responden dan memiliki tiga kategori untuk menilai perawatan diri toileting yaitu Mampu, Mampu Sebagian, Tidak Mampu. Frekuensi yang di dapat yaitu pada katagori Mampu 16 responden (53%), Mampu Sebagian 14 responden (47%), dan Tidak Mampu tidak ada responden (0%). Pasien dapat melakukan Toileting sendiri pada tempatnya, dan dapat melepas atau menggunakan pakaian pakaian untuk eliminasi. Hanya pasien tidak dapat menyiram toilet dengan sediri, pasien harus di perintah oleh petugas. Defisit perawatan diri klien Skizofrenia dengan gejala negatif terjadi pada seseorang mengalami gangguan atau hambatan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari meliputi mandi, berpakaian, makan, toileting. Kebutuhan pasien terhadap eliminasi dapat kurang terpenuhi, beberapa diantaranya buang air besar/buang air kecil di sembarang tempat yang dapat dipengaruhi oleh fisiologi, budaya, dan psikologi. Defisit perawatan diri pada pasien Skizofrenia disebabkan oleh adanya gangguan kognitif atau persepsi. Penurunan atau tidak ada motivasi dan ansietas berat yang menyebabkan ketergantungan

47 terhadap kebutuhan perawatan dirinya. Pilihan perawatan diri membutuhkan kontak intim antara perawat dengan klien dan komunikasi untuk mewujudkan hubungan terapeutik.