BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dalam rangka membantu peserta didik

dokumen-dokumen yang mirip
2013 PROGRAM BIMBINGAN KARIR BERDASARKAN PROFIL PEMBUATAN KEPUTUSAN KARIR SISWA

BAB I PENDUHULUAN. masa depan bangsa, seperti tercantum dalam Undang-Undang RI. No 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) termasuk individu-individu yang

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. kajian yang tidak pernah berhenti, dan upaya ke arah pendidikan yang lebih baik

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xi DAFTAR GRAFIK...

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhibbu Abivian, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. hidup ini semakin rumit, menuntut berbagai aspek kehidupan untuk dapat mengatasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang harus dilalui yang dimulai sejak lahir sampai meninggal.

2015 EFEKTIVITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK JOHARI WINDOW UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DIRI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. mengembangkan kematangan karir siswa SMA disajikan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang diungkapkan oleh Furqon (Yeti, 2011) bahwa berbagai studi secara

BAB I PENDAHULUAN. itu kebutuhan fisik maupun psikologis. Untuk kebutuhan fisik seperti makan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Metode, dan Desain Penelitian. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kuantitatif.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY 6 LANGKAH (MODEL TF-6M) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA DI SMK

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap negara di dunia telah memasuki awal era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan kata lain SMK dapat menghasilkan lulusan yang siap kerja.

BAB I PENDAHULUAN. remaja, yakni masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap peserta didik yang menempuh pendidikan di jenjang SMA sudah

DAFTAR ISI Esya Anesty Mashudi, 2012

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. remaja adalah memilih dan menyiapkan lapangan pekerjaan, dimana minat

2014 EFEKTIVITAS KONSELING KARIR TRAIT AND FACTOR UNTUK MEREDUKSI KESULITAN MEMBUAT KEPUTUSAN KARIR PESERTA DIDIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karir merupakan salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK DISKUSI KELOMPOK UNTUK MEMBANTU SISWA DALAM KEMANTAPAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN STUDI LANJUT

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan karir untuk mengembangkan selfefficacy

BAB I PENDAHULUAN. Masa SMA merupakan masa ketika remaja mulai memikirkan dan

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Pertanyaan Apa yang akan kulakukan? dan Aku akan jadi apa? sering

BAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. media globe (bumi yang bulat) yang akan terlihat seluruh daratan, lautan, karier untuk menuju masa depan yang lebih cerah.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Syabibah Nurul Amalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Layanan bimbingan dan konseling (BK) merupakan bagian yang

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN ANALISIS TRANSAKSIONAL UNTUK MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI SISWA. Yohana Oktariana ABSTRAK

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN DUNIA PERGURUAN TINGGI

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Halimatusa diah, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah kuantitatif karena

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

yang merupakan masa perkembangan transisi antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosio-emosional

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bagian ini diuraikan sejumlah kesimpulan penelitian sebagai hasil

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Artinya

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PE DAHULUA. Siswa sebagai generasi penerus bangsa dituntut untuk bisa mandiri, dewasa, dan juga

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. atau anak didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.

Pengaruh Penggunaan Strategi Restrukturing Kognitif dalam Konseling Kelompok terhadap Percaya Diri dalam Memilih Karier Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia remaja. Pada jenjang ini, remaja berada pada masa untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek yang penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nenden Nurrohmah, 2013

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam peneltian ini digunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) No.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dalam rangka membantu peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan bagi peranannya di masa datang. Menurut Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) pendidikan merupakan : usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Pengertian tersebut merupakan ungkapan makna teleologis dari pendidikan yakni menciptakan warga negara yang bertaqwa, berakhlak dan terampil. Untuk mencapai tujuan tersebut maka diselenggarakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang bersifat formal, nonformal maupun informal dengan berbagai jenjang. Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan salah satu jenjang pendidikan yang ditempuh oleh peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran secara formal. Pada jenjang ini, peserta didik berada pada pintu gerbang untuk memasuki dunia pendidikan tinggi atau dunia kerja yang merupakan wahana untuk membentuk integritas profesi yang didambakannya. Pendidikan harus berupaya untuk membantu peserta didik agar dapat merencanakan hidupnya di masa yang akan datang, dan dapat mencapai kesuksesan. Dengan kata lain, setelah 1

2 memperoleh pendidikan peserta didik diharapkan dapat melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau langsung terjun ke dunia kerja di masyarakat. Sebagai lembaga penyelenggara pendidikan formal, sekolah tidak hanya menjalankan program pengajaran dan administrasi saja, tetapi juga dilengkapi dengan program layanan bimbingan dan konseling. Pada konteks pendidikan dalam jalur formal, posisi bimbingan dan konseling di sekolah merupakan bagian integral dari program pendidikan, yang membantu siswa agar dapat menyelesaikan tugas perkembangannya secara optimal, berikut menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah yang dirasakan siswa, baik yang berkaitan dengan permasalahan belajar, pribadi, sosial maupun karir (Ramburambu Pedoman Penyelenggaraan BK, 2007: 1). Dilihat dari segi usia, siswa SMA adalah individu-individu yang berusia sekitar 15-18 tahun, yakni individu-individu yang sedang menjalani usia remaja (adolescence) (Hurlock, 1980: 206). Pada masa tersebut siswa berhadapan dengan tugas-tugas perkembangan yang harus dipelajari dan diselesaikan demi keberhasilan pada masa berikutnya. Keberhasilan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, selain ditentukan oleh tingkat kematangan dirinya ditentukan pula oleh lingkungan luar dirinya yang kondusif pada saat tugas-tugas perkembangan itu muncul. Menurut Super (Osipow, 1983: 157) dalam tugas perkembangan karir remaja berada pada tahap eksplorasi, pada tahap ini remaja mulai memikirkan berbagai alternatif pekerjaan, pencarian peran dan jati diri di sekolah. Pendapat

3 tersebut menggambarkan bahwa remaja pada tahap perkembangan karir, mulai mengidentifikasi jenis pekerjaan yang sesuai dengan bakat, minat, kecerdasan serta potensi yang dimilikinya. Pada sisi lain, tidak sedikit remaja yang dengan mudah dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan karirnya. Secara singkat, masalahmasalah yang sering muncul sehubungan dengan perkembangan remaja pada aspek kognitif adalah bersikap negatif terhadap guru dan pelajaran, merasa rendah diri (inferiority complex), dan merasa kesulitan dalam memilih bidang pendidikan (jurusan, program studi, atau jenis sekolah) yang cocok dengan dirinya, artinya dalam bidang karir permasalahan yang dihadapi remaja adalah kesulitan dalam mengambil keputusan dari berbagai alternatif pilihan karir yang ada (Abin Syamsuddin Makmun, 1981: 118). Siswa yang terhambat dalam menyelesaikan tugas perkembangan karir, menunjukkan ketidakpedulian terhadap karirnya di masa depan, tidak mempunyai rencana karir, tidak memiliki kematangan karir, ragu dalam mengambil keputusan karir, dan sebagainya. Hal ini dibuktikan dengan hasil studi yang dilakukan oleh Budiamin (2002: 260) yang salah satu temuannya mengungkapkan bahwa 90% siswa SMA di Kabupaten Bandung menyatakan bingung dalam memilih karir di masa depan. Permasalahan di atas menggambarkan bahwa masih banyak siswa SMA yang mengalami kesulitan dalam membuat keputusan karir. Pembuatan keputusan karir merupakan proses yang dilakukan oleh individu untuk mencari alternatifalternatif karir, membandingkannya serta menetapkan pilihan (Gati & Asher,

4 2001: 331). Pembuatan keputusan karir harus dilakukan dengan baik oleh siswa, karena akan berpengaruh terhadap karirnya di masa depan. Pada kenyataannya tidak semua orang dapat dengan mudah untuk mengambil suatu keputusan, adakalanya individu mengalami kesulitan untuk mengambil keputusan dalam menentukan alternatif mana yang seyogyanya harus mereka pilih. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Santrock (2003: 485) bahwa banyak remaja yang mengalami kebimbangan, ketidakpastian dan stres dalam pembuatan keputusan. Friedman (Gati, 2001: 331) pada tahun 1991 melakukan studi terhadap 1843 remaja di Israel, tentang jenis keputusan yang dihadapi remaja kelas IX, X dan XI. Pengambilan keputusan tersebut berkaitan dengan memilih sekolah menengah lanjutan (bagi siswa kelas IX), memilih jurusan (siswa kelas X), dan menentukan pilihan pekerjaan dalam dunia militer (siswa kelas XI). Hasil penelitiannya antara lain menyimpulkan bahwa masalah yang banyak dihadapi siswa adalah masalah kependidikan (43% seputar pendidikan dan karir). Masalah yang paling serius yang dihadapi oleh siswa dari 43% masalah pendidikan dan karir adalah permasalahan dalam memilih jurusan sebesar 46% dan memilih sekolah menengah (26%). Kesulitan yang dihadapi remaja dalam pembuatan keputusan, membuat mereka melimpahkan tanggung jawab pembuatan keputusan pada orang lain atau menunda dan bahkan menghindarinya, yang pada akhirnya berujung pada keputusan yang tidak optimal. Pengambilan keputusan yang dilakukan siswa dapat berpengaruh terhadap cara mereka menghadapi keputusan karir di masa

5 depan. Akhirnya, stres / tekanan selama proses pembuatan keputusan dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari remaja. Bagi para remaja, kemampuan pembuatan keputusan sangatlah penting dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan (Scott, Reppucci, & Woolard: 1995, dalam Gati, 2001: 330 ). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Taveira et al (Gati, 2001: 331), menyimpulkan bahwa stres tingkat tinggi pada remaja diasosiasikan dengan kegiatan eksplorasi dan pembuatan keputusan karir. Di sisi lain, sejumlah kesulitan dalam pembuatan keputusan pada, remaja bisa juga bersifat adaptif karena dapat meningkatkan motivasi untuk meminta bantuan kepada orang lain. Hasil penelitian-penelitian di atas mempunyai kesamaan yaitu menggambarkan bahwa masih banyak remaja (siswa SMA) yang mengalami kesulitan dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan karir. Jika kondisi ini terus dibiarkan tanpa ada tindakan yang tepat, maka para siswa akan terus menerus membuat keputusan karir tanpa alasan yang tepat dan tentu akan berpengaruh terhadap karirnya di masa depan. Sebagai salah satu upaya untuk membantu siswa dalam menghadapi permasalahan karir yang dihadapinya adalah dengan menyusun suatu layanan bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa. Bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir. Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan (Syamsu Yusuf & Juntika, 2005:

6 12). Bimbingan karir di sekolah sangatlah penting dalam membantu siswa mengenal dan memahami dirinya sehingga siswa mampu menentukan dan mengambil keputusan secara tepat dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya, sehingga mereka mampu mewujudkan dirinya secara bermakna. Fokus permasalahan karir yang dibahas dalam penelitian ini adalah kelanjutan pendidikan dan pekerjaan. Dengan diketahuinya tingkat kemampuan siswa dalam pembuatan keputusan karir, dijadikan sebagai landasan dalam merumuskan layanan bimbingan karir. Berdasarkan kondisi di atas maka dikembangkan suatu kerangka acuan yang terencana, fleksibel, serta dapat diaplikasikan dalam bentuk layanan bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir. B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Menurut Super (Osipow, 1983: 157) dalam tahap perkembangan karir, remaja berada pada tahap eksplorasi. Salah satu tugas perkembangan karir pada masa eksplorasi adalah memperoleh informasi dan keterampilan dalam membuat keputusan karir, artinya remaja harus memperoleh informasi yang relevan yang berhubungan dengan karirnya, sehingga diharapkan remaja tidak asal-asalan dalam membuat keputusan karir. Pada kenyataannya, siswa SMA yang berada pada masa remaja, pemikirannya masih labil dan mudah dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga ketika mengambil keputusan karir, tidak sedikit siswa yang terpengaruh oleh

7 pilihan teman, tanpa memperhatikan kemampuan yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Santrock (2003: 485) bahwa banyak remaja yang mengalami kebimbangan, ketidakpastian dan stres dalam pembuatan keputusan. Jika kondisi ini terus dibiarkan maka para siswa akan terus menerus membuat keputusan karir tanpa alasan yang tepat dan tentu akan berpengaruh terhadap karirnya di masa depan. Bagi para remaja, kemampuan pembuatan keputusan sangatlah penting dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Taveira, Silva, Rodriguez, dan Maia, 1998 (Gati, 2001: 331), stres tingkat tinggi pada remaja diasosiasikan dengan kegiatan eksplorasi dan pembuatan keputusan karir. Di sisi lain, sejumlah kesulitan pengambilan keputusan pada remaja bisa juga bersifat adaptif, karena dapat meningkatkan motivasi untuk meminta bantuan kepada orang lain, sehingga menurunkan kemungkinan kurangnya informasi dalam mengambil keputusan. Pembuatan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan karir. Artinya bimbingan karir diarahkan untuk membantu siswa agar dapat menentukan pilihan dan mengambil keputusan karirya. Siswa dibantu untuk memahami potensi diri serta memberikan informasi sesuai dengan keputusan karir yang akan diambilnya. Fenomena yang terpaparkan dari temuan-temuan di atas mengusung tema penelitian yang terfokuskan pada layanan bimbingan karir sebagai bentuk intervensi untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa. Upaya yang komprehensif dan ditujukan untuk memenuhi kepentingan tersebut

8 adalah studi dan pengembangan yang dapat menghasilkan layanan bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa. Masalah utama yang perlu segera dijawab melalui penelitian ini adalah: Layanan bimbingan karir seperti apa yang dapat meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa?, masalah pokok tersebut diuraikan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. a. Seperti apa profil kemampuan pembuatan keputusan karir siswa kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011? b. Seperti apa rumusan layanan bimbingan karir hipotetik untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011? c. Seperti apa gambaran keefektifan layanan bimbingan karir yang diberikan terhadap kemampuan pembuatan keputusan karir siswa kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011? 2. Batasan Masalah Masalah pokok di atas terkandung dua konsep yang harus dijelaskan yaitu kemampuan pembuatan keputusan karir dan layanan bimbingan karir. a. Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Para ahli Dillard (1985), Peter M Blau (1987), Sharf (1992), Supriatna (2009), Tiedeman dan O Hara (1992), Krumboltz (1990) mengungkapkan arti kemampuan pembuatan keputusan sebagai berikut.

9 Dillard (1985 : 53) mengatakan bahwa kemampuan pembuatan keputusan merupakan usaha yang jelas yang melibatkan perasaan, nilai, kecerdasan, komitmen, persepsi, dan informasi yang cocok. Dillard (1985: 42) mengungkapkan bahwa kemampuan pembuatan keputusan didasari oleh pengetahuan tentang pemahaman diri, pemahaman lingkungan efektif serta keterampilan tentang tanggung jawab. Peter M Blau (Sukardi, 1987: 88) mengungkapkan bahwa pembuatan keputusan karir pada intinya merupakan penentuan pilihan. Penentuan pilihan tersebut didasari oleh pengetahuan tentang pemahaman diri, pemahaman lingkungan efektif, pertimbangan kemandirian serta sikap terhadap keinginan untuk memperoleh informasi. Sharf (1992: 157-158) mengungkapkan bahwa kemampuan pembuatan keputusan karir didasari oleh dua hal yaitu : (1) pengetahuan tentang diri, pemahaman dunia kerja serta pertimbangan kemandirian, (2) sikap terhadap penilaian keterlibatan, keinginan mempelajari informasi, serta aktivitas penunjang. Sejalan dengan pendapat di atas, Supriatna (2009: 55), mengungkapkan bahwa kemampuan pembuatan keputusan didasari oleh tiga hal yaitu pengetahuan kesiapan, dan keterampilan. (1) pengetahuan ditandai dengan indikator-indikator yang meliputi : pemahaman diri, tujuan hidup, lingkungan, nilai-nilai, dunia kerja, (2) kesiapan ditunjukkan dengan indikator keyakinan dan keinginan, (3) keterampilan membuat keputusan merupakan alam tindak nyata atau in action.

10 Seseorang dikatakan memiliki keterampilan dalam membuat keputusan jika menunjukkan perilaku yaitu : mandiri, luwes, kreatif, dan bertanggung jawab. Tiedeman dan O Hara (Sharf, 1992: 303), memaparkan bahwa pembuatan keputusan adalah upaya untuk membantu individu menyadari semua faktor yang melekat pada setiap mengambil keputusan, sehingga mampu membuat pilihan yang tepat didasari oleh pengetahuan tentang diri dan informasi eksternal yang sesuai. Krumboltz, 1990 (Sharf, 1992: 275) pembuatan keputusan karir merupakan proses yang dilakukan oleh individu berdasarkan hasil pengalaman belajar sosial. Kemampuan pembuatan keputusan karir dipengaruhi oleh empat komponen yaitu : (1) faktor genetik merupakan faktor bawaan yang dimiliki oleh individu baik dari segi fisik atau bakat yang dimilikinya, dalam hal ini sebelum pembuatan keputusan karir individu harus memahami potensi-potensi diri yang dimilikinya, (2) kondisi lingkungan merupakan lingkungan yang ada disekitar individu yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan yang diambil. Kondisi sosial tersebut terdiri dari keadaan sosial masyarakat, kesempatan memperoleh pendidikan serta kondisi pekerjaan misalnya di desa memerlukan peternak dan petani, sedangkan di kota memerlukan pedagang dan para penyedia jasa, (3) pengalaman merupakan pengalaman individu dalam menetapkan suatu pilihan, dari pengalaman tersebut individu dapat memperoleh pelajaran untuk pembuatan keputusan selanjutnya, dan (d) keterampilan penyelesaian tugas merupakan pemahaman individu untuk menentukan pilihan dalam pembuatan keputusan karir. Keterampilan penyelesaian tugas ini merupakan bagian penting dalam

11 pembuatan keputusan karir. Hal-hal yang mendasari keterampilan tersebut adalah pengetahuan tentang tujuan pembuatan keputusan karir, pemahaman nilai, menganalisis alternatif pilihan yang ada, mencari informasi mengenai pilihan kelanjutan pendidikan atau pekerjaan. Berdasarkan pemaparan tersebut pada dasarnya kemampuan-kemampuan yang penting dalam pengambilan keputusan karir berdasarkan teori pengambilan keputusan karir Krumboltz adalah : (1) mengenal situasi keputusan yang penting; (2) menentukan keputusan yang akan diputuskan; (3) pemahaman diri serta lingkungan efektif; (4) menyusun alternatif-alternatif pilihan yang luas dan beragam; (5) mengumpulkan informasi yang diperlukan tentang alternatif-alternatif tersebut; (6) merencanakan dan melaksanakan urutan langkah-langkah pengambilan keputusan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, tampak bahwa esensi dari kemampuan pembuatan keputusan karir adalah proses untuk menentukan pilihan yang dilakukan oleh siswa SMA terhadap kelanjutan pendidikan atau pekerjaan, yang didasari oleh pengetahuan, sikap dan keterampilan. Dalam penelitian ini aspek-aspek kemampuan pembuatan keputusan karir dibatasi yaitu hanya perpaduan aspek pengetahuan dan sikap. Secara operasional, kemampuan pembuatan keputusan karir dalam penelitian ini merupakan respon siswa kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung terhadap pernyataan tertulis yang menyangkut aspek pengetahuan dan sikap. (1) aspek pengetahuan ditunjukkan dengan indikator-indikator yaitu : pemahaman diri artinya memahami kekuatan dan kelemahan diri, pertimbangan kemandirian artinya mempertimbangkan konsekuensi dari suatu pilihan serta kebebasan dalam

12 menentukan pilihan, pemahaman lingkungan efektif artinya peluang kelanjutan pendidikan atau pekerjaan; (2) aspek sikap ditunjukkan dengan indikator-indikator yaitu : kesiapan pembuatan keputusan artinya keinginan memperoleh informasi, penilaian keterlibatan artinya senang membicarakan kelanjutan pendidikan atau pekerjaan dengan orang lain, pilihan aktivitas penunjang artinya kegiatan-kegiatan yang menunjang kelanjutan pendidikan atau pekerjaan. Selanjutnya, aspek-aspek tersebut dituangkan ke dalam pernyataanpernyataan instrumen yang berbentuk skala. Jumlah skor total yang diperoleh siswa menghasilkan data profil kemampuan pembuatan keputusan karir siswa. b. Layanan Bimbingan Karir Layanan bimbingan merupakan salah satu bagian dari program bimbingan. Maka untuk menjelaskan konsep layanan bimbingan karir, diuraikan terlebih dahulu mengenai konsep program bimbingan sebagai berikut. Program bimbingan dan konseling sekolah merupakan serangkaian rencana aktivitas layanan bimbingan dan konseling di sekolah, yang selanjutnya akan menjadi pedoman bagi setiap personel dalam pelaksanaan dan pertanggungjawabannya (Uman Suherman, 2007: 59). Menurut Winkel (2005: 119) menjelaskan bahwa program bimbingan adalah suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi, dan terkoordinasi selama periode tertentu. Kerangka program bimbingan yang utuh merupakan pelayanan bimbingan dan konseling yang dikelola dengan baik sehingga berjalan secara efektif dan

13 produktif. Dalam merumuskan program berbasis kebutuhan siswa, struktur dan isi atau materi harus didasarkan atas hasil penelitian dan kebutuhan siswa dalam hal ini adalah kemampuan pembuatan keputusan karir. Struktur pengembangan program terdiri atas rasional, visi dan misi, deskripsi kebutuhan, tujuan, komponen program, rencana operasional, pengembangan tema/topik, pengembangan satuan layanan, evaluasi dan anggaran (MGBK, 2009: 11-16). Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa esensi layanan bimbingan adalah rangkaian suatu kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang merupakan implementasi dari strategi layanan bimbingan dan konseling. Secara operasional, layanan bimbingan karir yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan satuan kegiatan bimbingan karir yang direncanakan secara sistematis, terarah dan terpadu, yang dirancang berdasarkan kebutuhan siswa kelas XI SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011, yang diperoleh dari analisis hasil instrumen kemampuan pembuatan keputusan karir yang diberikan. Struktur layanan yang dikembangkan terdiri atas rasional, deskripsi kebutuhan, tujuan, sasaran layanan, pengembangan tema, tahapan atau langkah layanan, sistem sosial, media dan alat pendukung serta evaluasi dalam upaya membantu meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa. Tahapan atau langkah layanan terdiri atas tujuh sesi, yaitu : (a) pre-test merupakan sesi layanan yang pertama yang bertujuan untuk mengetahui profil kemampuan pembuatan keputusan karir; (b) analisis prioritas kebutuhan, pada sesi ini guru pembimbing menjelaskan prioritas kebutuhan siswa serta penjelasan

14 mengenai tahapan pembuatan keputusan berdasarkan pandangan Asosiasi Psikologi Amerika; (c) inilah potensi diriku, sesi ini bertujuan untuk membantu siswa memahami keunggulan dan kelemahan dirinya dalam bidang akademik, (d) lingkaran karir, pada sesi ini dijelaskan peluang-peluang pekerjaan yang bisa dimasuki siswa sesuai dengan program studinya di SMA; (e) aktivitas karir, pada sesi ini siswa menganalisis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukannya dari kelas XI untuk menunjang cita-cita kelanjutan pendidikan atau pekerjaannya di kelas XII; (f) post-test merupakan sesi terakhir yang bertujuan untuk melihat profil kemampuan pembuatan keputusan karir siswa kelas eksperimen setelah pemberian treatment. Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, kerangka alur penelitian ini divisualisasikan dalam Gambar 1.1 sebagai berikut.

15 Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Pengetahuan Sikap 1. Pemahaman Diri 2. Pertimbangan Kemandirian 3. Pemahaman Lingkungan Efektif 1. Kesiapan Pembuatan Keputusan 2. Penilaian Keterlibatan 3. Pilihan Aktivitas Penunjang Layanan Bimbingan Karir Hipotetik untuk Meningkatkan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Pretest Layanan Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Instrumen Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Judgment Instrumen Standar Profil Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Uji Kelayakan Oleh Pakar dan Praktisi Lapangan Posttest Layanan Bimbingan Karir yang efektif untuk Meningkatkan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir Gambar 1.1. Kerangka Operasional Penelitian tentang Layanan Bimbingan Karir untuk Meningkatkan Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir

16 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menghasilkan layanan bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa kelas XI di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011. Untuk mencapai tujuan tersebut ditempuh langkah-langkah khusus penelitian dalam rangka : 1. Mendeskripsikan profil kemampuan pembuatan keputusan karir siswa. 2. Merancang layanan bimbingan karir hipotetik untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa. 3. Menggambarkan efektivitas layanan bimbingan karir untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terutama bagi guru pembimbing di SMA Pasundan 8 Bandung, Jurusan PPB serta peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut. 1. Bagi Guru Pembimbing Penelitian menghasilkan layanan bimbingan karir yang efektif untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu pemberian layanan bimbingan karir di Sekolah. Instrumen Kemampuan Pembuatan Keputusan Karir (IKPK2) yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat dipergunakan untuk menggambarkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa, khususnya siswa SMA;

17 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Melakukan penelitian dengan melihat perbedaan kemampuan pembuatan kemampuan pembuatan keputusan karir antara laki-laki dan perempuan, atau melihat perbedaan kemampuan pembuatan kemampuan pembuatan keputusan karir antara siswa pada program studi IPA dan IPS. 3. Bagi Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan. Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan baik di bidang kemampuan pembuatan keputusan karir. Selain itu, diharapkan dapat menjadi acuan dalam pengembangan layanan bimbingan dan konseling karir. E. Asumsi Penelitian 1. Pembuatan keputusan adalah upaya untuk membantu individu menyadari semua faktor yang melekat pada setiap mengambil keputusan, sehingga mampu membuat pilihan yang tepat didasari oleh pengetahuan tentang diri dan informasi eksternal yang sesuai. 2. Pembuatan keputusan (decision making) berarti proses penentuan pilihan. Memfasilitasi pengembangan pengetahuan tentang membuat keputusan berarti proses bantuan untuk memudahkan siswa menentukan pilihan, yang dalam konteks ini adalah pilihan karir. 3. Pada umumnya orang membuat keputusan mengenai karir pada masa remaja. Keputusan tersebut dapat memberikan konsekuensi yang sifatnya permanen terhadap karir remaja di masa depan, keadaan psikologis, kesehatan, dan penerimaan masyarakat seseorang.

18 kesehatan, dan penerimaan masyarakat seseorang. 4. Pembuatan keputusan karir bisa menjadi suatu tugas yang berat manakala kita tidak bisa menetapkan suatu pilihan, yang bisa disebabkan karena terlalu banyaknya alternatif karir, terlalu banyak informasi dan terlalu banyak masukan dari orang lain, sehingga dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman, marah, dan kebingungan, sebagian orang menganggap bahwa pembuatan keputusan merupakan proses yang melelahkan. 5. Stres tingkat tinggi pada remaja diasosiasikan dengan kegiatan eksplorasi dan pembuatan keputusan karir. 6. Kemampuan pembuatan keputusan didasari oleh tiga hal yaitu : (a) pengetahuan mengenai diri, tujuan hidup, lingkungan, nilai-nilai, dunia kerja, (b) kesiapan yang ditandai dengan keinginan, dan (c) keterampilan ditunjukkan dengan perilaku mandiri, kreatif, dan bertanggung jawab. 7. Bimbingan karir merupakan bimbingan untuk membantu individu dalam perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah karir. Bimbingan karir juga merupakan layanan pemenuhan kebutuhan perkembangan individu sebagai bagian integral dari program pendidikan. 8. Pengambilan keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan karir. Bimbingan karir di arahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan karirnya. 9. Hasil studi lapangan (Tim BK Bandung : 2007) menunjukkan bahwa layanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah sangat dibutuhkan, karena banyaknya masalah siswa di Sekolah/Madrasah, besarnya

19 kebutuhan siswa akan pengarahan diri dalam memilih dan mengambil keputusan, perlunya aturan yang memayungi layanan bimbingan dan konseling di Sekolah, serta perbaikan tata kerja baik dalam aspek ketenagaan maupun manajemen. F. Hipotesis Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan karir yang dirumuskan efektif untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan karir siswa kelas XI di SMA Pasundan 8 Bandung Tahun Ajaran 2010/2011. G. Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan suatu pendekatan yang menghasilkan data hasil secara nyata dalam bentuk angka-angka sehingga memudahkan proses analisis dan penafsirannya dengan menggunakan perhitungan statistik (Riduan, 2005: 5). Metode penelitian yang digunakan adalah metode quasi experiment (eksperimen semu), yakni metode yang cara pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive sample. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain satu kelompok subjek (one group pre-post design) yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa kelompok pembanding (Arikunto, 2009: 212). Dengan alasan

20 bahwa pre-test memberikan landasan untuk membuat komparasi perubahan yang dialami oleh sampel yang sama sebelum dan sesudah dikenakan eksperimen treatment.