Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Di Taman Kanak-Kanak SITI AISYAH. perkembangan siswa. Guru sebagai peneglola, memiliki kewajiban untuk

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. KAJIAN PUSTAKA. Efektivitas dalam bahasa Indonesia merujuk pada kata dasar efektif yang diartikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. dalam tugas yang metode solusinya tidak diketahui sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan berbagai kompetensi tersebut belum tercapai secara optimal.

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN PERCAYA DIRI PESERTA DIDIK MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING PADA MATERI KONSEP VIRUS

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aktifitas yang berupaya untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetensi yang terdapat dalam kurikulum tingkat satuan pelajaran (KTSP) mata

BAB I PENDAHULUAN. SD merupakan titik berat dari pembangunan masa kini dan masa mendatang.

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penalaran menurut ensiklopedi Wikipedia adalah proses berpikir yang bertolak

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi Inti ke-2 yaitu melatih diri bersikap konsisten, rasa ingin tahu, bersifat

permasalahan untuk merangsang pemikiran siswa supaya siswa dapat lebih aktif menjawab pertanyaan, mampu memecahkan masalah dengan mudah dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan termasuk

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh :

I. PENDAHULUAN. dan kritis (Suherman dkk, 2003). Hal serupa juga disampaikan oleh Shadiq (2003)

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai berbagai aspek kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Masyarakat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. peningkatan hasil belajar matematika dan ketrampilan berpikir kritis siswa di MI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

Penerapan Metode Problem Based Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar Materi Barisan dan Deret Bilangan Pada Siswa Kelas IX E SMPN 1 Kalidawir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatnya kemampuan siswa, kondisi lingkungan yang ada di. dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan temuan hasil penelitian yang telah dikemukakan di depan, dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu pengetahuan yang diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendidikan juga di pandang sebagai sarana untuk menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. dahulu kita harus mengetahui definisi dari masalah itu sendiri. Prayitno (1985)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut adanya sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia menjadi perhatian saat memasuki abad ke-21.

PENGGUNAAN METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DI SMP NEGERI 4 KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dirancang dan disajikan. Dengan dilaksanakannya Kurikulum

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa terdiri atas empat komponen penting yaitu keterampilan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Makna umum pendidikan adalah sebagai usaha manusia menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Menengah Pertama

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas dan terampil (Ristanto, 2010).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum belief diartikan sebagai keyakinan atau kepercayaan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan suatu perubahan yang positif. Proses belajar bertujuan untuk

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas, berkarakter dan mampu berkompetensi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. solusi. Sebagai contoh, suatu masalah dapat direpresentasikan dengan obyek,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN. meliputi, tenaga pendidik, pengelola satuan pendidikan, penilik, pengawas,

Transkripsi:

Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah Di Taman Kanak-Kanak SITI AISYAH Abstrak : Kegiatan pembelajaran mengacu pada kebutuhan dan tingkat perkembangan siswa. Guru sebagai peneglola, memiliki kewajiban untuk memberikan fasilitas terbaik bagi siswa untuk mengembangkan kemampuannya secara optimal. Sebagai subyek pembelajaran, siswa tidak hanya diam dan mendengarkan ceramah dari guru dan mengerjakan seluruh tugas yang diberikan guru, siswa memiliki kesempatan terlibat aktif secara fisik dan mental dalam proses pembelajaran dalam rangka membangun pengetahuannya. pemilihan strategi pembelajaran yang tepat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pembelajaran berbasi masalah menjadi solusi dalam meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif dan inovatif sehingga memberikan motivasi dalam menyelesaikan masalah tersebut. PENDAHULUAN Kegiatan pembelajaran di sekolah dasar saat ini berorientasi pada kemampuan siswa sebagai subyek pembelajaran. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penelitian dalam bidang pendidikan membuat perubahan paradigma pembelajaran dari behavioristik yang menekankan pada pembiasaan menjadi konstruktivis yang menekankan pada pengalaman belajar siswa. guru menjadi ujung tombak pelaksanaan kebijakan pemerintah tentang

standar pendidikan nasional. Kebijakan standar pendidikan yang dikeluarkan oleh pemerintah tidak diikuti dengan pemenuhi standar sarana dan prasarana serta tenaga pendidikan di masing-masing sekolah sehingga kondisi tersebut mengharuskan sekolah untuk mengangkat guru honor atau sukarelawan untuk memenuhi kebutuhan guru. (Mundiri, 2017) Perubahan paradigma guru dengan gaya mengajar yang konvensional berbeda dengan paradigma pembelajaran dalam kurikulum 2013. Kegiatan pembelajaran yang menekankan pada hafalan dan ulangan hanya menghasilkan kemampuan atau kompetensi pengetahuan level terendah yaitu ingatan. Standar Kegiatan pembelajaran di kelas yang hanya melatih siswa menghafal atau memecahkan soal tertulis saja, tidak akan bisa mengembangkan kreativitas siswa. Hal itu akan mengakibatkan pendidikan yang baik tidak akan pernah terlaksana (Utomo dkk, 2014:6). Dulu para mahasiswa disibukkan dengan hafalan berbagai teori dan konsep penanganan penyakit, namun ketika menghadapi masalah di dunia nyata, terkadang teori yang sudah dikuasai dengan baik belum tentu mampu diterapkan sepenuhnya atau kadang-kadang cara mengatasinya kurang tepat, karena fakta lapangan yang dihadapi sangat bervariasi (Saleh, 2013:192). Pembelajaran yang menggunakan teknik hafalan tidak hanya terjadi di sekolah melainkan juga di Universitas sehingga kemampuan dan kreativitas siswa tidak berkembang dengan baik karena siswa hanya mengingat apa yang disampaikan guru kepada siswa. metode pembelajaran tersebut dinilai tidak efektif dan tidak relevan pada saat ini. Setiap siswa memiliki potensi kritis dan kreatif, tetapi masalahnya bagaimana cara mengembangkan potensi tersebut melalui proses pembelajaran di

kelas (Sunaryo, 2014:42). Kreasi dan inovasi dalam kegiatan pembelajaran perlu dikembangkan oleh guru dalam rangka memenuhi standar kompetensi dalam kurikulu. Pemilihan dan penggunaan metode pembelajaran didasarkan pada kesempatan bagi siswa untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal melalui kegiatan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Pembelajaran berpusat pada siswa dan siswa terlibat secara aktif dan berinteraksi di dalam kelas untuk membentuk pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya secara mandiri. Melalui hubungan di dalam dan di luar kelas, pendekatan CTL menjadikan pengalaman lebih relevan dan berarti bagi peserta didik dalam membangun pengetahuan yang akan mereka terapkan dalam pembelajaran seumur hidup (Saleh, 2013:194). KAJIAN TEORI Pembelajaran Karakteristik dari PBM di antaranya adalah: 1) memposisikan siswa sebagai self-directed problem solver melalui kegiatan kolaboratif, 2) mendorong siswa untuk mampu menemukan masalah dan mengelaborasinya dengan mengajukan dugaan-dugaan dan merencanakan penyelesaian, 3) memfasilitasi siswa untuk mengeksplorasi berbagai alternatif penyelesaian dan implikasinya, serta mengumpulkan dan mendistribusikan informasi, 4) melatih siswa untuk terampil menyajikan temuan, dan 5) membiasakan siswa untuk merefleksi tentang efektivitas cara berpikir mereka dalam menyelesaikan masalah (Herman, 2007:48-49). Setiap siswa memiliki keunikan dan kemampuan yang beraneka ragam. Melalui kolaborasi dan kerjasama yang baik siswa mampu

melakukan berbagi hal yang tidak diduga oleh guru. Setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk dapat belajar sesuai dengan motivasi dan kebutuhannya. Pertama guru memberikan kesempatan dan keyakinan kepada siswa untuk dapat menyelesaikan setiap peroalan atau tugas dalam kegiatan pembelajaran. Melalui kemampuan berpikir dan menduga siswa mulai mencari tahu cara untuk memecahkan suatu masalah berdasarkan fakta-fakta yang ditemui selama pembelajaran. Belajar pada esensinya adalah memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sehingga memiliki keterampilan dalam mengaplikasikannya dengan sikap yang positif. Setiap aktivitas siswa merupakan pengalaman belajarnya dan guru yang baik akan menjadi fasilitator bagi siswa dalam mengoptimalkan kemampuannya dalam memperoleh pelajaran secara mandiri. Pembelajaran Berbasis Masalah Problem Based Learning (PBL), merupakan salah satu model pembelajaran pembelajaran yang menuntut aktivitas mental siswa untuk memahami suatu konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada awal pembelajaran dengan tujuan untuk melatih siswa menyelesaikan masalah dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah (Utomo dkk, 2014:6). Model pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa aktif dalam proses pembelajaran dan memiliki kesempatan untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri dalam memecahkan masalah sehingga menunjang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya. Sementara untuk menentukan benar tidaknya pengetahuan yang diperoleh atau cara pemecahan masalah yang dilakukan, siswa harus mengceknya kembali

langkah-perlangkah sehingga kemampuan berpikir kritisnya terlatih (Sunaryo, 2014:42). Pembelajaran yang diawali dengan sebuah soal atau permasalahan mengharuskan siswa mengeluarkan seluruh kemampuan berpikirnya untuk menjawab atau memecahkan permasalahan yang ada. Siswa akan mencoba berbagai alternatif solusi yang dianggap mampu menyelesaikan persoalan tersbut. Secara perlahan tetapi pasti, pintu-pintu jawaban akan mulai terbuka dan menggiring siswa pada jawaban yang sesungguhnya. Siswa akan mencoba membuktikan kebenaran yang diperolehnya melalui pembuktian terbalik. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah Menurut Suprijono (2010:73) bahwa pembelajaran berbasis masalah terdiri dari lima fase dan perilaku. Fase 1: memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa, fase 2: mengorganisasikan siswa untuk meneliti, fase 3: membantu investigasi mandiri dan kelompok, fase 4: mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit dan terakhir fase 5: menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah (Sunaryo, 2014:43). Peran seorang guru dalam pembelajaran berbasis masalah antara lain: (1) Merancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar; (2) Menjadi pelatih siswa dalam proses pemecahan masalah, pengarahan diri dan pembelajaran teman sebaya; (3) Menfasilitasi proses PBM yaitu mengubah cara berpikir, mengembangkan ketrampilan inquiri dan menggunakan pembelajaran kooperatif; (4) Melatih siswa tentang strategi pemecahan masalah, berpikir kritis dan berpikir sistematis; (5) Menjadi perantara proses penggunaan informasi (Rusman dalam Oktaviarini, 2015:79).

Pertama, kegiatan pembelajaran dirancang dan menggunakan permasalahan yang ada di dunia nyata, sehingga siswa dapat menguasai hasil belajar. Melalui permasalahan yang kontekstual memberikan kemudahan bagi siswa untuk menalar dan mencari alternatif solusi. Guru mengemukakan sebuah permasalahan untuk dipecahkan oleh siswa. kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4 sampai dengan 5 orang setiap kelompok. Setiap kelompok bekerjasama dan berdiskusi membicarakan tentang cara untuk memecahkan masalah yang dikemukakan oleh guru. Meskipun diskusi siswa di taman kanak-kanak hampir seperti perdebatan kecil anak-anak tapi itu cukup efektif dalam melakukan diskusi. Memahami masalah yang dikemukakan dapat memberikan kemudahan bagi siswa untuk memecahkan permasalahan tersebut. Kedua, guru memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan berkomunikasi dan bekerja satu sama lain sehingga akan terbentuk kinerja tim yang saling melengkapi.(baharun & Mundiri, 2011) Siswa taman kanak-kanak lebih suka beraktivitas yang melibatkan fisik dari melihat dan mendengarkan. Guru berperan sebagai fasilitator dan motivator serta menyediakan kelas yang kondusif bagi kegiatan belajar siswa. Guru dapat memberikan intervensi apabila dirasa siswa mulai mengalami kesulitan dalam kelompoknya. Guru dapat mengarahkan siswa ke dalam tahapan yang semestinya dan memberikan saran dan masukan sesuai kebutuhan. Guru memberdayakan kemampuan setiap siswa dalam tim agar dapat saling bekerjasama dengan baik. Pembagian kelompok yang heterogen dan proporsional dapat memberikan dampak yang positif terhadap kerjasama kelompok.

Ketiga, guru menekankan pada pembelajaran kooperatif siswa. masalah yang dipecahkan perorangan hasilnya akan lebih baik apabila dipecahkan oleh beberapa orang yang saling bekerjasama. Cara berpikir siswa dapat dirubah melalui kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi siswa. melalui berbagai pengalaman, siswa mulai belajar mematangkan cara berpikirnya agar menjadi lebih baik. Cara berpikir tersebut yang menentukan apakah siswa dalam kelompok saling bekerja sama atau bekerja sendiri-sendiri. Melalui pembelajaran kooperatif dan memaksimalkan kemampuan setiap siswa, setiap kelompok akan memiliki banyak cara untuk mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran. Siswa taman kanak-kanak memiliki kesulitas untuk bekerjasama, akan tetapi apabila salah seorang siswa berhasil melakukan sesuatu maka yang lain akan mengikutinya. Keempat, setiap kelompok membuat perencanaan yang sistematik tentang proses pemecahan masalah pembelajaran. Melalui perencanaan tersebut, siswa dapat membagi tugas kepada masing-masing siswa untuk menyelesaikan setiap tahapan yang telah direncanakan. Anak-anak lebih suka merencanakan sebelum melakukan. Siswa akan saling berdebat untuk melakukan bagian yang mana terlebih dahulu dan kegiatan selanjtnya. Diskusi tersebut akan menentukan tahap kegiatan awal pembelajaran siswa. Dan kelima, guru berperan sebagai mediator dan sumber informasi bagi siswa yang mengalami kesulitan informasi untuk memecahkan masalah. Siswa taman kanak-kanak memiliki keterbatasan dalam mengolah infomasi di sekitar mereka sehingga peran guru menjadi sangat sentral dalam mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam mengolah informasi yang ada untuk memecahkan masalah pembelajaran.(mundiri & Zahra, 2017)

Kesimpulan Pembelajaran berbasis masalah merupakan strategi yang tepat untuk mengembangkan kemampuan siswa secara mandiri. Siswa taman kanak-kanak sangat tertarik terhadap berbagai masalah di sekitar mereka. Mereka melakukan percobaan-percobaan kecil untuk mengetahui tentang apa yang mereka dapat pelajari dari suatu masalah. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menyediakan kondisi pembelajaran yang kondusif bagai kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan oleh siswa. siswa masih memerlukan banyak bimbingan dan arahan agar mereka mampu mempelajari berbagai cara dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA Saleh, M. 2013. Strategi Pembelajaran Fiqh dengan Problem Based Learning, Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA, 14(1): 191-120, (http://jurnal.arraniry.ac.id/index.php/didaktika/article /viewfile/497/415), diakses 11 Januari 2018. Herman, T. 2007. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama. EDUCATIONIST, 1(1): 47-56, (http://file.upi.edu/direktori/jurnal/educationist/vol._i_n o._1-januari_2007/6._tatang_herman.pdf), diakses 11 Januari 2018. Utomo, T., Wahyuni, D., dan Hariyadi, S. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Terhadap Pemahaman

Konsep dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa (Siswa Kelas VIII Semester Gasal SMPN 1 Sumbermalang Kabupaten Situbondo Tahun Ajaran 2012/2013). Jurnal Edukasi Unej, 1(1): 5-9, (https://jurnal.unej.ac.id/index.php/jeuj/article/download/1025/82 2/), diakses 11 Januari 2018. Sunaryo, Y. 2014. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Siswa SMA Di Kota Tasikmalaya. Jurnal Pendidikan dan Keguruan, 1(2): 42-51, (https://media.neliti.com/media/publications /209679-modelpembelajaran-berbasis-masalah-untu.pdf), diakses 11 Januari 2018. K. Oktaviarini, A. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis, Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, Halaman 77-82, (http://seminar.uny.ac.id/semnasmatematika/sites/ seminar.uny.ac.id.semnasmatematika/files/banner/pm-12.pdf), diakses 11 Januari 2018. Baharun, H., & Mundiri, A. (2011). Metodologi Studi Islam: Percikan Pemikiran Tokoh Dalam Membumikan Agama. Ar-Ruzz Media (1st ed.). Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Mundiri, A. (2017). Organizational Culture Base On Total Quality Management In Islamic Educational Institution. ADRI International Journal Of Islamic Studies and Social Sciences, 1(1), 1 11. Mundiri, A., & Zahra, I. (2017). CORAK REPRESENTASI IDENTITAS USTADZ DALAM PROSES TRANSMISI PENDIDIKAN KARAKTER DI

PESANTREN. Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 2, No, 21 35.