ARTIKEL RISET URL artikel:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

Rakhma Nora Ika Susiana *) Abstrak

Jurnal Keperawatan Universitas Negeri Gorontalo 2015

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

Oleh Sherli Mariance Sari Program Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina Husada Palembang

PENGARUH TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI-SENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI PADA

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

POLA KOMUNIKASI KELUARGA DAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI KELURAHAN PADANG BULAN MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA TERHADAP PENURUNAN FUNGSI PENGLIHATAN DI DAERAH YAYASAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA AL- KAUTSAR PALU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

Nur Gutanto 1, Sri Hendarsih 2, Christin Wiyani 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

NASKAH PUBLIKASI GUSRINI RUBIYANTI NIM I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

PENGARUH PENERAPAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HALUSINASI TERHADAP KEMAMPUAN KLIEN MENGONTROL HALUSINASI DI RSKD DADI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Memasuki masa tua berarti mengalami perubahan baik secara fisiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

BAB III METODE PENELITIAN. intervensi diberikan pretest tentang pengetahuan stroke dan setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Krisis multi dimensi yang melanda masyarakat saat. ini telah mengakibatkan tekanan yang berat pada sebagian

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA PROVINSI GORONTALO

Pengaruh Promosi Kesehatan Tentang HIV/AIDS Terhadap Tingkat Pengetahuan Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : NUR ALIEF MAHMUDAH

Aji Galih Nur Pratomo, Sahuri Teguh, S.Kep, Ns *)

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa pada manusia. Menurut World Health Organisation (WHO),

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan metode penelitian Pra Eksperimental yaitu

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen, dan dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MENCUCI TANGAN SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian. jalan yang banyak dikunjungi oleh customer dan menjadi produk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menilai pengaruh doa dan dzikir al-ma tsurat terhadap skor depresi pasien

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

III. METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian ini menggunakan desain penelitian Quasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan telah

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

DUKUNGAN KELUARGA MEMPENGARUHI KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN SKIZOFRENIA ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN. dalam satu kelompok (One-group pre-post test design). Sebelum diberikan

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut

BAB 1 PENDAHULUAN. kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti. diri dan mempertahankan struktur dan fungsi normalnya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian pra-eksperiment dengan desain penelitian one group

BAB 1 PENDAHULUAN. yang di sebut dengan proses menua (Hurlock, 1999 dalam Kurniawan,

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu eksperimental semu (Quasi Experimental. Design). Tipe penelitian Quasy Eksperimental Design adalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

EFFECT OF ACTIVITY GROUP THERAPY: THE SOCIALIZATION OF THE CLIENT S VERBAL COMMUNICATION SKILL WITH SOCIAL ISOLATION IN THE PSBL PHALA MARTHA

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang digunakan yaitu tahun. Penelitian ini menggunakan. tiap panti tersebut mengalami hipertensi.

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB III METODE PENELITIAN. resiko dan faktor efek (Notoatmodjo, 2010).

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE TERHADAP KESIAPAN MENGHADAPI MENOPAUSE PADA IBU PREMENOPAUSE DI DUSUN PANDES, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

PENGARUH PENYULUHAN TENTANG MENOPAUSE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG OBAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PASIEN GANGGUAN JIWA DI DESA BANARAN KULON PROGO YOGYAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan rancangan penelitian eksperimen (Quasy Experiment) pre and post

BAB I PENDAHULUAN. terapi lingkungan untuk pasien dengan depresi yaitu Plant therapy di mana tujuan dari

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

GAMBARAN SKALA DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA MARGOMULYO KECAMATAN PUGER KABUPATEN JEMBER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian quasy experimental, control group pre test post test design. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Remaja atau young people adalah anak yang berusia tahun (World

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

BAB I. empat dekade mendatang, proporsi jumlah penduduk yang berusia 60 tahun. 10% hingga 22% (World Health Organization, 2012).

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian dengan melakukan kegiatan percobaan (experiment), yang

Transkripsi:

ARTIKEL RISET URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh1206 Terapi Aktivitas Kelompok terhadap Kemampuan Sosialisasi Lansia K Fatma Jama 1 1 Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Muslim Indonesia Email Penulis Korespondesi ( K ): FatmaJama_M.Kes2@yahoo.co.id ABSTRAK Terapi aktifitas kelompok sangat penting dilakukan untuk melatih kemampuan sosialisasi, khususnya pada lansia yang tinggal di panti sosial. Lansia yang kemampuan sosialisasinya baik akan lebih mudah dan mampu berinteraksi sosial ke masyarakat serta lingkungan sekitarnya, sedangkan pada lansia yang mengalami gangguan bersosialisasi, maka lansia tersebut akan mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi ke masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Lansia pada umumnya akan mengalami masalah dalam kehidupannya dimana permasalahan tersebut salah satunya adalah perubahan status dan peranannya dalam kelompok atau masyarakat, serta kurangnya sosialisasi antara lansia satu dengan lansia lainnya. Lansia yang mengalami permasalahan tersebut akan sangat berdampak pada perubahan psikososialnya, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya perubahan perilaku. Perubahan perilaku yang dimaksudkan berkaitan dengan ketidakmampuan lansia bersosialisasi ke sesama lansia lainnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi aktifitas kelompok terhadap kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan One Group Pre-test dan Post-test. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Accidental Sampling, dimana sampel penelitian yang didapatkan adalah sebanyak 32 orang. Hasil penelitian diperoleh dengan menggunakan kuesioner pada pre-post dan observasi langsung pada post-test. Pengolahan data/uji statistik menggunakan uji T-paired. Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara signifikan pemberian terapi aktifitas kelompok dengan cara bermain, keterampilan sosial, dan kerja bakti dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Kata Kunci: Terapi Aktifitas Kelompok, Sosialisasi, Lansia Latar Belakang PENDAHULUAN Proses penuaan merupakan suatu proses alamiah yang tidak dapat dicegah dan merupakan hal yang wajar dialami oleh orang yang dikaruniai umur panjang. Walau merupakan suatu hal yang alami, proses menua tetap menimbulkan permasalahan baik secara fisik, biologis, mental maupun sosial ekonomi. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 629 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar (Wahjudi, 2012). Lansia pada umumnya akan mengalami masalah dalam kehidupannya yang dimana permasalahan tersebut salah satunya perubahan status dan peranannya dalam kelompok atau masyarakat, serta kurangnya sosialisasi antara lansia satu ke lansia lainnya. Lansia yang mengalami permasalahan tersebut akan sangat berdampak pada perubahan psikososialnya sehingga dapat mengakibatkan lansia mengalami perubahan perilaku dimana perubahan perilaku dimaksudkan berkaitan dengan ketidakmampuan lansia bersosialisasi ke sesama lansia lainnya (Wahjudi, 2012). Dari gangguan sosialisasi yang dialami lansia, maka perlu diadakannya terapi aktivitas kelompok, yang merupakan salah satu terapi modalitas untuk mengembalikan kemampuan lansia dalam melakukan sosialisasi ke 97 Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

sesama lansia lainnya. Terapi aktivitas kelompok ini efektif mengubah perilaku karena di dalam kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam kelompok akan terbentuk satu sistem sosial yang saling berinteraksi dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Yunita, 2012). Beberapa penelitian mengenai pengaruh terapi aktivitas kelompok terhadap klien dengan masalah keperawatan gangguan sosialisasi seperti penelitian yang dilakukan oleh Andaryaniwati (2011) menunjukkan persentasi pelaksanaan yang memuaskan, yaitu mencapai tingkat keberhasilan 90% dalam dua minggu, dimana terapi tersebut terbukti mampu meningkatkan kemampuan pasien untuk berinteraksi sosial. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi aktifitas kelompok terhadap kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Desain Penelitian METODE Desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan One Group Pre-Test dan Post-Test, merupakan penelitian eksperimen yang hanya menggunakan kelompok studi tanpa menggunakan kelompok kontrol untuk mengidentifikasi pengaruh terapi aktifitas kelompok terhadap kemampuan sosialisasi lansia di Panti Tresna Werda Gau Mabaji. Variabel dalam penelitian ini berdistribusi normal sehingga digunakan uji T untuk analisis data. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa yang berjumlah 100 orang. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 32 orang, diambil dengan teknik Accidental Sampling. Responden mengikuti penelitian hingga akhir penelitian. Metode Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teknik wawancara dengan menggunakan kuosioner. Lembar pertanyaaan observasi terstruktur. Responden hanya menjawab sesuai menggunakan skala Guttman, yaitu menjawab benar atau salah. Jumlah pertanyaan untuk identifikasi pre-test adalah 20 pertanyaan dan diberi scoring, jika jawaban ya diberi skor 2, dan jika tidak diberi skor 1. Sementara peneliti melakukan observasi langsung untuk post-test. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis Univariat dan Bivariat. Analisis Bivariat menggunakan uji T berpasangan (T-paired), sementara untuk uji prasyarat dilakukan terapi aktifitas kelompok baik pre maupun post-test. Batas signifikansi untuk menerima maupun menolak hipotesis ditentukan sebesar 5% (0.05). Distribution Karakteristik Respondent HASIL Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik Demografi Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa Karakteristik n % Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 14 18 43.8 56.2 98 Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Karakteristik n % Umur 54-59 Tahun 60-74 Tahun 75-90 Tahun >90 Tahun 2 18 11 1 56.2 34.4 3.1 Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan tinggi 10 4 1 15 2 31.2 12.5 3.1 46.9 6.2 Pekerjaan Tidak bekerja Buruh harian Wiraswasta Petani 16 5 4 7 50.0 15.6 12.5 12.9 Jumlah 32 100 Tabel 1 tentang distribusi responden berdasarkan karakteristik demografi menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 18 orang (56.2%) dan selebihnya lansia yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 14 orang (43.8%). Berdasarkan karakteristik batasan umur menurut WHO, dimana didapatkan hasil sebagian besar lansia dengan umur 45-59 tahun sebanyak 2 orang (6.2%), lansia dengan umur 60 74 tahun sebanyak 18 orang (56.2%), lansia dengan umur 75-90 tahun sebanyak 11 orang (34.4%), dan lansia umur di atas 90 tahun sebanyak 1 orang (3.1%). Sebagian besar lansia dengan pendidikan terakhir tidak sekolah sebanyak 16 orang (50.0%), SMA sebanyak 9 orang (28.1%), lansia dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 4 orang (12.5%), lansia berpendidikan terakhir perguruan tinggi sebanyak 2 orang (6.2%), dan selebihnya lansia dengan pendidikan terakhir di SMP sebanyak 1 orang (3.1%). Sebagian besar lansia tidak bekerja, dengan presentasi 50.0%. Lansia yang bekerja sebagai petani sebanyak 7 orang (21.9%), lansia dengan pekerjaan buruh harian sebanyak 5 orang (15.6%), dan selebihnya lansia dengan pekerjaan wiraswasta sebanyak 4 orang (12.5%). Tingkat Kemampuan Sosialisasi Lansia Sebelum Terapi Aktivitas Kelompok Tabel 2. Tingkat Kemampuan Sosialisasi Lansia Sebelum Dilakukan Terapi Aktivitas Kelompok Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Kemampuan Sosialisasi n % Baik 0 0 Kurang baik 32 100 Total 32 100 Tabel 2 menunjukan bahwa semua lansia mengalami kemampuan sosial yang kurang baik sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok. Tingkat Kemampuan Sosialisasi Lansia Setelah Terapi Aktivitas Kelompok Tabel 3. Tingkat Kemampuan Sosialisasi Lansia Setelah Terapi Aktivitas Kelompok Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Gowa Kemampuan Sosialisasi n % Baik 23 71.9 Kurang baik 9 28.1 Total 32 100 99 Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Tabel 3 menunjukan bahwa kemampuan sosialisasi lansia setelah dilakukan terapi aktifitas kelompok, dari 32 sampel penelitian diperoleh hasil bahwa kemampuan sosialisasi lansia yang baik sebanyak 23 orang (71.9%), sedangkan kemampuan sosialisasi lansia yang kurang baik sebanyak 9 orang (28.1%). Tabel 4. Analisis Pengaruh Kemampuan Sosialisasi Lansia Pra-test dan Post-test dengan Pemberian Terapi Aktifitas Kelompok Kemampuan Sosialisasi Lansia Pre-test Post-test Perbedaan ρ Value Mean SD Mean SD Mean SD 26.47 1.107 32.47 3.213-6.000 0.555 0.000 Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan sosialisasi lansia pada pre-test rata-rata kurang baik, yaitu 26.47 (1.107) dari 32 lansia, sedangkan pada post test nilai rata-rata yang diperoleh adalah 32.47 (3.213), dimana terdapat 23 lansia dengan kemampuan sosialisasi baik, sedangkan 9 orang sisanya memiliki kemampuan sosial kurang baik. Dari hasil uji statistik paired t-test variabel kemampuan sosialisasi lansia diatas, didapatkan p-value 0,000 (<0.05), sehingga dapat disimpulkan bahwa terapi aktifitas kelompok efektif untuk meningkatkan kemampuan sosialisasi pada lansia yang mengalami gangguan sosialisasi. Karakteristik Demografi PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar lansia yang mengalami gangguan sosialisasi berjenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 18 orang (56.2%). Hasil yang sama juga diperoleh pada penelitian Keliat, bahwa pada umumnya wanita lebih banyak mengalami gangguan sosialisasi dibandingkan pria (Keliat, 2009). Berdasarkan umur didapatkan hasil bahwa sebagian besar lansia berada pada rentang usia 60-74 tahun (56.2%). Umur tua lebih rentan mengalami ketidakmampuan sosialisasi yang efektif, hal ini disebabkan karena pada umur tua lebih rentan mengalami isolasi sosial dan kesepian (Wahjudi, 2012). Berdasarkan tingkat pendidikan, dalam penelitian ini sebagian besar berpendidikan SMA (46.9%), sementara dari segi pekerjaan, sebanyak 50.0% lansia tidak bekerja. Pada umumnya tingkat pendidikan erat kaitannya dengan pengetahuan, dengan demikian apabila seseorang tidak memiliki pendidikan maka tidak menutup kemungkinan maka akan kurang juga pengetahuan mengenai permasalahan yang terjadi pada dirinya sendiri (Keliat, 2009). Dengan demikian, rendahnya pendidikan akan rentan juga mengetahui permasalahan yang terjadi, khususnya interaksi sosial di lingkungan masyarakat. Jenis kelamin, umur dan pendidikan, serta pekerjaan dapat mempengaruhi kemampuan sosialisasi pada lansia. Selain itu, terjadinya gangguan sosialisasi juga disebabkan oleh karena lansia dalam penelitian ini masih belum mampu bersosialisasi dengan baik ke sesama lansia lainnya dan kurang aktif. Malas melakukan kegiatan dalam hal ini terapi bermain dan keterampilan sosialisasi dapat mempengaruhi kemampuan sosialisasi lansia yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok Terhadap Kemampuan Sosialisasi Lansia Pada penelitian ini menunjukkan sebagian besar lansia yang diteliti mengalami peningkatan kemampuan sosialisasi. Lansia diberikan perlakuan berupa terapi aktifitas kelompok dalam tiga sesi yang dimana pelaksanaannya dilakukan sebanyak tiga kali. Masing-masing terapi dilakukan satu kali dalam seminggu selama tiga minggu berturut-turut. Dengan demikian kemampuan sosialisasi sebelum dan sesudah dilakukannya terapi aktifitas kelompok mengalami perubahan yang signifikan jika dibandingkan dengan sebelum dilakukannya terapi aktifitas kelompok. Berdasarkan hasil uji paired t-test didapatkan nilai p sebesar 0.000, yang berarti hipotesis dapat diterima. Sehingga dapat dinyatakan bahwa perlakukan terapi aktifitas kelompok dalam hal bermain dan keterampilan sosialisasi di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa mempengaruhi perubahan sosialisasi lansia. Terapi aktivitas kelompok merupakan kegiatan yang diberikan kelompok klien dengan maksud memberi terapi bagi anggotanya. Dimana tiap anggota berkesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan meningkatkan respon sosial. Terapi aktivitas kelompok adalah upaya memfasilitasi sejumlah klien dalam membina hubungan sosial yang bertujuan untuk menolong klien dalam berhubungan dengan orang lain, seperti 100 Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

kegiatan mengajukan pertanyaan, berdiskusi, bercerita tentang diri sendiri pada kelompok, menyapa teman dalam kelompok, dan sebagainya (Keliat, 2009). Terapi aktivitas kelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan untuk mengembalikan kemampuan lansia dalam melakukan sosialisasi ke sesama lansia lainnya. Terapi aktivitas kelompok efektif mengubah perilaku karena di dalam kelompok terjadi interaksi satu dengan yang lain dan saling mempengaruhi. Dalam kelompok akan terbentuk satu sistem sosial yang saling berinteraksi dan menjadi tempat klien berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama yang maladaptif (Yunita, 2012). Terapi aktifitas kelompok dapat mempengaruhi kemampuan sosialisasi lansia dimana lansia dapat meningkatkan kemampuan sosialisasinya dengan cara aktif dalam melaksanakan terapi aktifitas kelompok, yang merupakan terapi yang efektif untuk membuat lansia dapat bersosialisasi ke lansia lainnya serta lingkungan sekitarnya (Yunita, 2012). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh para peneliti oleh Andaryaniwati (2011) di Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang, dimana menunjukkan persentasi pelaksanaan yang memuaskan, yaitu mencapai tingkat keberhasilan 90% dalam dua minggu. Terapi ini terbukti mampu meningkatkan kemampuan pasien untuk berinteraksi sosial. Penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan di Panti Tresna Werdha Kabupaten Semarang yang dilakukan oleh Rosiana A. dari Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia dengan sampel 27 orang lansia dan 28 orang dari kelompok kontrol. Hasil penelitian tersebut menunjukan perbedaan signifikan skor kemampuan sosialisasi lansia setelah dan sebelum dilakukan latihan keterampilan sosial, serta terdapat peningkatan kemampuan sosialisasi pada lansia kelompok intervensi (Rosiana, 2011). Perbedaan dari penelitian ini dengan penelitian sebelumnya ialah jika pada penelitian sebelumnya menggunakan berbagai jenis terapi aktifitas kelompok dalam hal segi jenis terapinya serta peneliti sebelumnya hanya ingin mengetahui kualitas hidup dengan interaksi sosial dan pengalaman interaksi sosial, maka fokus pada penelitian ini adalah kemampuan sosialisasi lansia setelah dilakukannya terapi aktifitas kelompok seperti bermain, keterampilan sosial, dan kerja bakti. Meskipun terdapat perbedaan baik dari segi waktu, jenis terapi, subjek penelitian, dan jenis penelitian, namun penelitian ini mendukung teori dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya. Akhirnya peneliti dapat menyimpulkan bahwa dengan dilakukannya terapi aktifitas kelompok dapat meningkatkan kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa. KESIMPULAN Terapi aktivitas kelompok berpengaruh terhadap meningkatkan kemampuan sosialisasi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Gau Mabaji Kabupaten Gowa, dimana terapi tersebut mempengaruhi kemampuan sosialisasi lansia secara signifikan. Disarankan perlunya memfasilitasi lansia dalam melakukan terapi aktifitas kelompok agar lansia tetap aktif melakukan terapi tersebut dan menjamin adanya fasilitas yang memadai.. DAFTAR PUSTAKA Andaryaniwati (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok terhadap Klien dengan Masalah Keperawatan Gangguan Sosialisasi di Panti Sosial Tresna Wredha Gau Mabaji Gowa (Skripsi, Program Studi Ilmu Keperawatan UMI). Keliat, B.A. & Akemat (2009). Keperawatan Profesional Jiwa. EGC, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Rosiana., A. (2011). Pengaruh Latihan Keterampilan Sosial terhadap Kemampuan Soialisasi pada Lansia dengan Kesepian di Panti Sosial Werdha di Kabupaten Semarang (Skripsi, Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia, Jakarta). Wahjudi (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Yunita (2012). Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok terhadap Kemampuan Sosialisasi Lansia di Panti Werdha Jember (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang). 101 Penerbit: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia