Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar. Abstrak

dokumen-dokumen yang mirip
Perilaku Individu dalam Pelayanan Izin mendirikan Bangunan Di Dinas Perumahan dan Permukiman Kabupaten Kepulauan Sangihe

PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) OLEH KEPALA DESA DI KANTOR DESA SAGULING KECAMATAN BAREGBEG KABUPATEN CIAMIS LISNA WULANDARI ABSTRAK

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat pengguna jasa sering dihadapkan pada begitu banyak. enggan berhadapan dengan pemerintah.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELAYANAN PUBLIK. menyediakan segala apa yang diperlukan oleh orang lain untuk perbuatan

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 11 Tahun 2015 Seri E Nomor 7 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pelayanan publik merupakan proses yang sangat strategis

Muhamad Irhan 1. Kata Kunci : Pelayanan Publik, Izin Mendirikan Bangunan, BP2TPM. Universitas Mulawarman.

PENERAPAN PELAYANAN ADMINISTRASI TERPADU KECAMATAN (PATEN) DALAM RANGKA STANDARISASI MANAJEMEN PELAYANAN DI KECAMATAN TAMAN, KABUPATEN SIDOARJO

PROGRAM DAN KEGIATAN PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A.

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PERMENRISTEKDIKTI NOMOR 59 TAHUN 2016

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT (SKM)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat membutuhkan pelayanan yang cepat tepat dan efisien. Bahkan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Good governance atau tata kepemerintahan yang baik merupakan

PELAYANAN PEMBUATAN SURAT IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DI BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU (BP2T) KOTA PONTIANAK

KINERJA PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PADA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DI KABUPATEN MERAUKE

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT (IKM)

KUALITAS PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN ANAK DI LUAR NIKAH PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURABAYA

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK

PEMERINTAH KOTA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat. Untuk itulah

BUPATI ACEH JAYA PERATURAN BUPATI ACEH JAYA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

BAB I PENDAHULUAN. (madebewind) yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya. pelayanan kepada masyarakat di tingkat desa dibentuklah sebuah

STANDAR PELAYANAN INSPEKTORAT BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR... TAHUN.. TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 064 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah merupakan langkah awal kegiatan produksi sehingga

REVISI RENCANA STRATEGIS

BERITA DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG

mendapatkan pelayanan berlaku universal terhadap siapa saja yang berkepentingan atas hak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat. Hal ini sesuai dengan pembukaan UUD adalah salah satu kewajiban utama dari pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA. Ahmad Tanzeh Metodologi Penelitian Praktis. Yogyakarta: Teras. Boediono, B Pelayanan Prima. Rineka Cipta: Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peranan. Konsep tentang peran (role) menurut Komarudin (1994;768) dalam buku

PERTANYAAN YANG DIAJUKAN KEPADA PIHAK KANTOR IMIGRASI KELAS I KHUSUS MEDAN A. TERKAIT STANDAR PELAYANAN PUBLIK BERDASARKAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PELAYANAN PERIJINAN TERPADU BUPATI MADIUN,

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. 4.1 Visi dan Misi Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Prov.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

KUALITAS PELAYANAN ADMINISTRASI AKTA KELAHIRAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PEMERINTAH KOTA SURABAYA SKRIPSI

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

A. PENDAHULUAN. Prinsip prinsip dari visi diatas adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pelayanan publik merupakan suatu kewajiban aparatur negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan tanggapan dan respon secara aktif terhadap kebutuhan,

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN ACEH TENGAH dan BUPATI ACEH TENGAH MEMUTUSKAN :

Manajemen Pelayanan Terpadu Satu Pintu pada Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu dalam Pelayanan Perizinan di Kota Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. dari terwujudnya prinsip-prinsip yang terkandung dalam Good Governance

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

WALIKOTA BALIKPAPAN, PROVINSI KALIMANTANN TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BAB I PENDAHULUAN. administrasi pembangunan yang telah ada, sehingga merupakan kebutuhan

I. PENDAHULUAN. tujuan untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan kepada masyarakat (pelayanan. demokratis sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PERIZINAN DI BIDANG PENANAMAN MODAL

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

w w w.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU

Inti Muatan Undang Undang No. 25/2009 ttg. Pelayanan Publik

LAPORAN HASIL SURVEI PENGUKURAN INDEK KEPUASAN MASYARAKAT (IKM) PUSAT PERLINDUNGAN VARIETAS TANAMAN DAN PERIZINAN PERTANIAN TAHUN 2015

BOKS RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PENELITIAN ANALISIS DAMPAK PENERAPAN ONE STOP SERVICE (OSS) TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI JAWA TENGAH

STANDAR PELAYANAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

VI. SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan mengenai pelayanan publik bidang

SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam pasal 10 ayat 2 Undang Undang Nomor 32 tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT TAHUN 2016 A. LATAR BELAKANG

SURVEY KEPUASAN MASYARAKAT DI BPM-P2TSP KABUPATEN KEDIRI

GUBERNUR SULAWESI BARAT

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. diabaikan lagi, karena hal ini merupakan bagian tugas dan fungsi pemerintah.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 97 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan. Masyarakat setiap waktu selalu

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

BAB II BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU KOTA MEDAN. Pelayanan prima dituangkan pada visi dan misi nasional Indonesia,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK SURVEY INDEKS KEPUASAN MASYARAKAT TERHADAP PELAYANAN UMUM

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG

PENDAHULUAN. kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya Pemerintah

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN TERPADU (BPMPT) KABUPATEN POSO DALAM PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. aparatur dalam berbagai sektor terutama yang menyangkut pemenuhan hak-hak sipil

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Kantor Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota

Transkripsi:

Efektivitas Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar Desy Amalia Ramadhani Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Makassar Email: desyamaliara@gmail.com Abstrak Efektivitas Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar. Dibimbing oleh H. Fakhri Kahar dan. H. Muhammad Guntur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Efektivitas Sistem Pelayanan Satu Pintu(One Stop Service) Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. Metode penelitian ini adalah deskriptif Kualitatif. Dengan Teknik Pengumpulan data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data hasil penelitian yang diperoleh diolah dengan menggunakan teknik analisis data yang terdiri reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Efektivitas Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar cukup efektif. Hal ini dapat dilihat melalui enam indikator yaitu : 1) prosedur pelayanan yang cukup efektif, 2) waktu pelayanan yang kurang efektif, 3) biaya pelayanan yang efektif, 4) produk layanan yang efektif, 5) sarana dan prasarana yang cukup efektif dan 6) kompetensi petugas pemberi pelayanan cukup efektif. Kata kunci : Efektivitas, Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) Dalam Pelayanan Izin 1. PENDAHULUAN Pelayanan publik berkaitan erat dengan pemerintah, karena memberikan pelayanan kepada masyarakat merupakan salah satu tugas dan tanggung jawab pemerintah. Pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat secara langsung dapat menjadi ukuran dalam menilai kualitas pemerintah. Penyelenggaraan pemerintah dikatakan baik jika pelayanan yang dilakukan berorientasi pada kepentingan masyarakat. Pemerintah sebagai penyedia pelayanan mengatur proses dan tata cara pemberian pelayanan yang baik, sehingga pelayanan yang dilakukan sesuai dengan harapan bersama. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. 1 Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa dalam mendirikan bangunan gedung diwajibkan untuk memiliki ijin mendirikan bangunan. Dalam IMB, tercantum data bangunan secara detail, mulai dari peruntukan, jumlah lantai dan lampiran teknis. 1 Penyelenggaraan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Masyarakat menilai dalam hal pelayanan izin mendirikan bangunan yang diberikan oleh pemerintah terkesan berbelit-belit, tidak transparan dan perlu biaya yang sangat besar. Masyarakat sering bolak-balik dari satu kantor ke kantor lainnya hanya untuk mengurus suatu perizinan. Ketidakjelasan 1 Undang-Undang 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

2 prosedur, biaya dan waktu dalam mengurus perizinan yang tidak pasti selesainya menyebabkan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih banyak. Kondisi ini jelas sangat tidak menguntungkan masyarakat. Melihat permasalahan tersebut perlu adanya upaya dari pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satu instansi pemerintah yang bertugas memberikan pelayanan publik adalah Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. Bentuk pelayanan publik yang dilakukan oleh Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu adalah bentuk pelayanan satu pintu (one stop service) kepada masyarakat. Bentuk pelayanan satu pintu merupakan bentuk pelayanan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai ke tahap terbitnya dokumen dilakukan dalam satu tempat. Bentuk pelayanan satu pintu ditujukan untuk memberikan penyederhanaan pelayanan kepada masyarakat baik dari segi waktu, biaya maupun prosedur pelayanan. Penerapan sistem pelayanan satu pintu (one stop service) di Dinas Terpadu Satu Pintu Kota Makassar merupakan inovasi terbaru sebagai langkah signifikan dalam mewujudkan peningkatan kualitas pelayanan perizinan maupun non perizinan yang diharapkan dapat menyederhanakan prosedur, memangkas waktu serta biaya yang dibutuhkan untuk mengurus suatu pelayanan dalam hal ini Izin Mendirikan Bangunan (IMB). Hasilnya pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dapat lebih efektif, mudah dan murah. 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Konsep Efektivitas 1) Pengertian Efektivitas Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata efektif memiliki arti adanya efek, pengaruh dan akibat, selain itu efektif juga diartikan dapat membawa hasil atau berhasil guna serta menunjang tujuan. 2 Dengan kata lain efektivitas menunjukkan sampai seberapa jauh tercapainya tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan dalam setiap kegiatan maupun program. Menurut Gibson dalam Priansa dkk (2012) efektivitas adalah konteks perilaku yang merupakan hubungan antara produksi, kualitas, efisiensi, fleksibilitas, kepuasan, sifat unggulan dan pengembangan. 3 2. Konsep Pelayanan Publik 1) Pengertian Pelayanan Publik Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik memberikan definisi Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. 4 Berdasarkan uraian pendapat ahli maka dapat disimpulkan pelayanan publik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan dalam hal ini adalah pemerintah untuk membantu, mengurus dan menyelesaikan kebutuhan setiap warga negara. Pemerintah sebagai penyedia pelayanan mengatur proses pemberian pelayanan yang baik sesuai dengan aturan pokok atau cara yang ditetapkan. Pelayanan yang diberikan pemerintah sebagai penyedia jasa pelayanan kepada masyarakat sangat ditentukan oleh kinerja pemberi 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Efektif. Online (https://kbbi.web.id/efektif) diakses pada 27 November 2017 3 Prinsa dan Garnida. 2013. Manajemen Perkantoran efektif, efisien, dan Profesional. Cetakan Pertama, Bandung:Alfabeta, Hal. 11 4 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik

3 pelayanan yang diberikan langusng kepada masyarakat. 2) Kualitas Pelayanan Publik Menurut Deddy Mulyadi, dkk (2016) untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik, perlu diperhatikan komponen-komponen pelayanan, yang meliputi yakni, 1) prosedur pelayanan, 2) waktu penyelesaian, 3) biaya pelayanan, 4) produk pelayanan, 5) sarana dan prasarana, 6) kompetensi petugas pemberi pelayanan. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut : a. Prosedur pelayanan, prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan. b. Waktu penyelesaian, ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. c. Biaya pelayanan dalam hal ini biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian layanan. d. Produk layanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai denganketentuan yang telah ditetapkan. e. Sarana dan prasarana harus disediakan secara memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. f. Kompetensi petugas pemberi pelayanan, harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan. 5 3) Standar Pelayanan Publik Dalam Undang-Undang No 25 Tahun 2005 berbunyi: Standar pelayanan adalah: tolak ukur yang dipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dana cuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggaraan kepada masyarakat 5 Deddy Mulyadi, dkk. 2016. Administrasi Publik Untuk Pelayanan Publik. Cetakan I. Bandung: Alfabeta Hal 43 dalam rangka pelayana yang berkualitas, cepat, mudah terjangkau dan terukur. Maklumat pelayanan merupakan pernyataan tertulis yang berisi keseluruhan rincian kewajiban dan janji yang terdapat dalam standar pelayanan. 6 4) Indikator Pelayanan Pemberi pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat merupakan fungsi aparat Negara sebagai pelayan masyarakat. Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, dibutuhkan nilai-nilai kreativitas dan inovasi dalam mendukung peningkatan kualitas pelayanan. Kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum sangat strategis karena sangat menentukan sejauh mana pemerintah mampu memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. 5) Prinsip dan Tujuan Pelayanan Publik Prinsip pelayanan publik menurut Surjadi (2009) bahwa pelayanan publik harus memenuhi beberapa prinsip yaitu. 1) kesederhanaan, 2) kejelasan, 3) kepastian dan ketapatan waktu, 4) akurasi, 5) tidak diskriminatif, 6) bertanggungjawab, 7) kelengkapan, 8) kemudahan akses, 9) kejujuran, 10) kecermatan, 11) kedisiplinan, 12) keamanan dan kenyamanan. 7 Tujuan Pelayanan publik menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 adalah : a. Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggungjawab, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak yang berkaitan dengan penyelenggara pelayanan publik. 6 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik 7 Surjadi, M.Si. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Cetakan Pertama. Bandung : PT Refika Aditama, hal 65

4 b. Terwujudnya sistem penyelenggaraan pelayanan publik yang layak sesuai asasasas umum pemerintahan dan kosrporasi yang baik. c. Terpenuhinya pelayanan publik sesuai peraturan perundang-undangan. d. Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik. 8 6) Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik Berdasarkan Keputusan MENPAN No. 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaran Pelayanan Publik disebutkan bahwa pola penyelenggaran pelayanan publik terdiri atas: Fungsional, Terpusat, Terpadu, Gugus Tugas. 9 3. Izin Mendirikan Bangunan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu menyebutkan bahwa: Izin Mendirikan Bangunan (IMB) adalah Izin Mendirikan Bangunan yang selanjutnya disingkat IMB adalah perizinan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada pemohon untuk membangun baru, rehabilitasi/renovasi, dan/atau memugar dalam rangka melestarikan bangunan sesuai dengan persyaratan administratif dan persyaratan tehnis yang berlaku. 10 4. Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) 1. Pengertian Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) 8 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2005 tentang Pelayanan Publik 9 Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaran Pelayanan 10 Peraturan daerah nomor 4 tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu Proses pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah yang berbelit-belit, tidak transparan, tidak ada kejelasan besaran biaya serta kepastian waktu dalam proses dan penyelesaian pelayanan menjadi sorotan dan keluhan masyarakat umum. Perlunya srategi dan kebijakan pelayanan publik menjadi prioritas untuk dilakukan dalam upaya memberikan solusi dalam mengatasi buruknya pelayanan publik dengan tujuan mensejahterakan masyarakat. Menurut Trochidis dalam Budiman Rusli (2013) perlu dikembangkan model kelembagaan pelayanan publik yang dapat memudahkan masyarakat untuk berurusan dengan pemeritah. Salah satu konsep yang dikembangkan adalah model pelayanan yang mengintegrasikan berbagai jenis pelayanan di satu lokasi. Model pelayanan publik ini memiliki berbagai istilah salah satunya seperti one stop service. Dengan model pelayanan seperti itu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat akan lebih lebih nyaman, mudah diakses dan bersifat personal. 11 Dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, penyelenggara pelayanan diharapkan agar lebih tanggap terhadap keperluan masyarakat. Pelayanan satu pintu merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ketepatan serta kecepatan dalam proses pelayanan kepada masyarakat dalam satu tempat. 3. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan alasan bahwa pendekatan kualitatif lebih mudah disesuaikan apabila dihadapkan pada kenyataan di lapangan karena bersifat dinamis. Jenis penelitian yang digunakan yaitu jenis penelitian 11 Trochidis Dalam Rusli (2013). One Stop Service Alternatif Pelayanan Sektor Publik yang Responsif dan Terpadu FISIP UNPAD

5 deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk menjelaskan serta menggali informasi tentang Efektivitas Sistem Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Dinas Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. Adapun deskripsi fokus penelitian ini yaitu : 1) Prosedur pelayanan, Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan dapat memahami mekanismenya. 2) Waktu penyelesaian, Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan. Semakin cepat waktu penyelesaian pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan. 3) Biaya pelayanan dalam hal ini biaya/tarif pelayanan yang ditetapkan dalam proses pemberian layanan. Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan, khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu. 4) Produk layanan, hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat. 5) Sarana dan prasarana harus disediakan secara memadai oleh penyelenggara pelayanan publik. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggaraan pelayanan. 6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan, harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan bermutu. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan table 4 Efektivitas Pelayanan Satu Pintu (One Stop Service) Dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) Di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar dalam

6 pelaksanaannya sudah cukup efektif dilihat dari 6 (Enam) Indikator Pemberian pelayanan dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Terpadu Satu Pintu Kota Makassar berjalan efektif, karena prosedur dalam melakukan pelayanan yang tidak berbelit-belit serta persyaratan yang jelas. Dengan pelayanan sistem satu pintu dapat memberikan kesederhanaan dalam melakukan pelayanan sehingga memudahkan masyarakat dalam mengurus atau menerima pelayanan Izin Mendirikan Bangunan. Tetapi masih perlu melakukan sosialiasasi terkait sistem pelayanan satu pintu karena sebagian masyarakat masih mendatangi Dinas Tata Ruang untuk menerima pelayanan Izin mendirikan bangunan. Waktu penyelesaian dalam Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar masih belum berjalan efektif karena waktu yang seharusnya bisa selesai dalam waktu dua minggu atau empat belas hari kerja nyatanya memakan waktu yang lama yaitu kurang lebih sekitar satu bulan. Dalam pelayanan terkait rincian biaya izin mendirikan bangunan, Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar mengacu pada Peraturan Walikota No 13 Tahun 2013 tentang Penetapan Harga Satuan Bangunan Gedung Dan Prasarana Bangunan Dalam Wilayah Kota Makassar. Dan dalam menentukan retribusi suatu bangunan hal tersebut menggunakan rumus yang berlandaskan pada Perda Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Perizinan Tertentu. Terkait biaya yang dibayarkan dan biaya yang telah ditetapkan, masyarakat sendiri yang akan mendatangi Bank setelah menerima informasi pembayaran dari petugas DPMPTSP Kota Makassar dan bukti pembayaran yang akan di setor ke petugas loket pendaftaran. Produk layanan juga merupakan bukti fisik dari semua pelayanan yang diberikan selama proses pemberian pelayanan di Dinas Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. Dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar, hasil yang didapatkan yaitu sudah sesuai dengan standar pelayanan, yang dimana mulai dari prosedur, persyaratan, dan biaya yang di tetapkan sesuai dengan standar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat. Dinas Terpadu Satu Pintu Kota Makassar dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan, kelengkapan sarana dan prasarana yang tersedia cukup efektif. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, dilihat di bagian pelayanan depan perizinan sarana dan prasarana sudah memadai seperti kursi, AC, dan komputer untuk para petugas pemberi pelayanan. Namun pada bagian kepegawaian dan bagian teknis sarana dan prasarana masih sangat kurang, seperti komputer yang tersedia bisa dipakai oleh dua bahkan tiga orang untuk satu komputer selain itu kondisi tempat juga masih sangat sempit untuk pegawai. Pelayanan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan pelayanan yang diberikan cukup efektif. Melihat dari cara petugas melayani dengan begitu baik dan ramah kepada para penerima layanan, namun ada beberapa pegawai yang tidak mengerti tugas dan tanggungjawabnya. Dan dalam rangka agar tetap menjaga konsistensi pelayanan yang baik, pelatihan tetap wajib untuk dilakukan kepada para pegawai. 4. PENUTUP 1) Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Efektivitas Pelayanan Satu Pintu (One Stop

7 Service) dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar menunjukkan bahwa dalam peningkatan kualitas pelayanan publik oleh pemerintah dengan melalui sistem pelayanan satu pintu. Pelayanan satu merupakan pelayanan yang tahap peneglolaannya dimulai dari tahap permohonan sampai tahap terbitnya suatu dokumen dilakukan dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan perizinan maupun non perizinan, salah satunya yaitu pelayanan Izin Mendirikan Bangunan. Keefektifan sistem pelayanan satu pintu dalam pelayanan Izin Mendirikan Bangunan dapat dilihat melalui 6 indikator. 1. Prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit dan persyaratan yang jelas melalui sistem pelayanan satu pintu sehingga masyarakat mudah dalam melakukan pelayanan Izin Mendirikan Bangunan, tetapi sebagian masyarakat masih mendatangi dinas tata ruang untuk mengurus IMB, maka masih perlu melakukan sosialisasi terkait pelayanan IMB. 2. Waktu pelayanan, dengan melalui satu pintu seharusnya waktu dapat lebih terukur dalam mengurus izin mendirikan bangunan tetapi karena banyaknya permasalahan yang terjadi sehingga penerbitan Izin Mendirikan Bangunan memakan waktu yaitu kurang lebih sekitar satu bulan. 3. Biaya pelayanan dalam menentukan besaran retribusi suatu bangunan hal tersebut menggunakan rumus sesuai dengan Perda No 5 Tahun 2012 dan rincian biaya suatu bangunan mengacu pada Peraturan Walikota No 13 Tahun 2013 tentang Penetapan Harga Satuan Bangunan Gedung Dan Prasarana Banguanan Dalam Wilayah Kota Makassar. Sedangkan dalam hal penetapan biaya dan yang telah di bayarkan, masyarakat sendiri yang akan pergi ke Bank untuk melakukan pembayaran di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. 4. Produk layanan, hasil yang telah diterima masyarakat telah sesuai dengan yang tercantum pada standar pelayanan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. Hasil pelayanan yang tidak ribet karena masyarakat dalam memperoleh pelayanan hanya melalui satu tempat/kantor. 5. Sarana dan prasarana dalam memberikan pelayanan cukup efektif di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. Dilihat kondisi kantor pada bagian pelayanan depan perizinan ruang tunggu yang memadai namun dibagian kepegawaian dan bagian teknis perizinan jumlah komputer yang masih sedikit bahkan untuk satu komputer terdapat dua bahkan tiga orang pegawai yang memakainya serta ruangan yang begitu sempit untuk pegawai. 6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan dengan melihat cara petugas melayani dengan begitu baik dan ramah kepada para penerima layanan, dan dalam rangka agar tetap menjaga konsistensi pelayanan yang baik, pelatihan tetap wajib untuk

8 dilakukan kepada pegawai di di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. A. Implikasi Adapun implikasi dari penelitian ini mengenai Efektivitas Sistem Pelayanan Satu Pintu dalam Pelayanan Izin Mendirikan Bangunan di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pemerintah, sebagai referensi dalam meningkatkan pelayanan publik yang lebih optimal. B. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka beberapa saran yang direkomendasikan oleh peneliti yaitu sebagai berikut : 1. Pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait Pelayanan pengurusan Izin Mendirikan Bangunan yang telah berpindah tempat di Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Makassar. 2. Pemerintah juga harus lebih sering melakukan pelatihan kepada para pegawai untuk tetap menjaga konsistensi pelayanan yang baik, dan melakukan penambahan sarana dan prasarana serta perluasan kantor juga perlu untuk dilakukan, melihat kondisi kantor yang kurang efektif untuk para pegawai yang jumlahnya begitu banyak. 1. Buku DAFTAR PUSTAKA Hardiansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik Konsep, Dimensi, Indikator dan Implementasinya. Cetakan I. Yogyakarta: Gava Media, Makmur. 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan. Cetakan Kesatu. Bandung Moenir. 2003. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara Mulyadi, Deddy., dkk. 2016. Administrasi Publik Untuk Pelayanan Publik. Cetakan I. Bandung: Alfabeta Pasolong, Harbani. 2016. Teori Administrasi Publik. Cetakan Ketujuh. Bandung : Alfabeta Prinsa, Garnida. 2013. Manajemen Perkantoran efektif, efisien, dan Profesional. Cetakan Pertama, Bandung:Alfabeta Rohman, Mas ud, dkk. 2008. Reformasi Pelayanan Publik. Cetakan I. Malang : Program Sekolah Demokrasi PlaCIDS Sinambella, dkk. 2014. Reformasi Pelayanan Publik. Cetakan Ketujuh. Jakarta : PT Bumi Aksara Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Cetakan ke-7. Bandung: CV ALFABETA Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan ke-23. Bandung: CV ALFABETA Sugiyono, 2017. Metode Penelitian Administrasi. Cetakan ke-25. Bandung: CV ALFABETA Suratman. 2012. Konflik Dan Efektifitas Organisasi Teori, Konsep, dan Aplikasi. Yogyakarta: Capiya Publishing

9 Surjadi, M.Si. 2009. Pengembangan Kinerja Pelayanan Publik. Cetakan Pertama. Bandung : PT Refika Aditama Sutedi, Adrian. 2015. Hokum perizinan dalam sektor pelayanan publik. Cetakan Ketiga. Jakarta : Sinar Grafika Waluyo. 2007. Manajemen Publik Konsep, Aplikasi dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah. Bandung : Mandar Maju 2. Artikel Jurnal Rusli, H.B. (2013). One Stop Service Alternatif Pelayanan Sektor Publik yang Responsif dan Terpadu FISIP UNPAD Simatupang, Patar dan Akib, Haedar. 2007. Potret Efektivitas Organisasi Publik: Review Hasil Penelitian. Manajemen Usahawan Indonesia. No 01. Th.XXXVI. 3. Skripsi Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2006 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Keputusan MENPAN Nomor 63 Tahun 2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Retribusi Perizinan Tertentu 5. Sumber Lainnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Efektif. Online 27 November 2017. (https://kbbi.web.id/efektif). Erna Tri Widyastuti. 2009. Penyelenggaraan Prinsip Pelayanan Program One Stop Service Di Kantor Pelayanan Perizinan Terpadu Kabupaten Sukoharjo. Skripsi. Surakarta. Universitas Sebelas Maret. Dian Permana Putra Sitohang. 2016. Efektivitas Pelaksanaan Program One Stop Service dalam Pelayanan Pengurusan Paspor Kepada Masyarakat (Studi pada Kantor Imigrasi Kelas 1 Khusus Medan). Skripsi. Medan. Universitas Sumatra Utara 4. Undang-Undang