BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. khususnya sepeda motor mengalami peningkatan penjualan yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN

Struktur Perusahaan PT. Astra Honda Motor

PENULISAN ILMIAH MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STEP FLOOR BEAT K25 DI PT. ASTRA HONDA MOTOR

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Dalam

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif. Analisis

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. CKD (complete knock down). Tipe sepeda motor yang pertama kali diproduksi Honda

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN. pekanbaru maka PT. Global Jaya membuka cabang di kota Pekanbaru

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 1. Sejarah singkat PT. AHASS Indonesia. komponennya diimpor dari Jepang dalam bentuk CKD (completely knock

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan dalam dunia bisnis terjadi dengan cepatnya. Persaingan antar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Gambar Umum Objek Observasi PT. Astra Honda Motor (AHM) merupakan pelopor industri sepeda motor di

UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN METODE VALUE ANALYSIS UNTUK PENURUNAN BIAYA KNALPOT TIPE X PADA PT. Y

BAB 1 PENDAHULUAN. Belum pulihnya kondisi perekonomian yang melanda bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK OBSERVASI Profil Perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa fungsi sepeda motor sangat bermanfaat bagi setiap orang,

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah Perusahaan industri sepeda motor Honda yang berlokasi di Jl. Plaza Merdeka Mas 7,8A Tangerang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi industri manufaktur dalam beberapa dekade terakhir ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan industri otomotif di Indonesia, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada segmen roda dua (sepeda motor), karena masyarakat Indonesia masih

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap industri manufaktur membutuhkan gerak yang optimal pada keseluruhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkat tajam. Sebagai salah satu perusahaan otomotif terbesar yang bergerak di bidang

BAB 1 PENDAHULAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Gambaran Umum Astra Honda Motor

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil PT. Astra Honda Motor

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri pada saat ini tidak dapat dihindari, dan setiap pesaing

BAB II SEJARAH dan STRUKTUR PT. ASTRA HONDA MOTOR DIVISI TECHINCAL SUPPORT

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan berkembang semakin ketat. Masing masing

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi Indonesia, menyebabkan biaya pokok produksi menjadi naik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang menghasilkan barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya perusahaan-perusahaan baru dalam skala besar, sedang,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dari waktu ke waktu yang menuntut semua instansi industri untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Gambaran Umum Objek dan Subjek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin menambah ketatnya persaingan antar perusahaan atau industri untuk

BAB I PENDAHULUAN. kunci yang membawa keberhasilan bisnis, pertumbuhan dan peningkatan posisi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. menunjang kegiatan selama penelitian, sehingga hal-hal yang diperlukan

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

ANALISIS POSISI KERJA OPERATOR GUDANG BARANG JADI DI PT. KLM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. yang semakin pesat, mempertinggi mobilitas

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. tahun 2006 untuk semua tipe produk dan beberapa produk model baru yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam produksi dan manufaktur sepeda motor setiap proses saling berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi perkembangan zaman yang kian cepat dan kompleks persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan industri otomotif di Indonesia sangat pesat, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengembang otomotif terbesar di ASEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. PT. Astra Honda Motor sebagai satu-satunya perusahaan manufacturing

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, sarana transportasi merupakan suatu kebutuhan yang

MEMPELAJARI PENGENDALIAN PERSEDIAAN PART FRONT FORK 45P DI PT. KAYABA INDONESIA FRANSISKUS XAVERIUS FREDDY TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu Kebijakan Mutu PT. Kayaba Indonesia adalah mewujudkan produk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berkedudukan di Jepang dengan PT. Astra Honda Motor yang berkedudukan di

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi industri otomotif di benua Eropa sejak tahun 2009 mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif

BAB I PENDAHULUAN. PT. Kayaba Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. CV. Aceh Honda Motor berdiri pada tahun 1965 berlokasi di Jl. Aceh no.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Industri sepeda motor di Indonesia saat ini menunjukkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing brand yang dimiliki. Brand atau merek merupakan nilai utama

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Populasi Mobil di Indonesia Tahun

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. dalam bentuk CKD (completely knock down). berkembang dan menjadi salah satu moda transportasi andalan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan citra yang baik dan unggul bagi produknya. Setiap konsumen

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti sekarang ini kehidupan manusia tidak dapat lepas

BAB I PENDAHULUAN. Industri sepeda motor di Indonesia saat ini menunjukkan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem dimana faktor-faktor semacam tenaga kerja dan modal/kapital (mesin,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian PT Astra Honda Motor

Pendahuluan Bab 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 3 OBYEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang penuh persaingan,. Inovasi yang dilakukan harus disesuaikan dengan. agar merancang produk dengan fungsi yang maksimal.

I. PENDAHULUAN. cukup besar, dengan jumlah penduduk yang cukup besar tersebut Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri otomotif di Indonesia saat ini berkembang cukup pesat. Perkembangan

MEMPELAJARI PERAMALAN PRODUKSI REAR ARM TIPE 1PA PADA PT. MITSUBA INDONESIA PIPE PARTS

BAB I. pelaku bisnis. Keberagaman yang memberi peluang pada konsumen untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan perusahaan harus cepat tanggap terhadap perubahan pasar. Perusahaan harus

BERITA PERS. MPMX Bukukan Kinerja Positif di Kuartal I 2014 Didukung oleh Kinerja Operasional Seluruh Anak Usaha

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia antara lain adalah produk yang mereka produksi selalu tidak

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan senantiasa berusaha untuk dapat meningkatkan nilai bagi

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. PT. XYZ merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dunia otomotif zaman sekarang khususnya kendaraan roda dua

BAB I PENDAHULUAN. roda dua dan merupakan pabrikasi alat transportasi roda dua di Indonesia.

DAFTAR ISI. I ii Iii iv V vi vii viii x xi xvi xvii

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setidaknya, dalam enam tahun terakhir penjualan mobil meningkat sekitar 334%,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Salah satunya adalah perkembangan otomotif yang menjadi faktor

BAB I PENDAHULUAN. berupa teks maupun gambar atau grafik pada media kertas. Produk printer yang

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Sejarah Perusahaan PT S adalah salah satu perusahan terbesar di Indonesia yang bergerak dalam bidang otomotif alat transportasi roda dua yaitu sepeda motor. PT S merupakan pelopor industri sepeda motor di Indonesia. Didirikan pada 11 Juni 1971 dengan nama awal PT Federal Motor, yang sahamnya secara mayoritas dimiliki oleh PT Astra International. Saat itu, PT Federal Motor hanya merakit, sedangkan komponennya diimpor dari Jepang dalam bentuk CKD (completely knock down). Tipe sepeda motor yang pertama kali di produksi Honda adalah tipe bisnis, S 90 Z bermesin 4 tak dengan kapasitas 90 cc. Jumlah produksi pada tahun pertama selama satu tahun hanya 1500 sepeda motor, namun melonjak menjadi sekitar 30 ribu pada tahun berikutnya dan terus berkembang hingga saat ini (Profil PT S, 2012). Kebijakan pemerintah dalam hal lokalisasi komponen otomotif mendorong PT Federal Motor memproduksi berbagai komponen sepeda motor Honda tahun 2001 di dalam negeri melalui beberapa anak perusahaan, diantaranya PT Honda Federal (1974) yang memproduksi komponenkomponen dasar sepeda motor Honda seperti rangka, roda, suspensi dan sebagainya, PT Showa Manufacturing Indonesia (1979) yang khusus memproduksi peredam kejut (suspensi), PT Honda Astra Engine Manufacturing

(1984) yang memproduksi mesin sepeda motor serta PT Federal Izumi Mfg.(1990) yang khusus memproduksi piston. Seiring dengan perkembangan kondisi ekonomi serta tumbuhnya pasar sepeda motor terjadi perubahan komposisi kepemilikan saham di pabrikan sepeda motor Honda ini. Pada tahun 2000 PT Federal Motor dan beberapa anak perusahaan di merger menjadi satu dengan nama PT S, yang komposisi kepemilikan sahamnya menjadi 50% milik PT Astra International Tbk dan 50% milik Honda Motor Co. Japan. Saat ini PT S memiliki 4 fasilitas pabrik perakitan, pabrik pertama berlokasi di Sunter Jakarta Utara yang juga berfungsi sebagai kantor pusat, pabrik ke dua berlokasi di Pegangsaan Dua Kelapa Gading, pabrik ke tiga berlokasi di kawasan MM 2100 Cikarang Barat Bekasi dan pabrik ke 4 atau dikenal dengan pabrik 3A merupakan pabrik perakitan yang dilengkapi dengan fasilitas mutakhir berlokasi di kawasan MM 2100 Cikarang Barat Bekasi yang mulai beroperasi pertengahan tahun 2011. Dengan keseluruhan fasilitas yang dimiliki, PT S berhasil meraih pencapaian produksi ke 30 juta pada tahun 2010. Prestasi ini merupakan prestasi pertama yang berhasil diraih oleh industri sepeda motor di Indonesia bahkan untuk tingkat ASEAN. Secara dunia pencapaian produksi sepeda motor Honda 30 juta sepeda motor adalah yang ke tiga, setelah pabrik sepeda motor Honda di Cina dan India.

Dengan semakin bertambahnya produksi sepeda motor, PT S harus dapat menjaga kualitas produknya supaya tetap mampu memenuhi kebutuhan konsumen, sesuai denagn regulasi perusahaan dan pemerintah serta mampu bersaing dengan produk lawan (kompetitor). Untuk itu PT S harus semakin kreatif dan inovatif dalam menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai optimal terhadap biaya produksi yang dikeluarkan. Salah satu langkah kreatif dan inovatif yang dapat diaplikasikan untuk meningkatkan kualitas produk adalah dengan mengaplikasikan metode quality function deployment dan value analysis (QFDVA). 4.2 Hasil Observasi Lapangan Dalam tulisan ini, QFDVA diaplikasikan pada produk tipe C yang sudah ditetapkan oleh perusahaan (PT S). Keinginan untuk meningkatkan keuntungan produk tipe C menjadi latar belakangnya. Kemudian dipilihlah salah satu komponen yang memiliki cost paling tinggi diantara komponen yang lain pada produk tipe C. Karena semakin besar cost, kemungkinan untuk mendapatkan cost reduction semakin besar. Akhirnya didapatkanlah suspensi sebagai produk yang akan dilakukan quality function deployment dan value analysis. Keinginan PT S untuk meningkatkan keuntungan pada produk bertujuan untuk meningkatkan kualitas produknya. Sehingga dapat meningkatkan kepuasan konsumen terhadap produk yang kemudian dapat meningkatkan jumlah penjualan produk.

Untuk selanjutnya, dalam tulisan ini akan membahas tahapan-tahapan untuk quality function deployment dan value analysis komponen suspensi mulai dari pengumpulan informasi produk, analisis komponen, sampai dengan hasil komponen yang didapatkan setelah melakukan quality function deployment dan value analysis. Gambar 4.1 Sepeda Motor Tipe C Gambar 4.2 Suspensi Sepeda Motor Tipe C

4.3 Pengumpulan dan Pengolahan Data 4.3.1 Analisis Fungsi Produk Langkah pertama yang dilakukan pada tahap observasi lapangan dalam menjalankan metode quality function deployment dan value analysis adalah analisis fungsi dari produk melalui manual book engineering. Perlu dicari tahu keseluruhan fungsi dari produk tersebut dengan menggunakan Function Analysis System Technique (FAST) diagram. Dari hasil gambar 4.3, didapatkan bahwa fungsi utama dari suspensi adalah untuk menciptakan kestabilan kendaraan. Dan dari fungsi utama tersebut didapatkan 5 fungsi turunan. Dari fungsi turunan yang didapatkan kemudian dilengkapi dengan fungsi tujuannya. Fungsi tujuan menjelaskan persyaratan dari fungsi sekunder tersebut. Tabel 4.1 merangkum fungsi-fungsi yang akan dilanjutkan untuk proses analisis pada tahap berikutnya beserta pengkodeannya : Tabel 4.1 Fungsi yang Didapatkan dari FAST Diagram No Fungsi Turunan Fungsi Tujuan Kode 1 Meredam getaran sepeda motor Memenuhi standar regulasi perusahaan A 2 Tahan terhadap getaran tinggi Memenuhi spesifikasi dari perusahaan B 3 Dilengkapi pelindung debu Untuk keamanan dan kenyamanan C 4 Tidak menimbulkan noise sepeda motor Memenuhi spesifikasi dari perusahaan D 5 Memperindah tampilan sepeda motor Faktor estetika E

Gambar 4.3 Diagram FAST dari Produk Suspensi (Sumber : Data Fungsi Suspensi dari Manual Book PT S) 4.3.2 Analisis Tingkat kepentingan Fungsi Setelah kita memetakan tingkat kepentingan dari fungsi turunan yang telah didapatkan dari FAST diagram, kemuidan kita melakukan pembobotan pada masing-masing fungsi dengan menggunakan Mudge diagram. Untuk menghasilkan Mudge diagram dilakukan dengan cara focus group discussion dengan grup-grup yang memiliki kaitan erat terhadap produk yang akan dianalisis yaitu suspensi. Grup-grup yang terlibat akan diberikan kuisioner untuk memberikan penilaian terkait dari fungsi suspensi secara expert sesuai bidang keahliannya.

Sebelum dimulainya focus group discussion, terlebih dahulu dijelaskan kepada para peserta dalam grup masing-masing, tujuan umum dilakukannya diskusi tersebut. Selain itu juga dijelaskan analisis fungsi yang didapatkan dari FAST diagram beserta tuntutan spesifikasinya. Bahwa suspensi memiliki satu fungsi utama dan lima fungsi turunan. Juga dijelaskan tentang seberapa besar sumbangsih suspensi untuk menjalankan kelima fungsi tersebut. 4.3.3 Penentuan Tingkat Kepentingan Fungsi berdasrkan Grup Proses diskusi penentuan tingkat kepentingan fungsi pada grup, diikuti oleh para engineer dari bagian Chassis, dan Market Ability. Bagian Chassis dan Market Ability berkaitan erat dengan suspensi, karena secara struktur suspensi adalah bagian dari penyusun rangka pada kendaraan. Berikut di bawah ini adalah Mudge diagram hasil diskusi dari grup Chassis dan Market Ability :

Tabel 4.2 Mudge Diagram dari Grup Chassis Fungsi Suspensi Total % Rank A A2 A3 D3 A3 8 28,6 2 B B2 B3 B3 8 28,6 3 C D3 C3 3 10,7 4 D D3 9 32,1 1 E 0 0,0 5 28 100 - Meredam getaran unit Tahan terhadap getaran tinggi Dilengkapi pelindung debu Tidak menimbulkan noise unit Memperindah tampilan unit Grup Chassis Tabel 4.3 Mudge Diagram dari Grup Market Ability Fungsi Suspensi Total % Rank A B2 A3 D3 A3 6 20,7 3 B B3 D3 B3 8 27,6 2 C C3 E3 3 10,3 4 D D3 9 31,0 1 E 3 10,3 5 29 100 - Meredam getaran unit Tahan terhadap getaran tinggi Dilengkapi pelindung debu Tidak menimbulkan noise unit Memperindah tampilan unit Grup Market Ability

Kesimpulan Penentuan Tingkat Kepentingan Fungsi Setelah dilakukan diskusi dari kedua grup yang berkaitan erat dengan produk, kemudian ditarik nilai rata-rata dari masing-masing bobot fungsi dari hasil yang didapatkan tiap grup. Penarikan nilai rata-rata kemudian tergambar seperti pada grafik 4.1, yang kemudian secara urutan kepentingan fungsinya tergambar pada gambar sebagai grafik relative importance dari fungsi suspensi. Grafik 4.1 Rata-Rata Tingkat Kepentingan Fungsi Suspensi

Grafik 4.2 Relative Importance Fungsi Suspensi Dari hasil analisis tingkat kepentingan fungsi, didapatkanlah urutan tingkat kepentingan fungsi suspensi (relative importance) dari yang terpenting adalah tidak menimbulkan noise pada sepeda motor, tahan terhadap getaran tinggi, meredam getaran, dilengkapi pelindung debu, dan memperindah tampilan sepeda motor (estetika). 4.3.4 Alokasi Penggunaan Biaya untuk Fungsi Produk Langkah selanjutnya adalah penghitungan alokasi penggunaan biaya untuk menjalankan masing-masing fungsi suspensi. Berikut ini adalah tabel struktur dari cost produk suspensi :

Tabel 4.4 Struktur Cost Produk Suspensi No Komponen Biaya (Rp) 1 Pipe Comp, Front Fork 131.886 3 Case, L Front Bottom 161.625 4 Spring, Front Fork 19.395 5 Pipe, Seat 36.204 6 Ring, Stopper 58.185 7 Seat B, Spring 19.395 8 O Ring 2.586 9 Seal, Dust 38.790 10 Ring, Oil Seal Stop 58.185 11 Seal, Oil 8.663 12 Ring, Piston 58.185 13 Spring, Rebound 19.395 14 Washer, Special 5.819 15 Bolt, Socket 1.293 Total Biaya 619.606 Sumber : Data Survei pada PT S bagian purchase dan procurment Dari data cost produk suspensi, dilakukan brake down cost untuk sub-komponen penyusunnya, sehingga diketahui besar cost yang dikeluarkan untuk masing-masing sub-komponen. Hal tersebut dilakukan dengan cara membagi rata kepada masing-masing sub-komponen. Kemudian data cost dari masing-masing sub-komponen tersebut dialokasikan terhadap masing-masing fungsi.

Tabel 4.5 Resource Consumption Matrix Fungsi Suspensi No Komponen Biaya (Rp) Fungsi A B C D E 1 Pipe Comp, Front Fork 131.886 32.972 32.972 32.972 32.972 2 Case, Front Bottom 161.625 53.875 53.875 53.875 3 Spring, Front Fork 19.395 6.465 6.465 6.465 4 Pipe, Seat 36.204 9.051 9.051 9.051 9.051 5 Ring, Stopper 58.185 29.093 29.093 6 Seat B, Spring 19.395 9.698 9.698 7 O Ring 2.586 1.293 1.293 8 Seal, Dust 38.790 38.790 9 Ring, Oil Seal Stop 58.185 29.093 29.093 10 Seal, Oil 8.663 4.332 4.332 11 Ring, Piston 58.185 29.093 29.093 12 Spring, Rebound 19.395 6.465 6.465 6.465 13 Washer, Special 5.819 5.819 14 Bolt, Socket 1.293 323 323 323 323 Jumlah (Rp) 619.606 147.941 168.629 52.173 217.569 33.295 Persentase (%) 100 23,9 27,2 8,4 35,1 5,4 Sumber : Data Survei pada PT S bagian purchase dan procurment

Pada tabel 4.5 di atas adalah resource consumption matriks dari fungsi suspensi. Dari cost masing-masing sub-komponen, telah dialokasikan pada fungsi-fungsi yang dijalankan sub-komponen tersebut. Pengalokasian cost-nya dilakukan dengan hanya menggunakan biaya material dengan cara membagi cost tiap sub-komponen dengan banyaknya fungsi yang dijalankannya. Setelah itu didapatkanlah relative cost dari masing-masing fungsi suspensi. Dari hasil resource consumption matriks di atas, urutan relative cost untuk menjalankan fungsi suspensi dari yang terbesar adalah relative cost fungsi tidak menimbulkan noise sepeda motor, fungsi tahan terhadap getaran tinggi, fungsi meredam getaran sepeda motor, fungsi dilengkapi pelindung debu dan fungsi tampilan (estetika). 4.3.5 Perbandingan Relative Fungsi dan Relative Cost Pada grafik 4.3 dapat dilihat perbandingan antara relative function dan relative cost. Grafik relative function dibuat dengan cara mengurutkan sesuai dengan hasil yang di dapat pada grafik relative importance fungsi suspensi (grafik 4.2). Sedangkan grafik relative cost mengikuti urutan kepentingan fungsi pada relative function.

Grafik 4.3 Relative Function vs Relative Cost 4.3.6 Penghitungan Value Index/Sale Point (PV) Dari grafik 4.3 sudah terlihat bahwa pada fungsi D mengalami perbandingan relative function (RF) dan relative cost (RC)yang kurang. Hal ini terlihat dari posisi garis grafik relative cost yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan garis grafik relative function (tidak efisien). Value Index : 1-ABS(RC-RF) (1) Dengan rumus perhitungan value index di atas, dapat dikuantifikasikan value dari masing-masing fungsi. Hasil perhitungan value index masing-masing fungsi tersaji pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Value Index Fungsi RF RC RC - RF ABS Value Index Keterangan D 31,6 35,1 3,5 3,5-2,5 RC > RF B 28,1 27,2-0,9 0,9 1,9 RC < RF A 24,6 23,9-0,8 0,8 1,8 RC < RF C 10,5 8,4-2,1 2,1 3,1 RC < RF E 5,5 5,4-0,1 0,1 1,1 RC < RF Dari tabel 4.6 didapatkan bahwa pada fungsi D memiliki value index di bawah 1 yakni -2,5 dengan relative cost (RC) lebih besar dari relative fungsi (RF), Dari hasil ini kemudian didapatkan kesimpulan bahwa ada peluang untuk peningkatan value dengan peningkatan kualitas pada fungsi D. 4.3.7 Pembuatan matrix Hubungan QFDVA Setelah kita mendapatkan data perbandingan antara relative function (RF) dan relative cost (RC) serta value index (PV) pada produk suspensi di tipe C, kita dapat mulai menggabungkan metode quality function deployment (QFD) dan metode value analysis (VA). Dimana keterangan penggabungan metode ini disajikan pada gambar 4.4 yang hasil akhirnya menunjukan tingkatan perbandingan optimalisasi biaya terhadap komponen pada produk suspensi dan tingkatan kebutuhan konsumen.

Gambar 4.4 Keterangan Matrix Hubungan QFDVA

4.3.8 Pemberian Nilai Metrix Hubungan QFDVA Pemberian nilai pada matrix hubungan QFDVA menggunakan perbandingan eksponensial, dimana perbandingan ini mampu membantu kita dalam mengambil keputusan untuk menggunakan rancang bangun model yang telah teridentifikasi dengan baik pada tahapan proses. Penilaian pada matrix hubungan QFDVA ini menggunakan skala peniilaian 1 5 dimana : 1 = Sedikit berpengaruh terhadap fungsi 3 = Cukup berpengaruh terhadap fungsi 5 = Sangat berpengaruh terhadap fungsi Gambar 4.5 Pemberian Nilai Metrix 4.3.9 Perhitungan Persentase Tingkat Optimalisasi Biaya Perhitungan optimalisasi biaya pada matrix hubungan QFDVA yaitu dengan cara membagi setiap nilai pada matrix hubungan tiap komponen terhadap jumlah nilai matrik kemudian mengalikannya dengan persentase tiap fungsi. Dimana jumlah hasil perhitungan perkomponen merupakan persentase tingkat optimalisasi biaya. Langkah perhitungan persentase tingkat optimalisasi biaya dapat dilihat di gambar 4.6.

Gambar 4.6 Langkah Perhitungan Persentase Tingkat Optimalisasi Biaya 4.3.10 Perhitungan Persentase Tingkat Optimalisasi Biaya Terhadap Komponen Perhitungan persentase tingkat optimalisasi biaya terhadap komponen menggunakan persamaan : (2) Dimana M merupakan nilai metrix sedangkan IRC merupakan nilai tingkat kepentingan berdasarkan biaya dari fungsi produk. Pada perhitungan ini akan dihasilkan tingkat optimalsisasi biaya terhadap komponen suspensi.

4.3.11 Perhitungan Persentase Tingkat Kebutuhan Konsumen Perhitungan persentase tingkat kebutuhan konsumen menggunakan persamaan : (3) Dimana M merupakan nilai metrix dan PV merupakan value index dari komponen produk sedangakan IR merupakan nilai tingkat kepentingan terhadap fungsi produk. Pada perhitungan ini akan dihasilkan tingkat optimalsisasi biaya terhadap komponen suspensi. 4.4 Analisa Hasil Pengolahan Data Setelah dilakukan perhitungan dan langkah-langkah pengolahan data yang meliputi penilaian metrix dengan metode eksponensial, perhitungan persentase optimalisasi biaya, perhitungan persentase tingkat optimalisasi biaya terhadap komponen dan persentase tingkat kebutuhan komponen. Selanjutnya dilakukan penggabungan semua hasil perhitungan ke dalam satu tabel metrix hubungan antara metode quality function deployment (QFD) dan metode value analysis (VA) yang disajikan pada tabel 4.7. Dari tabel metrix hubungan QFDVA dihasilkan dua buah grafik yakni grafik hubungan antara optimalisasi biaya terhadap komponen yang disajikan pada grafik 4.4 dan grafik kebutuhan konsumen yang disajikan pada grafik 4.5.

Tabel 4.7 Matrix Hubungan QFDVA Pipe Comp, Front Fork Case, Front Bottom Spring, Front Fork Pipe, Seat Ring, Stopper Fungsi (%) Jumlah PV Bobot Mode (%) A Meredam getaran sepeda motor 24,6 5 5 5 5 5 3 5 3 36 2,5 22,4 32,2 B Tahan terhadap getaran sepeda motor 28,1 5 5 3 3 1 1 1 5 3 27 1,9 14,1 20,3 C Dilengkapi pelindung debu 10,5 3 5 3 11 1,8 2,0 2,9 D Tidak menimbulkan noise pada sepeda motor 31,6 3 3 3 3 5 5 1 1 3 1 1 1 1 31 3,1 30,4 43,8 E Memperindah tampilan sepeda motor 5,5 5 3 8 1,1 0,5 0,7 Seat B, Spring O Ring Seal, Dust Ring, Oil Seal Stop Seal, Oil Ring, Piston Spring, Rebound Washer, Special Bolt, Socket Jumlah 18 13 11 14 10 8 2 5 2 6 2 11 1 10 113 69,5 100,0 (%) 15,1 11,7 9,6 12,5 8,5 7,1 2,1 4,8 2,1 5,9 2,1 9,6 1,0 8,2 Bobot 2,7 1,5 1,1 1,7 0,9 0,6 0,0 0,2 0,0 0,4 0,0 1,1 0,0 0,8 11,1 Mode (%) 24,5 13,7 9,5 15,8 7,7 5,2 0,4 2,2 0,4 3,2 0,4 9,6 0,1 7,4 100,0

Grafik 4.4 Hubungan Antara Biaya Optimal Terhadap Komponen Grafik 4.5 Tingkat Kebutuhan Konsumen

Dari grafik 4.4 dan grafik 4.5 dapat dilihat bahwa optimalisasi biaya yang memiliki persentase tertinggi adalah pipe comp front fork dan tingkat kebutuhan konsumen yang memiliki persentase tertinggi adalah tidak menimbulkan noise pada unit. Hubungan tingkat kebutuhan terhadap optimalisasi biaya komponen serta nilai kepentingan komponen disajikan pada tabel 4.8. Tabel 4.8 Hubungan tingkat kebutuhan terhadap optimalisasi biaya komponen serta nilai kepentingan komponen. Fungsi Tidak menimbulkan noise pada sepeda motor Komponen Biaya (Rp) Nilai Tingkat Kepentingan Pipe Comp, Front Fork 32.972 3 Case, Front Bottom 53.875 3 Spring, Front Fork 6.465 3 Pipe, Seat 9.051 3 Ring, Stopper 29.093 5 Seat B, Spring 9.698 5 O Ring 1.293 1 Ring, Oil Seal Stop 29.093 1 Seal, Oil 4.332 3 Ring, Piston 29.093 1 Spring, Rebound 6.465 1 Washer, Special 5.819 1 Bolt, Socket 323 1

No Komponen Tabel 4.9 Perbandingan Biaya Sebelum dan Setelah dilakukan QFDVA Sebelum dilakukan QFDVA Persentase Biaya (%) Persentase (%) Setelah dilakukan QFDVA + atau - Saran Biaya Seharusnya 1 Pipe Comp, Front Fork Rp 131.886 21,29 24,54 3,25 Naikan Rp 152.054 2 Case, Front Bottom Rp 161.625 26,09 13,71-12,38 Turunkan Rp 84.939 3 Spring, Front Fork Rp 19.395 3,13 9,53 6,40 Naikan Rp 59.071 4 Pipe, Seat Rp 36.204 5,84 15,76 9,92 Naikan Rp 97.675 5 Ring, Stopper Rp 58.185 9,39 7,69-1,70 Turunkan Rp 47.647 6 Seat B, Spring Rp 19.395 3,13 5,16 2,03 Naikan Rp 31.993 7 O Ring Rp 2.586 0,42 0,37-0,05 Turunkan Rp 2.304 8 Seal, Dust Rp 38.790 6,26 2,16-4,10 Turunkan Rp 13.390 9 Ring, Oil Seal Stop Rp 58.185 9,39 0,37-9,02 Turunkan Rp 2.304 10 Seal, Oil Rp 8.663 1,40 3,21 1,81 Naikan Rp 19.903 11 Ring, Piston Rp 58.185 9,39 0,37-9,02 Turunkan Rp 2.304 12 Spring, Rebound Rp 19.395 3,13 9,58 6,44 Naikan Rp 59.329 13 Washer, Special Rp 5.819 0,94 0,09-0,85 Turunkan Rp 570 14 Bolt, Socket Rp 1.293 0,21 7,44 7,24 Naikan Rp 46.124 Jumlah Rp 619.606 100 100 Rp 619.606