21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Analisis in vitro (1) Ransum Ransum sapi perah yang berproduksi tinggi terdiri atas campuran hijauan dan konsentrat dengan perbandingan 60:40. Hijauan yang digunakan pada setiap perlakuan yaitu rumput gajah dari kebun Laboratorium Hijauan Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran. Konsentrat disusun menggunakan bahan pakan sebagai berikut yaitu pollard, bungkil kedelai, tepung jagung, tetes tebu, dan tepung ikan. Komposisi bahan pakan penyusun konsentrat disusun berdasarkan formula konsentrat untuk kebutuhan sapi perah bobot badan 436-450 Kg dengan produksi susu 15 Kg per hari dan kadar lemak 4% yang disajikan pada Tabel 1. Kandungan zat makanan dari bahan pakan penyusun konsentrat disajikan pada Tabel 2. Komposisi zat makanan bahan pakan penyusun ransum disajikan pada Tabel 3, dan komposisi bahan pakan dan kandungan zat makanan ransum tiap perlakuan disajikan pada Tabel 4. Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Penyusun Konsentrat Bahan Pakan Komposisi % Pollard 22 Bungkil kedelai 25 Jagung giling 50 Tetes tebu 2 Tepung ikan 1 Total 100
Tabel 2. Kandungan Zat Makanan dari Bahan Pakan Penyusun Konsentrat Bahan Pakan Nutrien Jagung Bungkil Giling Kedele Pollard * Molases Tepung Ikan...%... Air 13,20 11,90 12,14 17,60 8,10 Abu 2,20 8,20 4,39 11,00 26,00 Protein kasar 10,80 46,90 17,31 3,94 55,00 Lemak kasar 4,28 2,66 4,66 0,30 7,52 Serat kasar 3,50 5,90 9,08 0,40 0,70 BETN 80,20 36,40 64,56 84,40 10,78 TDN 80,80 83,20 69,20 70,70 75,10 Sumber: Sutardi (1983) * Khalil dan Suryahadi (1997) 22 Tabel 3. Komposisi Zat Makanan Bahan Pakan Penyusun Ransum Nutrien Rumput Gajah Konsentrat Minyak Kedelai Kompleks Ca-Minyak Kedelai...%... Air 6,45 8,35 1,26 Abu 12,28 3,40 7,89 Protein kasar 9,43 20,27 1,83 Serat kasar 34,73 4,33 7,80 Lemak kasar 2,56 9,33 100 45,01 BETN 41,00 62,67 37,47 TDN 46,39 85,26 85 92,24 Komposisi berdasarkan bahan kering (BK) Keterangan: Hasil Analisis di Laboratorium Nutrisi Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran (2017).
Tabel 4. Komposisi Bahan Pakan dan Kandungan Zat Makanan Ransum setiap Perlakuan Bahan Pakan Perlakuan...%... Rumput gajah 60 60 60 60 Konsentrat 40 37 37 34 Minyak kedelai 0 3 0 0 Kompleks Ca-minyak kedelai 0 0 3 6 Zat Makanan Ransum Air 7,21 4,31 6,81 6,49 Abu 8,73 8,63 8,91 9,17 Protein 13,77 13,16 12,66 11,55 Lemak kasar 5,27 7,99 7,41 9,55 Serat kasar 22,57 22,44 22,78 22,99 BETN 49,67 47,79 48,16 46,64 TDN 61,98 61,80 62,36 62,78 Keterangan : Hasil Perhitungan Berdasarkan Tabel 3. (2) Kompleks Ca-Minyak Kedelai Kompleks Ca-minyak kedelai merupakan pakan tambahan yang terbuat dari minyak kedelai yang diproteksi oleh mineral kalsium. Prinsip dari pembuatan kompleks Ca-minyak adalah minyak dihidrolisis oleh basa menjadi gliserol dan garam asam lemak (gugus COOH asam lemak diikat oleh kation basa). Hasil analisis bilangan penyabunan sebesar 75,13 mg yang dilakukan di Laboratorium Jasa Uji, Fakultas Teknologi Industri Pertanian Universitas Padjadjaran. Proses pembuatan bilangan penyabunan terdapat pada Lampiran 1. Proses pembuatan Ca-minyak kedelai dilakukan di Ruang Mikrobiologi Rumen, Laboratorium Nutrisi Ternak Ruminansia dan Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan 23 Universitas Padjadjaran. Prosedur pembuatan kompleks Ca-minyak kedelai disajikan pada Lampiran 2.
24 (3) Minyak Kacang Kedelai Minyak kacang kedelai yang digunakan berasal dari minyak kacang kedelai yang dibeli di pasar swalayan. (4) Cairan Rumen Cairan rumen sapi perah yang digunakan dalam kondisi segar diambil dari sapi perah yang baru dipotong di Rumah Potong Hewan (RPH) Banjaran, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Prosedur pengambilan cairan rumen dapat dilihat pada Lampiran 3. (5) Saliva Buatan Saliva buatan dibuat berdasarkan metode McDougall (1948), digunakan sebagai media untuk meniru kondisi di dalam rumen sapi perah. Saliva buatan berperan sebagai buffer yang menjaga kestabilan ph cairan rumen. Prosedur pembuatan saliva buatan disajikan pada Lampiran 4. (6) Gas Karbondioksida (CO2) Gas CO2 digunakan untuk membuat kondisi anaerob di dalam tabung fermentor sebelum fermentasi oleh mikroba rumen berlangsung secara in vitro. Gas CO2 akan dimasukkan ke dalam tabung fermentor sehingga oksigen (O2) di dalam tabung terdesak keluar dan digantikan CO2. (7) HgCl2 HgCl2 digunakan untuk mematikan mikroba rumen sehingga proses fermentasi terhenti. Larutan HgCl2 dimasukkan sebanyak 2 tetes ke dalam masing-masing unit percobaan saat inkubasi selesai guna memisahkan supernatant dan residunya.
25 (8) Ca(OH)2 Larutan basa yang digunakan sebagai alkali di dalam pembuatan kompleks Ca-minyak kedelai. (9) Larutan pepsin-hcl 0,2 % Pepsin-HCl 0,2% digunakan sebagai enzim pepsin untuk pengaktifan pepsinogen pada analisis in vitro. Cara perhitungan pepsin-hcl disajikan pada Lampiran 5. 3.1.2 Peralatan Penelitian Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas: (1) Mesin hummer mill, digunakan untuk menggiling bahan penelitian atau sampel. (2) Termos sebagai tempat untuk membawa cairan rumen dari RPH ke laboratorium dan menjaga suhu tetap konstan. (3) Kain muslin untuk menyaring cairan rumen. (4) Corong plastik digunakan untuk membantu memasukkan cairan rumen ke dalam termos dan penyaringan residu in vitro. (5) Timbangan digital, digunakan untuk menimbang sampel baik sampel ransum ataupun sampel in vitro. (6) ph meter, untuk mengukur ph. (7) Beakerglass, digunakan untuk menampung saliva buatan. (8) Tabung fermentor kapasitas seratus mililiter dengan tutup karet berpentil, sebagai alat pencernaan buatan atau rumen tiruan. (9) Rak tabung digunakan untuk meletakkan tabung fermentor dalam water bath selama proses inkubasi.
26 (10) Waterbath, untuk tempat inkubasi dengan menggunakan air hangat (suhu 39-40 C). (11) Termometer, untuk mengukur suhu air dalam waterbath. (12) Sentrifuge, untuk memisahkan supernatan dan residu sampel, yang akan digunakan untuk analisis KcBK dan KcBO. (13) Oven, digunakan untuk mengeringkan bahan/sampel. (14) Cawan porselen/ crusible, digunakan untuk wadah sampel saat pengabuan. (15) Kertas saring whatman ukuran 41, digunakan untuk menyaring sampel. (16) Tanur listrik dengan suhu 650-700 o C, digunakan untuk pengabuan. (17) Cawan alumunium, digunakan sebagai wadah sampel saat pengovenan. 3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Peubah yang Diamati dan Pengukuran Peubah yang diamati adalah KcBK dan KcBO sapi perah, dimana pengukuran peubah yang diamati tersebut dilakukan in vitro menggunakan cairan rumen sapi perah yang diambil dari rumah potong hewan di Banjaran, Kabupaten Bandung. Prosedur pengukuran KcBK dan KcBO in vitro dilakukan dengan metode Tilley dan Terry (1963) disajikan pada Lampiran 8. Mengetahui kadar bahan kering (BK) dapat dihitung dengan rumus: BK = Berat Awal Berat Akhir (Kering) Mengukur KcBK dapat dilakukan dengan rumus: KcBK (%) = BK Sampel (g) BK Residu (g) BK Blanko (g) 100% BK Sampel (g)
Keterangan: KcBK = Kecernaan bahan kering. BK = bahan kering. Kadar bahan organik (BO) dapat diketahui dengan mengabukan bahan, yaitu bahan yang sudah kering (hasil perhitungan bahan kering) dimasukan ke dalam cawan crusible, lalu dibakar dan diabukan. Proses pengabuan dilakukan dalam tanur listrik dengan suhu 650-700 o C selama empat jam. Kadar bahan organik dapat diketahui dengan rumus: 27 BO = Berat Kering Berat Abu Mengukur KcBO dilakukan dengan rumus: KcBO (%) = BO Sampel (g) BO Residu (g) BO Blanko (g) 100% BO Sampel Keterangan: KcBO BO = Kecernaan bahan organik. = bahan organik. 3.2.2 Rancangan Percobaan dan Analisis Statistik Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) terdiri atas empat perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan terdiri atas : = Ransum Lengkap ( 60% Rumput Gajah + 40% Konsentrat). = Ransum Lengkap (60% Rumput Gajah + 37% Konsentrat + 3% Minyak Kedelai Utuh). = Ransum Lengkap ( 60% Rumput Gajah + 37% Konsentrat + 3% Kompleks Ca-minyak Kedelai). = Ransum Lengkap (60% Rumput Gajah + 34% Konsentrat + 6% Kompleks Ca-minyak Kedelai).
28 Setiap perlakuan diulang sebanyak lima kali dan untuk peletakan setiap perlakuan dilakukan pengacakan dengan tata letak percobaan sebagai berikut : 1 5 9 13 17 2 6 10 14 18 3 7 11 15 19 Gambar 1. Tata Letak Percobaan 4 8 12 16 20 Data kemudian diuji dengan menggunakan analisis sidik ragam. Model matematika yang digunakan adalah sebagai berikut : Yij= µ + αi + εij Keterangan: Yij = respon hasil pengamatan yang mendapat perlakuan ke i dan ulangan ke j µ = rata-rata populasi αi = pengaruh perlakuan ke i ԑij = galat percobaan dari perlakuan untuk ransum ke i dan ulangan ke j i = perlakuan ke i j = ulangan ke j Asumsi : 1. Yij = µ + αi + ԑij, bersifat aditif. 2. ij ~ NID (0,σ 2 ). Hipotesis diuji melalui model analisis statistik ini adalah : H0 :. H1 : > > >.
29 Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan sidik ragam yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Daftar Sidik Ragam Sumber Keragaman DB JK KT Fhit Ftabel0.05 Perlakuan (P-1)= 3 JKP KTP KTP/KTG Galat P(r-1)= 16 JKG KTG Total (Pr-1)= 19 JKT Kaidah keputusan : 1. Jika Fhitung Ftabel maka terima H0, artinya perlakuan tidak memperlihatkan pengaruh yang nyata atau non signifikan. 2. Jika Fhitung > Ftabel maka terima H1, artinya perlakuan memperlihatkan pengaruh yang nyata atau signifikan. Pengujian untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan dengan pengujian pembandingan semua nilai tengah perlakuan dengan perlakuan kontrol, dilakukan dengan menggunakan Uji Dunnet dengan rumus : d = t(dunnet) Sx Syi-yj= {2 (s 2 )/r}1/2 = {2(KTG)/r} 1/2 Keterangan : Sx = Galat baku KTG = Kuadrat Tengah Galat r = Ulangan periode/perlakuan