BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. merupakan desa inti di Kecamatan Bonepantai. Desa Bilungala terletak di pesisir pantai bagian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Secara administratif Desa Tabumela terletak di wilayah Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Provinsi Gorontalo. Puskesmas Tapa didirikan pada tahun 1963 dengan luas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Wilayah kerja Puskesmas Kabila Bone terdiri dari 9

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Dumbo Raya Kota Gorontalo, dengan batas-batas pokok desa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Nisa khoiriah INTISARI

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Gambaran Umum Wilayah Kerja Puskesmas Sukoharjo. mencakup 14 Kelurahan, 201 Dukuh, 138 RW (Rukun Warga), dan 445 RT

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 1 Bulawa merupakan satu-satunya Sekolah Menengah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Kayubulan Kecamatan Limboto terbentuk/lahir sejak tahun 1928 yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Sebelah Timur berbatasan dengan desa Maleo. b. Sebelah Selatan berbatasan dengan desa Popayato

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Alasan

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Indonesia dengan sasaran pembukaan lapangan kerja.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Batas dan Luas Daerah Penelitian. Kabupaten Wonosobo, terletak lintang selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4,48 Ha yang meliputi 3 Kelurahan masing masing adalah Kelurahan Dembe I, Kecamatan Tilango Kab.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PAHANDUT PALANGKA RAYA

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Pengumpulan data dilakukan di Poliklinik RSSN Bukittinggi pada tanggal

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilaksanakan di Puskesmas Sidomulyo Kecamatan Boliyohuto Kabupaten

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MANAJEMEN LAKTASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PENYAKIT KUSTA PADA PENDUDUK DI KECAMATAN TUKDANA KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2012

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai

STUDI PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG GIZI PADA BALITA DI DESA KOTARAYA BARAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN ANAK TENTANG MAKANAN JAJANAN DENGAN KEJADIAN DIARE DI SDN 001 TERATAK KECAMATAN RUMBIO JAYA TAHUN 2015

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB VI PEMBAHASAN. Pada bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai variabel independen

Fajarina Lathu INTISARI

BAB III METODE PENELITIAN

SUMMARY ABSTRAK BAB 1

BAB IV. Desa kayumerah adalah sebuah desa yang terdiri dari 6 Dusun. 3 Dusun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bulawa terletak di Desa Kaidundu Kecamatan Bulawa. Puskesmas

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam

BAB V GAMBARAN UMUM RESPONDEN

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB III PENYAJIAN DATA. A. DESKRIPSI SUBJEK, OBJEK, DAN LOKASI PENELITIAN 1. Subjek Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN. Secara geografis Kabupaten Badung terletak antara

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Padukuhan Geblagan, Tamantirto,

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kabupaten Bonebolango dengan batas-batas sebagai berikut:

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. pemerintahan Propinsi Lampung di Bandar Lampung adalah 77 km.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Pilolodaa Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ditujukan pada masyarakat di Kelurahan Limba B dengan sampel yaitu 373

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. a. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) merupakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menyelenggarakan pembangunan kesehatan diwilayah kerja. Sebagai

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis daerah ini berada pada 0º36' LU, 1º07' LS dan antara 102º32' dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran wilayah penelitian kelurahan Limba B

IV. GAMBARAN UMUM. Awal berdirinya pemerintahan Kecamatan Bumi Waras terbentuk berdasarkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. tentang partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program wajib belajar sembilan

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mopuya, Kecamatan Bulawa, Kabupaten Bone Bolango. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama 1 minggu pada bulan mei dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK DAN SUBJEK PENELITIAN

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

4. HASIL PENELITIAN. Pengetahuan ibu..., Niluh A., FK UI., Universitas Indonesia

BAB II KONDISI DESA BELIK KECAMATAN BELIK KABUPATEN PEMALANG. melakukan berbagai bidang termasuk bidang sosial.

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Polokarto Kabupaten Sukoharjo.

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB III PELAKSANAAN PEMBAGIAN WARISAN AHLI WARIS ANAK YANG DIASUH OLEH IBU TIRI DI KELURAHAN PEGIRIAN KECAMATAN SEMAMPIR KOTA SURABAYA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kabupaten yang salah satu dari 14 Desa Kelurahan pada awalnya merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

BAB III METODE PENELITIAN. design dengan rancangan time series design, dimana dilakukan beberapa

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. metode penelitian kuantitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Dengan Pengelolaan Sampah di Desa Loli Tasiburi Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala

V. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Kondisi umum Desa Kalisari meliputi kondisi fisik daerah dan kondisi

PENGETAHUAN IBU DALAM PEMENUHAN GIZI TERHADAP TUMBUH KEMBANG BALITA DI PUSKESMAS LAK-LAK KUTACANE ACEH TENGGARA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kelas IX. Hasil isian kuesioner yang dipakai pada pengolahan data

Transkripsi:

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.1. Keadaan Geografis Desa Bilungala adalah desa yang berada di Kecamatan Bonepantai. Desa Bilungala merupakan desa inti di Kecamatan Bonepantai. Desa Bilungala terletak di pesisir pantai bagian selatan Kabupaten Bone Bolango. Adapun batas wilayah Desa Bilungala adalah : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Suwawa b. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Mopuya c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Teluk Tomini d. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tunas Jaya Desa Bilungala memiliki Luas Wilayah 2320 ha yang keadaan tofografinya bervariasi dari dataran rendah yang letaknya berada di pesisir pantai dan sebagian daerah pegunungan. Di wilayah Desa Bilungala hanya mengenal dua musim yakni musim hujan dan musim kemarau. Setiap tahun rata-rata musim hujan turun bulan Mei, Juni, Juli, November, dan Desember. Sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Februari, Maret, agustus, September, dan Oktober. Desa Bilungala terdiri dari tujuh dusun yaitu Dusun Poluluwa, Buhuta, Iloheluma, Taruna, Luwoo Pantai, Luwoo Dalam, dan Luwoo Atas. 4.1.2. Keadaan Penduduk

Data akhir tahun 2012 penduduk Desa Bilungala berjumlah 1868 jiwa terdiri dari lakilaki 943 jiwa dan perempuan 925 jiwa. Dari komposisi tersebut tampak bahwa penduduk dengan jenis laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Jumlah rumah tangga di Desa Bilungala sejumlah 488 RT. 4.1.3. Keadaan Sosial Budaya Penduduk masyarakat Desa Bilungala mayoritas beragama Islam byakni 99,7 %, dari jumlah penduduk yang ada, sedangkan non muslim merupakan penduduk yang datang karena tugas sebagai PNS sehingga tidak memiliki tempat ibadah. Fasilitas pendidikan di Desa Bilungala saat ini untuk Taman Kanak-Kanak satu buah, SD tiga buah, dan SMP satu buah. 4.2. Hasil Penelitian Penelitian dilakukan kurang lebih 2 minggu mulai tanggal 20 Mei sampai 4 Juni 2013, penelitian dilakukan pada hari Senin sampai dengan hari Minggu. Karateristik subjek dalam penelitian ini mencakup keluarga yang meemiliki balita berumur 0-59 bulan yang bertempat tinggal di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai, umur, pendidikan responden, penghasilan keluarga dalam 1 bulan,dan kejadian diare pada balita. Sampel pada penelitian ini berjumlah 200 responden. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dan dilakukan pengolahan data dengan cara analisis univariat dan bivariat.. A. Analisis Univariat 4.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Responden di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Umur Jumlah (n) Persen (%) 18-24 thn 28 14 25-31 thn 70 35 32-38 thn 72 36,0 39-45 thn 30 15 JUMLAH 200 100 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa sebagian besar responden berada antara umur 32-38 tahun berjumlah 72 dari 200 responden (36%), dan rentang umur 25-31 tahun berjumlah 70 dari 200 responden (35%), rentang umur 39-45 tahun berjumlah 30 responden (15%), sedangkan yang paling sedikit berada di antara rentang responden umur 18-24 tahun berjumlah 27 responden (13,5%). 4.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasakan Jenis Kelamin Responden di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Jenis kelamin Jumlah (n) % Laki laki 24 12,0 Perempuan 176 88,0 Jumlah 200 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Berdasarkan tabel 4.2 dapat di lihat bahwa responden perempuan berjumlah 176 dari 200 responden (88,0%), sedangkan responden laki laki berjumlah 24 dari 200 responden (12,0%).

Jadi, jumlah responden perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah responden laki laki. 4.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Pendidikan Jumlah (n) % SARJANA 16 8,0 SMA 72 36,0 SMP 76 38,0 SD 36 18,0 Jumlah 200 100 Sumber : Data Primer 2013 Dari hasil analisis berdasarkan tingkat pendidikan responden diketahui yang paling banyak terdapat pada tingkat SMP berjumlah 76 dari 200 responden (38%), dan tingkat SMA berjumlah 72 dari 200 responden (36%), tingkat SD berjumlah 36 dari 200 responden (18%), sedangkan yang paling sedikit terdapat pada tingkat perguruan tinggi (sarjana) berjumlah 16 dari 200 responden (8%).

4.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Diare Tabel 4.4 Distribusi Berdasarkan Pengetahuan Responden di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Pengetahuan Jumlah (n) % Baik 86 43,0 Kurang 114 57,0 Jumlah 200 100 Sumber : Data Primer 2013 Dari tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa terdapat 86 responden yang berpengetahuan baik dari 200 responden (43,0%), sedangkan yang berpengetahuan kurang terdapat 114 dari 200 responden (57,0%). Jadi, responden yang berpengetahuan kurang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan baik. 4.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Status Ekonomi Jumlah (n) % Baik 57 28,5 Kurang 143 71,5 Jumlah 200 100,0 Sumber : Data Primer 2013 Dilihat pada tabel 4.5 diatas jumlah responden yang mempunyai status ekonomi baik berjumlah 57 dari 200 responden (28,5%), dan yang mempunyai status ekonomi kurang

berjumlah 143 dari 200 responden (71,5%). Jadi, status ekonomi yang kurang lebih banyak dibandingkan yang mempunyai status ekonomi baik. 4.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diaredi Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Kejadian Diare Jumlah (n) % Terjadi 128 64,0 Tidak terjadi 72 36,0 Jumlah 200 100,0 Sumber: Data Primer 2013 Dilihat dari tabel 4.6 diatas kejadian diare yang terjadi terdapat 128 dari 200 responden (64,0 %), dan yang tidak terjadi terdapat 72 dari 200 responden (36,0%). Angka penderita yang terjadi diare lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak terjadi diare. B. Analisis Bivariat 4.2.7. Hubungan Pengetahuan Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Tabel 4.7 Hubungan Pengetahuan Responden Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Pengetahuan responden Kejadian Diare Total X 2 hitung P value Diare Tidak Diare N % N % N % Baik 35 17,5 51 25,5 86 43,0 35,558 Kurang 93 46,5 21 10,5 114 57,0 Jumlah 128 64,0 72 36,0 200 100 0,000 Sumber : Data Primer 2013 Dari hasil analisis hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita diperoleh bahwa responden yang mempunyai pengetahuan baik dan tidak terjadi diare ada 51 (25,5%), sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan baik dan terjadi diare ada 35 (17,5%). Sementara responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan terjadi diare ada 93 (46,5%), sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan kurang dan tidak tidak terjadi diare ada 21(10,5%). Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin baik pengetahuan, angka kejadian yang tidak terjadi diare juga akan semakin kecil. Sedangkan semakin kurang pengetahuan maka akan semakin besar angka kejadian dengan yang terjadi diare. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic chi square pada tabel 4.7 maka diperoleh hasil X 2 hitung = 35,558 dan X 2 tabel = 3,841 (X 2 hitung > X 2 tabel) dengan nilai p = 0,000 ( p < 0,05 ) maka dapat disimpulkan ada hubungan pengetahuan dengan kejadian diare pada balita. 4.2.8. Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Tabel 4.8 Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai Status ekonomi Kejadian Diare Total X2 hitung P value Diare Tidak diare N % N % n % Baik Kurang 20 10 37 18,5 57 28,5 28,924 108 54 35 17,5 143 71,5 Jumlah 128 64 72 36 200 100 0,000 Sumber : Data Primer 2013 Dari hasil analisis hubungan status ekonomi dengan kejadian diare pada balita diperoleh bahwa responden yang berstatus ekonomi baik dan tidak terjadi diare ada 57 (28,5%), sedangkan responden yang berstatus ekonomi baik dan terjadi diare ada 20 (10%). Sementara responden yang berstatus ekonomi kurang dan terjadi diare ada 108 (54%), sedangkan responden yang berstatus ekonomi kurang dan tidak terjadi diare ada 35 (17,5%). Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa semakin baik status ekonomi, angka kejadian yang tidak terjadi diare juga akan semakin kecil. Sedangkan semakin kurang status ekonomi, maka akan semakin besar angka kejadian dengan yang terjadi diare. Berdasarkan analisa data dengan menggunakan uji statistic chi-square pada tabel 4.8 maka diperoleh hasil X 2 hitung = 28,924 dan X 2 tabel = 3,841 (X 2 Hitung > X 2 tabel ) dengan nilai p = 0,000 ( p < 0,05 ) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan status ekonomi dengan kejadian diare pada balita. 4.3 Pembahasan

4.3.1. Frekuensi Kejadian Diare Pada balita Berdasarkan penelitian, didapatkan bahwa balita yang pernah menderita diare lebih banyak dibandingkan dengan balita yang tidak pernah menderita diare. Hal ini menunjukkan bahwa angka kejadian diare pada balita di Desa Bilungala masih cukup tinggi. Ada berbagai faktor yang dapat mempengaruhi kejadian diare pada balita di antaranya : pengetahuan keluarga, sanitasi lingkungan, penggunaan susu formula, status gizi dan imunisasi, dan status ekonomi. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian dari faktor-faktor tersebut yang paling mendominasi yaitu faktor pengetahuan keluarga dan status ekonomi. Rendahnya pengetahuan keluarga tentang diare biasanya berhubungan dengan rendahnya informasi yang diperoleh keluarga khususnya tentang definisi, penyebab, tanda dan gejala serta upaya penanganan saat balita menderita diare termasuk upaya pencegahan diare secara menyeluruh kepada anak balitanya. Selanjutnya, rendahnya informasi tersebut tentunya akan mempengaruhi tingkat pemahaman keluarga terhadap diare terutama jika terjadi pada balita. Hal ini dapat disebabkan juga karena kurang partisipasinya masyarakat dalam mengikuti penyuluhan kesehatan sehingga mempengaruhi kejadian diare pada balita. Status ekonomi juga dipengaruhi karena pekerjaan yang mendominasi rata-rata petani dan nelayan. Sehingga penghasilan yang di dapat hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Ini masih merupakan masalah yang harus segera di tangani terutama untuk tersedianya lapangan kerja yang memadai. Selain itu karena masih kurangnya pengetahuan keluarga tentang pencegahan dan penanganan diare oleh keluarga serta semakin terperosoknya perekonomian rakyat, sehingga pemanfaatan pelayanan kesehatan dan usaha pencegahan terhadap penyakit semakin berkurang. (Notoatmodjo, 2003).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Citra (2005) di Puskesmas Rappang Kabupaten Sidrap bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga dan status ekonomi dengan kejadian diare pada balita. 4.3.2. Pengetahuan Keluarga Tentang Penyakit Diare Berdasarkan penelitian, pengetahuan keluarga di Desa Bilungala tentang penyakit diare pada balita masih rendah terutama mengenai pencegahan dan penanganan diare. Berdasarkan wawancara dan pembagian angket pada keluarga balita masih banyak responden yang belum mengetahui tentang pencegahan dan penanganan diare. Analisis hasil pembagian angket diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik tentang definisi diare, etiologi, tanda dan gejala. hal ini tergambar dari jawaban per item pertanyaan. Sebagian besar responden dapat menjawab dengan benar pertanyaan no 1, 2, 3 mengenai definisi, no 4 sampai 6 mengenai penyebab, no 7 sampai 9 mengenai tanda dan gejala. Sedangkan pengetahuan mengenai pencegahan dan penanganan diare masih banyak yang menjawab tidak tepat. Hal ini tergambar dari banyaknya kesalahan responden menjawab pertanyaan no 10 sampai dengan no 15, yang berisikan pencegahan dan penanganan diare. Selain itu rendahnya pengetahuan juga disebabkan karena pendidikan responden juga lebih banyak pada tingkat SMP. Pendidikan responden merupakan salah satu faktor yang penting dalam meningkatkan pengetahuan karena dengan pendidikan yang baik maka responden dapat menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pencegahan dan penanganan penyakit diare yang baik. Ini sesuai dengan pendapat Y.B. Mantra (2006) makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah juga orang itu menerima informasi, baik dari media massa maupun dari orang lain.

Masih banyaknya pengetahuan responden yang kurang terhadap kejadian diare pada balita ini disebabkan karena responden hanya berada pada tingkat tahu dan belum sampai memahami, mengaplikasikan, menganalisa, mensintesis dan mengevaluasi terhadap suatu materi yang berkaitan dengan kejadian diare ini (Notoatmodjo, 2003). Penelitian ini sejalan dengan teori menurut Chadijah (1997) pendidikan orang tua, atau keluarga merupakan salah satu kunci perubahan sosial budaya. Pendidikan yang relatif tinggi akan memiliki praktek yang lebih baik terhadap pemeliharaan kesehatan keluarga terutama anak balita. 4.3.3 Status Ekonomi Keluarga Balita Dari hasil penelitian, status ekonomi keluarga balita di Desa Bilungala masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan karena terbatasnya lapangan kerja sehingga pekerjaan yang mendominasi rata-rata petani dan nelayan. Hasil penelitian merangkum bahwa taraf pendidikan akhir masyarakat di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai didominasi oleh tamatan SMP bahkan ada yang tamatan SD, sehingga dengan taraf pendidikan yang rendah tersebut mengakibatkan kemampuan pengembangan diri mereka terbatas, rendahnya kemampuan dan ketidakberdayaan sehingga menyebabkan sempitnya lapangan kerja yang dapat dimasuki. Kondisi kemiskinan ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya, rendahnya taraf pendidikan, rendahnya derajat kesehatan, terbatasnya lapangan pekerjaan dan kondisi terisolasi. Dalam rencana strategis kemiskinan disebutkan bahwa dimensi kemiskinan mencakup empat hal pokok, yakni kurangnya kesempatan, rendahnya kemampuan, kurangnya jaminan dan ketidak berdayaan (Subburatno, 2007).

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarwono (1999), bila ekonomi baik maka tingkat pendidikan akan tinggi dan pengetahuan akan tinggi pula. Begitu pula sebaliknya. 4.3.4 Hubungan Pengetahuan Keluarga Dengan Kejadian Diare Pada Balita Berdasarkan hasil penelitan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan kelurga dengan kejadian diare pada balita di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Dari hasil uji bivariat diperoleh X 2 hitung = 35,558, X2 tabel = 3,841 (X 2 hitung > X 2 tabel) dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) sehingga ada hubungan status ekonomi dengan kejadian diare pada balita. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia terhadap objek melalui indra yang dimilikinya seperti mata, telinga, hidung, dan alat indra lainnya. Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan ini merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan pada penelitian ini adalah pengetahuan tentang diare baik dari aspek pengertian, penyebab, gejala termasuk upaya yang harus dilakukan untuk mencegah terjadinya diare dan menangani balita yang menderita diare. Sehingga rendahnya pengetahuan keluarga adalah rendahnya pemahaman keluarga tentang diare dan upaya penanganannya. Selanjutnya, rendahnya informasi tersebut tentunya akan mempengaruhi tingkat pemahaman keluarga terhadap diare terutama jika terjadi pada balita. Sedangkan hal ini disebabkan karena tidak meratanya kegiatan pemberian informasi melalui penyuluhan kesehatan tentang diare pada masyarakat.

Pada dasarnya menurut pemahaman peneliti dari berbagai pengetahuan tentang diare, isi pengetahuan yang menjadi utama dan diperlukan oleh masyarakat khususnya keluarga balita adalah tentang tindakan pencegahan dan penanganan balita yang menderita diare. Kedua bentuk informasi ini diperlukan bagi keluarga meskipun pengetahuan tentang definisi diare tidak diberikan. Dengan adanya pengetahuan tersebut, keluarga dapat melakukan secara mandiri segala bentuk upaya pencegahan dan dapat memberikan penanganan secara lebih dini kepada balitanya jika mengalami diare sehingga mencegah keadaan dehidrasi dan tingkat keparahan kesehatan balitanya. Secara teori dikatakan bahwa salah satu faktor yang berkaitan dengan tingginya kasus diare pada balita yaitu pengetahuan keluarga, karena masalah kurang pengetahuan keluarga pada anak dengan diare ini dapat disebabkan oleh karena informasi yang kurang atau budaya yang menyebabkan tidak mementingkan pola hidup yang sehat. Sehingga rasa ingin tahu masih kurang, khususnya dalam penanganan diare. Untuk itu rencana yang dilakukan adalah mengatasi agar keluarga memahami atau mengetahui cara mengatasi masalah diare (Hidayat, 2006). Penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Asrul (2006) di Puskesmas Bungadidi Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara tahun 2006 yang menunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan keluarga tentang diare menyebabkan keluarga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan tindakan pencegahan terhadap kejadian diare. 4.3.5. Hubungan Status Ekonomi Dengan Kejadian Diare Pada Balita

Status ekonomi pada penelitian ini dilihat dari pendapatan yang dihasilkan keluarga dalam satu bulan. Dikatakan baik apabila pendapatan dalam satu bulan berjumlah Rp837.000, dan dikatakan kurang apabila pendapatan Rp < 837.000 berdasarkan UMP tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitan menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status ekonomi dengan kejadian diare pada balita di Desa Bilungala Kecamatan Bonepantai. Dari hasil uji bivariat diperoleh X 2 hitung = 28,924, X2 tabel = 3,841 (X 2 hitung > X 2 tabel) dengan nilai p = 0,000 (p < 0,05) sehingga ada hubungan status ekonomi dengan kejadian diare pada balita. Berdasarkan wawancara dengan beberapa responden, mereka mengatakan penghasilan mereka di bawah rata-rata. Hal ini disebabkan karena kurangnya lapangan kerja, sehingga keterampilan yang dimiliki juga terbatas. kebanyakan pekerjaan yang bisa mereka lakukan yaitu nelayan dan petani. Hal ini juga disebabkan karena letak wilayah yang sebagian besar dikelilingi oleh sawah dan lautan. Penghasilan yang mereka dapatkan hanya cukup untuk keperluan makan saja. Sehingga untuk keperluan yang lainnya tak bisa mereka penuhi, kecuali jika ada kelebihan. Secara teori dikatakan bahwa kemiskinan bertanggung jawab atas penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas orangtua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Sehingga anak yang miskin memiliki angka kematian dan kesakitan yang lebih tinggi untuk hampir semua penyakit (Behrman, 2009). Sistem imun anak yang berasal dari sosial ekonomi rendah akan lebih rendah dibanding anak yang berasal dari sosial ekonomi tinggi. Sehingga lebih rentan terinfeksi kuman penyebab diare. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Joko (1996), Sonny (2002)