BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Mongolato merupakan salah satu puskesmas yang terletak di Kecamatan Telaga dan berada dekat dengan Ibukota Provinsi Gorontalo. Puskesmas Mongolato mempunyai Luas Wilayah Kerja 5,308 Ha dan Wilayah Kerja terdi dari 9 (Sembilan) desa. Desa Biasa yaitu : Desa Bulila, Desa Mongolato, Desa Hulawa, Desa Luhu, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga Barat dan Desa Dulohupa dan 2 (dua) Desa Sulit yaitu Desa Dulamayo Selatan dan Dulamayo Barat. Puskesmas Mongolato Berdiri Sejak tahun 1952 dengan nama Balai Pengobatan Medical Center (UGD) dan Ruang Perawatan/Administrasi. Puskesmas ini dipimpin pertama kali oleh Bapak Yasin Harun Tahun 1952-1972 dan sekarang dipimpin oleh Ibu Dr. H Erna Lasabula mulai Tahun 2001 sampai dengan sekarang. Puskesmas Mongolato dibangun di Atas Tanah seluas 16,171 M 2 dengan luas gedung/bangunan 909 M 2 dan mempunyai 4 (empat) Rumah dinas dokter gigi, 2 (Dua) buah rumah dinas paramedis. Sarana penunjang terdiri dari 4 (Empat) buah Pusksmas Pembantu, 2 (dua) buah puskesmas, 1 (Satu) buah Pusling, serta 12 (Dua Belas) Buah kendaraan roda dua dan oda empat 2 (dua) buah. Kependudukan
Jumlah Penduduk Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato sebesar 20.061 Jiwa, terdiri dari jumlah KK 5.492 KK dan jumlah KK miskin berjumlah 1.097 KK (10.159 Jiwa). Batas Wilayah : Sebelah Timur : Kota Gorontalo Sebelah Barat : Kec. Telaga Biru Sebelah Utara : Kec. Tapa Sebelah Selatan : Kec. Telaga Jaya. Luas Wilayah : 5.308 Ha Wilayah Kerja : 9 (Sembilan) Desa Biasa dan 2 (Dua) Desa Sulit Desa Sulit Terdiri dari Desa Bulila, Desa Mongolato, Desa Hulawa, Desa Luhu, Desa Pilohayanga, Desa Pilohayanga Barat, Desa Dulohupa dan 2 (dua) Desa Sulit yaitu Desa Dulamayo Selatan dan Dulamayo Barat. Tabel 4.1 Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2013
Jenis Penyakit Jumlah Kunjungan Presentase ISPA Penyakit Lambung Penyakit Demam Berdarah Penyakit Infeksi pada Usus (Thypoid Fever) Penyakit Diare Penyakit Kulit Infeksi Penyakit Kulit Alergi Penyakit Malaria Hipertensi Penyakit Sistem Otot dan Jaringan Jumlah 357 356 348 322 132 60 35 29 27 19 21,19 21,13 20,65 19,11 7,83 3,56 2,08 1,72 1,602 1,13 Jumlah 1. 685 100,00 4.2 Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 16 Mei Sampai dengan 3 Juni 2013. Pelaksanaan penelitian bertempat di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dengan pengambilan data primer melalui lembar kuesioner kepada responden. Sampel pada penelitian ini adalah salah satu anggota keluarga yang mempunyai anak usia 2-15 tahun yang memenuhi syarat sebagai sampel. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional study dengan jumlah sampel sebanyak 77 orang. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu menjelaskan prosedur penelitian kepada sampel dan memberikan Informed Consent dan kuesioner kepada mereka yang terpilih dan bersedia menjadi sampel. Data yang terkumpul selanjutnya dilakukan seleksi, editing, koding dan analisis. Kemudian ditentukan frekuensi dan presentasenya dalam bentuk tabel dan dianalisa sesuai variabel yang telah
ditentukan 4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Penunjang Analisis Deskriptif Variabel Penunjang dalam penelitian ini meliputi Usia, pendidikan, dan pekerjaan dilakukan pengelompokan. Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Pendidikan dan Pekerjaan n (77) Karakteristik Sampel n % Usia < 20 Tahun 8 10,4 20-29 Tahun 47 61 30-39 Tahun 15 19,5 > 39 Tahun 7 9,1 Tingkat Pendidikan Tidak sekolah 15 19,5 SD 32 41,6 SLTP 15 19,4 SMU 8 10,4 Akademi/PT 7 9,1 Tingkat Pekerjaan URT 59 76,6 Wiraswasta 7 9,1 PNS 11 14,3 Data Primer Tahun 2013 Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa usia sampel terbanyak berada di rentang umur 20-29 tahun 47 responden (61%). Sampel sebagian besar berpendidikan SD yaitu sebanyak 32 responden (41,6%). Jumlah sampel yang memiliki pekerjaan sebagai URT juga sangat tinggi yaitu sebanyak 59 responden (76,6%). 4.2.2 Analisis Univariat
Analisis univariat pada penelitian ini adalah untuk melihat gambaran kejadian penyakit pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo 4.2.2.1 Gambaran Kejadian Demam Thypoid di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Hasil analisis diperoleh pada gambaran kejadian demam thypoid pada anak di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato yaitu sebanyak 45 orang (58,4%) yang menderita penyakit. Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Demam Thypoid di Wilayah Kerja Puskesmas Tuladenggi Kecamatan Telaga Biru Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Kejadian Penyakit Frekuensi Preaentase (%) Thypoid 45 58,4 Tidak Thypoid 32 41,6 Total 77 100 % Data Primer Tahun 2013 Tingginya jumlah anak yang menderita demam thypoid pada tabel 4.3 menunjukkan masih rendahnya status kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. 4.2.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Berdasarkan hasil uji tersebut, maka tingkat pengetahuan keluarga mengenai kejadian demam thypoid pada anak dapat dilihat pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Distribusi Respoden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan (n=77) Distribusi Responden Tingkat Pengetahuan frekuensi Presentase (%)
Kurang 27 35,1 Baik 50 64,9 Total 77 100 Data Primer Tahun 2013 Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih banyak yaitu sebanyak 50 orang (64,9%), dibandingkan responden yang berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 27 orang (35,1%). 4.2.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap keluarga mengenai kejadian demam thypoid pada anak dapat dilihat pada tabel 4.5 Tabel 4.5 Distribusi Respoden Berdasarkan sikap (n=77) Distribusi Responden Sikap frekuensi Presentase (%) Kurang 21 27,3 Baik 56 72,7 Total 77 100 Sumber : Data Primer Tahun 2013 Tabel 4.5 menunjukkan sebagian responden mempunyai sikap yang baik yaitu sebanyak 56 orang (72,7%) dan responden yang mempunyai sikap kurang sebanyak 21 orang (27,3%). 4.2.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tindakan Berdasarkan hasil uji tersebut, maka sikap keluarga mengenai kejadian
demam thypoid pada anak dapat dilihat pada tabel 4.6 Tabel 4.6 Distribusi Respoden Berdasarkan Tindakan (n = 77) Distribusi Responden frekuensi Presentase (%) Tindakan Kurang 28 36,4 Baik 49 63,6 Total 77 100 Data Primer Tahun 2013 Tabel 4.6 menunjukkan bahwa jumlah sampel yang mempunyai tindakan baik lebih banyak yaitu 49 orang (63,6%) dibandingkan dengan jumlah sampel yang mempunyai tindakan kurang yaitu sebanyak 28 orang (36,4%) 4.2.3 Analisis Bivariat 4.2.3.1 Hubungan Data Karakteristik Perilaku Keluarga dengan Kejadian Demam Thypoid Dari beberapa data karakteristik yang diukur kemudian dihubungkan dengan Kejadian Demam Thypoid, maka dapat dilihat bahwa variabel data kaakteristik yang memiliki hubungan dengan kejadian demam thypid pada anak diantaranya pengetahuan, sikap dan tindakan. Tabel 4.7 menggambarkan hubungan antara perilaku dengan kejadian demam thypoid. Dari tabel tersebut menggambarkan bahwa dari 77 responden, yang mempunyai anak di diagnose demam thypoid yang tingkat pengetahuannya kurang sebanyak 11 orang (40,7%), tingkat pengetahuannya baik sebanyk 34 orang (68%), sedangkan responden yang mempunyai anak yang tidak di diagnose demam thypoid yang tingkat pengetahuannya kurang sebanyak 16 orang (59,3%),
dan yang tingkat pengetahuannya baik sebanyak 16 orang (32%). Sementara dari tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 77 responde yang mempunyai anak di diagnosa demam thypoid dengan sikap kurang sebanyak 8 orang (38,1%), dan dengan sikap baik sebanyk 37 orang (66,1%), sedangkan responden yang mempunyai anak yang tidak di diagnosa demam thypoid dengan sikap kurang sebanyak 13 orang (61,9%), dan dengan sikap baik sebanyak 19 orang (33,9%). Responden yang mempunyai anak di diagnosa demam thypoid dengan tindakan kurang sebanyak 23 orang (82,1%), dan dengan tindakan baik sebanyk 22 orang (44,9%), sedangkan responden yang mempunyai anak yang tidak di diagnosa demam thypoid dengan tindakan kurang sebanyak 5 orang (17,9%), dan dengan tindakan baik sebanyak 27 orang (55,1%). Jumlah ibu yang memiliki tindakan kurang memiliki perbedaan status diagnosa terhadap status diagnose penyakit yang diderita anak dengan tingkat pengetahuan baik. Tabel 4.7 Analisa Hubungan Perilaku Ibu dengan Kejadian Demam Thypoid Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2013 Status Diagnosa Variabel n (%) Total P Thypoid Tidak Thypoid Tingkat Pengetahuan (100) 0,021 Sikap Kurang 11 (40,7) 16 (59,3) 27 Baik 34 (68) 16 (32) 50 (100) Kurang 8 (38,1) 13 (61,9) 21 (100) Baik 37 (66,1) 19 (33,9) 56 (100)
0,027 Tindakan Kurang 23 (82,1) 5 (17,9) 28 (100) Baik 22 (44,9) 27 (55,1) 49 (100) 0,001 P = probabilitas dengan uji X 2 (Chi-Square Test) Dengan menggunakan uji X 2 (Chi-Square Test) diperoleh nilai P untuk masing-masing variabel yaitu untuk tingkat pengetahuan nilai p = 0,021, sikap p = 0,027, dan tindakan p = 0,001(p < α 0,05) yang menunjukkan bahwa variabel-variabel ini memiliki hubungan. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Gambaran Kejadian Demam Thypoid Di Wilayah Kerja Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa Ibu yang mempunyai anak di diagnosa Demam Thypoid lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang mempunyai anak yang tidak di diagnosa demam thypoid. Berdasarkan hasil penelitian, Ibu yang mempunyai anak di diagnose demam thypoid sebanyak 45 orang (58,4%) sedangkan ibu yang mempunyai anak yang tidak di diagnose demam thypoid sebanyak 32 orang (41,6%). Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kebiasaan anak yang sering jajan sembarangan dan mencuci tangan sebelum makan yang berhubungan dengan tinggi rendahnya tingkat pengetahuan keluarga mengenai demam thypoid. Terutama pengetahuan keluarga tentang mekanisme penularan demam thypoid yang melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman Salmonella Thypii.
Sesuai dengan teori yang dijelaskan Notoadmodjo (2010), Kejadian Demam Thypoid pada anak sangat erat kaitannya dengan kebiasaan jajan sembarangan dan mencuci tangan sebelum makan. Hal ini dikarenakan penyakit demam thypoid termasuk dalam upaya pencegahan tertular penyakit demam thypoid sangatlah diperlukan pengawasan keluarga terutama ibu. Hal ini dikaitkan oleh keluarga yang mendapat informasi tentang demam thypoid baik dari media masa ataupun petugas kesehatan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian demam thypoid, selain dari tingkat pengetahuan keluarga, yaitu sikap dan tindakan. 4.3.2 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Kejadian Demam Thypoid Berdasarkan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan dengan kejadian demam thypoid, dari 77 Responden didapatkan ibu yang mempunyai anak dengan diagnose demam thypoid dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 11 orang (40,7%) dan yang tingkat pengetahuan baik sebanyak 34 orang (68%) sedangkan ibu yang mempunyai anak tidak di diagnosa demam thypoid dengan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 16 orang (59,3%) dan dan tingkat pengetahuan baik sebanyak 16 orang (32%). Hasil uji statistic menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil X 2 hitung (5,364) > X 2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,021) < α (0,05). Ini berarti ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian demam thypoid. Uji kekuatan hubungan dengan menggunakan rumus Crmer s V dengan nilai 0,26, artinya hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kejadian demam thypoid termasuk dalam kategori hubungan sedang.
Berdasarkan Hasil Penelitian di atas menujukkan bahwa Ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang tingkat pengetahuannya kurang. Hasil observasi melalui wawancara terhadap ibu-ibu yang mempunyai anak usia 2-15 tahun yang di diagnosa demam thypoid mempunyai alasan mereka tau mengenai demam thypoid tetapi kurang mengawasi sang anak melalui hasil pengukuran. Selain itu, Ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik yaitu ibu yang mempunyai anak yang sudah lama terinfeksi demam thypoid. Sebab hasil pengetahuan ibu di dapatkan pada saat anak itu sendiri mengalami demam. Hal ini tidak sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan ibu, maka sedikit kemungkinan untuk terinfeksi penyakit itu sendiri. Pengetahuan adalah hasil dari tahu seseorang dilihat dari cara menjawab responden baik benar atau salah terhadap jumlah soal dengan materi pengertian demam thypoid, penyebab demam thypoid, gejala demam thypoid dan pencegahannya. Pengetahuan ibu terhadap kejadian demam thypoid dapat dikatakan masih kurang. Sesuai dengan pendapat Notoadmodjo (2012) yang mengemukakan bahwa terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai dari Awareness dimana orang tersebut menyadari dalam arti mngetahui kejadian demam thypoid pada anak, mengetahui terhadap stimulus atau obyek atau materi Demam Thypoid yang disampaikan terlebih dahulu, kemudian subjek akan mulai tertarik terhadap stimulus atau obyek yang disampaikan. Dengan begitu, subyek akan mulai mencoba. Notoadmodjo (2012) menjelaskan dalam bukunya bahwa pengetahuan subjek
mengenai Kejadian demam thypoid dapat diperoleh melalui penyuluhan oleh petugas kesehatan, karena penyuluhan cukup efektif sebagai salah satu cara untuk mengubah pengetahuan responden. Dalam penelitian ini bukan saja menilai pengetahuan responden sampai tingkatan tahu saja, tatapi sampai pada tingkatan memahami tentang demam thypoid. Apabila penerimaan perilaku baru melalui proses seperti ini dimana di dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak di dasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama. Tingkat pengetahuan responden ini diukur melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang diberikan. Karena menurut notoadmodjo (2012) pengetahuan merupakan sekumpulan informasi yang diperoleh subyek selama hidup dan dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri maupun lingkungannya. Kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam memberikan tindakan seseorang. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Zubir (2006) tentang faktor-faktor resiko dengan kejadian demam thypoid pada anak di Kabupaten Bantul. Namun hasil ini sesuai dengan penelitian Angelica (2010) bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden dengan kejadian demam thypoid di Desa Kalisidi Kecamatan Ungaran Kabupaten Semarang dengan judul beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian demam thypoid. Berbeda dengan hasil penelitian ini, Angelica (2010) menyimpulkan bahwa pengetahuan mengenai demam thypoid dapat menyebabkan seseorang berperilaku
baik terutama dalam mengawasi anaknya dan sebaliknya kebiasaan mengawasi anak dapat memberikan pengetahuan yang lebih bagi ibu itu sendiri. Dari beberapa hasil penelitian tersebut, memberikan gambaran bahwa pengetahuan yang tinggi tidak menjamin seseorang untuk berperilaku baik. 4.2.3 Hubungan Antara Sikap Dengan Kejadian Demam Thypoid Berdasarkan hasil penelitian tentang sikap dengan kejadian demam thypoid, dari 77 Responden didapatkan Ibu yang mempunyai anak dengan status diagnosa demam thypoid yang mempunyai sikap kurang sebanyak 8 responden (38,1%) dan dengan sikap baik sebanyak 37 responden (66,1%). Sedangkan ibu yang tidak di diagnosa demam thypoid dengan sikap kurang sebanyak 13 responden (61,9%) dan dengan sikap baik sebanyak 19 responden (33,9%). Hasil uji statistic menggunakan Uji Chi Square diperoleh hasil X 2 hitung (4,922) > X 2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,027) < α (0,05). Ini berarti ada hubungan antara sikap keluarga dengan kejadian demam thypoid. Uji kekuatan hubungan dengan menggunakan rumus Cramer s V dengan nilai 0,25, artinya hubungan antara sikap dengan kejadian demam thypoid termasuk dalam kategori hubungan lemah. Hasil penelitian menunjukan dari 77 responden yang diteliti, ternyata terdapat 56 responden (72,7%) yang mempuyai sikap baik sedangkan 21 responden (27,3%) yang mempunyai sikap kurang. Masyarakat masih sangat terbuka dalam menerima informasi mengenai pola hidup sehat yaitu tentang kebersihan lingkungan terutama dalam menjaga dan melestarikannya. Namun yang bersikap baik tersebut melalui hasil pengukuran masih ada responden yang tidak menjaga
kebersihan lingkungan serta air yang digunakan untuk mencuci tangan bukan pada air yang mengalir. Alasan yang dikemukakan antara lain responden yang mempunyai sikap baik melalui hasil pengukuran tersebut, tetapi tidak mempunyai waktu luang untuk membersihkan rumah, serta tidak selalu mengawasi anak setiap saat dengan kesibukannya Sikap responden dalam penelitian ini secara khusus adalah tanggapan responden sehubungan dengan penyebab, gejala demam thypoid dan pencegahan demam thypoid itu sendiri. Sikap sebagai reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu di dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan reaksi bersifat emosional terhadap stimulus social (Notoadmodjo, 2007). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulandari (2009) yang berjudul hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan kejadian demam thypoid pada anak di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen, dimana terdapat hubungan antara sikap dengan kejadian demam thypoid. Dari beberapa teori dan hasil penelitian diatas, dapat disimpulkan bahwa sikap keluarga terhadap kejadian demam thypoid melalui wawancara terlihat baik, meskipun sebagian dari mereka masih ada yang mempunyai sikap kurang. 4.2.4 Hubungan Antara Tindakan Dengan Kejadian Demam Thypoid Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 responden yang mempunyai anak usia 2-15 tahun yang di diagnosa demam thypoid dengan tindakan kurang
sebanyak 23 responden (82,1%) dan dengan tindakan baik sebanyak 22 responden (44,9%) sedangkan dari 32 responden yang mempunyai anak di diagnosa tidak mempunyai demam thypoid yang tindakannya kurang sebanyak 5 responden (17,9%) dan dengan tindakan baik sebanyak 27 responden (55,1%). Berdasarkan Uji Statistik diperoleh nilai X 2 hitung (10,177) > X 2 tabel (3,841) dan nilai Pvalue (0,001) < α (0,05) menggambarkan ada hubungan yang bermakna antara tindakan keluarga dengan kejadian demam thypoid. Untuk menguji kekuatan hubungan antara dua variabel dengan menggunakan uji Cramer s V yaitu 0,36, ini berarti hubungan antara tindakan dengan kejadian demam thypoid termasuk dalam kategori hubungan lemah. Berdasarkan hasil penelitian secara umum, menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai tindakan baik lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tindakan kurang. tetapi, ibu yang mempuyai anak di diagnose demam thypoid, tindakannya masih kurang dibandingkan dengan ibu yang mempunyai tindakan baik. Pada penelitian ini, umumnya responden telah memiliki tindakan baik, tetapi masih terdapat tindakan dengan kategori kurang, dimana hal ini disebabkan oleh faktor kurangnya informasi tentang kesehatan yaitu mengenal apa sebenarnya demam thypoid itu sendiri baik dari penyebabnya, gejala serta cara mencegahnya selain itu, berdasarkan hasil observasi, diantara ibu yang mempunyai sikap baik, masih ada di dapatkan tindakannya kurang. Untuk berperilaku sehat, ibu sebagai anggota masyarakat bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap yang baik. Melainkan perlu dukungan baik dari tokoh masyarakat maupun petugas kesehatan. Hal ini dilakukan agar ibu itu sendiri bisa
menjaga anak terutama menjadi contoh untuk berperilaku sehat.