LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM



dokumen-dokumen yang mirip
III. MATERI DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

PEMBUATAN MEDIA AGAR MIRING

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR (TPP 1207) Disusun oleh : Dosen Pengampu

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

MODUL 1 PENGENALAN ALAT LABORATORIUM MIKROBIOLOGI

IV. KULTIVASI MIKROBA

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Disusun Oleh : Drs. Ali Kusrijadi, M.Si.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi yang dilakukan dengan cara

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

JURNAL PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PERTANIAN. PENGENALAN ALAT Dan STERILISASI ALAT : MHD FADLI NST NIM : : AGROEKOTEKNOLOGI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

MATERI DAN METODE. Pekanbaru. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang populasi bakteri dan keberadaan bakteri gram pada

III. MATERI DAN METODE

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR ISOLASI MIKROORGANISME. Disusun Oleh: Rifki Muhammad Iqbal ( ) Biologi 3 B Kelompok 6

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah RAL

Gelas beker 3. Potato Dextrose Agar (PDA) 39 gr/l. Labu Erlenmeyer 4. Daging segar tanpa lemak 200 gr

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Medium Potato Dextrose Agar (PDA) (Fardiaz,1993).

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

BAB III METODE PENELITIAN. kentang varietas Granola Kembang yang diambil dari Desa Sumberbrantas,

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

II. PEWARNAAN SEL BAKTERI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Analisis Hasil Pertanian dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Data yang diperoleh disajikan secara deskriptif kualitatif meliputi

BAB III METODE PENELITIAN. dan tingkat kerusakan dinding sel pada jamur Candida albicans merupakan penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian isolasi dan identifikasi bakteri asam laktat pada susu

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

Teknik Identifikasi Bakteri

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

Nova Nurfauziawati

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan berdasarkan metode Experimental dengan meneliti

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

Penelitian ini dilakukan di laboratorium Mikrobiologi Pangan Universitas Katolik Soegijapranata pada Agustus 2013 hingga Januari 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR STERILISASI

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

putri Anjarsari, S.Si., M.Pd

2. Prosedur Isolasi ke Media Padat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni sampai Desember 2013 dengan tahapan

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

TEKNOLOGI MEMBUAT MEDIA PDA Oleh: Masnun (BPP Jambi) BAB I PENDAHULUAN

Sterilisasi Alat dan Bahan untuk Pengujian Kesehatan Benih

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama ± 2 bulan (Mei - Juni) bertempat di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mikrobiologi adalah suatu kajian tentang mikroorganisme.

NATA DE COCO 1. PENDAHULUAN

JAMUR (fungi) Oleh : Firman Jaya,S.Pt.,MP 4/3/2016 1

BAB III METODE PENELITIAN. diperoleh dari perhitungan kepadatan sel dan uji kadar lipid Scenedesmus sp. tiap

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

Oleh Mochamad Nurcholis. Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2013

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGIPENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian tentang pemanfaatan kunyit putih (Curcuma mangga Val.) pada

II. MATERI DAN METODE

PEMBUATAN MEDIA PDA (POTATO DEXTROSE AGAR) Kelompok I (Genap)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

Teknik Isolasi Mikroorganisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

NATA DE SOYA. a) Pemeliharaan Biakan Murni Acetobacter xylinum.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

Teknik Isolasi Bakteri

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

Transkripsi:

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI UMUM OLEH : KELOMPOK I Oleh : Kelompok 1 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PANGAN DAN AGROINDUSTRI UNIVERSITAS MATARAN MATARAM 2012

2

3 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan, karena atas berkat dan rahmat-nya laporan tetap Mikrobiologi Umum ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mata kuliah Mikrobiologi Umum di Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram. Dalam kesempatan ini tidak lupa kami haturkan terima kasih kepada dosen, koordinator praktikum, dan para Co. Assisten yang telah banyak membantu serta membimbing kami baik dalam praktikum maupun dalam penyusunan laporan ini. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih banyak kekurangannya baik dari segi isi, penampilan maupun teknik pengetikannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran-saran yang sifatnya membangun demi perbaikan dan penyempurnaan laporan ini selanjutnya. Akhirnya kami mengharap agar laporan ini dapat menjadi sumbangan ilmu pengetahuan bagi rekan-rekan yang lain dan juga dapat menambah pengetahuan kita. Mataram, Desember 2012 Penyusun

4 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul... 1 Halaman Pengesahan... 2 Kata Pengantar... 3 Daftar Isi... 4 Daftar Gambar... 6 Daftar Tabel... 7 Acara 1. Pengenalam Alat-Alat Praktikum Pendahuluan... 8 Tinjauan Pustaka... 9 Pelaksanaan Praktikum... 12 Hasil Pengamatan... 13 Pembahasan... 17 Kesimpulan... 21 Acara 2. Morfologi Jamur Benang Pendahuluan... 22 Tinjauan Pustaka... 23 Pelaksanaan Praktikum... 26 Hasil Pengamatan... 28 Pembahasan... 30 Kesimpulan... 32 Acara 3. Pembuatan Medium Pertumbuhan Mikroba Pendahuluan... 33 Tinjauan Pustaka... 35 Pelaksanaan Praktikum... 37

5 Hasil Pengamatan... 39 Pembahasan... 40 Kesimpulan... 43 Acara 4. Morfologi Sel Khamir Pendahuluan... 44 Tinjauan Pustaka... 46 Pelaksanaan Praktikum... 48 Hasil Pengamatan... 50 Pembahasan... 53 Kesimpulan... 55 Acara 5. Pengecatan Bakteri Pendahuluan... 56 Tinjauan Pustaka... 57 Pelaksanaan Praktikum... 58 Hasil Pengamatan... 61 Pembahasan... 63 Kesimpulan... 65 Acara 6. Isolasi dan Morfologi Bakteri Pendahuluan... 66 Tinjauan Pustaka... 67 Pelaksanaan Praktikum... 70 Hasil Pengamatan... 72

6 Pembahasan... 74 Kesimpulan... 76 Acara 7. Perhitungan Jumlah dan Penentuan Ukuran Mikroba Pendahuluan... 77 Tinjauan Pustaka... 78 Pelaksanaan Praktikum... 80 Hasil Pengamatan... 81 Pembahasan... 83 Kesimpulan... 85 Acara 8. Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Mikroba Pendahuluan... 86 Tinjauan Pustaka... 88 Pelaksanaan Praktikum... 90 Hasil Pengamatan... 92 Pembahasan... 93 Kesimpulan... 95 Daftar Pustaka

7 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Alat-Alat Praktikum... 13 Gambar 2. Morfologi Jamur... 28 Gambar 3. Pengecatan dan Morfologi Bakteri... 61 Gambar 4. Perhitungan Jumlah dan Penentuan Ukuran Mikroba... 81

8 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Hasil Pengamatan Pembuatan Medium... 39 Tabel 2. Hasil Pengamatan Morfologi Khamir... 50 Tabel 3. Hasil Pengamatan Isolasi dan Morfologi Mikroba... 72 Tabel 4. Hasil Pengamatan Perhitungan Jumlah dan Penentuan Ukuran Mikroba... 82 Tabel 5. Hasil Pengamatan Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap pertumbuhan Mikroba... 92

9 ACARA I PENGENALAN ALAT- ALAT PRAKTIKUM PENDAHULUAN Latar Belakang Pengenalan alat-alat laboratorium penting dilakukan untuk keselamatan kerja saat melakukan penelitian. Alat-alat laboratorium biasanya dapat rusak atau bahkan berbahaya jika penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur. Sebab pentngnya dilakukan pengenalan alat-alat laboratorium agar dapat diketahui caracara penggunaan alat tersebut dengan baik dan benar. Sehingga kesalahan prosedur pemakaian alat dapat diminimalisir sedikit mungkin. Hal ini penting supaya saat melakukan penelitian, data yang diperoleh akan benar pula. Data-data yang tepat akan meningkatkan kualitas penelitian seseorang. Tujuan Praktikum Tujuan praktikum pengenalan alat-alat praktikum adalah untuk mengetahui alat-alat apa saja yang terdapat di laboratorium mikrobiologi, cara penggunaan yang benar serta fungsi dan spesifikasi masing-masing alat tersebut.

10 TINJAUAN PUSTAKA Dalam sebuah praktikum, praktikan diwajibkan mengenal dan memahami cara kerja serta fungsi dari alat-alat yang ada dilaboratorium. Selain untuk menghindari kecelakaan dan bahaya, dengan memahami cara kerja dan fungsi dari masing-masing alat, praktikan dapat melakukan praktikum dengan sempurna (Walton 2008). Pengenalan alat-alat ini meliputi macam-macam alat, mengetahui namanamanya, memahami bentuk, fungsi serta cara kerja alat-alat tersebut. Setiap alat dirancang atau dibuat dengan bahan-bahan yang berbeda satu sama lain dan memiliki fungsi yang sfesifik (Imamfhasai, 2010). Mikroskop adalah alat yang paling khas dalam laboratorium mikrobiologi yang memberikan perbesaran yang membuat kita dapat melihat sruktur organism yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Mikroskop yang tersedia memungkinkan jangkauan perbesaran yang luas dari beberapa kali hingga ribuan kali (Lay, 2008). Peralatan yang dipergunakan di laboratorium mikrobiologi selain mikroskop adalah tabung reaksi, beaker gelas, labu ukur, gelas ukur, cawan petri, pipit labu, metric, buret, jarum inakulasi/ose, oven, autoklaf, lampu spritus, alat timbangan, PH meter, inkubator, water bath (penangas air), refrigator, freezer, haemocytometer, spektronik 200, colony counter, hot plate, vartex mixer, shaker, gelas benda, pipet tetes, jarum enter dan sebagainya. Peralatan yang tersebut diatas merupakan seebagian kecil dari peralatan yang terdapat dilaboraturium mikrobiologi (Irianto, 2007).

11 Autoklaf adalah berbagai macam alat dan bahan yang digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan umumnya 15 psi atau sekitar 2 atm. Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit untuk 12 C (Dwidjoseputro, 2010). Inkubator adalah alat untuk menginkubasi mikroba pada suhu yang terkontrol. Alat ini dilengkapi dengan pengatur suhu dan pengatur waktu ( Imam K, 2010 ). Oven adalah alat untuk sterilisasi alat-alat yang tahan terhadap panas tinggi misalnya, cawan petri, tabung reaksi, labu erlenmeyer, dan lain-lain. Alat ini umumnya dilengkapi dengan thermometer. Temperatur yang digunakan untuk alat ini umumnya 180 C selama 2 jam. Tabung reaksi berfungsi sebagai tempat media pertumbuhan mikrobia dalam bentuk media tegak atau miring yang disumbat dengan kapas, dibulatkan lalu disterilkan dengan kapas berada tetap diatasnya dan diikat. Cawan petri merupakan alat sejenis dengan gelas kimia yang berfungsi untuk pembuatan kultur media (Irianto, 2007). Bunsen merupakan alat yang digunakan untuk pemijaran serta untuk mensterilisasikan mikroba. Bunsen juga mempunyai fungsi lain, yakni mengamankan praktikan pada saat melakukan penanaman medium. Drigalski (batang penyebar) berbentuk segi tiga kecil dan ose (loop) berfungsi untuk mengambil dan menggores mikroorganisme, terdiri dari ose lurus untuk menanami mikroorganisme dan ose bulat untuk menggores mikroorganisme yang biasanya berbentuk tig-tag. Engkas merupakan sebuah kotak tertutup, terbuat dari kaca/playwood yang bagian depannya terdapat dua lubang untuk memasukkan

12 tangan pemakai yang berfungsi sebagai tempat untuk mengambil bakteri (menghindari kontaminasi langsung). Dapat juga digunakan sebagai tempat menanam eksplan dan subkultur (pengganti laminar air flou) pada kultur jaringan. Sedangkan shaker berfungsi untuk menghomogenkan larutan dengan tabung reaksi yang berisi larutan ditaruh dilubang pada shaker kemudian menekan tombol ON dengan mengatur kecepatannya (Ali, 2009).

13 PELAKSANAAN PRAKTIKUM Waktu dan tempat praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 22 November 2012 di Laboratorium Mikrobiologi dan Biotekhnologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Alat dan Bahan Praktikum a. Alat-alat praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikun ini adalah Mikroskop, Colony counter, Shaker, Enkas, Water Bath, Centrifuge, Autoklof, Laminar Air Flow, jarum enter, jarum ose, jarum priparat, Pipet mikro, oven dan petri dish/cawan. b. Bahan-bahan praktikum Adapun dalam praktikum tidak menggunakan ini tidak menggunakan bahan apapun karena hanya pengenalan alat-alat praktikum. Prosedur Kerja 1. Disiapkan alat-alat praktikum yang akan diperkenalkan 2. Diamati alat-alat praktikum 3. Diambar dan ditulis fungsi masing-masing alat

14 HASIL PENGAMATAN Gambar Nama Fungsi Autoklaf Mensterilkan berbagai macam alat dan bahan Cawan Petri Untuk membiakkan sel Oven Untuk mengeringkan alat-alat sebelum digunakan dan digunakan untuk mengeringkan bahan yang dalam keadaan basah.

15 Coloni Counter Untuk menghitung jumlah mikroba Centrifuge Untuk memisahkan senyawa dengan berat molekul yang beberbeda dengan memanfaatkan gaya centrifuge

16 Mikroskop untuk melihat bendabenda atau organisme yang berukuran sangat kecil. Mikro pipet Untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil Shakers Untuk menghomogenkan larutan dengan menggunakan tabung reaksi

17 Enkas Sebagai tempat penanaman mikroba Jarum Ose Memindahkan atau mengambil koloni suatu mikrobia Jarum Preparat Untuk menipiskan dan melepaskan gumpalan-gumpalan obyek diatas gelas benda Jarum Enten Digunakan bersamasama dengan jarum preparat untuk menipiskan obyek diatas gelas benda

18 PEMBAHASAN Oven merupakan alat yang digunakan untuk mengeringkan alat-alat sebelum digunakan dan digunakan untuk mengeringkan bahan yang dalam keadaan basah (Irianto, 2007). Oven atau sering juga disebut hot air. Oven adalah alat sterilisasi yang menggunakan prinsip panas kering. Oven digunakan untuk mensterilkan alat gelas yang berongga atau material seperti minyak yang tidak dapat disterilkan dengan autoklaf karna tidak permeable teradap uap air. Alat ini terdiri dari panas elektrik, pengontrol suhu dan ruang insulasi yang umumnya dilengkapi kipas untuk mensirkulasi udara sehingga panas merata. Kondisi sterilisasi yang umumnya adalah 160-170 C dalam waktu 1 jam. Autoklaf adalah alat untuk menterilkan berbagai macam alat dan bahan yang pada mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang digunakan pada umumnya 15 psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 C. lama waktu untuk mensterilkan alat kurang lebih 15 20 menit (Dwidjoseptro, 2010). Sedangkan lama waktu untuk menstrilkan bahan kurang 10 15 menit. Komonen komponen autoklaf adalah tombol pengatur waktu mundur, katup pengeluaran uap, pengatur tekanan, klep pengaman, termometer dan lempeng sumber panas. Autoklaf digunakan untuk sterilisasi bahan yang tidak tahan terhadap panas tinggi, bahan-bahan yang teroksidasi dengan suhu tinggi, alat yang memiliki skala. Laminar Air Flow adalah kelengkapan dasar laboraturium khususnya laboratorium di bidang biologi atau kedokteran. Berbeda dengan lemari asam yang prinsip kerjanya membuang udara dari dalam ruang kerja, Laminar Air Flow adalah kebalikannya, membuat kerja tetap steril dengan mengambil udara dari luar

19 laminar disaring dengan filter yang khusus sehingga udara dari luar tidak dapat mengkontaminasi ruang kerja yang ada di Laminar Air Flow (Walto,2008). Ada dua system pengolahan di Laminar Air Flow yaitu, sistem pengolahan udara vertical dan horizontal, yang masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. Pemilihan penggunaan Laminar Air Flow ini dapat disesuaikan dengan pola kerja dan kebutuhan laboratorium. Laminar Air Flow adalah alat sterilisasi yang menggunakan prinsip filtrasi udara dan penggunaan radiasi ultraviolet. Laminar Air Flow digunakan sebagai tempat untuk melakukan kegiatan laboatorium yang membutuhkan kondisi steril, seperti membuka alat yang telah disterilkan dan menyiapkan sampul mikroba. Lingkungan dalam Laminar Air Flow disterilkan dengan 2 cara sebelum digunakan, Laminar Air Flow ditutup dan lampu UUR dinyalakan sehingga mikrobia diudara dan permukaan ruang mati, lalu saat bekerja, kondisi udara dijaga stabil dengan fitrasi udara. Komponen Laminar Air Flow antara lain ruang kaca steril yang dilengkapi tutup, filter udara di bagian belakang, lampu UUR di langit langit ruang, lampu biasa untuk menyiapkan sampel membantu proses kerja, serta panel tombol untuk menyalakan lampu UUR, filter dan lampu biasa. Pipet mikro adalah alat untuk memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil. Biasanya kurang dari 1000 N1 (Ali,2009). Banyak pilihan kapasitas dalam pipet mikro yang dapat diatur volume pengambilannya (Adjustable volume pipette) antara 1 NI sampai 20 NI atau mikropipet yang tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (Fixed volume pipette) misalnya 5

20 NI. Dalam penggunaannya mikropipet memerlukan tip-tip yang sudah disterilkan tidak boleh disentuh tangan karena akan menyebabkab kontaminasi. Cawan petridish atau talepa pitri adalah sebuah wadah yang bentuknya bundar dan terbuat dari plastik atau kaca yang digunakan untuk membiakkan sel Cawan petri selalu berpasangan, yang ukurannya agak kecil sebagai wadah dan yang lebih besar merupakan tutupnya (Lay, 2008). Cawan Petri dinamai menurut nama penemunya pada tahun 1877 yaitu Julius Richard Petri (1852 1921), ahli bakteri berkebangsaan Jerman. Alat ini digunakan sebagai wadah untuk penyelidikan tropi dan juga untuk mengkultur bakteri, khamir spora atau biji-- bijian. Cawan petri plastik dapat dimusnahkan setelah sekali pakai untuk kultur bakteri. Centrifuge adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan senyawa dengan berat molekul yang berbeda dengan memanfaatkan gaya centrifuge. Besarnya gaya centrifuge tergantung dari besarnya gaya jari jari dari titik pusat dan kecepatan sudut. Ada dua jenis centrifuge yaitu, centrifuge listrik dan centrifuge putar manual. Jarum ose dibuat dari kawat chrom berukuran 0,5 0,75 mm. Jarum ose berfungsi untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu mikrobia ke media yang akan digunakan kembali. Jarum preparat digunakan untuk menipiskan dan melepaskan gumpalan gumpalan obyek diatas gelas benda, terutama obyek yang berupa potongan media yang mengandung miselium jamur sebelum ditutup dengan gelas penutup. Jarum enter berbentuk serupa dengan jarum preparat, tetapi ujungnya ditipiskan dan dibengkokkann. Jarum enten

21 digunakan bersama-sama dengan jarum preparat untuk menipiskan obyek di atas gelas benda. Water bath adalah alat pemanas air yang suhunya dapat diatur, biasanya berkisar antara suhu kamar sampai dengan 120 C. Alat ini digunakan untuk mempertahankan suhu media agar tidak membeku sebelum dituang ke dalam cawan petri. Mikroskop adalah alat laboratorium yang berfungsi melihat atau mengenali benda-benda renik yang terlihat kecil menjadi lebih besar dari aslinya. Komponen dari mikroskop adalah lensa okuler, tubus, sekerup pengatur tubus (kasar), sekerup pengatur tubuh (halus), sekerup pengatur meja benda, meja benda, sekerup pengatur kondensor, kondesor, cermin, revolver dan lensa obyektif. Enkas merupakan alat laboratorium yang berfungsi sebagai tempat penanaman mikroba. Shaker adalah alat laboratorium yang berfungsi untuk menghomogenkan larutan dengan menggunakan tabung reaksi.

22 KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Oven, autoklaf dan Laminar Air Flow merupakan alat alat yang digunakan untuk menstrilkan alat dan bahan untuk praktikum. 2. Cawan petri berfungsi sebagai sebagai wadah penyimpan dan pembuatan kultur media. 3. Coloni counter berfungsi untuk menghitung jumlah koloni mikroba. 4. Mikropipet berfungsi memindahkan cairan yang bervolume cukup kecil. 5. Jarum ose berfungsi untuk memindahkan atau mengambil koloni suatu mikroba ke media yang akan digunakan kembali. 6. Enkas berfungsi sebagi tempat penanaman mikroba.

23 ACARA II MORFOLOGI JAMUR BENANG PENDAHULUAN Latar Belakang Jamur benang dapat membentuk miselium dan berbagai bentuk spora. Hal ini dipisahkan berdasarkan spora seksualnya, sebagai contoh Ascomycetes membentuk spora seksual dalam struktur tertentu yang disebut askus, sedangkan basidiomycetes membentuk spora seksual dalam basidium. Selain bentuk spora seksual, morfologi dan penataan spora aseksual juga membantu dalam identifikasi kapang atau jamur benang. Morfologi dan penataan spora aseksual berperan dalam identifikasi jamur karena keragamannya. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui morfologi beberapa jamur benang baik secara makroskopis maupun secara mikroskop dan membedakan jenis jamur benang satu dengan lainnya.

24 TINJAUAN PUSTAKA Adapun klasifikasi jamur yang penting dalam pembicaraan mikrobiologi ialah kelas Mycomycetes, kelas Pycomycetes, kelas Ascomycetes, dan kelas Ceuteromycetes. Perbedaan yang penting diantara kelas Pycomycetes dan kelas Ascomycetes ialah bahwa miselium Pycomycetes serupa tabung panjang yang tidak terbagi-bagi, sedangkan miselium Ascomycetes serupa tabung panjang yang bersekat-sekat. Miselium dapat bercabang-cabang, suatu helai disebut hifa. Tubuh Mycomycetes tidak terdiri atas hifa atau miselium, tetapi berupa seonggok plasma yang tidak selalu terwadahi dalam suatu sel (Dwidjoseputro,1985). Sebagian besar eukariota tumbuh sebagai filament tubular yang disebut hifa. Jalinan massa hifa disebut miselium. Hifa adalah senositik, artinya tidak digolongkan menjadi sel-sel tersendiri. Walaupun sekat dijumpai, beberapa tetap berlubang-lubang sehingga sitoplasma dan nucleus banyak didalam hifa bebas mengalir ke seluruh miselium. Dinding hifa diperkuat oleh kitin, suatu polimer dari N-asetil glukosamina pautan diantara gula-gula seperti yang ada pada selulosa dan peptidoglikan dan pembentukan macam kekakuan struktur yang sama seperti halnya polimer-polimer tadi. Fungi tidak mempunyai klorofil dan karena itu heterotrifik. Fungi dikelompokkan menjadi Phycomycetes berdasarkan dua kriterianya yaitu pembentukan spora di dalam sporangium dan tidak mempunyai septa (dinding sekat) pada hifa. Tetapi agaknya kedua kategori itu bukan dasar yang memadai untuk menyatakan hubungan kerabatnya (Kimball,1999). Jamur dibagi dalam 4 divisi yaitu, Zygomycetes yang memiliki ciri-ciri hifa bersifat koenositik. Spora seksualnya adalah zygospora dan spora

25 aseksualnya adalah sporangiospora. Contohnya Rhizopus sp dan Mucor sp.. Ascomycetes yang memiliki ciri-ciri hifa bersifat koenositik. Pembiakan seksual pada yang bersel satu, konjugasi antara 2 gametangia menghasilkan zigot, kemudian membesar menjadi askus. Pembiakan aseksual pada yang bersel banyak dengan konidia (konidiospora), pada yang bersel satu dengan membentuk tunas. Contohnya Penicillium sp.. Basidiomycetes yang memiliki ciri-ciri hifanya bersekat, pembiakan seksual dengan konidia. Pembiakan aseksual dengan basidiospora. Contohnya Volvariela sp.. Serta Deuteromycetes yang memiliki ciri-ciri bentuk seperti khamir atau filamen. Hifa seperti Ascomycetes. Tidak mempunyai stadia seksual. Spora aseksual adalah berbagai bentuk konidia. Contohnya Tricosporon sp, Aspergillus sp (Lay, 1994). Nama yang diberikan untuk cendawan (fungi) berasal dari wakilnya yang mencolok, yaitu cendawan topi (Yunani : mykes, Latin : fungus). Fungi termasuk eukariot, dan memiliki sifat-sifat tertentu sama dengan tumbuh-tumbuhan, seperti memiliki dinding sel, vakuola berisi getah sel dan dengan mikroskop dapat diamati aliran plasma yang baik dan juga sifat nyata ketidakmampuannya untuk tidak bergerak. Fungi tidak mengandung pigmen fotosintesis dan bersifat C- heterotrof (khemoorganoheterotrof). Fungi tumbuh pada kondisi aerob dan memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan organik. Kalau dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan terbagi-bagi dalam daun, batang, dan akar, fungi menunjukkan diferensiasi yang sederhana dan juga hampir tidak ada pembagian kerja. Benda fegetasi fungi adalah talus. Talus terdiri dari benang-benang dengan garis tengah 5 mikron, yang bercabang-cabang beberapa dan juga melanjutkan diri

26 di atas atau ke dalam substrat nutrient. Benang atau hifa ini terdiri dari dinding sel dan sitoplasma dengan benda-benda inklusi. Keseluruhan massa hifa talus fungi disebut miselium. Pada fungi derajat tinggi miselium membentuk utas-utas tali tebal, rizomorf yang berfungsi sebagai pengangkut zat (Schlegel, 1994). Jamur ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Contoh jamur yang menguntungkan adalah Rhizopus oligosporus dan Rhizopus stoloniferus yang berperan dalam pembuatan tempe, Aspergillus wentii untuk pembuatan kecap, Penicillium chrysogenum dan Penicilliun rotatum sebagai penghasil penisilin, Penicillium requeorti dan Penicillium cemmemberti untuk pembuatan keju. Sedangkan contoh jamur yang merugikan adalah Mucor Parasiticus sebagai penyebab penyakit kulit dan Aspergillus fumigatus sebagai penyebab penyakit TBC-semu (Suriawiria, 1993).

27 PELAKSANAAN PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 25 November 2012 dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Biotekhnologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Alat dan Bahan Praktikum a. Alat-alat Praktikum Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas benda, tisu, gelas penutup, mikroskop, jarum enten. b. Bahan-bahan Praktikum Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu biakan murni jamur benang Aspergillus sp., Mucor sp., Penicillium sp., Rhizopus sp., Fusarium sp., Trichoderma sp., aquades dan alkohol 70%. Prosedur Kerja 1. Dibersihkan gelas benda dengan tissue hingga bebas dari lemak dan debu, kemudian diletakkan setetes air suling di bagian tengahnya. 2. Diambil sedikit miselium dari biakan murni jamur dengan jarum preparat dan diletakkan di atas tetesan air suling. Jika miselium ini terlalu padat, diratakan dengan memisah-misahkan miselium dengan bantuan jarum preparat dan jarum enten. 3. Ditutup preparat dengan gelas penutup. Dijaga, agar pada saat gelas penutup diletakkan tidak terbentuk gelembung udara di bawah gelas penutup.

28 4. Diamati dengan mikroskop, mula-mula dengan perbesaran lemah. 5. Digambar dan diberi keterangan.

29 HASIL PENGAMATAN Keterangan : 1. Konidia 2. Sterigmata 3. Metula 4. Brancia 5. Konidiofor 6. Sel kaki Gambar 1. Penicillium sp. Keterangan : 1. Konidia 2. Konidiofor 3. Sterigmata Gambar 2. Trchoderma sp.

30 Keterangan : 1. Konidia 2. Sterigmata 3. Vesikula 4. Konidiofor 5. Sel kaki 6.Miselium Gambar 3. Aspergilus sp. Keterangan : 1. Konidia 2. Sterigmata 3. Vesikula 4. Konidiofor 5. Sel kaki 6. Miselium Gambar 4. Fusarium Sp.

31 PEMBAHASAN Jamur benang merupakan jamur-jamur berbentuk benang multiseluler (bersel banyak). Adapun ciri-cirinya antara lain tidak berklorofil, bersifat eukariotik, hidupnya heterotrof baik secara parasit atau saprofit. Dinding selnya tersusun dari kitin, bentuk tubuhnya bersel banyak dan menyerupai benang yang disebut dengan hifa. Hifa bercabang-cabang membentuk jaring yang disebut miselium. Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap berbagai macam jamur yaitu Trichoderma sp, Fusarium sp, Aspergillus sp. dan Penicillium.Trichoderma sp merupakan salah satu jamur yang menguntungkan yaitu sebagai antagonis terhadap jamur lain yang bersifat patogenik. Trichoderma sp menghasilkan enzim selulosa yang dapat diisolasi dan dimurnikan. Dengan selulosa ini, Trichoderma sp dapat memproduksi protein sel tunggal. Fusarium sp hidup secara parasit pada batang tebu, padi, pisang, tomat dan kentang. Hifanya bersepta. Pada praktikum kali ini, tidak ditemukan gambaran Fusarium sp secara lengkap, yang terlihat hanyalah konidia (makrokonidia) saja. Hal ini disebabkan karena adanya ketidaktelitian praktikan yang menyebabkan kesalahan pada saat menyiapkan preparat. Aspergillus sp umumnya terdapat pada kulit buah, keju, dan bagian tumbuhan yang mati. Aspergillus sp membentuk konidia berwarna hijau kebiruan. Konidia terletak dibagian luar ujung hifa yang menggelembung. Perkembangbiakan seksualnya dengan membentuk badan buah yang berbentuk

32 bulat,kecil dan berwarna kuning. Aspergillus sp banyak digunakan dalam pembuatan makanan tradisional seperti tauco, kecap dan sake. Penicillium sp memiliki tempat hidup dan sifat yang mirip Aspergillus sp. Akan tetapi berbeda dengan Aspergillus sp, konidia Penicillium sp terdapat pada ujung hifa yang bercabang. Jamur ini dikenal sebagai jamur penghasil antibiotik yaitu penicillin. Jamur-jamur diatas merupakan bagian kecil dari jumlah jamur yang terdapat di alam. Jamur-jamur ini lebih dapat bertahan dalam keadaaan alam yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan jasad-jasad renik lainnya.

33 KESIMPULAN Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari hasil pengamatan dan pembahasan adalah sebagai berikut: 1. Jamur benang merupakan organisme multiseluler (bersel banyak). 2. Jamur benang memiliki bentuk tubuh yang menyerupai benang dan disebut hifa. 3. Penicillium sp dan Aspergillus sp memiliki kemiripan dalam hal sifat dan tempat hidup, tetapi konidia Penicillium sp terdapat pada ujung hifa yang bercabang. 4. Bentuk spora jamur benang dibedakan berdasarkan reproduksi seksual dan reproduksi aseksualnya. 5. Pada jamur Penicillium terdapat branchia atau percabangan.

34 ACARA III PEMBUATAN MEDIUM PENDAHULUAN Latar Belakang Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk pembuatan mikroba, medium dapat pula digunakan untuk melakukan isolasi, memperbanyak, pengujian sifatsifat fisiologi dan perhitungan mikroba. Sehingga pembuatan medium itu harus sesuai komposisi dan tujuan penanamannya, serta cara pembuatan medium iru harus dengan baik agar medium yang dihasilkan sesuai dengan yang diingikan. Semua makhluk hidup membutuhkan nutrien untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Nutrien merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun komponen-komponen baru dan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam proses kehidupan sel. Untuk menumbuhkan dan mengembangbiakkan mikroba diperlukan suatu substrat yang disebut medium. Sedangkan medium itu sendiri sebelum digunakan harus dalam keadaan steril, artinya tidak ditumbuhi oleh mikroba lain yang tidak diharapkan. Agar mikroba dapat tumbuh dan berkembang dengan baik didalam medium, maka diperlukan persyaratan tertentu yaitu diantaranya bahwa di dalam medium harus terkandung semua unsur hara yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan mikroba. Oleh karena hal tersebut, maka diadakan praktikum ini guna menambah keterampilan dan pengetahuan mengenai pembuatan medium pertumbuhan mikroba.

35 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat medium dasar jamur, untuk membuat medium dasar bakteri dan untuk medium dasar khamir

36 TINJAUAN PUSTAKA Mempelajari pertumbuhan bakteri merupakan faktor terpenting dalam mengetahui beberapa aspek fisiologis. Hal itu karena karakteristik pertumbuhan mencerminkan kejadian fisiologis suatu bakteri. Oleh karena itu dalam melakukan penelitian biasanya para peneliti melakukan manipulasi pertumbuhan (misalnya menggunakan kultur yang baru) untuk dapat mempelajari suatu aspek fisiologis (Tjahjadi, 2007). Media adalah suatu substrat untuk menumbuhkan bakteri yang menjadi padat dan teap tembus pandang pada suhu inkubasi. Medium adalah suatu bahan nutrisi tempat menumbuhkan bakteri di laboratorium (Tortora, 2007). Media berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba, dimana dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media (Anonim, 2009). Medium adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Selain untuk menumbuhkan mikroba, medium dapat digunakan pula untuk isolasi, memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan mikroba (Dwyana, 2009). Media dibedakan menjadi dua menurut komposisi kimiawinya yaitu medium sintetik dan medium non-sintetik atau kompleks. Medium sintetik dibuat dari bahan kimia dengan kemurnian tinggi dan ditentukan dengan tepat, sedangkan medium non-sintetik tidak diketahui dengan pasti (Hadioetomo, 2010).

37 Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makananan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikrooorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekulmolekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya (Indra, 2008). Berdasarkan konsistennya atau kepadatannya, medium dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : medium cair/broth/liquid medium, medium setengah padat (semi solid medium) dan medium padat (solid medium) (Anonimous, 2008). Untuk menelaah mikroorganisme dilaboratorium, kita harus dapat menumbuhkan mereka. Mikroorganisme dapat berkembang biak dengan alami atau dengan bantuan manusia. Mikroorganisme yang dikembangkan oleh manusia dilaboratorium melalui substrat yang disebut media. Untuk melakukan hal ini haruslah dimengerti jenis-jenis nutrien yang disyaratkan oleh bakteri dan juga macam lingkungan fisik yang menyediakan kondisi optimum bagi pertumbuhannya (Label, 2008). Nutrien Agar (NA) digunakan untuk budidaya bakteri dan untuk pencegahan organisme dalam air, limbah, kotoran dan lainnya. Komposisinya terdiri dari ekstrak daging, pepton, agar dan aquades (Ruly, 2009).

38 PELAKSANAAN PRAKTIKUM Waktu dan Tempat Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 29 November 2012 di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram. Alat dan Bahan Praktikum a. Alat-alat praktikum Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah timbangan, erlenmeyer, hot plate, kapas, kain saring, gelas kimia, pisau dan pengaduk. b. Bahan-bahan praktikum Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ekstrak daging, pepton, agar NA, aquades, kentang dekstrose, tauge, agar PDA dan sukrosa. Prosedur Kerja a. Pembuatan Medium Nutrien Agar (NA) 1. Dipanaskan air hingga mendidih diatas hot plate. 2. Dituangkan ekstrak daging kedalam air yang sudah mendidih, lalu diaduk rata dan direbus beberapa menit. 3. Ditambahkan pepton, lalu diaduk rata dan direbus kembali beberapa menit. 4. Ditambahkan agar sedikit demi sedikit sambil diaduk. 5. Dipanaskan beberapa menit. 6. Ditutup mulut erlenmeyer dengan kapas dan didiamkan.