Temulawak segar SNI 8171:2015

dokumen-dokumen yang mirip
SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

Air demineral SNI 6241:2015

Terasi udang SNI 2716:2016

Air mineral SNI 3553:2015

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng

Air mineral alami SNI 6242:2015

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Kulit masohi SNI 7941:2013

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

Susu segar-bagian 1: Sapi

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

Sosis ikan SNI 7755:2013

Jahe untuk bahan baku obat

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

Biji kakao AMANDEMEN 1

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Siomay ikan SNI 7756:2013

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 3 : Produksi induk

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Mutu karkas dan daging ayam

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

Bambu lamina penggunaan umum

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA TEMULAWAK. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

Semen portland komposit

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Es untuk penanganan ikan - Bagian 1: Spesifikasi

Bakso ikan SNI 7266:2014

A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Bibit kerbau Bagian 3 : Sumbawa

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 038 TAHUN 2016

Minyak terpentin SNI 7633:2011

BAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang

Benih lada (Piper nigrum L)

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

Bibit sapi potong Bagian 6: Pesisir

Analisis kadar abu contoh batubara

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Produksi bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii) Bagian 1: Metode lepas dasar

Beras SNI 6128:2015. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

Pupuk kalium klorida

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus tomat ICS Badan Standardisasi Nasional

Cara uji kimia- Bagian 2: Penentuan kadar air pada produk perikanan

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN SERTA PENINGKATAN NILAI TAMBAH PRODUK HASIL P

Cara uji kelarutan aspal

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

SNI 0103:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas tisu toilet. Badan Standardisasi Nasional ICS

TINJAUAN PUSTAKA. Susu

Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis, Valenciences) - Bagian 2: Benih

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

Bibit sapi potong Bagian 7 : Sumba Ongole

Buah belimbing manis segar Dewan Standardisasi Nasional - DSN

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji kimia - Bagian 1: Penentuan kadar abu pada produk perikanan

Biji mete kupas (cashew kernels)

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Sekilas tentang Standar Nasional Indonesia: Biji kopi; Biji kakao; dan Rumput laut

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Gaharu SNI 7631:2011. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL BUDIDAYA KUNYIT. Mono Rahardjo dan Otih Rostiana

STANDAR NASIONAL INDONESIA SNI SNI UDC =========================================== SAUERKRAUT DALAM KEMASAN

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

SNI Standar Nasional Indonesia. Biji kopi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 02/MEN/2007 TENTANG CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERTANIAN. Jaminan Mutu Pangan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 20/Permentan/OT.140/2/2010 TENTANG SISTEM JAMINAN MUTU PANGAN HASIL PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan kesehatan. Gaya hidup yang kembali ke alam (Back to nature)

Tuna loin segar Bagian 2: Persyaratan bahan baku

Bibit sapi potong - Bagian 4 : Bali

SNI 0123:2008. Standar Nasional Indonesia. Karton dupleks. Badan Standardisasi Nasional ICS

Cara uji sifat tahan lekang batu

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

Transkripsi:

Standar Nasional Indonesia Temulawak segar ICS 67.220.10 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi... 2 5 Persyaratan mutu... 2 6 Ketentuan mengenai penampilan... 3 7 Penandaan dan pelabelan... 3 8 Kontaminasi... 4 9 Higienis... 4 10 Metode pengambilan contoh... 4 11 Metode pengujian... 4 BSN 2015 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Temulawak segar disusun untuk meningkatkan jaminan mutu dan keamanan pangan dalam rangka memenuhi keinginan pasar terhadap produk temulawak segar yang bermutu, aman dikonsumsi dan berdaya saing tinggi. Standar ini dirumuskan oleh Komite Teknis 65-03 Pertanian dan telah dibahas dalam rapat teknis. Perumusan terakhir dilakukan dalam rapat konsensus di Bogor pada tanggal 9 Desember 2014 yang dihadiri oleh anggota Komite Teknis dan pemangku kepentingan lainnya. Standar ini telah melalui proses jajak pendapat pada tanggal 10 Februari 2015 sampai dengan 9 Maret 2015 dengan hasil Rancangan Akhir Standar Nasional Indonesia (RASNI). BSN 2015 ii

Pendahuluan Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) tergolong dalam suku Zingiberaceae yang merupakan tanaman obat asli Indonesia. Tanaman temulawak dapat tumbuh optimal di tempat terbuka dan dapat beradaptasi di bawah tegakan pohon hingga tingkat naungan 40 %. Temulawak tumbuh baik pada lokasi tipe iklim B dan iklim C menurut Oldeman (1975), dengan curah hujan sekurang-kurangnya 1 500 mm/tahun, bulan kering 3bulan - 4 bulan per tahun, suhu rata-rata tahunan 19 C - 30 C, kelembaban udara 70 % - 90 %. Temulawak dapat tumbuh baik pada jenis tanah latosol, andosol, podsolik, dan regosol yang mempunyai tekstur liat berpasir, gembur, subur atau banyak mengandung bahan organik, dengan ph tanah 5,0-6,5. Kandungan senyawa utama yang terdapat dalam temulawak adalah kurkuminoid (kurkumin dan demetoksi kurkumin) serta xanthorizol. Secara tradisional, temulawak digunakan sebagai hepatoprotektor, analgesik, anti-inflamasi, anti-diabetes, anti-cancer, anti-mikroba, anti-jamur, anti-diare, anti-oksidan, dan lain-lain. Beberapa pengobat menggunakan temulawak untuk mengobati hepatitis, radang hati, radang empedu, radang ginjal, batu empedu, kurang nafsu makan, diare, wasir, melancarkan ASI dan kolesterol tinggi. Ramuan temulawak yang dikonsumsi secara teratur bisa menjaga kesehatan organ liver. Permintaan akan temulawak segar yang berkualitas, baik untuk memenuhi pasar dalam negeri termasuk industri jamu maupun pasar luar negeri menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Untuk memenuhi kebutuhan pasar terhadap produk temulawak yang bermutu dan berdaya saing, diperlukan adanya suatu standar mutu temulawak segar. BSN 2015 iii

1 Ruang lingkup Temulawak segar Standar ini menetapkan klasifikasi, persyaratan mutu, penandaan dan pelabelan, serta metode uji pada rimpang temulawak yang dipasarkan dalam bentuk segar. 2 Acuan normatif Untuk acuan normatif tidak bertanggal berlaku edisi terakhir (termasuk revisi dan atau amandemennya) SNI 0428, Petunjuk pengambilan contoh padatan. SNI 2896, Cara uji cemaran logam dalam makanan. SNI 4866, Cara uji cemaran arsen dalam makanan. SNI 7313, Batas maksimum residu pestisida hasil pertanian. SNI 7387, Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. SNI 7388, Batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan. SNI CAC/RCP 1, Rekomendasi nasional kode praktis - Prinsip umum higiene pangan. Bacteriological Analytical Manual (BAM) Chapter 5 Salmonella, Chapter 4 Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria and Chapter 18 Yeast, Molds and Mycotoxins Farmakope Herbal Indonesia Edisi I, 2008. OECD 2005, Guidance on objective tests to determine quality of fruits and vegetables and dry and dried produce. Pedoman Metode Pengujian Residu Pestisida Dalam Hasil Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2006. 3 Istilah dan definisi Untuk tujuan penggunaan dalam dokumen ini, berikut istilah dan definisi yang digunakan 3.1 temulawak segar rimpang dari tanaman temulawak yang bernas, matang secara fisiologis, berbentuk utuh dan segar, dicirikan dengan kulit rimpang kencang/tidak mudah terkelupas, kaku, berbau khas temulawak, tidak ada cacat/luka oleh sebab biologis, fisiologis maupun mekanis 3.2 rimpang induk pangkal batang dari tanaman temulawak yang merupakan rimpang utama dan tempat tumbuh rimpang cabang BSN 2015 1 dari 4

3.3 rimpang cabang rimpang yang tumbuh pada rimpang induk 3.4 hama dan penyakit semua organisme pengganggu tanaman (OPT) yang menempel atau menyebabkan kerusakan pada rimpang 3.5 kerusakan rimpang temulawak yang cacat/luka akibat dari gangguan fisiologis, biologis atau mekanis 3.6 pengotor benda asing lainnya yang menempel pada rimpang 3.7 diameter rimpang ukuran terbesar irisan melintang 3.8 kontaminasi pengotor yang berupa logam berat dan residu pestisida 4 Klasifikasi Temulawak diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelas mutu yaitu: - Kelas mutu I; - Kelas mutu II; - Kelas mutu III. 5 Persyaratan mutu 5.1 Persyaratan umum Untuk semua kelas mutu temulawak, persyaratan umum yang harus dipenuhi adalah : - rimpang induk segar; - rasa khas temulawak dan getir; - bebas dari hama dan penyakit; - permukaan rimpang kering; - rimpang dipanen pada umur antara 10 bulan sampai 12 bulan dan memenuhi kriteria panen sesuai karakteristik varietas dan/atau lokasi tumbuh; - warna irisan rimpang kuning-jingga. BSN 2015 2 dari 4

5.2 Persyaratan khusus Persyaratan khusus pada temulawak dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Syarat mutu temulawak No Parameter Satuan Mutu I Mutu II Mutu III 1 Kerusakan, maks % 0 0 2 2 Pengotor, maks % 0 0 1 3 Bobot per rimpang g > 350 200 350 < 200 4 Diameter per rimpang cm >7 5,5-7 < 5,5 5 Kadar kurkuminoid % >2,0 1,0-2,0 <1,0 6 Ketentuan mengenai penampilan 6.1 Keseragaman Isi setiap kemasan temulawak harus seragam sesuai kelas mutu, varietas dan asal produksi. Temulawak yang tampak dari kemasan harus mencerminkan keseluruhan isi. 6.2 Pengemasan Temulawak dikemas dalam suatu wadah yang bersih, tidak mengkontaminasi dan memungkinkan adanya sirkulasi udara yang baik secara merata dengan bahan yang dapat melindungi dan mencegah dari kerusakan eksternal maupun internal. 7 Penandaan dan pelabelan 7.1 Kemasan untuk konsumen Kemasan harus diberi label yang sekurang-kurangnya berisi informasi nama produk, bobot bersih produk dan asal produk. 7.2 Kemasan bukan eceran Setiap wadah kemasan harus berlabel dengan informasi yang mudah dibaca, tidak dapat dihapus, tampak dari luar dan disertai dokumen pengiriman barang. Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan : - nama produk; - tanggal panen; - nama dan alamat produsen/pengemas; - asal produk; - kelas mutu; - bobot bersih dalam kemasan; - tanggal pengemasan. Untuk temulawak yang diangkut dalam bentuk curah, label harus ditunjukkan pada dokumen yang menyertainya. BSN 2015 3 dari 4

8 Kontaminasi 8.1 Logam berat Temulawak harus memenuhi syarat di bawah batas maksimum cemaran logam berat sesuai dengan SNI 7387. 8.2 Residu pestisida Temulawak harus memenuhi syarat di bawah batas maksimum residu pestisida sesuai dengan SNI 7313. 8.3 Cemaran mikroba Temulawak harus memenuhi syarat di bawah batas maksimum cemaran mikroba sesuai dengan SNI 7388. 9 Higienis Temulawak segar harus memenuhi syarat higienis sesuai Prinsip umum higiene pangan SNI CAC/RCP 1. 10 Metode pengambilan contoh Pengambilan contoh sesuai SNI 0428. 11 Metode pengujian 11.1 Uji kadar kurkuminoid Pengujian kadar kurkuminoid dilakukan sesuai dengan Farmakope Herbal Indonesia Edisi I 2008. 11.2 Uji organoleptik Pengujian mutu pada persyaratan umum dilakukan secara visual dan organoleptik. Pengujian organoleptik dalam ketentuan ini sesuai dengan OECD 2005. 11.3 Uji residu pestisida Pengujian residu pestisida sesuai dengan Pedoman metode pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Departemen Pertanian, 2006. 11.4 Uji cemaran logam berat Cara pengujian cemaran logam berat sesuai dengan SNI 2896 dan SNI 4866. 11.5 Uji cemaran mikroba Pengujian cemaran mikroba sesuai dengan BAM Chapter 5 Salmonella, Chapter 4 Enumeration of Escherichia coli and the Coliform Bacteria dan Chapter 18 Yeast, Molds and Mycotoxins. BSN 2015 4 dari 4