BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penyakit darah tinggi yang lebih dikenal sebagai hipertensi memang bukan pembunuh sejati. Tetapi penyakit ini digolongkan sebagai the silent killer (pembunuh diam-diam) (Myrank, 2009). Penyakit darah tinggi atau hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu (Yundini, 2006). Contoh dampak yang ditimbulkan dari penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi yaitu angina dan serangan jantung, stroke, gagal jantung, kerusakan ginjal dan lain-lain (Palmer, 2007). Seseorang dinyatakan mengidap hipertensi bila tekanan sistoliknya mencapai di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik di atas 90 mmhg. Tekanan sistolik adalah tekanan maksimum dimana jantung berkontraksi dan memompa darah ke luar, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan dimana jantung sedang mengalami relaksasi, menerima curahan darah dari pembuluh darah perifer (Myrank, 2009). Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbilitas (kesakitan) dan mortalitas (kematian) yang tinggi. Prevalensi hipertensi di Asia Tenggara cukup tinggi, diantaranya yaitu Vietnam (2004) mencapai 34,5%, Thailand (1989) 17%, Malaysia (1996) 29,9%, Philipina (1993) 22%, dan Singapura (2004) 24,9%. 1
Sedangkan dari Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995, prevalensi hipertensi di Indonesia adalah 8,3%. Sama halnya, survei faktor resiko penyakit kardiovaskuler (PKV) oleh proyek WHO di Jakarta, menunjukkan prevalensi dengan tekanan darah 160/90 masing-masing pada pria adalah 13,6% (1988), 16,5% (1993), dan 21,1% (2000). Pada wanita, angka prevalensi mencapai 16% (1988), 17% (1993), dan 12,2% (2000). Secara umum, prevalensi hipertensi pada usia lebih dari 50 tahun berkisar antara 15%-20%. Survei di pedesaan Bali (2004) menemukan prevalensi pria sebesar 46,2% dan 53,9% pada wanita (Infokes, 2007). Dari berbagai penelitian epidemiologi yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-28,6% penduduk berusia di atas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Saat ini terdapat adanya kecendrungan bahwa masyarakat perkotaan lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan masyarakat pedesaan. Hal ini antara lain dihubungkan dengan adanya gaya hidup masyarakat kota yang berhubungan dengan resiko penyakit hipertensi seperti stress, obesitas (kegemukan), kurangnya olah raga, merokok, dan makanan yang tinggi kadar lemaknya. Bila ditinjau perbandingan antara wanita dan pria, ternyata wanita lebih banyak menderita hipertensi. Dari laporan Sugeri di Jawa Tengah didapatkan angka prevalensi 6,0% untuk pria dan 11,6% untuk wanita. Prevalensi Sumatra Barat 18,6% pria dan 17,4% wanita, sedangkan daerah perkotaan di Jakarta didapatkan 14,6% pria dan 13,7% wanita (Yundini, 2006). Pengendalian hipertensi, bahkan di negara maju pun, belum memuaskan. Secara rata-rata, pengendalian hipertensi baru berhasil menurunkan prevalensi
hingga 8%. Akan lebih baik jika penanganan hipertensi diintegrasikan dengan sistem kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat-obatan. Obat yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif mahal sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang memerlukan pengobatan jangka panjang (Infokes, 2007). Selain dengan mengkonsumsi obat-obatan yang harganya masih relatif mahal dan merubah gaya hidup, hipertensi juga bisa ditanggulangi dengan pengobatan tradisional yaitu dengan menggunakan mentimun (Cucumis Sativus) yang diolah menjadi sebuah minuman. Mentimun sering digunaka sebagai lalapan, makanan diet atau pun sebagai masker untuk kecantikan. Padahal, banyak khasiat yang dapat diperoleh dari memtimun (Cucumis Sativus), Salah satunya adalah mengobati Hipertensi (Myrank,2009). Timun atau mentimun (Cucumis Sativus) merupakan salah satu tanaman yang dapat mengobati penyakit hipertensi. Selain mudah didapat dan murah, mentimun (Cucumis Sativus) ternyata memiliki banyak khasiat (Genie, 2009). Meilinasari, MKes dari Politeknik Kesehatan Jakarta telah mengemukakan bahwa mereka yang menderita hipertensi disarankan untuk mengonsumsi mentimun. Menurutnya mentimun dapat mengobati hipertensi karena kandungan mineral yang ada didalamnya yaitu potassium, magnesium, dan pospor. Selain itu mentimun bersifat diuretic karena kandungan airnya yang tinggi sehingga membantu menurunkan tekanan darah (Myrank, 2009). Sementara dalam Majalah Nirmala (2008 dalam http://cybermed.cbn.net.id) mengatakan bahwa penderita hipertensi sangat disarankan untuk mengkonsumsi
mentimun. Kandungan mineral kalium, magnesium, dan serat di dalam mentimun bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah. Mineral magnesium juga berperan melancarkan aliran darah dan menenangkan saraf. Walupun mentimun (cucumis sativus) mudah didapat dan harganya yang terjangkau, tetapi banyak masyarakat yang tidak tahu pemanfaatan mentimunn (Cucumis Sativus) tersebut terhadap penurunan tekanan darah. Berdasarkan studi pemaparan di atas tentang banyaknya kandungan dan manfaat mentimun (Cucumis Sativus) dalam mengobati penyakit terutama pada penderita hipertensi, maka peneliti tertarik untuk mengetahui Bagimana Pemanfaatan Mentimun (Cucumis Sativus) Terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kec. Lima puluh Kab. Batu Bara. 2. Masalah Penelitian Berdasarka uraian dalam latar belakang maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu, bagaimana pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kec. Lima Puluh Kab. Batu Bara. 3. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan pada penelitian ini adalah Bagaimana pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh Penderita Hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara?.
4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 4.1 Untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan mentimun (cucumis sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara. 4.2 Untuk mengetahui bagaimana resiko relatif Odds Ratio pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kec. Lima Puluh Kab. Batu Bara. 4.3 Untuk mengetahui bagaimana perbedaan tekanan darah pre dan post pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) oleh penderita hipertensi di Dusun I Desa Pulau Sejuk Kecamatan Lima Puluh Kabupaten Batu Bara 4.4 Untuk mengetahui bagaimana perbedaan tekanan darah pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. 5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 5.1 Keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa tentang pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. 5.2 Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tentang pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi, sehingga informasi tersebut dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan bagi perawat dalam asuhan keperawatan dan pendidikan kesehatan pada penderita hipertensi dan keluarganya. 5.3 Area Penelitian Hasil penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan bagi masyarakat terhadap manfaat mentimun (Cucumis Sativus) untuk mencegah peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi. 5.4 Penelitian Keperawatan Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi penelitian keperawatan mengenai pemanfaatan mentimun (Cucumis Sativus) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi. Peneliti mengharapkan pada penelitian selanjutnya dilakukan penelitian tentang perbandingan mentimun (Cucumis Sativus) dengan tanaman yang lain terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.