BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu merupakan salah satu dari sekian banyak daerah di Indonesia yang memiliki aktifitas seismik yang tinggi. Aktifitas seismik yang tinggi di kawasan ini sangat dipengaruhi letaknya yang berada pada pertemuan 3 lempeng tektonik, yaitu Indo-Australia, Eurasia dan Pasifik. Interaksi dinamis yang terjadi oleh ketiga lempeng ini menyebabkan daerah ini memiliki fenomena geologi yang kompleks dan rumit. Gambar 1.1 menunjukan aktifitas gempabumi yang terjadi di Sulawesi Tengah khususnya Kota Palu. Sesar Palu Koro merupakan salah satu sesar aktif yang terdapat di Pulau Sulawesi yang melewati tepat Kota Palu. Sesar ini memiliki panjang ± 240 km, dengan arah memanjang dari Utara (Palu) ke Selatan (Malili) hingga mencapai Teluk Bone. Sesar ini bersifat sinistral dan aktif dengan kecepatan sekitar 25-30 mm/tahun (Kertapati, 2001 dan Permana, 2005 dalam Kaharudin 2011). Hampir semua gempabumi yang terjadi di Kota Palu diakibatkan oleh pergerakan sesar Palu-Koro. Berdasarkan rekaman gempa pada tahun 1927-2006 tercatat ada ada beberapa buah gempabumi besar yang terjadi di Kota Palu dan sekitarnya yang bersifat merusak yaitu gempabumi pada tahun 1927, 2005, dan 2012. Gempabumi pada tahun 1927 dikenal juga dengan gempabumi Donggala, dengan epicenter 5 0 LS 119,5 0 BT. Gempa ini menyebabkan tsunami di Kota Palu, mengakibatkan 1
50 orang meninggal dan 50 orang lainnya luka-luka akibat tsunami. Terdapat bangunan rusak di wilayah Donggala dan Biromaru. Tsunami yang melanda Kota Palu sejauh ± 3 Km dari pantai. Gempabumi pada tahun 2005 dikenal juga dengan gempabumi Bora. Gempabumi ini terjadi pada pukul 04.10 WITA, dengan kekuatan 6,2 pada Skala Richter. Episenter gempa terjadi pada posisi 1,03 0 LS 119,99 0 BT dengan arah 16 Km Tenggara Kota Palu tepatnya di Desa Bora, Kecamatan Biromaru, Kabupaten Sigi, dengan kedalaman 30 km. Gempa yang terjadi pada dinihari ini menyebabakan kepanikan kepada masyarakat Kota Palu dan sekitarnya karena munculnya isu tsunami. Gempabumi ini mengakibatkan 1 orang meninggal dan 4 orang luka-luka. Kerusakan terparah terjadi di daerah Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi. Selain itu pula gempabumi Bora menyebaban beberapa rumah penduduk roboh, kerusakan pertokoan, sekolah, sarana ibadah di Kota Palu, Kec. Sigi, dan Kecamatan Palolo. Retakan tanah di Desa Kaleke sepanjang ± 150 m, liquifaksi di Desa Sintuvu, longsoran besar di Desa Sigimpuu (Supartoyo, dkk, 2006). Gempabumi pada tahun 2012 dikenal juga dengan gempabumi Lindu. Gempabumi ini berkekuatan 6,2 pada Skala Richter. Gempabumi ini terjadi pada 18 Agustus 2012, pada pukul 17.41 WITA. Episenter gempa ini terjadi pada posisi 1,26 0 LS 120,13 0 BT dengan arah 56 Km Selatan Kota Palu tepatnya di sekitar Danau Lindu, dengan kedalaman 10 Km. Gempabumi ini menyebabkan 5 meninggal, 17 orang luka berat, dan 25 orang luka ringan. Gempabumi Lindu ini menyebabkan kerusakan yang cukup parah pada bebera wilayah kecamatan yaitu : 2
Kecamatan Kulawi (Desa Namo, Bolapapu, Boladangko, Tangkulowi, dan Saluwa), Kecamatan Lindu (Desa Tomado), dan Kecamatan Gumbasa (Desa Pakuli, Tuva, dan Omu). Kerusakan yang terjadi didaerah ini adalah 165 rumah rusak berat, 120 rumah rusak sedang, dan 296 rumah rusak ringan (BNPB, 2012). Wilayah Sulawesi Tengah dan Sulawesi Selatan terdapat beberapa segmentasi yang memiliki potensi untuk membangkitkan gempabumi kuat. Beberapa sesar diantaranya yaitu : Sesar Palu-Koro yang berarah dari Palu ke arah Selatan dan Tenggara melalui Sulawesi Selatan bagian Utara menuju ke Selatan Bone sampai di laut Banda, Sesar Saddang yang berarah dari pesisir Pantai Mamuju memotong diagonal melintasi daerah Sulawesi Selatan bagian tengah, Sulawesi Selatan bagian Selatan, Bulukumba menuju ke Pulau Selayar bagian Timur, dan Sesar Parit-Parit di Laut Makassar Selatan dan Laut Bone, dan beberapa anak patahan baik yang berada di darat maupun di laut (Hamilton, 1979 dalam Daryono, 2011). Tingginya aktivitas kegempaan di Kota Palu seharusnya dibarengi dengan pembuatan infrastruktur yang berbasis tahan gempa dan regulasi yang tepat. Infrastruktur yang berbasis tahan gempa merupakan aset jangka panjang pemerintah dalam pembangunan berkelanjutan di Kota Palu. Regulasi yang menunjang pengurangan risiko bencana sangat dibutuhkan sebagai landasan dan payung hukum dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi pendukung dalam perencanaan pembangunan di Kota Palu kedepannya. Informasi ini berupa data spasial daerah yang memiliki potensi bencana yang tinggi dan rendah. 3
Gambar 1.1 Distribusi titik-titik episenter di sepanjang jalur sesar Palu-Koro (Sumber: BMKG, USGS,dan GTZ, 2013) Secara umum Kota Palu sebelah Timur Sungai Palu merupakan daerah yang kompleks karena pada wilayah ini terdapat banyak fasilitas umum dibangun misalnya sekolah, perkantoran, rumah sakit, pusat perbelanjaan, bandara, dan pasar. Tingkat risiko fasilitas umum tentunya sangat tinggi dibandingkan dengan yang lainnya sehingga diperlukan kajian untuk mengetahui tingkat risiko di tempat tersebut. Kajian kesesuaian lahan untuk fasilitas umum yang ada di Kota Palu diharapkan bisa memberikan banyak informasi tentang tingkat risiko tersebut. 4
1.2 Perumusan Masalah Kota Palu merupakan salah satu daerah di Indonesaia yang memiliki tingkat seismisitas yang tinggi. Aktifitas seismik yang tinggi ini di sebebkan oleh aktivitas Sesar Palu-Koro. Berdasarkan catatan sejarah ada beberapa gempa besar yang terjadi di Kota Palu yang mengakibatkan kerusakan. Kondisi ini menyebabkan masyarakat Kota Palu harus bisa berdaptasi agar bisa hidup harmonis dengan bencana guna mengurangi risiko dan korban. Kondisi seperti ini bisa saja terjadi jika masyarakatnya memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana, memiliki infomasi secara spatial daerah mana saja yang rawan, memiliki pengetahuan yang cukup tentang gempabumi, dan pemerintah sendiri memiliki konsep pengelolaan wilayah dan penanggulangan bencana yang baik. Pembangunan di Kota Palu seharusnya berbasis pada bangunan tahan gempa guna menguragi risiko dan sebagai langkah upaya mitigasi. Regulasi guna mengatur tentang pembanguan di Kota Palu yang mengatur pengembangan wilayah dan mitigasinya juga sangat diperlukan agar memiliki payung hukum dalam pengambilan keputusan. Permasalahan yang ada di Kota Palu saat ini adalah masih sangat kurangnya penelitian untuk menyediakan informasi spatial tentang wilayah yang rawan bencana gempabumi. Informasi ini bisa berupa wilayah mana yang rawan, wilayah mana yang aman, bagaimana tingkat risiko bangunan di Kota Palu. Pada penelitian ini mengambil fokus kajian pada tingkat risiko fasilitas umum, yaitu : sekolah, pusat pemerintahan, rumah sakit, pusat perbelanjaan, bandara, hotel. 5
1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini dibatasi hanya melakukan analisis untuk mengetahui frekuensi alami tanah, frekuensi alami bangunan, amplifikasi, ketebalan sedimen, dan indeks kerentanan seismik di Kota Palu dihubungkan dengan keadaan geologi daerah penelitian. Selain itu pula dilakukan analisis antara kesesuaian frekuensi alami tanah dengan frekuensi alami bangunan dan kesesuaiannya terhadapan SNI bangunan tahan gempa. 1.4 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah disampaikan, peneliti menyusun beberapa pertanyaan penelitian: 1. Bagaimana kesesuaian antara nilai frekuensi alami bangunan dengan nilai frekuensi tanah berdasarkan data mikrotremor? 2. Bagaimana nilai kesesuaian antara nilai frekuensi bangunan berdasarkan SNI bangunan tahan gempa? 3. Bagaimana sebaran kedalaman sedimen di Kota Palu? 4. Bagaimana sabaran nilai PGA di Kota Palu? 5. Bagaimana peta kerentanan di Kota Palu? 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Analisis kesesuaian antara nilai frekuensi alami bangunan dengan nilai frekuensi tanah berdasarkan data mikrotremor 2. Analisis nilai kesesuaian antara nilai frekuensi bangunan berdasarkan SNI bangunan tahan gempa 6
3. Analisis sebaran kedalaman sedimen di Kota Palu 4. Analisis sabaran nilai PGA di Kota Palu 5. Membuat peta kerentanan bangunan berdasarkan kegempaan di Kota Palu 1.6 Manfaat Penelitian 1. Hasil dari penelitian ini diharapakan dapat menjadi salah satu masukan bagi pemerintah Kota Palu untuk pembangunan dan penataan kota yang berbasis pengurangan risiko bencana gempabumi. 2. Masyarakat Kota Palu bisa mengenal daerahnya dengan baik dari sisi kebencanaan sehingga memiliki kesiapsiagaan dan upaya mitigasi. 1.7 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah administrasi Kota Palu. Kota Palu merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tengah. Kota Palu sendiri terdiri atas 4 kecamatan dan 43 kelurahan (BPS, 2009). Wilayah penelitian terkonsentrasi pada dua wilayah administrasi yaitu sebagian kecamatan Palu Timur dan sebagian kecamatan Palu Selatan. Luas wilayah Kota Palu 395,06 km 2, dengan keadaan topografi yang bervariatif terdiri dari dataran rendah, dataran bergelombang. 7
Gambar 1.2 Peta rupa bumi Indonesia lembar Palu dan titik-titik lokasi pengukuran. 1.8 Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Matriks penelitian-penelitian sebelumnya Judul, Tahun, wilayah, Nama Penelitian Penerapan metode cepat penaksiran risiko Bangunan terhadap bahaya gempabumi studi kasus Kota Palu, Sulawesi Tengah, 2011, Kota Palu, Yurdinus Panji Lelean Perkembangan tektonik dan implikasinya terhadap potensi gempa dan tsunami Tujuan Penelitian Mengkaji potensi bahaya gempabumi dengan cara menghitung nilai percepatan puncak tanah (PGA, peak ground acceleration). Mengidentifikasi tingkat kerentanan bangunanbangunan di wilayah kajian dengan cara menerapkan prosedur identifikasi kerentanan bangunan secara cepat. Menganalisis risiko tahunan (annual risk) bangunan akibat bahaya gempabumi di wilayah kajian. Mengkaji kemungkinan terjadinya resonansi getaran beberapa gedung bertingkat di wilayah kajian. Jenis Sesar yang ada di Sulawesi geologi Struktur di Sulawesi Metode Penelitian Pengukuran langsung dan pengamatan lapangan Studi literatur Output Penelitian Nilai PGA Kota Palu Analisis risiko bangunan dan kerugian yang mungkin ditimbulkan. Keadaan geologi Pulau Sulawesi 8
di kawasan Pulau Sulawesi, 2011, Kaharuddin MS, Ronald Hutagalung dan Nurhamdan Indeks kerentanan seismik berdasarkan mikrotremor Pada setiap satuan bentuklahan di zona graben Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011, DIY, Daryono Tataan tektonik dan sejarah kegempaan Palu, Sulawesi Tengah, 2011, Palu, Daryono Pengembangan metode citra multispectral untuk kajian risiko bencana gempabumi di Graben Palu, 2011, Palu, M. Rusydi H Analysis of strong ground motion based on microtremors, boreholes and trench data in Palu City, Central Sulawesi Province, Indonesia, 2015, Pyi Soe Thein Mengetahui karakteristik indeks kerentanan seismik pada setiap satuan bentuklahan di zona Graben Bantul, Mengetahui persebaran spasial indeks kerentanan seismik berdasarkan pendekatan satuan bentuklahan di zona Graben Bantul. Untuk Mengetahui keadaaan tektonik dan seismisitas Kota Palu Mengembangkan metode aplikasi citra multispectral secara terintegrasi untuk identifikasi dan pemetaan objek, fenomena gempabumi dalam rangka menyusun tingkat rawan bencana gempabumi di Graben Palu. Mengkaji faktor-faktor penyebab utama bencana gempabumi di Graben Palu Analisis tingkat risiko bencana yang timbul akiba gempabumi di Graben Palu melalui pendekatan citra satelit dan alternatif penanggulangannya. Untuk menganalisis karakteristik respon situs di Kota Palu menggunakan Trench, data bor, data mikrotremor stasiun tunggal dan array. Untuk mengklasifikasikan sedimen bawah permukaan dalam cekungan. Untuk menentukan Pengukuran langsung dan pengamatan lapangan Studi literatur Pengamatan langsung lapangan dan studi literatur Pengamatan langsung lapangan dan studi literatur Sesar aktif yang ada di Pulau Sulawesi Lokasi yang memiliki potensi gempabumi Peta sebaran indeks kerentanan seismik hubungan antara indeks kerentanan seismik dengan bentukan lahan Hubungan antara indeks kerentanan seismik dengan kerusakan yang ditimbulkan Sejarah gempabumi dan tsunami di Kota Palu Peta PGA Peta tingkat risiko bencana gempabumi berdasarkan kerentanan bangunan Peta bahaya gempabumi Peta penggunaan lahan Model lapisan bawah permukaan dari data bor, trench. Parameter geoteknik dari data bor. Umur radiocarbon Nilai frekuensi, 9
karakteristik gerakan seismik antara batuan dasar dan permukaan dari perhitungan gerakan tanah. Untuk mengevaluasi efek dari karakteristik situs lokal berdasarkan gerakan tanah selam terjadi gempabumi secara satu dimensi, dua dimensi, dan tiga dimensi. Untuk mengembangkan model tiga dimensi dari batuan dasar dan sedimen untuk menentukan efek basin untuk prediksi gerakan tanah pada gempa bumi di masa depan. Untuk menghitung gerakan tanah dari beberapa gempabumi yang dipilih dan membandingkan distribusi keruskan yang terjadi. amplifikasi, indeks kerentan seismik. Kecepatan gelombang S. Kurva disperse Model kecepatan 3D Ketebalan sedimen PGA, PGV, PGD, amplifikasi, grouns shear strain. 10