SNI 7422:2009. Standar Nasional Indonesia. Pisang

dokumen-dokumen yang mirip
SNI 4230:2009. Standar Nasional Indonesia. Pepaya

SNI 3165:2009. Standar Nasional Indonesia. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Pertanian.

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

Sarden dan makerel dalam kemasan kaleng

Tuna dalam kemasan kaleng

SNI Standar Nasional Indonesia. Ikan tuna dalam kaleng Bagian 1: Spesifikasi

Kepiting (Scylla Serrata) kulit lunak beku Bagian 1: Spesifikasi

Ikan beku Bagian 1: Spesifikasi

Lampiran 1. Perhitungan Premium Nilai Tukar dan Nilai Tukar Bayangan Tahun 2009

Tuna loin segar Bagian 1: Spesifikasi

Telur ayam konsumsi SNI 3926:2008

SNI Standar Nasional Indonesia. Filet kakap beku Bagian 1: Spesifikasi

BEDAH SNI PRODUK UNGGULAN DAERAH

Benih kelapa genjah (Cocos nucifera L var. Nana)

Susu segar-bagian 1: Sapi

Ikan tuna dalam kaleng Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Sosis ikan SNI 7755:2013

Benih panili (Vanilla planifolia Andrews)

Mutu karkas dan daging ayam

Pupuk kalium klorida

Bakso ikan SNI 7266:2014

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan darat

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Pengemasan benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) pada sarana angkutan udara

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Terasi udang SNI 2716:2016

SNI Standar Nasional Indonesia. Sari buah tomat. Badan Standardisasi Nasional ICS

Benih kelapa dalam (Cocos nucifera L. var. Typica)

Siomay ikan SNI 7756:2013

Air demineral SNI 6241:2015

Tegangan standar SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Mete gelondong. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia. Udang beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Benih ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

Pupuk urea amonium fosfat

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Udang beku Bagian 1: Spesifikasi

Bibit induk (parent stock) itik Alabio meri

Kulit masohi SNI 7941:2013

SNI 6128:2008. Standar Nasional Indonesia. Beras. Badan Standardisasi Nasional

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Semen beku Bagian 1: Sapi

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

Bibit induk (parent stock) itik Mojosari meri

Air mineral SNI 3553:2015

Filet kakap beku Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

Tata cara pengambilan contoh uji beton segar

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

Ikan segar - Bagian 3: Penanganan dan pengolahan

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 5: Produksi kelas pembesaran di kolam

Air mineral alami SNI 6242:2015

Pupuk SP-36 SNI

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

LAMPIRAN 1 Alat dan Bahan yang Digunakan. 1. Beaker Glass 2. Blender. 3. Micrometer 4. Wadah

SNI Standar Nasional Indonesia. Susu pasteurisasi. Badan Standardisasi Nasional ICS

Bibit niaga (final stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 2: Ayam ras tipe petelur

Jahe untuk bahan baku obat

Bambu lamina penggunaan umum

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Buah belimbing manis segar Dewan Standardisasi Nasional - DSN

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

Bibit induk (parent stock) umur sehari/kuri (day old chick) Bagian 1: Ayam ras tipe pedaging

SNI Standar Nasional Indonesia. Minyak goreng. Badan Standardisasi Nasional ICS

Ikan patin jambal (Pangasius djambal) Bagian 1: Induk kelas induk pokok (Parent stock)

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

BAB III BAHAN DAN METODE

PENANGANAN PASCA PANEN MANGGIS. Nafi Ananda Utama. Disampaikan dalam siaran Radio Republik Indonesia 20 Januari 2017

Pupuk amonium sulfat

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

Produksi ikan nila (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas pembesaran di kolam air tenang

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Pupuk tripel super fosfat plus-zn

Semen portland komposit

SNI Standar Nasional Indonesia. Gambir. Badan Standardisasi Nasional ICS

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kayu lapis Istilah dan definisi

Batang uji tarik untuk bahan logam

Pakan konsentrat Bagian 5 : Ayam ras pedaging (broiler concentrate)

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan langit-langit untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

SNI IEC 60969:2008. Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis Perumusan SNI Elektronika Untuk Keperluan Rumah Tangga

Pupuk dolomit SNI

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Pupuk amonium klorida

Tugas Manajemen Mutu Terpadu. 3. Penanganan dan pengolahan Penanganan dan pengolahan cumi-cumi beku sesuai SNI :2010.

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Biji mete kupas (cashew kernels)

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

SNI PANGAN SEKARANG INI A BASRAH ENIE

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

SNI Standar Nasional Indonesia. Saus cabe

SNI Standar Nasional Indonesia. Kecap kedelai. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI Standar Nasional Indonesia

Transkripsi:

SNI 7422:2009 Standar Nasional Indonesia Pisang ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional

SNI 7422:2009 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 5 Ketentuan mengenai ukuran... 4 6 Ketentuan mengenai toleransi... 4 7 Ketentuan mengenai penampilan... 5 8 Penandaan dan pelabelan... 5 9 Rekomendasi... 6 10 Higienis... 6 11 Metode pengambilan contoh... 6 12 Metode pengujian... 7 Lampiran A (normatif) Batas maksimum logam berat pada buah... 8 Bibliografi... 9 Tabel 1 - Kode ukuran berdasarkan panjang jari buah... 4 Tabel A.1- Batas maksimum logam berat pada buah... 8 i

SNI 7422:2009 Prakata Pisang merupakan komoditas yang memberikan kontribusi besar terhadap angka produksi buah nasional. Buah pisang Indonesia memasok kebutuhan tidak hanya pasar dalam negeri, tetapi juga pasar internasional. Mengacu pada hal tersebut, maka perlu adanya suatu jaminan mutu atas produk yang dihasilkan oleh petani agar dapat menjaga kepercayaan konsumen dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap pisang. Oleh karena itu, disusun suatu standar baru yang dapat memenuhi standar pasar dalam negeri maupun pasar internasional dan dapat diterima secara luas oleh konsumen. Standar ini disusun untuk menggantikan SNI 01-4229-1996, Buah pisang ambon kuning segar, SNI 01-4481-1998, Pisang kepok kuning, SNI 01-6153-1999, Pisang barangan segar, dan SNI 01-6946-2003, Pisang kavendis (Musa cavendishi) segar dengan tetap mengakomodasi karakteristik semua jenis pisang konsumsi yang ada dan memperhatikan kondisi di lapangan. Standar Nasional Indonesia (SNI) ini dirumuskan oleh Panitia Teknis 65-03 Pertanian dan telah dibahas dalam rapat-rapat teknis dan terakhir disepakati dalam rapat konsensus di Jakarta pada tanggal 11 Desember 2007 yang dihadiri oleh anggota Panitia Teknis. Standar Nasional Indonesia (SNI) pisang disusun dengan harapan buah pisang Indonesia memiliki standar yang dapat diterima, baik di pasar domestik maupun mancanegara. Standar ini juga telah melalui tahap jajak pendapat pada tanggal 7 April 2008 sampai dengan 7 Juni 2008, namun untuk mencapai kuorum diperpanjang sampai dengan tanggal 7 Juli 2008 dan langsung disetujui menjadi RASNI. ii

SNI 7422:2009 Pisang 1 Ruang lingkup Standar ini menetapkan ketentuan tentang mutu, ukuran, toleransi, penampilan, pengemasan, pelabelan, rekomendasi dan higienis pada buah pisang (Musa paradisiaca L.). Standar ini berlaku untuk varietas-varietas komersial dari pisang (Musa paradisiaca L.) famili Musaceae yang dipasarkan untuk konsumsi segar, setelah penanganan dan pengemasan. Pisang untuk kebutuhan industri/olahan tidak termasuk dalam standar ini. 2 Acuan normatif SNI 7313:2008, Batas maksimum residu pestisida pada hasil pertanian. CODEX STAN 1-1985, Adopted 1991, 1999, 2001, 2003, 2005 and 2008, Codex general standard for the labelling of prepackaged food. CODEX STAN 228-2001, General methods of analysis for contaminants. CAC/GL 21-1997, Principles for the establishment and application of microbiological criteria for food. CAC/GL 50-2004, General guidelines on sampling. CAC/RCP 1-1969, Rev.4-2003, Recommended international code of practice general principles of food hygiene. CAC/RCP 44-1995, Amd.1-2004, Recommended international code of practice for packaging and transport of tropical fresh fruit and vegetables. CAC/RCP 53-2003, Code of hygienic practice for fresh friuts and vegetables. OECD, 2005, Guidance on objective tests to determine quality of fruits and vegetables and dry and dried produce. Pedoman pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Departemen Pertanian, 2006. 3 Istilah dan definisi 3.1 utuh buah sempurna tidak cacat (kecuali memar) yang mempengaruhi penampilan umum 3.2 cacat kerusakan fisik pada buah 3.3 cacat sangat kecil kerusakan fisik pada buah yang sangat sedikit sehingga tidak mempengaruhi mutu dan penampilan buah secara umum 1 dari 9

RSNI3 7422:2008 3.4 cacat kecil sedikit kerusakan fisik pada buah yang sedikit mempengaruhi mutu dan penampilan buah secara umum 3.5 padat buah tidak memar akibat benturan 3.6 tampilan segar keadaan fisik buah yang tidak menunjukkan perubahan warna selain akibat proses pematangan 3.7 layak konsumsi buah tidak busuk atau rusak 3.8 bersih buah bebas dari kotoran dan benda asing lainnya 3.9 bebas dari hama dan penyakit buah tidak terkontaminasi hama dan penyakit dan atau mengalami kerusakan yang diakibatkan oleh hama dan penyakit 3.10 bebas dari kerusakan akibat perubahan temperatur yang ekstrim buah bebas dari kerusakan akibat perubahan temperatur yang mencolok dalam penyimpanan 3.11 bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal buah bebas dari penyimpanan pada lingkungan yang mengalami perubahan kelembaban yang sangat tinggi yang dapat menyebabkan kerusakan fisik atau kimia buah 3.12 bebas dari aroma dan rasa asing buah bebas dari aroma dan rasa selain khas pisang 3.13 tingkat kematangan kondisi perkembangan fisiologis buah 3.14 pistil sisa bagian bunga betina/bekas putik bunga yang masih melekat pada ujung buah 3.15 pengkelasan penggolongan buah berdasarkan mutu dengan mempertimbangkan toleransi yang ditentukan 2 dari 9

SNI 7422:2009 3.16 kode ukuran penggolongan buah berdasarkan panjang jari buah 4 Ketentuan mengenai mutu 4.1 Ketentuan minimum 4.1.1 Untuk semua kelas buah pisang, ketentuan minimum yang harus dipenuhi adalah: - buah utuh (berdasarkan kondisi buah tunggal); - padat (firm); - sesuai dengan ciri varietas atau kultivar dalam hal: kesegaran; bentuk; warna; rasa; tekstur; bintik pada permukaan kulit buah, bersih, bebas dari benda-benda asing yang tampak; - bebas dari kerusakan fisik akibat goresan atau benturan; - bebas dari hama dan penyakit; - dalam bentuk sisiran, bebas dari cendawan; - pistil sudah lepas; - bebas dari kerusakan akibat perubahan temperatur; - bebas dari kelembaban eksternal yang abnormal, kecuali pengembunan sesaat setelah pemindahan dari tempat penyimpanan dingin; - bebas dari aroma dan rasa asing. 4.1.2 Pisang dalam bentuk sisiran atau tandan harus memenuhi hal berikut: - Batang tandan yang terbawa harus proporsional dan bebas kontaminasi hama dan penyakit. - Bekas potongan bersih dan rapi. 4.1.3 Buah pisang harus dipetik secara hati-hati dan telah mencapai tingkat kematangan sesuai dengan kriteria ciri varietas dan atau jenis komersial dan lingkungan tumbuhnya. Tingkat kematangan panen dapat mendukung penanganan, pengangkutan dan distribusi buah sehingga dapat sampai ditujuan dalam kondisi yang diinginkan. 4.2 Pengkelasan Pisang digolongkan dalam 3 (tiga) kelas mutu, yaitu: - kelas super; - kelas A; - kelas B. 4.2.1 Kelas super Pisang bermutu paling baik (super) yaitu mencerminkan ciri varietas/tipe komersial, bebas dari kerusakan, kecuali kerusakan sangat kecil. 3 dari 9

RSNI3 7422:2008 4.2.2 Kelas A Pisang bermutu baik yaitu mencerminkan ciri varietas/tipe komersial,dengan kerusakan kecil yang diperbolehkan sebagai berikut: - Penyimpangan pada bentuk dan warna buah, asal tidak mempengaruhi penampilan umum dan mutu. - Kerusakan kulit buah seperti lecet dan goresan tidak lebih dari 5 % dari total permukaan. - Seluruh kerusakan dan penyimpangan tidak mempengaruhi daging buah. 4.2.3 Kelas B Pisang bermutu baik yaitu mencerminkan ciri varietas/tipe komersial dengan cacat yang diperbolehkan sebagai berikut: - Penyimpangan pada bentuk dan warna, selama masih mempertahankan sifat-sifat varietasnya, - Kerusakan kulit buah seperti goresan, memar, burik asalkan tidak melebihi 10 % dari total permukaan. - Seluruh kerusakan dan penyimpangan tidak mempengaruhi daging buah. 5 Ketentuan mengenai ukuran Kode ukuran ditentukan berdasarkan rata-rata panjang jari buah pisang yang terletak pada punggung sisir, dengan panjang minimum 5 cm, sesuai dengan Tabel 1. Tabel 1 - Kode ukuran berdasarkan panjang jari buah Kode ukuran Panjang jari buah (centimeter) 1 20,0 2 15,0 19,9 3 10,0 14,9 4 5,0 9,9 6 Ketentuan mengenai toleransi 6.1 Toleransi mutu 6.1.1 Kelas super Batas toleransi mutu kelas super, yang diperkenankan tidak memenuhi ketentuan mutu, maksimum 5 % dari jumlah atau bobot pisang, tetapi masih termasuk dalam kelas A. 6.1.2 Kelas A Batas toleransi mutu kelas A, yang diperkenankan tidak memenuhi ketentuan mutu, maksimum 10 % dari jumlah atau bobot pisang tetapi masih termasuk dalam kelas B. 4 dari 9

SNI 7422:2009 6.1.3 Kelas B Batas toleransi mutu kelas B, yang diperkenankan tidak memenuhi ketentuan mutu, maksimum 10 % dari jumlah atau bobot buah pisang tapi masih memenuhi persyaratan minimum. 6.2 Toleransi ukuran Untuk semua kelas, batas toleransi ukuran yang diperbolehkan adalah 10 % di atas atau di bawah kisaran ukuran yang ditentukan. 7 Ketentuan mengenai penampilan 7.1 Keseragaman Isi setiap kemasan pisang harus seragam dan berasal dari kawasan, kelas mutu dan ukuran yang sama. Untuk kelas super, warna dan kematangan harus seragam. Pisang yang tampak dari kemasan atau yang curah harus mencerminkan keseluruhan isi. 7.2 Pengemasan Pisang harus dikemas dengan cara yang dapat melindungi buah dengan baik. Bahan yang digunakan di dalam kemasan harus bersih dan memiliki mutu yang cukup untuk mencegah kerusakan eksternal maupun internal buah. Penggunaan bahan-bahan terutama kertas atau label spesifik buah yang dicetak masih dimungkinkan dengan menggunakan tinta atau lem yang tidak beracun. Pisang dikemas dalam kontainer sesuai dengan rekomendasi internasional untuk pengemasan dan pengangkutan buah dan sayuran segar (CAC/RCP 44-1995, Amd.1-2004). Kemasan harus memenuhi syarat mutu, higienis, ventilasi, dan ketahanan untuk menjamin kesesuaian penanganan, transportasi dan distribusi agar mutu tetap terjaga. Kemasan harus bebas dari bahan dan aroma asing. 7.3 Penyajian - Pisang dapat disajikan dalam bentuk sisir atau bagian dari sisir. - Apabila disajikan dalam bentuk sisir, buah yang hilang maksimum 2 jari. 8 Penandaan dan pelabelan 8.1 Kemasan konsumen Penandaan dan pelabelan pada kemasan harus sesuai dengan standar kemasan CODEX STAN 1-1985, Adopted 1991, 1999, 2001, 2003, 2005 and 2008. Apabila isi kemasan tidak tampak dari luar, maka kemasan harus ditandai dengan nama buah dan ditulis sebagai nama varietas/tipe komersial. 8.2 Kemasan bukan eceran Setiap kemasan dalam kontainer harus menggunakan tulisan pada sisi yang sama, mudah dibaca dan tidak dapat dihapus, serta tampak dari luar atau ditunjukkan pada dokumen yang 5 dari 9

RSNI3 7422:2008 menyertai pengiriman barang. Untuk buah yang diangkut dalam bentuk curah, label harus ditunjukkan pada dokumen yang menyertai buah. Pelabelan sekurang-kurangnya mencantumkan: nama dan varietas buah; nama dan alamat perusahaan eksportir, pengemas dan atau pengumpul; asal buah; kelas; ukuran (kode ukuran atau kisaran bobot dalam gram); bobot buah. 9 Rekomendasi 9.1 Logam berat Pisang harus memenuhi syarat di bawah batas maksimum cemaran logam berat sesuai dengan Lampiran A. 9.2 Residu pestisida Pisang harus memenuhi syarat di bawah batas maksimum residu pestisida sesuai dengan SNI 7313:2008. 10 Higienis 10.1 Pisang dianjurkan untuk memenuhi syarat higienis sesuai prinsip dasar higienis makanan (CAC/RCP 1-1969, Rev. 4-2003, CAC/RCP 53-2003) atau ketentuan lain yang relevan. 10.2 Pisang harus memenuhi syarat mikrobiologi sesuai dengan ketentuan standar mikrobiologi untuk makanan (CAC/GL 21-1997) atau ketentuan lainnya yang relevan. 11 Metode pengambilan contoh 11.1 Uji organoleptik Pengambilan contoh yang digunakan dalam ketentuan ini harus sesuai CAC/GL 50-2004. 11.2 Uji residu pestisida Pengambilan contoh yang digunakan dalam ketentuan ini harus sesuai pedoman pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian. 11.3 Uji cemaran logam berat Pengambilan contoh yang digunakan dalam ketentuan ini harus sesuai CAC/GL 50-2004. 6 dari 9

SNI 7422:2009 12 Metode pengujian 12.1 Uji organoleptik Pengujian organoleptik dalam ketentuan ini harus sesuai dengan pedoman pengujian organoleptik pada buah (OECD, 2005). 12.2 Uji residu pestisida Pengujian residu pestisida dalam ketentuan ini harus sesuai dengan pedoman pengujian residu pestisida dalam hasil pertanian. 12.3 Uji cemaran logam berat Pengujian cemaran logam berat dalam ketentuan ini harus sesuai dengan CODEX STAN 228-2001. 7 dari 9

RSNI3 7422:2008 Lampiran A (normatif) Batas maksimum logam berat pada buah Tabel A.1- Batas maksimum logam berat pada buah No Jenis logam berat Batas maksimum (mg/kg) 1 Arsen (As) 0,25 2 Kadmium (Cd) 0,2 3 Merkuri (Hg) 0,03 4 Timbal (Pb) 0,5 5 Timah (Sn) 40 8 dari 9

SNI 7422:2009 Bibliografi CODEX STAN 205-1997,Amd.1-2005, Codex standard for bananas. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan No. 03725/B/SK/VII/1989 tentang Batas Maksimum Cemaran Logam dalam Makanan. RSNI4 7387:2008, Batas maksimum cemaran logam berat dalam pangan. 9 dari 9

BADAN STANDARDISASI NASIONAL - BSN Gedung Manggala Wanabakti Blok IV Lt. 3-4 Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10270 Telp: 021-574 7043; Faks: 021-5747045; e-mail : bsn@bsn.or.id