PERBEDAAN PENGGUNAAN KOSAKATA DALAM MEMAKNAI OBJEK DITINJAU DARI STEREOTIP GENDER (Studi pada Mahasiswa Universitas Tridinanti Palembang)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERBEDAAN PENGGUNAAN KOSAKATA DALAM MEMAKNAI OBJEK DITINJAU DARI STEREOTIP GENDER (Studi pada Mahasiswa Universitas Tridinanti Palembang)"

Transkripsi

1 PERBEDAAN PENGGUNAAN KOSAKATA DALAM MEMAKNAI OBJEK DITINJAU DARI STEREOTIP GENDER (Studi pada Mahasiswa Universitas Tridinanti Palembang) Edi Suryadi 1, Naisan Yunus 2, Ahmad Tarmizi Ramadhan 3 ABSTRACT: Penelitian ini bertujuan ini untuk mengetahui perbedaan penggunaan kosakata responden laki-laki dan perempuan dalam memaknai objek yang dihubungkan dengan stereotip gender. Penelitian dilakukan di Universitas Tiridnanti Palembang. Peneliti menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Sumber data diambil dari foto yang dimuat dalam Sriwijaya Post, 21 Maret Jumlah subjek penelitian yang akan dilibatkan adalah 205 orang mahasiswa laki-laki dan perempuan. Teknik pengumpulan data menggunakan data dokumentasi. Hasil penelitian diketahui bahwa perbedaan kosakata terjadi antara lain pada penyebutan objek manusia, tempat tinggal, dan tempat/lingkungan. Perbedaan kosakata tersebut terjadi karena pada saat mempersepsikan objek tersebut, responden membutuhkan bantuan dari pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Berarti dalam menafsirkan objekobjek tersebut, responden menggunakan persepsinya masing-masing. Perbedaan pemunculan kosakata yang dilakukan oleh reponden laki-laki dan responden perempuan memiliki hubungan dengan stereotip gender. Hal tersebut dapat dilihat dari kosakata yang digunakan para responden untuk memunculkan kosakata dalam gambar. Responden perempuan memiliki variasi penamaan yang lebih banyak daripada laki-laki. Selain itu, responden perempuan melakukan penamaan yang lebih detail daripada laki-laki. Kata Kunci: Kosakata, Objek, Streotif Gender 1 Dosen FKIP Universitas Tridinanti Palembang 2 Dosen FKIP Universitas Tridinanti Palembang 3 Dosen FKIP Luar Biasa Universitas Tridinanti Palembang 1

2 PENDAHULUAN B ahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, pendapat, dan perasaan seseorang kepada orang lain. Dalam perkembangannya bahasa tidak dapat dipisahkan dari faktor lain di luar bahasa, terutama latar belakang penuturnya. Latar belakang penutur bahasa yang beragam menyebabkan timbulnya variasi bahasa. Faktor lain di luar bahasa yang mempengaruhi variasi bahasa antara lain, seperti kelas sosial, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, etnisitas, dan umur. Salah satu aspek yang menarik untuk dibahas adalah variasi bahasa yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin. Dalam kehidupan sosial, jenis kelamin menjadi pembeda dalam berbagai hal, salah satunya bahasa. Larson, Milderd L mengungkapkan bahwa perbedaan jenis kelamin mampu mempengaruhi bahasa dan dapat menjadi faktor penting untuk menghitung variasi bahasa. Hal tersebut didukung pula oleh Tannen (dalam Wardhaugh, 2002:5) yang menyatakan bahwa pada dasarnya laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan mendasar dalam hal bahasa. Perbedaan jenis kelamin lambat laun berkembang menjadi perbedaan gender. Perbedaan jenis kelamin dan perbedaan gender merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Wardhaugh (2002:313), jenis kelamin adalah pembeda laki-laki dan perempuan dilihat dari sudut biologi, sedangkan gender adalah pembeda laki-laki dan perempuan melalui pendekatan genetik, psikologi, sosial, dan budaya. Selain itu, menurut Sadli dan Patmonodewo (1995:70) gender merupakan sejumlah karakteristik psikologis yang ditentukan secara sosial dan berkaitan dengan adanya seks (jenis kelamin) lain. Oleh karena itu, dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa gender adalah hasil konstruksi sosial berdasarkan jenis kelamin dalam masyarakat yang membedakan laki-laki dan perempuan. Kehidupan sosial dan budaya mendukung perkembangan pemahaman tentang gender. Pemahaman tentang gender dalam masyarakat sudah disosialisasikan sejak dini. Saat kecil, mulai dari permainan sampai tingkah laku, anak laki-laki dan perempuan 2

3 sudah diidentikan dengan gender tertentu. Perempuan dan laki-laki mempunyai pengalaman masa lalu yang berbeda. Sejak mereka dilahirkan, lakilaki dan perempuan diperlakukan berbeda, dididik berbeda, dan sebagai hasilnya, cara berkomunikasi mereka berbeda pula. Pemahaman tentang gender yang diperoleh oleh laki-laki dan perempuan saat bersosialisasi dalam masyarakat akan memengaruhi cara berbahasa mereka. Menurut Fakih dikutip oleh Darmojuwono (2000:150), konsep gender, yaitu pembagian laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural, telah berjalan mapan dalam sosialisasi. Oleh sebab itu, pemisahan dengan gender tersebut dianggap alamiah, wajar, dan merupakan kodrat; padahal yang merupakan kodrat adalah pembagian jenis kelamin secara biologis. Dalam masyarakat, sosialisasi mengenai gender erat kaitannya dengan stereotip. Selanjutnya, stereotip yang terbentuk ikut menentukan peran lakilaki dan perempuan dalam masyarakat. Adapun pengertian stereotip adalah gambaran ciri-ciri khas yang dimiliki orang tertentu atau sekelompok orang dan gambaran ini tidak dibentuk oleh orang atau kelompok orang tersebut, melainkan oleh anggota masyarakat di luar kelompok (Quasthoff dikutip oleh Darmojuwono, 2000:149). Menyoroti dari aspek linguistik, Schaff (dikutip oleh Darmojuwono, 2000:149) berpendapat bahwa stereotip adalah lambang bahasa yang mengacu pada sekelompok manusia dan lambang bahasa tersebut mengandung makna emosional. Dalam hal ini, stereotip yang tercipta merupakan gambaran masyarakat terhadap ciri khas yang dimiliki laki-laki dan perempuan, yang dapat dikatakan sebagai stereotip gender. Ungkapan verbal yang digunakan untuk menggeneralisasi ciri khas laki-laki dan perempuan dapat berupa ujaran atau kata-kata (leksikon). Misalnya, perempuan diidentikkan dengan kata emosional dan lemah lembut, sementara laki-laki diidentikkan dengan kata rasional dan agresif. Menurut Smith (dikutip Sisbiyanto, 1999) bahwa leksikon (kata) merupakan salah satu cara untuk menunjukkan penanda sosial. Kelompok remaja, misalnya menggunakan kata-kata seperti lebai berlebihan, gebetan orang yang disukai, nyokap ibu, dan 3

4 sebagainya. Leksikon dipengaruhi oleh kualifikasi, ketertarikan, pengalaman, atau pekerjaan penutur. Kemudian, menurut Eckert (dikutip Juwita, 2009:7), gender dan leksikon mempunyai hubungan yang dalam dan mencakup area yang besar. Pada dasarnya, laki-laki dan perempuan berbeda. Mereka hidup dalam dunia yang berbeda, dengan nilai dan peraturan yang sangat berbeda. Barbara dan Pease (dikutip Juwita, 2009:48) mengemukakan bahwa otak laki-laki dan perempuan berkembang dengan kekuatan, bakat dan kemampuan yang berbeda. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Barbara dan Pease di atas, dapat dikatakan bahwa laki-laki dan perempuan berbeda, baik dari segi fisik maupun kehidupan sosialnya. Perbedaan tersebut dapat mempengaruhi pola pikir mereka yang dapat kita lihat melalui bahasa yang mereka gunakan, salah satunya bahasa yang mereka gunakan ketika mendeskripsikan gambar. Gambar merupakan bahasa dalam bentuk tulis. Gambar adalah tiruan barang (orang, binatang, tumbuhan, dan sebagainya) yang dibuat dengan coretan pensil atau sebagainya, pada kertas dan sebagainya (Pusat Bahasa, 2005:329). Gambar merupakan bentuk visual bahasa yang dibuat berdasarkan pengalaman mata terhadap objek-objek yang pernah dilihatnya. Gambar dapat digunakan untuk menyampaikan sebuah informasi atau gagasan. Berbagai hal yang kita lihat memainkan peranan besar dalam memengaruhi kita dalam memberi informasi. Hal ini berdasarkan sesuatu yang kita lihat di sekitar kita atau objek gambar. Pendeskripsian gambar merupakan kegiatan yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan berbahasa seseorang. Dari hasil deskripsi dapat mengetahui hal-hal apa sajakah yang menjadi fokus perhatian seseorang. Dengan demikian, kita dapat memperoleh gambaran mengenai objek seperti apakah yang lebih diperhatikan oleh seseorang/penanggap dari sebuah gambar. Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata suatu benda, tempat, suasana atau keadaan. Ada berbagai cara menuliskan deskripsi, dan perbedaaan-perbedaan ini 4

5 timbul karena pada dasarnya tidak ada dua orang manusia yang mempunyai pengamatan yang sama, dan lagi pula tujuan pengamatan itu pun berbedabeda pula (Marahimin, 2005:45). Ketika menuliskan sebuah deskripsi, seseorang dapat membuatnya berdasarkan hal-hal yang ia anggap penting saja dan berupa daftar rincian. Selain itu, seseorang dapat membuat deskripsi dengan menekankan kesannya ketika melakukan observasi (Marahimin, 2005:46-47). Deskripsi merupakan sebuah hasil pengamatan yang ditulis sesuai dengan kesan yang diterima saat melakukan obeservasi dan bersifat subjektif, namun tetap mematuhi kaidah sesuai dengan logika. Sebuah tulisan hasil deskripsi merupakan sebuah wacana. Berdasarkan saluran komunikasi, tulisan hasil deskripsi termasuk wacana tulis. Sementara itu, berdasarkan pemaparan, tulisan hasil deskripsi tersebut merupakan wacana deskriptif. Berdasarkan data awal penelitian diketahui deskripsi terhadap objek antara wanita dan pria berbeda. Perbedaan ini diketahui dari pendapat mahasiswa PPS Unsri Program Studi Pendidikan Bahasa BKU Pendidikan Bahasa Indonesia semester III kelas sore. Dari 6 orang responden (yang terdiri atas 3 orang laki-laki dan 3 orang perempuan) diketahui bahwa wanita menyenangi objek barang seperti tas dan perhiasan. Responden laki-laki lebih mendahulukan objek barang seperti ikat pinggang dan dasi. Perbedaan terhadap barang yang disenangi ini menunjukkan bahwa perempuan memerlukan penampilan fisik dengan bantuan beberapa asesoris, sedangkan laki-laki memerlukan penampilan yang menunjukkan kesan ekslusif. Begitu pula dalam mendeskripsikan gambar, seseorang (baik laki-laki mapun perempuan) secara tidak langsung menafsirkan objek yang dilihatnya. Semua objek yang dilihat oleh seseorang akan langsung ditafsirkan oleh otak (pikirannya) dalam bentuk proposisi (Clark & Clark dikutip Juwita, 2009:5). Akan tetapi, sebelum orang tersebut menghasilkan sebuah penafsiran, dia akan terlebih dulu melakukan persepsi terhadap objek itu. Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca 5

6 indranya (Pusat Bahasa, 2005:675). Dalam proses persepsi, seseorang dapat menggunakan pengetahuan dan pengalamannya ataupun ingatannya untuk setidaknya mengenali objek tersebut terlebih dahulu. Pada dasarnya, ketika seseorang memberikan sebuah penafsiran, dia akan melakukan penamaan (naming) terhadap objek ataupun gambar yang dilihatnya. Dalam tulisan ini peneliti akan meneliti hasil pendeskripsian gambar yang dilakukan oleh perempuan dan laki-laki dari segi kosakatanya. Menarik untuk diketahui apakah dalam mempersepsikan sesuatu, jenis kelamin seseorang berpengaruh. Perempuan dan laki-laki memiliki kecendrungannya masing-masing yang dipengaruhi oleh faktor genetik, psikologis, sosial, dan budaya. Hal tersebut didorong dengan kenyataan bahwa dalam masyarakat ada stereotip yang diidentikkan dengan jenis kelamin tertentu. Teori Gambar Pembahasan teori mengenai gambar ini berpedoman pada pendapat Kennedy (dikutip Juwita, 2009:9) mengenai tema dan konsep sebuah gambar. Dengan teori tersebut, akan diketahui apakah konsep Kennedy mengenai gambar sesuai dengan data penelitian. Kennedy (dikutip Juwita, 2009:9) mengungkapkan empat hal yang dimiliki sebuah gambar, yaitu sebagai berikut. Gambar hanyalah sebuah konvensi. Gambar hanya serupa dengan sesuatu yang diwakilinya. Gambar mengungkapkan elemenelemen yang sama dari objek ataupun peristiwa yang diwakilinya. Gambar mengungkapkan informasi yang sama dari objek ataupun peristiwa yang diwakilinya. Kennedy (dikutip Juwita, 2009:11) juga memberikan pandangannya mengenai konsep gambar berdasarkan sifatnya yang dapat memengaruhi persepsi terhadap gambar tersebut. Kennedy membaginya menjadi empat buah konsep sebagai berikut. Konsep kesepakatan yang bersifat manasuka (arbitrary convention) menyatakan bahwa sebuah gambar dapat ditafsirkan secara bebas (manasuka) oleh orang yang melihatnya. Konsep menyerupai dan menggambarkan (similarity and pictures) menyatakan bahwa sebuah gambar dapat mewakili bentuk aslinya dan ditafsirkan persis seperti bentuk 6

7 aslinya. Konsep nilai penempatan dan penggambaran (stasion points and pictures) menyatakan bahwa sebuah gambar dapat mewakili efek penglihatan yang sama, tetapi susunan yang dihasilkan dalam penafsirannya berbeda. Konsep informasi dan penggambaran (information and pictures) menyatakan bahwa sebuah gambar dapat memuat sebuah informasi di dalamnya. Teori Persepsi Gambar Persepsi adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu dan proses seseorang mengatahui beberapa hal dari panca indranya (Pusat Bahasa, 2005:675). Dalam proses persepsi, seseorang dapat menggunakan pengetahuan atau ingatan yang dimilikinya untuk setidaknya mengenali objek tersebut terlebih dahulu. Dengan melihat secara penuh dan teliti semua objek/bentuk akan mendapatkan penilaian yang tepat (Kennedy dikutip Juwita, 2009:10). Objek/bentuk yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah gambar. Sebuah gambar yang pertama kali kita lihat akan lebih memiliki pemaknaan yang beragam dibandingkan bahasa yang menggambarkannya. Oleh karena itu, seseorang akan lebih bebas menafsirkan sebuah gambar dari pada menafsirkan sebuah wacana (bentuk tulis). Siapa pun boleh menafsirkan apa pun terhadap sebuah gambar berdasarkan pemahaman dan persepsi mereka masing-masing. Kebebasan dalam menafsirkan sebuah gambar akan menghasilkan penafsiran yang beragam. Hal tersebut dapat terjadi karena tiaptiap pengamat memiliki pengetahuan, ingatan, dan pengalaman yang berbeda terhadap sebuah objek. Clark & Clark (dikutip Juwita, 2009:10) mengungkapkan strategi seseorang dalam memilih nama untuk objek yang dilihatnya dibagi menjadi dua tahap sebagai berikut. Tahap 1: Mengidentifikasi (mengenali) objek yang akan dinamai. Tahap 2: Memilih kata yang tepat terhadap identifikasi tersebut. Teori Gender Penelitian yang membahas masalah bahasa dan gender berkembang dengan pesat sejak pertengahan tahun 1970-an (Speer dikutip Juwita, 2009:11). Perbedaan antara laki-laki dan perempuan seringkali menjadi perdebatan yang menarik di antara 7

8 peneliti maupun orang awam. Gender menurut Wardhaugh (2002:313) adalah pembeda laki-laki dan perempuan melalui pendekatan genetik, psikologi, sosial, dan budaya. Sebelumnya pengertian gender perlu dibedakan dengan pengertian jenis kelamin. Perbedaan pengertian gender dan jenis kelamin dijelaskan dengan lebih rinci oleh Fakih dikutip oleh Darmojuwono (2000:150). Pengertian jenis kelamin merupakan pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Perbedaan jenis kelamin merupakan ketentuan yang tidak dapat berubah dan sering dikatakan sebagi kodrat dari Tuhan. Konsep gender adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap: kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Ciri dari sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang di dasarkan pada gender dapat dipertukarkan. Kita mungkin saja menemukan laki-laki bersifat lemah lembut dan perempuan perkasa. Kuntjara (2003:101) telah menguraikan bahwa dalam banyak hal perempuan dan laki-laki memiliki perbedaan penggunaan bahasa sehari-hari mereka. Dapat dikatakan bahasa yang mereka gunakan mencerminkan kehidupan sosial mereka. Kehidupan sosial yang dijalani oleh perempuan dan laki-laki mendapatkan pengaruh dari stereorip gender yang hidup dalam masyarakat. Adapun pengertian stereotip adalah gambaran ciri-ciri khas yang dimiliki orang tertentu atau sekelompok orang dan gambaran ini tidak dibentuk oleh orang atau kelompok orang tersebut, melainkan oleh anggota masyarakat di luar kelompok (Quasthoff dikutip Darmojuwono, 2000:149). Menurut Crawford (dikutip Darmojuwono, 2000:150) stereotip muncul lebih seperti bentuk konsensus sosial dari pada pendapat individual. Stereotip gender atas sifat maskulin bagi laki-laki dan feminin bagi perempuan sudah sangat melekat di tengah masyarakat. Perempuan sering distereotipkan dengan sifat keperempuanannya, seperti pendiam, pasif, penuh kelembutan, emosional, sopan sehingga mereka diharapkan mencerminkan sifat tersebut dalam 8

9 tingkah laku dan tutur kata sehari-hari. Bila perempuan tidak mencerminkan stereotip tersebut, akan dianggap melanggar kodrat Tuhan (Kuntjara, 2003:102). Metode Penelitian Metode dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif dianggap paling sesuai karena data-data yang didapat berdasarkan fakta yang ada/kejadian yang sedang terjadi. Metode deskriptif juga dapat diartikan sebagai prosedur/cara memecahkan masalah penelitian dengan memaparkan keadaan objek yang diselidiki (Nawawi dan Hadari, 1992:67) HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Trdidinanti Palembang terdiri dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Teknik, Ekonomi dan Pertanian. Jumlah sampel yang dipilih sebanyak 205 yang terdiri atas 102 lakilaki dan 103 perempuan, Pelaksanaan penelitian dilakukan mulai dari bulan September 2015 sampai dengan Maret Cara yang dilakukan yaitu responden ditampilkan sebuah tayangan (slide) yang berisi sebuah gambar kemudian para responden diminta untuk menuliskan cerita lengkap dari sebuah gambar setelah itu responden mengurutkan objek yang diamati. Gambar yang diamati adalah berikut ini. Sumber Sriwijaya Post, edisi 21 Maret 2010 Dari hasil pengamatan terhadap gambar terdapat 11 objek yang muncul. Kesebelas objek tersebut telah dimaknai masing-masing oleh responden baik responden laik-laki maupun perempuan. Dengan demikian, dari objek gambar 9

10 yang diamati terdapat 11 kosata kata yang muncul. Adapun 11 kosata yang ditulis baik responden laki-laki maupun perempuan adalah kosa kata seorang lelaki, rumah kayu, tepian sungai, enceng gondok, atap dari daun, kaus merah bergambar banteng, kayu berserakan, perahu, besi pancang, lumpur, dan dinding biru. Dari hasil pengamatan responden terdapat 11 kosakata yang ada dari objek gambar yang diamati. Jumlah responden baik laki-laki maupun perempuan yang memaknai kosakata tersebut juga terdapat perbedaan. Pembahasan Setelah menganalisis pemunculan kosakata yang dilakukan oleh responden laki-laki dan perempuan, selanjutnya akan dibahas perbedaan penggunaan kosakata responden laki-laki dan perempuan dalam memunculkan kosakata yang dihubungkan dengan stereotip gender. Sudaryanto (1995:129) berpendapat bahwa walaupun ada perbedaan yang jelas antara wicara lakilaki dan perempuan, hanya sejumlah unsur kosakata yang dilibatkan. Lakilaki dan perempuan tidak menggunakan bahasa yang berbeda. Sebaliknya, mereka menggunakan ragam bahasa yang berbeda dari bahasa yang sama dan perbedaannya hanya dalam kosakata. Dalam bab ini akan dibahas persamaan dan perbedaan kosakata yang digunakan laki-laki dan perempuan dalam memunculkan kosakata. Pembahasan ini akan langsung dikaitkan dengan stereotip gender. Pemunculan Kosakata Manusia Berdasarkan hasil analisis data, terlihat bahwa kosakata/frase yang digunakan oleh responden perempuan dan responden laki-laki untuk memunculkan kosakata seorang lelaki memiliki perbedaan. Berdasarkan hasil analisis pemunculan kosakata anak yang diberikan oleh responden tersebut beragam dan memiliki perbedaan. Bagi responden perempuan lebih tinggi pemunculannya daripada responden lelaki. Perbedaan dalam Pemunculan kosakata disebabkan oleh perbedaan proses saat mengidentifikasi objek anak tersebut. Responden perempuan lebih fokus pada benda-benda yang bergerak atau bernyawa daripada laki-laki. Tidak ada responden yang mengidentifikasi objek seorang laki-laki satu persatu. Terdapat tiga variasi kosakata untuk kosakata laki-laki, yaitu seorang laki-laki, lelaki, pria, dan laki- 10

11 laki saja. Pada dasarnya penamaan yang mereka lakukan memiliki kesamaan karena keduanya mengenali objek lakilaki, namun tidak memerincikan apakah jumlahnya. Dalam mengidentifikasi objek laki-laki, rata-rata responden perempuan lebih terperinci dibandngkan dengan laki-laki. Dari hasil analisis data memperlihatkan bahwa responden perempuan lebih teliti dan lebih terperinci dalam memunculkan kosakata seorang laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Namun, responden laki-laki dan perempuan hampir sama dalam penyebutan kosakata seorang laki-laki, Akan tetapi, penamaan yang dilakukan oleh responden perempuan lebih detail. Responden perempuan menambahkan keterangan, seperti penduduk desa dan beberapa objek (penduduk) sibuk. Kosakata yang Berhubungan dengan Tempat Tinggal Perbedaan kosakata laki-laki dan perempuan dalam menyebutkan objek rumah kayu menunjukkan bahwa responden perempuan tidak menyebutkan secara langsung dalam deskripsi mereka, misalnya "di dalam gambar ini ada sebuah rumah kayu". Akan tetapi, dari tiga responden yang menyebutkan objek ini semuanya mengaitkan objek rumah kayu dengan tindakan yang dilakukan oleh objek lakilaki yang menunjuk rumah kayu. Penamaan yang dilakukan oleh responden laki-laki sama, yaitu rumah kayu. Dalam mendeskripsikan gambar yang dilihat, responden juga menyebutkan objek benda lain selain rumah kayu yaitu atap dari daun dan dinding biru. Penyebutan objek atap dari daun oleh responden laki-laki lebih sedikit hanya 50,98%. Kosakata yang diberikan oleh responden perempuan terhadap objek atap dari daun sama, yaitu atap dari daun yang diawali dengan penyandang sebuah. Nama yang diberikan oleh responden laki-laki terhadap objek atap dari daun sangat minim dilakukan, dibandingkan perempuan. Perbedaan penamaan yang dilakukan responden perempuan terhadap objek dinding biru hanya terdapat pada keterangan pada rumah. Dalam mendeskripsikan warna rumah, perempuan lebih gamblang dibandingkan dengan laki-laki. Keceramatan perempuan dalam mendeskripsikan rumah berdinding biru lebih rinci dibandingkan laki-laki. Dengan demikian, dapat dikatakan 11

12 bahwa kejelasan dan keutuhan objek yang dikenali akan mempengaruhi persepsi seseorang terhadap objek tersebut. Selanjutnya, tidak ada perbedaan pemunculan kosakata perahu baik yang dilakukan perempuan, maupun laki-laki. Dalam memunculkan kosakata perahu, responden perempuan dan laki-laki sama-sama menggunakan kata perahu. Keseragaman ini terjadi mungkin karena objek perahu yang dilihat responden merupakan gambar yang mewakili bentuk aslinya sehingga penafsirannya sama persis seperti bentuk yang diwakilinya. Hal tersebut sesuai dengan konsep gambar yang diungkapkan oleh Kennedy (dikutip Juwita, 2009:30) bahwa sebuah gambar dapat mewakili bentuk aslinya dan ditafsirkan persis seperti bentuk yang diwakilinya. Melalui hasil analisis data mengenai pemunculan kosakata besi pancang dapat dilihat bahwa responden laki-laki menggunakan dua variasi penamaan terhadap objek besi pancang, yaitu menggunakan kata besi pancang yang tertancap di pinggir sungai dan besi penyanggah. Responden perempuan kurang jeli memperhatikan objek besi pancang sehingga pemunculan kosakata besi pancang luput dari perhatiannya. Hal ini bisa disebabkan bahwa responden perempuan tidak tertarik dan kurang dapat menemukan kata yang tepat untuk mewakili objek yang mereka tafsirkan. Ketika menyebutkan objek besi pancang, responden laki-laki ratarata menyebutkannya dalam karangan. Sementara itu, responden perempuan tidak melakukannya. Kosakata yang Berhubungan dengan Tempat/Lingkungan Berdasarkan hasil analisis data tentang kosakata yang berhubungan dengan sungai ditemukan bahwa perempuan memiliki kosakata yang lebih beragam untuk memunculkan kosakata yang berkaitan dengan sungai, seperti tepian sungai, enceng gondok, lumpur, dan kayu berserakan. Keberagaman kosakata yang digunakan oleh responden perempuan dapat dihubungkan dengan pendapat Pease dan Barbara (dikutip Juwita, 2009:37) bahwa perempuan lebih mengembangkan kemampuan berkomunikasi sehingga mampu menjalin hubungan yang lebih baik. Salah satu upaya perempuan dalam mengembangkan kemampuan komunikasinya adalah dengan berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan 12

13 berinteraksi tersebut biasanya merupakan kegiatan seperti bercakapcakap dengan orang lain. Oleh karena itu, responden perempuan lebih variatif dalam memilih nama untuk tindakan objek perempuan seperti yang biasa mereka lakukan. Dalam penamaan yang dilakukan oleh responden perempuan terdapat keterangan mengenai orang, yaitu dengan teman dan kerabat. Hal tersebut menunjukkan perempuan lebih memperhatikan hubungan dengan orang lain. Dari hasil analisis data tersebut memperlihatkan bahwa tidak ada perbedaan yang cukup besar antara pemunculan yang dilakukan oleh responden laki-laki dan responden perempuan. Responden laki-laki dan perempuan menggunakan kosakata yang sama, yaitu sungai, enceng gondok, lumpur, dan kayu berserakan. Responden perempuan juga menggunakan kosa kata tepian sungai, tanaman enceng gondok, lumpur, dan kayu berserakan. Hal tersebut tidak sesuai dengan pendapat Pease dan Barbara (dikutip Juwita, 2009:48)) bahwa otak anak perempuan tersusun untuk bereaksi pada orang dan wajahwajah, sementara otak anak laki-laki bereaksi pada benda dan bentuknya. Hasil analisis data menunjukkan pemunculan kosakata yang dilakukan responden perempuan dan responden laki-laki tidak menunjukkan perbedaan yang berarti. Sebutan oleh keduanya, baik responden laki-laki maupun responden perempuan adalah sungai, enceng gondok, lumpur, dan kayu berserakan. Kosakata yang hanya digunakan oleh responden perempuan adalah tepian sungai yang menunjukkan perempuan memperhatikan perasaan objek yang ia kenali. Hal ini sesuai dengan pendapat Kuntjara (2003:26) bahwa laki-laki pada umumnya lebih melihat fakta sedang perempuan lebih menekankan pada perasaannya. SIMPULAN Melalui penelitian ini peneliti menyimpulkan bahwa perbedaan kosakata terjadi antara lain pada penyebutan objek manusia, tempat tinggal, dan tempat/lingkungan. Perbedaan kosakata tersebut terjadi karena pada saat mempersepsikan objek tersebut, responden membutuhkan bantuan dari pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. Berarti dalam menafsirkan objek-objek tersebut, responden menggunakan persepsinya masing-masing. 13

14 Perbedaan pemunculan kosakata yang dilakukan oleh reponden laki-laki dan responden perempuan memiliki hubungan dengan stereotip gender. Hal tersebut dapat dilihat dari kosakata yang digunakan para responden untuk memunculkan kosakata dalam gambar. Responden perempuan memiliki variasi penamaan yang lebih banyak daripada laki-laki. Selain itu, responden perempuan melakukan penamaan yang lebih detail daripada laki-laki. Jadi, pemunculan kosakata yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan berkaitan dengan stereotip gender. DAFTAR PUSTAKA Darmojuwono, Setiawati Pemilihan Kata dalam Iklan Kontak Jodoh sebagai Cerminan Citra Wanita Indonesia dalam Kajian Serba Linguistik: untuk Anton Moeliono Pereksa Bahasa, ed. Bambang Kaswanti Purwo. Jakarta: BPK Gunung Mulia, hlm Juwita, Norma Penggunaan Kosakata oleh Laki-Laki dan Perempuan dalam Wacana Deskriptif. Skripsi tidak dipublikasikan. Depok: Universitas Indonesia. untuk Pemadanan antarbahasa. Jakarta: Penerbit ARCAN. Marahimin, Ismail Menulis Secara Populer. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya. Nawawi, Hadari dan Martini Hadari Instrumen Penelitian Bidang Sosial.Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Pusat Bahasa, Depdiknas Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Sadli, Saparinah dan Patmonodewo Identitas gender dan Peranan Gender. Dalam Ihroni, T.O (Ed). Kajian Wanita dalam Pembangungan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sisbiyanto, Amir Bahasa dan Sex dalam Lingua Artistika Edisi 2 XII Mei 1999, hlm Sudaryanto Metode Linguistik, ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sriwijaya Post, edisi 21 Maret 2010, diunduh 20 Oktober Wardhaugh, Ronald An Introduction to Sociolinguistics. (4th ed). Oxford: Blackwell Publishe Kuntjara, Esther Gender, Bahasa, dan Kekuasaan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia. Larson, Milderd L Penerjemahan Berdasar Makna: Pedoman 14

15 1

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan orang lain. Bahasa adalah alat untuk mengungkapkan pikiran, keinginan, pendapat, dan perasaan seseorang kepada

Lebih terperinci

12 Universitas Indonesia

12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai bahasa dan gender banyak dilakukan sebelumnya. Akan tetapi, penelitian mengenai bahasa dan gender yang dikaitkan dengan persepsi belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alfian Rizanurrasa Asikin, 2014 Bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan kesadaran gender siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja atau dikenal dengan istilah adolescene adalah suatu transisi proses pertumbuhan dan perkembangan seorang individu dalam keseluruhan hidupnya. Transisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tantang Analisis Perbedaan Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi S1 Terhadap Pentinngnya Laporan Keuangan (Studi Pada Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pers mempunyai beberapa fungsi yang saling berhubungan satu sama lain, yakni sebagai media informasi, media pendidikan, hiburan, dan kontrol sosial. Fungsi

Lebih terperinci

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1

Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Dekonstruksi Maskulinitas dan Feminitas dalam Sinetron ABG Jadi Manten Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Lebih terperinci

2015 LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY

2015 LADY BIKERS 250CC PLUS DALAM GAMBARAN FEMININITY DAN MASCULINITY BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang dari fenomena wanita yang menjadi lady bikers dan bergabung menjadi anggota klub motor yang didominasi oleh laki-laki, rumusan masalah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9

BAB V PENUTUP. ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9 BAB V PENUTUP A. Simpulan Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sikap bahasa siswa kelas VII di SMPN 9 Yogyakarta terhadap bahasa Indonesia.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Teori 1. Tinjauan tentang Orientasi Seksual a. Pengertian Orientasi Seksual Setiap individu memiliki suatu ketertarikan, baik secara fisik maupun emosional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial.

BAB I PENDAHULUAN. penting mengenai peran serta posisi seseorang di kehidupan sosial. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam sebuah lingkungan sosial seorang individu cenderung ingin dilihat dan diterima di tengah eksistensinya individu lain. Menampilkan identitas diri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi penting bagi manusia. Bahasa dapat diartikan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu yang terlintas di dalam hati. Namun, lebih

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus menerus berkembang pesat akan membawa dampak kemajuan pada bidang kehidupan dan teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Materi biologi tidak hanya berhubungan dengan fakta-fakta ilmiah tentang fenomena alam yang konkrit, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal atau obyek yang abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah faktor utama untuk menentukan kemajuan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia

Lebih terperinci

SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI) CALON GURU MATEMATIKA DI KABUPATEN KARAWANG DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA

SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI) CALON GURU MATEMATIKA DI KABUPATEN KARAWANG DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 83-88 SELF CONFIDENCE (KEPERCAYAAN DIRI) CALON GURU MATEMATIKA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS

2016 ISU FEMINITAS DAN MASKULINITAS DALAM ORIENTASI PERAN GENDER SISWA MINORITAS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang bertujuan untuk mempersiapkan dan mengasah keterampilan para siswa

Lebih terperinci

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber:

Gambar 1.1 : Foto Sampul Majalah Laki-Laki Dewasa Sumber: BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Menurut Widyokusumo (2012:613) bahwa sampul majalah merupakan ujung tombak dari daya tarik sebuah majalah. Dalam penelitian tersebut dideskripsikan anatomi sampul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014 1 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI PERMAINAN ALAM PADA ANAK KELOMPOK A DI TK ISLAM BINTANG KECIL GAJAHAN COLOMADU KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2013/2014 PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012)

ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012) ALASAN PEMILIHAN JURUSAN PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (STUDI KASUS DI SMK NEGERI 3 SUKOHARJO TAHUN 2012) Indah Suci Wulandari K8407032 Pendidikan Sosiologi Antropologi ABSTRAK : Indah Suci Wulandari.

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN. Matriks 5.1 Persamaan Penamaan Objek oleh Laki-Laki dan Perempuan

BAB 5 SIMPULAN. Matriks 5.1 Persamaan Penamaan Objek oleh Laki-Laki dan Perempuan BAB 5 SIMPULAN Melalui penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi yang dilakukan oleh responden laki-laki dan responden perempuan terhadap gambar cenderung sama. Oleh karena itu, kosakata yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA ASPEK KEPRIBADIAN TOKOH LASI NOVEL BEKISAR MERAH KARYA AHMAD TOHARI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Indayani Pendidikan Bahasa dan Sastra Indoneisa Universitas

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan) NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena bahasa merupakan alat komunikasi antar manusia. Secara luas dapat diartikan bahwa komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa daerah bagi penuturnya telah mendarah daging karena tiap hari digunakan. Oleh karena itu tidak heran apabila bahasa daerah yang kita kenal pada saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang

BAB IV KESIMPULAN. Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang BAB IV KESIMPULAN Sejarah panjang bangsa Eropa mengenai perburuan penyihir (witch hunt) yang terjadi pada abad pertengahan, sampai saat ini masih menyisakan citra negatif yang melekat pada perempuan. Sampai

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER By : Basyariah L, SST, MKes Kesehatan Reproduksi Dalam Persfektif Gender A. Seksualitas dan gender 1. Seksualitas Seks : Jenis kelamin Seksualitas : Menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan menulis merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dengan baik oleh peserta didik. Dengan menulis, seseorang dapat mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses komunikasi antar peserta didik dengan pendidik, agar terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan serta pembentukan sikap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan bermanfaat dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya. Secara. keinginan yang besar terhadap sesuatu.

BAB I PENDAHULUAN. dan bermanfaat dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya. Secara. keinginan yang besar terhadap sesuatu. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan orang. Minat adalah salah satu faktor psikologis yang sangat kuat dan penting untuk suatu kemajuan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENDER PADA IKLAN TELEVISI. (Analisis Semiotika Pada Iklan Susu Bayi SGM Tahun ) NASKAH PUBLIKASI

KONSTRUKSI GENDER PADA IKLAN TELEVISI. (Analisis Semiotika Pada Iklan Susu Bayi SGM Tahun ) NASKAH PUBLIKASI KONSTRUKSI GENDER PADA IKLAN TELEVISI (Analisis Semiotika Pada Iklan Susu Bayi SGM Tahun 2010-2013) NASKAH PUBLIKASI Oleh : YAN LIGHARYANTI L100090083 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB III. Metodelogi Penelitian. Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan Penelitian

BAB III. Metodelogi Penelitian. Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan Penelitian 42 BAB III Metodelogi Penelitian A. Jenis Penelitian dan Pendekatan Penelitian Penelitian tentang Menejemen Pengembangan Wirausaha Sekolah Sebagai Pembelajaran Kewirausahaan Di SMP Jati Agung menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi,dan mengidentifikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas

BAB I PENDAHULUAN. bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Register salah satu cabang kajian sosiolinguistik yang mempelajari bahasa bidang-bidang tertentu. Karakteristik masing-masing komunitas maupun bidang-bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sebuah sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Sesuai dengan fungsinya, bahasa memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii ABSTRAKSI... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah. 1 1.2.

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang

Bab 1. Pendahuluan. dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhubungan atau berkomunikasi dengan sesama kita, manusia. Bahasa merupakan salah satu sarana yang digunakan manusia untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER Oleh: Dr. Marzuki PKnH FIS -UNY Pendahuluan 1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik Jumlah perempuan sekarang lebih besar dibanding laki-laki Perempuan belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemandirian merupakan salah satu aspek kepribadian manusia yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya terkait dengan aspek kepribadian yang lain dan harus dilatihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana

I. PENDAHULUAN. Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu kenyataan bahwa manusia mempergunakan bahasa sebagai sarana komunikasi. Bahasa adalah milik manusia dan merupakan satu ciri pembeda utama umat manusia dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. lain dalam kelompok (Bungin, 2006:43). Komunikasi yang terjalin dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan kelompok adalah sebuah naluri manusia sejak ia dilahirkan. Naluri ini yang mendorongnya untuk selalu menyatukan hidupnya dengan orang lain dalam kelompok

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA

PSIKOLOGI SOSIAL. Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA PSIKOLOGI SOSIAL Dosen : Meistra Budiasa, S.Ikom, MA Pengantar Manusia adalah makhluk sosial. Kita tidak berkembang dengan sendiri. Kita tidak memiliki tempurung pelingdung, dan bulu apa yang kita miliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH. Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENERAPAN MEDIA GAMBAR BERKATA KUNCI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 PELEM KECAMATAN GABUS KABUPATEN GROBOGAN TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Tujuan pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia dalam ranah pendidikan adalah meningkatkan empat aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi merupakan bagian dari kehidupan manusia sehari-hari, bahkan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fashion, model busana, rancangan pakaian, gaya kostum dan lain-lain di Indonesia sudah sampai dititik yang mengesankan. Ini bisa dilihat dengan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Masa dewasa muda merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Orang dewasa muda diharapkan memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama masa hidupnya orang lebih banyak berada pada kondisi saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Faktanya orang tidak bisa hidup sendiri. Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiono (2011:15) : Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengandung pikiran atau perasaan. Di dalam kegiatan komunikasi ini, manusia

BAB I PENDAHULUAN. selalu mengandung pikiran atau perasaan. Di dalam kegiatan komunikasi ini, manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa sebagai alat komunikasi manusia, berupa lambang atau tanda, dan selalu mengandung pikiran atau perasaan. Di dalam kegiatan komunikasi ini, manusia menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK

BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK BAB I PERKEMBANGAN DAN PEMEROLEHAN BAHASA ANAK Bab ini akan dibahas dua masalah pokok yang menyangkut tentang bahasa anak, yaitu masalah perkembangan bahasa dan pemerolehan bahasa. Hal-hal yang berkaitan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V MODEL PEMBELAJARAN MENULIS KARANGAN PERSUASI DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS V Isdianti Isdianti15@yahoo.com Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) Siliwangi Bandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterampilan bermain peran merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting dikuasai oleh siswa, termasuk siswa Sekolah Menengah Pertama. Seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peranan penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan manusia untuk menyampaikan ide, gagasan, keinginan, perasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari media massa dapat memberikan aneka sajian yang dapat dinikmati para pembaca setianya. Dalam satu edisi para pembaca mendapatkan berbagai informasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Berdasarkan kajian dari permasalahan penelitian, penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Sukardi dalam buku Metodologi

Lebih terperinci

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI* Hartono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNY e-mail: hartono-fbs@uny.ac.id Pemilihan metode pengenalan bahasa untuk anak usia dini perlu memperhatikan

Lebih terperinci

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ

sosial kaitannya dengan individu lain dalam masyarakat. Manusia sebagai masyarakat tersebut. Layaknya peribahasa di mana bumi dipijak, di situ BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk monodualis, di satu sisi ia berperan sebagai individu yang bertanggung jawab atas dirinya sendiri (internal individu), namun di sisi

Lebih terperinci

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi

FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA. Nur Ita Kusumastuti K Pendidikan Sosiologi Antropologi FENOMENA TAMAN PENITIPAN ANAK BAGI PEREMPUAN YANG BEKERJA (Studi Kasus TPA Jaya Kartika Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar) Nur Ita Kusumastuti K8409045 Pendidikan Sosiologi Antropologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan komunikasi dalam bentuk tulisan. bahasa Indonesia ragam lisan atau omong. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lebih banyak melakukan komunikasi lisan daripada komunikasi tulisan oleh sebab itu, komunikasi lisan dianggap lebih penting dibandingkan komunikasi dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan:

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah. tabel penelitian terdahulu yang penulis gunakan: 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut ini adalah tabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di

BAB I PENDAHULUAN. Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari hari ke hari istilah autisme semakin banyak diperbincangkan di mana-mana. Hal ini mengindikasikan bahwa perkembangan autisme semakin lama semakin meningkat. Namun,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

MEMBACA POSISI WANITA MELALUI BAHASA: DERETAN TEMUAN PENELITIAN TANPA IMPLIKASI TEORETIS

MEMBACA POSISI WANITA MELALUI BAHASA: DERETAN TEMUAN PENELITIAN TANPA IMPLIKASI TEORETIS MEMBACA POSISI WANITA MELALUI BAHASA: DERETAN TEMUAN PENELITIAN TANPA IMPLIKASI TEORETIS Katubi 1 Judul Buku : Gender, Bahasa, dan Kekuasaan Penulis : Esther Kuntjara Penerbit : Gunung Mulia. 2003 Tebal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi

BAB V KESIMPULAN. serba terbatas, dengan konsep pemisahan ruang antara napi laki-laki dengan napi 128 BAB V KESIMPULAN Seksualitas merupakan bagian penting yang diperlukan dalam pemenuhan kebutuhan biologis seorang napi. Berada dalam situasi dan kondisi penjara yang serba terbatas, dengan konsep pemisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga

BAB 1 PENDAHULUAN. diucapkan dan tersampaikan oleh orang yang mendengarnya. Bahasa juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu karena dengan berbahasa kita dapat menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran untuk diucapkan dan tersampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam

dapat dilihat bahwa media massa memiliki pengaruh yang besar dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang- Undang No 33 tahun 2009 dalam pasal 1 ayat 1 menyebutkan bahwa film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi

I. PENDAHULUAN. Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keragaman dimasyarakat memerlukan sosialisasi dan memerlukan interaksi sesama manusia. Manusia membutuhkan manusia lainnya sebagai pemenuhan kebutuhan lahir

Lebih terperinci

Memahami Berbagai Perbedaan Budaya. Sesi 4 Komunikasi Antar Budaya Universitas Pembangunan Jaya

Memahami Berbagai Perbedaan Budaya. Sesi 4 Komunikasi Antar Budaya Universitas Pembangunan Jaya Memahami Berbagai Perbedaan Budaya Sesi 4 Komunikasi Antar Budaya Universitas Pembangunan Jaya Budaya? Budaya merupakan sebuah alat yang berguna untuk memahami perilaku manusia di seluruh bumi, juga di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai

BAB V PEMBAHASAN. penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan data dan analisis data yang diperoleh serta temuan-temuan penelitian yang telah diuraikan dalam Bab II, maka diperoleh hal-hal sebagai berikut: a. Persepsi dan Permahaman Siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci