PANJANG AKAR KANINUS PERMANEN MANDIBULA ANAK USIA TAHUN DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI PERIAPIKAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PANJANG AKAR KANINUS PERMANEN MANDIBULA ANAK USIA TAHUN DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI PERIAPIKAL"

Transkripsi

1 PANJANG AKAR KANINUS PERMANEN MANDIBULA ANAK USIA TAHUN DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI PERIAPIKAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: Sri Rahayu Hasibuan FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017

2 PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi Pembimbing Medan, Mei 2017 Tanda tangan 1. Dr. TreliaBoel, drg.,m.kes., Sp.RKG (K) NIP Maria Novita Helen Sitanggang, drg. NIP

3 TIM PENGUJI SKRIPSI Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal. TIM PENGUJI KETUA : Dr. TreliaBoel, drg., M. Kes., Sp. RKG (K) ANGGOTA : 1. Cek Dara Manja, drg., Sp. RKG 2. Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG

4 Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Radiologi Kedokteran Gigi Tahun 2017 Sri Rahayu Hasibuan Panjang Akar Kaninus Permanen Mandibula Anak Usia Tahun Ditinjau Melalui Radiografi periapikal xi + 35 halaman Erupsi gigi didefinisikan sebagai pergerakan gigi dari tempat perkembangannnya di dalam tulang alveolar ke bidang oklusal di rongga mulut. Gigi kaninus mandibula awalnya terbentuk pada usia 4-5 bulan, mahkota sempurna pada usia 6-7 tahun, erupsi pada usia 9-10 tahun, akar tertutup sempurna pada usia tahun, dan panjang akar 16 mm. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu mengukur panjang akar kaninus permanen mandibula dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional terhadap 44 orang dari murid SD Al-Ikhlas dan siswa SMP Nurul Hasanah Medan yang berusia tahun. Penelitian ini dilakukan di instalasi Radiologi Kedokteran Gigi FKG USU Medan. Hasil penelitian menunjukkan di usia 11 tahun panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula sebelah kanan yaitu 14,18 mm dan sebelah kiri 13,55 mm. Pada anak usia 12 tahun, sebelah kanan 14,36 mm dan sebelah kiri 14 mm. Pada anak usia 13 tahun, sebelah kanan 16,55 mm dan sebelah kiri 16,18 mm. Pada anak usia 14 tahun, sebelah kanan 16,82 mm dan sebelah kiri 16,64 mm. Terdapat perbedaan panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula kanan dan kiri pada anak usia tahun. Kesimpulan pada penelitian ini adalah pada usia tahun merupakan proses pembentukan akar, dan pada usia tahun telah terjadi pembentukan sempurna akar yang ditandai dengan adanya foramen apikal. Daftar Rujukan : 13 ( )

5 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi di Medan. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Ayahanda tercinta Alm. H. Ibrahim Hasibuan, S.sos dan Ibunda tersayang Hj. Sopiatun Mardiah Lubis atas segala kasih sayang baik moril maupun materil yang tidak akan terbalas oleh penulis sampai kapanpun. Serta terimakasih kepada kakak tersayang Tri Desli Nayati Hsb dan adik-adik tercinta Winda Roma Putra Hsb, Mhd Chandra Hsb dan Aldi Martua Hsb. Penulis juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K) dan Maria Novita Helen Sitanggang, drg, sebagai dosen pembimbing penulis yang telah banyak membantu penulis dan bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat, motivasi serta bimbingan untuk menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan baik. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes., Sp.RKG (K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi yang telah memberikan izin dalam penelitian ini. 2. M. Zulkarnain, drg., M.Kes, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan nasihat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi. 3. H. Amrin Tahir, drg, Cek Dara Manja, drg., Sp.RKG, Dewi Kartika, drg, Lidya Irani Nainggolan, drg., Sp. RKG, selaku staf pengajar Departemen

6 Radiologi Kedokteran Gigi atas segala masukan dan saran yang telah diberikan sehingga skripsi ini jadi lebih baik lagi. 4. Pegawai Unit Radiologi Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi (Kak Rani, Kak Tety, Bang Ari). 5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi yang banyak membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani pendidikan. 6. Sahabat-sahabat tersayang (Muhammad Akbar, SH.MKn, Oza dly, Khaliq, warnila, Adel, Liya, Dara, Kak Khaera, Novita, Febrina, Fajar, Kak Keyke, Denny, Adinda, Oji, Rezky, fikar, Juli, Rahima psb dll) yang telah memberikan doa, bantuan, serta motivasi kepada penulis pada penelitian ini. 7. Semua teman-teman Fakultas Kedokteran Gigi dan Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam pengantar ini. Akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Gigi dan seluruhnya. Medan, Mei 2017 Penulis, Sri Rahayu Hasibuan

7 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... vii ix x xi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kaninus Mandibula Bentuk Anatomis Kaninus Mandibula Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Dentinogenesis dan Amelogenesis Pembentukan Mahkota Pembentukan Akar Erupsi Gigi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi Radiografi Periapikal Indikasi Radiografi Periapikal Teknik Periapikal Paralel teknik periapikal Bisecting Kerangka Teori Kerangka Konsep vii

8 BAB 3 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Besar Sampel Kriteria Inklusi dan Eksklusi Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel Terikat Variabel Terkendali Definisi Operasional Prosedur Penelitian Alat dan Bahan Analisis Data Etika Penelitian Alur Penelitian BAB 4 HASIL PENELITIAN Panjang Akar Kaninus Permanen Mandibula Kondisi Foramen Apikal BAB 5 PEMBAHASAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN Kesipulan Saran DAFTAR PUSTAKA viii

9 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Erupsi gigi desidui maksila Erupsi gigi desidui mandibula Erupsi gigi permanen maksila Erupsi gigi permanen mandibula Demografi jenis kelamin Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 11 tahun Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 12 tahun 26 8 Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 13 tahun 27 9 Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 14 tahun Persentase hasil pengukuran berdasarkan kriteria ukuran panjang akar kaninus permanen mandibula tiap kelompok usia Kondisi foramen apikal kaninus permanen mandibula ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Kaninus Mandibula dilihat dari Setiap Aspek Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 11 tahun Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 12 tahun Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 13 tahun Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 14 tahun x

11 DAFTAR LAMPIRAN 1. Lembar Ethical Clearance 2. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Penelitian 3. Lembar Persetujuan setelah Penjelasan(Informed Consent) 4. Rincian Anggaran Penelitian 5. Jadwal Penelitian 6. Data spss 7. Curriculum Vitae xi

12 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radiografi kedokteran gigi merupakan salah satu alat penunjang diagnostik di kedokteran gigi. Radiografi yang sering digunakan adalah radiografi periapikal yang bertujuan untuk memeriksa gigi (crown and root) serta jaringan sekitarnya. Teknik yang dapat digunakan pada radiografi periapikal adalah teknik paralel (paralelling) dan teknik bisecting. Nichifor dkk. (2011), melakukan penelitian tentang urutan erupsi gigi permanen pada anak-anak di Buzău menggunakan radiografi panoramik. Hasil penelitian tersebut waktu erupsi gigi permanen mandibula pada jenis kelamin laki-laki adalah 10.8 tahun dan pada jenis kelamin perempuan 9.9 tahun. 1.2 Menurut penelitian Siswanto dkk. (2010), yang melakukan penelitian tentang korelasi dari panjang mandibula dan tahap kalsifikasi gigi pada anak suku melayu usia 8-16 tahun di sekolah SD, SMP dan SMA di daerah Duren Sawit Jakarta Timur. Hasil penelitian tersebut pada anak grup usia tahun secara radiografi terlihat panjang akar kaninus bervariasi, yaitu: panjang akar lebih pendek daripada tinggi mahkota, terlihat panjang akar sudah melebihi tinggi mahkota, pembentukan akar sudah selesai tapi foramen apikal belum tertutup, dan pembentukan akar sudah selesai dan foramen apikal sudah menutup. 3 Almoinitiene dkk. (2012), melakukan penelitian tentang standar waktu erupsi gigi permanen pada anak-anak Lituanian kota Vilnius. Hasil penelitian tersebut waktu erupsi gigi permanen kaninus mandibula pada jenis kelamin laki-laki sebelah kanan adalah tahun dan sebelah kiri tahun. Pada jenis kelamin perempuan sebelah kanan adalah 9.51 tahun dan sebelah kiri 9.58 tahun. Victor dkk. (2011), melakukan penelitian tentang kronologis erupsi dari kaninus dan premolar permanen. Hasil penelitian tersebut yaitu: waktu erupsi kaninus rahang bawah permanen pada anak di Negara Belgium adalah 9,7 tahun (Leroy dkk, 2003), Denmark 9,80 tahun

13 2 (Koch dkk, 2001), dan Jerman 10.5 tahun (Westfalen dkk, 2005), Spanyol tahun (Hernandez dkk, 2008), dan Turki tahun (Izmir dkk, 2002) 4.5 Berdasarkan hasil uraian diatas dan disebabkan belum adanya penelitian tentang panjang akar kaninus rahang bawah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai panjang akar kaninus rahang bawah permanen pada usia tahun melalui radiografi periapikal. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan, yaitu: 1. Berapa panjang rata-rata akar gigi kaninus permanen mandibula pada anak usia tahun ditinjau melalui radiografi periapikal. 2. Apakah terdapat perbedaan panjang rata-rata akar kaninus mandibula kiri dan kanan. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui panjang rata-rata akar gigi kaninus permanen mandibula anak usia tahun ditinjau melalui radiografi periapikal. 2. Untuk mengetahui perbedaan panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula kiri dan kanan. 3. Untuk mengetahui kondisi foramen apikal kaninus permanen mandibula pada anak usia tahun 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai panjang akar kaninus permanen mandibula kiri dan kanan pada anak usia tahun pada perawatan saluran akar, ortodonsia, dan bedah mulut.

14 Manfaat Aplikatif Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi dokter gigi atau tenaga medis dalam menegakkan diagnosis, rencana perawatan maupun evaluasi terhadap tindakan tersebut seperti pada perawatan saluran akar, ortodonsia, bedah mulut, dan forensik.

15 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kaninus Mandibula Kaninus adalah gigi ketiga dari garis tengah rahang/median line. Kaninus merupakan gigi yang paling panjang di rongga mulut. Panjang mahkota kaninus biasanya sama panjang dengan gigi insisivus sentralis maksila dan memiliki akar tunggal. Kaninus berguna dalam aspek fungsional dan stabilisasi serta membantu ekspresi wajah normal. Selain itu, kaninus juga mendukung gigi insisivus dan premolar. 6 Gigi kaninus mandibula awalnya terbentuk pada usia 4-5 bulan, mahkota sempurna pada usia 6-7 tahun, erupsi pada usia 9-10 tahun, akar tertutup sempurna pada usia tahun, dan panjang akar 16 mm Bentuk Anatomis Kaninus Mandibula 1. Dilihat dari Aspek Labial Dari aspek labial, dimensi mesiodistal kaninus rahang bawah lebih kecil dari kaninus rahang atas. Perbedaannya biasanya sekitar 1 mm. Sebagai contoh 1 mm lebih lebar dari gigi insisivus rahang bawah. Perbedaan yang esensial antara kaninus rahang atas dan rahang bawah ditunjukkan dari aspek labialnya, yang digambarkan sebagai berikut: a. Mahkota kaninus mandibula terlihat lebih panjang. b. Outline mesial mahkota kaninus rahang bawah hampir lurus dengan outline mesial dari akar dan kontak mesialnya dekat dengan sudut mesioinsisal. c. Kontak distal kaninus mandibula lebih mengarah ke insisal dari kaninus rahang atas tetapi tidak lebih tinggi dari mesial.

16 5 d. Garis servikal labial memiliki lengkung semisirkular ke arah apikal. e. Akar kaninus mandibula lebih pendek 1 atau 2 mm dari rata-rata akar kaninus maksila, dan apikal lebih lancip Dilihat dari Aspek Lingual Permukaan lingual mahkota kaninus mandibula lebih datar. Singulum halus dan kurang berkembang. Umumnya permukaan mahkota lebih halus dan teratur. Bagian lingual akar relatif lebih sempit dibandingkan kaninus maksila dan ke arah apikal lebih dari setengah lebar labial Dilihat dari Aspek Mesial Kaninus mandibula memiliki kelengkungan pada bagian labial mahkota dengan sedikit kelengkungan yang berada langsung diatas garis servikal. Kelengkungan pada bagian servikal biasanya kurang dari 0.5 mm. Kurva garis servikal lebih kearah bagian insisal daripada arah servikal kaninus maksila. Akar dari dua gigi cukup mirip dari aspek mesial dan ujung kaninus mandibula lebih lancip Dilihat dari Aspek Distal Sedikit perbedaan dari aspek distal yang terlihat antara kaninus mandibula dan maksila, kecuali pada ciri dan aspek mesial yang umum untuk keduanya. 6 Gambar 1. Kaninus mandibula dilihat dari setiap aspek 6 5. Dilihat dari Aspek Insisal Garis-garis besar mahkota antara kaninus mandibula dan maksila dari aspek insisal sering kali tidak ada perbedaan. Perbedaan utama diantaranya adalah ujung

17 6 cusp dan insisal cusp cenderung kearah lingual pada kaninus mandibula, bidang kontak dibagian detal lebih menonjol dibandingkan dengan bidang kontak maksila yang hampir lurus dengan garis mesiodistal dari aspek insisal Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi (Bud, Cap, dan Bell Stages) Pembentukan gigi adalah sebuah proses berkelanjutan yang dengan ciri yang khas dari setiap tahapan. Tahap tersebut dikelompokkan menurut bentuk dari komponen epitel gigi dan diberi nama sesuai dengan komponen epitel tersebut. Ada empat tahap dalam pembentukan gigi yaitu tahap lamina, bud (bud stage), cap (cap stage), dan bell (bell stage). 7 Pada tahap lamina dental ditandai dengan penebalan epitel rongga mulut. Pada tahap ini tidak ada bagian gigi yang dapat dibedakan. Tahap bud (bud stage) adalah tahap awal perkembangan gigi. Pada tahap ini ditandai dengan bentuk bulat dan pertumbuhan sel epitelium pada lamina dental. Tahap ini juga merupakan tahap inisiasi atau proliferasi karena pada tahap inilah terjadinya proliferasi awal sel epitelial oral dan sel mesenkim yang berdekatan. Hasil proliferasi sel epitelial oral maka terbentuk organ bud-shaped epithelial atau enamel. Proliferisasi sel mesenkim mengelilingi bud dan membentuk kondensasi ektomesenkimal. Secara perlahan bud epitelial membentuk permukaan cekung sedangkan enamel organ menjadi capstage.sebagian mesenkim dilapisi oleh cap-shaped organ enamel yang disebut papila dental atau embryonic dental pulp. Sel yang berdekatan dengan papila dental dan yang terletak diluar organ enamel berkembang dan tumbuh disekitar organ enamel membentuk dental follicle atau sac. 7 Ketiga struktur, yaitu organ enamel, papila dental, dan folikel dental ditemukan pada tahap cap (cap stage). Ketiga struktur ini merupakan benih dari gigi dan memberi perkembangan pada gigi dan struktur pendukungnya. Komponen epitel, organ enamel, membentuk enamel. Papila dental membentuk dentin dan pulpa. Folikel gigi membentuk sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar. Semua matriks kolagen (dentin, sementum, ligamen periodontal, tulang alveolar) dibentuk dari neural crest mesenkim dan matriks non-kolagen (enamel) yang dibentuk oleh epitel. 7

18 7 Setelah organ enamel dan papila dental membesar, benih gigi berkembang dari tahap cap ketahap bell atau tahap diferensiasi. Tahap bell memiliki dua karakteristik, yaitu: 1. Inner enamel ephitelium dan dental papila membentuk mahkota gigi. Proses perubahan dari tahap undifferentiated cap tooth germ menjadi differentiated adultlooking bell-stage tooth germ disebut morpodiferensiasi. 2. Inner enamel ephitelial cells memanjang dan berdiferensiasi terhadap ameloblas. Stratum intermedium yang terletak berdekatan dengan ameloblast dibentuk dari lapisan spindle-shaped cells. Sel stratum intermediumdan ameloblast berperan dalam mineralisasi enamel. Outer enamel ephitelial cells dan capillary plexus berfungsi membawa substansi nutrisi dan oksigen menuju ameloblas dan sel enamel organ lain. Sel stelat terletak diantara stratum intermedium dan outer enamel ephitelium yang terdiri dari stelat retikulum. 7 Organ enamel pada tahap bell (bell stage) terdiri dari empat tipe sel yang berbeda, yaitu: 1. Sel yang menutupi bagian permukaan yang cembung adalah outer enamel cells. 2. Sel yang melapisi bagian cekung dari organ enamel adalah inner enamel epithelial cells. 3. Sel yang membentuk sebuah lapisan inner enamel ephithelium adalah stratum intermedium. 4. Sel yang mengisi pada bagian organ enamel disebut stellate reticulum. Stellate reticulum kadang disebut sebagai enamel pulpa. 7 Pada organ enamel, inner enamel dan outer enamel bergabung satu sama lain disebut dengan cervical loop. Dimana cervical loop adalah tempat sel berprolifelasi aktif yang akan menjadi serviks gigi. Pada tahap bel, sel pada periphery pada papila dental berdiferensiasi menjadi odontoblas. Proses diferensiasi sel enamel organ dan dental papila disebut cytodifferentiation. Diferensiasi jaringan gigi pada tahap ini disebut histodiferensiasi. Pada proses ini juga, general dan lateral lamina dental

19 8 mulai mengalami degenerasi. Tooth bud mulai berdiferensiasi terhadap epitelium oral. Pada proses ini, sel epitelial pada lamina dental mengalami lisis sampai lamina menghilang. Umumnya lamina terletak lebih posterior di rongga mulut, namun gigi geligi lainnya kurang berkembang Dentinogenesis dan Amelogenesis Dentinogenesis adalah pembentukan dentin yang dimulai ketika benih gigi telah berkembang dan mencapai tahap bell. Organ enamel seluruhnya telah terbentuk dengan internal enamel ephitelium dibedakan dan siap membentuk matriks enamel. Terdapat dua tahap dalam proses dentinogenesis. Pertama, pembentukan matriks kolagen dan diikuti oleh deposisi kristal kalsium fosfat (hidroksiapatit). Pada kalsifikasi awal terlihat seperti kristal didalam vesikel kecil diantara serabut kolagen. Kristal bertumbuh, berkembang, dan bergabung mengalami kalsifikasi dengan sempurna. Proses mineralisasi terjadi dengan bertambahnya kepadatan mineral pada dentin. Kemudian predentin yang dibentuk sebelumnya akan mengalami klasifikasi dan menjadi dentin. 7,8 Amelogenesis (pembentukan enamel) adalah dibawah kontrol genetik. Fitur yang diberikan oleh enamel pada gigi seperti ukuran, bentuk dan warna. Ameloblas berawal dari deposisi enamel. Pada tahap bell, sel pada inner enamel ephitelium berdiferensiasi, elongasi dan menjadi active secretory ameloblast. Ameloblas berdiferensiasi dan mempunyai lima fungsi, yaitu: morfogenesis, diferensiasi, sekresi, maturasi dan proteksi Pembentukan Mahkota Setelah amelogenesis sempurna, deposisi amelogenin terjadi dan matriks mulai mengalami mineralisasi. Deposisi awal dari mineral terdiri atas 25% enamel. Mineral pada enamel (70%) merupakan kristal, dan (5% dari enamel merupakan air). Deposisi yang terjadi disepanjang matriks merupakan enamel yang pertama mengalami mineralisasi yang terjadi di sepanjang dentinoenamel juction. Pembentukan dan mineralisasi matriks belanjut sekeliling ujung pada ujung cusp dan

20 9 lateral sisi mahkota diikuti oleh deposisi enamel. Regio servikal pada mahkota mengalami mineralisasi. Selama proses ini, perubahan protein pada enamel akan maturasi disebut enamelin Pembentukan Akar Setelah mahkota gigi terbentuk, perkembangan pada bagian akar pun dimulai. Pada batas enamel servikal (servikal mahkota), sementum mulai dibentuk dengan melapisi dentin. Sementum seperti jaringan tulang yang melapisi akar gigi dengan lapisan yang tipis. 6 Jika gigi permanen tidak ada, maka akar gigi primer hanya sebagian yang mengalami resorbsi. Pada saat resorbsi akar tidak mengikuti pola yang seharusnya maka gigi permanen tidak bisa erupsi sebagaimana mestinya. Pembentukan lebih lanjut pada akar merupakan faktor aktif dalam pergerakan mahkota ke arah posisi akhir di mulut. Proses erupsi gigi selesai ketika sebagian besar mahkota telah berkontak dengan gigi antagonisnya. Namun, pembentukan akar terus berlanjut walaupun gigi sudah berkontak. Akar lengkap dengan lapisan sementum yang menyeluruh ketika sementum telah tertutup Erupsi Gigi Erupsi gigi didefinisikan sebagai pergerakan gigi dari tempat perkembangannnya didalam tulang alveolar ke bidang oklusal di rongga mulut. Erupsi gigi adalah proses yang kompleks dan dibagi menjadi lima tahap, yaitu: pergerakan preeruptive, tahap intraosseous, penetrasi mukosa, preocclusal and tahap postocclusal. Pergerakan pre erupsi terjadi selama pembentukan mahkota. Pergerakan erupsi aktif terjadi ketika pembentukan akar dimulai dan dipercaya bahwa kekuatan erupsi berasal dari ligamen periodontal. Pada erupsi gigi aktif untuk memulai jalur erupsinya osteoklas pada tulang alveolar harus terbentuk. 9 Erupsi gigi dimulai setelah diawali dengan pembentukan akar. Selama erupsi gigi, banyak proses yang terjadi secara bersamaan, diantaranya: akar gigi memanjang, peninggian tulang alveolar, pergerakan gigi melewati tulang, dan resorbsi gigi

21 10 desidui. Hal ini menjadi parameter terpercaya yang digunakan sebagai penilaian klinis untuk rencana perawatan ortodonsia. 9 Erupsi pada tiap usia berbeda, baik gigi desidui maupun permanen (tabel 1-4). Tabel 1. Erupsi gigi desidui maksila 8 Gigi desidui Kalsifikasi (bulan) Mahkota sempurna (bulan) Erupsi (bulan) Akar sempurna (tahun) A ½-2 B 4½ 5 8 1½-2 C ½-3 D ½ E Tabel 2. Erupsi gigi desidui mandibula 8 Gigi desidui Kalsifikasi (bulan) Mahkota sempurna Erupsi (bulan) Akar sempurna (tahun) (bulan) A 4½ 4 6½ 1½ B 4½ 4 7 1½-2 C ½-3 D ½ E Tabel 3. Erupsi gigi permanen maksila 8 Gigi permanen Kalsifikasi Mahkota sempurna Erupsi (tahun) Akar sempurna (tahun) (tahun) bulan bulan bulan ½-1¾ tahun ½ tahun Birth 2½ ½-3 tahun tahun =25

22 11 Tabel 4. Erupsi gigi permanen mandibula 8 Gigi permanen Kalsifikasi Mahkota sempurna Erupsi (tahun) Akar sempurna (tahun) (tahun) bulan bulan bulan ¾ -2 tahun ¼ - 2 ½ tahun Birth 2 ½ ½-3 tahun tahun Faktor Faktor yang Mempengaruhi Erupsi Gigi Erupsi gigi adalah proses yang bervariasi pada setiap anak. Variasi dalam erupsi gigi dapat disebabkan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut, yaitu: 1. Faktor Keturunan (Genetik) Faktor genetik sudah pasti mempengaruhi erupsi gigi. Contoh studi menyebutkan bahwa heritabilitas lebih tinggi untuk perkembangan gigi dan erupsi gigi. Ada kelainan genetik tertentu yang dapat mempengaruhi erupsi gigi permanen, seperti Down syndrome Jenis Kelamin Perbedaan yang signifikan terjadi ditemukan pada gigi insisivus lateral rahang atas, kaninus rahang atas dan kaninus rahang bawah. Perbedaannya rata-rata 4-6 bulan. Perbedaan yang paling menonjol, yaitu pada gigi kaninus permanen Nutrisi Malnutrisi yang kronis erat kaitannya dengan erupsi gigi yang tertunda Lahir Prematur Menurut WHO kelahiran prematur didefinisikan sebagai terjadinya peristiwa kelahiran sebelum 37 minggu kehamilan dan berat lahir dibawah 2500g. Pengaruh sebagian besar bayi prematur mengalami erupsi gigi yang lambat. Jika dibandingkan dengan usia kronologi erupsi gigi normal. Namun keterlambatan erupsi ditemukan

23 12 pada anak yang berusia kurang dari 6 tahun, sedangkan yang telah berusia 9 tahun atau lebih tidak ada perbedaan dengan erupsi anak yang lahir normal Sosial dan Ekonomi Sejumlah penelitian menemukan bahwa anak-anak dari latar belakang sosial ekonomi yang lebih tinggi menunjukkan erupsi gigi yang lebih awal dibandingkan dengan anak-anak sosial ekonomi kelas bawah. Diperkirakan bahwa anak-anak dari sosial ekonomi yang lebih tinggi mendapatkan perawatan kesehatan yang lebih baik. Faktor-faktor ini mempengaruhi awal perkembangan gigi Berat Badan dan Tinggi Badan Pada anak-anak yang obesitas menunjukkan erupsi gigi lebih awal dan gigi cenderung erupsi pada usia rata-rata 1,2 hingga 1,5 tahun dibandingkan dengan anakanak dengan indeks massa tubuh normal Faktor Hormonal Gangguan kelenjar endokrin biasanya memiliki pengaruh terhadap seluruh tubuh termasuk gigi. Hypothyroidisme, hipotuitarisme, hypoparatyroidisme dan pseudohipoparatyroidisme adalah gangguan endokrin yang paling umum yang terkait dengan tertundanya erupsi gigi permanen Penyakit Genetik Sebagian besar penyakit yang dilaporkan dalam literatur adalah yang berhubungan dengan erupsi gigi yang tertunda. Biasanya dikaitkan dengan erupsi gigi primer, hiperplasia gingiva, fibromatosis atau perubahan hormonal yang mempengaruhi tingkat resorbsi tulang. Contohnya adalah anemia, cerebral palsy, infeksi HIV dll Radiografi Periapikal Radiografi periapikal adalah suatu foto intraoral yang memperlihatkan bagian intraoral hanya beberapa gigi saja dari korona sampai apikal. Radiografi periapikal ini bertujuan untuk memeriksa gigi (crown and root) serta jaringan sekitarnya. 1 Pemeriksaan radiografi merupakan salah satu alat penunjang diagnostik di bidang kedokteran gigi.teknik yang biasa digunakan pada radiografi periapikal

24 13 adalah teknik paralelling dan teknik bisecting. Radiografi periapikal dengan teknik intraoral dirancang untuk melihat gigi individual dan jaringan sekitarnya. Satu film biasanya memperlihatkan 4 gigi dan memberikan informasi secara lengkap tentang gigi dan sekitar tulang alveolar Indikasi Radiografi Periapikal Indikasi utama dalam menggunakan radiografi periapikal, yaitu: 1. Deteksi infeksi apikal atau inflamasi. 2. Penilaian status periodontal. 3. Trauma pada gigi dan tulang alveolar. 4. Penilaian terhadap keberadaan dan posisi gigi yang tidak erupsi. 5. Penilaian morfologi akar sebelum ekstraksi/pencabutan gigi. 6. Selama perawatan endodontik. 7. Penilaian pra-operasi dan pasca operasi apikal. 8. Evaluasi kista apikal dan lesi di dalam tulang alveolar. 9. Evaluasi pasca operasi implan. 11 Persyaratan posisi film dari sinar-x yang ideal, yaitu: 1. Gigi dan film harus berkontak. 2. Gigi dan film harus sejajar satu sama lain. 3. Untuk gigi anterior, film diletakkan vertikal. 4. Untuk gigi posterior, film diletakkan horizontal Teknik Periapikal Paralel Prinsip pemotretan teknik paralel, yaitu: a. Film diletakkan pada film holder dan ditempatkan dalam mulut, pada posisiparalel terhadap sumbu panjang gigi yang diperiksa. b. Tube head (cone) diarahkan tegak lurus terhadap gigi dan film. c.dengan menggunakan film holder yang memiliki pemegang film dan penentu arah tube head, teknik ini dapat diulang dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang berbeda. 11

25 14 Kelebihan dari teknik periapikal paralel, yaitu: a. Gambaran yang dihasilkan lebih geometris dengan sedikit sekali kemungkinan terjadinya pembesaran atau pengecilan gambar. Tulang zygomaticus berada di atas apeks gigi molar atas. b. Tinggi puncak tulang periodontal dapat terlihat jelas. c. Jaringan periapikal tampak dengan jelas. d. Mahkota gigi tampak dengan jelas sehingga karies proksimal dapat dideteksi dengan baik. e. Sudut vertikal dan horizontal, dari tabung sinar-x secara otomatis dapat ditentukan posisinya dengan tepat. f. Arah sinar-x sudah ditentukan pada pertengahan film sehingga dapat menghindari cone cutting. g. Dapat membuat beberapa foto radiografi dengan posisi dan kondisi yang sama pada waktu yang berbeda Teknik Periapikal Bisecting Prinsip teknik pengambilan foto bisecting, yaitu: a) Sudut yang dibentuk sudut yang dibentuk antara sumbu panjang gigi dan sumbu panjang film dibagi dua sama besar yang selanjutnya disebut garis besar. b) Tabung sinar-x diarahkan tegak lurus pada garis bagi ini, dengan titik pusat sinar-x diarahkan ke daerah apikal gigi. c) Dengan menggunakan prinsip segitiga sama sisi, panjang gigi sebenarnya dapat terproyeksi sama besarnya pada film. d) Penentuan sudut vertikal tabung sinar-x adalah sudut yang dibentuk dengan menarik garis lurus titik sinar-x terhadap bidang oklusal. e) Penentuan sudut horizontal tabung sinar-x ditentukan oleh bentuk lengkung rahang dan posisi gigi. Dalam bidang horizontal, titik pusat sinar-x diarahkan melalui titik kontak interproksimal untuk menghindari tumpang tindih satu gigi dengan gigi sebelahnya.

26 15 f) Film diletakkan sedekat mungkin dengan gigi yang diperiksa tanpa menyebabkan film tertekuk. 11 Prinsip penentuan posisi dalam pengambilan foto bisecting, yaitu: a. Film diletakkan sedemikian rupa sehingga gigi yang diperiksa ada di pertengahan film untuk gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah. b. Film harus dilebihkan kurang lebih 2 mm diatas permukaan oklusal/insisal untuk memastikan seluruh gigi tercakup didalam film. Perlu diperhatikan juga sisi yang menghadap tabung sinar-x adalah sisi yang menghadap gigi dengan tonjol orientasi menghadap ke arah mahkota gigi. c. Pasien diminta untuk menahan film dengan perlahan tanpa tekanan, dengan ibu jari atau telunjuk (menahan film dengan tekanan yang berlebihan dapat menyebabkan film menjadi distorsi pada gambar yang dihasilkan). d. Tabung sinar-x diarahkan ke gigi dengan sudut vertikal dan horizontal yang tepat.lakukan penyinaran dengan kondisi yang telah ditentukan. 11 Keuntungan teknik periapikal bisecting, yaitu: a. Relatif nyaman untuk pasien, karena tidak ada alat tambahan lain kecuali film. b. Penentuan posisi relatif lebih sederhana dan cepat. c. Bila penentuan sudut horizontal dan vertikalnya benar, gambaran radiografi yang dihasilkan akan sama besar dengan yang sebenarnya. 11 Kerugian teknik periapikal bisecting, yaitu: a. Kemungkinan distorsi pada gambaran radiografi yang dihasilkan sangat besar. b. Kesalahan sudut vertikal mengakibatkan pemanjangan atau pemendekan gambar. c. Tinggi tulang periodontal, tidak dapat dilihat dan dinilai dengan baik. d. Bayangan tulang zygomaticus sering tampak menutupi regio akar molar. e. Sudut vertikal dan horizontal dapat berbeda-beda pada setiap pasien, dengan demikian untuk menghasilkan gambaran yang baik, diperlukan operator yang terampil dan berpengalaman. f. Tidak bisa mendapatkan gambaran dengan kondisi dan posisi yang sama.

27 16 g. Dapat terjadi cone cutting bila titik pusat sinar-x tidak tepat di pertengahan film. h. Sulit mendeteksi karies proksimal, pada gambar radiografi mahkotayang mengalami distorsi. i. Gambar radiografi pada akar bukal premolar dan molar maksila sering mengalami pemendekan. 11

28 Landasan Teori KANINUS MANDIBULA Bentuk Anatomis Kaninus Mandibula Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Dentinogenesisi dan Amelogenesis Pembentukan Mahkota Pembentukan Akar Faktor-faktor yang mempengaruhi Erupsi Gigi Erupsi Gigi Radiografi Periapikal/ Teknik Paralel dan Bisekting

29 Kerangka Konsep Kaninus Mandibula Kanan dan Kiri (Usia Tahun) Radiografi Periapikal Kaninus Kanan Kaninus Kiri Gambaran Radiografi Periapikal Kaninus Mandibula Interpretasi Pengukuran Panjang Akar Kaninus Mandibula Permanen

30 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu mengukur panjang akar kaninus permanen mandibula dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di SD Al-Ikhlas di Jl. Sei Padang no.129 dan SMP Nurul Hasanah di Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Medan. Pengambilan foto radiografi dilakukan di Instalasi Radiologi Kedokteran Gigi FKG USU Medan. Setelah dilakukan tinjauan lokasi penelitian, SD Al-Ikhlas dan SMP Nurul Hasanah sudah mewakili kriteria inklusi. Penelitian dilakukan pada bulan Juli-September Populasi dan Sampel Populasi adalah semua murid disd Al-Ikhlas Jl. Sei Padang no.129 dan SMP Nurul Hasanah Jl. Jamin Ginting Padang Bulan Medan. Sampel penelitian diperoleh darimurid usia tahun yang ada di SD Al-Ikhlas dan SMP Nurul Hasanah Medan. Semua sampel pada penelitian ini adalah penduduk yang berdomisili di Kecamatan Medan Selayang. 3.4 Besar Sampel Besar sampel penelitian dihitung melalui rumus: 2.P. Diketahui: : besar sampel d 2

31 20 : 10% dilihat pada tabel z= 1, 64 : proporsi populasi 50%= 0,5 (proporsi populasi tidak diketahui sehingga digunakan 50%) : 1 P : presisi mutlak (10%) ( 1) % = 75 Besar sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 88 foto radiografi. 3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi Kriteria inklusi penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kaninus mandibula kiri dan kanan yang telah erupsi sempurna. b. Anak usia tahun. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Impaksi kaninus mandibula. b. Gigi kaninus mandibula yang berjejal/ crowded. c. Karies servikal mengenai CEJ. 3.6 Variabel Penelitian Variabel Bebas Variabel bebas penelitian, yaitu hasil foto radiografi periapikal Variabel Terikat Variabel terikat penelitian, yaitu panjang akar kaninus mandibula permanen.

32 Variabel Terkendali Variabel terkendali penelitian, yaitu usia tahun. 3.7 Definisi Operasional Variabel Penelitian Anak usia tahun Definisi Operasional Usia seseorang dihitung tahun terakhir berulang tahun Cara Hasil Skala Pengukuran Pengukuran Wawancara Tahun Ordinal Panjang Akar Kaninus Mandibula Panjang akar gigi ketiga dari garis tengah rahang atas dan rahang bawah. Pemeriksaan radiografi tentang panjang akar kaninus yang di ukur dari CEJ sampai batas ujung akar. 1 = 7-9 mm. 2 = mm. 3 = mm 4 = mm Numerik 3.8 Prosedur Penelitian Prosedur pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terlebih dahulu harus memperoleh surat Komisi Etik dari Badan Komisi Etik Kedokteran. 2. Orang tua dari subyek penelitian beserta Kepala sekolah yang bersangkutan menandatangani informed consent dan memberikan izin dilakukan penelitian. 3. Sampel dikumpulkan kemudian dilakukan wawancara. 4. Melakukan pemeriksaan klinis pada semua sampel dengan cara memakai masker dan sarung tangan serta menggunakan alat seperti kaca mulut, sonde, dan pinset yang telah disterilkan. Subyek diminta membuka mulut untuk memeriksa gigi kaninus mandibula permanen yang memenuhi syarat dalam penelitian,yaitu kaninus

33 22 permanen mandibula kiri dan kanan yang telah erupsi, tidak impaksi, bejejal dan tidak terdapat karies di bagian servikal. 5. Kemudian dilakukan foto rontgen pada kaninus permanen mandibulakiri dan kanan pada anak usia tahun. Dari hasil foto radiografi tersebut kemudian dilakukan pengukuran panjang akar. Pengukuran dilakukan dari batas CEJ sampai pada ujung apikal gigi menggunakan jangka dan penggaris. Data hasil pengukuran kemudian di olah secara komputerisasi. Pengukuran panjang akar kaninus permanen mandibula CEJ Panjang akar Ujung apikal gigi 3.9 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian,yaitu: 1. 1 buah unit X-ray radiografi periapikal merk Planmeca 2. Film holder 3. Film periapikal ukuran 2 merk Kodak 4. Viewer box untuk melihat radiograf 5. Sarung tangan dan masker 6. Kaca mulut, sonde, dan pinset 7. Alkohol 70% / dettol cair 8. Laptop Lenovo 9. Alat tulis Bahan yang digunakan dalam penelitian, yaitu: 1. Larutan developer merk Kodak 2. Larutan fixer merk kodak 3. Film periapikal

34 Analisis Data Data yang diperoleh yaitu hasil radiografi kaninus permanen mandibula kanan dan kiri dilakukan analisis melalui pembacaan hasil radiografi dan dilakukan pengukuran panjang akar. Hasil pengolahan data dilakukandengan komputerisasi Etika Penelitian Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari komisi etik (Health Research Ethical Committee of North Sumatera) mengajukan persetujuan pelaksanaan penelitian kepada Komisi Etik Penelitian Kesehatan berdasarkan ketentuan etika yang bersifat internasional maupun nasional dengan nomor surat: 316/KOMET/FK USU/2015, dengan judul Panjang Akar Kaninus Permanen Mandibula Anak Usia Tahun ditinjau melalui Radiografi Periapikal Alur Penelitian Mengumpulkan sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi Melakukan wawancara dengan seleksi sampel yang sesuai untuk penelitian Menginterpretasi hasil radiografi dan mengolah data secara komputerisasi Melakukan radiografi periapikal teknik paralel di unit radiologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan Meminta kesediaan sampel untuk menghikuti penelitian dengan memberikan informed consent (lembar persetujuan) kepada orangtua/wali Melakukan pengukuran panjang akar kaninus permanen mandibula kanan dan kiri.

35 24 BAB 4 HASIL PENELITIAN Sampel pada penelitian ini berjumlah 44 orang dari Murid SD Al-Ikhlas dan siswa SMP Nurul Hasanah yang berusia tahun, yang terdiri dari 11 orang berusia 11 tahun, 11 orang berusia 12 tahun, 11 orang yang berusia 13 tahun, dan 11 orang yang berusia 14 tahun. Sampel harus memiliki kaninus permanen mandibula kiri dan kanan yang telah erupsi dan dilakukan pembuatan radiografi periapikal untuk melihat panjang akar kaninus permanen mandibula kiri dan kanan. Tabel 5. Demografi jenis kelamin Panjang Akar Laki-laki Perempuan Total Umur 11 tahun Umur 12 tahun Umur 13 tahun Umur 14 tahun 3 orang 7 orang 3 orang 5 orang 8 orang 4 orang 8 orang 6 orang Total 18 orang 26 orang Panjang Akar Kaninus Permanen Mandibula Gambar 2. Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 11 tahun

36 25 Gambar 3. Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 12 tahun Gambar 4. Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 13 tahun Gambar 5. Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 14 tahun

37 26 Tabel 6. Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 11 tahun No Jenis Kelamin P P P P P L L P P P L Panjang Akar (mm) Rata-rata Panjang Akar (mm) Kanan Kiri Kanan Kiri ,18 13,55 Pada tabel 6, panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula pada anak usia 11 tahun sebelah kanan adalah 14,18 mm dan sebelah kiri 13,55 mm. Tabel 7. Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 12 tahun No Jenis Kelamin P L L P L P P L L L L Panjang Akar (mm) Rata-rata Panjang Akar (mm) Kanan Kiri Kanan Kiri ,36 14

38 27 Pada tabel 7, panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula pada anak usia 12 tahun sebelah kanan adalah 14,36 mm dan sebelah kiri 14 mm. Tabel 8. Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 13 tahun No Jenis Kelamin P P P L P L L P P P P Panjang Akar (mm) Rata-rata Panjang Akar (mm) Kanan Kiri Kanan Kiri ,55 16, Pada tabel 8, panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula pada anak usia 13 tahun sebelah kanan adalah 16,55 mm dan sebelah kiri 16,18 mm. Tabel 9. Panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia 14 tahun No Jenis Kelamin P P L P L L P P L P L Panjang Akar (mm) Rata-rata Panjang Akar (mm) Kanan Kiri Kanan Kiri ,82 16,

39 28 Pada tabel 9, panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula pada anak usia 14 tahun sebelah kanan adalah 16,82 mm dan sebelah kiri 16,64 mm. Tabel 10. Persentase hasil pengukuran berdasarkan kriteria ukuran panjang akar kaninus permanen mandibula tiap kelompok usia Kelompok Usia Ukuran Panjang Akar Kaninus Permanen Mandibula (mm) Total (%) 11 Tahun Kanan 0 0 Kiri Orang (100 %) 11 Orang (100 %) Tahun Kanan 0 0 Kiri Orang (91 %) 11 Orang (100 %) 1 Orang (9 %) Tahun Kanan 0 0 Kiri Orang (9 %) 5 Orang (45.4 %) 10 Orang (91 %) 6 Orang (54.6 %) Tahun Kanan 0 0 Kiri Orang (18 %) 2 Orang (18 %) 9 Orang (82 %) 9 Orang (82 %) Pada tabel 10, persentase hasil pengukuran panjang akar kaninus permanen mandibula berdasarkan kriteria kelompok anak usia 11 tahun paling banyak berukuran 12,1-15 mm yaitu 100% untuk kanan dan kiri. Pada anak usia 12 tahun juga paling banyak berukuran 12,1-15 mm yaitu sebelah kanan sebanyak 91% dan sebelah kiri 100%. Pada anak usia 13 tahun paling banyak berukuran 15,1-18 mm yaitu sebelah kanan sebanyak 91% dan sebelah kiri 54,6%. Pada anak usia 14 tahun

40 29 juga paling banyak berukuran 15,1-18 mm yaitu sebelah kanan sebanyak 82% dan sebelah kiri 82%. 4.2 Kondisi Foramen Apikal Tabel 11. Kondisi foramen apikal kaninus permanen mandibula Usia Foramen Apikal masih terbuka Kaninus Permanen Mandibula Persentase Foramen Apikal sudah tertutup Persentase 11 tahun 9 orang 82% 2 orang 18% 12 tahun 9 orang 82% 2 orang 18% 13 tahun 6 orang 54,6% 5 orang 45,4% 14 tahun 1 orang 9% 10 orang 91% Dari hasil penelitian ini, terlihat pada tabel 11, anak usia 11 dan 12 tahun hasilnya sama, yaitu foramen apikal yang masih terbuka terdapat 9 (82%) orang anak dan yang sudah tertutup terdapat 2 (18%) orang anak. Pada usia 13 tahun foramen apikal yang masih terbuka terdapat 6 (54,6%) orang anak dan yang sudah tertutup terdapat 5 (45,4%) orang anak. Pada anak usia 14 tahun sebagian besar foramen apikal kaninus permanen mandibula telah tertutup yaitu 10 (91%) orang anak dan yang masih terbuka hanya 1 (9%) orang anak.

41 30 BAB 5 PEMBAHASAN Hasil penelitian ini, diperoleh hasil rata-rata panjang akar kaninus permanen mandibula kanan dan kiri yang telah erupsi. Penelitian dilakukan kepada 44 orang sampel dari murid SD Al-Ikhlas dan siswa SMP Nurul Hasanah Medan, usia 11, 12, 13, dan 14 tahun. Panjang rata-rata akar kaninus madibula permanen kanan dan kiri pada usia 11 tahun sebelah kanan yaitu, 14,18 mm dan sebelah kiri 13,55 mm.pada anak usia 12 tahun panjang akar kaninus mandibula permanen sebelah kanan adalah 14,36 mm dan sebelah kiri 14 mm. Kelompok anak usia 11 tahun, foramen apikal masih terbuka terdapat 9 orang dan 2 orang sudah tetutup. Pada anak usia 12 tahun foramen apikal yang masih terbuka terdapat 9 orang dan foramen apikal yang sudah tertutup terdapat 2 orang. Pada umumnya, anak usia tahun gigi kaninus mandibula permanen masih dalam proses pembentukan akar. Oleh sebab itu, panjang akar kaninus mandibula masih pendek dan foramen apikal sebagian besar masih terbuka. Liversidge (2006), melakukan penelitian pada gigi permanen mandibula dengan menggunakan metode Demirjian. Pada anak usia tahun, pembentukan akar pada kaninus permanen mandibula telah selesai, tetapi foramen apikal masih terbuka. 12 Pada anak usia 13 tahun panjang akar kaninus mandibula sebelah kanan adalah 16,55 mm dan sebelah kiri 16,18 mm. Foramen apikal dari kaninus permanen masih terbuka pada 6 orang anak dan pada 5 orang anak sudah mengalami penutupan foramen apikal. Pada anak usia 14 tahun panjang akar kaninus mandibula permanen sebelah kanan yaitu 16,82 mm dan sebelah kiri 16,64 mm. Ukuran akar kaninus anak usia 14 tahun lebih panjang dari kaninus pada anak usia tahun. Pada usia ini, terdapat 10 orang anak dengan foramen apikal yang sudah tertutup, sementara 1 orang anak dengan foramen apikal kaninus masih terbuka. Dan pada anak usia 13-14

42 31 tahun pembentukan akar telah sempurna dan foramen apikal sudah tertutup. Keadaan masih terbukanya foramen apikal, dikarenakan akar gigi kaninus masih mengalami perkembangan. 12 Pada penelitian ini, rata-rata panjang akar kaninus permanen mandibula anak usia tahun adalah 16 mm. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wheeler s yang memiliki rata-rata 16 mm dan pada saat ini foramen apikal sudah tertutup sempurna. Pembentukan sempurna foramen apikal pada gigi kaninus rahang bawah pada anak usia tahun terlihat bahwa semakin tinggi usia, maka foramen apikal tertutup sempurna. Hasil ini sesuai dengan Wheeler s (2 1 ) dan penelitian Siswanto dkk (2010). Siswanto melakukan penelitian terhadap 180 anak yang di bagi dalam 8 kelompok usia. Dari penelitian tersebut, panjang akar gigi kaninus permanen mandibula pada kelompok anak usia tahun hasilnya bervariasi. Pembentukan akar kaninus permanen mandibula telah selesai, namun foramen apikal ada yang masih terbuka dan sebagian telah menutup sempurna. 3.6 Wheeler s menyatakan bahwa mahkota gigi kaninus permanen mandibula terbentuk sempurna pada usia 6-7 tahun, erupsi pada usia 9-10 tahun, dan akar tertutup sempurna pada usia tahun. Perbedaan panjang akar dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti keturunan (genetik), jenis kelamin, nutrisi, lahir prematur, sosial dan ekonomi, berat badan dan tinggi badan, hormonal, dan penyakit genetik. Akar kaninus permanen mandibula tertutup sempurna pada usia tahun. Faktor genetik mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan waktu dan urutan erupsi gigi dan heritabilitas lebih tinggi untuk perkembangan gigi. Faktor genetik ini yang akan mempengaruhi erupsi gigi dan pembentukan akar. Ada kelainan genetik tertentu yang dapat mempengaruhi erupsi gigi permanen, seperti Down Syndrome. Hipotiroid, hipotuitari, hipoparatiroid dan pseudoparatiroid adalah gangguan kelenjar endokrin yang menyebabkan terlambatnya erupsi gigi permanen. Pada masa kehamilan, kekurangan vitamin D sering terjadi. Kekurangan vitamin D juga erat kaitannya dengan kekurangan kalsium dan fosfor yang dapat menyebabkan hipomineralisasi yang mengakibatkan penurunan plasma kalsium dan terganggunya

43 32 erupsi gigi desidui dan permanen. Faktor sosial ekonomi yang rendah cenderung mendapatkan asupan nutrisi yang kurang dan mempengaruhi erupsi gigi

44 33 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa panjang akar kaninus permanen mandibula pada murid SD Al-Ikhlas dan siswa SMP Nurul Hasanah yang telah erupsi dengan panjang akar mm. Pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa : 1. Panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula anak usia 11 tahun sebelah kanan 14,18 mm dan sebelah kiri 13,55 mm. Pada usia 12 tahun sebelah kanan 14,36 mm dan sebelah kiri 14 mm. Pada usia 13 tahun sebelah kanan 16,55 mm dan sebelah kiri 16,18 mm. Pada anak usia 14 tahun sebelah kanan 16,82 mm dan sebelah kiri 16,64 mm. 2. Terdapat perbedaan panjang rata-rata akar kaninus permanen mandibula kanan dan kiri pada anak usia tahun. 3. Pada usia 14 tahun telah terbentuk sempurna foramen apikal pada gigi kaninus permanen mandibula sebesar 91%. 6.2 Saran 1. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut pada suku dan ras dengan jumlah sampel yang lebih banyak. 2. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dari beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan gigi, seperti keturunan (genetik), jenis kelamin, nutrisi, lahir prematur, sosial ekonomi, berat badan dan tinggi badan, hormonal, dan penyakit genetik. 3. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut pada gigi anterior maksila dan gigi lain.

45 34 DAFTAR PUSTAKA 1. Boel T. Dental Radiografi : Prinsip & Teknik, Ed 3., Medan: USU Press., 2009; Nichifor M, et al. Study regarding the squence of eruption of permanent teeth at a group of children from Buzau. TOM XII, Siswanto F, Sjahruddin L. Correlation of mandible lenght and dental calsification stages on the deutro-malay group aged 8-16 years : Indonesian J Dent Research., 2010; 17(1): Almonaitiene R, Balciuniene I, Tutkuviene J. Standard for pemanent teeth emergence time and sequence in Lithuanian children, residents of Vilnius city: Baltik dental and Maxillofacial Journal, 14;93-100, Feraru IV, et al. The sequence and cronology of the eruption of permanent canines and premolars in a group of Romanian children in Bucharest. OHDM 2011; 10 (4): Wheeler s. Dental anatomi physiology and occlusion. Ninth edition. Saunders 2010; B.K.B Berkovitz, G.R Holland, B.J Moxham. Oral anatomy, histology, and embryology, fourth edition., London : Mosby Elsevier., Avery JK, J D. Essential of oral hystology and embryology a clinical approach, third edition., Canada: Mosby Elsevier., Almonaitine R, Balciuniene I, Tutkuviene J. Factor influencing permanent teeth eruption. Part one- General Factors. Baltik dental and maxilofacial jurnal 2010;12: Peedikayil FC. Delayed tooth eruption. E-Journal of Dentistry oct-dec 2011; vol 1 issue Wahites E. Radiographyand Radiology for dental care proffesionals. 2 nd Ed. London: Churchill Livingstone Elsevier, 2009;

46 Liversidge H Timing of Demirjian s Tooth Formation Stages. Annals of Human Biology 2006;33(4): Touger-Decker R, Sirois D A, and Mobley C C. Nutrition and Oral medicine. Humana Press Inc., Totowa NJ.

47 36

48 LAMPIRAN 2 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Assalamu alaikum wr.wb Selamat pagi, Dalam rangka menyelesaikan studi Kedokteran Gigi, kami akan melakukan penelitian yang berjudul Panjang akar kaninus mandibula permanen anak usia tahun ditinjau melalui radiografi periapikal. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui panjang akar gigi kaninus atau gigi taring rahang bawah permanen pada anak usia tahun yang ditinjau melalui radiografi periapikal. Manfaat penelitian secara teoritis antara laindiharapkan dapat memberi kontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan mengenai panjang akargigi kaninus/taring rahang bawah permanen pada anak usia tahun. Sedangkan manfaat secara praktis diharapkanbermanfaat bagi dokter gigi atau tenaga medis dalam menegakkan diagnosis, rencana perawatan maupun evaluasi terhadap tindakan tersebut. Pelaksanaan penelitian ini telah disetujui dan di tandangani oleh kepala sekolah SMP Nurul Hasanah. Pemeriksaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah gigi anak Bapak/Ibu dan menjalani sesi wawancara kemudian dilakukan pemeriksaan untuk melihat apakah tersedianya gigi kaninus atau gigi taring rahang bawah pada anak Bapak/Ibu. Setelah menjalani pemeriksaan dan mendapat izin dari Bapak/Ibu, maka anak Bapak/Ibu akan kami bawa ke Unit Radiologi FKG USU untuk dilakukan foto rontgen pada gigi tersebut. setelah selesai maka anak Bapak/Ibu akan kami kembalikan ke sekolah tentunya dalam keadaan sehat dan tanpa kekurangan apapun. Pada penelitian ini anak Bapak/Ibu tidak dikenakan biaya atau gratis dan tidak terdapat risiko pada subjek yang akan diteliti. Penelitian utama dilakukan oleh saya sendiri Sri Rahayu Hasibuan dan didampingi oleh beberapa rekan mahasiswa Kedokteran Gigi USU Medan.

49 Jika Bapak/Ibu bersedia memberikan izin untuk dilakukan radiografi pada anak Bapak/Ibu, surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian terlampir harap ditanda tangani secara sadar dan tanpa paksaan dan dikembalikan kepada tim peneliti. Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan anak Bapak/Ibu dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung. Dosis yang digunakan kecil dan tidak menimbulkan efek. Pengambila foto radiografi periapikal hanya membutuhkan waktu kira-kira 3-4 menit. Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri dan apabila terjadi keluhan seperti pusing dan mual akibat penelitian ini pada anak Bapak/Ibu, maka Bapak/Ibu dapat menghubungi alamat yang tertera berikut ini: Sri Rahayu Hasibuan Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan Jalan Prof.Dr. Sofyan No.88 Kampus USU Medan Telp : Demikian, Mudah-mudahan keterangan saya diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan waktu Bapak/Ibu yang telah memberi izin kepada anak untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih Medan, 2017 (Sri Rahayu Hasibuan)

50 LAMPIRAN 3 LEMBAR PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama Anak : Usia Anak : Alamat : Telp/Hp : Setelah mendapat penjelasan, dengan kesadaran dan tanpa paksaan mengenai penelitian dan faham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, didapatkan pada penelitian yang bejudul : PANJANG AKAR KANINUS MANDIBULA PERMANEN ANAK USIA TAHUN DITINJAU MELALAUI RADIOGRAFI PERIAPIKAL Maka dengan surat ini menyatakan setuju memberi izin bahwa anak Bapak/Ibu menjadi subjek penelitian secara sadar dan tanpa paksaan. Medan, 2017 Yang menyetujui, Subjek penelitian (......)

51 LAMPIRAN 4 RINCIAN ANGGARAN PENELITIAN 1. Pengambilan Foto Periapikal 80 x Rp ,- : Rp Transportasi : Rp Fotocopy laporan penelitian : Rp Penjilidan dan penggandaan laporan : Rp CD : Rp Souvenir Rp. 44 orang : Rp Rp Medan, 2017 Peneliti Sri Rahayu Hasibuan *Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.

52 LAMPIRAN 5 JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN Bulan Kegiatan September - Februari 2015 Agustus Oktober 2015 November 2015 Februari 2016 Maret - November 2016 Februari- Mei 2017 Pembuatan Proposal Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan, Pengolahan dan Analisis Data Penyusunan Laporan Hasil

53 LAMPIRAN 6 Data spss Tests of Normality Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk umur Statistic df Sig. Statistic df Sig. Kanan 11 thn thn thn thn Kiri 11 thn thn thn thn a. Lilliefors Significance Correction Oneway Descriptives 95% Confidence Interval for Mean Std. Std. Lower Upper Maximu N Mean Deviation Error Bound Bound Minimum m Kanan 11 thn thn thn thn Total Kiri 11 thn thn

54 13 thn thn Total Test of Homogeneity of Variances Levene Statistic df1 df2 Sig. Kanan Kiri ANOVA Sum of Squares df Mean Square F Sig. Kanan Between Groups Within Groups Total Kiri Between Groups Within Groups Total Post Hoc Tests selisih Multiple Comparisons LSD Depend ent Variable (I) umur (J) umur Mean Difference (I-J) Std. Error Sig. 95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

55 Kanan 11 thn 12 thn thn * thn * thn 11 thn thn * thn * thn 11 thn * thn * thn thn 11 thn * thn * thn Kiri 11 thn 12 thn thn * thn * thn 11 thn thn * thn * thn 11 thn * thn * thn thn 11 thn * thn * thn *. The mean difference is significant at the 0.05 level. Correlations (keseluruhan) Correlations

56 Kanan Kiri Kanan Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).000 N Kiri Pearson Correlation.829 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Umur 11 thn Correlations Kanan Kiri Kanan Pearson Correlation Sig. (2-tailed).732 N Kiri Pearson Correlation Sig. (2-tailed).732 N Umur 12 thn Correlations Kanan Kiri Kanan Pearson Correlation Sig. (2-tailed).089 N Kiri Pearson Correlation Sig. (2-tailed).089 N Umur 13 thn Correlations

57 Kanan Kiri Kanan Pearson Correlation * Sig. (2-tailed).025 N Kiri Pearson Correlation.667 * 1 Sig. (2-tailed).025 N *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Umur 14 thn Correlations Kanan Kiri Kanan Pearson Correlation ** Sig. (2-tailed).000 N Kiri Pearson Correlation.878 ** 1 Sig. (2-tailed).000 N **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Kanan Kiri Valid N (listwise) 44 JK Frequenc y Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Laki-laki

58 perempuan Total HasilspssDeskriptif Frequency Table kanan_kat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total kiri_kat Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Total

59 LAMPIRAN 7 DATA PERSONALIA PENELITI Riwayat Peneliti Nama : Sri Rahayu Hasibuan Tempat dan Tanggal lahir : Pasir Jae, 03 april 1993 Jenis Kelamin Agama Alamat Alamat Perempuan : Islam : Jl. Lintas Riau, Desa Pasir Jae, Kec.Sosa. Kab. Padang Lawas. Sumatera Utara : ayu_hsb19@yahoo.com No. Tlp : Riwayat Pendidikan : SD Negeri Pasir Julu : MTsN Sibuhuan : MAN Sibuhuan 2011-sekarang : Fakultas Kedokteran Gigi Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

EVALUASI RADIOGRAFI PERIAPIKAL TEKNIK TUBE SHIFT DALAM MENENTUKAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS TERHADAP APIKAL MOLAR TIGA IMPAKSI

EVALUASI RADIOGRAFI PERIAPIKAL TEKNIK TUBE SHIFT DALAM MENENTUKAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS TERHADAP APIKAL MOLAR TIGA IMPAKSI EVALUASI RADIOGRAFI PERIAPIKAL TEKNIK TUBE SHIFT DALAM MENENTUKAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS TERHADAP APIKAL MOLAR TIGA IMPAKSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN

PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN 1 PERKEMBANGAN AKAR GIGI MOLAR SATU PERMANEN MANDIBULA PADA USIA 6-10 TAHUN DITINJAU DARI RADIOGRAFI PERIAPIKAL DI SALAH SATU SD NEGERI MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai hubungan yang sangat erat, namun masing-masing dari keduanya merupakan proses yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi,

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : RIZKY AGUSTIN PUTRI

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh : RIZKY AGUSTIN PUTRI PANJANG AKAR MOLAR DUA MANDIBULA DITINJAU MELALUI RADIOGRAFI PERIAPIKAL PADA MAHASISWA SUKU BATAK USIA 18-22 TAHUN DI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK

POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK POSISI FORAMEN MENTAL PADA PASIEN EDENTULUS DI RSGM FKG USU DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA SUKU BATAK DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK DI FKG USU

POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA SUKU BATAK DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK DI FKG USU POSISI FORAMEN MENTALIS PADA MAHASISWA SUKU BATAK DITINJAU DARI RADIOGRAFI PANORAMIK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU

PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU PERBEDAAN KETEBALAN KORTEKS MANDIBULA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK ANTARA PRIA DAN WANITA SUKU BATAK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU

PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU PREVALENSI MOLAR TIGA PADAMAHASISWA SUKU TIONGHOA DITINJAU MENGGUNAKAN RADIOGRAFIPANORAMIK DI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG POSISI FORAMEN MENTALE REGIO KANAN MANDIBULA DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Radiografi Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang profesor fisika dari Universitas Wurzburg, di Jerman. Hasil radiografi terbentuk karena perbedaan

Lebih terperinci

PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU

PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU PERBEDAAN MORFOLOGI MANDIBULA PADA PASIEN EDENTULUS DAN BERGIGI MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DI RSGM FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TENTANG KESALAHAN PEMBUATAN RADIOGRAFI INTRAORAL PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DENPASAR BALI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga mencapai posisi fungsional di dalam

Lebih terperinci

PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL

PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL PERBEDAAN UKURAN DAN POSISI KANALIS MANDIBULARIS BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA USIA 17-20 TAHUN MENGGUNAKAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Periapikal Nama periapical berasal dari bahasa latin peri, yang berarti sekeliling, dan apical yang berarti ujung. Radiogafi periapikal dapat menunjukkan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. 11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana perawatan ortodonti, khususnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Gigi Gigi merupakan struktur keras yang terkalsifikasi, biasanya terletak pada jalan masuk traktus alimentarius dan fungsi utamanya adalah untuk menghancurkan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA

PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP BAHAYA RADIASI PADA SALAH SATU FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DI DAERAH JAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan cross sectional (sekali waktu), yaitu untuk mengetahui prevalensi karies

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Akar Gigi Pembentukan akar gigi terjadi setelah pembentukan mahkota gigi selesai dengan sempurna dan gigi mulai erupsi. Pembentukan akar dimulai dari proliferasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukkan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gingiva

Lebih terperinci

PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS PADA MURID SEKOLAH DASAR RAS DEUTRO-MELAYU DI KOTA MEDAN

PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS PADA MURID SEKOLAH DASAR RAS DEUTRO-MELAYU DI KOTA MEDAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN TABEL MOYERS PADA MURID SEKOLAH DASAR RAS DEUTRO-MELAYU DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR

PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR PERBANDINGAN TEKNIK RADIOGRAFI KONVENSIONAL DAN DIGITAL DALAM MENDETEKSI KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU DARI USIA KRONOLOGIS PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN DI SD ST ANTONIUS V MEDAN

WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU DARI USIA KRONOLOGIS PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN DI SD ST ANTONIUS V MEDAN WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU DARI USIA KRONOLOGIS PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN DI SD ST ANTONIUS V MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: RANI ANGGITA P.

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: RANI ANGGITA P. MANIFESTASI SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUSTERHADAPKEHILANGAN TULANG KORTIKALMANDIBULA AKIBAT PEMAKAIAN OBAT KORTIKOSTEROID PADA KOMUNITAS CINTA KUPU MEDAN BERDASARKAN RADIOGRAFI PANORAMIK SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas

A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas A. Anatomi dan morfologi Gigi Permanen 1. Gigi Incisivus Tetap Pertama Atas Gigi Incisivus sentral atas adalah gigi kesatu di rahang atas, yang terletak dikiri kanan dari garis tengah / median (Itjingningsh,

Lebih terperinci

JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN

JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN JUMLAH AKAR DAN KONFIGURASI SALURAN AKAR GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: MELISSA NIM:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi keduanya tergantung pada konsentrasi dalam plasma darah. Metabolisme ion kalsium dan fosfat dalam tubuh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor, yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian membentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : CHANDRA PH PANDIANGAN 080600113

Lebih terperinci

NILAI KONVERSI JARAK VERTIKAL DIMENSI OKLUSI DENGAN PANJANG JARI TANGAN KANAN PADA SUKU BATAK TOBA

NILAI KONVERSI JARAK VERTIKAL DIMENSI OKLUSI DENGAN PANJANG JARI TANGAN KANAN PADA SUKU BATAK TOBA NILAI KONVERSI JARAK VERTIKAL DIMENSI OKLUSI DENGAN PANJANG JARI TANGAN KANAN PADA SUKU BATAK TOBA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional).

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional). BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan studi observasional analitik potong lintang (crosssectional). 4.2 Alur Penelitian Mendapatkan ethical clearance dari Komisi Etik FKG

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan pada penelitian ini adalah : penelitian deskriptif prospektif dengan bantuan radiografi periapikal paralel. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi Klas I Angle Pada tahun 1899, Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi molar satu permanen rahang bawah terhadap rahang atas karena menurut Angle, yang

Lebih terperinci

POLA ERUPSI GIGI PERMANEN PADA ANAK ETNIS TIONGHOA SEKOLAH DASAR PERGURUAN BUDDHIS BODHICITTA, MEDAN

POLA ERUPSI GIGI PERMANEN PADA ANAK ETNIS TIONGHOA SEKOLAH DASAR PERGURUAN BUDDHIS BODHICITTA, MEDAN POLA ERUPSI GIGI PERMANEN PADA ANAK ETNIS TIONGHOA SEKOLAH DASAR PERGURUAN BUDDHIS BODHICITTA, MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG VARIASI PENJALARAN KANALIS MANDIBULARIS KIRI DITINJAU SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK PADA MASYARAKAT DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: SUBADRA DEVI A/P DEVANDARAN

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Oleh: SUBADRA DEVI A/P DEVANDARAN KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR MANDIBULA REGIO KIRI SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1 Pendahuluan Ameloblastoma (berasal dari bahasa Inggris yaitu amel berarti email dan bahasa Yunani blastos yang berarti benih ), merupakan tumor jinak yang berasal dari epitel odontogenik. Tumor ini pertama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU DARI USIA KRONOLOGIS PADA ANAK ETNIS TIONGHOA USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN DI SD WR.

WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU DARI USIA KRONOLOGIS PADA ANAK ETNIS TIONGHOA USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN DI SD WR. WAKTU ERUPSI GIGI PERMANEN DITINJAU DARI USIA KRONOLOGIS PADA ANAK ETNIS TIONGHOA USIA 6 SAMPAI 12 TAHUN DI SD WR.SUPRATMAN 2 MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI FKG USU

HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI FKG USU HUBUNGAN MATURITAS GIGI DENGAN USIA KRONOLOGIS PADA PASIEN KLINIK ORTODONTI FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: ANDY

Lebih terperinci

HUBUNGAN TEKNIK MENYIKAT GIGI DENGAN TERJADINYA RESESI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2015 DAN 2016

HUBUNGAN TEKNIK MENYIKAT GIGI DENGAN TERJADINYA RESESI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2015 DAN 2016 HUBUNGAN TEKNIK MENYIKAT GIGI DENGAN TERJADINYA RESESI GINGIVA PADA MAHASISWA FKG USU ANGKATAN 2015 DAN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Usia Kronologis Usia kronologis adalah usia berdasarkan periode waktu lahir (Dorland, 2012). Usia kronologis menjadi indikator yang lemah untuk menilai usia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Ukuran lebar mesiodistal gigi setiap individu adalah berbeda, setiap populasi juga berbeda dengan populasi lainnya. 1 Data lebar mesiodistal gigi penting sebagai informasi sebelum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS MOYERS DAN TANAKA-JOHNSTON PADA MURID SEKOLAH DASAR SUKU BATAK DI KOTA MEDAN SKRIPSI

PERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS MOYERS DAN TANAKA-JOHNSTON PADA MURID SEKOLAH DASAR SUKU BATAK DI KOTA MEDAN SKRIPSI PERBANDINGAN PREDIKSI LEEWAY SPACE DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS MOYERS DAN TANAKA-JOHNSTON PADA MURID SEKOLAH DASAR SUKU BATAK DI KOTA MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Impaksi Kaninus Gigi impaksi dapat didefinisikan sebagai gigi permanen yang terhambat untuk erupsi keposisi fungsional normalnya oleh karena adanya hambatan fisik dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU

HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU HUBUNGAN PENILAIAN KLINIS TERHADAP TINGKAT KEPUASAN PASIEN PEMAKAI GIGI TIRUAN PENUH DI RSGMP FKG USU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Gigi Gigi-geligi merupakan suatu sistem fungsional efektif yang tersusun atas kelompok gigi dalam jumlah, ukuran dan bentuk yang berbeda. Tiap kelompok gigi memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. gigi dalam melakukan diagnosa dan perencanaan perawatan gigi anak. (4,6,7) Tahap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses erupsi gigi telah banyak menarik perhatian peneliti yang sebagian besar berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan fisiologis anak. Kebanyakan orangtua menganggap

Lebih terperinci

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI 1. Mekanisme sel-sel dalam erupsi gigi desidui Erupsi gigi desidui dimulai setelah mahkota terbentuk. Arah erupsi adalah vertikal. Secara klinis ditandai dengan munculnya

Lebih terperinci

EROSI PERMUKAAN LABIAL GIGI ANTERIOR PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH PADA PERENANG DI BEBERAPA KOLAM RENANG MEDAN

EROSI PERMUKAAN LABIAL GIGI ANTERIOR PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH PADA PERENANG DI BEBERAPA KOLAM RENANG MEDAN EROSI PERMUKAAN LABIAL GIGI ANTERIOR PERMANEN RAHANG ATAS DAN BAWAH PADA PERENANG DI BEBERAPA KOLAM RENANG MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gigi Impaksi Menurut Indonesian Journal of Dentistry, gigi impaksi adalah gigi yang erupsinya terhalang oleh gigi tetangga, tulang sekitarnya atau jaringan patologis, gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Lengkung gigi merupakan suatu garis lengkung imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan bawah. 7,9 Bentuk lengkung gigi ini berhubungan dengan bentuk kepala

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Radiologi Kedokteran Gigi a. Sejarah Radiologi Wilhelm Conrad Roentgen seorang ahli fisika pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu melakukan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi. Oleh: JASWEEN KAUR

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat memperoleh gelar sarjana kedokteran gigi. Oleh: JASWEEN KAUR [Type text] KEHILANGAN TULANG ALVEOLAR MAKSILA REGIO KANAN SECARA RADIOGRAFI PANORAMIK DIHUBUNGKAN DENGAN PENYAKIT PERIODONTAL PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

PANJANG SALURAN AKAR GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER ANGKATAN

PANJANG SALURAN AKAR GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER ANGKATAN PANJANG SALURAN AKAR GIGI MOLAR PERTAMA PERMANEN RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER ANGKATAN 2010-2011 SKRIPSI Oleh Dian Rosita Rahman NIM. 081610101104 BAGIAN ANATOMI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 14 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ukuran lebar mesiodistal gigi bervariasi antara satu individu dengan individu lainnya, antara satu populasi dengan populasi lainnya. 1 Adanya variasi ukuran lebar

Lebih terperinci

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 TI JAUA PUSTAKA 6 BAB 2 TI JAUA PUSTAKA Ortodonti adalah salah satu cabang ilmu kedokteran gigi yang berhubungan dengan estetika gigi, wajah, dan kepala. Berdasarkan American Board of Orthodontics (ABO), Ortodonti adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Gigi Perkembangan gigi merupakan proses kompleks yang disebut juga morfogenesis gigi atau odontogenesis yang dimulai selama minggu ke-6 perkembangan embrio. Perkembangan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTRO-MELAYU

PERBEDAAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTRO-MELAYU PERBEDAAN PROFIL LATERAL WAJAH BERDASARKAN JENIS KELAMIN PADA MAHASISWA USU RAS DEUTRO-MELAYU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia selama proses kehidupan mengalami perubahan dimensi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tubuh manusia selama proses kehidupan mengalami perubahan dimensi. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Indikator Pertumbuhan Wajah Tubuh manusia selama proses kehidupan mengalami perubahan dimensi. Maturitas merupakan karakteristik dari percepatan pertumbuhan hingga masa remaja

Lebih terperinci

PREVALENSI PREMATURE LOSS GIGI MOLAR DESIDUI PADA PASIEN ORTODONSIA DI RSGMP FKG USU TAHUN

PREVALENSI PREMATURE LOSS GIGI MOLAR DESIDUI PADA PASIEN ORTODONSIA DI RSGMP FKG USU TAHUN PREVALENSI PREMATURE LOSS GIGI MOLAR DESIDUI PADA PASIEN ORTODONSIA DI RSGMP FKG USU TAHUN 2010-2014 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL

PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL 1 PENANGGULANGAN HILANGNYA PAPILA INTERDENTAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : INDAH WATI S. NIM : 060600010 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL

PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL PERBEDAAN KONTRAS HASIL RADIOGRAFI DENGAN DAN TANPA PENAMBAHAN PLAT ALUMINIUM PADA FILM PERIAPIKAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Lebih terperinci

UKURAN DIMENSI RAHANG ATAS PADA ETNIK INDIA MALAYSIA USIA TAHUN DI MEDAN

UKURAN DIMENSI RAHANG ATAS PADA ETNIK INDIA MALAYSIA USIA TAHUN DI MEDAN UKURAN DIMENSI RAHANG ATAS PADA ETNIK INDIA MALAYSIA USIA 21-28 TAHUN DI MEDAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: NIROSA S.SANKAR

Lebih terperinci

JUMLAH ORIFISI GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN (IN VITRO)

JUMLAH ORIFISI GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN (IN VITRO) 1 JUMLAH ORIFISI GIGI MOLAR SATU MANDIBULA PERMANEN DI MEDAN (IN VITRO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh: JOSEPH DEDE HARTANTA GINTING

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional, yaitu penelitian untuk mencari perbedaan antara variabel bebas (faktor

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral.

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada dua yaitu teknik intraoral dan ekstraoral. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Radiografi dental dikenal memiliki peranan yang penting dalam bidang kedokteran gigi yakni membantu dalam menegakkan diagnosa, menentukan rencana perawatan dan mengevaluasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Besarnya pengaruh erupsi gigi dan banyaknya kelainan yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter gigi mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor Penyebab Kehilangan Gigi Kehilangan gigi geligi disebabkan oleh faktor penyakit seperti karies dan penyakit periodontal. Faktor bukan penyakit seperti gaya hidup dan faktor

Lebih terperinci

ABSES PERIODONTAL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

ABSES PERIODONTAL SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi. syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi. ABSES PERIODONTAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : DAMERIA FITRIANI SRG NIM : 060600074 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014 GAMBARAN PENANGANAN KASUS TRAUMA GIGI PERMANEN OLEH DOKTER GIGI DI KECAMATAN MEDAN BARU, MEDAN SUNGGAL, MEDAN HELVETIA, MEDAN PETISAH MEDAN MAIMUN DAN MEDAN SELAYANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Lengkung gigi merupakan suatu garis imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang dibentuk oleh mahkota gigigeligi dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu jenis maloklusi yang sering dikeluhkan oleh pasien-pasien ortodonti adalah gigi berjejal. 3,7 Gigi berjejal ini merupakan suatu keluhan pasien terutama pada aspek estetik

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 28 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan deskriptif analitik, yaitu dengan melakukan pengukuran pada sampel sebelum

Lebih terperinci

BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI PADA KANINUS IMPAKSI

BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI PADA KANINUS IMPAKSI BERBAGAI TEKNIK PERAWATAN ORTODONTI PADA KANINUS IMPAKSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh : ELLYSA GAN NIM : 060600073 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

PERBANDINGAN UKURAN GIGI DAN DIMENSI LENGKUNG ANTARA GIGI TANPA BERJEJAL DENGAN GIGI BERJEJAL

PERBANDINGAN UKURAN GIGI DAN DIMENSI LENGKUNG ANTARA GIGI TANPA BERJEJAL DENGAN GIGI BERJEJAL PERBANDINGAN UKURAN GIGI DAN DIMENSI LENGKUNG ANTARA GIGI TANPA BERJEJAL DENGAN GIGI BERJEJAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN SUDUT INTERINSISAL DENGAN JARINGAN LUNAK WAJAH BERDASARKAN ANALISIS STEINER PADA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU

HUBUNGAN SUDUT INTERINSISAL DENGAN JARINGAN LUNAK WAJAH BERDASARKAN ANALISIS STEINER PADA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU HUBUNGAN SUDUT INTERINSISAL DENGAN JARINGAN LUNAK WAJAH BERDASARKAN ANALISIS STEINER PADA MAHASISWA FKG USU RAS DEUTRO MELAYU SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik bertujuan untuk mengoreksi maloklusi sehingga diperoleh oklusi yang normal. Penatalaksanaan perawatan ortodontik sering dihadapkan kepada permasalahan

Lebih terperinci

STUDI INDEKS SEFALIK VERTIKAL, TRANSVERSAL, DAN HORIZONTAL USIA 7-18 TAHUN PADA DEUTRO-MELAYU

STUDI INDEKS SEFALIK VERTIKAL, TRANSVERSAL, DAN HORIZONTAL USIA 7-18 TAHUN PADA DEUTRO-MELAYU STUDI INDEKS SEFALIK VERTIKAL, TRANSVERSAL, DAN HORIZONTAL USIA 7-18 TAHUN PADA DEUTRO-MELAYU SKRIPSI Digunakan untuk memenuhi tugsd dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi Oleh:

Lebih terperinci

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI

PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR WISATA DENTISTRY YOGYAKARTA 6 FEBRUARI 2009 Oleh Endah Mardiati, drg., MS., Sp.Ort 1 PERANAN DOKTER GIGI UMUM DI BIDANG ORTODONTI SEMINAR DENTISTRY

Lebih terperinci

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL

II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL II. KEADAAN ANATOMIS SEBAGAI FAKTOR PREDISPOSISI PENYAKIT PERIODONTAL A. Pendahuluan 1. Deskripsi Dalam bab ini diuraikan mengenai keadaan anatomis gigi geligi, posisi gigi pada lengkung rahang, letak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salzmann mendefinisikan oklusi dalam ortodonti sebagai perubahan inter relasi permukaan gigi maksila dan mandibula yang terjadi selama pergerakan mandibula dan kontak penuh terminal

Lebih terperinci

PERBANDINGAN DOSIS DAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI PANORAMIK KONVENSIONAL DENGAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL

PERBANDINGAN DOSIS DAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI PANORAMIK KONVENSIONAL DENGAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL PERBANDINGAN DOSIS DAN KUALITAS GAMBAR RADIOGRAFI PANORAMIK KONVENSIONAL DENGAN RADIOGRAFI PANORAMIK DIGITAL SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi Menurut DuBRUL (1980), bentuk lengkung gigi sangat bervariasi, akan tetapi secara umum lengkung gigi rahang atas berbentuk elips dan lengkung gigi rahang bawah

Lebih terperinci