BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN"

Transkripsi

1 9 BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Dasar Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan Menurut Wawan (2011), pengetahuan merupakan hasil ukur dari tahu dan ini terjadi setelah orang menandakan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan suatu objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba dengan sendiri. Menurut Notoadmodjo (2007), pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan bahwa bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja akan tetapi pengetahuan juga dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang terhadap suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif.kedua aspek ini akan menentukan 9

2 10 sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui maka akan menimbulkan sikap semakin positif terhadap objek tertentu. b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku tidak didasari oleh pengetahuan. Perilaku yang cukup domain dalam kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoatmodjo 2003). 1. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang di pelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dimana tempat menginterpretasikan secara benar. Orang yang

3 11 telah paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau sebagainya. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintetis (Syintesis) Sintesis yang dimaksud menunujukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan suatu hubungan bagian-bagian didalam suatu keseluruhan yang baru dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluatio ) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

4 12 Penilaian penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. c. Cara Memperoleh pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah sebagai berikut : 1) Cara coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan,bahkan mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemunkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terselesaikan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal ataupun informal, ahli agama, pemegang pemerintah dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali

5 13 pengetahuan yang pernah diperoleh untuk memecahkan permasalahan yang pernah terjadi dimasa lalu. 4) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodelogi penelitian. d. Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1) Faktor internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dierlukan untuk mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup,menurut Notoatmodjo (2003). Pendidikan dapat mempengaruhi sesorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam motivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. b) Pekerjaan Menurut Thomas (2003), pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama dalam hal menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan

6 14 cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. c) Umur Menurut Nursalam (2003), umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dalam segi kepercayaan untuk melakukan suatu kegiatan atau pekerjaandibandingkan dengan seseorang yang belum tinggi kedewasaannya. 2) Faktor eksternal a) Faktor lingkungan Menurut Nursalam (2003), lingkungan merupakan seluruh kondisi yang sudah ada disekitar manusia dan yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial budaya Sitem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

7 15 e. Kriteria Tingkat pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : 1) Baik = Hasil persentase 75% - 100% 2) Kurang = Hasil persentase < 75% f. Pengukuran Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003), pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan halhal dalam bentuk bukti jawaban baik lisan maupun tulisan. Pertanyaan atau tes dapat dilakukan untuk mengukur pengetahuan yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu : 1) Pertanyaan subjektif, contohnya pertanyaan uraian 2) Pertanyaan objektif, contohnya pertanyaan pilihan ganda, benar, salah, dan pertanyaan yang menjodohkan. Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan objektif khususnya pilihanganda lebih banyak disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan dan lebih cepat. Pada penelitian ini, tingkat pengetahuan ibu masuk pada domain yang ketiga yaitu aplikasi, suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi yang sebenarnya.

8 16 2. Konsep Dasar Sikap a. Pengertian Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003). Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo S, (2003) kompenen pokok sikap terdiri dari : 1) Kepercayaan (keyakinan) ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional dan evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (Trend to Behavior) Ketiga kompenen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (Total Attitude). dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan yang penting. b. Tingkatan sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan : 1) Menerima (Receiving) Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

9 17 2) Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3) Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga 4) Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. c. Ciri ciri Sikap 1) Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. 2) Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk itu sehingga dapat dipelajari. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan objek. 4) Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada sekumpulan atau banyak objek. 5) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

10 18 6) Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga membedakan dengan pengetahuan. d. Pengukuran Sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Setiap pernyataan disertai alternatif jawaban yang harus dipilih responden. Sikap dinilai dengan cara skala likert 4 tingkat (Arikunto, 2006) 1) Untuk pernyataan positif Sangat Setuju (SS) = 4 Setuju (S) = 3 Tidak Setuju s(ts) = 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = 1 2) Untuk pernyataan negatif Sangat Setuju (SS) = 1 Setuju (S) = 2 Tidak Setuju (TS) = 3 Sangat Tidak Setuju (STS) = 4 3. Konsep dasar Partograf a. Pengertian Partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan. (Kemenkes RI 2006)

11 19 b. Tujuan Partograf Tujuan utama dari penggunaan partograf adalah untuk : 1) Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai pembukaan serviks melalui pemeriksaan dalam 2) Mendeteksi apakah proses persalinan secara normal. Dengan demikian, juga dapat melakukan deteksi secara dini setiap kemungkinan terjadinya partus lama. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu penolong persalinan untuk : 1) Memcatat kemajuan persalinan 2) Memcatat kondisi ibu dan janin 3) Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran 4) Menggunakan informasi yang tercatat untuk secara dini mengidentifikasi adanya penyulit 5) Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan tepat waktu (Depkes RI 2004) c. Penggunaan Partograf Penggunaan partograf secara rutin akan memastikan para ibu dan bayinya mendaatkan asuhan yang aman dan tepat waktu. Selain itu, juga mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamantan jiwa mereka.

12 20 1) Untuk semua ibu dalam fase aktif kala satu persalinan sebagai elemen penting asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik tanpa ataupun adanya penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam memantau. Mengevaluasi dan membantu keputusan klinik baik persalinan normal maupun yang disertai dengan penyulit. 2) Selama persalinan dan kelahiran disemua tempat (rumah, puskesmas, klinik bidan swasta, rumah sakit dll). 3) Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan kepada ibu selama persalinan dan kelahiran d. Pencatatan Partograf 1) Informasi tentang ibu Lengkapi bagian awal (atas) partograf secara teliti pada saat memulai asuhan persalinan waktu kedatangan (tertulis sebagai jam pada partograf) dan perhatikan kemungkinan ibu datang dalam fase laten persalinan, catat waktu terjadinya pecah ketuban 2) Kesehatan dan kenyaman janin Kolom, lajur dan skala pada angka pada partograf adalah untuk pencatat Denyut Jantung Janin (DJJ) air ketuban dan penyusupan (kepala Janin) a) Denyut jantung janin Dengan menggunakan metode seprti yang diuraikan pada bagian Pemeriksaan fisik dalam bab ini, nilai dan catat Denyut

13 21 Jantung Janin (DJJ) setiap 30 menit (lebih sering jika ada tandatanda gawat janin). Setiap kotak pada bagian ini, menunjukan waktu 30 menit. Skala angka di sebelah kolom paling kiri menunjukan DJJ, catat DJJ dengan memberi tanda titik pada garis yang sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan titik yang satu dengan titik lainnya dengan garis terputus. Kisaran normal DJJ terpapar pada partograf di antara garis tabel angka 180 dan 100. Tetapi, penolong harus sudah waspada dila DJJ dibawah 120 atau atas 160. Lihat tabel 2-1 untuk tindakan-tindakan segera yang harus dilakukan jika DJJ meliputi kisaran normal sisi partograf b) Warna dan adanya air ketuban Nilai air ketuban setiap kali dilakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna air dan nilai warna air ketuban jika selaput ketuban pecah, catatan temuan-temuan dalam kotak yang sesuai di bawah lanjur DJJ gunakan lambang-lambang berikut ini: (1) U : ketuban utuh (belum pecah) (2) J : ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih (3) M : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur mekonium (4) D : ketuban sudah pecah dan air ketuban bercampur darah (5) K : ketuban sudah pecah dan tidak ada air ketuban (kering)

14 22 Mekoniun dalam cairan ketuban tidak selalu menunjukan adanya gawat janin, jika terdapat mekonium, pantau DJJ secara seksama untuk mengenali tanda-tanda gawat janin selama proses persalinan. Jika ada tanda-tanda gawat janin (denyut jantung Janin < 100 atau >180 kali per menit), ibu segera dirujuk ke fasilitas kesehatan yang sesuai. Tapi jika terdapat mekonium kental segera rujuk ibu ke tempat yang memiliki asuhan kegawatdarurat obstretri dan bayi baru lahir c) Molase (penyusupan kepala janin) Penyusupan adalah indikator penting tentangseberapa jauh kepala bayi dapat menyesuaikan diri dengan bagian keras panggul ibu. Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (CPD) ketidak mampuan akomodasi akan benar-benar terjadi jika tulang yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan. Apabila ada dugaan disproporsi tulang panggul, penting sekali untuk tetap memantau kondisi janin dan kemajuan persalinan, lakukan tindakan pertolongan awal yang sesuai dan rujuk ibu dengan tanda-tanda disproporsi tulang panggul ke fasilitas kesehatan yang memadai Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin. Gunakan lambang-lambang berikut:

15 23 (1) 0:tulang-tulang kepala janin terpisah, sutura dengan mudah dapat dipalpasi. (2) 1:tulang-tulang kepala janin hanya saling bersebtuhan. (3) 2 : tulang-tulang kepala janin saling tumpang tindih, tapi masih dapat dipisahkan. (4) 3:tulang-tulang kepala janin tumpang tindih dan tidak dapat dipisahkan 3) Kemajuan persalinan Kolom dan lajur kedua pada partograf adalah untuk pencatatan kemajuan persalinan. Angka 0-10 yang tertera ditepi kolam paling kiri adalah besarnya dilatasi serviks. Masing-masing angka mempunyai lajur dan kotak tersendiri, setiap angka/kotak menunjukan besarnya pembukaan serviks. Kotak yang satu dengan kotak yang lain pada lajur di atasnya, menunjukan penambahan dilatasi sebesar 1 cm. Skala angka 1-5 juga menunjukan seberapa jauh penurunan janin. Masing-masing kotak dibagian ini menyatakan waktu 30 menit a) Pembukaan serviks Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik dalam bab ini nilai dan catatan pembukaan serviks setiap 4 jam (lebih sering dilakuakn jika ada tanda tanda penyulit). Saat ibu berada dalam fase aktif persalinan. Catat pd partograf hasil temuan dari setiap pemeriksaan. Tanda

16 24 x harus tulis digaris waktu yang sesuai dengan lajur besarnya pembukaan serviks. Beri tanda untuk temuan-temuan dari pemeriksaan dalam yang dilakukan pertama kali selama fase persalinan di garis waspada. Hubungkan tanda x dari setiap pemeriksaan dengan garis utuh (tidak terputus). b) Penurunan bagian terbawah atau presentasi janin Dengan menggunakan metode yang dijelaskan di bagian pemeriksaan fisik di bab ini setiap kali melakukan pemeriksaan dalam (setiap 4 jam), atau lebih sering jika ada tanda-tanda penyulit, nilai dan catatan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Pada persalinan normal, kemajuan pembukaan serviks umumnya diikuti dengan turunnya bagian terbawah atau presentasi janin. Tapi kadangkala, turunnya bagian terbawah/ presentasi janin baru terjadi setelah pembukaan serviks sebesar 7 cm. Kata-kata turunnya kepala dan garis tidak putus dari 0-5, tertera di sisi yang sama dengan angka pembukaan serviks. Berikan tanda pada garis waktu yang sesuai. c) Garis waspada dan garis bertindak Garis waspada mulai pada pembukaan serviks 4 cm dan berakhir pada titik di mana pembukaan lengkap diharapkan terjadi jika laju pembukaan 1 cm per jam. Pencatatan selama fase aktif persalinan harus dimulai di garis waspada. Jika

17 25 pembukaan servisk mengarah kesebelah kanan garis waspada (pembukaan kurang dari 1 cm per jam), maka harus dipertimbangkan pla adanya penyulit (misalnya fase aktif yang memanjang, macet, dan lain-lain). Pertimbangkan pula adanya tindakan intervensi yang diperlukan, misalnya persiapan runjukan ke fasilitas kesehatan rujukan (rumah Sakit atau puskesmas) yang mampu menangani penyulit dan kegawat daruratan obstetri. Garis bertindak tertera sejajar dengan garis waspada, dipisahkan oleh 8 kotak atau 4 jalur ke sisi kanan, jika pembukaan serviks berada di sebelah knan garis bertindak, maka tindakan untuk menyelesaikan persalinan harus dilakukan. Ibu harus tiba di tempat rujukan sebelum garis bertindak terlampau. 4) Jam dan waktu a) Waktu mulainya fase aktif persalinan Di bagian bawah partograf (pembukaan serviks dan penurunan tertera kotak-kotak yang diberi angka 1-16 setiap kotak menyatakan waktu satu jam sejak dimulainya fase aktif persalinan. b) Waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan Di bawah lajur kotak untuk mulainya fase aktif, tertera kotakkotak untuk mencatat waktu aktual saat pemeriksaan dilakukan. Setiap kotak menyatakan satu jam penuh dan berkaitan dengan

18 26 dua kotak waktu tiga puluh menit pada lajur kotak di atasnya atau lajur kontraksi di bawahnya. 5) Kontraksi Uterus Di bawah lajur waktu patograf terdapat lima lajur kotak dengan tulisan kontraksi per 10 menit di sebelah luar kolom paling kiri. Setiap kotak menyatakan satu kontraksi. Setiap 30 menit, raba dan catat jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lamanya kontraksi dalam satuan detik. Nyatakan lamanya kontraksi dengan : 6) Obat obatan dan cairan yang diberikan a) Oksitosin Jika tetesan (drip) oksitosin sudah dimulai, dokumentasikan setiap 30 menit jumlah unit oksitosin yang diberikan per volume cairan IV dan dalam satuan tetesan per menit. b) Obat obatan lain dan cairan IV Catat semua pemberian obat-obatan tambahan dan atau cairan IV dalam kotak yang sesuai dengan kolom waktunya. 7) Kesehatan dan kenyamanan ibu a) Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh (1) Nilai dan catat nadi ibu setiap 30 menit selama fase aktif persalinan.

19 27 (2) Nilai dan catat tekanan darah ibu setiap 4 jam selama fase aktif persalinan. (3) Nilai dan catat temperatur tubuh ibu setiap 2 jam. b) Volume urine, protein dan aseton Ukur dan catat jumlah produksi urine ibu setiap 2 jam atau setiap kali ibu berkemih. Jika memungkinkan setiap kali ibu berkemih, lakukan pemeriksaan adanya aseton dalam urine. 8) Asuhan, Pengamatan dan keputusan Klinik Lainnya Catat semua asuhan lain, hasil pengamatan dan keputusan klinik di sisi luar kolom partograf, atau buat catatan terpisah tentang kemajuan persalinan. Asuhan, pengmatan dan atau keputusan klinik mencakup : a. Jumlah cairan per oral yang diberikan b. Keluhan sakit kepala atau penglihatan kabur c. Konsultasi dengan penolong persalinan lainnya d. Persiapan sebelum melakukan rujukan e. Upaya rujukan. 4. Ketepatan Penggunaan Partograf a. Definisi Ketepatan Ketepatan adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran dengan angka atau data yang sebenarnya (true value/correct result) (Bagus, 2014). Ketepatan (accuracy) merupakan ukuran kedekatan data yang diperoleh dari hasil

20 28 pengukuran dengan nilai data yang sebenarnya. Semakin tinggi tingkat ketepatan maka semakin dekat dengan nilai sebenarnya. b. Penggunaan Partograf Partograf dikatakan tepat pada saat tepat dalam penggunaannya, tepat dalam menganalisis data, tepat dalam pengisian data, dan tepat dalam pencatatan pelaporan partograf tersebut, sedangkan partograf dikatakan tidak tepat yaitu pada saat pencatatan pelaporan di akhir tindakan persalinan. Sehingga bidan secara awal tidak bisa mendeteksi secara dini proses persalinan berjalan lancar atau terkendala. Penggunaan partograf yang digunakan secara tidak tepat dan tidak konsisten, maka partograf tidak akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan persalinan dan yang lainnya. 5. Faktor faktor yang berhubungan dengan ketepatan penggunaan partograf a. Pengetahuan bidan tentang partograf Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa untuk kategori kelompok terbanyak pada kategori baik (53,6%) dan kelompok terkecil pada kategori kurang (46,6%).

21 29 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengetahuan bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan tergolong kategori baik. Tingginya pengetahuan responden ini dibuktikan dari hasil kuisioner pada indikator komponen isi partograf yaitu diperoleh jawaban benar sebesar 21 responden (75%), sisanya 7 responden (25%) menjawab salah. Responden yang menjawab salah tersebut tidak tahu penilaian air ketuban untuk selaput ketuban yang masih utuh yaitu dengan huruf U. Rogers dalam Notoatmodjo (2008) menyatakan bahwa pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting bagi terbentuknya prilaku. Prilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan langgeng daripada prilaku yang tidak didasari pengetahuan. Oleh sebab itu diperlukan suatu upaya untuk memberikan stimulus lebih kepada bidan berupa pemberian pelatihan, informsi-informasi guna meningkatkan pengetahuan bidan tentang partograf. Partograf digunakan sebagai alat untuk memantau keadaan ibu dan janin. Dengan partograf akan lebih cepat menemukan adanya persalinan abnormal yang memerlukan tindakan segera baik pembedahan kebidanan atau tindakan patologi pervaginam (Mansjoer, 2001). Oleh karena itu partograf sangat berguna sebagai acuan jalannya persalinan yang aman. Maka sebagai bidan harus benar-benar mempunyai

22 30 pengetahuan tentang partograf agar terwujud persalinan yang aman. b. Sikap bidan tentang partograf Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa sikap responden tentang partograf kelompok terbanyak sikap positif sebanyak (57,1%) dan kelompok terkecil pada kategori negatif sebanyak (42,9%). Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan tergolong kategori positif. Sikap bidan dikatakan baik apabila berani bertanggung jawab terhadap resiko dari keputusan yang telah diambilnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2010) yang menatakan sikap yang paling tinggi tingkatanya adalah bertanggung jawab terhadap apa yang telah diyakini. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, harus berani mengambil resiko. Pada bidan di wilayah kerja puskesmas Bergas menunjukkan sikap positif sebanyak 16 (57,1%) dan sikap negatif sebanyak 12 (42,9%). Selain itu juga, terdapat sikap yang paling menonjol yaitu 19 bidan menyatakan sikap sangat setuju apabila partograf

23 31 dapat digunakan sebagai alat untuk memantau kemajuan persalinan pada kala I-IV. Hal ini didukung dengan pendapat katz dalam buku wawan (2010) yang menyatakan fungsi sikap sebagai fungsi manfaat dimana bila objek sikap dapat membantu seseorang dalam mencapai tujuannya, maka orang akan bersifat positif terhadap objek tersebut. Dalam kaitan dengan pekerjaan yang sudah diatur dalam SOP maka nilai sikap petugas harus difokuskan pada nilai-nilai positif agar dapat menunjang pelayanan yang diberikan.sikap yang baik pada bidan akan menyebabkan kecenderungan berprilaku positif dalam penggunaan partograf. c. Motivasi Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Bergas Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang menunjukkan bahwa Motivasi responden tentang partograf kelompok terbanyak pada motivasi tinggi sebanyak (64,3%) dan kelompok terkecil pada motivasi rendah sebanyak (35,7%). Jadi dapat disimpulkan bahwa Motivasi bidan tentang penggunaan partograf pada pertolongan persalinan tergolong kategori tinggi. Tingginya motivasi responden ini dibuktikan dari hasil kuisioner pada indikator penggunaan partograf karena merasa

24 32 kewajiban yaitu diperoleh jawaban Sangat setuju sebesar 19 responden (67,85%), sisanya 6 responden (21,42%) menjawab setuju 1 responden (2,57%) menjawab tidak setuju dan 2 responden (7,14%) menjawab sangat tidak setuju. Responden yang menjawab tidak setuju dan sangat tidak setuju tersebut motivasinya masih rendah untuk menggunakan partograf. Motivasi yang paling kuat adalah motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang, sebab kita dengan sadar ingin melakukan sesuatu bukan karena imbalan, pujian, hukuman dan lain-lain tetapi karena kita memang menginginkannya pernyatan ini didukung oleh Gibson et.al dalam notoatmodjo (2010) yang menyatakan motivasi adalah semua kondisi yang memberi dorongan dari dalam seseorang yang digambarkan sebagai keinginan, kemauan, dorongan, atau keadaan dalam diri seseorang yang mengaktifkan atau menggerakkan. d. Masa kerja Seorang bidan yang telah memiliki masa kerja/praktik yang relatif lama, dapat dikatakan bidan senior. Dalam kebidanan semakin lama menekuni pekerjaannya maka bidan tersebut semakin terampil oleh karena menjadi terbiasa melakukan pekerjaannya sebagai bidan. Dengan demikian bidan yang mempunyai masa kerja lama akan lebih terampil dibandingkan dengan bidan pemula.

25 33 Menurut Nursalam dan Pariani. (2001) memecahkan suatu permasalahan dapat berdasarkan observasi dan pengalaman sebelumnya, dan menurut Gibson (1996) bahwa masa kerja sebagai variabel individu mempunyai efek secara tidak langsung dengan perilaku dan kinerjaindividu.lahirnya IBI tanggal 24 Juni 1951 yang dibidani oleh bidan-bidan senior kala itu dan ketuanya adalah Bidan Fatimah Muin. Pada awalnya didasari rasa keprihatinan dan kesadaran untuk membela, mempertahankan dan memelihara kepentingan bangsa dan kepentingan masyarakat umumnya, kepentingan perempuan/wanita serta kepentingan bidan khususnya. Diputuskan beberapa kesepakatan yang dapat dikategorikan visi dan misi IBI. Organisasi ini terus berkembang, dilaksanakannya konggres pertama dan seterusnya, selanjutnya organisasi dan kepemimpinan IBI di evaluasi dalam kurun waktu 5 tahun. Surat Ijin Praktik Bidan, sertfikasi Uji Kompetensi bidan dan sertifikasi Bidan Delimajuga diperbaharui setiap 5 tahun. Seperti halnya pada penilaian kinerja, rentang waktu penilaian panjang adalah 5 tahun atau 10 tahun, pertama, kedua, ketiga dan seterusnya, dalam mendapatkan penghargaan, oleh sebab itu masa kerja bidan dikategorikan masa kerja < 5 tahun (Baru) dan 5tahun (lama) (Lukmawati, 2008).

26 34 e. Pelatihan Pelatihan adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari para karyawan yang sesuai dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan. Pelatihan ini merupakan proses sistematik pengubahan perilaku para karyawan dalam suatu arah guna meningkatkan tujuan-tujuan organisasional (Simamora, 2006). f. Keyakinan dan kepercayaan Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran (Vardiansyah, 2008). Seorang bidan dalam melakukan pelayanan harus yakin dan percaya dengan tindakan yang diberikan seperti dalam penggunaan partograf yang secara rutin dapat dipastikan bahwa ibu dan bayinya mendapatkan asuhan persalinan secara aman, adekuat dan tepat waktu, serta membantu mencegah terjadinya penyulit yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka (JNPKR, 2008) g. Dukungan pimpinan Dalam teori Gito Sudarmo dan Mulyono yang dikutip Afriani (2012) terdapat dua macam dorongan terkait dengan

27 35 bersedianya karyawan atau pekerja untuk bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Dorongan pertama adalah motivasi finansial, dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan finansial kepada karyawan, dimana imbalan tersebut sering disebut insentif. Dorongan kedua adalah motivasi nonfinansial, dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial atau uang, akan tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusia, dan lain sebagainya.pada motivasi finansial, para karyawan akan terdorong untuk bekerja sungguh-sungguh dengan harapan bisa mendapatkan upah atau imbalan setelah mereka selesai menyelesaikannya. 6. Penelitian terkait Penulis menemukan beberapa penelitian yang serupa, dapat diuraikan sebagai berikut : 1) Dwi Astuti (2014) dengan judul Hubungan Motivasi dan Sikap Bidan dengan Kelengkapan Pengisian Partograf di RB dan BPS Wilayah Kerja IBI Ranting Ngemplak Boyolali Tahun 2014 Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan motivasi dan sikap bidan dengan kelengkapan pengisian partograf di RB dan BPS wilayah kerja IBI ranting Ngemplak Boyolali. Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian

28 36 observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh bidan di wilayah kerja IBI ranting Ngemplak, Boyolali. Pemilihan sampel dengan purposive sampling sebanyak 30 bidan. Uji statistik menggunakan Fisher Exact dengan menggunakan SPSS 17. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara motivasi bidan (p= 0,013) dan ada hubungan antara sikap bidan (p= 0,045) dengan kelengkapan pengisian partograf di Wilayah Kerja IBI Ranting Ngemplak, Boyolali. 2) Sari (2013) dengan judul Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan bidan dengan penggunaan penerapan partograf di ruang kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study. Pengumpulan data primer melalui wawancara terhadap 24 bidan yang menjadi responden. Data sekunder diperoleh pada RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango. Semua analisis data dilakukan dengan bantuan komputer yaitu SPSS Hasil penelitian menunjukan bahwa p value = 0,039 dan derajat kemaknaan α = 0,05 (0,039 < 0,05), ini artinya nilai P < 0,05. Kesimpulan;

29 37 ada hubungan signifikan antara pengetahuan bidan dengan penggunaan penerapan partograf diruang kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolang. B. Kerangka Toeri Dari daftar pustaka yang telah diuraikan sebelumnya, dapat dibuat kerangka teori sebagai berikut : 1. Pengetahuan 2. Sikap 3. Motivasi 4. Masa Kerja 5. Pelatihan 6. Keyakinan dan Kepercayaan 7. Dukungan Pimpinan Ketepatan Penggunaan Partograf Ket : : Diteliti : Tidak diteliti 2.1 Skema Kerangka Teori C. Kerangka Konsep Dari kerangka teori diatas, maka didapat kerangka konsep sebagai berikut : Variabel Independen Variabel Dependen 1. Pengetahuan 2. Sikap Ketepatan Penggunaan Partograf 2.2 Skema Kerangka Konsep D. Hipotesis

30 38 Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya(arikinto,2009). Ha : Adanya hubungan pengetahuan bidan tentang partograf dengan ketepatan penggunaan partograf. Ha : Adanya hubungan sikap bidan tentang partograf dengan ketepatan penggunaan partograf

ASUHAN KALA I PARTOGRAF. By : ADE. R. SST

ASUHAN KALA I PARTOGRAF. By : ADE. R. SST ASUHAN KALA I PARTOGRAF By : ADE. R. SST Pengertian Partograf terdiri dari 2 kata Parto :Partus :melahirkan Graf :grafik Partograf adlah alat bantu berupa grafik untuk membantu memantau kemajuan persalinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PARTOGRAF 1. Pengertian Partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama persalinan (Sarwono, 2010). Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala I persalinan

Lebih terperinci

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf

PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF. Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf PANDUAN MEDIK BLOK KEHAMILAN DAN MASALAH REPRODUKSI 3.1 PARTOGRAF Tujuan Belajar : Mahasiswa mampu melakukan pengisian partograf Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama fase aktif persalinan.

Lebih terperinci

cara mengisi partograf

cara mengisi partograf cara mengisi partograf Cara pengisian partograf yang benar adalah sesuai dengan pedoman pencatatan partograf. Menurut Depkes RI (2008) cara pengisian partograf adalah sebagai berikut: 1) Lembar depan partograf.

Lebih terperinci

PENGISIAN PARTOGRAF. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

PENGISIAN PARTOGRAF. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi PENGISIAN PARTOGRAF Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Merupakan pemantauan persalinan yang mudah dan tidak mahal sera dapat di prin ulang. Diagram pemantauan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PARTOGRAF APN 2.1.1. Pengertian Partograf adalah catatan grafik mengenai kemajuan persalinan untuk memantau keadaan ibu dan janin, untuk menentukan adanya persalinan abnormal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penggunaan Partograf 1. Definisi Penggunaan Penggunaan adalah proses, cara, perbuatan menggunakan sesuatu, pemakaian (KBBI, 2005). Penggunaan (penerapan) adalah suatu tindakan

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PARTOGRAF DI KECAMATAN TAWANGMANGU. Silviana Yanuardi Putri, Luluk Nur Fakhidah 1

TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PARTOGRAF DI KECAMATAN TAWANGMANGU. Silviana Yanuardi Putri, Luluk Nur Fakhidah 1 ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN BIDAN TENTANG PARTOGRAF DI KECAMATAN TAWANGMANGU Silviana Yanuardi Putri, Luluk Nur Fakhidah 1 Mahasiswa AKBID Mitra Husada Karanganyar 2 Dosen AKBID Mitra Husada Karanganyar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango

Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Hubungan Pengetahuan Bidan Dengan Penerapan Penggunaan Partograf di Ruang Kebidanan RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango Suwarly Mobiliu Dosen Politekes Gorontalo msuwarly@yahoo.co.id ABSTRAK Sebagian

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGISIAN PARTOGRAF PADA MAHASISWI TINGKAT II AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGISIAN PARTOGRAF PADA MAHASISWI TINGKAT II AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGISIAN PARTOGRAF PADA MAHASISWI TINGKAT II AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN Erni Yuliastuti 1, YP. Rahayu 2, Azizah Yasmin 3 1 Dosen Poltekes Kemenkes Banjarmasin

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONDOK MEJA TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONDOK MEJA TAHUN 2016 Jurnal Bahana Kesehatan Masyarakat Vol.1 No.2 Edisi November ISSN 2580-0590 HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF DI DESA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONDOK MEJA TAHUN 2016 Ika Murtiyarini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuhan Persalinan Normal (APN) 2.1.1. Definisi Asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya,

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 11 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PENDIDIKAN BIDAN DENGAN PENGGUNAAN PARTOGRAF DI PUSKESMAS PAGADEN PERIODE MARET SAMPAI JULI 2008 Novie E. Mauliku, Nurbaeti, Indrianti Windaningsih ABSTRAK Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai progresif

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI SEMESTER VI TENTANG PARTOGRAF DI PRODI D III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI SEMESTER VI TENTANG PARTOGRAF DI PRODI D III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI SEMESTER VI TENTANG PARTOGRAF DI PRODI D III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA TAHUN 2013 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Tugas Akhir Pendidikan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA PUSKESMAS BONTONOMPO II KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA

PEMERINTAH KABUPATEN GOWA PUSKESMAS BONTONOMPO II KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA Teakanan Darah Turunnya Serviks (cm), Beri Tanda X Turunnya Kepala, Beri Tanda O Sentimeter (cm) PEMERINTAH KABUPATEN GOWA KEC. BONTONOMPO KAB. GOWA Jln. Bontocaradde, KeL. TamaLLayang, Kec. Bontonompo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab

BAB I PENDAHULUAN. eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran. Sebagian besar penyebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, terutama disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan, eklampsia, sepsis, dan komplikasi keguguran.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Partograf Selama ini pencatatan dan pelaporan persalinan yang dilakukan sehari - hari di tempat pelayanan kesehatan meliputi: Pencatatan dalam Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN BIDAN DI DESA DALAM PEMANFAATAN PARTOGRAF DI KABUPATEN BANJAR TAHUN 2013 Erni Yuliastuti 1, Rafidah 2, Hapisah 3 ABSTRAK Partograf sebagai alat bantu dalam pemantauan

Lebih terperinci

PENILAIAN PENGGUNAAN PARTOGRAF APN OLEH BIDAN PUSKESMAS PONED KOTA MEDAN

PENILAIAN PENGGUNAAN PARTOGRAF APN OLEH BIDAN PUSKESMAS PONED KOTA MEDAN LAMPIRAN 1 PENILAIAN PENGGUNAAN PARTOGRAF APN OLEH BIDAN PUSKESMAS PONED KOTA MEDAN Identitas Bidan a. Nama : b. Umur : c. Alamat Praktek : d. No telfon/hp : Karakteristik Responden 1. Umur : : 2. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK Kasmuning*, Faizzatul Ummah**..............................ABSTRAK........................................................

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir (JNPK-KR, 2012). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. SISTEM RUJUKAN 1. Definisi Rujukan adalah suatu kondisi yang optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap yang diharapkan

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN PARTOGRAF OLEH BIDAN DALAM MONITORING PERSALINAN PADA BIDAN DI KECAMATAN SANDEN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2008

EVALUASI PENGGUNAAN PARTOGRAF OLEH BIDAN DALAM MONITORING PERSALINAN PADA BIDAN DI KECAMATAN SANDEN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2008 EVALUASI PENGGUNAAN PARTOGRAF OLEH BIDAN DALAM MONITORING PERSALINAN PADA BIDAN DI KECAMATAN SANDEN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA TAHUN 2008 KARYA TULIS ILMIAH Digunakan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MASA KERJA BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DI WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI TAHUN 2013 ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

Oleh : Dr. HOTMA P. PASARIBU, SpOG

Oleh : Dr. HOTMA P. PASARIBU, SpOG PERSALINAN NORMAL Oleh : Dr. JENIUS L. TOBING, SpOG Dr. HOTMA P. PASARIBU, SpOG DEFINISI Persalinan proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari rahim ibu, dianggap normal usia kehamilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan penelitian cross sectional yaitu rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan penelitian cross sectional yaitu rancangan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan penelitian cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Lampiran. LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr. Wb / Salam Sejahtera Dengan Hormat, Nama saya Suriyama, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan

Lebih terperinci

Pitria Wulandari Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT

Pitria Wulandari Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BIDAN TERHADAP PENGGUNAAN PARTOGRAF PADA PERTOLONGAN PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BERGAS KECAMATAN BERGAS KABUPATEN SEMARANG Pitria Wulandari Program

Lebih terperinci

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp

KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp ASUHAN KEPERAWATAN SELAMA PERSALINAN DAN MELAHIRKAN. ESTI YUNITASARI, S.Kp TANDA PERSALINAN : KELUAR LENDIR BERCAMPUR DARAH (BLOODY SHOW) TERDAPAT HIS YANG ADEKUAT DAN TERATUR TERDAPAT PEMBUKAAN/DILATASI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap. tahun, dan ini merupakan kehamilan ibu yang pertama. digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pengumpulan Data Dasar Secara Lengkap Dari data subjektif didapatkan hasil, ibu bernama Ny. R umur 17 tahun, dan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang memperlihatkan perbedaan yang mencolok bila dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang memperlihatkan perbedaan yang mencolok bila dibandingkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini angka kematian ibu di negara maju dan negara berkembang memperlihatkan perbedaan yang mencolok bila dibandingkan dengan indikator kesehatan masyarakat lainnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Menurut Profil Kesehatan Indonesia (2013) Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi salah satu indikator penting dari derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan SDKI (Survei Dasar

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT II TENTANG PARTOGRAF DI PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT II TENTANG PARTOGRAF DI PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH i TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI TINGKAT II TENTANG PARTOGRAF DI PRODI DIPLOMA III KEBIDANAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP PENTINGNYA PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS NAMTABUNG KEC. SELARU KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Fasiha (Poltekkes Kemenkes Maluku) ABSTRAK Sistem

Lebih terperinci

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA

NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER. Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA NORMAL DELIVERY LEOPOLD MANUEVER Dr.Cut Meurah Yeni, SpOG Bagian Obstetri & Ginekologi FK Unsyiah/RSUD-ZA PERSALINAN NORMAL 3 faktor yang menentukan prognosis persalinan, yaitu : Jalan lahir (passage)

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR PENELITAN GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG OPERASI SECTIO CAESAR DI BKIA RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA Ilham*, Eny**, Herliana*** Akademi Keperawatan William Booth Surabaya Abstrak Sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim

BAB II TINJAUAN TEORI. a. Pengertian Kanker Leher Rahim 7 BAB II TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Teori 1. Kanker Serviks a. Pengertian Kanker Leher Rahim Kanker adalah pertumbuhan abnormal dari suatu sel atau jaringan dimana sel atau jaringan tersebut tumbuh dan

Lebih terperinci

PROPOSAL HUBUNGAN MOTIVASI DAN SIKAP BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN PARTOGRAF DI RB DAN BPS WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI

PROPOSAL HUBUNGAN MOTIVASI DAN SIKAP BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN PARTOGRAF DI RB DAN BPS WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI PROPOSAL HUBUNGAN MOTIVASI DAN SIKAP BIDAN DENGAN KELENGKAPAN PENGISIAN PARTOGRAF DI RB DAN BPS WILAYAH KERJA IBI RANTING NGEMPLAK BOYOLALI Proposal Skripsi Ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi derajat kesehatan di suatu wilayah digambarkan dalam berbagai indikator derajat kesehatan. Indikator yang dinilai dan telah disepakati secara nasional sebagai

Lebih terperinci

Lampiran 1 PENGANTAR KUESIONER Kepada Yth: Ibu Pimpinan Bidan Praktik Swasta di Kabupaten Bantul

Lampiran 1 PENGANTAR KUESIONER Kepada Yth: Ibu Pimpinan Bidan Praktik Swasta di Kabupaten Bantul Lampiran 1 PENGANTAR KUESIONER Kepada Yth: Ibu Pimpinan Bidan Praktik Swasta di Kabupaten Bantul Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sulistyaningsih,

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI DI KABUPATEN BANTUL. Abstract

PENERAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI DI KABUPATEN BANTUL. Abstract PENERAPAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA BIDAN PRAKTIK MANDIRI DI KABUPATEN BANTUL Dheska Arthyka Palifiana, Sri Wulandari Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta dheska87@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga nantikan selama 9

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan berawal dari pembukaan dan dilatasi serviks sebagai akibat kontraksi uterus dengan frekuensi, durasi, dan kekuatan yang teratur. Mulamula kekuatan yang muncul

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di Wilayah Kerja Puskesmas Karangdadap Kabupaten Pekalongan, ada beberapa hal yang ingin penulis uraikan, dan membahas asuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DALAM MEMONITOR PERSALINAN DI RSUD KOTA SURAKARTA

PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DALAM MEMONITOR PERSALINAN DI RSUD KOTA SURAKARTA PELAKSANAAN PENDOKUMENTASIAN LEMBAR PARTOGRAF DALAM MEMONITOR PERSALINAN DI RSUD KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Kesehatan Masyarakat Disusun

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan Persalinan atau Partus adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui jalan lahir vagina ke dunia luar ( Wiknjosastro,

Lebih terperinci

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama Saya Fauziah, sedang menjalani sedang menjalani pendidikan di

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN. Nama Saya Fauziah, sedang menjalani sedang menjalani pendidikan di LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalammualaikum Wr. Wb/ Salam Sejahtera Dengan Hormat, Nama Saya Fauziah, sedang menjalani sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya kematian ibu dan perinatal menjadi ukuran kemampuan pelayanan obstetri suatu negara. Di Indonesia, pada tahun 2008 penyebab langsung kematian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah hasil dari Tahu dan ini akan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1 Interprofessional Education (IPE) a. Pengertian IPE Interprofessional education (IPE) adalah metode pembelajaran yang interaktif, berbasis kelompok, yang dilakukan

Lebih terperinci

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : ,

Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari * *Korespondensi Penulis, Telepon : , HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA - TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN KUNJUNGAN KEHAMILAN K4 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI JINGAH BANJARMASIN Agus Byna 1, Laurensia Yunita 2, Indah Ratna Sari

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA

PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA PENGARUH TEKNIK BIRTHBALL TERHADAP LAMANYA PERSALINAN KALA I DI BPS HERANOVITA KABUPATEN ACEH UTARA Sinopsis Rencana Tesis Oleh : Husna Maulida, SST BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bahwa tujuan nasional bangsa Indonesia adalah untuk melindungi segenap bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Dalam alinea ke IV pembukaan UUD 1945 disebutkan bahwa tujuan nasional bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat generik sering diasumsikan sebagai obat dengan kualitas yang rendah. Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai obat generik menjadi faktor utama yang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang

BAB III KERANGKA PENELITIAN. membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel yang BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Konsep adalah abstraksi dari suatu realita agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antara variabel, baik variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kemampuan Harus diakui bahwa setiap aktivitas yang dilakukan haruslah dilandasi dengan kemampuan. Tanpa kemampuan, apapun yang dilakukan akan sulit dicapai. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi Pengetahuan Pengetahuan (know ladge) adalah hasil atau dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what (Notoatmodjo, 2010). Lebih dijelaskan lagi

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DIPUSKESMAS CAWAS Wiwin Hindriyawati 1, Rosalina 2,Wahyuni 2 INTISARI Latar Belakang: Prevalensi

Lebih terperinci

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia

Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian neonatus, yaitu : 1. Hipotermia 2. Asfiksia Pendahuluan Komplikasi obstetri yang menyebabkan tingginya kasus kesakitan dan kematian ibu di banyak negara berkembang, yaitu : 1. Perdarahan pasca persalinan 2. Eklampsia 3. Sepsis 4. Keguguran 5. Hipotermia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan dan Sikap 2.1.1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menuturkan apabila seseorang mengenal tentang sesuatu. Suatu hal yang

Lebih terperinci

Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012

Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012 Faktor-Faktor Yang Menpengaruhi Kinerja Bidan Puskesmas Dalam Penanganan Ibu Hamil Risiko Tinggi di Kabupaten Pontianak Tahun 2012 ABSTRAK Emy Yulianti Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kemenkes Pontianak

Lebih terperinci

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI

ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI ASUHAN KEBIDANAN PADA Ny I GII P I00I INPARTU DENGAN GEMELLI Kustini Dosen Program Studi Diploma III Kebidanan Universitas Islam Lamongan ABSTRAK Persalinan gemelli merupakan salah satu penyebab kematian

Lebih terperinci

KALA 1. Nama: Diah Ayu Ningsih (kelompok: 11) NIM: 09013. milik: Misi Asriani (kelompok: 1) Yang di kritisi:

KALA 1. Nama: Diah Ayu Ningsih (kelompok: 11) NIM: 09013. milik: Misi Asriani (kelompok: 1) Yang di kritisi: Nama: Diah Ayu Ningsih (kelompok: 11) NIM: 09013 milik: Misi Asriani (kelompok: 1) Yang di kritisi: KALA 1 DAGNOSIS Ibu sudah dlm persalinan kala 1jk pembukaan serviks kurang dr 4 cm dan kontraksi terjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keselamatan Pasien (Patient Safety) a. Definisi Keselamatan Pasien (Patient Safety) Patient safety adalah prinsip dasar dari perawatan kesehatan (WHO). Keselamatan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS) dalam Pengaplikasian 58 Langkah Asuhan

BAB III KERANGKA PENELITIAN. Mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS) dalam Pengaplikasian 58 Langkah Asuhan BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bidan Praktek Swasta (BPS) dalam Pengaplikasian 58 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran lokasi penelitian Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang terletak di Jalan Sambiroto Semarang. Letak Geografis & Wilayah Kerja terletak

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015 Heriani STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII Kebidanan Email: herianibiomedik@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. tertentu.penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN HUBUNGAN PENGETAHUAN BIDAN TENTANG SDIDTK TERHADAP PELAKSANAAN SDIDTK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN KARANGANOM KLATEN Endah Purwaningsih, Yunita Trihapsari ABSTRAK Program Stimulasi, Deteksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kesehatan ibu dan anak di Indonesia saat ini masih sangat penting untuk di tingkatkan serta mendapat perhatian khusus. Berdasarkan data terakhir Survei Demografi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA Retno Setyo Iswati Tenaga Pengajar Prodi DIII Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI Aniq Maulidya, Nila Izatul D III Kebidanan Politeknik Harapan Bersama Jalan Mataram No.09 Tegal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Definisi Perilaku Menurut Kwick dalam Azwar (2007), perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Skiner

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Kelurahan Tomulabutao berlokasi di Kecamatan Dungingi Kota Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal) a. Pelatihan Mathis (2006) menyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses dimana orangorang mencapai kemampuan tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari pengindraan atau hasil tahu seseorang dan terjadi terhadap objek melalui indra yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF SECARA LENGKAP OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF SECARA LENGKAP OLEH BIDAN PRAKTEK MANDIRI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG E A T Volume7, Nomor 1, Juni 2016 Jurnal Kesehatan Medika Saintika Vol 7 (1) Jurnal Kesehatan Medika Saintika http://jurnal.syedzasaintika.ac.id FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGISIAN PARTOGRAF

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN DETEKSI DININ FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DIN WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTABARU KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2013 Tri Tunggal 1, Syamsuddin Alan 2, Hj.Chairiyah 3 ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persalinan adalah suatu proses fisiologis yang memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat melahirkan janinnya melalui jalan lahir. Ini didefinisikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSALINAN KALA I MEMANJANG DENGAN KESEJAHTERAAN JANIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN PERSALINAN KALA I MEMANJANG DENGAN KESEJAHTERAAN JANIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN PERSALINAN KALA I MEMANJANG DENGAN KESEJAHTERAAN JANIN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut WHO merupakan kematian selama kehamilan atau setelah 42 hari

BAB I PENDAHULUAN. menurut WHO merupakan kematian selama kehamilan atau setelah 42 hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator yang menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara. Kematian ibu menurut WHO merupakan kematian selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas.

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan ibu dan anak sebagian dari tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dikarenakan masih tingginya angka kematian dan kesakitan ibu serta angka kematian bayi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami 1. Pengertian Peran adalah perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215). Peran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

Lebih terperinci

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal Persalinan Normal 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal PERSALINAN NORMAL 60 Langkah Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat KEGIATAN I. MELIHAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia lebih dari ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia lebih dari ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2012 memperkirakan di seluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin. Di Indonesia menurut

Lebih terperinci

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes PENDAHULUAN Latar Belakang GAMBARAN RUJUKAN PERSALINAN SEBELUM DAN SESUDAH PROGRAM JAMINAN PERSALINAN (JAMPERSAL) DI RUMAH SAKIT Dr. HARYOTO LUMAJANG Moh. Wildan (Program Studi D.4 Kebidanan Jember, Poltekkes

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komplikasi persalinan pada ibu dan bayi baru lahir sebagai faktor penyebab tingginya angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), dalam pertolongan persalinan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR ,Jurnal Karya Tulis Ilmiah FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PELAKSANAAN ANTENATAL CARE TERINTEGRASI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KRUENG BARONA JAYA KABUPATEN ACEH BESAR Fitryana. M Mahasiswi Pada STIKes

Lebih terperinci