BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kesadaran Multikutural. Pedersen, 1985 (Jumarin, 2002) menyatakan bahwa konseling disebut

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kesadaran Multikutural. Pedersen, 1985 (Jumarin, 2002) menyatakan bahwa konseling disebut"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kesadaran Multikultural Pengertian Kesadaran Multikutural Pedersen, 1985 (Jumarin, 2002) menyatakan bahwa konseling disebut multikultural apabila mempertimbangkan usia, gaya hidup, status sosial ekonomi, perbedaan jenis kelamin. Namun bila dalam proses konseling multikultural tidak mempertimbangkan latar belakang budaya konseli, hal ini akan menjadi penghambat kelancaran proses konseling serta dapat merugikan klien. Pedersen (1991) beranggapan bahwa konseling multikultural dipandang sebagai kekuatan keempat (fourth force), melengkapi tiga kekuatan yang lain, psikoanalisis, behavioris dan humanis dalam memahami perilaku manusia. Perbedaan dalam latar belakang ras atau etnik, kelas sosial ekonomi dan pola bahasa dapat menimbulkan masalah dalam hubungan konseling, dari awal pengembangan hubungan yang akrab dan saling mempercayai (rapport) antara konseli dan konselor, penstrukturan suasana konseling, sampai peniadaan sikap menolak dari klien (Pedersen,dkk.,1976). Pedersen (2000) mendefinisikan kesadaran budaya sebagai kemampuan untuk memahami konteks budaya dari sudut pandang budaya sendiri serta orang lain. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan multikultural sangat bermanfaat dalam membangun kepercayaan dan hubungan yang positif antara konselor dengan konseli. Pedersen juga mencatat bahwa kesadaran konselor 8

2 multikultural melalui pemahaman budaya dapat memperkuat antara ikatan konselor dan konseli. Dalam Kode Etik Konseling Amerika dirumuskan bahwa kompetensi multikultural sebagai kapasitas konselor yang memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang keberagaman budaya pada diri sendiri dan orang lain, dan bagaimana kesadaran dan pengetahuan tersebut diterapkan secara efektif dalam praktik terhadap konseli dan kelompok konseli (American Psichologycal Association, 2006). Tuntutan mengenai kesadaran multikultural tersebut dijelaskan pula dalam Kode etik ABKIN pada Bab II.A konselor harus secara aktif untuk memahami perbedaan latar belakang budaya yang dimiliki konseli. Dari kedua kode etik di atas dapat disimpulkan bahwa seorang konselor dituntut untuk memiliki kesadaran dan pengetahuan mengenai keberagaman budaya yang ada pada dirinya maupun diri konseli Etik dan Emik Menurut pendapat Fukuyama, 1990 (Jumarin, 2002) menyatakan bahwa pengertian dari istilah etik dan emik adalah sebagai berikut: a. Pendekatan etik (culturally generalized) yaitu pendekatan yang melibatkan peneliti yang berasal dari budaya tertentu. b. Pendekatan emik (culturally spesific) mengacu pada pandangan bahwa data penelitian konseling lintas budaya harus dilihat dari sudut pandang budaya subyek yang diteliti atau indigenneous (budaya asli) 9

3 2.1.3 Syarat Kompetensi Konselor Dalam Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) yang diusulkan oleh ABKIN (2007) serta ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Permendiknas) Nomor 27 tahun 2008, pasal I ayat 1 menyatakan bahwa untuk dapat diangkat sebagai konselor, seseorang wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetesi konselor yang berlaku secara nasional. Dalam Permendiknas No 27 tahun 2008 poin A dijelaskan pula bahwa kompetensi konselor mencakup: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan professional yang berkualitas akademik minimal Sarjana Pendidikan (S-1) dan Pendidikan Profesi. Sedangkan Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Permendikbud) Nomor 111 Tahun 2014, pasal 1 No 4 menyatakan bahwa Guru Bimbingan dan Konseling adalah Pendidik yang berkualifikasi akademik minimal sarjana Pendidikan (S-1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling dan memiliki kompetensi di bidang Bimbingan dan Konseling. Sedangkan dalam Permendiknas No 27 tahun 2008, kompetensi Profesional No 16, menyatakan bahwa konselor dituntut untuk memiliki kesadaran dan komitmen terhadap profesi. Kesadaran dalam memberikan layanan kepada klien berasal dari latar belakang yang berbeda dan professional dalam memberikan layanan, sehingga konselor dituntut untuk mengesampingkan kepentingan pribadi di atas kepentingan konseli. Dan di dalam kompetensi Kepribadian, Indikator No 6.3, dituliskan bahwa seorang konselor dituntut untuk 10

4 memiliki sikap peka, bersikap empati, serta menghormati keragaman budaya dan perubahan Faktor Yang Mempengaruhi Konseling Lintas Budaya Adapun faktor-faktor yang secara signifikan mempengaruhi proses konseling lintas budaya adalah: a. Keadaan demografi yang meliputi jenis kelamin, umur, tempat tinggal b. Variabel status seperti pendidikan, politik dan ekonomi, serta variabel etnografi seperti agama, adat, system nilai (Arreedondo & Gonsalves, 1980, Canary & Levin dalam Chinapah, 1997: Speoght dkk, 1991, Pedersen, 1991 Lipton dalam Westbrook & Sedlacek, 1991 sebagaimana dikutip oleh soedardji, 2011) Kompetensi Yang Harus Dimiliki Konselor Multikultural Pedersen (2003) menyatakan bahwa kesadaran multikultural merupakan fondasi dan modal dari kompetensi multikultural yang harus dimiliki seorang konselor multikultural. Kesadaran multikultural penting dimiliki seorang konselor, untuk mempersiapkan diri menghadapi konseli yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Menurut Pedersen,1980 (dalam Carter,1991) konseling lintas budaya memiliki tiga elemen yaitu: 1. Konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan melakukan konseling dalam latar belakang budaya (tempat) klien. 11

5 2. Konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan melakukan konseling dalam latar belakang budaya (tempat ) konselor. 3. Konselor dan klien berasal dari latar belakang budaya yang berbeda dan melakukan konseling di tempat yang berbeda pula Sumber Hambatan yang Dapat Menimbulkan Kurangnya Kesadaran Multikultural Bila konselor kurang memiliki kesadaran mengenai beragam budaya yang ada di Indonesia, maka akan mengakibatkan suatu hambatan dalam berkomunikasi dengan konseli, hal ini telah diulas oleh Pedersen, dkk (Prayitno & Erman, 2009) yang menyatakan bahwa ada lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi dan penyesuaian diri antarbudaya, yaitu perbedaan bahasa, komunikasi non verbal, stereotip, kecenderungan menilai dan kecemasan.untuk meminimalisir hambatan dalam berkomunikasi dengan konseli, seorang konselor harus peka terhadap keberagaman budaya yang ada di Indonesia. 2.2 Cara Mengukur Kesadaran Multikultural dengan Menggunakan instrument Multicultural Awareness Knowledge, Skill, Survey Conselor Edition Revised (MAKSS-CE-R) Kim, B.S.K, et al menyatakan bahwa MAKSS-CE-R merupakan instrument Non tes. Instrument ini terdiri dari tiga sub skala, yaitu kesadaran multikultural, pengetahuan multikultural dan keterampilan multikultural. Dalam mengukur Kesadaran Multikultural Mahasiswa BK FKIP UKSW angkatan 2013 penulis menyebarkan Instrumen yang diadaptasi dari MAKSS-CE-R yang dikembangkan oleh Kim, Cartwright, Asay & D Andrea (2003). Dalam setiap 12

6 item sub skala yang mendukung, pilihan sangat baik = 4, Baik = 3, Terbatas = 2 dan Sangat Terbatas = 1. Skor ini menunjukkan bahwa semakin baik kesadaran multikultural mahasiswa BK FKIP UKSW angkatan 2013, maka diketahui bahwa mahasiswa BK FKIP UKSW semakin siap dalam menghadapi konseli yang multikutural. Namun pada kenyataannya, kesadaran mutikultural Mahasiswa BK FKIP UKSW masuk dalam kategori terbatas, maka perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran multikultural Mahasiswa BK FKIP UKSW Angkatan Paket Belajar Pengertian Paket Belajar Joni,T Raka,dkk (1985) mendefinisikan bahwa pengertian paket belajar adalah suatu program yang dimodularisasikan dan dikembangkan dengan pendekatan sistem sehingga benar- benar bertolak dan bermuara pada perangkat kompetensi yang dikehendaki Tujuan Paket Belajar Pembuatan sebuah Paket Belajar bertujuan untuk membantu para pengajar dalam penyiapan kondisi belajar yang lebih baik, yang menyangkut aspek akademik, yaitu meningkatkan kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar, melalui peningkatan keterampilan menggunakan Paket Belajar. 13

7 2.3.3 Karakteristik Paket Belajar Karakteristik Paket Belajar telah dispesifikasi dalam bentuk penstrukturan kegiatan belajar mengajar yang kaya dengan berbagai variasi, sehingga dapat memberikan efek pengiring yang sama efektifnya dengan pencapaian tujuan-tujuan instruksional. Sebuah paket belajar terdiri dari bahan, alat dan tata cara yang tertata secara sistematis. Paket Belajar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut : A. Petunjuk Umum (Bagian I) dibuat untuk guru dan siswa serta mengandung komponen-komponen : a. Rasionel b. Tujuan, yang terdiri dari : tujuan instruksional Umum / TUK, tujuan Instruksional Khusus / TKP dan kemampuan yang didukung c. Prasyarat d. Bahan/ Media / Sumber (daftarnya saja) e. Kegiatan Belajar- Mengajar B. Petunjuk Guru (bagian II), yang khusus disiapkan untuk guru dan mencakup : 14

8 a. Rangkuman Kegiatan Belajar Mengajar b. Rasionel Struktur Kegiatan c. Petunjuk Pelaksaan Khusus d. Penilaian, yang mencakup Prosedur, Jenis dan Alat, Penilaian, Rasionel Struktur Kegiatan, Tes, Kunci, Cara menilai dan Kriteria pencapaian C. Bahan/Media/Sumber (bagian III), yang memuat segala bahan/ media / sumber (terutama dalam bentuk cetakan, sedangkan yang berbentuk lain di tunjuk tempat penyimpanannya), misalnya : Bahan/ materi yang harus dipelajari, Lembar panduan, Diagram, Gambar-gambar dan lain-lain. Paket belajar memiliki karakteristik yang berbeda dengan bentuk kegiatan belajarmengajar yang lain. Karakteristik tersebut yaitu : a) Menganut pendekatan sistem b) Mencakup satu satuan bahasan yang utuh sebagai pendukung tercapainya kompetensi tertentu. c) Merupakan perangkat utuh yang menyediakan segala alat, bahan, dan cara untuk mencapai tujuan tertentu. d) Menyediakan alternatif-alternatif kegiatan belajar mengajar yang kaya dengan variasi yang dapat dipilih siswa sesuai dengan minat dan kemampuannya 15

9 e) Dapat digunakan mahasiswa, dengan atau tanpa bantuan guru f) Menyediakan seperangkat petunjuk penggunaan, baik bagi siswa maupun bagi dosen, termasuk cara memberikan/ memperoleh balikan. g) Mencantumkan rasionel dari setiap tindakan instruksional yang disarankan Fungsi Paket Belajar Dalam Kegiatan Belajar Mengajar Dilihat dari karaktersitiknya, Paket Belajar memiliki fungsi yang penting dalam kegiatan belajar mengajar yaitu: a. Memberikan petunjuk yang jelas bagi guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar b. Menyediakan bahan/alat yang lengkap yang diperlukan untuk setiap kegiatan. c. Merupakan media penghubung antara guru dan siswa. d. Dapat dipakai oleh siswa sendiri dalam mencapai kemampuan yang telah ditetapkan e. Dapat dipakai sebagai program perbaikan, bila siswa gagal mencapai tujuan dengan alternative kegiatan pertama yang dipilihnya. Dalam menjalankan tugasnya, guru memerlukan Paket Belajar. Untuk memenuhi keperluan tersebut, terdapat 3 alternatif bagi guru, yaitu: a. Mengadopsi Paket Belajar yang telah disiapkan, baik secara terbatas, maupun secara komersial 16

10 b. Mengadaptasi Paket Belajar yang telah ada, yang berarti mengambil Paket Belajar yang telah tersedia serta melakukan berbagai penyesuaian, hingga tepat untuk kelas yang akan menggunakannya. c. Menyusun sendiri atau bersama orang lain dalam satu tim Paket Belajar dan Persiapan Mengajar Terdapat perbedaan antara Paket belajar dengan RPL/Satlan. Tabel 2.1 Perbedaan Satuan Pelajaran dan Paket Belajar adalah sebagai berikut: SATUAN PELAJARAN a. Dibuat oleh guru b. Dipakai oleh guru c. Menyediakan kegiatan dan bahan yang diikuti oleh semua siswa d. Mempunyai komponen: TIU TIK Bahan Pelajaran Kegiatan Belajar Mengajar Alat dan Sumber Pelajaran Penilaian PAKET BELAJAR a. Dibuat oleh tim pengembang b. Dipakai oleh guru dan siswa atau oleh siswa saja c. Menyediakan alternative kegiatan yang dapat dipilih oleh siswa d. Mempunyai komponen: Rasionel Tujuan : TUP/TIU TKP/TIK Kemampuan yang didukung Prasyarat Bahan/Media/Sumber Petunjuk Penggunaan Penilaian Perbedaan antara Paket Belajar dan Satuan Pelajaran dalam tabel di atas adalah pertama, paket belajar merupakan kegiatan yang telah disiapkan secara khusus, tidak dalam rangka pelaksanaan tugas rutin guru dengan melibatkan ahli-ahli lain yang berkaitan dengan pengajaran,seperti dosen pembimbing, konselor dan lain sebagainya. Kedua setiap penggalan/sub topik Paket Belajar menawarkan alternative kegiatan dalam mencapai dua tujuan yaitu menunjukkan,meskipun 17

11 secara terbatas dan selanjutnya adalah memperkaya penghayatan calon guru terhadap berbagai bentuk kegiatan belajar mengajar yang harus dirancang. Ketiga kegiatan cukup terperinci baik dari segi bahan/media/ sumber yang dikembangkan dalam bentuk siap pakai, yang memungkinkan Paket belajar dipergunakan secara mandiri oleh siswa. 2.4 Meningkatkan Kesadaran Multikultural Melalui Paket Kesadaran Multikultural Studi yang dilakukan oleh Dodson (2013) juga membuktikan bahwa konselor yang berasal dari minoritas atau memiliki latar belakang multirasial akan merasa dirinya lebih memiliki kemampuan multikultural dibandingkan dengan konselor yang tidak berasal dari kelompok minoritas atau tidak memiliki latar belakang multirasial. Hal tersebut terjadi karena konselor yang berasal dari latar belakang multikultural secara alami sudah terbiasa dalam berinteraksi dengan lingkungan yang terdiri dari anggota masyarakat berbagai ras, sehingga konselor tidak lagi merasa canggung ketika menerima konseli yang berbeda kultural dengan dririnya. Dari hasil studi Dodson dapat disimpulkan bahwa konselor yang berasal dari lingkungan multi etnik lebih unggul dalam menangani konseli dari budaya yang berbeda dengannya, daripada konselor yang berasal dari lingkungan yang homogen, dengan begitu perlu adanya suatu upaya dalam membantu konselor yang berasal dari lingkungan yang homogen. Paket Kesadaran Multikultural merupakan salah satu cara yang dapat membantu mahasiswa dalam meningkatkan kesadaran multikultural mahasiswa BK FKIP UKSW angkatan 2013, seperti dalam penelitian Akhmadi (2013) yang 18

12 menyimpulkan bahwa pelatihan multikultural dapat meningkatkan kesadaran multikultural. Salah satu permasalahan yang dialami oleh Mahasiswa BK FKIP UKSW Angkatan 2013 adalah mengenai kesadaran Multikultural yang terbatas. Hal tersebut disebabkan juga karena mahasiswa BK FKIP UKSW angkatan 2013 belum terjun langsung dalam menangani siswa yang berasal dari beragam budaya yang berbeda. Pedersen, dkk (Prayitno,2009) dalam kenyataannya memang calon konselor itu tidak dipersiapkan secara khusus untuk menangani klien-klien dan latar belakang budaya, suku, atau ras dan kelompok kelompok sosial ekonomi yang semuanya itu membawa nilai- nilai, sikap dan gaya hidup yang berbedabeda Berdasarkan pendapat Pedersen (2003) dapat disimpulkan bahwa kesadaran merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Namun pada kenyataannya sebagian besar kesadaran multikultural mahasiswa BK FKIP UKSW angkatan 2013 tergolong terbatas serta mahasiswa angkatan 2013 belum mengambil matakuliah Konseling Lintas Budaya. Maka perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran multikultural, salah satunya adalah dengan paket kesadaran multikultural. Dalam waktu yang relative singkat, mahasiswa BK angkatan 2013 akan dibagi dalam tugas tugas latihan untuk meningkatkan kesadaran multikultural dengan paket. 2.5 Hasil Penelitian yang Relevan Berikut mengenai penelitian- penelitan terdahulu yang menjadi landasan bagi penelitian ini, yaitu : 19

13 Hasil Penelitian Arswimba, Bernardinus, Agus Pengembangan Paket Pelatihan Kompetensi Multikultural Bagi Mahasiswa. Tesis, Program Studi Bimbingan dan Konseling, Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Menunjukkan persentase yang diperoleh dari ahli budaya 91,91 % (sangat baik). Ahli bimbingan dan konseling 81,6 % (sangat baik). Ahli media pembelajaran 91,7 % (sangat baik). Uji coba perorangan 91 % (sangat baik). Efektifitas pelatihan dengan uji Paired Sample t Test menunjukkan pelatihan efektif meningkatkan kompetensi multikultural mahasiswa. Penelitian Herdi (2011) Model Pelatihan untuk meningkatkan kompetensi konseling multikultural calon konselor : Studi Pengembangan pada Calon Konselor di Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (PPB) Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tingkat Tiga Angkatan 2006 Tahun Akademik 2008/2009 menunjukkan bahwa model pelatihan secara signifikan dapat meningkatkan KKM calon konselor, baik secara keseluruhan, setiap sub kompetensi, dimensi, maupun indikatornya. Hasil penelitian Nugraha, Agung (2012) Program Experiential Based Group Counseling Untuk Meningkatkan Kepekaan Multibudaya Calon Konselor. S2 thesis, Universitas Pendidikan Indonesia. Menunjukkan bahwa program experiential based group counseling efektif untuk meningkatkan kepekaan multibudaya calon konselor terutama mengenai budaya konseli dan aspek kemampuan meningkatkan strategi konseling yang sesuai dengan budaya konseli. 20

14 2.6 Kerangka Berpikir Post-Test Kelompok Eksperimen Treatment Hasil Pre-Test Dibandingkan Meningkat/Tidak Kelompok Kontrol Tanpa Treatment Hasil Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Deskripsi dari gambar 2.1 adalah sebagai berikut : Sebelum melakukan sebuah penelitian, dilakukan pre test terlebih dahulu untuk mengetahui kesadaran multikultural mahasiswa BK FKIP UKSW. Setelah mengetahui mahasiswa yang memiliki kesadaran multikultural dalam kategori terbatas dan sangat terbatas, dilanjutkan untuk membagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Dilanjutkan dengan memberikan treatment kepada kelompok eksperimen. Setelah treatment selesai diberikan, dilakukan post test untuk mengetahui perbedaan hasil dari kelompok eksperimen yang diberikan treatment dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan treatment. 2.7 Hipotesis Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : 21

15 Ada peningkatan yang signifikan kesadaran multikultural mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW angkatan 2013 melalui Paket Kesadaran Multikultural. 22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah 18 Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP UKSW angkatan 2013 yang hasi pre-testnya menunjukkan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konselor merupakan salah satu dari kualifikasi pendidik dalam sistem pendidikan nasional yang setara dengan guru, pamong, tutor, fasilitator dan instruktur. Hal ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 200 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Bertitik tolak dari masalah penelitian yang ingin dipecahkan dan hasil analisis data penelitian ini, didapatkan lima buah konklusi, sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini disajikan kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian. Kesimpulan merupakan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian, sedangkan rekomendasi berkenaan

Lebih terperinci

Hand Out BIMBINGAN DAN KONSELING LINTAS BUDAYA DALAM PERSPEKTIF SEPANJAT HAYAT OLEH NANDANG RUSMANA. nandang rusmana diklat plpgbk 2008

Hand Out BIMBINGAN DAN KONSELING LINTAS BUDAYA DALAM PERSPEKTIF SEPANJAT HAYAT OLEH NANDANG RUSMANA. nandang rusmana diklat plpgbk 2008 Hand Out BIMBINGAN DAN KONSELING LINTAS BUDAYA DALAM PERSPEKTIF SEPANJAT HAYAT OLEH NANDANG RUSMANA 1 1 Pengenalan terhadap konseling dan psikoterapi multikultural Meningkatnya masyarakat multikultur Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga pendidikan (sekolah) bantuan bagi peserta didik (klien) sering

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lembaga pendidikan (sekolah) bantuan bagi peserta didik (klien) sering BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam lembaga pendidikan (sekolah) bantuan bagi peserta didik (klien) sering disebut bimbingan. Bimbingan mempunyai fungsi yang efektif karena bimbingan tidak

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR

PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR PENGARUH LATIHAN KETERAMPILAN DASAR KOMUNIKASI KONSELING TERHADAP PENGUASAAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PEMBIMBING DI SMA/SMK SE KOTA MAKASSAR THE INFLUENCE OF TRAINING ON BASIC COMMUNICATION SKILL OF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia merupakan perguruan tinggi yang menghasilkan tenaga pendidik profesional yaitu guru. Guru memiliki tugas utama mendidik,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Penelitian 1. Variabel tergantung: Komitmen Organisasi 2. Variabel bebas: Komunikasi Interpersonal B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Komitmen organisasi

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO TERHADAP PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

PERSEPSI MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO TERHADAP PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING Persepsi Terhadap Profesi Guru BK 78 PERSEPSI MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO TERHADAP PROFESI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SERLI NOVITA SARI & NURUL ATIEKA Program Studi

Lebih terperinci

Oleh: Ilfiandra, M.Pd. Mubiar Agustin, M.Pd. Ipah Saripah, M.Pd.

Oleh: Ilfiandra, M.Pd. Mubiar Agustin, M.Pd. Ipah Saripah, M.Pd. LAPORAN PENELITIAN PENINGKATAN TATA KELOLA, AKUNTABILITAS DAN PENCITRAAN PUBLIK PENINGKATAN MUTU TATA KELOLA LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI PROVINSI JAWA BARAT Oleh: Ilfiandra,

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 191 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian untuk menghasilkan bimbingan berlandaskan Neo-Sufisme (BBN) untuk mengembangkan perilaku arif mahasiswa dikembangkan secara teoretik berdasarkan

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI GURU TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan 1.1.1. Menguraikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan 63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memungkinkannya pencatatan dan analisis

Lebih terperinci

KOMPETENSI PEMAHAMAN KONSELOR TERHADAP PANDANGAN HIDUP KONSELI YANG BERBEDA BUDAYA

KOMPETENSI PEMAHAMAN KONSELOR TERHADAP PANDANGAN HIDUP KONSELI YANG BERBEDA BUDAYA 123 KOMPETENSI PEMAHAMAN KONSELOR TERHADAP PANDANGAN HIDUP KONSELI YANG BERBEDA BUDAYA Siti Hajjar 1 Sjenny A. Indrawaty, Ed. D. 2 Herdi, M.Pd 3 Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1314, 2014 KEMENDIKBUD. Instruktur. Kursus Dan Pelatihan. Kompetensi. Kualifikasi. Standar. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 90 TAHUN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang

KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang KEPUTUSAN PENGURUS BESAR ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA (PB ABKIN) Nomor: 010 Tahun 2006 Tentang PENETAPAN KODE ETIK PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING ASOSIASI BIMBINGAN DAN KONSELING INDONESIA

Lebih terperinci

PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA JURUSAN BK FIP UNJ ANGKATAN 2011

PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA JURUSAN BK FIP UNJ ANGKATAN 2011 48 Profil Keterampilan Sosial Mahasiswa Jurusan BK FIP UNJ Angkatan 2011 PROFIL KETERAMPILAN SOSIAL MAHASISWA JURUSAN BK FIP UNJ ANGKATAN 2011 Oleh: Isnaini Hayati 1 Drs Fahmi Idris, MM 2 Karsih, M.Pd

Lebih terperinci

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI AWAL TAHUN 2012 BIDANG STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING KOMPETENSI SUB KOMPETENSI INDIKATOR KOMPETENSI PEDAGOGIK 1. Menguasai teori 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan praksis

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING

ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 ETIKA PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina Tri

Lebih terperinci

PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh: Drs. Kuntjojo

PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh: Drs. Kuntjojo PROFESIONALISASI BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh: Drs. Kuntjojo A. Standarisasi Profesi Konselor 1. Konsep-konsep Dasar Profesi a. Pengertian Profesi Ada beberapa definisi tentang profesi, diantaranya adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang terdiri dari BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu: 1. Variabel bebas (Independent Variabel),

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 40 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN 1. Kualifikasi Penguji

Lebih terperinci

PENGENALAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK

PENGENALAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK PENGENALAN DOSEN PENASEHAT AKADEMIK Sub Pokok Bahasan : Tugas dan peran dosen PA Karakteristik dosen PA yang efektif Modalitas yang dimiliki dosen sebagai PA Masalah yang dihadapi dosen PA Faktor-faktor

Lebih terperinci

Grafik Frekuensi Siswa

Grafik Frekuensi Siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Penelitian 4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Mojowetan Kecamatan Banjarejo Kabupaten Blora. Subjek penelitian

Lebih terperinci

Perspektif Historis Konseling

Perspektif Historis Konseling Perspektif Historis Konseling di Sekolah Oleh : Nandang Rusmana Sejarah School Counseling Periode I : Bimbingan Vokasional, 1900-1925 Periode II : Kesehatan Mental, 1930-1942 Periode III : Penyesuaian

Lebih terperinci

KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOMPETENSI KONSELOR DALAM MEMBERIKAN LAYANAN BIMBINGAN BELAJAR KEPADA PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Andika Ari Saputra 1), Agus Saputra 2), Indah Permatasari 3) Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

Yusuf Hasan Baharudin Jurnal Tawadhu Vol. 1 no. 2, 2017

Yusuf Hasan Baharudin Jurnal Tawadhu Vol. 1 no. 2, 2017 Implementasi Nilai-nilai Budaya Daerah dalam Bimbingan Konseling Lintas Budaya dan Agama di SMP Negeri 1 Pejagoan Kebumen oleh : Yusuf Hasan Baharudin Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK)

ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) ARAH PENGEMBANGAN MATERI KURIKULUM : Program Pendidikan Sarjana (S-1) BK Program Pendidikan Profesi Konselor (PPK) PENGANTAR Perkembangan dunia di tanah air mendapat momentum yang amat menentukan, yaitu

Lebih terperinci

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK)

KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK) KISI-KISI UJI KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU BIMBINGAN KONSELING (BK) KONSORSIUM SERTIFIKASI GURU (KSG) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL 2010 0 KISI-KISI SOAL UJI

Lebih terperinci

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah)

ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) ISIAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BP/BK TAHUN 2014 (Diisi Oleh Kepala Sekolah) Petunjuk Pengisian : 1. Setiap Pertanyaan hanya bisa diisi satu pilihan 2. Pilihan ditandai dengan Membubuhkan tanda centang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa

BAB I PENDAHULUAN. berbeda budaya. Bahasa Indonesia bukanlah bahasa pidgin dan bukan juga bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia dikenal sebagai bangsa besar dengan masyarakat dan bahasa yang beragam. Di antara keragaman itu, bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan

Lebih terperinci

ULUL AZAM BK FKIP UNISRI ABSTRAK. Kata kunci: layanan penguasaan konten seting kelompok dengan media film, konsep diri positif, mahasiswa

ULUL AZAM BK FKIP UNISRI ABSTRAK. Kata kunci: layanan penguasaan konten seting kelompok dengan media film, konsep diri positif, mahasiswa EFEKTIVITAS LAYANAN PENGUASAAN KONTEN SETING KELOMPOK DENGAN MEDIA FILM DALAM MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF MAHASISWA SEMESTER IV PROGRAM STUDI BK FKIP UNISRI ULUL AZAM BK FKIP UNISRI ABSTRAK Tujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan hasil studi dan pengembangan model konseling aktualisasi diri untuk mengembangkan kecakapan pribadi mahasiswa dipaparkan sebagai berikut. 1. Model

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU PENGEMBANGAN INSTRUMEN UJI KOMPETENSI GURU HO - 7 A. Tujuan Penyusunan Instrumen Tes Uji Kompetensi Guru Penyusunan instrumen tes Uji Kompetensi Guru bertujuan untuk menghasilkan seperangkat alat ukur

Lebih terperinci

CIRI-CIRI SUATU PROFESI ADA STANDAR UNJUK KERJA YANG BAKU DAN JELAS. ADA LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUS YANG MENGHASILKAN PELAKUNYA DENGAN PROGRAM DAN JENJ

CIRI-CIRI SUATU PROFESI ADA STANDAR UNJUK KERJA YANG BAKU DAN JELAS. ADA LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUS YANG MENGHASILKAN PELAKUNYA DENGAN PROGRAM DAN JENJ PENGEMBANGAN PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING SUHERMAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA CIRI-CIRI SUATU PROFESI ADA STANDAR UNJUK KERJA YANG BAKU DAN JELAS. ADA LEMBAGA PENDIDIKAN KHUSUS YANG MENGHASILKAN

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang program bimbingan belajar berbasis pendekatan humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan di SMP Negeri

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).

II. TINJAUAN PUSTAKA. sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html). 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka A.1 Konsep Penerapan Penerapan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. (http://elkawaqi.blogspot.com/2012/12/pengertian-implementasi-menurut-para.html).

Lebih terperinci

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina.

PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU. Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina. PEMETAAN KOMPETENSI GURU BIMBINGAN KONSELING DI PROVINSI BENGKULU Oleh: Rita Sinthia, Anni Suprapti dan Mona Ardina Email:sinthia.rita@yahoo.com Dosen Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

Penerapan Alat Penilaian Kemampuan Konselor (APKK) Untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Konseling. Elisabeth Christiana 1

Penerapan Alat Penilaian Kemampuan Konselor (APKK) Untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Konseling. Elisabeth Christiana 1 Jurnal Psikologi Pendidikan dan bimbingan Vol. 13. No.1, Juli 2012 Penerapan Alat Penilaian Kemampuan Konselor (APKK) Untuk Meningkatkan Keterampilan Dasar Konseling Elisabeth Christiana 1 Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

SKRIPSI. Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

SKRIPSI. Guna Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga EFEKTIVITAS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMANFAATAN MEDIA KIT IPA PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI BRINGIN 01 KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 75 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Desain Penelitian Tujuan penelitian ini, yaitu menghasilkan model pelatihan untuk meningkatkan kompetensi guru bimbingan dan konseling dalam menyelenggarakan

Lebih terperinci

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender

Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender Layanan Bimbingan dan Konseling Berbasis Gender oleh : Sigit Sanyata Pelatihan Sadar Gender Untuk Mengoptimalkan Layanan Bimbingan dan Konseling Bagi Guru Bimbingan dan Konseling di Kabupaten Kulonprogo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan eksistensi guru itu sendiri. meningkatkan pendidikan nasional ternyata masih banyak yang harus di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada ranah dunia pendidikan, keberadaan peran dan fungsi guru merupakan salah satu faktor yang sangat signifikan. Guru merupakan bagian terpenting dalam proses

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF. Rury Muslifar Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 2, Mei 2015 ISSN 2442-9775 EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP DIRI POSITIF Rury Muslifar Program

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR 167 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PEER TEACHING UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMK PADA KOMPETENSI DASAR MENGGUNAKAN ALAT UKUR Galih T. Lesmana 1, Ono Wiharna 2, Sulaeman 3 Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) Standar Guru Penjas Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP) 1. Kompetensi Pedagogik 2. Kompetensi Kepribadian 3. Kompetensi Sosial 4. Kompetensi Profesional Kompetensi Pedagogik Menguasai karakteristik

Lebih terperinci

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL KUALIFIKASI AKADEMIK

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd.

JURNAL. Oleh: ANJARWATI Dibimbing oleh : 1. Dra. Khususiyah, M. Pd. 2. Yuanita Dwi Krisphianti, M. Pd. JURNAL EFEKTIFITAS TEKHNIK PERMAINAN LANJUTKAN CERITAKU DALAM BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 THE EFFECTIVENESS OF LANJUTKAN

Lebih terperinci

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING

A. KUALIFIKASI PEMBIMBING LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 41 TAHUN 2009 TANGGAL 30 JULI 2009 A. KUALIFIKASI PEMBIMBING STANDAR PEMBIMBING PADA KURSUS DAN PELATIHAN Standar kualifikasi pembimbing pada kursus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Bahan ajar dijadikan sebagai salah satu sumber informasi materi yang penting bagi guru maupun

Lebih terperinci

KONSELING LINTAS BUDAYA

KONSELING LINTAS BUDAYA KONSELING LINTAS BUDAYA Penulis: Dr. Anak Agung Ngurah Adhiputra, M.Pd. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR No 1. Pedagogik 1 Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya 1.1.1 Guru BK atau konselor dapat mengaplikasikan ilmu

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 4 (2) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk TINGKAT PEMAHAMAN KONSELOR TENTANG KOMPETENSI PROFESSIONAL DALAM PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang. terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang. terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Dalam eksperimen ini peneliti menggunakan dua variabel, yang terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat, yaitu: 1. Variabel bebas (Independent Variabel),

Lebih terperinci

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR PADA KURSUS DAN PELATIHAN STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI

Lebih terperinci

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP. KONSELING LINTAS BUDAYA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP. KONSELING LINTAS BUDAYA RPP/PBK222/22 Revisi : 02 8 Maret 2011 Hal 1 dari 14 Pertemuan ke : 1 : 1. Tujuan Perkuliahan : Mengidentifikasi tentang Budaya, Psikologi Lintas Budaya dan Konseling Lintas Budaya Mendekripsikan pengertian

Lebih terperinci

PENILAIAN KINERJA BIMBINGAN DAN KONSELING AMIN BUDIAMIN. Oleh JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI

PENILAIAN KINERJA BIMBINGAN DAN KONSELING AMIN BUDIAMIN. Oleh JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI PENILAIAN KINERJA BIMBINGAN DAN KONSELING Oleh AMIN BUDIAMIN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI Penilaian kinerja bagian dari penilaian alternatif. Berkembang tahun

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMK NEGERI 1 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016

UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMK NEGERI 1 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 1 UPAYA MENINGKATKAN KEMATANGAN KARIR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA SMK NEGERI 1 KEDAWUNG SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh : Rifai Fahrudin ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

Sapto Purnomo STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina Sengkuang Sintang

Sapto Purnomo STKIP Persada Khatulistiwa Sintang Jl. Pertamina Sengkuang Sintang PENGARUH KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN POKOK BAHASAN HAK ASASI MANUSIA DI KELAS VII PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Abstract: Keyword:

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PROFESIONALISME PROFESI GURU DAN MENJADI GURU PROFESIONAL Oleh : Andriane Jamrah,S,Pd,M.Pd Staf Pada Pemerintah Kabupaten Tanah Datar I. PENDAHULUAN Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI SEKOLAH

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI SEKOLAH PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI SEKOLAH Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah Volume 1 No.

Lebih terperinci

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini memaparkan latar belakang masalah yang menjadi dasar pijakan peneliti melakukan penelitian, kemudian tujuan penelitian yang menjadi arah pada penelitian ini, selanjutnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR 82 Hubungan Antara Pengetahuan Dengan Keterlaksanaan Layanan Konseling Individual... HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN KETERLAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL PADA GURU BK SMPN DI JAKARTA TIMUR Nia

Lebih terperinci

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application

Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application IJGC 4 (2) (2015) Indonesian Journal of Guidance and Counseling: Theory and Application http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jbk MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALU BIMBINGAN KELOMPOK

Lebih terperinci

Pengantar Psikodiagnostik

Pengantar Psikodiagnostik Modul ke: Pengantar Psikodiagnostik Etika dan Isu Dalam Tes Psikologi Fakultas PSIKOLOGI Muhammad Ramadhan, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Etika Dan Isu Tes Psikologi Ethics

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan studi eksperimental dengan desain pre-test post test with control group design. Penelitian ini mengungkapkan hubungan sebab akibat

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERMAINAN SIMULASI KETERBUKAAN DIRI UNTUK SISWA SMP

PENGEMBANGAN PERMAINAN SIMULASI KETERBUKAAN DIRI UNTUK SISWA SMP 74 Jurnal Jurnal Kajian Kajian Bimbingan Bimbingan dan dan Konseling Konseling Vol. 1, No. 2, 2016, hlm. 74 78 Vol 1, No. 2, 2016, hlm. 74 78 Tersedia Online di http://journal.um.ac.id/index.php/bk eissn:

Lebih terperinci

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013

BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013 BIMBINGAN DAN KONSELING DAN PENELUSURAN MINAT DI SMP DALAM KURIKULUM 2013 Hak Cipta 2014 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR

LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR LAMPIRAN INSTRUMEN PK GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR 90 Lampiran B LAPORAN DAN EVALUASI PENILAIAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING/KONSELOR Nama Guru NIP/Nomor Seri Karpeg Pangkat /Golongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang menyatakan bahwa guru pembimbing sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara legalitas keberadaan bimbingan dan konseling di Indonesia tercantum dalam undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal

Lebih terperinci

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran

JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran JURNAL Pengaruh Pemberian Layanan Bimbingan Teknik Diskusi Kelompok Terhadap Regulasi Diri Siswa Dalam Belajar Di SMP N 1 Semen Tahun Ajaran 2016-2017 The Effects Of Discussion Group Guidance Service To

Lebih terperinci

Potret Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran IPA dan IPS (Studi Kasus : SMP N 1 Salatiga) Artikel

Potret Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran IPA dan IPS (Studi Kasus : SMP N 1 Salatiga) Artikel Potret Kompetensi Pedagogik dan Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran IPA dan IPS (Studi Kasus : SMP N 1 Salatiga) Artikel Diajukan KepadaFakultas Teknologi Informasi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan

Lebih terperinci

TINGKAT PEMAHAMAN KODE ETIK PROFESI BK GURU BK DI SMP NEGERI SE-KELOMPOK KERJA KABUPATEN BANTUL

TINGKAT PEMAHAMAN KODE ETIK PROFESI BK GURU BK DI SMP NEGERI SE-KELOMPOK KERJA KABUPATEN BANTUL Tingkat Pemahaman Kode... (Fajar Ilham) 487 TINGKAT PEMAHAMAN KODE ETIK PROFESI BK GURU BK DI SMP NEGERI SE-KELOMPOK KERJA KABUPATEN BANTUL COMPREHENSION CODE OF CONDUCT PROFESSION BK TEACHER IN STATE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Profesi guru Bimbingan dan Konseling sangat

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6). Profesi guru Bimbingan dan Konseling sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor,

Lebih terperinci

Peningkatan Motivasi Belajar Anak Asuh Melalui Layanan

Peningkatan Motivasi Belajar Anak Asuh Melalui Layanan Konselor Volume 2 Number 4 December 2013 ISSN: Print 1412-9760 Received October 13, 2013; Revised Nopember 13, 2013; Accepted December 30, 2013 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Peningkatan

Lebih terperinci

ETIKA PROFESIONAL KONSELING DENGAN PENDEKATAN AGAMA

ETIKA PROFESIONAL KONSELING DENGAN PENDEKATAN AGAMA ETIKA PROFESIONAL KONSELING DENGAN PENDEKATAN AGAMA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konseling Agama Oleh: Aulia Rizka Noviyanti 1114500106 Semester 4 C PROGDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS

Lebih terperinci

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI SEKOLAH.

PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING MAHASISWA BK DALAM MELAKSANAKAN PPL DI SEKOLAH. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling FKIP Unsyiah Volume 1 No. 1 Tahun 2016 Hal 57-64 Periode Wisuda Agustus 2016 PERSEPSI GURU PAMONG TERHADAP KETERAMPILAN MENGAJAR DAN KETERAMPILAN KONSELING

Lebih terperinci

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH KATALOG PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANG 2014 KATA PENGANTAR Penerbitan Katalog Pascasarjana dimaksudkan untuk memberikan panduan pelaksanaan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK

PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data. Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan, Desain dan Teknik Pengumpulan Data 1. Pendekatan Penelitian Penelitian dilakukan melalui pendekatan kuantitatif yang dilengkapi dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan

Lebih terperinci

KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN

KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN KEBERHASILAN KONSELING SINGKAT BERFOKUS SOLUSI MENGATASI PERMASALAHAN Slameto, FKIP Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga slameto_uksw@yahoo.com ABSTRAK Perkembangan teori dan teknologi dalam bidang

Lebih terperinci

Peningkatan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Peningkatan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok Konselor Volume 3 Number 2 June 2014 ISSN: 1412-9760 Received April 9, 2014; Revised May 19, 2014; Accepted Juny 30, 2014 Peningkatan Kemampuan Mengemukakan Pendapat Melalui Layanan Bimbingan Kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap-tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bimbingan dan konseling sangat berperan penting dalam dunia pendidikan, karena tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu individu untuk mengembangkan diri secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Penelitian tentang program bimbingan pribadi sosial dalam mengembangkan cinta altruis peserta didik dengan menggunakan eksperimen kuasi, menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling komprehensif pencapaian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ihsan Mursalin, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling di Indonesia, secara legal tercantum dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 ayat 6 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode 54 BAB III METODE PENELITIAN Pada bagian ini diuraikan secara lengkap mengenai pendekatan dan metode penelitian yang digunakan, langkah-langkah penelitian, definisi operasional variabel, penyusunan alat

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAFTAR ISI Hal HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN. KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK DAFTAR ISI. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai suatu negara multikultural merupakan sebuah kenyataan yang tak terbantahkan. Penduduk Indonesia terdiri atas berbagai etnik yang menganut

Lebih terperinci

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA

PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA 19 PENGARUH JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN SISWA XI IPA MENGENAI FAKULTAS TEKNIK DI SMA 36 JAKARTA Oleh : Agustin Rachmawati Purlina 1 Gantina Komalasari 2 Aip Badrujaman 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN DUNIA PERGURUAN TINGGI

PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN DUNIA PERGURUAN TINGGI Jurnal Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling Vol. 2, No. 2, Mei 2016 ISSN 2442-9775 PENGEMBANGAN MODEL LAYANAN INFORMASI STUDI LANJUT UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN DUNIA PERGURUAN TINGGI Nararya Rahadyan

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM

Tinjauan Mata Kuliah A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM vii M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Metode Pendidikan ini merupakan Mata Kuliah Dasar Keahlian (MKDK). Pada mata kuliah ini, uraian mengenai metodologi penelitian difokuskan untuk aplikasi dunia pendidikan.

Lebih terperinci