KEBUN BIBIT DESA (KBD)
|
|
- Inge Rachman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1
2 PETUNJUK TEKNIS KEBUN BIBIT DESA (KBD) Penulis : Bebet Nurbaeti Susi Mindarti Penyunting : Nandang Sunandar Deain/Layout : Nadimin : KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BBP2TP) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT 2014
3 KATA PENGANTAR Petunjuk teknis Kebun Bibit Desa (KBD), disusun untuk memenuhi banyaknya permintaan mengenai budidaya bibit sayuran tersebut. Budidaya sayuran saat ini menunjukkan peningkatan yang pesat. Sasaran petunjuk teknis Kebun Bibit Desa ini adalah para penyuluh pertanian, para penyuluh swadaya, pelaku utama usahatani, dan peminat lainnya, sebagai bahan informasi untuk penerapan Teknologi Budidaya Sayuran dan bahan penyebaran informasi kepada kelompoktani dan anggotanya. Kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Petunjuk Teknis ini, dan kami sangat mengharapkan saran saran perbaikan Petunjuk ini pada masa yang akan datang. Harapan kami, semoga Petunjuk Teknis kebun Bibit Desa ini, dapat dimanfaatkan dengan sebaik baiknya. Bandung, Desember 2014 Kepala BPTP Jawa Barat, Dr. Ir. Nandang Sunandar, MP i
4 ii
5 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii PENDAHULUAN... 1 PENGERTIAN... 2 TUJUAN... 2 PRINSIP PENGELOLAAN... 2 TAHAPAN PEMBANGUNAN DAN OPERASIONAL KBD Penyiapan Fasilitas Pelaksanaan Pembibitan...6 HUBUNGAN KBD DENGAN PENGGUNA Kelembagaan/Organisasi Pelaksanaan Koordinasi Tata Kelola Pembukuan PEMBANGUNAN JEJARING KABI-KBD-KABD...17 PENGEMBANGAN FUNGSI KBD/KBI...17 PENUTUP...18 DAFTAR PUSTAKA...19 iii
6 iv
7 PENDAHULUAN Benih/bibit merupakan salah satu sarana budidaya tanaman yang mempunyai peranan yang sangat menentukan dalam upaya peningkatan produksi, dan kualitas hasil pertanian. Pada dasarnya petani sudah biasa memproduksi benih untuk keperluan tanam dilahannya sendiri. Akan tetapi proses yang demikian dianggap belum tentu menjamin mutu benih, meskipun tuntutan jaminan kejelasan sumber benih/bibit untuk mengurangi risiko gagal panen menjadi perhatian mereka. Untuk itu ketika diterbitkan benih bina yang diedarkan harus bersertifikat, maka makin jarang petani yang menyimpan benih/bibit di rumah dan atau di pekarangannya. Petani menyadari, bahwa benih menjadi salah satu input produksi yang mempunyai kontribusi nyata terhadap peningkatan produktivitas tanaman. Karena itu ketika benih bina yang diedarkan harus bersertifikat, maka mereka berkeinginan benih yang tersedia berkualitas tinggi, dan ketersediaan nya memadai. Tetapi ternyata ketika harus membangun Rumah Pangan Lestari (KRPL) di kawasan mereka, dan dibutuhkan berbagai macam benih/bibit, baik benih/ bibit tanaman hortikultura (sayuran, buah, hias), tanaman pangan non beras (talas, singkong, garut, ganyong, ubi jalar), kacangkacangan, tanaman hijauan pakan ternak, tanaman obat-obatan dalam jumlah yang banyak dan tepat waktu, tanam tanaman tersebut tidak dapat dipenuhi, maka Kebun Bibit Desa (KBD) menjadi alternatif dalam pemenuhan kebutuhan bibit di wilayah KRPL tersebut. KBD menjadi fasilitas warga yang tercakup dalam KRPL dalam penyediaan benih/bibit tanaman serbaguna yang prosesnya dibuat oleh warga itu sendiri. Bibit yang dihasilkan KBD digunakan untuk memenuhi kebutuhan warga tersebut dalam menerapkan KRPL, di samping menjadi sarana pembelajaran meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. 1
8 PENGERTIAN Kebun Bibit Desa Kebun Biit Desa (KBD) adalah: Tempat/area lahan beserta perlengkapan pembibitannya. Dibangun dan dikelola atas inisiatif atau partisipasi aktif masyarakat setempat, untuk memproduksi bibit kebutuhan mereka sendiri, atau wilayah di sekitarnya sehingga diperoleh kesinambungan budidaya komoditas yang diusahakan, serta diperoleh keuntungan ekonomi dalam pengelolaannya. TUJUAN Tujuan pembangunan Kebun Bibit Desa (KBD) adalah ; 1) Memproduksi bibit tepat jenis, tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu, 2) Memperoleh keuntungan ekonomi dan berkembang menjadi usaha komersial. PRINSIP PENGELOLAAN Kebun Bibit Desa (KBD) dibangun dengan prinsip, sebagai berikut: Secara sosial - Dibangun dari, oleh dan untuk kepentingan masyarakat dalam kawasan tertentu, sesuai dengan kesepakatan mereka sendiri - Dikelola secara terorganisir oleh masyarakat sendiri dalam semangat kekeluargaan dan mengedepankan musyawarah mufakat. 2
9 Secara teknis - Menerapkan teknologi terbaru yang efektif dan efisien dengan bimbingan petugas, serta memaksimalkan pemanfaatan bahan baku lokal - Memperhatikan kelestarian lingkungan dengan semaksimal mungkin menggunakan bahan-bahan ramah lingkungan. Secara ekonomi - Pengelola KBD harus berorientasi kepada keuntungan ekonomi (efisien). Hal tersebut untuk menjamin keberlanjutan dan perkembangan KBD dan keuntu ngan ekonomi itu sendiri. 3
10 TAHAPAN PEMBANGUNAN DAN OPERASIONAL KBD 1. Penyiapan Fasilitas Sarana Yang dimaksud sarana adalah; segala sesuatu kebutuhan produksi bibit yang habis pakai. Sarana yang diperlukan KBD adalah: (1) Benih/bibit yang akan disemai atau diperbanyak lebih lanjut (2) Media tanam. Media tanam yang digunakan adalah campuran tanah, pupuk kandang dan pasir halus/ sekam dengan perbandingan 1:1:1 dan atau komposisi berbeda disesuaikan dengan jenis tanaman. (3) Pupuk Organik dan an-organik (4) Pestisida Nabati dan pestisida kimia (5) Lainnya; sesuai kebutuhan Prasarana Prasarana adalah segala sesuatu kebutuhan produksi bibit yang tidak habis pakai, atau disebut juga peralatan. Prasarana yang diperlukan KBD adalah: (1) Lahan - Lokasi KBD yang ideal adalah: (a) tidak ternaungi, (b) dekat dengan sumber air (sungai atau sumur yang sudah tersedia sebelumnya), dan (c) tersedia lahan yang cukup di sekitarnya sehingga mempermudah pengembangan KBD di masa datang. - Luas KBD yang dibangun disesuaikan dengan 4
11 kebutuhan, bergantung kepada volume bibit yang akan diproduksi. (2) Saung Bibit Prasarana yang diperlukan, antara lain: - Saung semi permanen, dengan atap dari plastik UV - Rak bibit dari bambu/kayu (3) Prasarana pengairan - Sumber air - Instalasi pengairan - Gembor/selang (4) Gudang penyimpanan Dibuat apabila diperlukan, untuk mengamankan peralatan dan bahan-bahan kebutuhan KBD (pupuk dan pestisida), dll. (5) Prasarana lainnya (disesuaikan dengan kebutuhan ): - Mesin atau alat prosessing media - Kereta dorong - Cangkul atau skop 5
12 - Gergaji - Kotak bibit, dll Kebun Bibit Desa 2. Pelaksanaan Pembibitan Media Tanam (1) Media tanaman untuk pembibitan di KBD dianjurkan untuk menggunakan campuran tanah, pasir/sekam, dan pupuk kandang yang sudah matang, dengan perbandingan 1:1:1 atau komposisi lainnya sesuai jenis tanaman. (2) Tidak dianjurkan menggunakan bahan kimia untuk sterilisasi media (3) Dianjurkan untuk mempunyai persediaan media tanam yang sudah dicampur, sehingga dapat digunakan sewaktu-waktu Cara Pembibitan Cara pembibitan atau perbanyakan tanaman disesuaikan dengan komiditas yang dikembangkan di KBD. Berikut cara perbenihan/perbanyakan beberapa komoditas: 6
13 Tabel 1. Cara semai/perbanyakan beberapa komoditas No Kelompok/komoditas Cara semai/perbanyakan 1. Sayuran: - Sayuran yang diperbanyak - Biji disemai lalu dipindah dengan biji (sayuran buah, tanam (transplanting) sayuran daun, sayuran merambat) - Sayuran umbi: kentang, - Perbanyakan dengan umbi bawang merah, bawang putih dan/atau siung 2. Tanaman buah : - Tanaman buah yang diperbanyak dengan biji Biji disemai lalu dipindah tanam (transplanting) (melon, semangka, waluh) - Tahunan: jeruk, mangga, Okulasi, tempel atau sambung, pisang dll. multiplikasi bonggol 3. - Umbi-umbian - Memisahkan anakan atau - rimpang dari induknya, Umbi rimpang : Garut, kemduain: Ganyong - Disemai terlebih dahulu, - Atau langsung ditanam di lahan dengan mengurangi sedikit daunnya - Umbi ubi: Talas, Suweg, - Menggandakan dengan Bentoel, Mbote, Porang, Uwi, Gadung membelah umbi induk berdasarkan mata tunas - Ubi jalar dan Casava - Tanam stek 4. Kacang-kacangan - Tanam biji langsung 5. Biofarmaka (obat-obatan) - Biji, stek (1) Pembibitan dari Biji/benih - Siapkan tempat persemaian; dapat berupa kotak kayu/trey 7
14 - Media semai adalah campuran tanah dan kompos yang telah dihaluskan (1:1) - Isikan media semai (bila kurang gembur bisa dicampur dengan sekam / pasir) ke tempat persemaian - Sebelum benih disebar/di tanam, rendam dalam air hangat selama 1 malam, benih yg mengapung dibuang - Benih yang tenggelam, diangkat, kemudian dikering anginkan - Benih ditanam sedalam 1-4 cm, tergantung pada ukuran benih - Tutup kembali dengan media semai (tipis), kemudian ditutup dengan kain goni/daun pisang/ kertas koran selama 2-3 hari. (2) Pemeliharaan Bibit/Semai - Setelah benih ditanam, segera lakukan penyiraman. - Benih yang disemai disiram minimal 1 kali sehari pada pagi hari. Sebaiknya disiram 2 kali sehari, pada padi dan sore hari. 8
15 - Setelah 7-10 hari, bibit dipindahkan ke bumbunan yg terbuat dari daun pisang atau plastik. (3) Pembumbunan - Benih sayuran tertentu perlu dibumbun (disapih) sebelum dipindah ke lapang - Wadah penyapihan : plastik es, daun pisang, pot mungil, gelas air mineral - Cabut bibit dengan hati2 agar perakarannya tidak rusak, menggunakan pengungkit dari bambu, kayu, atau garpu - Media yang digunakan: tanah+pukan (1:1), bila terlalu padat bisa ditambah sekam/pasir - Wadah diisi media sebanyak ¾ bagian - Masukkan bibit muda kemudian tambah media hingga wadah penuh - Susun dan simpan ditempat yang teduh, tapi kena sinar matahari - Siram dengan semprotan halus (hand sprayer) - Jika persemaian dalam bumbunan sudah berumur 1 minggu, lakukan pemupukan dengan menyiramkan larutan pupuk NPK 5% (1 sendok makan + 1 liter air). Setelah itu lakukan penyiraman kembali dengan air, untuk mencuci pupuk yang menempe di daun. - Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) terutama hama dan penyakit dilakukan dengan cara fisik (dimusnahkan), menggunakan pestisida nabati, atau dengan pestiida kimia. Akan 9
16 tetapi pestisida kimia hanya dilakukan sebagai alternatif terakhir, apabila serangan sudah diatas ambang kemdali. (4) Distribusi Bibit - Distribusi bibit memprioritaskan pemenuhan Rencana Kebutuhan Riil Bibit/benih (RKRB) yang diajukan anggota. Distribusi bibit ke luar kawasan hanya dilakukan apabila ada kelebihan setelah terpenuhinya RKRB. - Cara distribusi bibit kepada anggota dilakukan sesuai dengan kesepakatan yang tertera dalam RKRB - Untuk sayuran, semai benih dilakukan 2 minggu sebelum didistribusi kan kepada anggota dan disesuaikan untuk komoditas lainnya - Sebaiknya jumlah benih yang disemai dilebihkan sebanyak 5% untuk mengantisipasi bibit rusak/ mati saat proses penyemaian - Batas toleransi maksimal bibit berada di KBD adalah 3 minggu sejak dari tanam benih - Bila ada persediaan benih yang sudah berumur 3 minggu, segera lakukan tindakan: (a) ditawarkan 10
17 kepada anggota yang masih membutuhkan; (b) ditanam di lingkungan KBD sebagai sumber tambahan pemasukan (5) Penyusunan Kalender Tanam - Kalender tanam disusun berdasarkan RKRB anggota. Dengan demikian, bibit yang diproduksi KBD akan memenuhi 5 (lima) tepat, yaitu tepat waktu, jenis, mutu, jumlah dan pengguna/ komunitas) (Lihat contoh Lampiran 1) - Setelah KBD menerima RKRB dari anggota, maka disusunlah kalender tanam yang menyakut halhal berikut: Tabel 2. Kalender tanam Bulan semai : No Jenis komoditas 1. Tomat 2. Cabai 3. Pakcoy 4. Dll. Jumlah Rencana semai Tanggal Jumlah (6) Tindakan Karantina Siap tanam (Tanggal) Peruntukan/ pesanan distribusi (Tanggal) KBD dapat memasukkan bibit dari luar, baik membeli, bantuan atau bekerjasama dengan pihak lain. Sebelum dimasukan ke lingkungan KBD, bibit dari luar tadi, sebaiknya dilakukan tindakan karantina, yaitu: - Ditampung sementara di suatu tempat, terutama apabila diperlukan masa adaptasi atau pemindah- 11
18 tanaman (transplanting) ke media lain. - Disucihamakan dengan insek tisida dan fungisida, untuk mencegah terbawanya sumber hama/ penyakit baru ke lingkungan KBD - Diletakkan di tempat yang sesuai dengan kondisi bibit untuk proses adaptasi - Diberi label yang mencantumkan: tanggal tanam, komoditas dan varietas - Dilakukan pencatatan identitas bibit, minimal tentang: komoditas, bentuk (benih/ bibit) jumlah, tanggal terima, tanggal kadaluwarsa, sumber benih/bibit, harga (baik membeli maupun tidak membeli) - Setelah itu baru bisa dikumpulkan dengan bibit lain yang ada di KBD. 12
19 HUBUNGAN KBD DENGAN PENGGUNA 1. Kelembagaan/organisasi KBD dibangun dan dikelola atas inisiatif atau partisipasi aktif masyarakat setempat, maka hendaknya KBD pun diorganisir/dikelola oleh penduduk setempat. Organisasi minimal sebagai pengelola KBD adalah: (1) Manajer/Ketua Pengelola KBD; bertugas: (a) Penanggung jawab seluruh kegiatan KBD, dan (b) Bertanggung jawab kepada anggota. (2) Pelaksana Harian KBD (PLH); bertugas: (a) Penanggung jawab pelaksanaan teknis KBD seharihari, dan (b) Bertanggungjawab kepada Manajer/ Ketua KBD (3) Pembina Teknis (Bintek). Yang dimaksud Bintek adalah para petugas lapangan dari instansi terkait. organisasi dapat ditambah dengan Sekretaris, yang bertugas melaksanakan pembukuan teknis, dan bendahara yang bertugas mencatat dan mengeluarkan pembiayaan yang diperlukan setelah memperoleh persetujuan Manajer/Ketua KBD. 2. Pelaksanaan Koordinasi Kordinasi harian pengurus dengan anggota. Yang dimaksud kordinasi harian pengurus dengan anggota adalah: Pencatatan kebutuhan bibit anggota, baik jenis, waktu, mutu dan jumlahnya, yang dituangkan dalam RKRB (Lampiran 1, Teknik penyiapan pembibitan. 13
20 Kordinasi pengurus: - Membahas kinerja KBD secara keseluruhan, baik masalah teknis maupun keuangan - Jika diperlukan, dapat mengundang Bintek - Kordinasi pengurus sekurang-kurangnya dilakukan 2 kali dalam setahun, yaitu pada tengah dan akhir tahun. Untuk kordinasi di akhir tahun dianjurkan untuk mengundang anggota - Hasil kordinasi dituangkan dalam sebuah catatan khusus/ notulen, dengan format sekurang-kurangnya sebagai berikut: Tabel 3. Format notulen hasil kordinasi KBD Tanggal : No Uraian pembahasan Rencana tindak Target lanjut (waktu/volume) Keterangan kolom: (1) Nomor urut pembahasan, (2) Butir-butir pembahasan, (3) Rencana tindakan yang dilakukan terhadap masalah yang dibahas, dan (4) Kapan dan seberapa banyak (kalau ada) target yang ingin dicapai dengan rencana tindakan tersebut. Pergantian pengurus. Pergantian pengurus dilakukan: - Setiap 2 tahun sekali atau sesuai dengan kesepakatan - Apabila terjadi keadaan khusus (pengurus meninggal dunia atau hal-hal lain yang mengandung resiko tidak berjalannya pengelolaan KBD), per gantian dapat dilakukan atas usulan anggota maupun pengurus. 14
21 3. Tata Kelola Pembukuan Pembiayaan No Tanggal Uraian Biaya Tetap 1. Sumur 2. Pompa air 3. Instalasi/selang 4. Gembor 5. Cangkul 6. Rumah bibit 7. Rak 8. Kotak bibit 9. Kereta dorong 10. Pemotong media 11. Gudang Biaya tidak tetap 1. Tanah untuk media tanam 2. Kantong plastik 3. Operasional pompa 4. Pupuk 5. Pupuk kandang 6. Pasir halus 7. Pestisida 8. Tenaga kerja 9. dll. Prasarana Tidak dikeluarkan (Rp) Dikeluarkan (Rp) Mengingat pentingnya prasarana dan cukup besarnya biaya yang dikeluarkan dalam pengadaannya, maka prasarana perlu mendapat perhatian khusus dengan menerapkan pencatatan dalam buku khusus yang disebut Buku Prasarana. Buku ini berisi dua hal, yaitu: 15
22 a. Riwayat dan status prasarana tertentu b. Pemanfaatan prasarana. Kedua hal di atas, dicatat dengan bentuk kolom berikut: Riwayat dan Status Prasarana No Tgl pengadaan Nama prasarana Nilai pengadaan (Rp) Sumber 1. Bantuan dari 2. No kode prasarana Penggunaan Prasarana No Nama prasarana Tgl penggunaan Penggunaan Kondisi 16
23 PEMBANGUNAN JEJARING KBI-KBD-KBD Kebun Bibit Induk (KBI) adalah Kebun Bibit yang dibangun disetiap BPTP yang menjadi bagian dari UPBS BPTP. Benih/bibit bersumber dari Balit Komoditas, dan/atau dari sumber lain. Jejaring yang dibangun KBI-KBD-KBD : (1) perencanaan perbenihan sesuai kalender tanam, (2) teknik distribusi benih/ bibit, (3) pengelolaan informasi (update data on-line system), (4) peningkatan kapasitas SDM melalui pelatihan-pelatihan dan studi banding, (5) sistem promosi bersama, (6) pameran dan lomba KBD, (7) pertukaran material benih sumber/induk, (8) monitoring dan evaluasi terpadu. PENGEMBANGAN FUNGSI KBD/KBI KBI dan KBD, selain berkembang menjadi unit komersial, juga diharapkan berfungsi sebagai wahana edukasi; tempat belajar siswa/mahasiswa, pelatihan, kebun wisata, dll. 17
24 PENUTUP Penggunaan benih bermutu terbukti sebagai salah satu komponen teknologi budidaya tanaman yang beperan besar terhadap peningkatan produktivitas. Dalam skala terbatas, benih menjadi faktor penentu apakah petani mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan pangan, minimal untuk keluarganya. Keinginan masyarakat yang menjadikan KRPL sebuah gerakan menuju kemandirian pangan keluarga, dibatasi oleh kemampuan mereka dalam akses benih dan bibit yang berkualitas. Produksi benih berbasis wilayah dan sumberdaya lokal yang dikelola dengan model KBD/KBI menjadi pilihan, meskipun berbagai aspek lain harus dipertimbangkan, termasuk: (a) pilihan tanaman dan aksesi/varietas, (b) sumber benih, (c) pelatihan menjadi produsen benih, (d) kontrol kualitas, (e) biaya produksi dan distribusi, (f) prosessing, cleaning, kemasan, dan pemasaran benih, dan (g) kelembagaan. 18
25 DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Buku Saku Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kementeriaan Pertanian Panduan Operasional Pengelolaan kebun Bibit Desa (KBD) dan Kebun Benih/Bibit Inti (Draft I). Kementeriaan Pertanian. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Litbang Pertanian. Kementeriaan Pertanian. Balai Penelitian tanaman sayuran Pengelolaan Tanaman Terpadu Tanaman sayuran. Pusat penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Kementeriaan Pertanian. Ch. Lilies Sutarminingsih. Vertikultur Pola Bertanam Secara Vertikal Kanisius Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Petunjuk Teknis Budidaya Aneka Sayuran. Badan Litbang Pertanian. Kementeriaan Pertanian Petunjuk Teknis Budidaya Sayuran di Pekarangan. Badan Litbang Pertanian. Kementeriaan Pertanian Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Leaflet Mengenal Tanama Pestisida Nabati. Badan Litbang Pertanian. Kementeriaan Pertanian. 19
26 20
27 21
28 22
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL)
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2013 1 PETUNJUK PELAKSANAAN
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai
Lebih terperinciBUDI DAYA. Kelas VII SMP/MTs. Semester I
BUDI DAYA 122 Peta Materi IV Budi daya Tanaman Sayuran Jenis-Jenis Tanaman Sayuran Alternatif Media Tanam Tanaman Sayuran Tujuan Pembelajaran Prakarya 123 Bab IV Budi Daya Tanaman Sayuran Gambar 4.1 Tanaman
Lebih terperinciCara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag
Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas
Lebih terperinciCara Menanam Tomat Dalam Polybag
Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,
Lebih terperinciM-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN
M-KRPL MENGHIAS RUMAH DENGAN SAYURAN DAN UMBI- UMBIAN, SEHAT DAN MENGUNTUNGKAN Menghias rumah tinggal dengan tanaman hias? Itu sudah biasa. Lain halnya yang dilakukan para ibu anggota Kelompok Wanita Tani
Lebih terperinciMenanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur
Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur
Lebih terperinciBahan Tanaman. Oleh : TIM DASAR PRODUKSI TANAMAN
Bahan Tanaman Oleh : TIM DASAR PRODUKSI TANAMAN Hartman, dkk (1990). Plant Propagation Acquaah,G. 2001. Principles of Crop Production Sumadi, 2010.Pembiakan Vegetatif. Diktat Bahan Kuliah Metcalfe, D.S
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita
PENGEMBANGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Hingga saat ini, upaya mewujudkan ketahanan
Lebih terperinciBUDIDAYA SAYURAN. Paramita Cahyaningrum Kuswandi Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014
BUDIDAYA SAYURAN Paramita Cahyaningrum Kuswandi Email : paramita@uny.ac.id Program Pengabdian Masyarakat Jur. Pend. Biologi FMIPA UNY 2014 Budidaya Tanaman Sayuran Langkah-langkah yang perlu dilakukan
Lebih terperinciPERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang
Lebih terperinciCara Menanam Cabe di Polybag
Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat
Lebih terperinciPERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama
Lebih terperinciTEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi
TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas
17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai
Lebih terperinciPenanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk
Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciMODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR
MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) KABUPATEN LUWU TIMUR Ir. PETER TANDISAU, MS., dkk. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) menjadi focus perhatian pemerintah saat
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN
TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DI LAHAN PEKARANGAN Bunaiyah Hnrita Balai Pengkajian Teknlgi Pertanian (BPTP) Bengkulu Jl. Irian Km. 6,5 Bengkulu 38119 PENDAHULUAN Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri
Lebih terperinciIII. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,
23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Lebih terperinciLAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015
1 LAMPIRAN USULAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA TAHUN 2015 DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA PROVINSI SULAWESI SELATAN DINAS PERTANIAN
Lebih terperinciA MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. 1. Pencatatan dan Dokumentasi pada : W. g. Kepedulian Lingkungan. 2. Evaluasi Internal dilakukan setiap musim tanam.
Petunjuk Pengisian : Lingkari dan isi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan PENCATATAN ATAS DASAR SOP DAN GAP A MANAJEMEN USAHA PRODUKSI. Pencatatan dan Dokumentasi pada : Buku Kerja Jahe PENILAIAN ATAS
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135
TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan
Lebih terperinciTeknik Membangun Persemaian Pohon di Desa
Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa Teknik Membangun Persemaian Pohon di Desa @ 2012 Penyusun: 1. Ujang S. Irawan, Senior Staff Operation Wallacea Trust
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 ANALISIS SITUASI Kelurahan Tegalgede merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember yang berjarak sekitar 2 km dari kampus UNEJ. Batas-Batas wilayah Kelurahan
Lebih terperinciPerkembangbiakan Tanaman
SERI LEMBARAN FAKTA TENTANG Penyimpanan Benih & Perkembangbiakan Tanaman Dikembangkan oleh Yayasan IDEP Dengan dukungan dari the Seed Savers Network Apakah Anda ingin menanam tanaman yang lebih sehat sambil
Lebih terperinciPEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1
PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan
Lebih terperinciPupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)
Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK. Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : S1TI2C
TUGAS AKHIR KULIAH LINGKUNGAN BISNIS BISNIS TANAMAN ORGANIK Disusun oleh : Petrus Wisnu Kurniawan NIM : 10.11.3688 S1TI2C STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Peluang Usaha: Berkebun Organik Kultur hidup sehat saat
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik
KONSEP GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 73 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciBUPATI MALANG BUPATI MALANG,
BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN MALANG TAHUN ANGGARAN 2013 BUPATI
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah: : Desa Purworejo, Kecamatan Pacitan
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Desa Banjarsari terletak di Kecamatan Pacitan, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. Batas-batas wilayah Desa Banjarsari adalah:
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR
20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN
Lebih terperinciBercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)
Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih pakcoy (deskripsi
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung
25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan
Lebih terperinciPenganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap
Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap bermacam-macam bahan pangan. TUJUAN PEMANFAATAN PEKARANGAN 10.3
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang
III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan
Lebih terperinciPenanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji)
Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit Acacia mangium (mangium) dengan perbanyakan generatif (biji) ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciIII. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR
16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa peranan pupuk
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU
Lebih terperinciSumber : Manual Pembibitan Tanaman Hutan, BPTH Bali dan Nusa Tenggara.
Penyulaman Penyulaman dilakukan apabila bibit ada yang mati dan perlu dilakukan dengan segera agar bibit sulaman tidak tertinggal jauh dengan bibit lainnya. Penyiangan Penyiangan terhadap gulma dilakukan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.54, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Benih Bina. Peredaran. Produksi. Sertifikasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG
Lebih terperinciMENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!!
MENGENAL BEBERAPA SISTEM PERSEMAIAN PADI SAWAH!!! Persemaian padi sangat penting sekali sebelum kita melakukan penanaman. Untuk memperoleh hasil yang baik pertama tama kita menentukan jenis varietas Padi
Lebih terperinciBUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH
SALINAN BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN
Lebih terperinciBUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
SALINAN BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI SERUYAN, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG
PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG PERATURAN BUPATI SAMPANG NOMOR : 2 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SAMPANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02/Permentan/SR.120/1/2014 TENTANG PRODUKSI, SERTIFIKASI, DAN PEREDARAN BENIH BINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciAgroteknologi Tanaman Rempah dan Obat
Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg
Lebih terperinciBUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016
BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TANAH BUMBU
Lebih terperincianggota kelompok/komunitas Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Bengkulu.
1 KATA PENGANTAR Disadari bahwa benih menjadi salah satu input produksi yang mempunyai kontribusi nyata terhadap peningkatan produktivitas tanaman. Dalam membangun Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) banyak
Lebih terperinciBUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014
BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN KUANTAN
Lebih terperinciBUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG
1 BUPATI LAMANDAU PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI LAMANDAU NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK
BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK System of Rice Intensification Prepared by : Utju Suiatna Beberapa Contoh Pesawahan SRI Pembibitan Penyiapan Tegalan Penyemaian Untuk bibit 1 ha diperlukan sekitar 5 kg benih
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI TENGAH
BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI TENGAH NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH
Lebih terperinciBUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG ALOKASI, REALOKASI DAN RENCANA KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KAPUAS
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN
Lebih terperinciPENYIAPAN BIBIT UBIKAYU
PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG
1 BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KEBUTUHAN, PENYALURAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SITUBONDO TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciTeknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur
Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Oleh Liferdi Lukman Balai Penelitian Tanaman Sayuran Jl. Tangkuban Perahu No. 517 Lembang Bandung 40391 E-mail: liferdilukman@yahoo.co.id Sesuai dengan
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil penelitian. Pada tahap ini akan dilakukan analisis permasalahan prosedur budidaya kumis kucing di Klaster Biofarmaka
Lebih terperinciBUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )
BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH
MEMANFAATKAN PEKARANGAN PEROLEH RUPIAH Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) merupakan program yang dicanangkan pemerintah dengan tujuan pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciPERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK
PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN
Lebih terperinciPRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU
PRODUKSI BENIH PISANG DARI RUMPUN IN SITU PENDAHULUAN Pisang merupakan tanaman buah utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dengan menempati peringkat teratas konsumsi buah secara nasional. Sifatnya
Lebih terperinciPROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI PENDAHULUAN
PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KELURAHAN PAAL V KOTA JAMBI MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI JAMBI Widya Sari Murni dan Rima Purnamayani Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jambi
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH
BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor terpenting dalam pembangunan Indonesia, terutama dalam pembangunan ekonomi. Keberhasilan pembangunan sektor pertanian dapat dijadikan sebagai
Lebih terperinciRENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018
Target Kinerja Sasaran RENCANA AKSI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KAB. BLITAR TH 2018 Indikator Target Kegiatan Anggaran Penanggung Triwulan Sasaran Indikator Kinerja Volume Satuan Program / Kegiatan Kegiatan
Lebih terperinciBUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGGAMUS,
Lebih terperinciBUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010 BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan
Lebih terperinciUSAHA PEMBIBITAN JABON YANG DISUSUN OLEH NAMA: ELISKA ERLIANDA NPM:
USAHA PEMBIBITAN JABON YANG DISUSUN OLEH NAMA: ELISKA ERLIANDA NPM: 10712014 POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG 2012 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan Tanaman hutan sebelumnya belum di usahakan
Lebih terperinciTEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH
TEKNOLOGI SAMBUNG PUCUK PADA DUKU KUMPEH Oleh: Dr. Desi Hernita BPTP Jambi Duku Kumpeh memiliki rasa manis, legit, daging buah bening, tekstur daging kenyal, tidak berserat, dan hampir tidak berbiji. Rasa
Lebih terperinciDASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN KOMPETENSI KEAHLIAN
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN TAPIN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 91 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR MENIMBANG :
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,
Lebih terperinciWALIKOTA PROBOLINGGO
WALIKOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 51 TAHUN 2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KOTA PROBOLINGGO TAHUN
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BELITUNG
Lebih terperinciBUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN KABUPATEN SINJAI TAHUN ANGGARAN 2016
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG
BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN BADUNG TAHUN ANGGARAN 2010 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciTeknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat
Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN PENYALURAN SERTA HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN MADIUN TAHUN ANGGARAN
Lebih terperinciLAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48/Permentan/OT.140/2009 TANGGAL : 19 Oktober 2009
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 48/Permentan/OT.140/2009 TANGGAL : 19 Oktober 2009 PEDOMAN BUDIDAYA BUAH DAN SAYUR YANG BAIK (GOOD AGRICULTURE PRACTICES FOR FRUIT AND VEGETABLES) A. Latar
Lebih terperinciCUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG
CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2011
Lebih terperinciBUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
SALINAN BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PASER NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN
Lebih terperinci