ISSN X. Metroyadi * Program Pendidikan Gurus Pra Sekolah dan Dasar Universitas Lambung Mangkurat
|
|
- Hadi Hartono
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Upaya Mengembangkan Aspek Fisik Motorik Halus Anak (Meniru Melipat Kertas Origami 1-7 Lipatan) Melalui Media Gambar Dengan Kombinasi Model Explicit Instruction dan Metode Pemberian Tugas Metroyadi * Program Pendidikan Gurus Pra Sekolah dan Dasar Universitas Lambung Mangkurat Terima: Revisi: Daring: Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas guru, aktifitas anak dan hasil capaian perkembangan pada Aspek Fisik Motorik Halus (Meniru Melipat Kertas Origami 1-7 Lipatan ) Sesuai Dengan Media Gambar Menggunakan Kombinasi Model Explicit Instruction Dan Metode Pemberian tugas pada kelompok B di Tk Al Munawwarah Jln. HKSN Gang Kencana RT 17 Banjarmasin pada tahun ajaran 2016/2017. Jumlah anak yang menjadi subjek penelitian adalah 16 orang terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan. Penelitian ini menggunaka pendekatan kualitatif, Teknik analisis data dilakukan menggunakan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan anak, serta data kuantitatif di peroleh dari lembar hasil capaian perkembangan anak. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan kombinasi model Explicit Intruction dan Metode Pemberian Tugas dapat memperbaiki aktifitas guru dengan kategori sangat baik, aktifitas siswa menjadi sangat aktif dan perkembangan aspek fisik motorik halus mencapai dengan berkembang sangat baik j-ppras. All rights reserved Kata kunci: Fisik motorik halus, media gambar, dan pemberian tugas * Korespondensi: metroyadi59@gmail.com j-ppras - Volume 1, Nomor 1,
2 A. Pendahuluan Pendidikan Anak Usia Dini upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar kearah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini (Sujiono, 2012:6). Pendidikan anak usia dini khususnya taman-taman kanak-kanak bertujuan untuk memberikan pengalaman dan mengarahkan kepada pertumbuhan batin, sehingga dengan pertumbuhan batin ini, pengalaman menjadi dasar dalam pertumbuhan dan upaya memicu pertumbuhan anak yang sesuai dengan potensi dan kebutuhannya masing-masing (Suriansyah, 2011:2). Pertumbuhan pada anak usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya pada masa ini, stimulasi seluruh aspek perkembangan memiliki peran penting untuk tugas perkembangan selanjutnya (Mulyasa, 2012:20). Setiap aspek perkembangan kecerdasan anak, baik motorik kasar, motorik halus, dan kemampuan spriritualnya dapat berkembang secara pesat apabila memperoleh stimulasi lingkungan yang memadai. Hal ini penting, karena perkembangan yang terjadi pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya. Pada pendidikan anak usia dini dituntut untuk meningkatkan perhatiannya terhadap anak-anak, bukan sekedar tuntutan masyarakat atau orang tua. Kurikulum dan pembelajaran dikembangkan sedemikian rupa sehingga sesuai dengan perkembangan anak, demikian halnya para pendidiknya harus memiliki mindset yang luas tentang anak-anak dan dunianya, serta memahami berbagai keunikan anak (Mulyasa, 2012:37). Perkembangan fisik motorik akan mempengaruhi kehidupan anak baik secara langsung maupun tidak langsung, perkembangan fisik akan menentukan kemampuan dalam bergerak secara tidak langsung pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan fisik meliputi perkembangan motorik kasar berhubungan dengan gerakan dasar yang terkoordinasi dengan otak seperti berlari, berdiri, berjalan, melompat, memukul, dan menarik. Sedangkan motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan yang lebih spesifik seperti melipat, menulis, menggunting, mengancingkan baju, mengikat sepatu dan sebagainya (Montolalu, 2009:4.6). Perkembangan gerak motorik halus adalah meningkatnya pengkoordinasian gerak tubuh yang melibatkan otot dan syaraf yang jauh lebih kecil atau detail. Kelompok otot dan syaraf inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti melipat, meremas kertas, merobek, menggambar, menulis, dan lain sebagainya (Suyadi, 2010:69). Dengan demikian perkembangan anak merupakan suatu perkembangan yang berhubungan langsung dengan gerakan otot dan syaraf. inilah yang nantinya mampu mengembangkan gerak motorik halus, seperti melipat, meremas kertas, merobek, menggambar, menulis, dan lain sebagainya. Terkait permasalahan yang terjadi disekolah terletak pada lemahnya model dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan melipat kertas yang lebih melibatkan guru dibandingkan dengan anak. Meskipun pada kegiatan melipat itu sangat membutuhkan banyak keterlibatkan guru tetapi juga perlu keseimbangan dengan keterlibatan anak sehingga kemampuan motorik anak dapat tercapai. Selain itu juga jarang dilakukannya kegiatan melipat kertas dalam pembelajaran yang dapat memberikan pengaruh terhadap kemampuan motorik halus anak melakukan gerakan yang rumit untuk dapat berkembang. Berdasarkan pengamatan pada kelompok B di Tk Al Munawwarah Jln. HKSN Gang Kencana RT 17 Banjarmasin. Pada tahun ajaran 2016/2017, kemampuan motorik halus anak, untuk melakukan gerakan yang rumit khususnya dalam kegiatan meniru melipat kertas origami (1-7 lipatan) masih terlihat kurang. Kegiatan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus dalam meniru melipat 8
3 kertas origami (1-7 lipatan) pada anak kelompok B di TK Al Munawwarah Jln. HKSN Gang Kencana RT 17 Banjarmasin, masih sangat jarang dilakukan. Hal ini menyebabkan kemampuan motorik halus anak rendah, sehingga tingkat pencapaiannya dari 16 orang anak belum tercapai, dimana 9 orang anak yang memiliki kemampuan motorik halus dalam meniru melipat kertas origami masih belum berkembang dengan nilai bintang satu (). 4 orang anak yang kemampuan motorik halusnya dalam meniru melipat kertas origami mulai berkembang dengan nilai bintang dua (). 2 orang anak yang kemampuan motorik halusnya dalam meniru melipat kertas origami berkembang sesuai harapan dengan nilai bintang tiga (). 1 orang anak yang kemampuan motorik halusnya dalam meniru melipat kertas origami berkembang sangat baik dengan nilai bintang 4 (). Dari hasil tersebut, terlihat bahwa sebagian besar anak belum mampu mengembangkan motorik halusnya yang apabila hal ini terus dibiarkan dan tidak diatasi maka akan memberikan akibat pada perkembangan kemampuan yang lainnya dalam diri anak. Rendahnya kemampuan motorik halus anak dalam melakukan gerakan yang rumit seperti meniru melipat kertas origami (1-7 lipatan ) disebabkan oleh proses belajar mengajar yang cenderung berorientasi pada pengetahuan. Pendidik juga sangat jarang melakukan kegiatan melipat kertas, sehingga motorik halus anak untuk melakukan gerakan yang rumit tidak berkembang. selain itu, karena penggunaan model dan metode yang terasa monoton dan kurang bervariatif sehingga anak menjadi jenuh dan kurang tertarik dalam mengikuti kegiatan melipat. Pada saat melakukan kegiatan melipat anak mengalami kebingungan, merasa kesulitan dalam mengikuti kegiatan yang diarahkan pendidik karena terlalu cepat dalam menjelaskan kegiatan, sehingga menyebabkan anak menjadi gelisah dan tidak mau melanjutkan tugasnya atau pada akhirnya berujung pada anak yang meminta bantuan, bahkan yang lebih parahnya meminta buatkan pada gurunya. B. Metodologi Metodologi merupakan pedoman dalam mencapai tujuan penelitian (Dalle, 2010). Penelitian ini menggunaka pendekatan kualitatif, untuk melihat bagaimana aktifitas guru dan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran, Teknik analisis data dilakukan dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif diperoleh dari lembar observasi aktivitas guru dan anak, serta data kuantitatif di peroleh dari lembar hasil belajar yang di kumpulkan kemudian disajikan dalam bentuk tabel persentasi. Data kualitatif diperoleh dari lembar observasi tersebut diolah dengan cara: data tentang aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran melalui model explicit instruction dan metode pemberian tugas di peroleh dengan memberikan penilaian berupa skor pada setiap aspek yang diobservasi. Penelitian ini dilaksanakan dua siklus dengan empat kali pertemuan setiap akhir pertemuan dilakukan refliksi untuk perbaikan selanjutnya, pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dilakukan dengan empat Tahap; (a) Menyusun Rencana Tindakan, (b) Pelaksanaan Tindakan, (c) Pengamatan, dan (d) Refleksi Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B Tk B Al Munawarah tahun pelajaran 2016/2017. Jumlah anak yang menjadi subjek penelitian adalah 16 orang terdiri dari 7 orang anak laki-laki dan 9 orang anak perempuan. Penelitian dilakukan pada bidang pengembangan motorik halus dengan tingkat pencapaian melipat sesuai dengan yang dicontohkan oleh gurunya, dengan penggunaan model pembelajaran explicit instruction metode pemberian tugas. C. Hasil dan Pembahasan Peningkatan aktivitas guru dikarenakan adanya refleksi yang dilakukan pada setiap akhir pertemuan. Refleksi dilakukan berupa perenungan kembali apa saja yang telah dikerjakan oleh guru didalam kelas atau pada saat pembelajaran berlangsung, setelah direnungkan kemudian diperbaiki oleh guru sendiri pada pertemuan selanjutnya. pada siklus 1 pertemuan 1 aktifitas guru memperoleh skor 18 dengan kategore cukup baik, pada pertemuan 2 terjadi peningkatan dengan mendapat skor 20 kategore cukup baik, sedangkan pada siklus 2 pada pertemuan 1 mendapat skor 22 kategore baik dan pada pertemuan 2 terjadi peningkatan lagi mencapai indikator keberhasilan mendapat skor 23 dengan kategore sangat baik. j-ppras - Volume 1, Nomor 1,
4 Tercapainya indikator keberhasilan dalam penelitian ini guru dalam menjalankan tugasnya selalu memperbaiki langkah-langkah model explicit instruction dan metode pemberian tugas dalam pembelajaran disertai dengan penuh kesabaran, membimbing anak secara terus menerus. Apabila ada anak yang memerlukan bimbingan dalam menyelesaikan tugasnya, misalnya ada anak kesulitan dalam melipat kertas origami dengan bentuk alat komunikasi yang dianggap anak susah untuk dibedakan, guru sabar dalam membimbing sampai anak bisa dan benar melipatnya atau ketika ada anak mengalami kesulitan dalam memahami pembelajaran guru membimbing dan memberikan pemahaman atau perumpamaan yang mudah dimengerti. Hal diatas sesuai dengan pendapat Arikunto (2012:115) yang menyatakan bahwa tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, antar pendidik/guru perlu memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Jika dalam penerapan suatu tindakan yang dipilih tidak/kurang berhasil maka ia harus tetap berusaha mencari alternative lain. Pendidik juga harus menggunakan pertimbangan dan tanggung jawab profesionalnya dalam mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Yamin dan Sanan (2010:69) menyatakan bahwa salah satu tugas guru adalah memberikan motivasi kepada anak didiknya untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik mungkin secara efektif dan produktif. Guru juga bertanggung jawab melaksanakan sistem pembelajaran agar berhasil dengan baik. Keberhasilan tergantung pada upaya guru membangkitkan motivasi belajar siswanya. Metode pembelajaran digunakan guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Sehubungan dengan hal itu kegiatan pembelajaran explicit instruction dan metode pemberian tugas dengan media gambar dan kertas origami, dapat mewujudkan suasana belajar yang membuat anak aktif dan meningkatkan keantusiasan anak untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran explicit instruction. Menurut kardi (dalam Uno dan Nurdin, 2013:118), Merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar anak. Strategi ini berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik. Strategi ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada anak (Huda, 2014:186). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa model explicit instruction merupakan pembelajaran yang diberikan kepada anak tentang pengetahuan yang dapat dimengerti anak dengan pembelajaran selangkah demi selangkah dan memberikan kesempatan kepada anak untuk latihan lanjutan yang dipimpin oleh guru. Sedangkan Metode pemberian tugas merupakan metode yang diberikan kepada anak semata-mata untuk melatih persepsi pendengaran, meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak, memusatkan perhatian, dan mebangun motivasi anak, bukan melihat hasilnya. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari pemberian tugas yang bersifat memaksa, mendikte, membatasi kreativitas anak terus menerus dalam bentuk pekerjaan rumah atau tugas-tugas lain yang membuat anak justru merasa tertekan, terpaksa, membuat anak bosan, bahkan mungkin sampai pada tingkat frustasi. Dan berikan tugas-tugas yang dapat meningkatkan kreativitas anak, menigkatkan imajinasi anak, melatih motorik, membuat anak lebih bergairah, lebih bersemangat, merasa senang, nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi belajar, dan tugas-tugas lain membuat anak merasa nyaman dan aman ketika belajar dilembaga PAUD. Dengan demikian, tugas yang diberikan dapat mendorong anak-anak untuk lebih tertarik dan betah berada di lembaga PAUD, bukan sebaliknya, misalnya, tugas untuk menggambar bebas, mewarna, menempel, meronce, menggunting, dan melipat (Wiyani, 2012:143). Meningkatnya aktivitas guru ini terjadi karena pada siklus II guru sudah mampu menerapkan langkah-langkah model explicit instruction dan 10
5 metode pemberian tugas dengan media gambar dan kertas origami dengan baik, penggunaan waktu yang lebih efektif, mampu menguasai kelas, mampu membimbing anak yang mengalami kesulitan. Menurut kardi (dalam Uno dan Nurdin, 2013:118), Merupakan salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar anak. Strategi ini berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan procedural yang terstruktur dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. dapat berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan atau praktik. Strategi ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh guru kepada anak. Keberhasilan penelitian model explicit instruction dan metode pemberian tugas dengan media gambar dan kertas origami ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu yang menunjukkan keefektifan seperti yang dilakukan oleh : Sari (2015) yang berjudul Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Halus Meniru Bentuk Melalui Kegiatan Menganyam Menggunakan Kombinasi Metode Demonstrasi Dan Metode Pemberian Tugas Pada Kelompok B Di TK Barunawati Banjarmasin Barat hal ini dapat dilihat pada aktivitas guru setiap pertemuan mengalami perbaikan dari siklus I ke siklus II hingga mendapat skor 34 dengan mencapai kriteria sangat baik. Mira (2015) dengan judul Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Halus (Menjiplak Bentuk) Menggunakan Media Spon Berpola Geometri Melalui Metode Demonstrasi dan pemberian tugas Pada Kelompok A Di TK Amalia Banjarmasin hal ini dapat dilihat pada aktivitas guru setiap pertemuan mengalami perbaikan dari siklus I ke siklus II hingga mendapat skor 36 dengan mencapai kriteria sangat baik. Norhayati (2015) dengan judul Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Halus Dalam Menggambar (finger painting) sesuai gagasannya menggunakan kombinasi model explicit instruction dan metode bermain pada kelompok B1 dapat dilihat pada aktivitas guru setiap pertemuan mengalami perbaikan dari siklus I ke siklus II hingga mendapat skor 33 dengan mencapai kriteria sangat baik. Mufidah (2015) yang berjudul Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Halus (Mengkoordinasikan Mata Dan Tangan Untuk Melakukan Gerakan Yang Rumit) Menggunakan Origami Melalui Metode Demonstrasi Dan Metode Pemberian Tugas Pada Kelompok A dapat dilihat pada aktivitas guru setiap pertemuan mengalami perbaikan dari siklus I ke siklus II hingga mendapat skor 26 dengan mencapai kriteria sangat baik. Aktifitas anak dari setiap pertemuan dalam pembelajaran sebanyak dua siklus empat kali pertemuan selalu terjadi peningkatan aktivitas, keberhasil penelitian ini keaktifan anak mencapai indikator yang ditetapkan aktif dan sangat aktif minimal mencapai 85%. Secara klasikal keaktifan anak pada siklus I pertemuan 1 cukup aktif 88% dan kurang aktif 12% pada pertemuan 2 terjadi peningkatan cukup aktif 37% dan aktif 63%, setelah dilakukan refleksi pada setiap akhir pertemuan pada siklus 2 dilakukan perbaikan keaktifan anak pada pertemuan 1 aktif 63% sangat aktif 37% pada pertemuan 2 aktif 6% sangat 94%, sehingga pencapaian target pada indikator keaktifan anak yang ditetapkan dikatakan telah berhasil. Peningkatan aktifitas siswa ini terjadi karena guru memperbanyak motivasi dan mulai membiasakan anak bekerjasama dengan teman seperti dikatakan oleh Ramadhan (2008) mengatakan bahwa motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan anak yang dilakukan dengan strategi tertentu dan motivasi belajar dapat diarahkan pada kegiatan-kegiatan tertentu. M. Solehuddin (2007) menyatakan anak merasa aman secara psikologis serta kebutuhan-kebutuhan fisiknya terpenuhi, anak membangun pengetahuan, anak beajar melalui interaksi sosial dengan orang dewasa dan anak lainnya, anak belajar melalui bermain, minat dan kebutuhan anak untuk mengetahui terpenuhi dan unsur perbedaan anak diperhatikan. Menurut Natawidjaya dan HA. Moien Moesa (Soegeng Santoso, 2005) Belajar adalah proses perubahan yang terus menerus terjadi dalam diri individu yang tidak ditentukan oleh keturunan tetapi lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor dari luar. Perubahan itu terjadi dalam pandangan hidup, perilaku, keterampilan, persepsi, motivasi atau gabungan dari unsur tersebut. Berikut adalah hasil penelitian yang mendukung peningkatan aktivitas belajar anak dengan menggunakan model explicit instruction dan metode pemberian tugas dengan media gambar dan kertas origami yang dilakukan oleh : j-ppras - Volume 1, Nomor 1,
6 Norhayati (2015) dengan judul Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Halus Dalam Menggambar (finger painting) sesuai gagasannya menggunakan kombinasi model explicit instruction dan metode bermain pada kelompok B1 dapat dilihat pada aktivitas anak dalam menggambar (finger painting) sesuai gagasannya dari 50% pada siklus 1 dan menjadi 80%. Mufidah (2015) yang berjudul Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Halus (Mengkoordinasikan Mata Dan Tangan Untuk Melakukan Gerakan Yang Rumit) Menggunakan Origami Melalui Metode Demonstrasi Dan Metode Pemberian Tugas Pada Kelompok A menyatakan bahwa pengembangan kemampuan motorik halus anak meningkat dan mencapai indikator keberhasilan yaitu pada siklus 1 memperoleh 21,43% dan pada akhir pertemuan di siklus 2 memperoleh 85%. Milawati (2014) yang berjudul Upaya Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Dalam Meniru Bentuk Menggunakan Metode Demonstrasi Pada Kelompok B1 menyatakan bahwa pengembangan kemampuan motorik halus anak meningkat dan mencapai indikator keberhasilan yaitu pada siklus I pertemuan I hanya 33%, pertemuan 2 meningkat menjadi 58%, pada siklus II pertemuan 1 menjadi 75% dan pertemuan 2 mencapai 92%. Sari (2015) yang berjudul Upaya Mengembangkan Aspek Motorik Halus Meniru Bentuk Melalui Kegiatan Menganyam Menggunakan Kombinasi Metode Demonstrasi Dan Metode Pemberian Tugas Pada Kelompok B Di TK Barunawati Banjarmasin Barat hal ini dapat dilihat pada aktivitas anak Menganyam yang meningkat dari 47,29% pada siklus 1 dan menjadi 90,41% pada siklus 2. Syamsiah (2014) dengan judul Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Dalam Menggunting Sesuai Pola Melalui Metode Demonstrasi Pada Kelompok B Di TK Negeri Pembina Banua Anyar Banjarmasin hal ini dapat dilihat pada aktivitas anak Menggunting Sesuai Pola yang meningkat dari 55% pada siklus 1 dan menjadi 90% pada siklus 2. Hasil pencapai perkembangan motorik halus anak setiap kali pertemuan mengalami peningkatan, pada siklus 1 pertemuan 1 anak yang mendapatkan (mulai berkembang) sangat tinggi mencapai 94% sebanyak 15 orang sedangkan yang mendapat (Berkembang Sesuai Harapan) 6% sebanyak 1 orang, pada pertemuan 2 terjadi peningkatan Mulai Berkembang (MB) 75% sebanyak 12 orang mendapatkan bintang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 25% sebanyak 4 orang. Setiap akhir pertemuan siklus 1 dilakukan refleksi dianalisis apa saja dilakukan perbaikan pada siklus 2. Setelah dilakukan perbaikan terjadi peningkatan pencapaian perkembangan motorik halus pada pertemuan 1 anak yang mendapatkan bintang mulai berkembang semakin berkurang 6% sebanyak 1 orang, bintang Berkembang Sesuai Harapan 56% sebanyak 9 orang dan Berkembang Sangat Baik (BSB) 38% se banyak 6 orang, pada pertemuan 2 siklus 2 ini terjadi lagi peningkatan anak yang mendapatkan Berkembang Sesuai Harapan 12% sebanyak 2 orang sedangkan yang mendapat Berkembang Sangat Baik 88% sebanyak 14 orang. Dengan hasil pencapaian perkembangan anak Berkembang Sesuai Harapan 12% dan BSB 88% = 100% berarti telah mencapai target indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 90% dengan kategori minimal Berkembang Sesuai Harapan (BSH). Meningkatnya perkembangan fisik motorik halus anak ini disebabkan suasana pembelajaran dalam model pembelajaran explicit instruction dan metode pemberian tugas dengan media gambar dan kertas origami sangat asyik dan mempraktekkan langsung kegiatan melipat kertas origami menggunakan media gambar dan kertas origami dengan berbagai macam warna, melihat gambar dan anak mampu menyebutkan tentang alat komunikasi apa yang mereka lipat/bentuk gambar tersebut sehinggaa terjadi interaksi dan komunikasi yang baik antara guru dan anak. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menfasilitasi dan meningkatkan interaksi dan kualitas belajar pada diri peserta didik. Pembelajaran harus menghasilkan belajar tapi tidak semua proses belajar terjadi karena pembelajaran. Proses terjadi juga dalam konteks interaksi sosial dalam lingkungan masyarakat. Berdasarkan uraian diatas diambil suatu kesimpulan bahwa penggunaan model pembelajaran explicit instruction dan metode pemberian tugas dengan media gambar dan kertas origami dapat mengembangkan aspek fisik motorik halus anak dalam meniru melipat kertas origami (1-7 lipatan) sesuai dengan media gambar
7 D. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan pada siklus I dan siklus II menunjukan aktifitas guru, aktifitas anak dan hasil pencapai perkembangan motorik halus anak telah mampu mencapai indikator yang telah ditetapkan. Jadi dengan menggunakan kombinasi model pembelajaran explicit instruction dan metode pemberian tugas di Kelompok B TK Al Munawarah Banjarmasin penelitian ini dikatakan berhasil karena dapat mengembangkan Aspek Motorik Halus anak (Melipat Kertas Sederhana 1-7 Lipatan). Kombinasi model pembelajaran explicit instruction dan metode pemberian tugas disarankan dapat menjadi alternatif pemelihan model dan metode dengan menggunakan kertas origami untuk menciptakan pembelajaran yang inovatif. Sehingga tercipta pembelajaran yang aktif dan menyenangkan tentunya dapat meningkat kualitas hasil pembelajaran Daftar Rujukan Arikunto, S. (2014). Penelitian tindakan kelas. Jakarta:PT. Bumi Aksara. Dalle, J. (2010). Metodologi umum penyelidikan reka bentuk bertokok penilaian dalaman dan luaran: Kajian kes sistem pendaftaran siswa Indonesia. Thesis PhD Universiti Utara Malaysia. Huda, M. (2014). Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Montolalu. (2008). Bermain dan permainan anak. Jakarta: Universitas Terbuka. Mulyasa. E. (2012). Manajemen PAUD. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Sujiono, B.. (2005). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Universitas Terbuka. Suriansyah, A. (2011). Landasan pendidikan. Banjarmasin: Comdes. Suriansyah, A. (2013). Panduan penulisan karya ilmiah. Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. Suyadi. (2010). Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: pedagogia. Wiyani, A. N. (2012). Format PAUD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Wiyani, A. N. (2014). Psikologi perkembangan anak usia dini. Yogyakarta: Gava Media Undang-undang RI Nomor 14 Tahun 2005 & Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Tahun Bandung: Citra Umbara. Mufidah, (2015). Upaya mengembangkan aspek motorik halus (mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit). Banjarmasin: S1 PG-PAUD Banjarmasin. Mira, (2015). Upaya mengembangkan aspek motorik halus (menjiplak bentuk). Banjarmasin: S1 PG-PAUD Banjarmasin. j-ppras - Volume 1, Nomor 1,
8 14
ISSN X. MahlanAsmar * & Siti Nurlianti. Program Pendidikan Gurus Pra Sekolah dan Dasar Universitas Lambung Mangkurat
Mengembangkan Aspek Nilai-Nilai Agama dan Moral Anak Dalam Membedakan Perbuatan Baik dan Buruk Menggunakan Model Examples Non Examples Dengan Variasi Media Papan Flanel MahlanAsmar * & Siti Nurlianti Program
Lebih terperinciSagacious Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 1 Juli-Desember 2017
UPAYA MENGEMBANGKAN ASPEK NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL DALAM MEMBEDAKAN PERBUATAN BAIK DAN BURUK MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN VARIASI MEDIA AUDIO VISUAL PADA ANAK KELOMPOK B DI TK AISYIYAH
Lebih terperinciSKRIPSI. DiajukanUntukMemenuhi Sebagian Syarat Guna MemperolehGelarSarjanaPendidikan (S.Pd) PadaProgram Studi PG-PAUD
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DENGAN MEDIA KERTAS PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I MRICAN KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI DiajukanUntukMemenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (paud) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat. Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 dinyatakan bahwa :
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembentukan Sumber Daya Manusia yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat di zaman modren saat ini. Salah satu
Lebih terperinciUPAYA MENGEMBANGKAN ASPEK NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL DALAM MEMBEDAKAN PERBUATAN BAIK DAN BURUK MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES
UPAYA MENGEMBANGKAN ASPEK NILAI-NILAI AGAMA DAN MORAL DALAM MEMBEDAKAN PERBUATAN BAIK DAN BURUK MENGGUNAKAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN VARIASI MEDIA PAPAN FLANEL PADA ANAK KELOMPOK B TK PUSPA KENCANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan anak selanjutnya. Anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan suatu jenjang pendidikan yang berfungsi untuk mengembangkan setiap kemampuan anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS. Warjiatun
Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 1, No. 3, Juli 2016 ISSN 2477-2240 (Media Cetak) 2477-3921 (Media Online) PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap rangsangan yang diberikan dari lingkungan.
Lebih terperinciPENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM.
1 PENINGKATAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE DARI BAHAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH SIMPANG IV AGAM Effi Kumala Sari ABSTRAK Perkembangan Motorik Halus anak di Taman Kanak-kanak
Lebih terperinciLangsat Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Sosial Vol. 4 No. 2 Juli-Desember 2017
MENGEMBANGKAN ASPEK KEAKSARAAN ANAK DALAM MENGENAL SIMBOL- SIMBOL MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE BERCAKAP CAKAP DENGAN MODEL MAKE A MATCH DAN METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK KELOMPOK A DI TK AISYIYAH 23
Lebih terperinciJurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1)
Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 4(1)-2018 53 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Dengan Metode Make A Match Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan Untuk Sebagian Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) Pada Jurusan PG-PAUD OLEH :
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENYUSUN BEKAS OROTAN PENSIL MENJADI BENTUK BUNGA PADA ANAK KELOMPOK B TK PKK PULEREJO I KECAMATAN BAKUNG KABUPATEN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2015/ 2016
Lebih terperinciMahlan Asmar dan Aulia
UPAYA MENGEMBANGKAN ASPEK MOTORIK HALUS DALAM MENGKOORDINASIKAN MATA DAN TANGAN UNTUK MELAKUKAN GERAKAN YANG RUMIT MENGGUNAKAN KOMBINASI MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DAN METODE PEMBERIAN TUGAS PADA ANAK
Lebih terperinciPENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU. Ari Okta Pratiwi 1
1 PENGARUH METODE PEMBERIAN TUGAS TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK KELOMPOK B2 DI TK SAMPOROA DHARMA WANITA PERSATUAN KOTA PALU Ari Okta Pratiwi 1 ABSTRAK Masalah pokok dalam tulisan ini adalah kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan kegiatan universal dalam kegiatan manusia. Karena pada hakekatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk memanusiakan manusia itu sendiri,
Lebih terperinci2014 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini ( PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Agar dilakukan melalui
Lebih terperinciDisusun oleh : WINDITA FITRI ILHAMI A
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MENGANYAM PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI MRISEN III KLATEN TAHUN AJARAN 2014/2015 Artikel Publikasi Ilmiah, diajukan sebagai salah satu persyaratan
Lebih terperinciISSN X. Rizky Amalia * & Ramadi. Program Magister Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Lambung Mangkurat
Upaya Mengembangkan Kemampuan Aspek Bahasa Anak (Berbicara) Dalam Menyebutkan Simbol-Simbol Huruf Yang Dikenal Menggunakan Metode Bercakap- Cakap Dikombinasikan Dengan Model Make A Match Melalui Media
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Disusun oleh MAHMUDAH NPM:
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING DAN MENEMPEL MENGGUNAKAN MEDIA KAIN PERCA PADA ANAK KELOMPOK A TK PRIMA INSAN SHOLEH TALUN Artikel Penelitian Diajukan Untuk Penulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGANYAM DI KELOMPOK B TK ABA II PANTOLOAN Muhima Talfiana Ningrum 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah sebagian anak kurang mampu atau
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1
NASKAH PUBLIKASI UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK PERTIWI 1 NAMBANGAN KECAMATAN SELOGIRI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2012/2013 Disusun Oleh : DHONA
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PENDEKATAN PAIKEM PADA KELOMPOK B DI TK UMMAHAT DDI Ening 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah kemampuan motorik halus anak dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan kehidupan manusia, yang akan menentukan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG UPI Kampus Serang Nova Sri Wahyuni, 2016
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam meningkatkan sumber daya manusia yang terus diperbaiki dan direnovasi dari segala aspek. Pendidikan sebagai tempat pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangannya anak usia dini merupakan masa-masa keemasan yang harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak pada rentang usia 4-6 tahun merupakan bagian dari tahapan anak usia dini yang memiliki kepekaan dalam menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu jenjang pendidikan yang ditujukan untuk anak usia 0-6 tahun. Aspek yang dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini adalah aspek
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini hingga akhir kelak. Dalam hal ini
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu program untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan dalam mempersiapkan kehidupan yang lebih lanjut, pendidikan dimulai dari sejak dini
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO
NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENGEMBANGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MENGGUNTING GAMBAR PADA KELOMPOK B TK PERINTIS MONGKRONG WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SRI MULYATI ARIFAH NIM.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan bagi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia dini pada hakikatnya merupakan anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK AL-KHAIRAAT LOLU
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS PADA KELOMPOK B DI TK AL-KHAIRAAT LOLU Rosyida Labonati 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan motorik
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK DAWUNGAN I MASARAN SRAGEN
NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN KOLASE PADA KELOMPOK B TK DAWUNGAN I MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2012 / 2013 Disusun oleh : ITA PURNAMA SARI A 520 090
Lebih terperinciPERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU
PERANAN KEGIATAN MENGGAMBAR DALAM MENINGKATKAN MOTORIK HALUS PADA ANAK DI KELOMPOK B TK BUNGAMPUTI DWP UNTAD PALU Arni Anggriyani 1 ABSTRAK Pengembangan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tiarah, 2015 Meningkatkan keterampilan motorik halus anak aspek menulis melalui media lilin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa usia taman kanak-kanak adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan cepat, hal ini terlihat dari sifat anak yang terlihat jarang sekali
Lebih terperinciAl-Hikmah Jurnal Kependidikan dan Syariah
MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR MELALUI LOMPAT KANGURU PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN Oleh : Rosa Imani Khan, Ninik Yuliani Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Nusantara
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO
ARTIKEL ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN JAM PINTAR DI TAMAN KANAK - KANAK PEMBINA KEC. BARANGIN SAWAHLUNTO Oleh FEDRIYENTI NIM. 58667/2010 JURUSAN PENDIDIKAN GURU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang sedang dikembangkan oleh pemerintah saat ini, karena usia dini berada pada
Lebih terperinciJURNAL. Oleh: MUIN DWI ASTUTI NPM P. Dibimbing oleh : 1. DEMA YULIANTO, M.Psi. 2. ANIK LESTARININGRUM, M.Pd.
JURNAL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DALAM PEMANFAATAN BAHAN BEKAS PADA ANAK KELOMPOK B DI TK DHARMA WANITA 02 KARANGTALUN KALIDAWIR TULUNGAGUNG IMPROVED
Lebih terperinciRamadi, Eva Sarah Program Pendidikan Guru Pra Sekolah dan Dasr Universitas Lambung Mangkurat
MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RINGKASAN ISI CERITA DENGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY, COOPERATIVE INTEGRATED, READING AND COMPOSITION (CIRC) DAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) PADA
Lebih terperinciMENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS DI KELOMPOK B TK AISYIYAH PARIGI Ulfa 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak melalui
Lebih terperinciJurnal Paradigma, Volume 10, Nomor 1, Januari 2015
PENGGUNAAN MODEL DIRECT INSTRUCTION KOMBINASI DENGAN TEAM GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG DI KELAS V SDN KUIN CERUCUK 3 BANJARMASIN Diana Fatmasari, Hj.
Lebih terperinciMENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN
MENGENALKAN HURUF MELALUI LONCAT ABJAD PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN SITI LATIFATU NAILI RISLINA; ROSA IMANI KHAN Program Studi PG PAUD Universitas Nusantara PGRI Kediri Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roslinawati Nur Hamidah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini pada hakikatnya adalah anak yang berusia 0-6 tahun yang sedang berada dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciHUBUNGAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) DENGAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK A TK MELATI TONDO KECAMATAN MANTIKULORE
HUBUNGAN KEGIATAN MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) DENGAN KREATIVITAS ANAK DI KELOMPOK A TK MELATI TONDO KECAMATAN MANTIKULORE CITRA YANA¹ ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah kreativitas anak belum berkembang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan sangat menentukan perkembangan
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK KLAS B TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2012/2013
PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI PERMAINAN MELIPAT KERTAS PADA ANAK KLAS B TK ABA MERBUNG KLATEN SELATAN TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Lebih terperinciArtikel Skripsi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan PG-PAUD.
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DENGAN MEMBUAT BERBAGAI BENTUK GEOMETRI MENGGUNAKAN ADONAN TEPUNG PADA ANAK KELOMPOK A TK DHARMA WANITA SUMBERASRI 03 KECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa usia dini adalah masa dimana perkembangan fisik motorik anak berlangsung dengan sangat cepat, hal ini terlihat dari sikap anak yang terlihat jarang sekali
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk. pada jalur formal, nonformal, dan informal.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak
Lebih terperinciPembelajaran Sistem Area Dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak Di TK Purwo Kencono Desa Purworejo
Pembelajaran Sistem Area Dalam Meningkatkan Minat Belajar Anak Di TK Purwo Kencono Desa Purworejo Khurotun (10261306) Maahasiswa PG-PAUD IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Penelitian ini didasarkan pada permasalahan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI
1 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI MEDIA BUBUR KERTAS PADA ANAK KELOMPOK B TK PERTIWI BEKU TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga umur 6 tahun dengan cara merangsang dan membantu pertumbuhan jasmani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kegiatan dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kemampuan motorik seseorang. Berjalan, berlari, melompat, menulis, menggambar, menggunting merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa keemasan karena pada masa itu keadaan fisik maupun segala. kemampuan anak sedang berkembang cepat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambang Sujiono, dalam metode pengembangan fisik (2005:10) Masa 5 tahun pertama pertumbuhan dan perkembangan anak sering disebut sebagai masa keemasan karena pada masa
Lebih terperinciPERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN KREATIVITAS SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) PADA ANAK TK AL-KHAIRAAT BOBO KECAMATAN DOLO BARAT
PERANAN GURU DALAM PEMBELAJARAN KREATIVITAS SENI MELIPAT KERTAS (ORIGAMI) PADA ANAK TK AL-KHAIRAAT BOBO KECAMATAN DOLO BARAT Hikmah 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh keinginan untuk mengetahui
Lebih terperinciPENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU
PENGARUH METODE DEMONSTRASI TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B TK PEMBINA PALU Fadlina H.Rauf H.Lolo 1 ABSTRAK Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh metode
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK MENGGUNAKAN BUBUR KORAN BEKAS DI TAMAN KANAK-KANAK AL QUR AN AMAL SALEH PADANG Lili Saputri* Abstrak: Kemampuan motorik halus anak di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mandiri ilmu yang dipelajarinya. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan manusia. Melalui pendidikan kita mentrasfer pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada program studi PG-PAUD
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERHITUNG 1-10 MELALUI PENGGUNAAN MEDIA BOLA ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A TK KUSUMA MULYA BAKALAN 1 DESA BAKALAN KECAMATAN GROGOL KABUPATEN KEDIRI TAHUN AJARAN 2015-2016 SKRIPSI Diajukan
Lebih terperinciMENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ESTAFET GELANG KARET PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Artikel Skripsi MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI PERMAINAN ESTAFET GELANG KARET PADA ANAK KELOMPOK A TK PERWANIDA I KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan hasil belajar berfikir logis, sistematis, kritis dan kreatif, serta hasil belajar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan matematika/pengenalan konsep bilangan wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai dari usia PAUD, untuk membekali peserta didik dengan hasil belajar
Lebih terperinciMENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERCOBAAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B2 TK GAMALIEL PALU
MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERCOBAAN SAINS SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK B2 TK GAMALIEL PALU Kuswartiningsih 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian adalah rendahnya kreativitas anak kelompok
Lebih terperinciHUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU
HUBUNGAN KEGIATAN MONTASE DENGAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK DI KELOMPOK B1 TK ALKHAIRAAT TONDO PALU RAODATUL MUNAWARA 1 ABSTRAK Masalah dalam tulisan ini adalah apakah ada hubungan kegiatan montase dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak didik. sekolah. Melalui bermain anak-anak dapat menghasilkan pengertian atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas kegiatan belajar mengajar adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik atau sumber belajar pada sustu lingkungan belajar. Pada dasarnya kegiatan
Lebih terperinciMENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH
MENINGKATKAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA KELOMPOK B TK EL. ROY BALEURA KECAMATAN LORE TENGAH Verlis Bagia 1 ABSTRAK Permasalahan utama pada penelitian ini yaitu kurangnya kemampuan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. TK ini berada di tengah-tengah Kota Gorontalo dan telah banyak menamatkan anak
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Pertiwi Kecamatan Hulontalangi Kota Gorontalo.
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI PERMAINAN PESAN BERANTAI DI TK TAUFIQ PERGURUAN ISLAM BAYUR. Mulyati ABSTRAK
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK ANAK MELALUI PERMAINAN PESAN BERANTAI DI TK TAUFIQ PERGURUAN ISLAM BAYUR Mulyati ABSTRAK Latar belakang dalam penelitian ini adalah masih banyak ditemui anak yang kemampuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PAUD sebagai salah satu bentuk lembaga pendidikan anak usia dini yang dalam proses pembelajarannya menekankan pada prinsip bermain sambil belajar dan belajar
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI
1 PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI IMITASI DALAM GERAK TARI DI TAMAN KANAK KANAK AL HIKMAH LUBUK BASUNG FIRMAWATI ABSTRAK Kemampuan motorik kasar anak masih rendah. Penelitian bertujuan
Lebih terperinciPERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI
PERANAN FINGER PAINTING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK MENGENAL KONSEP WARNA DI KELOMPOK B TK NURUL ISLAM LAMBARA KECAMATAN TAWAELI Rifka Gayatri 1 ABSTRAK Permasalahan dalam penulisan ini adalah adakah peranan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam hal mendewasakan
Lebih terperinciMENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap anak akan melewati tahap tumbuh kembang secara fleksibel dan berkesinambungan. Salah satu tahap tumbuh kembang yang dilalui anak adalah masa prasekolah (4-5
Lebih terperinciHALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL. : Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Sisa Kardus Bekas Taman Kanak- Kanak Padang
0 HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL Judul : Peningkatan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan Bahan Sisa Kardus Bekas Taman Kanak- Kanak Padang Nama : Khairi Angraini NIM : 2009/51100 Jurusan : Pendidikan Guru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penerapan kegiatan keterampilan motorik halus bertujuan untuk meningkatkan kemandirian. 4.1.1 Deskripsi Kondisi awal Langkah awal yang dilakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pedidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang mendasar melalui pembinaan dan pengembangan potensi anak dari usia 0-6 tahun. Untuk itu hendaknya pendidikan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK PLAYGROUP DI PAUD NUR ROHMAH PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN PLASTISIN PADA ANAK PLAYGROUP DI PAUD NUR ROHMAH PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan prasekolah pada dasarnya diselenggarakan dengan tujuan memberikan fasilitas tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana tercantum dalam Undang-undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TAMAN KANAK-KANAK TRI BINA PAYAKUMBUH
PENINGKATAN KEMAMPUAN SAINS ANAK USIA DINI MELALUI METODE DEMONSTRASI DI TAMAN KANAK-KANAK TRI BINA PAYAKUMBUH Oleh YULIA SARI NIM :2007/88541 JURUSAN PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia lahir sampai dengan memasuki pendidikan dasar merupakan masa keemasan. Peran dan kesadaran yang dimiliki orang tua untuk menempatkan anak-anak mereka
Lebih terperinciBAB I PANDAHULUAN. kehidupan selanjutnya dan memiliki sejumlah karakteristik tertentu.
1 BAB I PANDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu sebagai makhluk sosial kultural yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum Sekolah Dasar (SD) yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Nurhayati, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini memiliki peran penting bagi perkembangan individu dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pada usia tersebut berbagai aspek perkembangan anak mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani
Lebih terperinciPENINGKATAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK A DI TK WONOREJO KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PENINGKATAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI BERMAIN PERAN PADA ANAK KELOMPOK A DI TK WONOREJO KECAMATAN KALIJAMBE KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia dini, bahkan sejak dalam kandungan menentukan derajat kualitas kesehatan, intelegensi, kematangan emosional dan produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada
Lebih terperinci