Model Komunikasi Wisata Terselubung Pelacuran Ilegal di Kota Padang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model Komunikasi Wisata Terselubung Pelacuran Ilegal di Kota Padang"

Transkripsi

1 Model Komunikasi Wisata Terselubung Pelacuran Ilegal di Kota Padang Elva Ronaning Roem, Atwar Bajari Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas, FIKOM Universitas Padjadjaran Pendahuluan Kota Padang, yang terletak di Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki alam yang indah sebagai tempat wisata bagi para Turis baik lokal, nasional maupun internasional. Dengan kontur alam yang indah yang memiliki pantai dan pegunungan serta bukit yang indah membuat para wisata menyukai beberapa destinasi yang ada di Provinsi Sumatera Barat. Namun sisi unik dari provinsi yang dikenal dengan Nagari Minangkabau ini juga tak luput dari wisata lain yang banyak mengundang penasaran para wisatawan, terutama masyarakat yang pernah datang ke tempat tersebut. Dengan sebutan terselubung menandakan bahwa orang-orang yang pernah melihat sekedar mengobati rasa penasaran atau mungkin memang ingin mencoba wisata tersebut sudah paham bahwa terselubung yang dimaksud dalam hal ini adalah belasan wanita malam yang berpenampilan seksi menawarkan jasa seksual langsung dari pinggir jalan kepada para lelaki yang melintas di sepanjang jalan Diponegoro Kota Padang. Jalan ini seakan telah menjadi tempat khusus bagi wanita malam yang bekerja secara illegal dan bersifat terselubung dalam menawarkan jasa birahi yang membuat kaum papa betah untuk mengunjungi tempat tersebut, sekedar menawar, iseng bahkan serius untuk mengajak wanita-wanita cantik ini untuk berkencan bersama mereka. Wanita malam ini dikenal dengan pelacur illegal berasal dari kalangan berbagai kategori. Ada yang mahasiswi, ada pula perempuan Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 37

2 yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan ibu rumah tangga yang telah bercerai. Melakoni pekerjaan melacur karena merasa tak mampu melakukan pekerjaan yang lain lagi, serta menilai bahwa melacur pekerjaan instan yang bisa mendatang uang banyak dalam hitungan waktu yang cepat. Hanya dengan modal berani bermain peran, tubuh seksi dan wajah yang menarik serta mampu memainkan kata-kata dan bahasa yang menggoda pekerjaan melacur menjadi sebuah pekerjaan yang mudah bagi pelakunya. Jalan yang mereka sulap sebagai lokasi illegal dalam wisata terselubung ini sesungguhnya juga tidak pernah diakui oleh masyarkat kota padang dan Pemerintah Kota Padang. Wisata terselubung justru menjadi wisata langka yang dalam kenyataannya saat ini selalu diminati siapapun terutama para kelaki. Sebuah rilis berita menyebutkan bahwa hal yang menjadi pesaing utama wisata halal itu di Sumatera Barat, terutama di Kota Padang pada malam hari, dimulai dari tenggelamnya matahari sampai terbit fajar dan azan subuh berkumandang adalah praktek pelacuran 1. Rilis berita media online ini membuktikan bahwa wisata halal di Kota Padang seakan kalah saing dengan wisata terselubung yang disebut dengan wisata haram. Daya tarik perhatian kaum lelaki justru menjadikan kegiatan praktek pelacuran illegal di malam hari ini semakin buming dan menjadi fenomena yang unik terjadi di Kota Padang, yang notabene dikenal sebagai salah satu kota religi yang kuat dengan filosopi Adat Besandi Syarak, Syarak Besandi Kitabullah. Filosofi ini memiliki arti landasan dari sistem nilai adalah agama yang menjadikan Islam sebagai sumber utama dalam tata dan pola perilaku serta melembaga dalam masyarakat Minangkabau dan menjadi identitas kultural bagi orang Minang. Namun pada praktik kehidupan, filosofi ini sudah terkikis salah salah satunya dengan munculnya kegiatan illegal pelacuran terselubung yang dilakoni oleh orang Minang sendiri yang sudah kehilangan moralitas dalam hidup dan perilaku mereka. Menciptakan wisata haram di Sumatera Barat terutama di Kota Padang. Bahkan Pemerintah Kota Padang sendiri hingga saat ini masih dinilai gagal dalam menanggulangi kegiatan pelacuran terselubung ini. Hal ini 1 Lihat 38 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

3 dibuktikan dengan rilis berita yang menyebutkan bukti nyata dari kegagalan Pemkot Padang dalam memberantas praktik Prostitusi dengan banyaknya mobil yang berkeliling menjajakan perempuan pekerja seks setiap malamnya. Beberapa kawasan di Kota Padang akan berganti menjadi tempat transaksi para wanita penghibur dan pria hidung belang 2. Dalam aktivitasnya, pelacur illegal adalah pelacur yang bekerja secara diam-diam dan berusaha menutupi pekerjaannya karena pekerjaannya tersebut berhubungan dengan urusan jual beli seksual yang dinilai tabu. Oleh karena itu pelakunya selalu berhati-hati dalam melakoni pekerjaan tersebut dengan berbagai alasan yang mengiringinya. Pesan komunikasi yang berbentuk serta beragam pun mereka munculkan untuk memberi isyarat bagi kaum lelaki bahwa mereka memang menjual jasa seksual namun berbentuk terselubung atau illegal. Istilah pesan adalah sebagai produk utama komunikasi sangat memiliki peran penting bagi pelacur illegal di Kota Padang. Pesan yang dimunculkan pelacur illegal di Kota Padang ini berupa simbolsimbol yang mereka munculkan yakni melalui mangkal di pinggir jalan dengan menggunakan mobil serta memakai pakaian yang seksi dan pesan tersebut merupakan bentuk sikap, perasaan, praktik maupun tindakan yang mereka tunjukkan bahwa mereka adalah pelacur atau wanita penghibur yang bisa memuaskan siapapun. Komunikasi yang dapat terjadi dalam diri pelacur mempunyai tujuan tertentu. Artinya komunikasi yang dilakukan sesuai dengan keinginan dan kepentingan para pelakunya. Dalam hal ini tujuan mereka berkomunikasi pada para lelaki adalah untuk mendapatkan uang dengan alasan yang dibungkus baik karena kekurangan akan faktor ekonomi maupun untuk melengkapi gaya hidup yang juga memerlukan uang banyak untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan. Freud (Kartono, 2007: 90) mengatakan bahwa seks merupakan energi psikis yang ikut mendorong manusia untuk aktif bertingkah laku. Tidak hanya berbuat di bidang seks saja, yaitu melakukan relasi seksual atau bersenggama, akan tetapi juga melakukan kegiatan- 2 Lihat, Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 39

4 kegiatan nonseksual. Sebagai energi psikis, seks menjadi motivasi atau tenaga dorong untuk berbuat atau bertingkah laku. Bagi Pelacur illegal di Kota Padang, kegiatan mangkal yang mereka lakukan mulai pukul hingga Wib jelang subuh merupakan sebuah rutinitas yang memang harus dilakukan. Dengan jumlah saingan yang tidak sedikit di sepanjang jalan yang sama mereka kuasai, membuat para wanita malam ini yakin bahwa pekerjaan tersebut akan mendapat ridha dari yang Maha Pencipta agar mereka bisa bertahan hidup dengan keadaan mereka sendiri. Komunikasi yang bersifat langsung harus benar-benar mereka kuasai agar bisa mendapat pelanggan yang mau membayar mereka. Komunikasi langsung biasanya dimunculkan dalam komunikasi ekpresif yang selalu mereka tonjolkan dari penampilan-penampilannya. Sehinga kegiatan wisata terselubung ibarat sebuah wisata yang unik karena dalam hal ini wisata tersebut sesungguhnya dimunculkan dari wanita-wanita seksi yang bergerak dalam pelacuran terselubung. Berdasarkan fenomena yang muncul tentang Wisata terselubung di Kota Padang yang dilakoni oleh pelacur illegal, penulisan ini juga sekaligus bertujuan untuk melihat dan mengetahui bagaimana model komunikasi wisata terselubung pelacuran illegal di Kota Padang. Kajian Teori Menurut definisi yang luas, pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Namun menurut Leiper (Cooper et.al, 1998:5) terdapat tiga elemen utama yang menjadikan kegiatan wisata di sebuah daerah bisa terjadi. Kegiatan wisata terdiri atas beberapa komponen utama, yakni: pertama, wisatawan, ia adalah aktor dalam kegiatan wisata. Berwisata menjadi sebuah pengalaman manusia untuk menikmati, mengantisipasi dan mengingatkan masa-masa di dalam kehidupan. Kedua adalah elemen geografi misalnya keunikan daerah yang menjadi destinasi wisata tersebut, dan ketiga adalah industri pariwisata. Sementara itu wisata terselubung merupakan wisata yang penulis 40 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

5 munculkan dalam tulisan ini sebagai bentuk wisata yang unik. Dalam hal ini unik karena bentuk kegiatannya bukanlah yang berhubungan dengan alam serta keindahannya, namun dalam hal ini berhubungan dengan kegiatan praktik pelacuran yang bersifat illegal. Menurut Kartini Kartono (1992: 209) pelacuran illegal adalah pelacuran yang tidak terdaftar dan pelakunya menjajakan diri secara secara diamdiam, gelap-gelapan dan liar, baik secara perorangan maupun dalam kelompok. Perbuatannya tidak terorganisasi, tempatnya pun tidak tertentu. Dalam praktik pelacuran, para pelacur tidak lepas dari proses komunikasi. Hovland, Janis & Kelley (1953:315) menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian dan lain-lain. Melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, dan lain-lain. Dalam kegiatan komunikasi setiap pelaku komunikasi setidaknya melakukan empat tindakan dalam hidup mereka yakni: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Bagi pelacur illegal yang merupakan wanita penggoda, pesan komunikasi mereka munculkan dengan cara yang berbeda-beda, ada yang bersifat verbal yakni melalui bahasa maupun non verbal yang ditunjukkan melalui penampilan-penampilan mereka yang menggoda dengan berbagai fashion yang menghiasi tubuh mereka. Pesan komunikasi dalam hal ini tentu saja muncul dan terjadi dalam benak kepala pelacur melalui proses kerja sistem syaraf mereka masingmasing yang tentu tidak sama antara satu dan yang lainnya. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain yakni para lelaki hidung belang yang bisa dikatakan bagian dari wisatawan mereka dalam wisata terselubung. Pesan komunikasi disampaikan baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pesan yang diterima calon pelanggan atau bahkan pelanggan yang ini kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan dengan merespon apa saja yang ditawarkan pelacur dalam kegiatan wisata terselubung. Dalam sebuah jurnal komunikasi disebutkan Kota Padang tidak memiliki lokalisasi khusus dalam urusan jasa seksual, Pelacuran memiliki caranya masing-masing untuk mendapatkan pelanggan. Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 41

6 Salah satunya adalah melakukan pelacuran terselubung yakni kegiatan menjajakan jasa seksual dengan cara sembunyi agar terhindar dari razia yang dilakukan Pemerintah setempat (Roem, 2014: 89). Pelacuran terselubung terpaksa dilakukan karena kegiatan pelacuran di Kota Padang sesungguhnya tidak pernah diakui keberadaannya, sehingga dalam praktiknya menjajakan diri bagi pelacur illegal memiliki tujuan akhir adalah untuk mendapatkan uang. Dalam kesaharian, uang memegang peranan dalam roda kehidupan, dan untuk mendapatkannya secara instan hanya bisa dilakukan dengan cara menjual diri. Menjual diri membutuhkan bermain peran agar para pelirik jasa seksual tertarik dengan apa yang mereka lihat. Bermain peran bagi pelacur harus dilakukan sedemikian rupa, dengan istilah bahwa apa yang mereka lakukan harus membuahkan hasil, sehingga bermain peran dipoles dengan berbagai tindakan yang disesuaikan dengan kemampuan para pelacur masing-masing dalam bermain peran dalam teater mereka di dunia pelacuran terselubung. Erving Goffman menggambarkan interaksi sosial sebagai suatu pertunjukan teater dimana masing-masing orang bertindak dalam jalur tertentu. Jalur itu adalah sejumlah tindakan verbal dan nonverbal yang dipilih secara hati-hati untuk mengekspresikan diri. Tentu saja jalur ini dapat berubah dari suatu situasi ke situasi lain menurut derajat kepentingan yang dimiliki individu. Menurut Goffman bahwa salah satu aturan dasar interaksi sosial adalah komitmen yang saling timbal-balik di antara individu-individu yang terlibat mengenai peran (role) yang harus dimainkannya (Goffman, 1959: 120). Pelacur juga memiliki peran dalam hidup mereka. Sama halnya seperti yang diungkapkan Goffman yakni: 1. Penampilan muka (proper front) Yakni perilaku tertentu yang diekspresikan secara khusus agar orang lain mengetahui dengan jelas peran si pelaku (aktor). Front ini terdiri dan peralatan lengkap yang kita gunakan untuk menampilkan diri. Front ini mencakup 3 aspek (unsur), yaitu setting (serangkaian peralatan ruang dan benda yang digunakan); appearance (penggunaan petunjuk artifaktual, misal pakaian, rencana, atribut-atribut; dan manner (gaya bertingkah laku, misal cara berjalan duduk, berbicara, memandang, dll.) 42 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

7 Dalam hal ini pelacur menampilkan diri mereka semenarik mungkin, mulai dari penampilan diri serta body languange mereka yang harus menjual sehingga penarik diri mereka sesungguhnya terletak dari kemahiran mereka masing-masing dalam proper front tersebut. 2. Keterlibatan dalam perannya Hal yang mutlak adalah aktor sepenuhnya terlibat dalam perannya. Dengan keterlibatannya secara penuh akan menolong dirinya untuk sungguh-sungguh meyakini perannya dan bisa menghayati peran yang dilakukannya secara total. Sebagai actor, pelacur memiliki wilayah peran yang memang yang sudah mereka persiapkan dengan matang. Salah satunya adalah panggung depan mereka. Panggung yang mereka ibaratkan sebagai pentas pertunjukan diri. Keterlibatan dalam peran menjadi pelacur yang sesungguhnya mereka tunjukkan bahwa mereka memang mampu menjadi pemuas kebutuhan seksual orang yang menginginkan jasa mereka. 3. Mewujudkan idealiasasi harapan orang lain tentang perannya Dalam hal ini pelacur harus mengetahui tipe perilaku dari calon pelanggan mereka. Apa yang diharapkan dan orang-orang pada umumnya mengenai perannya, dan memanfaatkan diri untuk diperhitungkan dalam penampilannya. Kadang-kadang untuk memenuhi harapan orang pada umumnya, dia harus melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Misalnya, pelacur yang sudah berpengalaman sebenarnya dia dapat menebak apa yang diinginkan pelanggannya hanya dengan menatap sekilas pada pupil matanya. Namun jika pelacur langsung to the point mungkin saja dia akan dibayar murah oleh pelanggan. Untuk menghindari masalah ini, maka pelacur itu akan berusaha untuk menyombongkan diri karena merasa yakin bahwa penampilan baik verbal maupun non verbalnya sangat memukau sehingga pelangganpun berusaha untuk mengejar dan menawar dirinya dengan harga tinggi. 4. Mystification Akhirnya Goffman mencatat bahwa bagi kebanyakan peran performance yang baik menuntut pemeliharaan jarak sosial tertentu di antara aktor dan orang lain. Misalnya seorang pelacur harus memelihara jarak yang sesuai dengan calon pelanggan, dia tak boleh Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 43

8 terlalu kenal dan akrab, supaya dia tetap menyadari perannya dan tidak hilang dalam proses tersebut. Metode Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan phenomenological research atau penelitian fenomenologi, yaitu penelitian yang bertujuan mengidentifikasi dan mendekripsikan pengalaman subyektif dari pelacuran illegal dalam pelacuran terselubung. Dengan mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa pelacur Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998), pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh informan. Pemilihan informan dilakukan dengan teknik purposive. Dengan mengambil 10 orang informan pelacur illegal yang bekerja secara terselubung di kawasan jalan Diponegoro Kota Padang. Hasil Penelitian dan Pembahasan Model komunikasi wisata terselubung Pelacuran di Kota Padang Pada hasil penelitian ini dimunculkan bagaimana model wisata terselubung dari pelacur dalam melakukan aktivitas terselubung. Pekerjaan melacur hampir dilakukan setiap hari, bahkan hari yang memiliki hoki yang sangat penting adalah malam Jumat dan malam Sabtu. Menurut ECA dan YK, merupakan informan pelacur dalam tulisan ini, pada dua malam itu para calon pelanggan yang mereka tunggu akan berdatangan. Biasanya calon pelanggan adalah masyarakat lokal kota Padang sendiri namun khusus malam Jumat dan sabtu biasanya calon pelanggan berasal dari luar kota. Informan pelacur lainnya adalah SP, WT dan KR, Mereka menyebut malam Jumat dan malam Sabtu adalah malam panjang yang disebut dengan istilah malam wisata terselubung. 44 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

9 Dengan artian bahwa pada akhir minggu mereka akan menggaleh pada para lelaki hidung belang, para calon pelanggan yang merupakan kebanyakan wisatawan dari luar kota tersebut akan menghabiskan waktu bersama mereka. Informan UL, MIA, VT menyatakan bahwa rupiah demi rupiah akan jauh bermakna penting setiap akhir minggu masuk ke dalam dompet mereka hanya dengan cara menggaleh melalui wisata terselubung. Seperti yang dikutip dalam sebuah tulisan dari artikel peneliti sendiri, bagi pelacur makna menggaleh adalah menjual dalam versi yang lain, yakni menjual diri secara sadar dengan tujuan dan alasan tertentu. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang memiliki pengaruh penting untuk semua kebutuhan manusia. Motif ekonomi ini yang kemudian secara sadar menjadi faktor yang memotivasi seorang untuk berprofesi menjadi pelacur yang dapat menghasilkan uang (dimuat dalam proceeding Penguatan Komunikasi Dalam Industri Parawisata Budaya Dan Ekonomi Kreatif, dipresentasikan dalam Konferensi Internasional April di Tanjung Pinang). Salah satu kawasan pelacuran terselubung yang menjadi objek dalam penelitian wisata terselubung yang dibahas dalam tulisan ini adalah, kawasan sepanjang Jalan Diponegoro. Pelacur illegal melakukan rutinitas wisata terselubung dimulai dari pukul WIB hingga pukul jelang subuh. Cara menawarkan diri yang mereka lakukan adalah, selain berdiri di jalan dengan menggunakan mobil sewaan atau rentalan terkadang mereka juga berkeliling mondar-mandir di sepanjang jalan tersebut menunggu dan mencari calon pelanggan. Para pelacur tidak bekerja sendiri, mereka menggunakan perantara sopir mobil pribadi. Mereka berbagi keuntungan dengan sang sopir yang merangkap menjadi muncikari. menurut NIA dan ST yang merupakan informan pelacur dalam tulisan ini bahwa mereka mematok tarif mulai dari Rp 250 ribu dan adakalanya lebih. Namun ST menegaskan bahwa mereka di sepanjang jalan Diponegoro juga mematok harga short time dan long time. Harga short time adalah Rp , sedangkan long time di atas Rp Harga bisa naik dan disesuaikan dengan waktu yang dipergunakan oleh pelanggan. Proses wisata terselubung menurut informan pelacur-pelacur seperti KR, ECA, WT dan MIA, dimulai dengan sang sopir (driver) Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 45

10 yang menemaninya selama berkeliaran, mendapatkan keuntungan sebesar 10% per kepala dari tarif pelacur. Sang sopir juga harus berani menawarkan pelacur yang bekerjasama dengannya kepada calon pelanggan. Jika calon pelanggan menyetujui maka sang sopir langsung memperlihatkan pelacur yang ada di dalam mobilnya. Jika klop dengan pelacur, maka sang calon pelanggan pun dibawa ke dalam mobil untuk membuka harga dan melakukan transaksi sambil berkeliling menuju hotel. Namun jika yang yang mendapatkan calon pelanggan adalah pelacur itu sendiri dari usaha mandirinya, biasanya jika target calon pelanggan sudah didapatkan, dan transaksi final maka calon pelanggan akan menjadi raja yang siap untuk dilayani sebelum berakhir di kamar hotel baik kelas 2 dan 3 atau penginapan-penginapan yang murah namun aman dan nyaman. Sang sopir bersama pelacur akan membawa pelanggan berkeliling Kota Padang. Selain mengenalkan tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi orang, juga mengelilingi tempat-tempat sesuai dengan permintaan pelanggan. Keliling kota inilah yang disebut dengan wisata. Sementara itu terselubung terjadi karena guide yang dibawa adalah pelacur yang dibayar khusus, tidak hanya untuk menikmati keindahan wisata Kota Padang di malam hari saja tetapi juga dibayar khusus dalam urusan jasa seksual. Dalam menjajakan diri, pelacur juga melakukan pengelolaan kesan melalui pesan nonverbal yaitu bagaimana kesan yang dibentuk seseorang dengan menggunakan bahasa tubuh atau isyarat seperti nada suara, gerakan tubuh, pakaian (appereance) dan ekspresi wajah. Berbagai pesan nonverbal ditampilkan dengan kemampuan masingmasing di hadapan pelanggan. Berbagai strategi presentasi diri mereka tunjukkan dengan tujuan bahwa mereka bekerja memang untuk mendapatkan uang yang banyak. Tidak hanya itu saja, ekspresi wajah adalah salah satu hal yang penting sebagai petunjuk dari perasaan seseorang. Dale G. Leather (Rakhmat, 2007: 90) mengatakan bahwa wajah sudah lama menjadi sumber informasi dalam komunikasi interpersonal. Dalam hal ini, ekspresi wajah yang ditampilkan oleh pelacur saat berinteraksi dengan pelanggannya. 46 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

11 Berikut gambar 1 menunjukkan model wisata terselubung pelacuran yang ada di Kota Padang: Gambar 1. Model Wisata Terselubung Pelacuran Yang Ada Di Kota Padang Sumber: Data Penelitian Penutup (Simpulan dan Saran) Simpulan Suatu fenomena komunikasi seringkali merupakan hal yang abstrak. Dalam hal ini Model merupakan representasi suatu fenomena, tapi model bukanlah fenomena. Model merupakan suatu bentuk gambaran untuk mempermudah kita memahami suatu fenomena. Dapat diartikan bahwa model yang dimunculkan dalam tulisan ini adalah model yang merupakan repsentasi dari bentuk wisata Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 47

12 terselubung yang terjadi dalam dunia pelacuran illegal di kota Padang. Setiap pelacur memainkan perannya masing-masing dalam panggung dunia pelacuran terselubung untuk mendapatkan apa yang menjadi tujuan mereka masing-masing. Komunikasi selalu menjadi produk utama pelacur dalam menyampaikan pesan mereka secara verbal dan non verbal pada calon pelanggan untuk menarik perhatian bahwa wisata terselubung tidak hanya sekedar sebuah pekerjaan kotor namun juga salah satu cara memberikan kontribusi penting bagi pelanggan di luar kota Padang untuk mengetahui bagaimana destinasi wisata-wisata di kota Padang, namun dikemas dalam wisata terselubung karena ada kepentingan lain yang ingin diperoleh guide dalam hal ini adalah pelacurnya sebagai aktor dalam kegiatan wisata terselubung tersebut. Saran Pemerintah Kota Padang hendaknya membuat sebuah terobosan baru dalam mengawasi kegiatan pelacuran terselubung di Kota Padang. Misalnya memberikan bimbingan dan penyuluhan sosial pada pelacur dengan tujuan memberikan pemahaman tentang bahaya dan akibat pelacuran, menyediakan lapangan kerja baru bagi meraka yang bersedia meninggalkan profesi PSK. Daftar Pustaka Buku: Carl, Iver Hovland; Irving L Janis; Harold H Kelley]. L Janis; Harold H Kelley. (1953) Communication and Persuation. New Haven: Yale University Press. Cangara, Hafied. (2009). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Creswell, John W. (1998). Design Research: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Jakarta: Pustaka Pelajar. Goffman, Erving. (1959) The Presentasion Of Self In Everyday Life, (edisi Terjemahan, dalam e-book Jurnal), Penguin Book, Cox & Wyman Publishing. 48 Bunga Rampai Komunikasi Indonesia

13 George, Ritzer & Douglas J. Goodman. (2008). Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Prenada Media. Kartono, Kartini. (2007). Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Rakhmat, Jalaluddin. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Jurnal Ilmiah: Roem, Ronaning, Elva. (2014). Pengelola Kesan Oleh Pekerja Seks Komersial: Fenomenologi Pekerja Seks Komersial Di Kawasan Taman Melati Kota Padang. Jurnal Komunikasi/ Vol 5/ Nomer 1/ Maret -2014/ISSN: X. Hal Proceeding: Roem, Ronaning, Elva. (2016). Dimuat dalam Proceeding Penguatan Komunikasi Dalam Industri Parawisata Budaya Dan Ekonomi Kreatif, dipresentasikan dalam Konferensi Internasional April 2017 di Tanjung Pinang. Internet: Bunga Rampai Komunikasi Indonesia 49

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi,

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, yaitu pada bagian sales product. Bagian ini terdiri dari beberapa divisi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Pemasaran suatu produk memerlukan beberapa aktivitas yang melibatkan berbagai sumber daya. Sebagai fenomena yang berkembang saat ini, dalam pemasaran terdapat suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah pelacuran di Indonesia merupakan salah satu masalah sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masalah pelacuran di Indonesia merupakan salah satu masalah sosial yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah pelacuran di Indonesia merupakan salah satu masalah sosial yang semakin kompleks. Sebagaimana pelacuran semakin berkembang dan semakin bertambahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya

BAB I PENDAHULUAN. bergaul, bersosialisasi seperti masyarakat pada umumnya. Tidak ada salahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fenomena gay dan lesbi nampaknya sudah tidak asing lagi di masyarakat luas. Hal yang pada awalnya tabu untuk dibicarakan, kini menjadi seolah-olah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang psikolog Universitas Stanford yaitu Sandra Bem (1977) yang dikutip dalam situs online Psikoterapis.com, dijelaskan bahwa dirinya mengeluarkan sebuah inventory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir, Kementerian Pariwisata mempublikasikan bahwa industri pariwisata selalu menempati urutan ke-4 atau ke-5 penghasil devisa bagi Negara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Menjamurnya pengemis di kota-kota besar nampaknya sudah menjadi pemandangan sehari-hari yang tidak dapat terelakkan. Pengemis adalah orangorang yang mendapatkan penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau

BAB I PENDAHULUAN. Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia ditakdirkan oleh sang pencipta memiliki naluri dan hasrat atau keinginan dalam memenuhi kelangsungan hidupnya. Manusia membutuhkan pergaulan dengan orang lain,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Presentasi Diri Ayam Kampus Di Yogyakarta 1. Pengertian Presentasi Diri Pada dasarnya, setiap orang memiliki langkah-langkah khusus dalam mempresentasikan dirinya kepada orang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manusia, namun kita sering melupakan betapa besar peranannya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Tentang Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kebutuhan manusia yang sangat mendasar. Manusia membutuhkan komunikasi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN KESAN OLEH PEKERJA SEKS KOMERSIAL

PENGELOLAAN KESAN OLEH PEKERJA SEKS KOMERSIAL 73 PENGELOLAAN KESAN OLEH PEKERJA SEKS KOMERSIAL Elva Ronaning Roem Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Andalas Padang e-mail: elvarona80@gmail.com Abstract: Taman Melati is prostitution area in

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave,

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi budaya pop Korea yang biasa dikenal dengan Korean Wave, berhasil mempengaruhi sebagian besar masyarakat dunia dengan cara memperkenalkan atau menjual produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya Instagram sudah mencuri perhatian para penggunanya, menurut

BAB I PENDAHULUAN. kemunculannya Instagram sudah mencuri perhatian para penggunanya, menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Instagram merupakan media sosial yang sangat berkembang pesat di dunia Internet, banyak sekali yang menggunakan media sosial dari berbagai kalangan untuk keperluanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

PERMAINAN TIMEZONE BAGI KALANGAN REMAJA DI SOLO GRAND MALL (Studi Fenomenologi tentang Gaya Hidup Remaja yang Gemar Bermain di Timezone)

PERMAINAN TIMEZONE BAGI KALANGAN REMAJA DI SOLO GRAND MALL (Studi Fenomenologi tentang Gaya Hidup Remaja yang Gemar Bermain di Timezone) PERMAINAN TIMEZONE BAGI KALANGAN REMAJA DI SOLO GRAND MALL (Studi Fenomenologi tentang Gaya Hidup Remaja yang Gemar Bermain di Timezone) ARTIKEL Oleh: DESI MULYANTI YUNIAR K8409014 FAKULTAS KEGURUAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelacuran merupakan salah satu fenomena sosial dalam masyarakat yang sangat kompleks, baik dari segi sebab-sebabnya, prosesnya maupun implikasi sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman modern seperti saat ini membawa masyarakat harus bisa beradaptasi dalam segala aspek kehidupan. Modernisasi pada dasarnya dapat membawa dampak positif dan negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran

SOSIOLOGI KOMUNIKASI. KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi. Program Studi Penyiaran Modul ke: SOSIOLOGI KOMUNIKASI Fakultas Ilmu Komunikasi KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL Interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan aktivitas makhluk sosial. Menurut Carl I. Hovland (dalam Effendy, 2006: 10) komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain. Dalam praktik

Lebih terperinci

BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN. yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang

BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN. yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang BAB II DRAMATURGI: ERVING GOFFMAN A. Kerangka Teoritik Dalam ilmu sosiologi mungkin kita sudah tidak asing lagi dengan yang namanya teori dramaturgi, Dramaturgi adalah teori yang mengemukakan bahwa teater

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Entrepreneur (Wirausahawan) secara umum adalah orang-orang yang mampu menjawab tantangan-tantangan dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada.ide adalah hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah mahkluk sosial, di manapun berada selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara masih mengenal beberapa destinasi saja, seperti Bali yang sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang memiliki begitu banyak potensi pariwisata sudah menjadi salah satu destinasi pariwisata dunia. Hanya saja, dari wisatawan mancanegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN Konteks Penelitian. Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Dalam kehidupan sehari- hari kita tidak dapat terlepas untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Hal ini dikarenakan mausia sebagai mahluk sosial yang berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara maju, Jepang mengalami banyak fenomenafenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakatnya. Salah satu fenomena yang sedang menjamur di

Lebih terperinci

Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D.

Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. Kuliah ke-8 Teori Sosiologi Kontemporer Amika Wardana, Ph.D. a.wardana@uny.ac.id Materi: Konsep Diri: Mengingat kembali Looking-glass self Cooley Tensi antara I dan Me Mead Interaksi Pelaku dan Audien

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prostitusi merupakan suatu permasalahan sosial yang sampai saat ini keberadaannya semakin terus berkembang. Praktik prositusi bukanlah menjadi hal yang baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30

BAB I PENDAHULUAN.  yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tato merupakan suatu wahana identitas yang menyebar tidak hanya di belahan dunia barat, tetapi juga mulai mewabah di Indonesia. Pada saat ini tato mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gemerlap. Dimana dugem yang diadopsi dari dunia barat ini telah menjadi istiah

BAB I PENDAHULUAN. gemerlap. Dimana dugem yang diadopsi dari dunia barat ini telah menjadi istiah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu fenomena paling besar yang merupakan bagian dari gaya hidup hedonis dikalangan anak muda perkotaan adalah gaya hidup dugem alias dunia gemerlap. Dimana dugem

Lebih terperinci

BAB I. merupakan jenis pekerjaan yang setua umur manusia itu sendiri.

BAB I. merupakan jenis pekerjaan yang setua umur manusia itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membicarakan pelacuran sama artinya membicarakan persoalan klasik dan kuno tetapi karena kebutuhan untuk menyelesaikannya maka selalu menjadi relevan dengan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Fashion atau mode saat ini semakin berkembang di Indonesia, begitu pula dengan perkembangan jilbab. Saat ini semakin banyak wanita yang memakai jilbab. Selain dari

Lebih terperinci

LIKA-LIKU PERJALANAN SOPIR TRUK (Studi Kasus: 7 Orang Sopir Truk Trayek Bukittinggi- Jakarta)

LIKA-LIKU PERJALANAN SOPIR TRUK (Studi Kasus: 7 Orang Sopir Truk Trayek Bukittinggi- Jakarta) LIKA-LIKU PERJALANAN SOPIR TRUK (Studi Kasus: 7 Orang Sopir Truk Trayek Bukittinggi- Jakarta) SKRIPSI Oleh: ROKI RIKARDO SAPUTRA BP. 06191001 JURUSAN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG

BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG BAB III DAMPAK DAN USAHA MENGATASI FENOMENA SEKKUSU SHINAI SHOKOGUN DALAM KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT JEPANG Seperti halnya masalah sosial lainnya, fenomena Sekkusu shinai shokogun ini turut memberi dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diajak bicara mempunyai kesan tertentu tentang si pembicara. Pengelolaan kesan

BAB I PENDAHULUAN. diajak bicara mempunyai kesan tertentu tentang si pembicara. Pengelolaan kesan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, manusia sering kali mengelola kesan sehingga orang yang diajak bicara mempunyai kesan tertentu tentang si pembicara. Pengelolaan kesan seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia hiburan musik di Indonesia sekarang ini menyediakan berbagai macam jenis hiburan dari studio musik, klub malam, panggung dangdut, sampai yang terbaru dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki peranan dalam sistem sosial, yang ditampilkan pada perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Posisi atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang

I. PENDAHULUAN. kulinernya banyak orang menyebutkan bahwa Indonesia adalah surga dunia yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia memiliki beraneka ragam wisata dan budaya yang terbentang dari sabang sampai marauke, mulai dari tempat wisata dan obyek wisata yang kaya akan keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi pengguna media sosial, memeriksa dan meng-update aktifitas terbaru ke dalam media sosial adalah sebuah aktifitas yang lazim dilakukan. Seseorang yang mempunyai

Lebih terperinci

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK Oleh : Lukman Aryo Wibowo, S.Pd.I. 1 Siapa yang tidak kenal dengan televisi atau TV? Hampir semua orang kenal dengan televisi, bahkan mungkin bisa dibilang akrab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata telah berkembang pesat seiring perubahan pola pikir, bentuk, dan sifat kegiatan warga masyarakat. Perkembangan ini menuntut industri pariwisata agar

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE

PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE PERILAKU REMAJA PENGGUNA GAME ONLINE (Studi Deskriptif Kualitatif Perilaku Remaja Pengguna Game Online di Saribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun) Saidah H. Naibaho 100904120 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang

BAB I PENDAHULUAN. antara anggota masyarakat terkadang menimbulkan gesekan-gesekan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan masyarakat, di manapun berada, selalu terdapat penyimpangan-penyimpangan sosial yang dilakukan oleh anggotanya, baik yang dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan komunikasi dengan manusia lainnya. Selain menggunakan media

BAB I PENDAHULUAN. melakukan komunikasi dengan manusia lainnya. Selain menggunakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi komunikasi dan media berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Kini media baru atau internet menawarkan cara baru untuk melakukan komunikasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita adalah makhluk perasa, sosok yang sensitif dari segi perasaan, mudah tersentuh hatinya, dan mudah memikirkan hal-hal kecil. Dalam kenyataan, wanita cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekedar kegiatan untuk mengusir kebosanan menjadi sebuah gaya hidup.

BAB I PENDAHULUAN. sekedar kegiatan untuk mengusir kebosanan menjadi sebuah gaya hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kata pariwisata yang berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari 2 bagian yaitu pari dan wisata. Kata pari memiliki pengertian bersama, atau berkeliling, sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal

BAB I PENDAHULUAN. Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lesbi merupakan suatu fenomena sosial yang tidak lagi mampu disangkal dan keberadaannya disadari sebagai sebuah realita di dalam masyarakat dan menimbulkan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti ini, internet telah menjadi sesuatu hal yang tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti ini, internet telah menjadi sesuatu hal yang tidak asing 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman modern seperti ini, internet telah menjadi sesuatu hal yang tidak asing lagi. Teknologi informasi yang semakin maju pula berdampak pada perilaku pengguna

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang disajikan pada bab sebelumnya, maka peneliti mengambil kesimpulan mengenai bagaimana praktik promosi produk wisata XT Square

Lebih terperinci

PERSEPSI SEBAGAI INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL

PERSEPSI SEBAGAI INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL PERSEPSI SEBAGAI INTI KOMUNIKASI INTERPERSONAL Pertemuan ke 13 suranto@uny.ac.id 1 Pengertian Persepsi adalah memberikan makna pada stimuli inderawi Persepi interpersonal adalah memberikan makna terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu negara ke negara lain di dunia. Internet berasal dari kata Interconnection

BAB I PENDAHULUAN. dari suatu negara ke negara lain di dunia. Internet berasal dari kata Interconnection BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Internet merupakan jaringan komputer yang menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di dunia. Internet berasal dari kata Interconnection Networking

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. yang mereka tinggali sekarang ini contohnya dari segi sosial, budaya, ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kehidupan pemuda di Denpasar yang berasal dari daerah lain atau kota lain yang biasa dikatakan dengan anak pendatang, sangat berbeda dengan daerah yang mereka tinggali

Lebih terperinci

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN

2016 REPRESENTASI SENSUALITAS PEREMPUAN DALAM IKLAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Parfum Casablanca merupakan produk perawatan tubuh yang berupa body spray. Melalui kegiatan promosi pada iklan di televisi, Casablanca ingin menyampaikan pesan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan jenjang awal pembentukan masyarakat, dari suatu parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di dalamnya akan lahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

CHAPTER REPORT (THREE) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M. Pd.

CHAPTER REPORT (THREE) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian. Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan, M. Pd. CHAPTER REPORT (THREE) SYMBOLS OF SELF (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Pengaruh zaman yang memang tak terelakkan telah begitu kuat melanda negara-negara Barat di mana keterbukaan dan kebebasan menjadi ciri sekaligus aspirasi masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 24 BAB II URAIAN TEORITIS II.1 Kerangka Teori II.1.1. Komunikasi dan Komunikasi Efektif Komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada kelompok lain untuk memberitahu atau untuk merubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang.

BAB I PENDAHULUAN. beli dan dilanjutkan dengan menggunakan alat tukar seperti uang. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pada dasarnya manusia sebagai makhluk sosial tentu tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain dan selalu membutuhkan bantuan orang lain agar dapat bertahan hidup.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PERANCANGAN

BAB IV METODE PERANCANGAN BAB IV METODE PERANCANGAN 4.1 Strategi Kreatif Belum adanya buku fotografi yang menyajikan keindahan alam di wilayah Tana Toraja sepenuhnya menimbulkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang potensi wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, beberapa budaya Indonesia yang terkikis oleh budaya barat sehingga generasi muda hampir melupakan budaya bangsa sendiri. Banyak

Lebih terperinci

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.

KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb. KOMUNIKASI DOKTER PADA PASIEN GANGGUAN JIWA (Studi Deskriptif Kualitatif pada Pasien Gangguan Jiwa Di RSJ.Prof.Dr.Hb.Sa anin Padang) SKRIPSI Oleh YUKE IRZANI BP. 0810862017 JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN MAKSIAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dalam sektor jasa saat ini terus berkembang pesat. Seiring dengan era globalisasi saat ini, perusahaan jasa terus melakukan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keutungan tersendiri untuk menarik wisatawan. Seakan tidak ingin

BAB I PENDAHULUAN. menjadi keutungan tersendiri untuk menarik wisatawan. Seakan tidak ingin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pariwisata dewasa ini telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu sektor unggulan perekonomian di Indonesia. Hal ini didukung oleh sumber daya Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan masyarakat. Hampir seluruh lapisan masyarakat mengkonsumsi rokok, baik kaya, miskin, tua, muda, hampir

Lebih terperinci

Bentuk-Bentuk Komunikasi Karyawan dalam Rapat Internal. Mingguan di Divisi Marketing Nasmoco Janti Yogyakarta

Bentuk-Bentuk Komunikasi Karyawan dalam Rapat Internal. Mingguan di Divisi Marketing Nasmoco Janti Yogyakarta Bentuk-Bentuk Komunikasi Karyawan dalam Rapat Internal Mingguan di Divisi Marketing Nasmoco Janti Yogyakarta Yetri Oktivani Br Ginting / Ike Devi Sulistyaningtyas PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan studi berupa temuantemuan yang dihasilkan selama proses analisis berlangsung yang sesuai dengan tujuan dan sasaran studi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sebuah kumpulan individu yang memiliki sebuah norma dan nilai sosial didalamnya yang tujuannya untuk menata keteraturan dalam masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT 1 PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK Dian Setiani 1, Fitria Kasih 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (pikiranrakyatonline.com, 2013) (Simamora, 2006) (Kotler, 2002)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (pikiranrakyatonline.com, 2013) (Simamora, 2006) (Kotler, 2002) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha di Indonesia, dewasa ini telah memperlihatkan ke arah kemajuan. Terbukti dengan semakin menjamurnya berbagai bentuk badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga. memenuhi kebutuhan konsumen, serta memberikan kepuasan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga. memenuhi kebutuhan konsumen, serta memberikan kepuasan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga hal ini memungkinkan terjadinya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR GAMBAR... viii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii ABSTRAKSI... ix BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang Masalah. 1 1.2.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gaya hidup baru. Terlebih lagi dengan pencintraan terhadap kebaya semikin BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Seiring dengan perkembangaan teknologi dan media masa membuat kebaya memiliki sebuah arti baru dalam masyarakat yang mengakibatkan sebuah gaya hidup baru. Terlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, produk atau jasa yang bersaing dalam satu pasar semakin banyak dan beragam akibat keterbukaan pasar. Sehingga terjadilah persaingan antar produsen

Lebih terperinci

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT 1 PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Nofi Yani 1, Ahmad Zaini 2, Septya Suarja 2. 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Perancangan Seiring perkembangan manusia yang semakin pesat, maka kebutuhan yang dibutuhkan oleh manusia menjadi bertambah dan bervariasi. Terlebih lagi di industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INFORMAN. wawancara dengan para ayam kampus maka profil informan dari narasumber

BAB II PROFIL INFORMAN. wawancara dengan para ayam kampus maka profil informan dari narasumber BAB II PROFIL INFORMAN Setelah dilakukan penelitian melalui teknik dokumentasi, observasi, dan wawancara dengan para ayam kampus maka profil informan dari narasumber akan dijelaskan sebagai berikut : a.

Lebih terperinci

Impression Management Verbal Dan Non Verbal Pekerja Seks Komersial Di Kelurahan Talise

Impression Management Verbal Dan Non Verbal Pekerja Seks Komersial Di Kelurahan Talise Impression Management Verbal Dan Non Verbal Pekerja Seks Komersial Di Kelurahan Talise Mohamad Rizal Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tadulako Jl. Soekarno Hatta Km. 9 Kota Palu Sulawesi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. untuk berpindah tempat.. Lingkungan dimana para pekerja anak tinggal

BAB V PENUTUP. untuk berpindah tempat.. Lingkungan dimana para pekerja anak tinggal BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Pekerja ojek payung merupakan pekerja yang menawarkan jasa payung pada saat hujan turun. Mereka akan menawarkan payung kepada siapa saja yang membutuhkan, entah itu hanya sekedar

Lebih terperinci

BAB III PENUTUP. rumusan masalah yakni sebagai berikut :

BAB III PENUTUP. rumusan masalah yakni sebagai berikut : 39 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dan analisis yang dilakukan oleh penulis didalam Bab II maka dapat disimpulkan sebagaimana menjadi jawaban dalam rumusan masalah yakni sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mahasiswa harus ikut bermigrasi ke berbagai daerah. Kadang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa identik dengan perantau, lokasi universitas yang tersebar di seluruh Indonesia serta proses seleksi masuk universitas dengan skala nasional menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keidentikan PSK dengan citra buruk tidak lain karena nilai-nilai baik di

BAB I PENDAHULUAN. Keidentikan PSK dengan citra buruk tidak lain karena nilai-nilai baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keidentikan PSK dengan citra buruk tidak lain karena nilai-nilai baik di dalam kehidupan bermasayarakat yang mereka langgar. PSK dinilai telah melanggar norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kota Bandung merupakan salah satu kota tujuan utama pariwisata dan pendidikan. Dua aspek inilah yang sekarang menjadi konsentrasi pembangunan yang diinisiasi

Lebih terperinci

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau disebut makhluk bermasyarakat, selain itu manusia juga diberikan akal dan pikiran yang berkembang serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bali merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang paling populer akan kepariwisataannya. Selain itu, pariwisata di Bali berkembang sangat pesat bahkan promosi pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci