DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan...

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan..."

Transkripsi

1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 3 PEDOMAN UMUM... 3 PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan... 7 PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan PERCOBAAN Teori Dasar Prosedur Percobaan Ringkasan... 26

2 Peralatan Tambahan: Untuk memaksimalkan efisiensi pembelajaran, instrumen berikut sangat penting dalam melakukan percobaan yang tercantum di dalam jobsheet ini. Instrumen praktikum sudah tersedia dalam bentuk trainer. Praktikan harus menyediakan peralatan tambahan berikut ini. 1. Osiloskop: Osiloskop dengan kemampuan lacak ganda. Jejak ganda harus dapat diatur untuk menghasilkan keluaran X vs Y di layar. Ini lebih disukai untuk memiliki penyesuaian ketekunan variabel untuk mempertahankan gambar yang diambil pada layar untuk jangka waktu yang lebih lama. 2. Voltmeter: Voltmeter harus memiliki impedansi masukan yang tinggi. Rentang tegangan DC diperlukan setidaknya 15V.

3 PENDAHULUAN DC servo trainer ED-4400B dari ED. CO, LTD. adalah sistem servo DC loop tertutup yang dirancang dalam konstruksi modular. Konsep utama di balik sistem pelatih ED-4400B adalah untuk memberikan pengetahuan kerja praktis pada sistem servo DC loop tertutup kepada pengguna dengan mengintegrasikan teori dasar dan eksperimen langkah demi langkah ke dalam satu subjek. Untuk memaksimalkan efektivitas pendidikan, setiap bagian diakhiri dengan ringkasan singkat untuk menyimpulkan apa yang telah dipelajari pengguna dalam eksperimen. Konstruksi modular dalam ED-4400B membuatnya sangat sederhana dan mudah untuk merakit sistem eksperimental. Semua yang diperlukan adalah membuat hubungan antara modul seperti yang diperintahkan dalam diagram pengkabelan setiap bagian menggunakan kabel patch yang disediakan. Sebanyak 14 percobaan tercakup dalam manual ini. Pada akhir manual ini, karakteristik motor yang digunakan dalam ED-4400B dan skema dari setiap modul disajikan sebagai informasi tambahan. PEDOMAN UMUM DALAM MENGGUNAKAN SISTEM SERVO ED-4400 Panduan berikut ini, secara umum untuk semua eksperimen dalam jobsheet ini. Praktikan harus menyadari petunjuk ini, sebelum menyiapkan trainer ED-4400 untuk eksperimen yang sebenarnya. 1. Ketika modul ditempatkan pada panel untuk percobaan, tidak ada lokasi spesifik untuk setiap modul. Modul ditempatkan agar praktikan mudah melakukan pengamatan. 2. Ketika motor servo dan potensiometer (U-158) harus dihubungkan bersama, pastikan itu dilakukan dengan benar. Jika tidak, motor akan mengalami beban yang tidak diinginkan. Buat sambungan ke poros kecepatan rendah (1/60) dari kecepatan motor. Poros kecepatan tinggi motor servo dengan menyesuaikan rem elektronik adalah nol. 3. Generator tacho secara mekanis digabungkan ke motor servo. Ini menghasilkan tegangan AC dan output frekuensi yang sebanding dengan RPM motor. Unit Tacho Amp (U-155)

4 mengubah frekuensi menjadi tegangan ekuivalen melalui konverter F/V (frekuensi ke tegangan). Tegangan yang dikonversi digunakan sebagai sinyal umpan balik. 4. Ketika indikator "OVERLOAD" dari Unit Catu Daya (U-156) menyala, itu berarti ada arus berlebih yang mengalir di sirkuit. Matikan daya segera, dan periksa penyebab kelebihan beban. 5. Selama percobaan dalam manual ini, kecepatan putar dinyatakan dalam volt, yang sebanding dengan kecepatan. 6. Untuk menampilkan respons sistem dengan cara mudah, Generator Fungsi U-162 menghasilkan sinyal ramp yang berada sefase dengan keluaran. Oleh karena itu, referensi waktu internal dari osiloskop tidak diperlukan. 7. Catu daya ±15V dihilangkan dari diagram pengkabelan. deskripsi fungsional dari setiap modul: U-151 Dual attenuator (0, 9/ /10 redaman) U-152 Summing amplifier (gain: 0 db, EXT, NET) U-153 Pre-amplifier (gain: 20 db) U-154 Penguat driver motor (10 watt) U-155Unit Tacho Amp U-156 Catu daya DC (15v 0.2A dan Daya Motor) U-157 Potensiometer (Referensi) (1kOhm atau 10kOhm 5W) U-158 Potensiometer (Motor Coupling) 1kOhm atau 10kOhm 5W) U-159 Tachometer (FS 400 RPM) U-161 Motor Servo (Motor 12V 45W, Tacho Generator Perkiraan 3Vpp / 4000RPM) U-162 Generator Fungsi (output 0,1Hz, 1Hz, 10Hz, dan Ramp) U-163 Magnet Brake (celah udara: 4mm, 10 variabel langkah, daya input: AC 220V, 50-60Hz)

5 PERCOBAAN 1 KARAKTERISTIK KECEPATAN MOTOR DAN MASUKAN 1. Teori Dasar Secara umum motor adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi putaran mekanis. Unsur-unsur kunci dari motor DC adalah gulungan medan dan gulungan armatur. Ketika arus listrik mengalir melalui gulungan, torsi dibangkitkan di antara dua gulungan tersebut. Dalam sistem trainer ED-4400, gulungan medan diganti dengan magnet permanen. Magnet permanen menyediakan garis fluks magnet konstan dan oleh karena itu, kecepatan motor hanya berfungsi dari tegangan yang diterapkan pada lilitan armatur. Hubungan ini ditunjukkan pada Gambar 1-1. Gambar 1-1 Kecepatan Motor sebagai Fungsi Tegangan Masukan Pada Gambar 1-1, titik "a" terjadi karena motor memerlukan tegangan minimum tertentu untuk mengatasi gesekan mekanis dari sikat, bantalan, dan bagian bergerak lainnya sebelum mulai bergerak. Setelah tegangan input melebihi tegangan minimum, kecepatan motor mulai meningkat dalam karakteristik linear tidak dipertahankan di luar titik jenuh. Hal ini karena besarnya kekuatan elektromotif dalam kumparan angker juga meningkat ketika tegangan input meningkat, datar pada beberapa titik, peningkatan tegangan input lebih lanjut tidak menghasilkan peningkatan arus listrik dalam kumparan. Motor dalam sistem ED-4400 digerakkan oleh U-154 Driver Motor Amplifier dengan U- 151 Attenuator sebagai kontrol tegangan. Deteksi kecepatan motor dicapai dengan mengubah output Tacho motor (U-161) melalui konverter F / V (U-155). Output yang dikonversi ditunjukkan

6 pada Tacho meter U-159. Output AC dari motor Tacho diubah menjadi DC yang sebanding dengan kecepatan motor melalui U-155. Gambar 1-2 Diagram Pengawatan Percobaan 1 Gambar 1-3 Diagram Sistem Ekivalen dari Eksperimen 1 2. Prosedur Percobaan

7 Mengacu pada Gambar 1-2 dan 1-3, tempatkan modul yang diperlukan dalam percobaan pada permukaan yang datar atau di atas penutup ED-4400, dan hubungkan modul seperti yang ditunjukkan pada gambar. 1. Hubungkan Tacho-meter U-159 melintasi U-155 meter dan GND. 2. Atur sudut pada U-157 hingga 180 derajat. 3. Pastikan tegangan saluran sudah benar (100V atau 200V). Colokkan kabel saluran U-156 ke stopkontak listrik, dan hidupkan saklar daya. 4. Putar U-157 perlahan-lahan berlawanan arah jarum jam sampai motor mulai bergerak. Catat posisi U-157 dan tegangan input. 5. Tingkatkan tegangan input dengan perlahan memutar arah jarum jam U-157. Untuk setiap kenaikan voltase volt tegangan input (1V, 2V, 3V,...), catat indikasi U Buat grafik pada tegangan input versus kecepatan motor menggunakan data pengukuran di atas. (Perhatian) Ketika motor jenuh, meningkatkan tegangan input tidak akan meningkatkan kecepatan motor. Hindari kejenuhan dalam eksperimen ini. 7. Buat grafik pada kecepatan motor versus arus motor menggunakan data yang diperoleh pada langkah 5 dan 6. Tinjau hubungan antara dua parameter ini. 8. Ulangi langkah 5-6 beberapa kali untuk mengurangi kesalahan pengukuran. 3. Ringkasan Sebuah. Kecepatan motor dalam sistem servo sebanding dengan tegangan input. Arus motor tidak berbanding lurus dengan tegangan input. Pada saturasi, arus input motor tidak lagi meningkat bahkan jika tegangan input dinaikkan. Efek saturasi disebabkan oleh gaya penghitung elektromotif dalam kumparan armature. Ada deadband "rentang tegangan input dalam motor, di bawah mana motor tidak dapat memulai tegangan input motor diperlukan untuk menjadi lebih besar dari nilai terbesar dari deadband untuk memulai gerakan. Deadband ini disebabkan oleh berbagai motor mekanis di sistem.

8 PERCOBAAN 2 KECEPATAN MOTOR DAN KARAKTERISTIK BEBAN 1. Teori Dasar Nilai keluaran khas dari motor DC magnet permanen berkisar dari beberapa Watt hingga beberapa ratus Watt, dan jenis motor ini menunjukkan efisiensi daya yang sangat baik. Seperti telah disebutkan sebelumnya, magnet permanen di motor menyediakan fluks magnet konstan (Kφ). Oleh karena itu, torsi (T) yang dihasilkan dalam motor menjadi fungsi hanya arus input (Ia). Juga, penghitung emf (gaya gerak listrik) dari motor (Ea) dihasilkan oleh aksi konduktor angker yang memotong garis-garis gaya, dan sebanding dengan kecepatan motor (Wm). Hubungan ini dinyatakan dalam rumus berikut. Kφ = konstanta (2-1) Ea = K φ Wm (2-2) T = K φ Ia (2-3) dimana, K φ = fluks magnetik (garis gaya) dari magnet permanen Ea = ggl dalam volt Wm = kecepatan motor dalam rad/detik T = torsi dalam N.m Ia = arus masukan dalam Ampere Tegangan input dan kecepatan motor terkait dengan parameter lain sesuai dengan persamaan berikut: Vt = Ea + Ra Ia (2-4) Wm = Vt Ra T (2-5) K φ (K φ) 2 di mana Vt = input voltase dalam volt, Ra = Tahanan koil armatur dalam Ohm. Perlu dicatat bahwa arus input meningkat ketika beban mekanik motor meningkat, sehingga meningkatkan daya. Juga, besarnya emf menjaga kecepatan motor konstan ketika motor tidak dibebani. Hubungan antara kecepatan dan beban motor diilustrasikan pada Gambar 2-2.

9 Gambar 2-1 Diagram Pengawatan Eksperimen 2 Gambar 2-2 Hubungan Antara Kecepatan dan Beban Motor Gambar 2-3 Diagram Sistem Ekivalen dari Eksperimen 2

10 Gambar 2-4 Pemasangan Electronic Brake (Rem Listrik) 2. Prosedur Percobaan 1. Mengacu pada Gambar 2-1 dan 2-3 menata modul dan menghubungkannya bersama. 2. Atur attenuator U-151 ke "8", dan hidupkan saklar daya dari U-156. Sesuaikan U-157 untuk mendapatkan kecepatan maksimum pada U-159 tanpa saturasi. 3. Pasang cakram aluminium ke poros kecepatan tinggi U-161 seperti ditunjukkan pada Gambar 2-4. Naikkan pengaturan rem listrik pada U-163 dari 0 hingga 10 dengan satu langkah setiap kali, dan tekan tombol dan ukur RPM pada U-159. Lihat juga Langkah Ulangi pengukuran pada Langkah 3 dengan memulai dari 10, dan bergerak ke arah 0. Lihat juga Langkah Pada Langkah 3 dan 4, catat pembacaan arus motor yang sesuai seperti yang ditunjukkan pada modul Power Supply U-156. Ini adalah arus yang mengalir antara U-154 (Driver Motor Amp) dan U-161 (Motor). 6. Plot titik data yang diperoleh pada Langkah 3 dan 4, menunjukkan hubungan antara pengaturan rem dan kecepatan motor dan arus motor. 3. Ringkasan Saat motor dibebani, kecepatan motor menurun, dan arus input bertambah. Overloading motor menyebabkan arus berlebih pada koil motor, dan dapat mengakibatkan kerusakan pada motor akibat panas yang dihasilkan oleh tegangan motor dan arus motor.

11 PERCOBAAN 3 RESPONS TRANSIEN DARI MOTOR 1. Teori Dasar Percobaan sebelumnya mendefinisikan karakteristik motor yang stabil. Karena adanya parameter tidak-ideal pada motor yang sebenarnya, motor tidak dapat merespon secara instan ke masukan langkah. Sebaliknya, sebuah motor merespon dalam peningkatan kecepatan yang eksponensial. Ketika masukan dihapus, kecepatan motor menurun secara linear ke nol. Hubungan tersebut diilustrasikan pada Gambar 3-1 dan 3-2. Jelas bahwa inersia dalam motor mempengaruhi tingkat perlambatan dalam respon. Ketika beban inersia, seperti flywheel, ditambahkan ke poros berputar, respon motor sangat lambat seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-2. Gambar 3-1 Kecepatan Motor terhadap Waktu (Inersia Kecil) Gambar 3-2 Kecepatan Motor terhadap Waktu (Large Inertia) Angka-angka ini diperoleh dari osiloskop dengan input motor dan sinyal waktu horisontal seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3-4 yang diterapkan pada osiloskop. Titik "a" dalam Gambar 3-1 dan 3-2 menunjukkan di mana motor mulai bergerak. Titik "b" adalah tempat input motor dihapus, dan kecepatan motor mulai turun.

12 Gambar 3-3 Diagram Pengawatan Percobaan 3 Gambar 3-4 Masukan Motor dan Sinyal Kontrol Gambar 3-5 Diagram Sistem Percobaan 3

13 2. Prosedur Percobaan 1. Mengacu pada Gambar 3-3 dan 3-5, menata modul dan osiloskop dan menghubungkannya bersama. 2. Atur osiloskop untuk mode X-Y. Gunakan sinyal keluaran Ramp U-162 ke X-input osiloskop. 3. Atur frekuensi Generator Fungsi (U-162) menjadi 0,1 Hz. 4. Hidupkan Catu daya U Atur penguatan dari input-x (CH2) dari osiloskop untuk tampilan yang tepat di layar. 6. Atur U-151 untuk mengatur kecepatan motor yang ditunjukkan pada U-159 di bawah saturasi. Jika perlu, gunakan U-157 daripada U Sesuaikan penguatan input-y (CH1) dari osiloskop untuk tampilan yang tepat di layar. 8. Perhatikan sinyal pada osiloskop. 9. Matikan daya (U-156). Pasang flywheel ke poros kecepatan tinggi di U-161. Hidupkan daya, dan amati sinyal pada osiloskop. 10. Pindahkan flywheel ke poros kecepatan rendah U-161, dan ulangi eksperimen di atas. 11. Plot data yang diperoleh. 3. Ringkasan Tidak seperti motor yang ideal, motor asli merespon input langkah dengan peningkatan kecepatan eksponetial. Intertia rotasi di motor mempengaruhi respon transien motor. Semakin besar inersia, semakin buruk responnya.

14 PERCOBAAN 4 PENGUAT OPERASIONAL 1. Teori Dasar Sistem servo loop tertutup membutuhkan informasi mengenai seberapa banyak kecepatan keluaran motor berbeda dari masukan yang telah ditetapkan. Perbedaan yang terdeteksi dikembalikan ke pengontrol sistem sebagai sinyal kesalahan/error. Setelah jumlah kesalahan/error terdefinisi, loop tertutup bereaksi dengan cara mengurangi kesalahan/error, dan loop mengulangi proses sampai kesalahan/error terdeteksi menjadi nol. Deteksi kesalahan/error dilakukan dengan membandingkan masukan dan keluaran sampel tegangan menggunakan penguat operasional. Elemen-elemen kunci dari rangkaian penguat operasional adalah resistor dan gain penguat itu sendiri yang biasanya dalam kisaran 1000 hingga Beberapa rangkaian Op-Amp yang menggunakan Unit Penguat U-152 diperlihatkan pada Gambar 4-1. Karena gain penguat "A" sangat besar, output penguat diberikan oleh persamaan berikut V 0 = R 2 R 1 (V 1 + V 2 + V 3 ) (4-1) Gambar 4-1 Contoh Aplikasi Penguat Operasional

15 Gambar 4-2 Wiring Diagram Percobaan 4 Dalam persamaan (4-1), dapat dilihat bahwa ketika R1 = R2, output Vo menjadi jumlah input. Juga ketika jaringan devider tegangan digunakan seperti pada Gambar 4-1 (b), Vo dapat dipilih ke bawah oleh faktor 1 / a dengan yang mewakili rasio antara ketahanan yang dibagi ke seluruh hambatan dari jaringan devider. Ketika kapasitor ditempatkan di jalur umpan balik secara paralel dengan resistor, seperti pada Gambar 4-1 (c), respons output ke input langkah dipengaruhi oleh konstanta waktu dari jaringan RC. Dalam hal ini, output Vo diperoleh dari: R Vo = V 2 1 (1 e t τ2) dimana τ R 2 = C 2 R 2 (4-2) 1 Ekspresi Vo di atas mengasumsikan bahwa Vo tidak melebihi tegangan suplai 12V. Dalam U-152, pengaturan saklar pemilih ke "a" akan mengkonfigurasi penguat ke Gambar 4-1 (a) dengan R1 = R2. Ketika pemilih diatur ke "b", penguat akan dikonfigurasi untuk Gambar 4-1 (c) dengan R1 = R2, dan CR2 = 0,1 detik. Dalam percobaan ini, hanya rangkaian Gambar 4-1 (b) yang digunakan

16 Gambar 4-3 Diagram Sirkuit Ekivalen Eksperimen 4 2. Prosedur Percobaan 1. Mengacu pada Gambar 4-2 dan 4-3, menata modul yang diperlukan dan menghubungkannya bersama. 2. Atur saklar pemilih Summing Amp U-152 ke "EXT". 3. Nyalakan power U Menggunakan impedansi input yang tinggi (1 MOhm atau lebih besar) voltmeter atau osiloskop mengukur tegangan pada terminal U-157 dan U-158 (sisi geser). Sesuaikan tegangan ke Atur U-151 menjadi Ukur keluaran dari U-152 menggunakan voltmeter impedansi masukan tinggi. Pastikan keluaran hampir 0 (sekitar 0.01V). 7. Sesuaikan sedemikian rupa sehingga keluaran pada U-157 dan U-158 masing-masing + 1V. 8. Ukur tegangan keluaran U-152, dan amati hubungan ke masukan. 9. Atur U-151 menjadi "5", dan ukur keluaran U Atur U-151 menjadi "0". Variasikan output U-157 dan U-158. Periksa keluaran Summing muncul di U Amati bagaimana posisi U-151 mempengaruhi hubungan masukan dan keluaran. Ketika polaritas keluaran berubah menjadi. Periksa nilai keluaran Summing. 12. Perhatikan bahwa ketika U-151 diatur ke "0", R1a = R2 dan gain menjadi satu (satu). Ketika U-151 diatur ke "10", gain maksimum karena R2 dimaksimalkan.

17 3. Ringkasan Penguat operasional adalah penguat linear. keluarant sebanding dengan masukan, dan berbanding terbalik dengan umpan balik negatif. Penguat operasional digunakan dalam rangkaian deteksi kesalahan/error di mana lebih dari dua sinyal dibandingkan dan dijumlahkan bersama. Impedansi masukan yang tinggi dari penguat operasional menghasilkan kehilangan sinyal yang dapat diabaikan. keluaran penjumlahan mencakup polaritas sinyal masukan.

18 PERCOBAAN 5 TEKNIK KONTROL KECEPATAN MOTOR LOOP TERTUTUP 1. Teori Dasar Cukup sering, ketika motor digunakan sebagai sumber kekuatan mekanik, motor diharuskan untuk menyediakan kecepatan konstan terlepas dari perubahan beban. Sistem kontrol kecepatan loop tertutup adalah sistem yang mengatur sendiri di mana kecepatan motor yang diukur dibandingkan dengan nilai preset untuk menghasilkan Keluaran kesalahan/error. Tegangan kesalahan/error terdeteksi kemudian diperkuat dan umpan balik ke rangkaian kontrol untuk mengkompensasi perbedaan antara kecepatan aktual dan preset. Proses koreksi sendiri ini berlanjut sampai tegangan kesalahan/error yang terdeteksi menjadi nol. Pada titik ini, kecepatan sebenarnya motor sama dengan kecepatan preset, dan motor mempertahankan kecepatan konstan. Dibandingkan dengan sistem loop tertutup, sistem yang dibangun pada percobaan sebelumnya diidentifikasi sebagai sistem loop terbuka. Perbedaan konseptual antara loop terbuka dan sistem loop tertutup secara grafis diilustrasikan pada Gambar 5-1. Gambar 5-1 Motor Load terhadap Karakteristik Kecepatan.

19 Gambar 5-2 Diagram Pengawatan Percobaan 5 Pada Gambar 5-1, jelas bahwa sistem dengan umpan balik jauh lebih unggul daripada sistem loop terbuka dalam mempertahankan kecepatan konstan terhadap variasi beban. Dalam sistem loop tertutup, yang terpenting bahwa sinyal kesalahan diperkuat ke tingkat yang tepat untuk menghilangkan efek "deadband". Untuk alasan ini, sinyal kesalahan diamplifikasi sebelum tiba pada masukan dari Servo Driver (U-154). Juga sangat penting bahwa sinyal umpan balik 180 derajat keluar dari fase ke sinyal referensi untuk mempertahankan kontrol yang tepat.

20 Gambar 5-3 Diagram Sistem Ekivalen dari Eksperimen 5 2. Prosedur Percobaan 1. Mengacu pada Gambar 5-2 dan 5-3, menata modul yang diperlukan dan menghubungkannya bersama. 2. Atur saklar pemilih Summing Amp U-152 ke "a". 3. Atur ATT-2 dari U-151 ke "10" untuk mencegah Tacho keluar dari masukan sistem. Atur ATT-1 ke "5". 4. Nyalakan U Sesuaikan U-157 untuk mendapatkan sekitar setengah kecepatan maksimum. Ini sama dengan pengaturan untuk 2500 RPM pada U Pasang rem elektronik U-163 seperti yang dilakukan pada Gambar 2-4. Dengan pengaturan rem meningkat satu tingkat pada satu waktu, catat pembacaan RPM pada setiap pengaturan. 7. Ukur tegangan kesalahan pada setiap pengaturan rem. [note] Tidak ada sinyal umpan balik pada saat ini. Oleh karena itu, tegangan kesalahan hanya akan bervariasi ketika kecepatan preset diubah ke nilai yang berbeda. 8. Atur ATT-2 dari U-151 ke "5". Sesuaikan U-157 untuk mendapatkan kecepatan yang sama seperti pada Langkah 5 (sekitar 2500 RPM). 9. Ukur keluaran Tacho dan tegangan kesalahan pada titik rem yang berbeda. Plot titik data pada grafik yang disediakan pada Gambar Ubah pengaturan ATT-2 ke "0". Sesuaikan U-157 untuk mendapatkan 2500 RPM. 11. Ukur kecepatan dan kesalahan tegangan pada setiap pengaturan rem, dan plot data pada grafik. 12. Bandingkan hasil antara Langkah 3-7 dan Langkah Perhatikan bahwa loop tertutup untuk Langkah 8 hingga 11.

21 Gambar 5-4 Kecepatan dan Tegangan Kesalahan versus Pengaturan Brake 3. Ringkasan Dalam sistem loop tertutup, pengurangan kecepatan motor karena beban dikompensasi, dalam batas oleh sinyal kesalahan yang sebanding dengan kecepatan drift dan 180 derajat keluaran dari fase ke pengaturan referensi. Sinyal umpan balik yang berlebihan akan mengurangi pengaturan referensi. Oleh karena itu, sinyal umpan balik pada masukan dari summing amp tidak boleh lebih besar dari sinyal referensi. Sinyal umpan balik harus disesuaikan ke tingkat yang tepat untuk beban yang diberikan dan penguatan penguat.

22 PERCOBAAN 6 PENGUATAN SISTEM DAN KONTROL KECEPATAN MOTOR 1. Teori Dasar Diagram yang disederhanakan dari sistem kontrol kecepatan motor konstan loop tertutup ditunjukkan pada Gambar 6-1. Ketika tegangan referensi atau kontrol diterapkan pada masukan komparator, dan generator Tacho menghasilkan sinyal yang setara dengan kecepatan motor, kedua sinyal tersebut dibandingkan pada masukan dari penguat penjumlah melalui penambahan dua sinyal dengan polaritas berlawanan. Keluaran dari komparator adalah,, sebuah sinyal kesalahan yang merepresentasikan perbedaan antara preset dan kecepatan aktual. Karena sinyal kesalahan keluaran dari fase ke sinyal referensi, sinyal ini mengkompensasi kecepatan motor ke arah untuk mencapai kecepatan konstan. Gambar 6-1 Sistem Umpan Balik Kecepatan Konstan Kecepatan Secara umum, kecepatan satu meter sinyal kesalahan memiliki hubungan berikut. θ n = K E (6-1) Dimana θ n = kecepatan motor E = Sinyal kesalahan/error K = penguatan sistem Sinyal kesalahan/error didefinisikan sebagai: E = Vref K g θ 0 (6-2) Dimana

23 Vref = tegangan referensi K g θ 0 = keluaran generator Tacho Substitusi E ke pers. (6-1) dengan pers. (6-2) diperoleh θ 0 = K(Vref K g θ 0 ) (6-3) θ 0 = K Vref K K g θ 0 ) 1 = K Vref θ 0 K Vref θ 0 K K g = 1 + K K g θ 0 = K Vref 1+K K g (6-4) Jika K sangat besar dalam arah maju, Persamaan (6-4) dikurangi menjadi: θ 0 = Vref K g (6-5) Dari persamaan (6-5), jelas bahwa untuk generator Tacho konstan Kg, kecepatan motor berbanding lurus dengan Vref saja, dan tidak bergantung pada deviatin gain sistem. Ini adalah keuntungan yang paling menguntungkan dari sistem kontrol kecepatan motor loop tertutup. Hubungan serupa dapat dikembangkan untuk sinyal kesalahan dalam sistem loop tertutup. Mengganti dalam Persamaan (6-2) dengan Persamaan (6-1). E = Vref Kg K E (6-6) 1 = Vref E Vref E E = K K g = 1 + K K g Vref 1+K K g (6-7) Persamaan (6-7) menunjukkan bahwa tegangan kesalahan E dapat dikurangi ketika gain K meningkat. Dalam sistem praktis, mempertahankan gain sistem yang tinggi berarti mengurangi deadband, serta menurunkan kecepatan motor terhadap perubahan beban. Meskipun perolehan sistem besar diinginkan secara umum, keuntungan harus dibatasi pada tingkat yang dapat diterima. Ketika penguatan berada di luar tingkat yang dapat diterima, karakteristik sementara dari sistem akan menderita, dan itu akan menyebabkan rotasi motorik yang tidak teratur. Hubungan antara beban, kesalahan dan kecepatan motor ditunjukkan pada Gambar 6-2 pada dua level penguatan sistem yang berbeda.

24 Gambar 6-2 Hubungan Antara Beban, Kesalahan dan Kecepatan Motor Untuk diagram sistem yang setara dari Gambar 6-3, ouput dari Konverter frekuensi-ke-tegangan U-155 harus cukup besar untuk menyediakan sinyal umpan balik yang cukup. Jika tidak, motor tidak akan berjalan dengan kecepatan konstan. Juga ketika gain amplifier U-153 rendah, respon sistem akan lambat dan efek "deadband" akan memburuk. Namun, jika gain terlalu tinggi, sistem akan menjadi tidak stabil. Gambar 6-3 Diagram Sistem Setara Percobaan 6

25 Gambar 6-4 Diagram Pengawatan Percobaan 6 2. Prosedur Percobaan 1. Mengacu pada Gambar 6-4, menata semua modul dan osiloskop dan menghubungkannya bersama. 2. Atur saklar pemilih U-152 ke "a". 3. Atur ATT-1 dari U-151 ke "9" dan ATT-2 ke "10". Ini akan meminimalkan pengaturan referensi, dan umpan balik akan hampir nol. 4. Nyalakan U-156. Sesuaikan U-157 hingga sekitar setengah dari kecepatan motor maksimum (2500 RPM). 5. Mengacu pada Gambar 2-4, pasang rem disk ke poros kecepatan tinggi motor servo, dan atur rem ke "0". Tingkatkan pengaturan rem dengan satu kenaikan, dan setiap kali kenaikan, tekan tombol rem dan ukur kecepatan motor dan sinyal kesalahan terkait. 6. Atur U-151 ATT-2 menjadi "5". Sesuaikan kecepatan motor menjadi 2500 RPM, dan ulangi Langkah 5. Plot data yang diperoleh pada Gambar 6-5 (a)

26 Catatan: Kecepatan motor yang sama dapat diperoleh dengan meningkatkan level sinyal referensi dan menurunkan gain amplifier. Namun, metode ini akan mengurangi jumlah sinyal kontrol umpan balik dan dengan demikian mengurangi kemampuan mengatasi semua sistem. 7. Menggunakan U-157, atur kecepatan motor ke 2500 RPM. Setel U-151 ATT-2 menjadi "5". Sesuaikan bentuk ATT-1 0 hingga 9, dan ukur tegangan kesalahan di setiap titik. 8. Untuk setiap titik pengaturan ATT-1, pegang poros motor berkecepatan tinggi dengan tangan dan ulangi percobaan pada Langkah 7. Hitung rasio deviasi kesalahan seperti yang didefinisikan oleh persamaan berikut, dan plot hasilnya pada Gambar 6-5 (b) ) catatan Error Deviation Ratio = kesalahan diukur dengan motor macet / kesalahan diukur dengan motor berjalan Gambar 6-5 Gain Sistem versus Karakteristik Tegangan Kesalahan 3. Ringkasan Dalam sistem servo loop tertutup, penguatan sistem yang lebih rendah menghasilkan tegangan kesalahan yang lebih besar, mengurangi kemampuan kontrol kecepatan motor konstan. Kecepatan motor konstan diperoleh ketika sinyal kecepatan motor yang terdeteksi sama dengan sinyal referensi preset. Saat motor mendekati operasi kecepatan konstan, besarnya

27 sinyal kesalahan menjadi sangat kecil. Oleh karena itu, penguatan penguat kesalahan harus besar.

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC PERCOBAAN 2 SISTEM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC 2.1. PRASYARAT Memahami komponen yang digunakan dalam praktikum sistem pengaturan kecepatan motor dc Memahami

Lebih terperinci

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA

BAB III 3 METODE PENELITIAN. Peralatan yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Generator Sinkron tiga fasa Tipe 72SA BAB III 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Konversi Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN 8.2 PENYAJIAN

BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN 8.2 PENYAJIAN BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Manfaat Relevansi Capaian Pembelajaran Pembahasan mengenai prinsip dasar motor DC. Pembahasan bagian-bagian motor DC. Pembahasan tentang prinsip kerja

Lebih terperinci

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan

M O T O R D C. Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan M O T O R D C Motor arus searah (motor dc) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor dc telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut Ac Shunt Motor. Motor

Lebih terperinci

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi

I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi I. Maksud dan tujuan praktikum pengereman motor induksi Mengetahui macam-macam pengereman pada motor induksi. Menetahui karakteristik pengereman pada motor induksi. II. Alat dan bahan yang digunakan Autotrafo

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k

UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH. I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k UNIT I MOTOR ARUS SEARAH MEDAN TERPISAH I-1. JUDUL PERCOBAAN : Pengujian Berbeban Motor Searah Medan Terpisah a. N = N (Ia) Pada U = k If = k I-2. MAKSUD PERCOBAAN : Menentukan besar kecepatan putar motor

Lebih terperinci

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah Modul 3 Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah 3.1 Definisi Motor Arus Searah Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah menjadi tenaga listrik arus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

3/4/2010. Kelompok 2

3/4/2010. Kelompok 2 TEKNIK TENAGA LISTRIK KELOMPOK II Andinar (0906602401) Arwidya (0906602471) Christina (0906602499) Citra Marshal (0906602490) Kelompok 2 Christina M. Andinar H. Islamy Citra Marshal Arwidya Tantri A. 1

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. tersebut berupa putaran rotor. Proses pengkonversian energi listrik menjadi energi BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1 Umum Motor arus searah ialah suatu mesin listrik yang berfungsi mengubah energi listrik arus searah (listrik DC) menjadi energi gerak atau energi mekanik, dimana energi gerak

Lebih terperinci

Workshop Instrumentasi Industri Page 1

Workshop Instrumentasi Industri Page 1 INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 1 (PENGUAT NON-INVERTING) I. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian, prinsip kerja, dan karakteristik penguat non-inverting b. Mahasiswa dapat merancang,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) STUDI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC SHUNT DENGAN METODE WARD LEONARD (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) Dimas Harind Yudha Putra,Riswan Dinzi Konsentrasi Teknik Energi Listrik,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI...

DAFTAR ISI ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ABSTRAK... DAFTAR ISI... i iii iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah... 1 1.2. Permasalahan... 1 1.3. Batasan masalah... 2 1.4. Tujuan dan manfaat penelitian...

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Motor DC Motor DC adalah suatu mesin yang mengubah energi listrik arus searah (energi lisrik DC) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran rotor. [1] Pada dasarnya, motor

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

Penguat Inverting dan Non Inverting

Penguat Inverting dan Non Inverting 1. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian op-amp sebagai penguat inverting dan non inverting. 2. Mengamati fungsi kerja dari masing-masing penguat 3. Mahasiswa dapat menghitung penguatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Generator Sinkron Satu Fasa Pabrik Pembuat : General Negara Pembuat

Lebih terperinci

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP

PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP PERCOBAAN 9 RANGKAIAN COMPARATOR OP-AMP 9.1 Tujuan : 1) Mendemonstrasikan prinsip kerja dari rangkaian comparator inverting dan non inverting dengan menggunakan op-amp 741. 2) Rangkaian comparator menentukan

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS

PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS PENGARUH POSISI SIKAT TERHADAP WAKTU PENGEREMAN PADA MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN SHUNT DENGAN METODE DINAMIS Samson M. Tambunsaribu, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi Listrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP PERCOBAAN 3 RANGKAIAN OP AMP TUJUAN Mempelajari penggunaan operational amplifier Mempelajari rangkaian rangkaian standar operational amplifier PERSIAPAN Pelajari keseluruhan petunjuk praktikum untuk modul

Lebih terperinci

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto

Pengkondisian Sinyal. Rudi Susanto Pengkondisian Sinyal Rudi Susanto Tujuan Perkuliahan Mahasiswa dapat menjelasakan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Mahasiswa dapat menerapkan penggunaan rangkaian pengkondisi sinyal sensor Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor DC 2.1.1. Prinsip Kerja Motor DC Motor listrik adalah mesin dimana mengkonversi energi listrik ke energi mekanik. Jika rotor pada mesin berotasi, sebuah tegangan akan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV PENGUJIAN, ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Generator Pengujian ini dilakukan untuk dapat memastikan generator bekerja dengan semestinya. pengujian ini akan dilakukan pada keluaran yang dihasilakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Umum. Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) ialah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah ( listrik DC ) menjadi tenaga gerak atau tenaga mekanik, dimana tenaga gerak

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik KARAKTERISTIK MOTOR UNIVERSAL DAN MOTOR COMPOUND Tatas Ardhy Prihanto (21060110120039) Tatas_ap@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang merubah enargi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Hampir pada semua prinsip pengoperasiannya,

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart

e. muatan listrik menghasilkan medan listrik dari... a. Faraday d. Lenz b. Maxwell e. Hertz c. Biot-Savart 1. Hipotesis tentang gejala kelistrikan dan ke-magnetan yang disusun Maxwell ialah... a. perubahan medan listrik akan menghasilkan medan magnet b. di sekitar muatan listrik terdapatat medan listrik c.

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON

BAB II GENERATOR SINKRON BAB II GENERATOR SINKRON 2.1 Pendahuluan Generator arus bolak balik berfungsi mengubah tenaga mekanis menjadi tenaga listrik arus bolak balik. Generator arus bolak balik sering disebut juga sebagai alternator,

Lebih terperinci

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK

PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK PENGUJIAN PERFORMANCE MOTOR LISTRIK AC 3 FASA DENGAN DAYA 3 HP MENGGUNAKAN PEMBEBANAN GENERATOR LISTRIK Zainal Abidin, Tabah Priangkoso *, Darmanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Wahid

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI

JOBSHEET 6 PENGUAT INSTRUMENTASI JOBSHEET 6 PENGUAT INSTUMENTASI A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Instrumentasi ini adalah :. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat instrumentasi sebagai aplikasi dari rangkaian

Lebih terperinci

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA I. MOTOR LISTRIK 1 FASA Pada era industri modern saat ini, kebutuhan terhadap alat produksi yang tepat guna sangat diperlukan untuk dapat meningkatkan effesiensi waktu dan biaya.

Lebih terperinci

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC MOTOR DC Karakteristik Motor DC Karakteristik yang dimiliki suatu motor DC dapat digambarkan melalui kurva daya dan kurva torsi/kecepatannya, dari kurva tersebut dapat dianalisa batasanbatasan kerja dari

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1 Gambaran Umum Pada bab ini akan dibahas mengenai perencanaan perangkat keras elektronik dan pembuatan mekanik turbin. Sedangkan untuk pembuatan media putar untuk

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR

BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR BAB I TEORI RANGKAIAN LISTRIK DASAR I.1. MUATAN ELEKTRON Suatu materi tersusun dari berbagai jenis molekul. Suatu molekul tersusun dari atom-atom. Atom tersusun dari elektron (bermuatan negatif), proton

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING

JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING JOBSHEET 2 PENGUAT INVERTING A. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai aplikasi dari rangkaian Op-Amp.

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip

BAB II MOTOR ARUS SEARAH. searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah (DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah

Lebih terperinci

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI

DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI DTG 2M3 - ALAT UKUR DAN PENGUKURAN TELEKOMUNIKASI By : Dwi Andi Nurmantris ALAT UKUR ANALOG DC POKOK BAHASAN Pendahuluan Penunjuk alat ukur Analog Alat Ukur Analog DC Voltmeter DC Ampermeter DC OhmMeter

Lebih terperinci

Elektronika. Pertemuan 8

Elektronika. Pertemuan 8 Elektronika Pertemuan 8 OP-AMP Op-Amp adalah singkatan dari Operational Amplifier IC Op-Amp adalah piranti solid-state yang mampu mengindera dan memperkuat sinyal, baik sinyal DC maupun sinyal AC. Tiga

Lebih terperinci

Mesin AC. Dian Retno Sawitri

Mesin AC. Dian Retno Sawitri Mesin AC Dian Retno Sawitri Pendahuluan Mesin AC terdiri dari Motor AC dan Generator AC Ada 2 tipe mesin AC yaitu Mesin Sinkron arus medan magnet disuplai oleh sumber daya DC yang terpisah Mesin Induksi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi

BAB II DASAR TEORI. mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum (1,2,4) Secara sederhana motor arus searah dapat didefenisikan sebagai suatu mesin listrik yang mengubah energi listrik pada arus searah (DC) menjadi energi gerak atau energi

Lebih terperinci

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2

LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 Halaman 1 LEMBAR DISKUSI SISWA MATER : INDUKSI ELEKTROMAGNETIK IPA TERPADU KELAS 9 SEMESTER 2 SMP NEGERI 55 JAKARTA A. GGL INDUKSI Sebelumnya telah diketahui bahwa kelistrikan dapat menghasilkan kemagnetan.

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/EKO221/04 Revisi : 01 31 Oktober 2011 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi : Setelah melakukan melakukan pengamatan/observasi, diharapkan mahasiswa dapat memilih, menggunakan alat-alat/instrumen,yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum MOTOR ARUS SEARAH Motor arus searah (DC) adalah mesin listrik yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Konstruksi motor arus

Lebih terperinci

BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF PERBAIKAN KENDARAAN RINGAN

BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF PERBAIKAN KENDARAAN RINGAN BAHAN PELATIHAN NASIONAL OTOMOTIF PERBAIKAN KENDARAAN RINGAN ELECTRICAL MOTOR D.C. 50 003 1 BUKU INFORMASI Buku Informasi 0/19 Daftar Isi Halaman Bagian - 1 2 Pendahuluan 2 Definisi Pelatih, Peserta Pelatihan

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motor arus searah (motor DC) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor DC telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Motor arus searah (motor DC) telah ada selama lebih dari seabad. Keberadaan motor DC telah membawa perubahan besar sejak dikenalkan motor induksi, atau terkadang disebut

Lebih terperinci

Bab V. Motor DC (Direct Current)

Bab V. Motor DC (Direct Current) Bab V Motor DC (Direct Current) 52 5.1. Pendahuluan Salah satu komponen yang tidak dapat dilupakan dalam sistem pengaturan adalah aktuator. Aktuator adalah komponen yang selalu bergerak mengubah energi

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) Generator Sinkron Ahmad Qurthobi, MT. Teknik Fisika Telkom University Ahmad Qurthobi, MT. (Teknik Fisika Telkom University) Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2) 1 / 35 Outline 1

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION MK. Transportasi Elektrik Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION Motor DC adalah andalan penggerak traksi listrik pada motor listrik dan motor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Umum Seperti telah di ketahui bahwa mesin arus searah terdiri dari dua bagian, yaitu : Generator arus searah Motor arus searah Ditinjau dari konstruksinya, kedua mesin ini adalah

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa

BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA. 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa BAB III SISTEM KELISTRIKAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA 3.1 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Tiga Fasa Telah disebutkan sebelumnya bahwa motor induksi identik dengan sebuah transformator, tentu saja dengan demikian

Lebih terperinci

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang

BAB 2II DASAR TEORI. Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang BAB 2II DASAR TEORI Motor Sinkron Tiga Fasa Motor sinkron tiga fasa adalah motor listrik arus bolak-balik (AC) yang putaran rotornya sinkron/serempak dengan kecepatan medan putar statornya. Motor ini beroperasi

Lebih terperinci

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA

PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA PERCOBAAN VIII TRANSDUSER UNTUK PENGUKURAN SUARA A. TUJUAN PERCOBAAN : Setelah melakukan praktek, mahasiswa diharapkan dapat : 1. Mengetahui konstruksi dasar dan karakteristik dari sebuah microphone dynamic

Lebih terperinci

Pendahuluan Motor DC mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanik. Sebaliknya pada generator DC energi mekanik dikonversikan menjadi energi l

Pendahuluan Motor DC mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanik. Sebaliknya pada generator DC energi mekanik dikonversikan menjadi energi l Mesin DC Pendahuluan Motor DC mengkonversikan energi listrik menjadi energi mekanik. Sebaliknya pada generator DC energi mekanik dikonversikan menjadi energi listrik. Prinsip kerja mesin DC (dan AC) adalah

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA II.1 Umum Motor induksi merupakan motor arus bolak balik ( AC ) yang paling luas digunakan dan dapat dijumpai dalam setiap aplikasi industri maupun rumah tangga. Penamaannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori teori yang mendasari perancangan dan perealisasian inductive wireless charger untuk telepon seluler. Teori-teori yang digunakan dalam skripsi

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH

LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LISTRIK MESIN DC MOTOR DC PENGUATAN TERPISAH Kelompok : 1 Nama Praktikan : Ainun Nidhar Nama Anggota Kelompok : 1. Adi Putra Utama 8. Faisal Azhari 2. Adri Pribagusdri 9. Fajry

Lebih terperinci

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA

Praktikum Rangkaian Elektronika MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA MODUL PRAKTIKUM RANGKAIAN ELEKRONIKA DEPARTEMEN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2010 MODUL I DIODA SEMIKONDUKTOR DAN APLIKASINYA 1. RANGKAIAN PENYEARAH & FILTER A. TUJUAN PERCOBAAN

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Mesin arus searah Prinsip kerja BAB II DASAR TEORI 2.1 Mesin arus searah 2.1.1. Prinsip kerja Motor listrik arus searah merupakan suatu alat yang berfungsi mengubah daya listrik arus searah menjadi daya mekanik. Motor listrik arus searah

Lebih terperinci

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Generator listrik Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH JATUH TEGANGAN TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) M. Arfan Saputra, Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 7 Aktuator

Mekatronika Modul 7 Aktuator Mekatronika Modul 7 Aktuator Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Aktuator Listrik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan

Lebih terperinci

ALAT UKUR ANALOG ARUS SEARAH

ALAT UKUR ANALOG ARUS SEARAH ALAT UKU ANALOG AUS SEAAH Alat Ukur dan Pengukuran Telekom Pokok Bahasan Penunjuk Analog Arus Searah Voltmeter DC Ampermeter DC Ohmmeter Multimeter Efek pembebanan 1. Penunjuk Analog Arus Searah (1/6)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic

BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR. Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic 42 BAB IV ANALISIS KINERJA GENERATOR DENGAN MENGGUNAKAN AVR 4.1 Pendahuluan Analisis kinerja generator dengan menggunakan Automatic Voltage Regulator (AVR) dalam tugas akhir ini dilakukan pada generator

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1. Umum Motor arus searah adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis yang berupa putaran. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENERATOR DC

KONSTRUKSI GENERATOR DC KONSTRUKSI GENERATOR DC Disusun oleh : HENDRIL SATRIYAN PURNAMA 1300022054 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2015 I. DEFINISI GENERATOR DC Generator

Lebih terperinci

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik

Menganalisis rangkaian listrik. Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Menganalisis rangkaian listrik Mendeskripsikan konsep rangkaian listrik Listrik berasal dari kata elektron yang berarti batu ambar. Jika sebuah batu ambar digosok dengan kain sutra, maka batu akan dapat

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI SIKAT DAN PENAMBAHAN KUTUB BANTU TERHADAP EFISIENSI DAN TORSI MOTOR DC SHUNT

PENGARUH POSISI SIKAT DAN PENAMBAHAN KUTUB BANTU TERHADAP EFISIENSI DAN TORSI MOTOR DC SHUNT PENGARUH POSISI SIKAT DAN PENAMBAHAN KUTUB BANTU TERHADAP EFISIENSI DAN TORSI MOTOR DC SHUNT Jesayas Sihombing Syamsul Amien Konsentrasi Teknik Energi Listrik Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis.

MESIN LISTRIK. 2. JENIS MOTOR LISTRIK Motor berdasarkan bermacam-macam tinjauan dapat dibedakan atas beberapa jenis. MESIN LISTRIK 1. PENDAHULUAN Motor listrik merupakan sebuah mesin yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi energi mekanik atau tenaga gerak, di mana tenaga gerak itu berupa putaran dari pada

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK

05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 05 Pengukuran Besaran Listrik INSTRUMEN PENUNJUK ARUS BOLAK BALIK 5.1 Pendahuluan Gerak d Arsonval akan memberi respons terhadap nilai rata-rata atau searah (dc) melalui kumparan putar. Jika kumparan tersebut

Lebih terperinci

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut

A. Dasar Pengendalian Posisi Blok diagram kendali posisi kita adalah sebagai berikut ANALOG SERVO MOTOR DC A. Tujuan praktikum: 1. Memahami prinsip dasar pengendalian posisi dan kecepatan pada motor DC 2. Memahami unjuk kerja pada saat transient dan steady state pada pengendalian kecepatan

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN Muhammad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Jedidiah Wahana(13212141) Tanggal Percobaan: 12/03/16 EL3215 Praktikum Sistem Kendali Laboratorium Sistem Kendali dan

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA No. LST/EKO/EKO221/13 Revisi : 01 31 Oktober 2011 Hal 1 dari 6 A. Kompetensi Setelah melakukan praktik, mahasiswa memiliki kompetensi mampu memahami karakteristik mesin serempak. B. Sub kompetensi Setelah

Lebih terperinci