PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA SMK NEGERI 1 CIREBON Visit us on : refacsmkn1crb.wordpress.com

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA SMK NEGERI 1 CIREBON Visit us on : refacsmkn1crb.wordpress.com"

Transkripsi

1 TO KNOW THE UNKNOWN Oleh MOH. ARIS AS ARI, S.Pd PAKET KEAHLIAN TEKNIK PENDINGIN DAN TATA UDARA SMK NEGERI 1 CIREBON Visit us on : refacsmkn1crb.wordpress.com

2 PAPERS CONTENT CHAPTER I CHAPTER II : VENTILATION, INFILTRATION AND EXFILTRATION : AIR CONDITIONING SYSTEMS CHAPTER III : AIR PROPERTIES AND PSYCHROMETRIC APLICATION CHAPTER IV : APLICATION PSYCHROMETICS TO AIR CONDITIONING SYSTEM CHAPTER V : FAN AND BLOWER CHAPTER VI : AIR HANDLING UNIT AND DUCT WORK CHAPTER VII : COOLING LOAD CALCULATION

3 CHAPTER I VENTILATION, INFILTRATION AND EXFILTRATION Ventilasi Udara Ventilasi merupakan proses untuk mencatu udara segar ke dalam bangunan/gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Tujuan Ventilasi adalah : 1. Menghilangkan gas-gas yang tidak dibutuhkan yang ditimbulkan oleh resfirasi dan hasil pembakaran. 2. Menghilangkan uap air yang berlebihan. 3. Menghilangkan kalor yang berlebihan. 4. Membantu mendapatkan kenyamanan thermal. Ventilasi Udara dapat di bagi menjadi dua tipe, yaitu : 1. Ventilasi Alami 2. Ventilasi Mekanis A. Ventilasi Alami Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu bangunan/gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya perbedan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam saluran ventilasi. Ventilasi udara alami yang harus disediakan harus terdiri dari bukaan permanen seperti pintu, jendela dan saranan lain yang dapat di buka. A.1 Perancangan sistem Ventilasi Udara Alami Yang perlu diperhatikan dalam merancang ventilasi alami adalah : 1. Tentukan kebutuhan ventilasi udara yang diperlukan sesuai fungsi ruangan. 2. Tentukan ventilasi gaya angin dan gaya thermal yang akan digunakan. A.2 Ventilasi Gaya Angin Faktor yang mempengaruhi laju ventilasi yang disebabkan gaya angin adalah 1. Kecepatan rata-rata angin 2. Arah angin yang kuat 3. Variasi kecepatan dan arah angin musiman dan harian 4. Hambatan setempat, seperti bangunan yang berdekatan, bukit, pohon dsb. A.3 Penempatan outlet Berikut ini beberapa posisi outlet untuk ventilasi alami yang direkomendasikan oleh ASHRAE : 1. Sisi arah tempat yang teduh dari bangunan dan berlawanan langsung dengan inlet.

4 2. Pada atap bangunan, di dalam area yang bertekanan rendah yang disebabkan oleh aliran angin yang tidak menerus. 3. Pada sisi yang berdekatan ke muka arah angin dimana area tekanan rendah terjadi. 4. Dalam pantauan pada sisi arah tempat teduh. 5. Dalam ventilator atap 6. Pada cerobong. Inlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah bertekanan tinggi, sedangkan outlet sebaiknya ditempatkan dalam daerah negatif atau bertekanan rendah. B. Ventilasi Mekanik Figure 2 Fan Outlet Sentrifugal (FanAir Company) Persyaratan teknis untuk ventilasi mekanis dinataranya : 1. Sistem ventilasi mekanis harus diberikan jika ventilasi alami yang memenuhi syarat tidak memadai. 2. Sistem ventilasi mekanis bekerja terus menerus selama ruang tersebut dihuni. 3. Besarnya pertukaran udara yang disarankan untuk berbagai fungsi ruangan harus sesuai ketentuan. Contoh : Pabrik, Bengkel Kelas, Bioskop Tipe Bangunan Catu udara segar minimum Pertukaran udara/jam m 3 /jam per orang B.1 Perancangan sistem Ventilasi Mekanis Perancangan sistem Ventilasi Mekanis dilakukan sebagai berikut : 1. Tentukan kebutuhan udara ventilasi yang diperlukan sesuai fungsi ruangan. 2. Tentukan kapasitas fan. 3. Rancang sistem distribusi udara, baik menggunakan ducting atau fan yang dipasang pada dinding/atap. Jumlah laju aliran udara yang perlu disediakan oleh sistem ventilasi mengikuti ketentuan. Contoh : Hotel a. Kamar tidur b. Ruang tamu c. Kamar mandi d. Lobi Ruang Umum a. Lift b. WC Umum Fungsi Gedung Satuan Kebutuhan udara luar Merokok Tidak merokok (m 3 /min)/orang (m 3 /min)/orang (m 3 /min)/orang (m 3 /min)/orang (m 3 /min)/orang (m 3 /min)/orang - 2,25 0,45 2,25 Untuk mengambil panas dari dalam ruangan, diperlukan laju aliran udara dengan jumlah tertentu untuk menjaga supaya temperatur udara di dalam ruangan tidak bertambah melewati harga yang diinginkan. 0, ,45 0,21 0,75-0,15

5 C. Kriteria kenyamanan C.1 Faktor yang mempengaruhi kenyamanan thermal manusia C.1.1 Faktor Udara Kering (Dry Bulb) Faktor temperatur dry bulb sangat besar pengaruhnya terhadap besar kecilnya kalor yang dilepas melalui penguapan (evaporasi) dan melalui konveksi. Daerah kenyamanan thermal untuk daerah tropis dapat dibagi menjadi : 1. Sejuk nyaman, antara temperatur 20,5 C 22,8 C 2. Nyaman optimal, antara temperatur 22,8 C 25,8 C 3. Hangat nyaman, antara temperatur 25,8 C 27,1 C C.1.2 Faktor Kelembapan Udara Relatif (Relative Humidity/RH) Kelembapan udara relatif adalah perbandingan antara jumlah uap air yang dikandung oleh udara tersebut dibandingkan dengan jumlah kandungan uap air pada keadaan jenuh (saturasi) pada temperatur udara ruangan tersebut. Untuk daerah tropis, RH yang dianjurkan antara 40-50%, namun untuk ruangan yang jumlah orangnya padat seperti ruang pertemuan, RH 55 60% masih diperbolehkan. C.1.3 Faktor Kecepatan/Pergerakan Udara (Air Velocity) Untuk mempertahankan kenyamanan udara, maka kecepatan udara yang jatuh di atas kepala tidak boleh lebih besar dari 0,25 m/detik dan sebaiknya lebih kecil dari 0,15 m/detik. Namun, kecepatan udara dapat lebih besar dari 0,25 m/detik bergantung dari rancangan temperatur udara kering. Untuk lebih jelas lihat tabel di bawah! Tabel kecepatan udara dan kesejukan Kecepatan udara [m/detik] 0,1 0,2 0,25 0,3 0,35 Temperatur udara kering [ C] 25 26,8 26,9 27,1 27,2 C.1.4 Faktor radiasi permukaan yang panas Apabila di dalam suatu ruangan dinding-dinding sekitarnya panas, akan mempengaruhi kenyamanan seseorang di dalam ruangan tersebut, meskipun temperature udara sekitarnya sesuai dengan tingkat kenyamanan. Karena itu usahakan temperature radiasi rata-rata sama dengan temperature udara kering ruangan. Jika temperature radiasi rata-rata lebih tinggi dari temperature udara kering ruangan, maka temperatur udara ruangan rancangan dibuat lebih rendah dari temperatur rancangan biasanya. C.1.5 Faktor aktivitas orang di ruangan Dalam perhitungan sistem pengkondisian udara, besarnya kalor yang dihasilkan oleh aktivitas manusia di dalam ruangan sangat mempengaruhi tingkat kenyamanan ruangan. Sebagai contoh lihat table di bawah. Tabel Laju pertambahan Kalor dari Penghuni dalam ruang yang dikondisikan Tingkat Aktivitas Tipe penggunaan Kalor total Dewasa, Pria Kalor total yang disesuaikan untuk Wanita Btu/Jam Watt Btu/Jam Watt Duduk, kerja amat ringan Kantor, hotel, apartemen Pekerjaan mesin yang berat, Pabrik mengangkat Berjalan, Berdiri Apotik, Bank Tabel di atas menunjukkan besarnya kalor total yang dihasilkan untuk suatu aktivitas yang dilakukan oleh seorang pria dewasa. Untuk wanita dewasa dapat diambil 85% dari kalor yang dihasilkan pria dewasa dan anakanak 75% dari kalor yang dihasilkan pria dewasa. C.1.5 Faktor pakaian yang dipakai

6 Besarnya kalor yang dilepas oleh tubuh dipengaruhi oleh jenis pakaian yang sedang dipakai pada saat itu, terutama besar kecilnya isolasi thermal dari bahan pakaian dan tebalnya. Isolasi thermal dari bahan pakaian yang dipakai dinyatakan dalam clo, dimana 1 clo = 0,155m 2.K/Watt. Contoh: Pria clo Wanita clo Sweater-ringan 0,20 Sweater-ringan 0,17 Jaket - berat 0,49 Jaket - berat 0,37 Sepatu 0,08 Sepatu 0,08 C.2 Zona kenyamanan ruangan Temperatur efektif didefinisikan sebagai indeks lingkungan yang menggabungkan temperatur dan kelembapan udara menjadi satu indeks. Dalam arti bahwa pada temperatur tersebut, respon thermal dari orang pada kondisi tersebut sama, meski temperatur dan kelembapannya berbeda dengan catatan kecepatan udaranya sama. Berdasarkan standar ASHRAE, temperatur efektif didefinisikan sebagai temperatur udara equivalen pada lingkungan isothermal dengan kelembapan udara relative 50%, dimana orang memakai pakaian standard dan melakukan aktivitas tertentu serta menghasilkan temperatur kulit dan kebasahan kulit yang sama. Berdasarkan standar ASHRAE, maka zona kenyamanan dibagi menjadi : 1. Musim dingin, dimana temperatur operatif 20 C-23,5 C dengan kelembapan 60% dan dibatasi oleh temperatur efektif 20 C dan 23,5 C. 2. Musim panas, dimana temperatur operatif 22,5 C-26 C dengan kelembapan 60% dan dibatasi oleh temperatur efektif 23 C dan 26 C. 3. Untuk Indonesia, maka diambil temperatur operatif 25 C±1 C dengan kelembapan relative 55%±10%. D. Infiltrasi dan Exfiltrasi Figure 3. Infiltrasi dari celah candela Infiltrasi adalah aliran udara luar yang tidak disengaja yang masuk melalui celah ataupun bagian yang terbuka dari gedung ketika tekanan udara di luar lebih tinggi dari tekanan udara di dalam gedung pada ketinggian yang sama. Sedangkan exfiltrasi adalah aliran udara yang tidak disengaja yang keluar melalui celah ataupun bagian yang terbuka dari gedung ketika tekanan udara di dalam gedung lebih tinggi dari tekanan udara di luar. Infiltrasi dan exfiltrasi bisa dipengaruhi oleh cerobong, angin, sistem udara ataupun sistem ventilasi mekanik.

7 CHAPTER II AIR CONDITIONING SYSTEMS Preface of Air Conditioning System Principal of Air Conditioning System Dalam memilih suatu sistem pengkondisian udara, maka yang perlu diperhatikan adalah : 1. Beban, kapasitas dan luas ruangan 2. Biaya instalasi dan biaya ketika unit telah beroperasi 3. Maintenance/perawatan 4. Reliabilitas dan fleksibilitas sistem jika diinstalasi pada suatu ruangan Menurut Kharagpur, berdasarkan media fluid untuk mendistribusikan thermal maka sistem Tata Udara dapat dibagi menjadi 4, yaitu : 1. All air systems 2. All water systems 3. Air- water systems 4. Unitary refrigerant based systems 1. All air systems Dalam all air system air conditioning, maka media yang digunakan untuk memindahkan energy panas dari ruang yang akan dikondisikan kepada sistem AC adalah udara. Dalam sistem ini, udara diproses oleh AC dan setelah itu udara hasil pemrosesan disalurkan menuju ruang yang akan dikondisikan menggunakan cerobong udara/duct menggunakan blower dan fan. Udara yang digunakan untuk mengkondisikan suatu ruang kemudian dikembalikan kembali menuju AC untuk diproses ulang. Udara balikan dari ruang ini disebut return air. All air systems Air Conditioning sendiri dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : A. Single duct systems B. Dual duct systems A. Single duct systems Single duct systems dapat digunakan untuk proses pendinginan ataupun proses pemanasan dalam duct yang sama, namun tidak dapat digunakan secara bersamaan. Single duct systems dapat dibedakan menjadi :

8 1. Constant volumee, single zone systems Sistem ini digunakan untuk mengatur temperatur dan kelembapan udara satu ruangan untuk memasukkan udara dingin atau panas namun tidak bersamaan dengan volumee udara yang konstan. A constant volumee, single zone Air Conditioning system 2. Constant volumee, multiple zone systems Sistem ini digunakan untuk mengatur temperatur dan kelembapan udara banyak ruangan untuk memasukkan udara dingin atau panas namun tidak bersamaan dengan volumee udara yang konstan dan tiap ruangan dapat diatur temperatur dan kelembapannya. Single duct, constant volumee system with multiple zones Air Conditioning 3. Variable volumee systems Sistem ini digunakan untuk mengatur volumee udara yang berbeda-beda yang diatur oleh damper selain itu temperatur diatur oleh thermostat pada tiap ruangan. Pembukaan dan penutupan damper diatur oleh thermostat. Udara yang masuk ruangan hanya udara dingin dengan kelembapan yang rendah.

9 Single duct, multiple zone, variable air volumee Air Conditioning system B. Dual duct, constant volumee systems Dari gambar di bawah, suplay udara dibagi menjadi 2 aliran. Satu untuk dialirkan menuju cooling coil untuk didinginkan dan dikeringkan sampai temperatur 13 o C, yang satunya lagi melewati heating coil sampai bertemperatur o C. Udara panas dan dingin mengalir dalam duct yang terpisah. Sebelum masuk ke ruangan yang akan dikondisikan, udara dingin dan panas akan bercampur dalam proporsi yang dibutuhkan dalam mixing box yang ditentukan oleh thermostat pada ruangan. Total volumee udara yang disuplay ke dalam ruangan relatif konstan, namun temperatur udara yang disuplay bervariasi bergantung beban pada ruangan. Dual duct, constant volumee systems 2. All water systems Media penghantar panas (proses pendinginan ataupun proses pemanasan) yang digunakan pada sistem ini adalah air. Terdapat dua jenis sistem dalam all water systems, yaitu : 1. Two pipe system 2. Four pipe system A. Two pipe system Sistem ini hanya digunakan untuk proses pemanasan atau hanya untuk proses pendinginan saja, tidak bisa dipakai secara bersamaan. Sistem ini menggunakan Pressure Relief Valve (PRV) untuk menjaga balancing aliran air.

10 Two pipe Air Conditioning system B. Four pipe system Four pipe system terdiri atas 2 pipa suplay, air dingin dan air panas, serta 2 pipa return water. Air dingin dan panas akan bercampur sesuai proporsi yang dibutuhkan bergantung pada beban ruangan tersebut, dan campuran air akan disuplay menuju ruangan yang akan di kondisikan. Sedangkan return water akan dibagi menjadi dua, masing-masing hot water return menuju heating coil dan cold water return menuju cooling coil. Sistem ini juga menggunakan Pressure Relief Valve (PRV) untuk menjaga balancing aliran air. Pressure Relief Valve (Redi Controls Inc.)

11 Four pipe Air Conditioning system Untuk memindahkan panas dari air panas ataupun dingin ke ruangan dapat menggunakan bare tube ataupun convector, fan coil unit dan radiator. B-1. Fan Coil Unit (FCU) Fan coil unit ditempatkan di dalam ruang yang akan di kondisikan dimana komponen dari FCU adalah heating dan/atau cooling coil fan, air filter, drain tray dan controls.

12 B-2. Convector Convector terdiri atas finned tube coil untuk aliran fluid pemanas atau pendingin ruangan. Perpindahan panas antara coil dengan ruangan hanya menggunakan natural convection jadi tidak ada kipas yang digunakan untuk menggerakan udara. Convector lebih banyak digunakan untuk pemanas dan sangat jarang untuk digunakan pada proses pendinginan. B-3. Radiator Pada radiator, proses perpindahan panas antara coil dengan udara sekeliling lebih banyak lewat radiasi namun beberapa panas ada juga yang menggunakan natural convection. Radiator lebih banyak digunakan untuk proses pemanasan dibandingkan untuk pendinginan. 3. Air- water systems Pada air-water systems baik air maupun air digunakan bersama-sama untuk mengkondisikan suatu ruangan. Udara dan air didinginkan atau dipanaskan pada central plant (Chiller atu boiler). Udara yang berasal dari central plant untuk menyuplai suatu ruangan yang dikondisikan disebut primary air, sedangkan air yang berasal dari central plant untuk menyuplai suatu ruangan yang dikondisikan disebut secondary water. Sistem ini terdiri atas central plant untuk pendinginan dan pemanasan udara dan air (chiller dan boiler), ducting system, water pipelines, pompa dan room terminal. Room terminal bisa berbentuk FCU, induction unit ataupun radiation panel.

13 Air- water systems Air Conditioning 4. Unitary refrigerant based systems Sistem ini menggambungkan sistem refrigerasi dan sistem air conditioning dalam satu paket. Di dalam sistem ini semua komponen refrigerasi (kompresor, condenser, filter drier dll) berada pada satu tempat dengan komponen air conditioning (humidifier, control, blower dll). Contoh dari sistem ini diantaranya adalah AC Windows, AC Split, Duct Split, Heat pump, Portable AC, dll. AC Windows dan AC Split Out door dan Indoor Duct Split

14 CHAPTER III AIR PROPERTIES AND PSYCHROMETRIC APLICATION Preface Defenisi dari Air Conditioning (Tata Udara dalam bahasa Indonesia) menurut The American Society of Heating, Refrigerating and Air-Conditioning Engineers (ASHRAE) adalah proses memperlakukan udara sehingga udara tersebut dapat dikontrol secara simultan baik temperatur, kelembapan (humidity), kebersihan dan distribusinya sehingga mendapatkan apa yang kita butuhkan dari ruangan yang telah dikondisikan. Berdasarkan pengertian di atas, maka beberapa indicator yang dibutuhkan dalam mengoperasikan suatu sistem air conditioning diantaranya :. Pengendali temperatur (Temperature control). Pengendali kelembapan udara (Humidity control). Penyaring, pembersih dan pencucian udara (Air filtering, cleaning, and purification). Perpindahan dan sirkulasi udara (Air movement and circulation) 3.1 Komposisi dry air dan moist air Udara di atmosfer terdiri dari berbagai komponen seperti uap air dan udara polutan (seperti asap, debu dan gas-gas lainnya). Dry air didefenisikan sebagai udara yang kadar uap air dan kandungan polutan udaranya telah dibuang. Komposisi dari dry air relative konstan, namun akan sedikit bervariasi dalam jumlah tiap komponennya jika berbeda waktu, lokasi geografis dan ketinggian suatu daerahnya. Harrison (1965) mengemukakan bahwa kandungan dari dry air berkisar : Nitrogen = % Oxygen = % Argon = % carbon dioxide = % neon = % helium = % methane = % sulfur dioxide = 0 to % hydrogen = % krypton, xenon, dan ozone = % Moist air adalah campuran dari dry air dengan uap air. Jumlah uap air yang terkandung dalam moist air berkisar dari nol (dry air) sampai pada level maksimum bergantung dari temperatur dan tekanan udara tersebut. 3.2 Psychrometrics chart Psychrometrics Chart disusun oleh Carrier dengan mengacu pada kondisi atmosfir normal. Beberapa parameter yang perlu diketahui pada grafik Psychrometrics: A. Wet bulb temperature B. Dry bulb temperature C. Humidity ratio (w) D. Enthalpy (h) E. Specific Volumee (SpV) F. Relative humidity (RH) G. Dew point temperature A. Wet-bulb Temperature (WB) WB adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui pengukuran dengan Slink Psikrometer pada theremometer dengan bulb basah. Suhu WB diplotkan sebagai garis miring ke bawah yang berawal dari garis saturasi yang terletak di bagian samping kanan chart. Suhu WB ini merupakan ukuran panas total (enthalpi). Perubahan suhu WB menunjukkan adanya perubahan panas total.

15 Plotting Wet Bulb pada Psychrometrics Chart B. Dry-bulb Temperature (DB) DB adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui pengukuran dengan Slink Psikrometer pada theremometer dengan bulb kering. Suhu DB diplotkan sebagai garis vertikal yang berawal dari garis sumbu mendatar yang terletak di bagian bawah chart. Suhu DB ini merupakan ukuran panas sensibel. Perubahan suhu DB menunjukkan adanya perubahan panas sensibel. Plotting Dry Bulb pada Psychrometrics Chart C. Humidity Ratio atau Specific Humidity (W) Specific humidity adalah jumlah kandungan uap air di udara yang diukur dalam satuan grains per pound udara. ( 7000 grains = 1 pound) dan diplotkan pada garis sumbu vertikal yang ada di bagian samping kanan chart. Plotting Specific humidity pada Psychrometrics Chart

16 D. Enthalpi (h) Enthalpi adalah jumlah panas total dari campuran udara dan uap aire di atas titik nol. Dinyatakan dalam satuan Btu/lb udara. Harga enthapi dapat diperoleh sepanjang skala di atas garis saturasi Plotting Enthalpy pada Psychrometrics Chart E. Specific volumee (SpV) Specific volumee atau volumee spesifik adalah kebalikan dari berat jenis, dinyatakan dalam ft 3 /lb. Garis skalanya sama dengan garis skala wet bulb. Plotting Specific Volumee pada Psychrometrics Chart F. Relative Humidity (% RH) % RH merupakan perbandingan jumlah actual dan jumlah maksimal (saturasi) dari uap air yang ada pada suatu ruang atau lokasi tertentu. 100% RH berarti saturasi dan diplotkan menurut garis saturasi. Untuk ukuran yang lebih kecil diplotkan sesuai arah garis saturasi.

17 Plotting Relative Humidity pada Psychrometrics Chart G. Dew-point temperature (DP) Suhu DP adalah suhu di mana udara mulai menunjukkan aksi pengembunan ketika didinginkan. Suhu DP ditandai sebagai titik sepanjang garis saturasi. Pada saat udara ruang mengalami saturasi (jenuh) maka besarnya suhu DB sama dengan suhu WB demikian pula suhu DP. Suhu DP merupakan ukuran dari panas laten yang diberikan oleh sistem. Adanya perubahan suhu DP menunjukkan adanya perubahan panas laten atau adanya perubahan kandungan uap air di udara. Plotting Dew Point pada Psychrometrics Chart

18

19 Contoh Soal Contoh 4.1 Hasil pengukuran kondisi suatu ruangan dengan slink psychrometer memberikan data sebagai berikut: Temperatur Dry Bulb 78 F Temperatur Wet Bulb 65 F Tentukan parameter udara lainnya dengan mengunakan psikrometrik chart. Solusi Mengacu ke pschrometric di ats, pertama-tama tentukan titik potong antara garis DB = 78 F dan garis WB 65 F. Titik tersebut adalah titik P. Dari titik P ikuti garis horisontal ke arah kanan, yaitu skala kelembapan spesifik w = 72 gr/lb. Ikuti garis kemebapan relatif, RH = 50%. Ikuti garis horisontal ke kiri hingga memotong garis saturasi, diperoleh suhu DP = 58 F. Dan ikuti garis entalpi, H= 30,05 Btu/lb. Yang terakhir tentukan volumee spesifik, SpV. Titik P berada diantara garis 13,5 dan 14,0, dapat diperkirakan SpV =13,75 ft 3 /kg. Jadi parameter yang didapat : RH = 50% W = 72 gr/lb DP = 58 F H = 30,05 Btu/lb SpV = 13,75 ft 3 /lb

20 CHAPTER IV APLICATION PSYCHROMETICS TO AIR CONDITIONING SYSTEM Sistem Tata Udara (air conditioning system) dapat terdiri dari beberapa proses pengkondisian udara, yaitu proses pemanasan (heating), proses pendinginan (cooling), proses penambahan uap air (humidifying), dan proses pengurangan uap air (dehumidifying). Pengkondisian udara akan merubah kondisi udara, dari kondisi awal menjadi kondisi akhir. Contohnya kita berdomisili di daerah Cirebon dengan kelembapan 70% dan temperatur DB 28 C. Kita akan merancang suatu ruangan dengan kelembapan 50% dan temperatur DB 21 C, dengan begitu kita akan melakanakan proses cooling dengan menurunkan temperatur dari DB 28 C menjadi DB 21 C dan dehumidifying dengan menurunkan kelembapan dari 70% menjadi 50% dalam sistem air conditioning pada ruangan yang akan kita tentukan. Dalam prakteknya, ada enam proses yang lazim dilaksanakan dalam sistem tata udara, yaitu: 1. Proses dengan Panas Sensibel Konstan 2. Proses dengan Panas Laten Konstan 3. Proses dengan Panas Total (entalpi) Konstan atau proses Adiabatik 4. Proses dengan Kelembaban relatif constan 5. Proses tata udara lengkap, kombinasi 6. Proses Pencampuran udara dalam kondisi berbeda Perlu anda ketahui bahwa: 1. Garis DB merupakan garis panas sensible konstan, dimana panas sensible merupakan perpindahan panas yang disertai perubahan temperatur namun tidak disertai perubahan fasa. 2. Garis DP merupakan garis panas laten konstan dimana panas latent merupakan perpindahan panas yang disertai perubahan fasa namun tidak disertai perubahan temperatur. 3. Garis WB merupakan garis entalpi (panas total) konstan, dimana jika terjadi penambahan panas maka dibutuhkan suatu coil pemanas sedangkan jika terjadi pengurangan panas maka disitu dibutuhkan coil pendingin. 3.1 Pemanasan Udara tanpa Penambahan Uap Air Pemanasan udara ruang tanpa menambah kandungan uap air, berarti proses pengkondisian udara ruang dengan panas laten konstan atau proses atau proses dengan kandungan uap air konstan. Dalam hal ini hanya panas sensibel yang ditambahkan ke udara ruang. Proses ini dapat berupa penggunaan pemanas ruang dengan air atau uap panas yang disalurkan melalui koil pemanas, baik dengan blower ataupun tanpa blower. Proses ini lazim disebut sebagai proses pemanasan-sensibel yang direpresentasikan dengan garis horisontal pada psikrometrik chart, karena kelembaban spesifik udara ruang tidak berubah. Case 1 Kondisi awal suatu ruangan bertemperatur DB 35 o F dengan 80% RH akan dihangatkan dengan temperatur DB 105 o F. Tentukan perubahan WB, DP, RH, dan panas total yang ditambahkan ke dalam udara ruang tersebut? Solusi

21 Gunakan psychrometric chart. Suhu DB 35 F di-plot pada titik A dan suhu DB 105 F dipetakan pada titik B. Entalpi pada titik A 12,15 Btu/lb dan entalpi pada titik B adalah 29,3 Btu/lb. Dari titik B, diperoleh WB 64 o F, dan DP 30 o F, dan RH 8% (kira-kira). Untuk menghitung panas total yang diperlukan dalam proses pemanasan ini adalah dengan mengurangi besaran enthalpy pada skala paling kiri di chart yaitu 29,3 Btu/lb dengan 12,16 Btu/lb dan diperoleh H = 17,15 Btu/lb. Ilustrasinya seperti gambar di bawah! 3.2. Pemanasan dengan Penambahan Uap Air (Humidifiying) Pada musim dingin di daerah empat musim, disamping suhu udara rendah, kelembaban absolut atau kandungan uap air di udara juga akan turun. Akibat penurunan tersebut, maka dibutuhkan sistem pengkondisian udara, untuk menaikkan suhu dan kelembaban udara pada tingkat yang nyaman, maka digunakan peralatan pemanas (heater) yang lebih baik dilengkapi dengan piranti penambah kelembaban udara (humidifier). Pada peralatan itu memungkinkan menambah uap air secukupnya ke udara ruang untuk mempertahankan kelembaban relatif pada level 20 40% RH. Case 2 Udara ruang 40 F DB dan kelembaban relatif 30%RH, dipanaskan hingga mencapai 105 F DB dan ditambahkan uap air untuk mempertahankan kelembaban relatif tetap berada pada level 30% RH. Tentukan besaran panas yang ditambahkan ke udara per pound dan volumee uap air yang harus ditambahkan per pound udara kering!

22 Dari hasil ploting di psychrometric chart, maka didapat : awal udara ruang pada chart, diperoleh titik A, dengan H1=11,0 Btu/lb; w1=11 gr/lb. Pemetaan kondisi akhir dengan mengikuti garis 30% RH, diperoleh titik B, H2=41,6 Btu/lb; w2=102 gr/lb. Jadi Panas yang ditambahkan = 41,6 11 = 30 Btu/lb Uap air yang ditambahkan = = 91 gr/lb.

23 CHAPTER V FAN AND BLOWER Preface Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara. Sistem fan penting untuk menjaga pekerjaan proses industri, dan terdiri dari sebuah fan, motor listrik, sistem penggerak, saluran atau pemipaan, peralatan pengendali aliran, dan peralatan penyejuk udara (filter, kumparan pendingin, penukar panas, dll.). Fan System for Industries Departemen Energi Amerika Serikat meperkirakan bahwa 15 persen listrik di industri manufakturing Amerika dipakai oleh motor. Hal yang sama di sektor komersial, listrik yang dibutuhkan untuk mengoperasikan motor fan yang merupakan bagian dari biaya energi terbesar untuk penyejukan ruangan (US DOE, 1989). Perbedaan fan dan blower terletak pada metode yang digunakan untuk menggerakan udara, tekanan sistem operasi serta rasio spesific (rasio tekanan pengeluaran terhadap tekanan hisap). Perbandingan Spesifik Kenaikan tekanan (mmwg) Fan 1, Blower 1,11 s.d 1, s.d Fan Fan dibagi menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Fan Sentrifugal 2. Fan Axial 1. Fan Sentrifugal Fan sentrifugal menggunakan impeler yang berputar untuk menggerakan aliran udara. Fan sentrifugal meningkatkan kecepatan aliran udara dengan impeler berputar. Kecepatan meningkat sampai mencapai ujung blades dan kemudian diubah ke tekanan. Fan ini mampu menghasilkan tekanan tinggi yang cocok untuk kondisi operasi yang kasar, seperti sistem dengan suhu tinggi, aliran udara kotor atau lembab, dan handling bahan.

24 Fan Sentrifugal (FanAir Company) Terdapat jenis-jenis fan sentrifugal berdasarkan bentuk bladenya, yaitu : A. Fan Sentrifugal dengan Blade Radial Blade Radial Centrifugal Fan (Canadian Blower) Keuntungan : 1. Cocok untuk tekanan statis tinggi (sampai 1400 mmwc) dan suhu tinggi 2. Rancangannya sederhana sehingga dapat dipakai untuk unit penggunaan khusus 3. Dapat beroperasi pada aliran udara yang rendah tanpa masalah getaran 4. Sangat tahan lama 5. Efisiensinya mencapai 75% 6. Memiliki jarak ruang kerja yang lebih besar yang berguna untuk handling padatan yang terbang (debu, serpih kayu, dan skrap logam) Kerugian : Hanya cocok untuk laju aliran udara rendah sampai medium B. Forward-Curved Fan Forward-Curved Centrifugal Fan (Canadian Blower)

25 Keuntungan: 1. Dapat menggerakan volume udara yang besar terhadap tekanan yang relatif rendah 2. Ukurannya relatif kecil 3. Tingkat kebisingannya rendah (disebabkan rendahnya kecepatan) dan sangat cocok untuk digunakan untuk pemanasan perumahan, ventilasi, dan penyejuk udara (HVAC) Kerugian: 1. Hanya cocok untuk layanan penggunaan yang bersih, bukan untuk layanan kasar dan bertekanan tinggi 2. Keluaran fan sulit untuk diatur secara tepat 3. Penggerak harus dipilih secara hati-hati untuk menghindarkan beban motor berlebih sebab kurva daya meningkat sejalan dengan aliran udara 4. Efisiensi energinya relatif rendah (55-65%) C. Backward Inclined Fan Backward Inclined Fan Centrifugal Fan (Canadian Blower) Keuntungan: 1. Dapat beroperasi dengan perubahan tekanan statis (asalkan bebannya tidak berlebih ke motor) 2. Cocok untuk sistem yang tidak menentu pada aliran udara tinggi 3. Cocok untuk layanan forced-draft 4. Fan dengan blade datar lebih kuat 5. Fan dengan blades lengkung lebih efisien (melebihi 85%) 6. Fan dengan blades air-foil yang tipis adalah yang paling efisien Kerugian: 1. Tidak cocok untuk aliran udara yang kotor (karena bentuk fan mendukung terjadinya penumpukan debu) 2. Fan dengan blades air-foil kurang stabil karena mengandalkan pada pengangkatan yang dihasilkan oleh tiap blade 3. Fan blades air-foil yang tipis akan menjadi sasaran erosi 2. Fan Aksial Fan Aksial (NISCO)

26 Fan aksial menggerakan aliran udara sepanjang sumbu fan. Fan ini terkenal di industri karena murah, bentuknya yang kompak dan ringan. Jenis utama fan dengan aliran aksial diantaranya adalah sebagai berikut : A. Fan propeller Fan Propeller (FanAir Company) Keuntungan: 1. Menghasilkan laju aliran udara yang tinggi pada tekanan rendah 2. Tidak membutuhkan saluran kerja yang luas (sebab tekanan yang dihasilkannya kecil) 3. Murah sebab konstruksinya yang sederhana 4. Mencapai efisiensi maksimum, hampir seperti aliran yang mengalir sendiri, dan sering digunakan pada ventilasi atap 5. Dapat menghasilkan aliran dengan arah berlawanan, yang membantu dalam penggunaan ventilasi Kerugian: 1. Efisiensi energinya relatif rendah 2. Agak berisik B. Fan Tabung Aksial Fan Tabung Aksial (NISCO) Keuntungan: 1. Tekanan lebih tinggi dan efisiensi operasinya lebih baik daripada fan propeller 2. Cocok untuk tekanan menengah, penggunaan laju aliran udara yang tinggi, misalnya pemasangan saluran HVAC 3. Dapat dengan cepat dipercepat sampai ke nilai kecepatan tertentu (karena putaran massanya rendah) dan menghasilkan aliran pada arah berlawanan, yang berguna dalam berbagai penggunaan ventilasi 4. Menciptakan tekanan yang cukup untuk mengatasi kehilangan di saluran dengan ruang yang relatif efisien, yang berguna untuk pembuangan Kerugian: 1. Relatif mahal 2. Kebisingan aliran udara sedang 3. Efisiensi energinya relatif rendah (65%)

27 C. Fan Vane-axial Vane-axial Fan (NISCO) Keuntungan: 1. Cocok untuk penggunaan tekanan sedang sampai tinggi (sampai 500 mmwc), seperti induced draft untuk pembuangan boiler 2. Dapat dengan cepat dipercepat sampai ke nilai kecepatan tertentu (disebabkan putaran massanya yang rendah) dan menghasilkan aliran pada arah berlawanan, yang berguna dalam berbagai penggunaan ventilasi 3. Cocok untuk hubungan langsung ke as motor 4. Kebanyakan energinya efisien (mencapai 85% jika dilengkapi dengan fan airfoil dan jarak ruang yang kecil) Kerugian: Relatif mahal dibanding fan impeler 5.2 Blower Blower dapat mencapai tekanan yang lebih tinggi daripada fan, sampai 1,20 kg/cm2. Dapat juga digunakan untuk menghasilkan tekanan negatif untuk sistem vakum di industri. Blower sentrifugal dan blower positive displacement merupakan dua jenis utama blower. A. Blower sentrifugal Blower Sentrifugal (FanAir Company) Blower sentrifugal terlihat lebih seperti pompa sentrifugal daripada fan. Impelernya digerakan oleh gir dan berputar rpm. Pada blower multi-tahap, udara dipercepat setiap melewati impeler. Pada blower tahap tunggal, udara tidak mengalami banyak belokan, sehingga lebih efesien. Blower sentrifugal beroperasi melawan tekanan 0,35 sampai 0,70 kg/cm2, namun dapat mencapai tekanan yang lebih tinggi. Satu karakteristiknya adalah bahwa aliran udara akan cenderung turun secara drastis begitu

28 tekanan sistem meningkat, yang dapat merupakan kerugian pada sistem pengangkutan bahan yang tergantung pada volume udara yang baik. Oleh karena itu, alat ini sering digunakan untuk penerapan sistem yang cenderung tidak terjadi penyumbatan. B. Blower jenis positive-displacement Blower jenis positive displacement memiliki rotor, yang "menjebak" udara dan mendorongnya melalui rumah blower. Blower ini menyediakan volume udara yang konstan bahkan jika tekanan sistimnya bervariasi. Cocok digunakan untuk sistim yang cenderung terjadi penyumbatan, karena dapat menghasilkan tekanan yang cukup (biasanya sampai mencapai 1,25 kg/cm2 ) untuk menghembus bahan-bahan yang menyumbat sampai terbebas. Blower jenis positive-displacement berputar lebih pelan daripada blower sentrifugal (3.600 rpm) dan seringkali digerakkan dengan belt untuk memfasilitasi perubahan kecepatan. Positive-displacement Blower

29 CHAPTER VI AIR HANDLING UNIT AND DUCT WORK Fungsi utama sistem air handling adalah untuk mensuplai udara yang telah dikondisikan ke beberapa bagian gedung. Temperatur udara yang disuplai ke bagian gedung tersebut dikontrol oleh satu thermostat. Suatu sistem HVAC gedung dapat bertipe distribusi dan terpusat. Suatu sistem HVAC distribusi merupakan packaged sistem HVAC yang hanya melayani kebutuhan udara satu lokasi saja yang sistemnya terpasang pada tembok, jendela atau pada bagian luar yang dekat dengan ruangan yang akan dikondisikan. Sistem ini bisa berupa ACSplit, Windows, Roof top, dll. Sedangkan sistem HVAC Central dipasang pada suatu ruang khusus yang kemudian udara hasil pendinginan ataupun pemanasan ditransfer lewat duct. Kita hanya membahas sistem HVAC Central pada lingkup Air Handling dan ducting. Extensive ductwork cooling towers Mechanical rooms Chiller Boiler Typical Centralized System 6.1 Air Handling Unit Komponen AHU: 1 - Supply duct 2 - Fan compartment 3 - Flexible connection 4 - Heating and/or cooling coil 5 - Filter compartment 6 - Return and fresh air duct Typical Single Zone Air Handling unit adalah alat yang digunakan untuk mengontrol temperatur, kelembapan, kebersihan, dan distribusi udara untuk suatu ruangan.

30 Air Handling Unit Display

31 A. Air Cleaning Equipment / Air filter Dry and Cleanable Filter Fungsi dari Komponen ini adalah untuk menyaring dan membersihkan udara dari debu, serpihan logam dan kotoran lainnya yang berasal dari fresh air dan return air. B. Pre Heating Coil Fungsi dari pre heating coil adalah untuk mencegah cooling coil membeku jika udara luar di bawah temepartur beku. Ukuran dari pre heating coil lebih kecil 15-25% dari Reheat/Tempering coil.

32 C. Cooling Coil / Dehumidifier Cooling coil berfungsi untuk mendinginkan udara yang akan didistribusikan ke dalam ruangan. Cooling coil juga disebut dehumidifier karena mengurangi kadar kelembapan uap air pada udara. D. Reheat atau Tempering Coil Steam Coil, Hot Water Coil, dan Electric Heaters (kiri ke kanan) Reheat atau tempering coil berfungsi untuk memanaskan udara yang akan didistribusikan ke dalam ruangan. Tempering coil dapat dibedakan menjadi 3 : 1. Steam Coils 2. Hot Water Coils 3. Electric Heaters E. Flexible Connection Fungsi dari flexible connection adalah meredam getaran akibat kerja fan. F. Fan Unit Fungsi dari fan adalah untuk memompa udara untuk didistribusikan ke dalam ruangan.

33 G. Marine lamp Penerangan ruangan pada saat maintenance ataupun service. H. Belt Penghubung motor penggerak dengan fan. I. Motor drive Penggerak fan supaya berputar. J. Spray humidifier Spray humidifier berfungsi untuk washer air (pencuci udara untuk menambahkan oksigen) selain itu juga untuk menambah uap air dengan jalan menyemprotkan uap air pada udara hasil pendingin/pemanasan. Spray humidifier bisa berupa hot water ataupun cold water spray bergantung pada kebutuhan. K. Eliminator Eliminator berfungsi sebagai penahan uap air supaya tidak masuk ke dalam sistem duct.

34 L. Supply duct Supply duct adalah penghubung antara AHU dengan sistem duct untuk didistribusikan ke dalam ruangan-ruangan. M. Goose neck Goose neck atau leher angsa adalah saluran pensuplai fresh air yang dilengkapi dengan louver damper untuk mengatur fresh air dan return air dapat bercampur dengan baik. Goose Neck Louver Damper

35 N. Relief Damper Reflief damper berfungsi untuk mengatur banyaknya udara yang akan masuk ke dalam ruangan melalui diffuser. O. Diffuser/Grille/Register Diffuser/Grille/Register sama-sama berfungsi sebagai return dan supplay untuk ducting dari atau menuju AHU. Namun biasanya untuk supplay digunakan register, diffuser dan untuk return menggunakan grille. Perbedaanya adalah : Register Memiliki bagian yang dapat mengatur arah aliran udara, ataupun untuk membuka/menutup aliran udara dari supplay duct. Grille Tidak dapat diatur untuk menutup/membuka ataupun mengarahkan udara, jadi lebih cocok untuk bagian return air. Diffuser Memiliki sirip yang dapat digunakan untuk mengatur arah aliran udara untuk disebarkan ke ruangan

36 Mekanisme kerja AHU untuk Dual Duct System

37 CHAPTER VII COOLING LOAD CALCULATION 7.1 Rumus sederhana memilih AC Di Indonesia, yang sering dipakai oleh teknisi AC atupun penjual AC dalam menentukan kapasitas AC adalah dengan satuan PK (paar de kraft) atau horse power (hp). Namun sebenarnya satuan AC lebih tepat dihitung dengan BTU (British Thermal Units), semakin tinggi BTU maka semakin besar ruangan yang dapat "didinginkan". Jadi walaupun di Indonesia banyak yang sering memakai satuan PK tetapi kebanyakan satuan yang satu ini kurang mewakili untuk menghitung kebutuhan AC yang akan digunakan. Bila anda membeli AC dengan BTU yang terlalu besar, tidak hanya masalah pemborosan terhadap uang dan listrik tetapi juga dapat mengganggu kesehatan (seperti masalah kelembaban yang tidak baik/ kering). Cara paling sederhana adalah dengan menggunakan formula yang sederhana ini yaitu : P (panjang ruangan) x L (lebar ruangan) x 500 =... Btu jika tidak diketahui tingginya Panjang ruangan (m) x Lebar ruangan (m) x Tinggi ruangan/3 (m) x 500=... Btu, jika diketahui tinggi ruangan tersebut. Jadi sebenarnya kemampuan mendinginkan ruangan bukan ditentukan oleh "berapa PK" nya itu sendiri. Karena cooling capacity dari AC di pasaran sering ditunjukkan dengan satuan btu/h. Sedangkan satuan PK awalnya adalah untuk menunjukkan berapa energi yang diserap oleh kompressor dalam bekerja. Namun dalam perkembangannya PK sering dijadikan "ukuran" besarnya AC itu sendiri, hal yang tidak sepenuhnya salah tapi tidak benar benar tepat. Contoh! Ruangan kamar berukuran panjang 6 m, lebar 3 dan tinggi 3 m. Maka berapa besar Btu pada ruang kamar tersebut? Jika kita menggunakan rumus di atas maka didapat: 5 x 3 x (3/3) x 500 btu/h = 7500 btu/h. Di pasaran, kita akan menemukan data kapasitas AC rata-rata sebagai berikut: ½ PK» 5000 btu/h ¾ PK» 7000 btu/h 1 PK» 9000 btu/h 2 PK» btu/h 3 PK» btu/h Maka dari data di atas maka anda lebih baik membeli AC 1 PK dari pada yang ¾ PK. Karena bila yang digunakan AC ¾ PK, berarti AC harus bekerja lebih berat agar dapat menyesuaikan dengan ukuran ruangan. Hal lain yang perlu diperhatikan : Jika ruangan cukup teduh maka anda bisa mengurangi kapasitas BTU sampai dengan 10% Jika ruangan banyak matahari maka anda bisa menambahkan kapasitas BTU sebanyak 10% Jika ruangan selalu diisi oleh 2 orang atau lebih, sebaiknya anda menambahkan 600 BTU untuk setiap orang Jika AC digunakan di dapur, tambahkan BTU Juga jangan dilupakan, apakah daya listrik yang digunakan cukup bagi kapasitas listrik di rumah anda, hitung seluruh kebutuhan listrik yang akan digunakan karena bila terlalu dekat dengan kapasitas total listrik maka kemungkinan listrik di rumah anda sering mengalami mati mendadak (daya yang kurang). 7.2 Menghitung beban pendinginan Dalam menghitung beban pendinginan, menurut Carrier dalam The Totaline Refrigeration Selection Guide ada 4 faktor yang harus dihitung diantaranya : 1. Transmission Load

38 yaitu panas yang melewati dinding, lantai dan atap. 2. Air Change Load yaitu panas yang terjadi akibat udara yang masuk pada ruangan baik secara infiltasi maupun ventilasi. 3. Product Load yaitu panas yang harus dibuang dan dihasilkan oleh produk yang di ada di dalam ruangan. 4. Internal Load yaitu panas yang dihasilkan oleh sumber seperti lampu, electric motor, orang sedang bekerja di dalam ruangan tersebut, dll. Sebelum kita mengadakan perhitungan, maka terlebih dahulu kita mengadakan survey untuk mencari beberapa informasi yang diantaranya : 1. Design temperatur sekeliling 2. Temperatur ruangan yang akan dikondisikan beserta kelembapan yang diinginkan 3. Dimensi, tipe konstruksi, insulasi, exposure, dll dari ruangan yang akan dikondisikan 4. Tipe dan jumlah produk 5. Keperluan electrical service 6. Beban yang lain seperti manusia, lampu, peralatan listrik, dll. Contoh Soal untuk Refrigeration Load under 32 F PT. Sapi Glonggong akan membangun ruangan freezer dengan ukuran 20 ft x 30 ft x 10 ft dengan dinding semuanya terbuat dari insulasi fiber glass setebal 6 inch. Digunakan untuk menyimpan daging sapi segar seberat 2000 lb/hari. Temperatur udara luar 70 F, RH 60% dan total beban lampu dan motor listrik sebesar 500 watt. Jika temperatur ruangan didesain bertemperatur -10 F, maka carilah refrigeration load dari sistem! Dari soal diatas maka kita tulis teerlebih dahulu beberapa informasi desain ruangan : Customer : PT. Sapi Glonggong Alamat : Jln. Rumput sebelah Kandang sapi, Cirebon. Job : 8 Estimator : Mr. Zack de La Rocha Tanggal survey : Kondisi tempat 1. Aplikasi : Freezer daging 2. Ukuran ruangan (ft) : 20 ft (w) x 30 ft (l) x 10 ft (h) 3. Material insulasi thermal : Fiber glass 4. Ketebalan tembok seluruhnya (inch) : 6 inch 5. Temperature dan kelembapan udara luar : 70 F, RH 60% 6. Temperature storage yang diinginkan : -10 F 7. Penurunan temperatur : 80 F 8. Beban peralatan listrik total : 500 watt 9. Jumlah orang yang ada di ruangan : Berat total produk : 2000 lb/hari 11. Informasi jenis produk : Daging sapi segar, temp. awal 50 F Tidak menggunakan dinding luar Calculation Load A. Transmission (Wall) Load a. Exterior wall surface (w) 20 ft x (l) 30 ft = 600 ft (l) 30 ft x (h) 10 ft = 300 ft (w) 20 ft x (h) 10 ft = 200 ft Total = 1100 sq ft = 1100 x 2 = 2200 sq ft

39 b. Dari Table 2 Btu load/sq ft/24 hours di dapat = Maka beban total transmisi panas pada dinding = 2200 x = 295,680 Btu/24 jam Untuk menggunakan tabel 1, cari terlebih dahulu jenis insulasi yang dipakai setelah itu cocokkan ketebalan insulasinya untuk mencari U factor. Setelah U factor didapatkan, cocokkan U factor tersebut dengan melihat perbedaan temperatur pada sebelah kanan pada tabel 2. Untuk kasus di atas, jenis insulasi fiber glass ketebalan 6 inch, perbedaan temperatur 80 F ((70-(-10) F). B. Air Change (Infiltration Load) Interior room volume = 19 x 29 x 9 = 4559 cu ft ( tebal dinding 6 inch = 0.99 ft, kita bulatkan 1 ft) Air changes per 24 hours = 5.6 (dari tabel 3) Besar panas Btu/cu ft = 2.18 = 5.6 x 2.18 x 4559 = 55, Btu/24 jam

40 Untuk mencari banyaknya pertukaran udara per hari, maka setelah volume ruangan diketahui, maka kita tinggal cocokkan air changes per 24 hours pada tabel 3 untuk ruangan under 32 F. Sedangkan untuk mencari besar panas yang dibuang oleh udara dingin, maka kita lihat temperatur ruangan yang diinginkan kemudian cocokkan dengan temperatur dan RH udara luar. Untuk kasus di atas, volume ruangan 4559 cu ft, kita masukkan dalam 5000 cu ft untuk menghindari under estimate. Dan ruangan storage di desain temperatur -10 F sedangkan temperatur 70 F dan 60% RH udara luar. C. Product Load 1. Panas sensibel produk di atas temperatur beku a. Total product weight = 2000 Ibs b. Product temperature reduction to freezing = 18 F ((50 32) F) c. Specific heat dibawah freezing = 0.70 s.d 0.84 Btu/lb F (dari tabel 5) ambil yang terbesar 0.84 Btu/lb F maka panas yang dibuang untuk membekukan produk sebesar : 2000 Ibs x 18 F x 0.84 Btu/lb F = Btu/24 jam

41 2. Panas laten produk a. Total product weight = 2000 Ibs b. Besar panas laten = 89 s.d 110 Btu/lb (dari tabel 5) ambil yang terbesar 110 Btu/lb maka panas yang dibuang untuk membekukan produk sebesar : 2000 Ibs x 110 Btu/lb = 220,000 Btu/24 jam 3. Panas sensibel produk di bawah temperatur beku a. Total product weight = 2000 Ibs b. Product temperature reduction to freezing = 42 F ((32 ( 10) F) c. Specific heat dibawah freezing = 0.39 s.d 0.43 Btu/lb F (dari tabel 5) ambil yang terbesar 0.43 Btu/lb F maka panas yang dibuang untuk membekukan produk sebesar : 2000 Ibs x 42 F x 0.43 Btu/lb F = 36,120 Btu/24 jam D. Beban peralatan lainnya a. Electrical load (Watts) = 500 x 3.42 x 24 jam = 41,040 Btu/24 jam b. Beban manusia = 0 x Heat Equivalent/Person x 24 jam = 0 Btu/24 jam

42 Jika yang diketahui hanya motor listriknya, contoh dalam satuan horse power maka gunakan tabel 7 untuk mengkonversikannya ke dalam watt. Dan karena tidak ada orang pada kasus di atas maka beban manusia nol, jika ada manusia yang bekerja di dalamnya maka gunakan tabel 8. Jika kita tidak mengetahui total beban elektrik, maka gunakan rumus di bawah! a. Lighting Heat Gain n lampu watt = watt, n = jumlah lampu lama beroperasi total watt lampu 0.86 = kcal/h 3,968 = Btu/h b. Machinary Heat Gain n hp 0,736 = kilo watt, n = berapa horse power lama beroperasi total watt peralatan listrik 0.86 = kcal/h 3,968 = Btu/h Maka beban total ruangan tersebut : A. Transmission (Wall) Load = 295,680 Btu/24 jam B. Air Change (Infiltration Load) = 55, Btu/24 jam C. Product Load 1. Panas sensibel di atas 32F = 30,240 Btu/24 jam 2. Panas Latent produk = 220,000 Btu/24 jam 3. Panas sensibel di bawah 32F = 36,120 Btu/24 jam D. Beban peralatan lainnya 1. Electrical load (Watts) = 41,040 Btu/24 jam 2. Beban manusia = 0 Btu/24 jam E. Panas Total tanpa safety factor = 678,736 Btu/24 jam F. Safety factor 10% = 67, Btu/24 jam G. Panas Total dengan safety factor 10% = 746,610 Btu/24 jam Sistem dengan suction temperature dibawah 30 F dan temperatur ruangan dibawah 35 F, maka electric defrost, hot gas defrost atu water defrost akan beroperasi dan mematikan sistem. Karena itu waktu beroperasi dari sistem berkisar jam. Untuk mesin pendingin modern, biasanya waktu beroperasi bisa mencapai 20 jam. Jadi: Refrigeration Load sistem = Total Btu Per 24 Hours 746,610 = = Compressor Running Time Btu/jam

43 Contoh Soal untuk Refrigeration Load above 32 F PD. Seger Jiwo akan membangun Walk in cooler dengan ukuran 20 ft x 30 ft x 10 ft dengan dinding setebal 6 inchi dan insulasi polyurethane setebal 4 inch. Digunakan untuk menyimpan alpukat sebanyak 7000 lb/hari. Temperatur udara luar 70 F, RH 60% dan di ruangan tersebut rencananya akan di pasang lampu 4 buah lampu masing-masing 20 watt yang hanya beroperasi selama 2 jam/hari, komputer 1 unit berdaya total 200 watt dan akan di pasang motor listrik untuk alat pencucian buah sebesar 1/6 hp yang bekerja 24 jam. Tiap harinya, akan ada 4 orang yang ada di sana yang 2 orang bertugas mengangkat keranjang buah menuju tempat cuci buah, 1 orang on-line di internet dan seorang bertugas sebagai mandor. Jika temperatur ruangan didesain bertemperatur 35 F, maka carilah refrigeration load dari sistem! Desain ruangan! Dari soal diatas maka kita tulis teerlebih dahulu beberapa informasi desain ruangan : Customer : PD. Seger Jiwo Alamat : Jln. Buah Anggur Blok. 1, Cirebon. Job : 9 Estimator : Mr. Tom Morello Tanggal survey : Kondisi tempat 1. Aplikasi : Walk-in cooler 2. Ukuran ruangan (ft) : 20 ft (w) x 30 ft (l) x 10 ft (h) 3. Material insulasi thermal : Polyurethane 4 inch 4. Ketebalan tembok seluruhnya (inch) : 6 inch 5. Temperature dan kelembapan udara luar : 70 F, RH 60% 6. Temperature storage yang diinginkan : 35 F 7. Penurunan temperatur : 35 F 8. Beban peralatan listrik total : 4 lampu x 20 watt, 1 unit komputer x 200 watt 1/6 hp motor listrik 9. Jumlah orang yang ada di ruangan : 4 orang dengan aktifitas berbeda 10. Berat total produk : 7000 lb/hari 11. Informasi jenis produk : Alpukat, temp. awal 60 F Calculation Load A. Transmission (Wall) Load a. Exterior wall surface (w) 20 ft x (l) 30 ft = 600 ft (l) 30 ft x (h) 10 ft = 300 ft (w) 20 ft x (h) 10 ft = 200 ft Total = 1100 sq ft = 1100 x 2 = 2200 sq ft b. Dari Table 2 Btu load/sq ft/24 hours di dapat = 33.6 (interpolasi) Maka beban total transmisi panas pada dinding = 2200 x 33.6 = 73,920 Btu/24 jam

44 Untuk menggunakan tabel 1, cari terlebih dahulu jenis insulasi yang dipakai setelah itu cocokkan ketebalan insulasinya untuk mencari U factor. Setelah U factor didapatkan, cocokkan U factor tersebut dengan melihat perbedaan temperatur pada sebelah kanan pada tabel 2. Jika di tabel tidak ada maka gunakan interpolasi dari temperatur 30 F dan 40 F. Cara termudah adalah dengan menjumlahkan heat gain factor keduanya kemudian dibagi dua, seperti ini : atau dengan perbandingan sebagai berikut : x Untuk kasus di atas, jenis insulasi polyurethane ketebalan 4 inch, perbedaan temperatur 35 F ((70-35) F). B. Air Change (Infiltration Load) Interior room volume = 19 x 29 x 9 = 4559 cu ft ( tebal dinding 6 inch = 0.99 ft, kita bulatkan 1 ft) Air changes per 24 hours = 7.2 (dari tabel 3) Besar panas Btu/cu ft = 1.06 (dari tabel 4)

45 = 7.2 x 1.06 x 4559 = 34, Btu/24 jam Untuk mencari banyaknya pertukaran udara per hari, maka setelah volume ruangan diketahui, maka kita tinggal cocokkan air changes per 24 hours pada tabel 3 untuk ruangan above 32 F. Sedangkan untuk mencari besar panas yang dibuang oleh udara dingin, maka kita lihat temperatur ruangan yang diinginkan kemudian cocokkan dengan temperatur dan RH udara luar. Untuk kasus di atas, volume ruangan 4559 cu ft, kita masukkan dalam 5000 cu ft untuk menghindari under estimate. Dan ruangan storage di desain temperatur 35 F sedangkan temperatur 70 F dan 60% RH udara luar. C. Product Load 1. Panas sensibel produk di atas temperatur beku a. Total product weight = 7000 Ibs b. Product temperature reduction to freezing = 25 F ((60 35) F) c. Specific heat dibawah freezing = 0.72 Btu/lb F (dari tabel 5) maka panas yang dibuang untuk membekukan produk sebesar : 7000 Ibs x 25 F x 0.72 Btu/lb F = 126,000 Btu/24 jam

46 2. Respiration Heat Load a. Total product weight = 7000 Ibs b. dari Table 6 respiration heat/lb = 0 Btu/lb maka panas yang dibuang untuk membekukan produk sebesar : 7000 Ibs x 0 Btu/lb = 0 Btu/24 jam D. Beban peralatan lainnya a. Electrical load (Watts) Lampu = 4 x 20 watt = 80 watt x 2/24 jam = 6.67 watt/24 jam 1 unit komputer = 200 watt Motor Listrik = 1/6 hp x = kwatt = watt atau untuk motor listrik dapat melihat tabel 7.: Maka Panas total akibat Electrical Load adalah : ( ) Watt = Watt x 3.42 x 24 jam = 117,651 Btu/24 jam b. Beban manusia Perhitungan beban manusia, bisa menggunakan Tabel 8a, 8b dan 8c. Tabel 8a Tingkat Aktivitas Btu/Jam Kalor total Dewasa, Pria Duduk, kerja amat ringan Pekerjaan mesin yang berat, mengangkat Berjalan, Berdiri Compiled from ASHRAE HANDBOOK 2008-HVAC Systems and Equipment Watt

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id

SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id Oleh Rd. INDHAYATI HERLINA, ST., MM. MOH. ARIS AS ARI, S.Pd PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PENDINGINAN DAN TATA UDARA SMK NEGERI I CIREBON 2011 Visit us on : ptu.smkn1-cirebon.sch.id CHAPTER I VENTILATION, INFILTRATION

Lebih terperinci

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL

BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL BLOWER DAN KIPAS SENTRIFUGAL Hampir kebanyakan pabrik menggunakan fan dan blower untuk ventilasi dan untuk proses industri yang memerlukan aliran udara. Sistim fan penting untuk menjaga pekerjaan proses

Lebih terperinci

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART

MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART MODUL 8 PSIKROMETRIK CHART Psychrometric Chart atau Chart psikrometrik merupakan hasil karya jenius peninggalan kakek moyang kita yang berhubungan dengan karakteristik udara. Dengan adanya chart ini maka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PSIKROMETRI Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian udara.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split BAB II DASAR TEORI 2.1 AC Split Split Air Conditioner adalah seperangkat alat yang mampu mengkondisikan suhu ruangan sesuai dengan yang kita inginkan, terutama untuk mengkondisikan suhu ruangan agar lebih

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi SILABUS Evaporasi Pengeringan Pendinginan Kristalisasi Presentasi (Tugas Kelompok) UAS Aplikasi Pengeringan merupakan proses pemindahan uap air karena transfer panas dan

Lebih terperinci

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB

Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Satuan Operasi dan Proses TIP FTP UB Pendahuluan Pengeringan merupakan salah satu metode pengawetan pangan paling kuno yang dikenal oleh manusia. Pengawetan daging, ikan, dan makanan lain dengan pengeringan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4

BAB II TEORI DASAR. Laporan Tugas Akhir 4 BAB II TEORI DASAR Sistem tata udara adalah suatu proses mendinginkan/memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan/dipersyaratkan. Selain itu, mengatur aliran udara dan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara BAB II TEORI DASAR 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara Sistem tata udara adalah suatu sistem yang digunakan untuk menciptakan suatu kondisi pada suatu ruang agar sesuai dengan keinginan. Sistem tata udara

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Air Conditioner (AC) digunakan untuk mengatur temperatur, sirkulasi, kelembaban, dan kebersihan udara didalam ruangan. Selain itu, air conditioner juga

Lebih terperinci

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC) Refrigeration, Ventilation and Air-conditioning RVAC Air-conditioning Pengolahan udara Menyediakan udara dingin Membuat udara

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Sistem tata udara Air Conditioning dan Ventilasi merupakan suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai suhu dan kelembaban yang diinginkan

Lebih terperinci

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013 1.2.3 AC Central AC central sistem pendinginan ruangan yang dikontrol dari satu titik atau tempat dan didistribusikan secara terpusat ke seluruh isi gedung dengan kapasitas yang sesuai dengan ukuran ruangan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara

BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara 24 BAB IV DASAR TEORI 4.1 Sistem Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah usaha untuk mengatur temperatur dan kelembaban udara agar menghasilkan kenyamanan termal (thermal comfort) bagimanusia.

Lebih terperinci

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN

Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN AR-3121: SISTEM BANGUNAN & UTILITAS Pertemuan 6: SISTEM PENGHAWAAN PADA BANGUNAN 12 Oktober 2009 Dr. Sugeng Triyadi PENDAHULUAN Penghawaan pada bangunan berfungsi untuk mencapai kenyamanan thermal. Dipengaruhi:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Perencanaan pengkondisian udara dalam suatu gedung diperlukan suatu perhitungan beban kalor dan kebutuhan ventilasi udara, perhitungan kalor ini tidak lepas dari prinsip perpindahan

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR BAB II TEORI DASAR 2.1 Sistem Tata Udara Secara umum pengkondisian udara adalah suatu proses untuk mengkondisikan udara pada suatu tempat sehingga tercapai kenyamanan bagi penghuninya. Tata udara meliputi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM

LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL. Oleh : RIVALDI KEINTJEM LAPORAN AKHIR PERAWATAN & PERBAIKAN CHILLER WATER COOLER DI MANADO QUALITY HOTEL Oleh : RIVALDI KEINTJEM 13021024 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL POLITEKNIK NEGERI MANADO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO 2016 BAB

Lebih terperinci

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs

A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart a. Terminologi a) Humid heat ( Cs A. Pengertian Psikometri Chart atau Humidty Chart Psikrometri adalah ilmu yang mengkaji mengenai sifat-sifat campuran udara dan uap air yang memiliki peranan penting dalam menentukan sistem pengkondisian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Air Conditioner Split Air Conditioner (AC) split merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondikan udara didalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan oleh penghuni.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 ALAT PENGKONDISIAN UDARA Alat pengkondisian udara merupakan sebuah mesin yang secara termodinamika dapat memindahkan energi dari area bertemperatur rendah (media yang akan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG INSTALASI TATA UDARA VRV SYSTEM KANTOR MANAJEMEN KSO FORTUNA INDONESIA JAKARTA PUSAT

PERANCANGAN ULANG INSTALASI TATA UDARA VRV SYSTEM KANTOR MANAJEMEN KSO FORTUNA INDONESIA JAKARTA PUSAT PERANCANGAN ULANG INSTALASI TATA UDARA VRV SYSTEM KANTOR MANAJEMEN KSO FORTUNA INDONESIA JAKARTA PUSAT LASITO NIM: 41313110031 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara Sistem pengkondisian udara adalah suatu proses mendinginkan atau memanaskan udara sehingga dapat mencapai temperatur dan kelembaban yang sesuai dengan

Lebih terperinci

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab PSIKROMETRI Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab 1 1. Atmospheric air Udara yang ada di atmosfir merupakan campuran dari udara kering dan uap air. Psikrometri

Lebih terperinci

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC) Pertemuan ke-9 dan ke-10 Materi Perkuliahan : Kebutuhan jaringan dan perangkat yang mendukung sistem pengkondisian udara termasuk ruang pendingin (cool storage). Termasuk memperhitungkan spatial penempatan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengering Udara Pengering udara adalah suatu alat yang berfungsi untuk menghilangkan kandungan air pada udara terkompresi (compressed air). Sistem ini menjadi satu kesatuan proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu

II. TINJAUAN PUSTAKA. apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Tata Udara Hampir semua aktifitas dalam gedung seperti kantor, hotel, rumah sakit, apartemen, dan pusat belanja memerlukan listrik misalnya untuk keperluan lampu penerangan,

Lebih terperinci

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi

Pengeringan. Shinta Rosalia Dewi Pengeringan Shinta Rosalia Dewi PSIKROMETRIK CHART Definisi Istilah dan Plotting pada Chart Dry-bulb Temperature (DB) DB adalah suhu udara ruang yang diperoleh melalui pengukuran dengan Slink Psikrometer

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pendingin Sistem pendingin merupakan sebuah sistem yang bekerja dan digunakan untuk pengkondisian udara di dalam ruangan, salah satunya berada di mobil yaitu

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) A634 Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara pada Lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel di Surabaya Wahyu Priatna dan Ary Bachtiar Krishna Putra Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA

Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA Bagian V: PENGKONDISIAN UDARA PRINSIP KERJA SISTEM AC (AIR CONDITIONING SYSTEM) Prinsip AC yaitu memindahkan kalor dari satu tempat ke tempat yang lain. AC sebagai pendingin memindahkan kalor dari dalam

Lebih terperinci

UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI

UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI UNIT 4 SIKLUS REFRIGERASI Unit lalu menguraikan komponen atau bagian-bagian dari siklus udara pada sistem pengkondisian udara. Pada satu titik/point dalam suatu sistem, udara mengalir melawati permukaan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap 4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah proses untuk mengkondisikan temperature dan kelembapan udara agar memenuhi persyaratan tertentu. Selain itu kebersihan udara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengeringan Pengeringan adalah proses mengurangi kadar air dari suatu bahan [1]. Dasar dari proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Refrigerasi merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan saat ini terutama bagi masyarakat perkotaan. Refrigerasi dapat berupa lemari es pada rumah tangga, mesin

Lebih terperinci

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA Sidra Ahmed Muntaha (0906605340) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia

Lebih terperinci

UNIT 7 PROSES-PROSES PSYCHROMETRICS

UNIT 7 PROSES-PROSES PSYCHROMETRICS UNIT 7 PROSES-PROSES PSYCHROMETRICS Pada bagian ini akan dijelaskan proses-proses psychrometrics yang sederhana secara grafik. Hubungan term-term dengan segala perubahan yang terjadi pada suatu kondisi

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Tata Udara [sumber : 5. http://ridwan.staff.gunadarma.ac.id] Sistem tata udara adalah proses untuk mengatur kondisi suatu ruangan sesuai dengan keinginan sehingga dapat memberikan

Lebih terperinci

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN Klasifikasi Cooling Tower Ada banyak klasifikasi cooling tower, namun pada umumnya pengklasifikasian dilakukan berdasarkan sirkulasi air yang terdapat

Lebih terperinci

MAKALAH PRAKTIK PENSINGIN DAN TATAUDARA

MAKALAH PRAKTIK PENSINGIN DAN TATAUDARA MAKALAH PRAKTIK PENSINGIN DAN TATAUDARA AC SENTRAL ( CENTRAL ) Disusun Oleh: Asto Nur Wimantoro 11501244013 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014 BAB

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya BAB II DASAR TEORI 2.1 Hot and Cool Water Dispenser Hot and cool water dispenser merupakan sebuah alat yang digunakan untuk mengkondisikan temperatur air minum baik dingin maupun panas. Sumber airnya berasal

Lebih terperinci

SISTEM TATA UDARA (AC) PADA BANGUNAN GEDUNG

SISTEM TATA UDARA (AC) PADA BANGUNAN GEDUNG SISTEM TATA UDARA (AC) PADA BANGUNAN GEDUNG Dr. SUKAMTA, S.T., M.T. Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2015 Sistem Pengkondisian Udara (AC) TATA UDARA Daerah

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta DAFTAR PUSTAKA W. Arismunandar, Heizo Saito, 1991, Penyegaran Udara, Cetakan ke-4, PT. Pradnya Paramita, Jakarta Standar Nasional Indonesia (SNI) : Tata Cara Perancangan Sistem Ventilasi dan Pengkondisian

Lebih terperinci

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

JTM Vol. 04, No. 1, Februari JTM Vol. 04, No. 1, Februari 2015 20 ANALISA OPTIMALISASI KEBUTUHAN DAYA KOIL PENDINGIN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA RANGKAIAN RUANG KELAS LANTAI 4 GEDUNG D UNIVERSITAS MERCUBUANA JAKARTA Fikry Zulfikar

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING 3.1 Perngertian dan Standar Pengkondisian Udara Bangunan Pengkondisian udara adalah suatu usaha ang dilakukan untuk mengolah udara dengan cara mendinginkan,

Lebih terperinci

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA

BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA BAGIAN III PRINSIP-PRINSIP ESTIMASI BEBAN PENDINGIN TATA UDARA UNIT 9 SUMBER-SUMBER PANAS Delapan unit sebelumnya telah dibahas dasar-dasar tata udara dan pengaruhnya terhadap kenyamanan manusia. Juga

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Dispenser Air Minum Hot and Cool Dispenser air minum adalah suatu alat yang dibuat sebagai alat pengkondisi temperatur air minum baik air panas maupun air dingin. Temperatur air

Lebih terperinci

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA Data analisa dan perhitungan dihitung pada jam terpanas yaitu sekitar jam 11.00 sampai dengan jam 15.00, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

Lebih terperinci

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya

BAB 9. Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya BAB 9 Kurva Kelembaban (Psychrometric) dan Penggunaannya a. Terminologi Kelembaban Ҥ (specific humidity) merupakan massa uap air (dalam lb atau kg) per unit massa udara kering (dalam lb atau kg) (beberapa

Lebih terperinci

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Prinsip Kerja Instalasi Instalasi ini merupakan instalasi mesin pendingin kompresi uap hibrida yang berfungsi sebagai mesin pendingin pada lemari pendingin dan pompa kalor pada

Lebih terperinci

AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015

AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015 AIR CONDITIONING (AC) Disiapkan Oleh: Muhammad Iqbal, ST., M.Sc Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Malikussaleh Tahun 2015 Defenisi Air Conditioning (AC) merupakan ilmu dan praktek untuk mengontrol

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN RUANG UTAMA Lt. 3 KANTOR MANAJEMEN PT SUPERMAL KARAWACI DENGAN METODE CLTD

TUGAS AKHIR. PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN RUANG UTAMA Lt. 3 KANTOR MANAJEMEN PT SUPERMAL KARAWACI DENGAN METODE CLTD TUGAS AKHIR PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN RUANG UTAMA Lt. 3 KANTOR MANAJEMEN PT SUPERMAL KARAWACI DENGAN METODE CLTD Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR NOTASI... xi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Rumusan Masalah...

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISIS DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Data Pengumpulan data di maksudkan untuk mendapatkan gambaran dalam proses perhitungan beban pendingin pada ruang kerja lantai 2, data-data yang di perlukan

Lebih terperinci

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung

Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung Konservasi energi sistem tata udara pada bangunan gedung 1. Ruang lingkup 1.1. Standar ini memuat; perhitungan teknis, pemilihan, pengukuran dan pengujian, konservasi energi dan rekomendasi sistem tata

Lebih terperinci

Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya

Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-551 Perencanaan Ulang Sistem Pengkondisian Udara Pada lantai 1 dan 2 Gedung Surabaya Suite Hotel Di Surabaya Wahyu Priatna dan

Lebih terperinci

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI TATA UDARA GEDUNG

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI TATA UDARA GEDUNG BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI TATA UDARA GEDUNG 3.1 Ketentuan Rancangan Instalasi Tata Udara Gedung Rancangan instalasi tata udara gedung adalah berkas gambar rancangan dan uraian teknik, yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Sistem Heat pump Heat pump adalah pengkondisi udara paket atau unit paket dengan katup pengubah arah (reversing valve) atau pengatur ubahan lainnya. Heat pump memiliki

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dilakukan perhitungan beban pendinginan (cooling load) dari hasil pengumpulan data di lapangan untuk mengetahui parameter yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT. V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700

BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT. V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700 BAB V ANALISA PERHITUNGAN DARI BEBERAPA ALAT V.1 Hasil perhitungan beban pendingin dengan memakai TRACE 700 Tabel 5.1. Hasil perhitungan beban pendingin metode TETD-TA1 No. Parameter 1. Cooling Coil Selection

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK

OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK 277 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 06, No. 4, Oktober 2017 OPTIMASI SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA KERETA REL LISTRIK Wendy Satia Novtian, Budhi Muliawan Suyitno, Rudi Hermawan Program Studi Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyejuk udara atau pengkondisi udara atau penyaman udara atau erkon atau AC (air conditioner) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara

Lebih terperinci

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA

ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA ANALISA AUDIT KONSUMSI ENERGI SISTEM HVAC (HEATING, VENTILASI, AIR CONDITIONING) DI TERMINAL 1A, 1B, DAN 1C BANDARA SOEKARNO-HATTA Budi Yanto Husodo 1,Nurul Atiqoh Br. Siagian 2 1,2 Program Studi Teknik

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 1106005225 / Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 19.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past 1.5 cm-od tubes through which water

Lebih terperinci

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL

TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL TUGAS TEKNIK DAN MANAJEMEN PERAWATAN SISTEM PEMELIHARAAN AC CENTRAL Disusun Oleh: KELOMPOK 9 Angga Eka Wahyu Ramadan (2113100122) Citro Ariyanto (2113100158) Ahmad Obrain Ghifari (2113100183) INSTITUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Tabel Hasil Pengujian Beban Kalor Setelah dilakukan perhitungan beban kalor didalam ruangan yang meliputi beban kalor sensible dan kalor laten untuk ruangan dapat

Lebih terperinci

Campuran udara uap air

Campuran udara uap air Campuran udara uap air dan hubungannya Tujuan Instruksional Khusus (TIK) Setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menjelaskan tentang campuran udara-uap air dan hubungannya membaca grafik psikrometrik

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Dasar tentang Beban Pendinginan Kita ketahui bahwa tujuan utama dalam melakukan pentataan udara, adalah agar kenyamanan dalam suatu ruang dapat dicapai, sehingga manusia

Lebih terperinci

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8

/ Teknik Kimia TUGAS 1. MENJAWAB SOAL 19.6 DAN 19.8 Faris Razanah Zharfan 06005225 / Teknik Kimia TUGAS. MENJAWAB SOAL 9.6 DAN 9.8 9.6 Air at 27 o C (80.6 o F) and 60 percent relative humidity is circulated past.5 cm-od tubes through which water is flowing

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Gas BAB II DASAR TEORI. rinsip embangkit Listrik Tenaga Gas embangkit listrik tenaga gas adalah pembangkit yang memanfaatkan gas (campuran udara dan bahan bakar) hasil dari pembakaran bahan bakar minyak (BBM)

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Freezer Freezer merupakan salah satu mesin pendingin yang digunakan untuk penyimpanan suatu produk yang bertujuan untuk mendapatkan produk dengan kualitas yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Menurut ASHRAE (American Society of Heating, Refrigerating and Airconditioning Engineers, 1989), kenyamanan termal merupakan perasaan dimana seseorang merasa nyaman dengan keadaan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN.

BAB III PERANCANGAN. BAB III PERANCANGAN 3.1 Beban Pendinginan (Cooling Load) Beban pendinginan pada peralatan mesin pendingin jarang diperoleh hanya dari salah satu sumber panas. Biasanya perhitungan sumber panas berkembang

Lebih terperinci

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract ANALISIS EVAPORATIVE AIR COOLER DENGAN TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA Hendra Listiono 1, Azridjal Aziz 2, Rahmat Iman Mainil 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin BAB II Prinsip Kerja Mesin Pendingin A. Sistem Pendinginan Absorbsi Sejarah mesin pendingin absorbsi dimulai pada abad ke-19 mendahului jenis kompresi uap dan telah mengalami masa kejayaannya sendiri.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PROSEDUR PERANCANGAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA. Penentuan Kondisi Ruang. Termal Dalam Gedung

BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PROSEDUR PERANCANGAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA. Penentuan Kondisi Ruang. Termal Dalam Gedung 32 BAB III METODOLOGI PELAKSANAAN 3.1 PROSEDUR PERANCANGAN SISTEM PENGKONDISIAN UDARA MULAI Fungsi Penentuan Kondisi Ruang Termal Dalam Gedung Data Gedung Perhitungan Beban Pendingin Data Cuaca & ` Iklim

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Sistem refrigerasi kompresi uap merupakan suatu sistem yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi refrigeran, yang dalam keadaan bertekanan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL

BAB IV ANALISIS HASIL BAB IV ANALISIS HASIL 4.1 Karakteristik Umum Bangunan Hotel Pullman Gadog ini tepatnya di wilayah Ciawi Bogor. Hotel ini terdiri dari beberapa fungsi bangunan utama yaitu Main Building, Conference area,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda BAB II DASAR TEORI 2.1 Benih Kedelai Penyimpanan benih dimaksudkan untuk mendapatkan benih berkualitas. Kualitas benih yang dapat mempengaruhi kualitas bibit yang dihubungkan dengan aspek penyimpanan adalah

Lebih terperinci

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009

AIR CONDITIONING SYSTEM. Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009 AIR CONDITIONING SYSTEM Oleh : Agus Maulana Praktisi Bidang Mesin Pendingin Pengajar Mesin Pendingin Bandung, 28 July 2009 Fungsi dan Klasifikasi Air Conditioning System Fungsi : sistim yang dibuat untuk

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Untuk memperbaiki kualitas ikan, dibutuhkan suatu alat yaitu untuk menjaga kondisi ikan pada kondisi seharusnya dengan cara menyimpannya didalam sebuah freezer yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Air Conditioning (AC) atau alat pengkondisian udara merupakan modifikasi pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk mengkondisikan

Lebih terperinci

BAB III BAHASAN UTAMA

BAB III BAHASAN UTAMA BAB III BAHASAN UTAMA 3.1. Diagram Alir Perancangan Tata Udara Gambar 3. 1. Diagram alir prancangan [3] 3.2. Perancangan Tata Udara Dalam merancang suatu sistem tata udara, seorang perancang harus mampu

Lebih terperinci

PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA)

PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA) PERHITUNGAN ULANG SISTEM PENGKONDISIAN UDARA PADA GERBONG KERETA API PENUMPANG EKSEKUTIF MALAM (KA. GAJAYANA) DOSEN PEMBIMBING: ARY BACHTIAR KRISHNA PUTRA, S.T, M.T, Ph.D TANTY NURAENI 2107100631 JURUSAN

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL PERBANDINGAN KOMPRESOR PISTON DENGAN SCREW

BAB V ANALISA HASIL PERBANDINGAN KOMPRESOR PISTON DENGAN SCREW BAB V ANALISA HASIL PERBANDINGAN KOMPRESOR PISTON DENGAN SCREW 5.1.Hasil Perbandingan kapasitas kompresor Hasil perhitungan dengan menggunakan ompressor screw untuk memenuhi kebutuhan produksi,maka kompressor

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERTIMBANGAN PEMILIHAN TIPE AIR CONDITIONING BERDASARKAN INVESTASI JANGKA PANJANG PADA PROYEK HOTEL PULLMAN GADOG CIAWI

TUGAS AKHIR PERTIMBANGAN PEMILIHAN TIPE AIR CONDITIONING BERDASARKAN INVESTASI JANGKA PANJANG PADA PROYEK HOTEL PULLMAN GADOG CIAWI TUGAS AKHIR PERTIMBANGAN PEMILIHAN TIPE AIR CONDITIONING BERDASARKAN INVESTASI JANGKA PANJANG PADA PROYEK HOTEL PULLMAN GADOG CIAWI Disusun oleh : Nama : Moch. Sutik Supriyadi NIM : 41415110122 Jurusan

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara

Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara 1 Studi Eksperimen Pengaruh Sudut Blade Tipe Single Row Distributor pada Swirling Fluidized Bed Coal Dryer terhadap Karakteristik Pengeringan Batubara Afrizal Tegar Oktianto dan Prabowo Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK

PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK PENGHITUNGAN BEBAN KALOR PADA GEDUNG AULA UNIVERSITAS SULTAN FATAH DEMAK Rio Bagas Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sultan Fatah (UNISFAT) Jl. Sultan Fatah No. 83 Demak Telp. (0291)

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM : LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC Nama Praktikan : Utari Handayani NPM : 140310110032 Nama Partner : Gita Maya Luciana NPM : 140310110045 Hari/Tgl Percobaan

Lebih terperinci

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo

Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL. Hartoyo Materi Kuliah Teknik Pendingin dan Tata Udara SISTEM PENDINGIN AC MOBIL Hartoyo PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA A. PENDAHULUAN Dilihat dari fungsinya, AC Mobil memiliki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Blower Pengertian Blower adalah mesin atau alat yang digunakan untuk menaikkan atau memperbesar tekanan udara atau gas yang akan dialirkan dalam suatu ruangan tertentu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Simulator Pengertian simulator adalah program yg berfungsi untuk menyimulasikan suatu peralatan, tetapi kerjanya agak lambat dari pada keadaan yg sebenarnya. Atau alat untuk melakukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EFEKTIFITAS DESICCANT DALAM MENGONTROL RH DIBANDING HEATER DAN HEATING COIL

TUGAS AKHIR EFEKTIFITAS DESICCANT DALAM MENGONTROL RH DIBANDING HEATER DAN HEATING COIL TUGAS AKHIR EFEKTIFITAS DESICCANT DALAM MENGONTROL RH DIBANDING HEATER DAN HEATING COIL Disusun oleh : ZAINAL ABIDIN (41306110043) JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA

Lebih terperinci

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT M. Nuriyadi, Jurnal ROTOR, Volume 9 Nomor 2,November 16 PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL M. Nuriyadi Staf Pengajar Jurusan Teknik Refrigerasi dan Tata

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller

BAB II DASAR TEORI LAPORAN TUGAS AKHIR. 2.1 Blast Chiller BAB II DASAR TEORI 2.1 Blast Chiller Blast Chiller adalah salah satu sistem refrigerasi yang berfungsi untuk mendinginkan suatu produk dengan cepat. Cara pendinginan produk pada Blast Chiller ini dilakukan

Lebih terperinci

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI

Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Disusun oleh : Nama : Linggar G. C. M. A. Kelas : XI TP A Semester Genap SMK NEGERI 1 CIMAHI Teknik Pendingin & Tata Udara 2010/2011 KATA PENGANTAR Allhamdulillahi rabbil alamiin, pertama-tama marilah

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR EFEKTIFITAS PERUBAHAN AIR CHANGES TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATURE DAN RH

TUGAS AKHIR EFEKTIFITAS PERUBAHAN AIR CHANGES TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATURE DAN RH TUGAS AKHIR EFEKTIFITAS PERUBAHAN AIR CHANGES TERHADAP PERUBAHAN TEMPERATURE DAN RH Diajukan Sebagia Salah Satu Syarat Dalam Meraih Gelar Sarjana Teknik (ST) Pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi

Lebih terperinci