PENGARUH PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN HIDROLOGI TANAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN HIDROLOGI TANAH"

Transkripsi

1 PENGARUH PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN HIDROLOGI TANAH (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa barat) MUHAMMAD SOFYAN A PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 RINGKASAN MUHAMMAD SOFYAN. Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah (Studi Kasusdi Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Dibawah bimbingan DWI PUTRO TEJO BASKORO dan ENNI DWI WAHJUNIE. Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan akan pangan. Kondisi ini menuntut sektor pertanian agar dapat meningkatkan produksinya. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi pertanian adalah dengan melakukan pengolahan tanah secara intensif. Namun dalam jangka panjang, pengolahan tanah secara intensif akan menurunkan kualitas tanah. Oleh karena itu, perlu adanya sistem pengolahan tanah yang dapat mempertahankan produktivitas suatu lahan agar tetap tinggi. Sistem pengolahan tanah tersebut adalah sistem pengolahan tanah konservasi. Saat ini masih terjadi perdebatan terkait dengan seberapa besar pengaruh sistem pengolahan tanah konservasi tersebut terhadap produktivitas suatu lahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan membandingkan pengaruh pengolahan tanah konservasi dan pengolahan tanah intensif terhadap sifat fisik dan hidrologitanah. Parameter yang diamati meliputi bobot isi, kadar air lapang, air tersedia, kurva pf, C-organik, tahanan penetrasi tanah, serta sifat hidrologi tanah yang meliputi kapasitas infiltrasi, permeabilitas, dan hantaran hidrolik. Data yang diperoleh dianalisis secara statistic menggunakan Analisis of Varian (Anova) dan ujilanjut Duncan. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa lahan yang diolah secara konservasi memiliki kualitas fisik dan hidrologi tanah yang lebih baik dibandingkan dengan lahan pengolahan tanah intensif. Hal ini ditunjukkan dari rata-rata bobot isi tanah yang lebih rendah (0,97 g/cm 3 ) dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif (1,13 g/cm 3 ), bahan organik tanah yang lebih tinggi (2,45%) dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif (1,90%), tahanan penetrasi tanah yang lebih rendah dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif, porositas total tanah yang lebihtinggi (63,37%) dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif (57,92%), ketersediaan air yang lebih tinggi dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif, laju infiltrasi yang lebih cepat (28 cm/jam) dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif (7,33 cm/jam), permeabilitas yang lebih cepa (8,40 cm/jam) dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif (0,69 cm/jam), serta hantaran hidrolik tanah yang lebih cepat (0,98 cm/jam) dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif (0,25 cm/jam).

3 SUMMARY MUHAMMAD SOFYAN. Effect of Conservation Tillage on Soil Physical and Hydrological Characteristics (Case Study: Babakan Village, District Dramaga, Bogor, West Java). DWI PUTRO TEDJO BASKORO and ENNI DWI WAHJUNIE as advisors. The Increasing of population causes increasing of need for food. This situation makes agricultural sector has to increase its production. One attempt to increase agricultural production is by doing intensive soil tillage. However, in the long term, intensive soil tillage will reduce soil quality. Therefore, a good soil tillage that can maintain land productivity remain high is necessary. This system is conservation soil tillage (CT). Nevertheless, how far is this system better than intensive soil tillage system (IT) is still debatable up to now. This research aims to know and compare the influence of conservation soil tillage and intensive soil tillage on soil physical and hydrological characteristics. The soil physical characteristics observed include bulk density of soil, field moisture content, available water capacity, pf curve, C-organic, soil penetrability and soil hydrological characteristics include infiltration capacity and hydraulic conductivity. The data obtained were analyzed statistically using analysis of variants (ANOVA) and Duncan's test. The results show that the land with conservations oil tillage (CT) has better quality of soil physical and hydrological characteristic than land with intensive soil tillage (IT). It is shown by lower bulk density (0.97 g/cm3) in CT than that in IT (1.13 g/cm3), higher soil organic matter in CT (2.45%) than that in IT (1.90%), lower soil penetration resistance in CT than that in IT, higher soil porosity in CT (63.37%) than that in IT (57.92%), higher availability water in CT than that in IT, faster infiltration capacity in CT (28 cm/hour) than that in IT (7.33 cm/hour) and faster soil hydraulic conductivity in CT (0.98 cm/hour) than that in IT (0.25 cm/hour).

4 PENGARUH PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI TERHADAP SIFAT FISIK DAN HIDROLOGI TANAH (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa barat) MUHAMMAD SOFYAN A SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 LEMBAR PENGESAHAN Judul Penelitian : Pengaruh Pengolahan Tanah Konservasi Terhadap Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah (Studi Kasus di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Nama Mahasiswa : Muhammad Sofyan Nomor Pokok : A Menyetujui, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Dwi Putro Tejo Baskoro,M.Sc Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie, M.Si NIP NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Tanah dan SumberdayaLahan Dr. Ir. Syaiful Anwar, M.Sc NIP Tanggal Lulus : 28 Desember 2011

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tangerang, tanggal 12 Oktober 1989 dari pasangan Sudirman dan Yulismar sebagai anak kedua dari dua bersaudara: Sofiana Lisman dan saya sendiri Muhammad Sofyan. Riwayat pendidikan formal dimulai ketika penulis memasuki SD N Doyong 4, Kecamatan Jatiuwung, Tangerang tahun 1995.Tahun 2001 penulis menamatkan SD dan memasuki jenjang pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP N 12 Tangerang sampai tamat pada tahun Pada tahun 2004 penulis diterima di SMA N 6 Tangerang. Pada tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai organisasi dan kepanitiaan. Pada tahun penulis menjadi Kepala Bidang Olahraga dan Seni Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) BEM Faperta IPB. Pada tahun 2009 dan 2010 penulis dipercayakan menjadi Ketua Kontingen Fakultas Pertanian dalam OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB). Pada tahun 2010 penulis dipercayakan menjadi Kordinator Lapang (Divisi Acara) Seminar Nasional Soil and Palm Oil. Penulis juga pernah menjadi atlet cabang bola basket dan atletik Fakultas Pertanian pada OMI (Olimpiade Mahasiswa IPB) tahun Penulis juga pernah menjadi asisten pada mata kuliah Fisika Tanah dan Morfologi Tanah pada tahun 2011.

7 KATAPENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-nya sehingga penulis diberikan kekuatan dan kesehatan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta semua umatnya. Dari awal penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu, oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Dwi Putro Tedjo Baskoro, M.Sc selaku pembimbing skripsi pertama penulis, atas bimbingan, arahan, waktu, motivasi, perhatian, dan kesabaran dalam membimbing penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Dr. Ir. Enni Dwi Wahjunie, M.Si selaku pembimbing skripsi kedua penulis, yang telah memberikan arahan, masukan, motivasi,kesabaran, dan sejumlah catatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Dr. Ir. Suria Darma Tarigan, M.Sc selaku dosen penguji yang telah banyak memberikan masukan, arahan yang sangat berguna bagi penulis. 4. Kedua orangtuaku (mama dan papa), kakakku dan A sefri yang tiada hentinya memberikan doa, semangat, motivasi, perhatian, serta pengorbanan lahir dan batin yang sangat besar kepada penulis selama ini. 5. Manajer kebun percobaan Cikabayan (pak Milin), Staf kebun percobaan Cikabayan (pak Gandi), pak Saipullah (Laboran Lab fisika), bu Yani (Laboran Lab Genesis), pak Iwan dan bu Ella yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian. 6. Pegawai Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan (mbak Hesti, mbak Lina, mba Iko, dan ibu Tini) yang telah memberikan infomasi dan bantuannya kepada penulis. 7. Ivonni Paramita Sari, atas bantuan, motivasi, semangat, dan kesabarannya.

8 8. The Bro (Ufi, Bala,Dona, dan Evi), teman-teman laboratorium fisika tanah, serta teman-teman seperjuangan angkatan 44 (MSL 44) atas bantuan, semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi. 9. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis selama penelitian hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Oleh karena itu, masukan yang membangun sangat penulis harapkan. Namun demikian, penulis tetap berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menjadi sesuatu yang informatif bagi pembacanya dan masyarakat pada umumnya. Bogor, Desember 2011 Penulis

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR LAMPIRAN... v I.PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Tanah dan Air Secara Umum Sifat-Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah Bobot Isi Tanah Tekstur Tanah Bahan Organik Sifat Retensi Air Tanah Tahanan Penetrasi Tanah Infiltrasi Hantaran Hidrolik Pengolahan Tanah Arti dan Tujuan Pengolahan Tanah Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah III. METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Pelaksanaan Penelitian Analisis Data IV.HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah di Lahan Penelitian Bobot Isi dan Porositas Tanah Pori Drainase Tanah Kemampuan Tanah Memegang Air Kurva pf Kadar air Kapasitas Lapang dan Air tersedia Kadar Air Lapang Tahanan Penetrasi Tanah Infiltrasi Permeabilitas tanah Hantaran Hidrolik i

10 V. KESIMPULAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

11 DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Klasifikasi Partikel-Partikel Tanah Menurut Sistem USDA dan Sistem Internasional ( Hakim et al., 1986) Klasifikasi Laju Kecepatan Pergerakan Air di dalam Tanah (Uhland dan O Neal dalam Sitorus dan Brata, 1980) Parameter Pengamatan dan Metode Analisis Klasifikasi Laju Kecepatan Pergerakan Air di dalam Tanah (Uhland dan O Neal dalam Sitorus, 1980) Tekstur dan Bahan Organik di Lahan Pengolahan Tanah Konservasi Bobot Isi dan Porositas Tanah pada Berbagai Jenis Pengolahan dan KedalamanTanah Kadar Air Lapang Pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah, Kedalaman Tanah dan Beberapa Hari Setelah Hujan Tahanan Penetrasi Tanah Pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah, Kedalaman Tanah Dan Beberapa Hari Setelah Hujan Infiltrasi Pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah Permeabilitas Tanah pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah dan Kedalaman Tanah Hantaran Hidrolik Tanah Berdasarkan Jenis Pengolahan Tanah iii

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Teks Halaman 1. Diagaram Segitiga Tekstur Tanah Menurut USDA (Hardjowigeno, 1987) Bagan Alur Penelitian Kondisi Lahan Pengolahan Tanah Konservasi Kondisi Lahan Pengolahan Tanah Intensif Distribusi Pori Drainase Tanah pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah dan Kedalaman Tanah Kurva pf Berdasarkan Jenis Pengolahan Tanah dan Kedalaman Tanah Kadar Air Lapang, pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah, Kedalaman Tanah dan Beberapa Hari Setelah Hujan Tahanan Penetrasi Tanah pada Berbagai Jenis Pengolahan Tanah, Kedalaman Tanah dan Beberapa Hari Setelah Hujan iv

13 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Teks Halaman 1. Bobot isi tanah pada lahan pengolahan tanah konservasi di kedalaman tanah 0-20 cm dan cm Bobot isi tanah pada lahan pengolahan tanah intensif di kedalaman tanah 0-20 cm dan cm Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan kedalaman tanah terhadap bobot isi tanah Hasil uji lanjut Duncan terhadap pengaruh pengolahan tanah dan kedalaman tanah terhadap bobot isi tanah Tekstur tanah pada lahan pengolahan tanah konservasi di kedalaman tanah 0-30 cm dan cm Tekstur tanah pada lahan pengolahan tanah intensif di kedalaman tanah 0-30 cm dan cm Kadar C-Organik dan bahan organik pada lahan pengolahan tanah konservasi di kedalaman 0-30 cm dan cm Kandungan C-Organik dan bahan organik pada lahan pengolahan tanah intensif di kedalaman tanah 0-30 cm dan cm Infiltrasi pada lahan pengolahan tanah konservasi Infiltrasi pada lahan pengolahan tanah intensif Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah terhadap infiltrasi tanah Hasil uji lanjut Duncan terhadap pengaruh pengolahan tanah terhadap infiltrasitanah Permeabilitas tanah pada lahan pengolahan tanah konservasi di kedalaman tanah 0-20 cm dan cm Permeabilitas tanah pada lahan pengolahan tanah intensif di kedalaman tanah 0-20 cm dan cm Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah dan kedalaman tanah terhadap permeabilitas tanah Hasil uji lanjut Duncan terhadap pengaruh pengolahan tanah dan kedalaman tanah terhadap permeabilitas tanah v

14 17. Hantaran hidrolik pada lahan pengolahan tanah konservasi Hantaran hidrolik pada lahan pengolahan tanah intensif Analisis ragam pengaruh pengolahan tanah terhadap hantaran hidrolik tanah Hasil uji lanjut Duncan terhadap pengaruh pengolahan tanah terhadap hantaran hidrolik tanah vi

15 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan pangan menjadi semakin meningkat. Kondisi tersebut menuntut sektor pertanian untuk dapat meningkatkan produksinya secara maksimal. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian adalah dengan menerapkan sistem intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Saat ini, penerapan ekstensifikasi pertanian yang menuntut pembukaan lahan baru tidak dimungkinkan. Oleh karena itu, peningkatan produksi pertanian lebih difokuskan melalui program intensifikasi pertanian. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan menerapkan sistem pengolahan tanah secara intensif. Pengolahan tanah intensif adalah sistem pengolahan tanah yang melakukan penggarapan tanah secara maksimal, membalik-balikkan tanah hingga kedalaman ± 20 cm, serta tanpa adanya pemanfaatan residu tanaman dan gulma sebagai tutupan lahan yang melindungi tanah dari erosi dan tingginya aliran permukaan tanah. Pengolahan tanah ini ditujukan untuk mendapatkan kondisi tanah (Soil Tilth) yang baik yang mendukung pertumbuhan akar, sehingga diperoleh hasil produksi yang diinginkan. Namun tanpa disadari dalam jangka panjang pengolahan tanah secara intensif akan menurunkan kualitas tanah. Seperti yang dikatakan Bergeret (1977), pengelolaan lahan yang intensif serta budidaya monokultur tanpa rotasi dan pendaur ulangan bahan organik telah terbukti mengakibatkan kelesuan lahan, hilangnya bahan organik tanah, degradasi tanah, dan penurunan produktivitas lahan. Oleh karena itu, perlu adanya sistem pengolahan tanah yang dapat mempertahankan bahkan meningkatkan produktivitas suatu lahan. Sistem pengolahan tanah yang dapat diterapkan adalah sistem pengolahan tanah konservasi (Sinukaban, 1990). Sistem pengolahan tanah konservasi adalah sistem pengolahan tanah atau cara mempersiapkan lahan yang bertumpu pada pendaur-ulangan sumber daya internal dengan memanipulasi gulma dan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa. Tujuannya agar tanaman tumbuh dan berproduksi secara optimal dengan tetap memperhatikan kaidah konservasi tanah dan air, karena pada sistem pengolahan 1

16 tanah konservasi dicirikan dengan berkurangnya tingkat pembongkaran/ pembalikan tanah dan adanya pemanfaatan sisa tanaman dan gulma sebagai mulsa dan sumber bahan organik. Kelebihan penerapan sistem pengolahan tanah konservasi dalam penyiapan lahan diantaranya: menghemat tenaga dan waktu, meningkatkan kandungan bahan organik, meningkatkan ketersediaan air dalam tanah, memperbaiki kegemburan dan porositas tanah, mengurangi erosi, memperbaiki kualitas air, meningkatkan kandungan fauna tanah, dan mengurangi penggunaan alat berat sebagai pengolah tanah seperti traktor. Saat ini masih terjadi perdebatan terkait dengan seberapa besar pengaruh sistem pengolahan tanah konservasi tersebut terhadap produktivitas suatu lahan. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengolahan tanah konservasi dapat meningkatkan kualitas tanah (Brown et al., 1991; Wagger dan Deton, 1991; Suwardjo et al., 1989; Sinukaban, 1990) dan produksi tanaman (Dick dan Van Doren, 1985; Webber et al., 1987; Sinukaban, 1990). Namun demikian terdapat beberapa hasil penelitian yang melaporkan bahwa sistem pengolahan tanah konservasi tidak berpengaruh terhadap produksi tanaman (Rao dan Dao dalam Rachman et al., 2004) atau bahkan menurunkan produksi tanaman (Swan et al., 1991; Ketcheson dalam Rachman et al., 2004). Oleh karena itu, perlu adanya pengujian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh sistem pengolahan tanah konservasi terhadap sifat fisik dan hidrologi tanah yang merupakan indikator penting terhadap penilaian produktivitas suatu lahan. 1.2 Tujuan Penelitian Mengetahui dan membandingkan pengaruh pengolahan tanah konservasi dan pengolahan tanah intensif terhadap sifat fisik dan hidrologi tanah. 2

17 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan, dan 25% udara. Bahan padat yang hampir menempati 50% volume tanah sebagian besar terdiri dari bahan mineral dan bahan organik. Sedangkan 50% dari volume tanah lainnya adalah fase pori yang ditempati oleh air dan udara. Dalam bidang pertanian, tanah berperan sebagai medium pertumbuhan tanaman yang menyediakan unsur-unsur hara bagi tanaman. Air dan udara yang masing-masing merupakan fase yang menempati sekitar 25% volume tanah (tanah ideal) secara langsung turut berperan dalam berbagai reaksi tanaman dan tanah (Hillel, 1980). 2.2 Sifat-Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah Penentuan sifat fisik tanah dan ketersediaan air sangat penting artinya dalam bidang pertanian. Sifat-sifat fisik dan hidrologi tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produktivitas tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air, drainase, aerasi, dan nutrisi tanaman Bobot Isi Tanah Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah, biasanya dinyatakan dalam g/cm 3 (Hakim, et al., 1986). Makin padat suatu tanah makin tinggi bobot isi tanahnya yang berarti semakin sulit meneruskan air atau ditembus akar tanaman. Pada umumnya bobot isi tanah mineral berkisar antara 1,1 1,6 g/cm 3 (Hardjowigeno, 2007). Bobot isi tanah dipengaruhi oleh struktur tanah dan merupakan sifat fisik tanah yang dapat menunjukkan tingkat kesuburan tanah atau tingkat kepadatan tanah. Pada keadaan struktur tanah yang baik atau bobot isi tanah yang rendah, peluang untuk terjadinya stress air menjadi kecil, karena kisaran kadar air tanah yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman menjadi lebar (Wesley, 1973). 3

18 2.2.2 Tekstur Tanah Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif butir-butir pasir (2 mm-50µ), debu (50-2µ), dan liat (<2µ). Berdasarkan kombinasi pasir, debu dan liat, tekstur tanah dibagi dalam 12 kelas yaitu: pasir, pasir berlempung, lempung berpasir, lempung, lempung berdebu, debu, lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Gambar 1). Tanah berpasir yaitu tanah dengan kandungan pasir >70%, porositasnya rendah (<40%), sebagian besar ruang pori berukuran besar, sehingga aerasinya baik, daya hantar air cepat tetapi kemampuan menahan air dan zat hara rendah. Tanah disebut bertekstur liat jika kandungan liatnya >60 %, porositasnya relatif lebih tinggi (60%), tetapi sebagian besar pori berukuran kecil, daya hantar air sangat lambat dan sirkulasi udara kurang lancar (Hardjowigeno, 2007; Islami dan Utomo, 1995). Berdasarkan sistem USDA (United States Depatement of Agriculture) dan sistem International Soil Science Society (ISSC) bahwa tanah yang didominasi oleh partikel-partikel pasir ukurannya jauh lebih besar dan memiliki luas permukaan yang kecil (dengan berat yang sama) dibandingkan dengan tanah yang didominasi oleh partikel-partikel debu dan liat (Tabel 1). Tanah yang bertekstur lempung mempunyai kemampuan yang baik dalam menyediakan air tersedia bagi pertumbuhan tanaman, karena kombinasi yang unik antara luasan permukaan dengan ukuran porinya. Keadaan ini menyebabkan tanah bertekstur lempung lebih subur dibandingkan dengan tanah bertekstur pasir, debu, atau liat (Foth, 1988). Gambar 1. Diagram Segitiga Tekstur Tanah Menurut USDA (Hardjowigeno, 2007) 4

19 Tabel 1. Klasifikasi Partikel-Partikel Tanah Menurut Sistem USDA dan Sistem Internasional Separate tanah Pasir sangat Diameter A (mm) Diameter B (mm) Jumlah Partikel/g Luas Permukaan untuk 1 g tanah (cm 2 ) kasar 2,00-1, Pasir kasar 100-0, Pasir sedang 0,5-0, Pasir halus 0,25-0, Pasir sangat halus 0,1-0, Debu 0,05-0, Liat < 0,002 < A-sistem USDA B-sistem Internasional *-sumber : Hakim, et al C-Organik C-Organik tanah adalah fraksi organik tanah yang berasal dari tanaman, hewan dan mikroorganisme yang telah melapuk. Proses pelapukan bahan organik di dalam tanah dilakukan oleh mikroorganisme yang menghasilkan unsur hara tanaman (N, P, dan S) dan humus serta senyawa-senyawa lainnya yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Penetapan bahan organik tanah (C-organik) biasanya dilakukan dengan metode Walkley-Black. Pada metode ini C-organik dihancurkan dengan garam kromat oleh panas yang timbul akibat penambahan asam sulfat (Musa, et al., 2006). Bahan organik sangat berpengaruh dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah dan juga menunjang pertumbuhan tanaman. Bahan organik juga sangat berperan dalam pembebasan P-fiksasi oleh senyawa Al dan Fe. Asam asam organik yang dilepaskan dari hasil dekomposisi bahan organik mampu membentuk senyawa kompleks yang sukar larut sehingga diharapkan fosfat akan lebih banyak terlarut atau tersedia (Hakim et al., 1986). Poerwowidodo (1984), mengemukakan bahwa salah satu peranan penting dari bahan organik tanah adalah dalam perbaikan struktur tanah. Penambahan bahan organik kedalam tanah dapat mengakibatkan penurunan bobot isi tanah, 5

20 peningkatan ruang pori total, ruang pori drainase cepat serta ruang pori drainase lambat Sifat Retensi Air Tanah Retensi air tanah adalah kemampuan tanah dalam menahan air di dalam pori-pori tanah, atau melepaskannya dari pori-pori tanah. Kondisi ini sangat tergantung pada tekstur, struktur dan pori-pori tanah meliputi pori mikro (pemegang air) dan pori makro (drainase), sehingga untuk mengetahui bagaimana retensi air tanah dapat diketahui melalui hubungan kadar air tanah dengan suatu daya hisap atau tegangan yaitu dalam bentuk tinggi kolom air (dalam cm) yang merupakan besarnya energi yang diperlukan tanah atau tanaman untuk mengabsorbsi air. Sifat retensi air tanah dapat dinyatakan dalam kurva pf yang merupakan kurva yang menggambarkan hubungan kadar air tanah terhadap nilai tegangan tertentu yang dinyatakan dalam pf (log cm tinggi kolom air) (Hardjowigeno, 2007). Terdapat titik-titik tertentu yang spesifik untuk suatu kondisi tanah tertentu di dalam hubungan antara hisapan/tegangan dengan kadar air tanah, yaitu kapasitas lapang dan titik layu permanen. Kapasitas lapang menunjukkan kadar air maksimum yang dapat dipegang oleh tanah pada kondisi tidak terjadi lagi drainase internal di dalam tanah, yang secara umum dianggap sebagai kandungan air tanah yang ditahan oleh tanah dengan kekuatan 1/3 atm atau pf 2,54. Secara umum kadar air kapasitas lapang pada tanah pasir < kapasitas lapang tanah lempung (loam) < kapasitas lapang tanah debu (silt) < kapasitas lapang tanah liat (clay) < kapasitas lapang tanah gambut (peat). Kadar air titik layu permanen disebut juga koefisien layu atau kelembaban tanah kritis, yaitu kandungan air tanah (% isi) yang paling rendah, akar tanaman tidak mampu menghisapnya sehingga tanaman mulai layu dan kemudian mati. Titik layu permanen dianggap sebagai kandungan air tanah yang ditahan oleh tanah dengan kekuatan 15 atm atau pf 4,2 yang secara umum merupakan kekuatan tertinggi akar tanaman untuk dapat menghisap air (Sarief, 1989). Pada tanah yang bertekstur lebih halus, kadar air pada tegangan air yang sama lebih tinggi dibandingkan tanah bertekstur kasar. Dengan demikian tanah 6

21 bertekstur halus lebih kuat menahan air dibanding tanah yang bertekstur kasar (Foth, 1988). Kadar air tanah yang makin tinggi menurunkan kekuatan tanah atau tahanan penetrasi tanah. Wesley (1973), menyatakan bahwa kadar air tanah adalah perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah dalam kondisi kering mutlak. Dengan adanya vegetasi atau tanaman pada suatu lahan akan dapat meningkatkan kadar air kapasitas lapang mau pun kadar air maksimum yang terikat/teretensi oleh tanah. Hal ini disebabkan oleh bahan organik dari sisa-sisa tanaman. Telah diketahui bahwa bahan organik dapat mengikat air sampai enam kali beratnya sendiri (Hakim et al., 1986) Tahanan Penetrasi Tanah Menurut Davidson (1965), tahanan penetrasi merupakan kekuatan tanah yang bersifat komposit, artinya kekerasan tanah dipengaruhi oleh beberapa sifat fisik tanah lainnya seperti: kadar air, struktur tanah, indeks plastisitas, adhesi atau kombinasinya. Dengan demikian akan berdampak kepada aktivitas akar tanaman untuk menembus tanah. Salah satu cara untuk menentukan karakteristik kekuatan tanah adalah dengan mempergunakan penetrometer. Hillel (1980), menambahkan bahwa pada mulanya penetrometer hanya dirancang untuk penyelidikan kuantitatif terhadap kekuatan dan konsistensi tanah. Sekarang banyak jenis penetrometer telah dirancang untuk pengukuran kuantitatif kekuatan tanah terhadap penembusan, sehingga dapat dihubungkan secara tepat dengan sifat-sifat tanah, seperti daya olah, kerapatan relatif zarah-zarah, kemampatan daya tahan terhadap tekanan dan daya dukung terhadap penggunaan alat-alat besar Infiltrasi Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) yang masuk ke dalam tanah. Dengan kata lain infiltrasi adalah aliran air masuk ke dalam tanah sebagai akibat gaya gravitasi. Setelah lapisan tanah bagian atas jenuh, kelebihan air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya gravitasi bumi dikenal sebagai proses perkolasi. Faktor faktor yang 7

22 mempengaruhi laju infiltrasi diantaranya adalah tekstur, struktur, kepadatan dan kontinuitas pori tanah. Pada tanah bertekstur pasir, laju infiltrasinya akan sangat cepat, tanah bertekstur lempung laju infiltrasi adalah sedang hingga cepat, dan tanah bertekstur liat laju infiltrasi akan lambat. Tanah yang semakin padat akan memiliki laju infiltrasi yang lambat. Tanah yang memiliki kontinuitas pori tanah yang baik akan memiliki laju infiltrasi yang cepat (Arsyad, 2006; Asdak, 2002; Mashall and Holmes, 1988) Hantaran Hidrolik Pergerakan air di dalam tanah merupakan aspek penting dalam hubungannya dengan bidang pertanian. Beberapa proses penting, seperti masuknya air ke dalam tanah, pergerakan air ke zona perakaran, keluarnya air berlebih (excess water) atau drainase, aliran permukaan, dan evaporasi, sangat dipengaruhi oleh kemampuan tanah dalam melewatkan air. Parameter atau ukuran yang dapat menggambarkan kemampuan tanah dalam melewatkan air disebut sebagai konduktivitas hidrolik (hydraulik conductivity) (Klute dan Dirksen, 1986). Kemampuan tanah untuk meneruskan air pada media berpori (tanah) dalam keadaan jenuh disebut permeabilitas. Permeabilitas umumnya diukur sehubungan dengan laju aliran air melalui tanah dalam suatu waktu dan umumnya dinyatakan dalam cm/jam (Foth, 1988). Hillel (1980), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hantaran hidrolik antara lain porositas, distribusi ruang pori, tekstur, dan stabilitas agregat tanah. Pengaruh pemadatan terhadap hantaran hidrolik tanah adalah memperlambat, karena adanya gangguan terhadap kontinuitas pori yang menyebabkan gerakan air di dalam tanah menjadi terhambat. Hantaran hidrolik tanah akan meningkat bila (a) agregasi butir-butir tanah menjadi remah, (b) adanya bahan organik, (c) porositas tanah yang tinggi (Sarief, 1989). Kelas pergerakan air di dalam tanah berbeda-beda sesuai dengan tingkat kecepatannya (Tabel 2). 8

23 Kelas Tabel 2. Kelas pergerakan air di dalam tanah Kecepatan pergerakan air dalam tanah (cm/jam) Sangat Lambat <0.125 Lambat Agak Lambat Sedang Agak Cepat Cepat Sangat Cepat >25 Sumber : Sitorus, et al., Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan kegiatan manipulasi mekanik terhadap tanah dalam budidaya pertanian yang bertujuan untuk menciptakan keadaan media tanam (tanah) menjadi lebih baik, sehingga akar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengolahan tanah menjadi sangat penting terkait dengan efek baik dan buruk yang diciptakan kepada tanah Arti dan Tujuan Pengolahan Tanah Tanah dapat diperbaiki atau ditingkatkan kesuburannya dengan melakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah merupakan suatu usaha untuk mengubah kondisi tanah pertanian dengan menggunakan alat-alat pertanian sehingga diperoleh kondisi tanah yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah adalah setiap usaha manipulasi tanah secara mekanis yang bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah agar sesuai untuk perkecambahan dan perkembangan akar tanaman, menciptakan porositas mikro dan makro yang seimbang, mengendalikan tanaman pengganggu, mengelola sisasisa tanaman, menekan erosi dan menciptakan konfigurasi permukaan tanah tertentu, serta melakukan pembalikan tanah, menyisihkan batu atau membersihan akar yang mengganggu (Kepner, 1978; Smith, 1977; Utomo, 1990) Untuk mencapai tujuan pengolahan tanah yang baik, Arsyad (2006), menyatakan tindakan sebagai berikut: (1) tanah diolah seperlunya saja, (2) pengolahan tanah bukan sawah dilakukan pada kandungan air yang tepat yaitu pf 3-4, (3) mempergunakan bahan kimia yang tepat untuk memberantas 9

24 tumbuhan pengganggu, (4) mengubah-ubah kedalaman pengolahan tanah, dan (5) melakukan pengolahan tanah menurut kontur. Pengolahan tanah intensif artinya pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus dan juga tingkat olah tanah yang dilakukan secara maksimum dengan membalik-balikkan tanahnya hingga kedalaman tertentu. Pengolahan tanah ini tidak menerapkan kaidah konservasi. Tanah yang diolah berlebihan tanpa tindakan konservasi ini akan menjadi lebih cepat kering, lebih halus, bertstruktur buruk, dan berkadar bahan organik tanah rendah (Philips and Young, 1973). Pengolahan lahan yang menerapkan kaidah konservasi tanah dan air dengan cara memanipulasi gulma dan residu tanaman sedemikian rupa sebagai mulsa untuk menjamin pertumbuhan tanaman dan produktivitas secara optimal dikenal dengan istilah pengolahan tanah konservasi (PTK). Menurut Utomo, (1990), yang termasuk katagori PTK adalah : a) pengolahan tanah konvensional bermulsa (PTKB), b) pengolahan tanah minimum (PTM), c) tanpa olah tanah (TOT). Pada PTKB dilakukan pengolahan tanah biasa dan diberi mulsa berupa sisa tanaman dan gulma yang menutupi areal minimal 30 %. Pengolahan tanah minimum adalah tanah yang diolah seperlunya saja, dan gulma yang dimatikan oleh herbisida dimanfaatkan sebagai mulsa. Pada teknik TOT, tanah tidak diolah sama sekali, gulma dimatikan dengan herbisida dan selanjutnya benih ditanam langsung menggunakan tugal. Beberapa cara penyiapan lahan yang akhir akhir ini banyak diperkenalkan adalah tanpa olah tanah (zero tillage), olah tanah seperlunya (reduce tillage), dan olah tanah strip (strip tillage), yang semuanya merupakan pengembangan dan memenuhi kriteria sebagai pengolahan tanah konservasi. Tanpa olah tanah adalah cara penanaman yang tidak memerlukan penyiapan lahan, kecuali membuka lubang kecil untuk meletakkan benih. Olah tanah seperlunya adalah cara pengolahan tanah yang dilakukan sekali dalam setahun atau sekali dalam dua tahun tergantung pada tingkat kepadatan tanahnya dan sisa tanaman disebar keseluruh permukaan tanah setelah dilakukan pengolahan. Olah tanah strip adalah cara mempersiapkan lahan dengan mengolah tanah hanya pada strip atau alur yang akan di tanam saja (Sinukaban, 1990). 10

25 2.3.2 Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah Peranan pengolahan tanah dalam pengawetan tanah adalah sedikit sekali, bahkan dapat merugikan. Dengan pengolahan tanah, tanah menjadi gembur dan lebih baik melalukan air masuk ke dalam tanah, sehingga mengurangi aliran permukaan. Namun pengaruh ini hanya sementara, karena tanah yang diolah menjadi gembur dan lebih mudah tererosi (Arsyad, 2006; Hakim et al., 1986). Akibat langsung yang terjadi dengan pengolahan tanah intensif, yaitu terjadinya pemadatan pada tanah. Pemadatan tanah terlebih lagi jika menggunakan alat-alat berat seperti yang disebutkan di depan, akan berpengaruh terhadap perkembangan akar dan menghambat pergerakan air (Islami dan Utomo, 1995). Pengolahan tanah yang intensif menyebabkan lahan menjadi terbuka, sehingga dengan seringnya tanah terbuka terutama antara 2 musim tanam, maka lebih riskan terhadap dispersi agregat, erosi, dan proses iluviasi yang selanjutnya dapat memadatkan tanah (Pankhurst and Lynch, 1993). 11

26 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada bulan April sampai September Pengamatan terhadap beberapa sifat hidrologi tanah dilakukan langsung di lapang dan pengamatan sifat fisik dan kimia tanah dilakukan di Laboratorium Departemen Ilmu dan Sumber Daya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. 3.2 Pelaksanaan Penelitian Penelitian terhadap sifat fisik dan hidrologi tanah dilaksanakan di kebun Percobaan Cikabayan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena pada lokasi tersebut terdapat beberapa lahan yang telah menerapkan teknik pengolahan tanah baik pengolahan tanah konservasi atau pun pengolahan tanah intensif. Sifat tanah yang diamati adalah sifat fisik tanah meliputi bobot isi, tekstur, kadar air lapang, air tersedia, kurva pf, C-organik, tahanan penetrasi tanah, dan sifat hidrologi tanah meliputi kapasitas infiltrasi, hantaran hidrolik dan permeabilitas. Pengukuran/pengamatan terhadap tahanan penetrasi tanah, kapasitas infiltrasi dan hantaran hidrolik dilakukan langsung di lapang, sedangkan pengamatan terhadap bobot isi, C-organik, air tersedia, pori drainase, kurva pf, kadar air lapang dan permeabilitas tanah dilakukan di laboratorium dengan menggunakan contoh tanah. Pada lahan pengolahan tanah konservasi dan pengolahan tanah intensif masing-masing dipilih 3 petak sebagai ulangan. Pengamatan/pengukuran langsung dan pengambilan contoh tanah dilakukan di setiap petak pada kedua lahan tersebut. Contoh tanah yang digunakan pada penelitian ini adalah contoh tanah utuh dan contoh tanah terganggu. 12

27 Pengambilan contoh tanah utuh dilakukan pada tiga titik yang berdekatan di setiap petak dengan menggunakan ring sampler pada kedalaman tanah 0-20 cm dan cm, sehingga jumlah total contoh tanah utuh yang diambil setiap lahan berjumlah 36 contoh tanah. Contoh tanah utuh yang diambil selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan beberapa sifat fisik dan hidrologi tanah. Pada pengukuran kadar air lapang, pengambilan contoh tanah dilakukan dengan menggunakan alumunium foil untuk menjaga agar kadar air menyerupai kondisi di lapang. Pengambilan contoh tanah dilakukan di setiap petak pada kedalaman tanah 0 10 cm dan cm dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali setiap kedalaman tanah. Sehingga jumlah contoh tanah untuk penentuan kadar air lapang sebanyak 18 contoh tanah setiap lahan. Pengambilan contoh tanah untuk kadar air lapang ini dilakukan selama 5 hari berturut-turut dimulai sejak hari setelah tidak terjadinya hujan. Pengambilan contoh tanah terganggu dilakukan secara komposit di setiap petak pada masing-masing lahan dan dilakukan pada kedalaman tanah 0-30 cm dan cm, sehingga jumlah contoh tanah terganggu yang diambil pada setiap lahan sebanyak 12 contoh tanah. Contoh tanah terganggu yang diambil selanjutnya dianalisis di laboratorium untuk menentukan tekstur dan kandungan bahan organik tanah. Semua contoh tanah yang diperoleh dari lapang dianalisis di laboratorium dengan menggunakan metode seperti yang ditampilkan pada Tabel 3. Alat-alat yang digunakan untuk analisis tanah di laboratorium disesuaikan dengan metode yang digunakan untuk setiap sifat fisik dan hidrologi tanah. Tabel 3. Parameter pengamatan dan metode analisis Parameter sifat fisik dan hidrologi tanah Metode analisis Bobot isi Gravimetri Tekstur Pipet Bahan organik Walkley and Black Kadar air lapang Gravimetri Tahanan penetrasi tanah Penetrometer Permeabilitas Permeameter Lab Infiltrasi Double ring infiltrometer Hantaran hidrolik Permeameter 13

28 Pengukuran yang dilakukan langsung di lapang meliputi tahanan penetrasi tanah, serta sifat hidrologi tanah yaitu kapasitas infiltrasi dan hantaran hidrolik. Pengukuran tahanan penetrasi tanah dilakukan di setiap petak dengan menggunakan alat penetrometer pada kedalaman tanah 0-10 cm dan cm dan dilakukan pengulangan sebanyak 9 kali pada setiap kedalaman tanah, sehingga jumlah pengukuran nilai tahanan penetrasi tanah di setiap lahan berjumlah 54. Pengukuran kapasitas infiltrasi dilakukan di setiap petak dengan menggunakan alat double ring infiltrometer, sehingga jumlah pengukuran yang dilakukan setiap lahan sebanyak 3 amatan. Nilai kapasitas infiltrasi yang diukur adalah nilai kapasitas infiltrasi minimum yang merupakan laju masuknya air ke dalam tanah secara vertikal yang paling minimum dan konstan. Pengukuran hantaran hidrolik dilakukan di setiap petak dengan menggunakan alat permeameter, sehingga jumlah pengukuran yang dilakukan setiap lahan sebanyak 3 amatan. Nilai hantaran hidrolik diperoleh dari hasil pengukuran yang kemudian diolah untuk mendapatkan nilai K (hantaran hidrolik) dengan menggunakan rumus: Keterangan: K = hantaran hidrolik r = jari-jari lubang h = tinggi muka air Q = debit air (AxV) A = luas tabung permeameter V = laju penurunan air konstan (jenuh) π = 3,14 K = {In(h/r + [(h/r) 2 +1] 1/2 )-1}Q 2πh 2 Hasil nilai kapasitas infiltrasi, permeabilitas, dan hantaran hidrolik tanah yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan laju kecepatan air yang bergerak menurut Uhland dan O Neal (Sitorus et al., 1983) yang terlihat pada Tabel 4. 14

29 Tabel 4. Klasifikasi Laju Kecepatan Pergerakan Air Masuk ke dalam Tanah (Uhland dan O Neal dalam Sitorus et al., 1980) Kelas Laju Kecepatan Air (cm/jam) Sangat lambat < Lambat Agak lambat Sedang Agak cepat Cepat Sangat cepat > Analisis data Data sifat-sifat fisik dan hidrologi tanah hasil pengamatan diolah dengan menggunakan Microsoft Office Excell dan selanjutnya hasil data tersebut dianalisis secara statistik menggunakan Analisis of Varian (Anova) dan uji lanjut Duncan dengan alat bantu software SAS 9.1. Analisis of Varian pada penelitian ini digunakan untuk melihat faktor (pengolahan tanah) yang mempengaruhi respon (parameter). Kemudian faktor yang berpengaruh terhadap respon diuji lanjut menggunakan uji Duncan. Uji Duncan digunakan untuk melihat nilai respon (parameter) yang memiliki perbedaan nyata pada taraf 5% (α = 0.05). Bagan alur penelitian dapat dilihat pada gambar 2. 15

30 Penetapan Lokasi OTK OTI Pengambilan Contoh Tanah Contoh Tanah Utuh Contoh Tanah Terganggu Pengukuran Lapang Infiltrasi Hantaran Hidrolik Tahanan Penetrasi Tanah Analisis Lab Bobot Isi Tekstur C Organik Permeabilitas KA Lapang Kurva pf Pengolahan Data Hasil Gambar 2. Bagan Alur Penelitian 16

31 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kebun Percobaan Cikabayan adalah salah satu kebun percobaan yang dikembangkan oleh Institut Pertanian Bogor sebagai pusat penelitian dan penanaman berbagai jenis tumbuhan, tanaman holtikultura, serta tanaman pangan. Kebun Percobaan Cikabayan memiliki luas 50 ha dari total luas lahan Institut Pertanian Bogor 250 ha. Kebun Percobaaan Cikabayan ini memiliki ciri-ciri seperti terletak di ketinggian antara meter di atas permukaan laut dengan kemiringan areal antara 0-30 %, beriklim basah (bulan kering 2-3 bulan sekitar bulan Maret sampai Mei dan bulan basah 9-10 bulan sekitar bulan Juni sampai Februari) dengan curah hujan rata-rata per tahun di atas 3000 mm, jumlah hari hujan rata-rata 187, bersuhu berkisar antara 23-32ºC dengan suhu rata-rata 29ºC, memiliki kelembaban udara antara 55% - 95% dan memiliki jenis tanah yang didominasi oleh tanah Latosol yang memiliki ciri fisik utama, seperti warna coklat kemerahan, tekstur liat, struktur remah, memiliki solum dalam (>100 cm), memiliki reaksi tanah yang tergolong agak masam dengan nilai ph berkisar 4,5-6,1. Pada Kebun Percobaan Cikabayan terdapat beberapa lahan yang menerapkan sistem pengolahan tanah yang berbeda diantaranya: lahan dengan pengolahan tanah konservasi dan lahan dengan pengolahan tanah intensif. Lahan pengolahan tanah konservasi merupakan salah satu lahan yang berada di dalam kebun percobaan Cikabayan. Lahan ini telah menerapkan sistem pengolahan tanah konservasi selama 11 tahun sejak tahun Lahan pengolahan tanah konservasi ini terletak pada koordinat 6º 33 8,1 S dan 106º 42 56,4 E dengan ketinggian ± 187 meter di atas permukaan laut. Lahan ini memiliki luas 500 m² dari total 50 ha kebun percobaan Cikabayan. Lahan pengolahan tanah konservasi ini merupakan lahan yang diperuntukkan sebagai lahan penelitian mahasiswa Institut Pertanian Bogor khususnya Fakultas Pertanian. Sistem pengolahan tanah yang diterapkan pada lahan ini secara umum menerapkkan sistem pengolahan tanah konservasi secara khusus menerapkan pengolahan tanah strip yang dipadukan dengan pengolahan tanah minimum yang termasuk ke dalam katagori pengolahan tanah konservasi. 17

32 Pengolahan tanah strip merupakan pengolahan tanah yang mengolah tanah seperlunya saja hanya pada strip-strip atau alur-alur yang akan ditanami yang dibuat mengikuti kontur. Bagian lahan di antara dua strip dibiarkan tidak diolah/terganggu dan sisa-sisa tanaman serta gulma disebar atau diletakkan di antara dua strip sebagai mulsa dan menyisakan zona sekitar strip tanpa adanya mulsa. Pengolahan tanah pada lahan ini pun sangat sedikit sekali dilakukan dengan maksud tetap menjaga kondisi tanah agar tidak terganggu dan tetap mempertahankan agregat tanah dengan baik. Pada lahan ini jenis tanaman yang ditanam bervariasi dari tanaman pangan hingga tanaman holtikultura. Pada saat ini tanaman yang di tanam di lahan pengolahan tanah konservasi adalah jagung dan kacang tanah. Pola penanaman yang dilakukan pada lahan konservasi ini ratarata 3 kali tanam dan tergantung dari jenis tanaman yang dibudidayakan. Kondisi lahan pengolahan tanah konservasi pada lokasi penelitian ditampilkan dalam Gambar 3. Gambar 3. Kondisi lahan pengolahan tanah konservasi Karakteristik umum tanah (tekstur dan bahan organik) pada lahan pengolahan tanah konservasi ini memiliki tekstur liat dengan kadar liat lebih dari 76%, kadar bahan organik 3% serta kandungan C-Organik 1,74% pada kedalaman tanah 0 30 cm. Pada kedalaman tanah 0-30 cm kadar kandungan bahan organik lebih tinggi daripada kedalaman tanah cm (Tabel 5). Pada kedalaman tanah cm memiliki tekstur liat dengan kadar liat lebih dari 81 %, kadar bahan organik 1,9 % dan kandungan C-Organik 1,1 %. 18

33 Tabel 5. Tekstur dan Bahan Organik di Lahan Pengolahan Tanah Konservasi dan Lahan Pengolahan Tanah Intensif Lahan pengolahan tanah Lahan pengolahan tanah Sifat tanah intensif konservasi Kedalaman tanah (cm) Kedalaman tanah (cm) Tekstur Pasir (%) 4,6 5,05 6,98 6,48 Debu (%) 13,28 12,79 16,94 12,37 Liat (%) 82,11 82,16 76,17 81,15 Kelas Liat Liat Liat Liat Bahan Organik (%) 2,3 1,5 3 1,9 C-Organik (%) 1,33 0,87 1,74 1,1 Lahan pengolahan tanah intensif merupakan salah satu lahan yang berada di dalam kebun percobaan Cikabayan. Lahan ini telah menerapkan sistem pengolahan tanah secara intensif selama 15 tahun sejak tahun Lahan pengolahan tanah intensif ini terletak pada koordinat 6º 33 6,2 S dan 106º 42 54,5 E dengan ketinggian ± 192 meter di atas permukaan laut dan berjarak 30 meter dari lahan pengolahan tanah konservasi. Lahan ini memiliki luas 600 m² dari total 50 ha kebun percobaan Cikabayan. Lahan pengolahan tanah intensif ini merupakan lahan yang diperuntukan sebagai lahan penelitian mahasiswa Institut Pertanian Bogor khususnya Fakultas Pertanian. Sistem pengolahan tanah yang diterapkan pada lahan ini adalah sistem pengolahan tanah yang intensif yang memiliki arti lahan tersebut dalam persiapan lahan tanamnya selalu meggarap tanah secara maksimal dengan membalik-balikkan/membongkar tanah hingga kedalaman ± 20 cm, dilakukan berulang-ulang setiap sebelum penanaman dan tanpa adanya pemanfaatan sisa-sisa tanaman dan gulma sebagai mulsa dan sumber bahan organik. Jenis tanaman yang ditanam di lahan ini bervariasi dari tanaman pangan hingga tanaman holtikultura. Pada saat ini tanaman yang di tanam di lahan pengolahan tanah intensif adalah sorghum dan cabai. Pola penanaman yang dilakukan pada lahan pengolahan tanah intensif ini rata-rata 3 kali tanam. Kondisi lahan pengolahan tanah intensif pada lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar 4. 19

34 Gambar 4. Kondisi Lahan Pengolahan Tanah Intensif Karakteristik umum tanah (tekstur dan bahan organik) pada lahan pengolahan tanah intensif ini memiliki tekstur liat dengan kadar liat lebih dari 82 %, kadar bahan organik 2,3 % serta kandungan C-Organik 1,33% pada kedalaman tanah 0 30 cm. Pada kedalaman tanah 0-30 cm kadar bahan organik lebih tinggi daripada kedalaman tanah cm (Tabel 5). Pada kedalaman tanah cm memiliki tekstur liat dengan kadar liat lebih dari 82 %, kadar bahan organik 1,5 % dan kandungan C-Organik 0,87 %. 4.2 Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah di Lahan Penelitian Bobot Isi dan Porositas Total Tanah Bobot isi tanah merupakan perbandingan antara berat tanah kering dengan volume tanah termasuk volume pori-pori tanah tersebut dalam suatu unit volume tanah pada keadaan utuh. Hasil bobot isi dan porositas total tanah akibat pengolahan tanah koservasi dan pengolahan tanah intensif pada kedalaman 0-20 cm dan cm disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 menunjukkan bahwa lahan pengolahan tanah konservasi memiliki bobot isi tanah yang lebih rendah dan porositas total tanah yang lebih tinggi pada kedalaman 0-20 cm mau pun cm dibandingkan dengan lahan pengolahan tanah intensif. 20

35 Tabel 6. Bobot Isi dan Porositas Total Tanah pada Berbagai Jenis Pengolahan dan Kedalaman Tanah Bobot isi (g/cm³) Porositas Total (%) Perlakuan Kedalaman 0-20 cm Kedalaman cm Kedalaman 0 20 cm Kedalaman cm Pengolahan tanah konservasi 0,95 a 0,99 a 64,11 a 62,64 a Pengolahan tanah intensif 1,12 b 1,15 b 58,37 b 57,48 b Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata menurut uji duncan pada taraf 5% (α=0,05) Hasil pengukuran juga menunjukkan bahwa bobot isi tanah pada kedalaman tanah 0-20 cm secara umum lebih rendah dibandingkan pengamatan di kedalaman cm baik pada lahan pengolahan tanah konservasi mau pun lahan pengolahan tanah intensif. Hal ini karena pada kedalaman tanah 0-20 cm aktivitas perakaran dan bahan organik lebih tinggi dibandingkan pada kedalaman tanah cm sehingga bobot isi tanah menjadi lebih rendah. Lahan pengolahan tanah konservasi memiliki bobot isi yang lebih rendah dibandingkan lahan pengolahan tanah intensif. Hal ini karena pada lahan pengolahan tanah konservasi dilakukan pemanfaatan gulma dan sisa-sisa tanaman yang dijadikan mulsa serta pupuk organik kepada tanah yang berfungsi sebagai penutup tanah atau pelindung tanah dari butir-butir hujan yang jatuh ke tanah yang berpotensi menyebabkan terjadinya dispersi agregat dan penyumbatan pori sehingga terjadi pemadatan tanah. Akibat pemanfaatan gulma dan sisa-sisa tanaman yang dijadikan mulsa maka kadar bahan organik di lahan pengolahan tanah konservasi menjadi tinggi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 5. Bahan organik berperan sebagai perekat antara partikel tanah, menciptakan struktur tanah (granulasi tanah) yang baik dan juga meningkatkan porositas total tanah. Oleh karena itu, kepadatan tanah pada lahan pengolahan tanah konservasi menjadi rendah dan bobot isi tanah menjadi rendah akibat ketersediaan bahan organik yang tinggi. Seperti yang dikatakan Arsyad (2006), bahwa penambahan bahan organik ke dalam tanah dapat mengakibatkan penurunan bobot isi tanah, peningkatan ruang pori total, ruang pori drainase cepat, serta ruang pori drainase lambat. Bobot isi merupakan petunjuk kepadatan tahah. Makin padat suatu tanah makin tinggi bobot isinya. Tingkat dan cara mengolah tanah yang dilakukan pada suatu lahan pun mempengaruhi nilai bobot isi tanah tersebut. Tanah yang diolah 21

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah dan Air Secara Umum Tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks terdiri dari bahan padat, cair dan gas. Tanah yang ideal terdiri dari sekitar 50% padatan, 25% cairan,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di kebun percobaan Cikabayan Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa terhadap Bobot Isi Pengamatan bobot isi dilakukan setelah pemanenan tanaman kacang tanah. Pengaruh pemberian mulsa terhadap nilai bobot isi tanah disajikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Gambar 1. Lahan pertanian intensif 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Penggunaan Lahan Seluruh tipe penggunaan lahan yang merupakan objek penelitian berada di sekitar Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm, IPB - Bogor. Deskripsi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hantaran Hidrolik II. TINJAUAN PUSTAKA 3 2.1. Hantaran Hidrolik Hantaran hidrolik adalah salah satu sifat fisik tanah yang penting untuk diperhatikan dalam penggunaan dan pengelolaan tanah. Hantaran hidrolik berperan penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting sebagai penghasil gula. Lebih dari setengah produksi gula berasal dari tanaman

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Letak dan Ciri-ciri Lintasan Sepeda Gunung Letak lintasan sepeda gunung di HPGW disajikan dalam Gambar 5. Ciricirinya disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9 Keadaan plot penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jagung Jagung merupakan tanaman yang dapat hidup di daerah yang beriklim sedang sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat membutuhkan sinar matahari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK)

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanah Ultisol atau dikenal dengan nama Podsolik Merah Kuning (PMK) merupakan bagian yang paling luas dari total keseluruhan lahan kering di Indonesia. Penyebaranya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa. 38 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Mulsa Terhadap Sifat Fisik Tanah 4.1.1. Bobot Isi Pengaruh pemberian sisa tanaman jagung sebagai mulsa terhadap bobot isi tanah adalah seperti tertera pada Tabel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (Studi Kasus: Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor) M. KHAIRI FUAD A.

KARAKTERISTIK FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (Studi Kasus: Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor) M. KHAIRI FUAD A. KARAKTERISTIK FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (Studi Kasus: Kebun Percobaan Cikabayan, Bogor) M. KHAIRI FUAD A. JAMBAK DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HANTARAN HIDROLIK JENUH DAN KAITANNYA DENGAN BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA TEGALAN DAN HUTAN BAMBU. Oleh Christian Pae Raja A

HANTARAN HIDROLIK JENUH DAN KAITANNYA DENGAN BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA TEGALAN DAN HUTAN BAMBU. Oleh Christian Pae Raja A HANTARAN HIDROLIK JENUH DAN KAITANNYA DENGAN BEBERAPA SIFAT FISIKA TANAH PADA TEGALAN DAN HUTAN BAMBU Oleh Christian Pae Raja A24104005 PROGRAM STUDI ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah

TINJAUAN PUSTAKA. Erodibilitas. jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah TINJAUAN PUSTAKA Erodibilitas Indeks kepekaan tanah terhadap erosi atau erodibilitas tanah merupakan jumlah tanah yang hilang setiap tahunnya per satuan indeks daya erosi curah hujan pada sebidang tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium Sentraldan Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nanas (Ananas Comosus) Tanaman nanas dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi lebih kurang 1.200 meter diatas permukaan laut (dpl). Di daerah tropis Indonesia,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36,

TINJAUAN PUSTAKA. Limbah Pabrik Kelapa Sawit. Kandungan hara pada 1m3 limbah cair setara dengan 1,5 kg urea, 0,3 kg SP-36, TINJAUAN PUSTAKA Limbah Pabrik Kelapa Sawit Dalam proses pengolahan tandan buah segar kelapa sawit (TBS) menjadi minyak sawit mentah (MSM) dihasilkan sisa produksi berupa limbah. Limbah padat dengan bahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2012) TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami proses-proses aliran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi

TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi 2 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah. Umumnya, infiltrasi yang dimaksud adalah infiltrasi vertikal, yaitu gerakan ke

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengolahan Tanah dan Pemanasan Global Pengolahan tanah merupakan tindakan mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk menyiapkan tempat persemaian, memberantas gulma, memperbaikai

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA TANJUNG PUTUS KECAMATAN PADANG TUALANG KABUPATEN LANGKAT (Study of soil infiltration rate in some land uses at Desa Tanjung Putus Kecamatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

STUDI METODE INFILTRASI FALLING HEAD DAN CONSTANT HEAD PADA BEBERAPA VARIASI KETINGGIAN GENANGAN AIR AHMAD FADHLI A

STUDI METODE INFILTRASI FALLING HEAD DAN CONSTANT HEAD PADA BEBERAPA VARIASI KETINGGIAN GENANGAN AIR AHMAD FADHLI A STUDI METODE INFILTRASI FALLING HEAD DAN CONSTANT HEAD PADA BEBERAPA VARIASI KETINGGIAN GENANGAN AIR AHMAD FADHLI A14080001 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan salah satu komoditas penting untuk dijadikan bahan utama pembuatan gula yang sudah menjadi kebutuhan primer

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting karena sebagai bahan baku produksi gula. Produksi gula harus selalu ditingkatkan seiring

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) masuk ke dalam tanah. Perkolasi merupakan kelanjutan aliran air tersebut ke tanah yang lebih dalam. Dengan

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai dengan April 2017 di Rumah Kaca dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian. Alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok

I. PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Nanas merupakan salah satu tanaman hortikultura, yang sangat cocok dibudidayakan didaerah tropis. Tanaman ini berasal dari amerika selatan ( Brazilia). Tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik Awal Tanah Latosol yang di ambil dari lahan percobaan IPB Cikabayan Darmaga memiliki bobot isi 0,86 gram cm -3, pori air tersedia < 20%, pori drainase

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergerakan air di dalam tanah merupakan salah satu aspek penting yang diperhitungkan dalam pengelolaan lahan diantaranya pada bidang pertanian, konstruksi bangunan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG

KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG KARAKTERISASI FISIK DAN KELEMBABAN TANAH PADA BERBAGAI UMUR REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG Physical Characterization and Soil Moisture at Different Reclamation s Age of Mined Land Rahmat Hidayatullah Sofyan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN

DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN DISTRIBUSI PORI DAN PERMEABILITAS ULTISOL PADA BEBERAPA UMUR PERTANAMAN Zurhalena dan Yulfita Farni 1 ABSTRACT Type of plant impact on soil pore distribution and permeability variously. The objectives

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol 27 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol Tanah Latosol tergolong tanah yang subur. Tanah Latosol merupakan tanah yang umum terbentuk di daerah tropika basah sehingga dapat digunakan untuk pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi

TINJAUAN PUSTAKA. profil tanah. Gerakan air ke bawah di dalam profil tanah disebut perkolasi 12 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi didefinisikan sebagai peristiwa masuknya air ke dalam tanah. Jika cukup air, maka air infiltrasi akan bergerak terus ke bawah yaitu ke dalam profil tanah. Gerakan

Lebih terperinci

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH.

17/02/2013. Matriks Tanah Pori 2 Tanah. Irigasi dan Drainasi TUJUAN PEMBELAJARAN TANAH DAN AIR 1. KOMPONEN TANAH 2. PROFIL TANAH. MINGGU 2 HUBUNGAN TANAH-AIR-TANAMAN Irigasi dan Drainasi Widianto (2013) Lab. Fisika Tanah FPUB TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami sifat dan karakteristik tanah untuk menyediakan air bagi tanaman 2. Memahami

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian dengan cara bercocok tanam. Salah satu proses terpenting dalam bercocok tanam adalah

Lebih terperinci

IV. SIFAT FISIKA TANAH

IV. SIFAT FISIKA TANAH Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu

Lebih terperinci

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG Elita Agus Manalu 1), Arsyad 2), dan Suryanto 2) Fakultas Pertanian Universitas Jambi elitamanalu115@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB II TI JAUA PUSTAKA BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di

Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO (Study of Soil Infiltration Rate in Some Type of Lands at Desa Sempajaya Kecamatan Berastagi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam 6 TINJAUAN PUSTAKA Infiltrasi Infiltrasi adalah gerakan air permukaan tanah masuk ke dalam tanah.infiltrasi (vertikal) ke dalam tanah yang pada mulanya tidak jenuh, terjadi di bawah pengaruh hisapan matriks

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Tanaman Kacang Hijau Kacang hijau termasuk tanaman pangan yang telah dikenal luas oleh masyarakat. Tanaman yang termasuk dalam keluarga kacang-kacangan ini sudah lama

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik (Effluent Sapi) Pemakaian pupuk buatan (anorganik) yang berlebihan dan dilakukan secara terus menerus menyebabkan kerusakaan sifat fisik tanah dan selanjutnya akan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. TINJAUAN PUSTAKA Irigasi Tetes Irigasi tetes adalah suatu metode irigasi baru yang menjadi semakin disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air. Irigasi tetes merupakan metode

Lebih terperinci

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si.

TANAH. Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. TANAH Oleh : Dr. Sri Anggraeni, M,Si. Tanah memberikan dukungan fisik bagi tumbuhan karena merupakan tempat terbenamnya/ mencengkeramnya akar sejumlah tumbuhan. Selain itu tanah merupakan sumber nutrien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari tanah tidak terlepas dari pandangan, sentuhan dan perhatian kita. Kita melihatnya, menginjaknya, menggunakannya dan memperhatikannya. Kita

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu merupakan salah satu tanaman primadona di Lampung. Salah satu perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation (GMP). Pengolahan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA

DASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara = V U Massa Padatan

Lebih terperinci

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat

Lebih terperinci

KEMAMPUAN RETENSI AIR DAN KETAHANAN PENETRASI TANAH PADA SISTEM OLAH TANAH INTENSIF DAN OLAH TANAH KONSERVASI

KEMAMPUAN RETENSI AIR DAN KETAHANAN PENETRASI TANAH PADA SISTEM OLAH TANAH INTENSIF DAN OLAH TANAH KONSERVASI J. Tanah Lingk., 14 (2) Oktober 2012: 73-78 ISSN 1410-7333 KEMAMPUAN RETENSI AIR DAN KETAHANAN PENETRASI TANAH PADA SISTEM OLAH TANAH INTENSIF DAN OLAH TANAH KONSERVASI Water Retention Capacity and Resistence

Lebih terperinci

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO

KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO KAJIAN LAJU INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI DESA SEMPAJAYA KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH : RIKA ISNAINI PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (STUDI KASUS: KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN)

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (STUDI KASUS: KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN) Buletin Tanah dan Lahan, 1 (1) Januari 2017: 44-50 KARAKTERISTIK SIFAT FISIK TANAH PADA SISTEM PENGOLAHAN TANAH KONSERVASI (STUDI KASUS: KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN) Characteristics of Soil Physic on Soil

Lebih terperinci

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi

BKM IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter dan Kurva Infiltrasi % liat = [ H,( T 68),] BKM % debu = 1 % liat % pasir 1% Semua analisis sifat fisik tanah dibutuhkan untuk mengetahui karakteristik tanah dalam mempengaruhi infiltrasi. 3. 3... pf pf ialah logaritma dari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.

Lebih terperinci

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI.

PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI. PENGARUH KOMPOS AMPAS TEBU DENGAN PEMBERIAN BERBAGAI KEDALAMAN TERHADAP SIFAT FISIK TANAH PADA LAHAN TEMBAKAU DELI. Oleh: Meizal Staf Pengajar Kopertis Wilayah I DPK Universitas Islam Sumatera Utara ABSTRAK

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan tanah untuk penelitian berupa tanah podsolik yang diambil dari Jasinga, Kabupaten Bogor. Pengambilan bahan tanah podsolik dilakukan pada minggu ke-3 bulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

DASAR-DASAR ILMU TANAH

DASAR-DASAR ILMU TANAH DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =

Lebih terperinci

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa)

Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) Soal Jawab DIT (dibuat oleh mahasiswa) 1. Cara memperbaiki tanah setelah mengalami erosi yaitu dengan cara?? Konservasi Tanah adalah penempatansetiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Pemadatan Tanah 3 TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah Hillel (1998) menyatakan bahwa tanah yang padat memiliki ruang pori yang rendah sehingga menghambat aerasi, penetrasi akar, dan drainase. Menurut Maryamah (2010) pemadatan

Lebih terperinci

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^

Gambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^ m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis

II TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Jagung Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman semusim dan termasuk dalam jenis rumputan (graminae) yang mempunyai batang tunggal dan kemungkinan dapat memunculkan cabang anakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang TINJAUAN PUSTAKA Permeabilitas Tanah Sifat fisik tanah yang paling penting adalah kapasitas menahan air yang tersedia, yang berkaitan dengan tekstur tanah dan kandungan bahan organik. Indikator tentang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 4.1. Karakteristik Fisik Tanah di Sekitar Lubang Resapan Biopori 4.1.1. Bobot Isi Tanah Hantaran hidrolik merupakan parameter sifat fisik tanah yang berperan dalam pengelolaan

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN TUTUPAN TAJUK, CURAH HUJAN, DAN SIFAT TANAH DENGAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI NURUL HANIFAH

ANALISIS HUBUNGAN TUTUPAN TAJUK, CURAH HUJAN, DAN SIFAT TANAH DENGAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI NURUL HANIFAH ANALISIS HUBUNGAN TUTUPAN TAJUK, CURAH HUJAN, DAN SIFAT TANAH DENGAN ALIRAN PERMUKAAN DAN EROSI NURUL HANIFAH DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2) Nama : Sonia Tambunan NIM : 105040201111171 Kelas : I UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI MALANG

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB KARAKTERISTIK TANAH Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB Pendahuluan Geosfer atau bumi yang padat adalah bagian atau tempat dimana manusia hidup dan mendapatkan makanan,, mineral-mineral

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan

I. PENDAHULUAN. Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian merupakan bagian penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia pada umumnya, khususnya Provinsi Lampung. Hal ini dikarenakan kondisi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai bahan pangan utama (Purwono dan Hartono, 2011). Selain 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung menjadi komoditas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi

I. PENDAHULUAN. Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ekstensifikasi pertanian merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produksi tanaman pangan. Usaha ekstensifikasi dilakukan dengan cara pembukaan lahan

Lebih terperinci

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur

No. Parameter Sifat Fisik Metode Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur No. Parameter Sifat Fisik Metode 1. 2. 3. 4. 5. Bobot Isi Porositas Total Pori Drainase Indeks Stabilitas Agregat Tekstur Gravimetri Gravimetri pf Pengayakan Kering dan Basah Bouyoucus (Hidrometer) 6.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak saja perlu untuk kehidupan semua

TINJAUAN PUSTAKA. mungkin terdapat kehidupan. Air tidak saja perlu untuk kehidupan semua 5 TINJAUAN PUSTAKA Siklus Hidrologi Air merupakan benda alam yang paling berharga. Tidak ada air, tidak mungkin terdapat kehidupan. Air tidak saja perlu untuk kehidupan semua makhluk hidup, akan tetapi

Lebih terperinci

ANALISIS INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN, DRAMAGA NUR AUFAH KURNIA

ANALISIS INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN, DRAMAGA NUR AUFAH KURNIA ANALISIS INFILTRASI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN DI KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN, DRAMAGA NUR AUFAH KURNIA DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena Volume 15, Nomor 1, Hal. 47-52 Januari Juni 2013 ISSN:0852-8349 PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global terjadi sebagai akibat dari makin

Lebih terperinci

DISTRIBUSI BENTUK C-ORGANIK TANAH PADA VEGETASI YANG BERBEDA. Oleh : ANRI SUNANTO A

DISTRIBUSI BENTUK C-ORGANIK TANAH PADA VEGETASI YANG BERBEDA. Oleh : ANRI SUNANTO A DISTRIBUSI BENTUK C-ORGANIK TANAH PADA VEGETASI YANG BERBEDA Oleh : ANRI SUNANTO A24103106 DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 DISTRIBUSI BENTUK

Lebih terperinci

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa

Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pemantauan Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rajiman A. Latar Belakang Pemanfaatan lahan memiliki tujuan utama untuk produksi biomassa. Pemanfaatan lahan yang tidak bijaksana sering menimbulkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN... ii LEMBAR PERNYATAAN... iii LEMBAR PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK DAN HIDROLOGI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN

KARAKTERISTIK SIFAT FISIK DAN HIDROLOGI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN KARAKTERISTIK SIFAT FISIK DAN HIDROLOGI TANAH PADA BERBAGAI PENGGUNAAN LAHAN (Studi kasus di Desa Cimulang, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) MARIETA A14061420 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman pangan. Pengolahan tanah adalah tindakan mekanis untuk menciptakan lingkungan yang baik

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang dimiliki oleh manusia. Tanah merupakan media utama dimana manusia bisa mendapatkan bahan pangan, sandang, papan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

PERBEDAAN LAJU INFILTRASI PADA TANAH HUTAN DAN BUKAN HUTAN

PERBEDAAN LAJU INFILTRASI PADA TANAH HUTAN DAN BUKAN HUTAN PERBEDAAN LAJU INFILTRASI PADA TANAH HUTAN DAN BUKAN HUTAN SKRIPSI Oleh: Muhammad Iqbal Muttaqin Harahap 131201115/Budidaya Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2017

Lebih terperinci

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 3 Th. 2014

Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.2 No. 3 Th. 2014 KAJIAN PERMEABILITAS BEBERAPA JENIS TANAH DI SEI KRIO KECAMATAN SUNGGAL DAN DI PTPN II KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG MELALUI UJI LABORATORIUM DAN LAPANGAN (Permeability study of Several

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci