PENELITIAN PRODUK TERAPAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENELITIAN PRODUK TERAPAN"

Transkripsi

1 LAPORAN AKHIR PENELITIAN PRODUK TERAPAN PEMODELAN STANDAR KEBUTUHAN TULANGAN PADA KOMPONEN STRUKTURAL KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Tahun ke-1 dari rencana 2 tahun Ketua : Ir. Tripoli, MT ( ) Anggota : Mubarak, ST, MT ( ) Nurisra, ST, MT ( ) Dibiayai oleh : Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan Kontrak Penelitian Nomor : 105/SP2H/LT/DPRM/IV/2017 Tanggal 3 April 2017 UNIVERSITAS SYIAH KUALA OKTOBER 2017

2

3 RINGKASAN Laporan Akhir penelitian ini melaporkan hasil kegiatan penelitian yang telah dicapai pada tahun ke-1 dari rencana 2 tahun. Penelitian pada tahun pertama ditekankan pada tiga aspek dari keseluruhan enam aspek yang menjadi tujuan penelitian. Pertama, mengidentifikasi kebutuhan tulangan pada tiap komponen struktural bangunan bila dilihat dari dimensi dan mutu beton. Kedua, menganalisis rasio penggunaan tulangan pada setiap m 3 beton pada tiap komponen struktural bangunan. Dan ketiga, mengevaluasi penyimpangan yang mungkin timbul dari Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) pada SNI 7394:2008 dengan hasil analisis desain lapangan. Terkait dengan ketiga tujuan penelitian tersebut, hasil penelitian secara umum mengindikasikan bahwa penerapan SNI terterkait AHSP tidak dapat diberlakukan secara umum. Diperlukan adanya pertimbangan terkait dengan zonasi dimana konstruksi bangunan gedung akan dibangun, sebagaimana klasifikasi zonasi yang tertuang dalam SNI 1726:2012. Di samping itu, faktor terkait dengan fungsi bangunan juga perlu mendapat perhatian. Dari tiga fungsi yang ditinjau, yaitu bangunan pendidikan, hunia, dan perkantoran, dapat disimpulkan bahwa AHSP juga tidak dapat berlaku secara umum untuk seluruh fungsi. Dari kedua faktor zonasi dan fungsi bangunan, pertimbangan terhadap posisi zonasi bangunan harus menjadi perhatian awal dan utama sebelum mempertimbangkan aspek fungsi bangunan. Laporan ini juga menginformasikan capaian penelitian terkait dengan target yang telah direncakan saat proposal diajukan. Untuk tahun pertama, secara umum seluruh target yang direncanakan telah terpenuhi. Terkait dengan publikasi ilmiah, pada tahun ini telah dapat menyelesaikan draft artikel untuk dikirimkan pada jurnal yang menjadi target. Pada komponen pemakalah dalam temu ilmiah, untuk tahun pertama telah dapat terlaksana baik pada tingkat nasional maupun internasional. Di samping itu, draft model sebagai produk yang dihasilkan oleh penelitian ini telah diperoleh. Model tersebut merupakan model matematis yang dapat digunakan untuk memprediksi jumlah tulangan pada konstruksi beton bertulang. Model ini masih dalam tahap pengembangan dan belum dapat diaplikasikan. Diperlukan adanya data tambahan dari sejumlah zonasi untuk menambah akurasi dan sekaligus bagian dari proses validasi aktual. Kata kunci : model, tulangan, komponen struktural, beton bertulang, bangunan gedung, zonasi gempa bumi. iii

4 PRAKATA Bismillahirrahmanirrahim, Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan karunia-nya sehingga penulisan laporan kemajuan penelitian ini dapat diselesaikan pada waktunya. Laporan ini dibuat untuk menyampaikan hasil kegiatan Penelitian Produk Terapan dengan judul PEMODELAN STANDAR KEBUTUHAN TULANGAN PADA KOMPONEN STRUKTURAL KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG. Laporan ini berisikan informasi aktivitas dan capaian sejak penandatanganan kontrak pada Bulan Mei 2017 sampai dengan Oktober Pelaksanaan penelitian dan penulisan laporan telah dapat terlaksana dengan baik atas dukungan sejumlah pihak. Dukungan finansial diperoleh dari hibah Penelitian Produk Terapan dengan Kontrak No. 55/UN11.2/PP/SP3/2017 Tanggal 3 April Dukungan lainnya berupa keterlibatan sejumlah pihak baik dari instansi pemerintah atau pun swasta dalam hal penyediaan data. Dalam proses pengumpulan data sampai dengan analisis, dukungan ditunjukkan oleh tim peneliti yang terlibat serta Staf Bidang dan Laboratorium Manajemen Rekayasa Konstruksi. Untuk seluruh dukungan yang telah diperoleh, penulis menyampaikan ucapan terima kasih. Akhirnya kepada Allah SWT jugalah penulis berserah diri dengan harapan semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara umum, Amin. Darussalam, 30 Oktober 2017 Ketua Peneliti, Ir. Tripoli, MT NIP iv

5 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL i HALAMAN PENGESAHAN ii RINGKASAN iii PRAKATA iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR ix DAFTAR LAMPIRAN x BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Kerangka Konseptual (State of The Art Review) Estimasi Biaya Harga Satuan Pekerjaan Kebutuhan (Requirement) Material Tulangan Pada Struktur Beton Bertulang Zonasi gempa bumi Indonesia Pemodelan Road Map Penelitian 12 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian 14 BAB 4 METODE PENELITIAN Lokasi dan Objek Penelitian Pengumpulan Data Pengolahan Data dan Analisis Fish Bone Diagram Penelitian 17 BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI Hasil Pondasi Tapak Beton Bertulang Sloof Beton Bertulang Kolom Beton Bertulang Balok Lantai Beton Bertulang Pelat Lantai Beton Bertulang Rekomendasi Aplikasi AHSP Capaian Luaran Penelitian 47 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA Rencana Kegiatan Penelitian Rencana Capaian Penelitian Rencana Biaya dan Jadual Penelitian Tahun Kedua 52 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 54 v

6 7.1 Kesimpulan Saran 54 DAFTAR PUSTAKA 55 LAMPIRAN vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 State of the art review 3 Tabel 2.2 Membuat 1 m 3 kolom beton bertulang (300 kg besi + bekisting) 8 Tabel 2.3 Roadmap Penelitian 13 Tabel 5.1 Volume Beton dan Tulangan Pondasi di Zona Tabel 5.2 Volume Beton dan Tulangan Pondasi di Zona Tabel 5.3 Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi di Zona Tabel 5.4 Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi di Zona Tabel 5.5 Volume Beton dan Tulangan Sloof Tinjauan Zona Tabel 5.6 Volume Beton dan Tulangan Sloof Objek Tinjauan Zona Tabel 5.7 Rasio Kebutuhan Tulangan Sloof Zona Tabel 5.8 Rasio Kebutuhan Tulangan Sloof Zona Tabel 5.9 Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 10 Lantai 1 28 Tabel 5.10 Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 10 Lantai 2 28 Tabel 5.11 Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 15 Lantai 1 29 Tabel 5.12 Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 15 Lantai 2 30 Tabel 5.13 Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona Tabel 5.14 Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona Tabel 5.15 Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona Tabel 5.16 Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona Tabel 5.17 Selisih Hasil Analisis dengan Standar AHSP Kolom Beton 35 Bertulang yaitu (158 kg/m 3 beton) Tabel 5.18 Selisih Hasil Analisis dengan Standar AHSP Kolom Beton 36 Bertulang yaitu (315 kg/m 3 beton) Tabel 5.19 Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona Tabel 5.20 Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona Tabel 5.21 Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona Tabel 5.22 Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona Tabel 5.23 Perbandingan Rasio Tulangan Balok di Zona 15 dengan Standar 41 AHSP Tabel 5.24 Perbandingan Rasio Tulangan Balok di zona 10 dengan Standar 42 AHSP Tabel 5.25 Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Objek Tinjauan Zona vii

8 Tabel 5.26 Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Objek Tinjauan Zona 15 Tabel 5.27 Rasio Kebutuhan Tulangan Plat Lantai Zona Tabel 5.28 Rasio Kebutuhan Tulangan Plat Lantai Zona Tabel 5.29 Aplikasi AHSP Menurut Komponen dan Zonasi 47 Tabel 5.30 Aplikasi AHSP Menurut Fungsi Bangunan dan Zonasi 47 Tabel 5.31 Rencana dan Realisasi Capaian Penelitian 48 Tabel 5.32 Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran 49 Tabel 5.33 Capaian dan Rencana Penelitian 49 Tabel 6.1 Rencana Biaya Penelitian Tahun Kedua 52 Tabel 6.2 Rencana Jadual Penelitian Tahun Kedua viii

9 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Analisis Harga Satuan Pekerjaan 7 Gambar 2.2 Peta Zonasi Gempa Indonesia 11 Gambar 3.1 Fish Bone Diagram Penelitian 17 Gambar 3.2 Bagan Alir Penelitian 18 Gambar 5.1 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan 26 AHSP Gambar 5.2 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan 31 AHSP Gambar 5.3 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan 34 standar AHSP (300 kg/m 3 beton) Gambar 5.4 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan 35 standa AHSP (300 kg/m 3 beton) Gambar 5.5 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan 43 AHSP Gambar 5.6 Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan 46 ix

10 DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN 1 Peta Wilayah Kajian LAMPIRAN 2 Tipikal Bangunan Zona 10 LAMPIRAN 3 Tipikal Bangunan Zona 15 LAMPIRAN 4 The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction LAMPIRAN 5 The Implementation of Unit Price of Work Standard SNI 7394: 2008 for The Construction of Reinforced Concrete Beam LAMPIRAN 6 Analisis Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Beton Bertulang Pada Konstruksi Bangunan Gedung LAMPIRAN 7 Rancangan Pelaksanaan Penelitian Tahun Ke-1 LAMPIRAN 8 Catatan Harian Penelitian Tahun Ke-1 (Periode April Oktober 2017) LAMPIRAN 9 Draft Model Kebutuhan Tulangan x

11 BAB 1 PENDAHULUAN Proses estimasi kebutuhan anggaran pada sebuah konstruksi perlu mendapat perhatian yang serius. Bagi perusahaan penyedia jasa konstruksi, akurasi analisis diperlukan agar penawaran harga yang diajukan saat pelelangan berdaya bersaing (kompetitif) dengan penawaran harga dari kompetitor lain dan dapat mengakomodir seluruh kubutuhan pelaksanaan pembangunan. Di sisi lain, bagi pengguna jasa (owner), akurasi estimasi dibutuhkan dalam rangka efektifitas dan efisiensi anggaran, mengingat besarnya jumlah kebutuhan bila dibandingkan dengan anggaran yang tersedia. Permasalahan keterbatasan anggaran menuntut agar proyek konstruksi direncanakan dengan baik, juga harus dapat mencukupi kebutuhan, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Anggaran biaya sebuah bangunan gedung dianalisis dengan sejumlah metode, salah satunya menggunakan Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Standar Nasional Indonesia (SNI). Untuk bangunan gedung milik pemerintah, AHSP dianalisis dengan menggunakan standar sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Pengkodean dan lingkup pekerjaan konstruksi bangunan gedung dalam AHSP terdiri dari 8 divisi, salah satunya adalah divisi pekerjaan struktural. Divisi ini memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap sebuah bangunan dengan proporsi 25%-35% dari nilai bangunan tersebut (Anonim, 2007). Pekerjaan beton bertulang termasuk dalam divisi ini. AHSP pekerjaan beton bertulang memberikan sejumlah pola analisis yang langsung menggabungkan kebutuhan material beton, tulangan dan bekisting dalam satu analisis sebuah komponen beton bertulang. Pola tersebut terdapat pada analisis untuk komponen pondasi, sloof, kolom, balok, dan dinding. Pola analisis tersebut berpeluang menimbulkan ketidak-akuratan, mengingat desain komponen tersebut belum tentu sama di setiap bangunan. Diperlukan sebuah kajian yang dapat menginformasikan seberapa jauh standar tersebut dapat diberlakukan pada beragam 1

12 kondisi dan jenis komponen konstruksi. Hal ini diperlukan agar perencanaan anggaran benar-benar dapat memenuhi kaidah efisien dan efektif. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, diperlukan sebuah penelitian untuk mengkaji seberapa jauh akurasi standar AHSP pada sejumlah komponen beton bertulang pada sejumlah desain bangunan gedung. Lebih lanjut, diperlukan juga upaya untuk memodelkan pola kebutuhan material tulangan pada komponen beton bertulang, sebagai acuan atau indikasi awal kebutuhan material tulangan. Berdasarkan latar belakang tersebut, permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : 1. Seberapa besar kebutuhan tulangan pada tiap komponen struktural bangunan bila dilihat dari dimensi dan mutu beton. 2. Seberapa besar rasio penggunaan tulangan pada setiap m 3 beton pada tiap komponen struktural bangunan. 3. Seberapa besar penyimpangan yang timbul bila hasil analisis lapangan dibandingkan dengan standar AHSP. 2

13 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Konseptual (State of The Art Review) Sejumlah penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan material tulangan pada konstruksi beton bertulang dan pemodelan biaya pada bangunan gedung ditunjukkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. State of the art review Judul Peneliti Tahun Hasil Parametric Cost Estimating Model For Conceptual Cost Estimating of Building Construction Projects Current practices in building project contract price forecasting in the UK Parametric Cost Estimation Model for State Buildings Model Perhitungan Harga Satuan Tertinggi Gedung Negara The Study of Project Cost Estimation Based on Cost- Significant Theory and Neural Network Theory Studi Harga Satuan Bangunan Gedung di Provinsi Nanggroe Aceh Phaobunjong, K Fortune, C dan Cox, O Riswan, D dan Abduh, M Abduh, M & Kurniawan, B X. Wang, L. Xing, and F. Lin 2002 Estimasi konseptual memberikan tingkat keakuratannya berkisar -30% hingga +50% dari biaya aktual 2005 Penelitian menunjukkan bahwa jenis peramalan model tradisional masih digunakan secara luas, seperti lifecycle cost models and in-house knowledgebased systems. Model yang baru dikembangkan seperti artificial neural nets, fuzzy logic nets, dan environmental and sustainability cost models, baru diaplikasikan sangat terbatas dalam praktek Mengembangkan model estimasi biaya awal dengan parameter Rasio Fasilitas Gedung (RFG) 2008 Mengembangkan pola estimasi dengan pempertimbangkan kondisi lokasi dan waktu pelaksanaan proyek. Metoda ini melakukan pendekatan dengan mengindentifikasi komponen dominan dan kuantitas Penelitian ini menunjukkan bahwa model berdasarkan teori signifikansi biaya dan teori jaringan saraf berhasil dan efektif untuk aplikasi teknis praktis. Mubarak 2010 Faktor lokasi dan waktu pembangunan mempengaruhi besarnya biaya pembangunan, 3

14 Darussalam Judul Peneliti Tahun Hasil Penggunaan variabel harga material untuk memprediksi harga satuan Bangunan gedung di kota banda aceh Housing rehabilitation budget estimate due to earthquake disaster by using multiple linear regression models The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beam Analisis kebutuhan tulangan pelat lantai beton bertulang pada konstruksi bangunan gedung The unit price implication of reinforcement usage in tie beam reinforced concrete construction Mubarak dan Tripoli Mahmuddin and Mubarak Tripoli, Mubarak, Nurisra, Mahmuddin Tripoli, Nurisra, Mubarak Mubarak, Abdullah, M. Riza, Y. Hayati sehingga harga bangunan akan berbeda antara satu kabupaten/ kota dengan kabupaten/kota lainnya Hubungan variabel harga material terhadap harga satuan bangunan gedung dianalisis menggunakan model regresi linear berganda. Variabel harga material yang dianalisis terdiri dari 8 jenis material utama bangunan gedung Pemodelan dilakukan untuk memprediksi biaya rehabilitasi pada bangunan perumahan dengan tingkat kerusakan ringan dan sedang The analysis results indicate that the UP standard for reinforced concrete beam cannot be applied to all zoning. The UP standard is only possible on buildings constructed in Zone 10 or zonation with seismic spectral response g or lower Penggunaan AHSP untuk bangunan pada Zona 15 berpotensi menghasilkan estimasi biaya yang tidak akurat. Ketidak-akuratan tersebut menghasilkan nilai estimasi biaya dibawah nilai yang semestinya dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi pelat lantai. Est The potential inaccurate of cost estimation appears in the two review zones. Such inaccuracies may have an impact on the insufficient costs for the work. Thus, the use of the standard unit price analysis needs further assessment for proper application. Dari penelitian terdahulu seperti pada Tabel 2.1 maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 4

15 1. Secara umum, belum ada kajian yang dilakukan spesifik untuk mengidentifikasi seberapa besar kebutuhan material tulangan untuk struktur beton bertulang pada sejumlah komponen bangunan. Di samping itu, juga belum terjawab seberapa jauh dan dalam kondisi bagaimana pola kebutuhan material tulangan yang tersebut dalam standar AHSP komponen beton bertulang layak diaplikasikan. 2. Dalam hal pemodelan biaya, umumnya kajian yang dilakukan cenderung difokuskan pada mengestimasi kebutuhan anggaran bangunan secara keseluruhan dengan berbagai variabel. 3. Mengingat konstruksi beton bertulang merupakan komponen yang memberi kontribusi terbesar pada biaya sebuah bangunan gedung, maka penelitian ini akan dikembangkan sampai dengan tahap pemodelan kebutuhan material dan harga satuan pekerjaan pada sejumlah komponen struktural bangunan. 2.2 Estimasi Biaya Estimasi kebutuhan biaya sebuah proyek merupakan salah satu komponen penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi. Estimasi dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan kebutuhan dana untuk sebuah rencana pembangunan proyek. Keakuratan hasil estimasi sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi berupa pola hubungan estimasi biaya atau model biaya (Kerzner, 2006). Pola tersebut dapat diperlihatkan dalam bentuk : a. persamaan matematis (mathematical model) yang diperoleh dari analisa regresi; b. hubungan biaya-kuantitas (cost-quantity) seperti kurva belajar (learning curves); c. hubungan biaya-biaya (cost-cost); d. hubungan biaya-non biaya (cost-non cost) berdasarkan karakteristik fisik, parameter teknis, atau parameter performa. Bila dikaji dari sisi akurasi estimasi, Kerzner (2006) mengelompokkan jenis estimasi sebagai berikut : a. Order-of-magnitude analysis; estimasi ini dibuat berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dari pengalaman sejenis terdahulu, tanpa adanya data detail engineering yang lengkap dengan akurasi + 35%. 5

16 b. Approximate estimate; estimasi ini dibuat berdasarkan prorata dari proyek terdahulu yang memiliki similaritas dari segi lingkup dan jumlah dan juga masih tanpa ketersediaan data detail engineering yang lengkap dengan akurasi mencapai + 15%. c. Devinitive estimate; estimasi ini dibuat berdasarkan data detail engineering yang lengkap seperti gambar detail, daftar harga, daftar kuantitas pekerjaan, dan lainlain, dengan akurasi mencapai + 5%. d. Penggunaan kurva belajar; estimasi ini diperoleh dari representasi grafis dari pengulangan-pengulangan terhadap kegiatan-kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan lazim digunakan dalam estimasi untuk kegiatan manufaktur. Jenis estimasi biaya juga dapat dibedakan berdasarkan tahapan siklus sebuah proyek (Schuette & Liska, 1994), yaitu : a. Estimasi kelayakan (feasibility estimate); yang digunakan untuk menentukan layak-tidaknya sebuah proyek untuk dibangun pada saat pemilik proyek mengemukakan rencana atau ide membangun sebuah bangunan. b. Estimasi konseptual (conceptual estimate); yang buat setelah konsep rancangan bangunan ditentukan, namun belum ada rencana desain detail. c. Estimasi elemen atau parametric (elemental or parametric estimate); merupakan estimasi yang paling akurat dimana informasi kuantitas pekerjaan pada proyek telah dapat terukur dengan baik. 2.3 Harga Satuan Pekerjaan Harga satuan pekerjaan merupakan uraian dari sejumlah komponen biaya seperti bahan, tenaga kerja, peralatan, peralatan, dan subkontraktor yang membentuk harga satuan (Pico & Wayne, 2012). Perencanaan harga satuan pekerjaan dapat dibedakan berdasarkan tahapan pelaksanaan proyek. Schuette & Liska (1994) menyatakan estimasi dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu : 1. Menggunakan satuan harga berdasarkan fungsi bangunan, seperti untuk sekolah, perparkiran, dan rumah sakit; 2. Menggunakan satuan harga berdasarkan luasan lantai bangunan; 6

17 3. Menggunakan satuan harga berdasarkan kubikasi pekerjaan bangunan; 4. Memfaktorkan komponen pekerjaan yang memiliki kesamaan dengan pekerjaan yang akan direncanakan. Perencanaan anggaran pada proyek pemerintah dilakukan dengan menggunakan acuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) Bidang Pekerjaan Umum. Ruang lingkup Pedoman AHSP ini meliputi penanganan pekerjaan pemeliharaan dan pembangunan di bidang pekerjaan umum (bidang umum, sumber daya air, bina marga, dan cipta karya. AHSP untuk konstruksi bangunan gedung tercakup pada bidang cipta karya. Terdapat 8 divisi untuk pengelompokan pekerjaan, salah satu adalah divisi pekerjaan struktural. Mengingat lingkup pekerjaan AHSP Cipta Karya ini masih berbasis pada SNI-ABK tahun 2008, maka sub level dikelompokkan dan dirinci sesuai dengan SNI-ABK. Pekerjaan beton dicantumkan pada sub level Sub level ini terdiri dari 36 standar AHSP. Sebagai ilustrasi, bagan proses AHSP ditunjukkan dalam Gambar 2.1, dan format salah satu standar AHSP tersebut (kolom beton bertulang) ditunjukkan dalam Tabel 2.2. Gambar 2.1. Analisis Harga Satuan Pekerjaan (Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013) 7

18 Tabel 2.2. Membuat 1 m 3 kolom beton bertulang (300 kg besi + bekisting) No Uraian Kode Satuan Koefisien A B TENAGA Pekerja Tukang batu Tukang kayu Tukang besi Kepala tukang Mandor BAHAN Kayu kelas III Paku 5 cm 12cm Minyak bekisting Besi beton polos Kawat beton Semen Portland Pasir Beton Kerikil Kayu kelas II balok Plywood 9 mm Dolken kayu φ (8-10) cm, panjang 4 m L.01 L.02 L.02 L.02 L.03 L.04 OH OH OH OH OH OH m 3 kg Liter kg kg kg m 3 m 3 m 3 Lbr Batang 7,050 0,275 1,650 2,100 0,403 0,353 0,40 4,00 2,00 315,00 4,50 336,00 0,54 0,81 0,15 3,50 20,00 Harga Satuan (Rp) Jumlah Harga (Rp) C JUMLAH - D OVERHEAD & PROFIT - E HARGA SATUAN PEKERJAAN - Sumber : SNI 7394: Kebutuhan (Requirement) Material Tulangan Pada Struktur Beton Bertulang Material baja merupakan material yang ideal untuk membentuk konstruksi beton bertulang. Material ini dapat mengikat baik dengan beton. Pada struktur komposit, ikatan antara dua material berbeda harus dapat berfungsi sebagai bahan tunggal. Pada saat proses pengerasan setelah pengecoran beton, material beton dan baja akan membentuk ikatan mekanis (Mehta, et.al, 2013). Sejumlah hasil penelitian terhadap material tulangan pada konstruksi beton bertulang umumnya cenderung diarahkan untuk menganalisis perilaku fisik dan mekanis beton bertulang (Shanmugam & Lakshmi, 2001; Elnashai, et.al, 2003; Montes, et.al, 2008; Rao, et.al, 2008; Maekawa, 2009; Amir & Sigmund, 2013). Belum ada kajian yang dilakukan spesifik untuk mengidentifikasi seberapa besar kebutuhan material tulangan untuk struktur beton bertulang pada sejumlah komponen bangunan. Di 8

19 samping itu, juga belum terjawab seberapa jauh dan dalam kondisi bagaimana pola kebutuhan material tulangan yang tersebut dalam standar AHSP komponen beton bertulang layak diaplikasikan. Secara teknis, jumlah tulangan pada struktur beton bertulang harus memadai. Dimensi dan jumlah material ditentukan dari hasil analisis pada tiap komponen struktural, seperti pondasi, kolom, balok, pelat lantai, dan dinding. Pada daerah dengan tingkat kerawanan gempa tinggi, perencanaan dilakukan menggunakan Pedoman Tata Cara Perencanaan Konstruksi Tahan Gempa Indonesia. Tingkat kerawanan dapat dikenali dengan berpedoman pada peta zonasi gempa sebagaimana tersebut dalam Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012). Secara umum, kebutuhan bahan untuk menyelesaikan suatu satuan pekerjaan dapat dianalisis dengan beberapa metode. Standar kebutuhan material sebagaimana disebut dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013, dianalisis berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan berdasarkan analisis laboratorium. Pengamatan langsung lapangan mendapatkan data jumlah bahan riil yang dihabiskan oleh gugus kerja termasuk loose materials. Sedangkan analisis laboratorium menghitung jumlah bahan berdasarkan sifat/karakter bahan, misalnya faktor berat isi, bulking factor, susut, dan lain-lain. Koefisien bahan dihitung dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut. Oleh karena itu koefisien bahan selalu ditambahkan toleransi, yang besarnya 5-20%. Untuk keperluan estimasi biaya, kebutuhan material tulangan dapat diperoleh dari sejumlah standar AHSP. 2.5 Zonasi gempa bumi Indonesia Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainya saling bertemu di wilayah Indonesia (Bird, 2003). Keberadaan interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992). Perencanaan konstruksi tahan gempa di Indonesia mulai diaplikasikan pada tahun 1983 berpedoman pada peta percepatan maksimum gempa dan Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTIUG). Pedoman tata cara perencanaan konstruksi tahan gempa Indonesia terus mengalami perkembangan, 9

20 hingga pada saat ini perencanaan berpedoman pada peta zonasi gempa SNI 1726:2012 (Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung). Pembaruan yang ditekankan pada standar tersebut terkait dengan : 1. Periode ulang Pada SNI 2012, kemungkinan pelampauan (probability of exceedance) diambil sebesar 2% dalam 50 tahun. Dengan persamaan yang sama, didapat periode ulang gempa sebesar tahun atau dibulatkan menjadi tahun. Kemungkinan pelampauan merupakan faktor langsung terhadap berubahnya periode ulang. Semakin kecil kemungkinan pelampauan semakin besar periode ulang, sekaligus semakin kecil kemungkinan terjadi gempa diatas gempa rencana hingga dapat terhindar dari kejadian gempa. 2. Pendekatan Deterministik SNI 2012,menambahkan satu konsep yang disebut Deterministic Seismic Hazard Analysis (DSHA). Pada konsep ini, probabilitas gempa tidak hanya diturunkan dari statistic terjadinya gempa yang tercatat. Probabilitas juga diturunkan dengan mengidentifikasi adanya subduksi lapisan bumi dan sesar aktif (active faults) pada suatu wilayah. 3. Uniform Hazard vs Uniform Risk Peta gempa SNI mengadopsi konsep uniform risk yang artinya beban gempa didasarkan pada resiko keruntuhan bangunan yang sama yaitu 1% resiko keruntuhan dalam 50 tahun. Oleh karena itu, percepatan gempa pada peta SNI disebut sebagai risk targeted ground motion yaitu percepatan tanah yang sudah disesuaikan untuk mencapai target resiko keruntuhan 1% dalam 50 tahun. Konsep risk of collapse mengindikasikan bahwa tidak semua gedung yang terkena beban gempa diatas gempa rencana tidak selamat atau menunjukan kegagalan struktur sesuai prediksi desain. 4. Koefisien pada Respon Spektra Peta gempa SNI memberikan tambahan koefisien spektra berupa PGA (percepatan di batuan dasar), 0,2 detik dan 1 detik. PGA digunakan untuk menentukan percepatan gempa pada desain pondasi. Koefisien 0,2 detik dan 1 detik digunakan untuk membuat respon spektra gedung. 10

21 Peta zonasi wilayah gempa menunjukkan posisi seluruh wilayah Indonesia berdasarkan tingkat respon sprektra gempa dan warna berbeda untuk setiap batasan nilai respon sprektra atas dan bawah dalam satuan gravity (g). Nilai sprektra ini dijadikan acuan untuk mendesain beban gempa dalam perencanaan suatu bangunan gedung di Indonesia. Peta zonasi gempa SNI 1726:2012 ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 2.2 Peta Zonasi Gempa Indonesia ( 2.6 Pemodelan Model adalah suatu representasi analogikal dari realita. Model merupakan penyederhanaan deskripsi dari sebuah sistem, untuk mengkalkulasi dan memprediksi. Modeling adalah suatu upaya untuk merepresentasikan realitas secara apa adanya, sedemikian sehingga aspek-aspek tentangnya dapat diuraikan, diterangkan, dioptimalkan atau diramalkan sesuai dengan realitasnya. Output atau temuan dari proses modeling memungkinkan seorang analis untuk menentukan hasilhasil keputusan yang logis dan memilih suatu tindakan optimal. Wibowo (2005) juga membedakan model menjadi lima macam, yaitu : 11

22 1. Model matematik yaitu model yang menggunakan notasi-notasi dan persamaan matematika untuk mempresentasikan sistem, yang dinyatakan dengan variabelvariabel dan aktifitas dinyatakan dengan fungsi matematika yang menjelaskan hubungan antar variabel tersebut. 2. Model fisik. 3. Model lapangan yaitu kondisi suatu lapangan yang dijadikan model. 4. Model statistik, misalnya regresi, logit, provit, dan genetik algoritma. 5. Model behavior. Pemodelan dapat dibuat melalui analisis regresi. Analisis ini merupakan salah model statistik yang dapat digunakan untuk merumuskan pola hubungan antar variabel berdasarkan satu set titik data. Analisis regresi secara sistematis dapat meminimalkan kesalahan estimasi dengan cara least squares regression (regresi kuadrat terkecil). Analisis ini menjadi salah satu metode yang lazim dipakai untuk pemodelan biaya (Blocher, et.al, 2010). Pemodelan untuk estimasi biaya telah dilakukan oleh sejumlah peneliti. Model estimasi untuk biaya pada tahap konseptual telah direkomendasikan oleh Mubarak & Tripoli (2011), Mubarak (2010), Abduh & Kurniawan (2008), Riswan & Abduh (2006), dan Phaobunjong (2002). Untuk pemodelan perkiraan harga konrak bangunan gedung, Fortune dan Cox (2005) merokemendasikan model menggunakan artificial neural nets, fuzzy logic nets, dan environmental and sustainability cost models. Pola yang tipikal juga disarankan oleh Wang, et.al (2009), dengan memodelkan perkiraan harga penawaran saat tender. Model yang dibuat untuk memprediksi kebutuhan material untuk sebuah analisis harga satuan, khususnya tulangan untuk struktur beton bertulang masih belum tersedia. 2.7 Road Map Penelitian Merujuk pada hasil kajian sejumlah literatur, arah penelitian ini perlu dirumuskan dalam sebuah roadmap penelitian. Roadmap tersebut ditunjukkan pada Tabel

23 Tabel 2.3. Roadmap Penelitian PRODUKTIVITAS ANALISIS KEBUTUHAN (REQUIREMENT) MODEL Studi Faktor Penentu Produktivitas Pekerjaan (qualitative analysis) - Building - Non-building Analisis Berdasarkan Komponen Struktural Bangunan - Pondasi - Kolom - Balok - Pelat lantai - Dinding Regresi linear Analisis berdasarkan pola kerawanan wilayah dari risiko bencana alam - Pondasi - Kolom - Balok - Pelat lantai - Dinding - Komponen bangunan - Potensi risiko bencana alam - Fungsi bangunan Analisis Produktivitas Pekerjaan (lapangan) - Struktural - Nonstruktural Analisis berdasarkan fungsi bangunan - Pendidikan - Perkantoran - Hunian Regresi non linear Analisis Produktifitas Pekerjaan (const.historical record) - Struktural - Nonstruktural Evaluasi kelayakan requirement dari tiap kelompok analisis dengan requirement standar AHSP - Komponen bangunan - Potensi risiko bencana alam - Fungsi bangunan STUDI ESTIMASI BIAYA KONSTRUKSI 13

24 BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 3.1 Tujuan Penelitian Merujuk pada permasalahan yang dijelaskan pada bagian terdahulu, tujuan penelitian dirumuskan berdasarkan tahapan penelitian per tahun. Untuk tahun pertama, penelitian ini ditujukan untuk : 1. Mengidentifikasi kebutuhan tulangan pada tiap komponen struktural bangunan bila dilihat dari dimensi dan mutu beton. 2. Menganalisis rasio penggunaan tulangan pada setiap m 3 beton pada tiap komponen struktural bangunan. 3. Mengevaluasi penyimpangan yang mungkin timbul dari standar AHSP dengan hasil analisis desain lapangan. Sedangkan untuk tahun kedua, penelitian ini ditujukan untuk : 1. Mengidentifikasi variabel pemodelan dalam penentuan kebutuhan tulangan. 2. Merumuskan pola/model prediksi kebutuhan tulangan pada tiap komponen struktural bangunan. 3. Menguji akurasi dari sejumlah pola/model yang dihasilkan sehingga dapat diaplikasi untuk estimasi kebutuhan material tulangan. 3.2 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain sebagai berikut: 1. Penelitian ini dapat memberikan informasi seberapa besar kebutuhan material tulangan untuk struktur beton bertulang pada sejumlah komponen bangunan. 2. Penelitian ini juga dapat menjawab seberapa jauh dan dalam kondisi bagaimana pola kebutuhan material tulangan yang tersebut dalam standar AHSP komponen beton bertulang layak diaplikasikan. 3. Penelitian ini akan menghasilkan pola/model prediksi kebutuhan tulangan pada tiap komponen struktural bangunan, yang akan bermanfaat bagi seorang cost 14

25 estimator dalam memprediksi kebutuhan material pada sejumlah komponen struktural konstruksi bangunan gedung. 4. Penelitian ini juga akan memberi gambaran aplikasi model untuk menganalisis kebutuhan biaya pada sejumlah komponen pekerjaan struktural. Secara umum, hasil penelitian ini akan dapat dimanfaatkan sebagai salah satu referensi pengembangan dan penyesuaian standar kebutuhan material bangunan, khususnya material tulangan pada konstruksi beton bertulang. Informasi tersebut akan dapat memperbaharui standar yang telah ada mengingat perkembangan dan inovasi yang terus terjadi dalam industri konstruksi. Penggunaan model prediksi akan menjadi salah satu alat untuk mempermudah seorang cost estimator dalam menganalisis kebutuhan material, khususnya pada konstruksi beton bertulang. Estimasi yang akurat akan memberikan banyak implikasi positif bukan hanya bagi perusahaan konstruksi sebagai penyedia jasa, namun juga bagi pemilik proyek (owner) terkait dengan hal efektitas dan efisiensi anggaran. 15

26 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Objek Penelitian Survey pada penelitian ini dilakukan proyek bangunan gedung yang dibangun di wilayah Provinsi Aceh. Tinjauan objek penelitian difokuskan pada bangunan gedung dengan klasifikasi sederhana dan tidak sederhana sebagaimana didefinisikan dalam Peraturan Menteri PU No. 45 Tahun Objek bangunan yang akan diteliti difokuskan pada kelompok bangunan non perumahan berlantai 2 atau lebih. Potensi risiko yang akan dikaji adalah risiko bencana gempa bumi dengan pola potensi diklasifikasi menurut peta zonasi gempa Indonesia (SNI 1726:2012). 4.2 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah berupa data sekunder. Data tersebut diperoleh dari pengelola teknis bangunan pada instansi terkait. Data yang dibutuhkan adalah sebagai berikut : 1. Dokumen kontrak untuk proyek gedung yang dibangun pada tahun 2012 sampai dengan 2015, yang berisikan data bill of quantity, harga satuan, harga material, dan gambar bestek (site plan, denah, dan tampak bangunan). 2. Standar harga satuan bangunan yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur. Mengingat sebaran data yang dibutuhkan dan keragaman pengelola teknis, maka pengumpulan data tidak hanya diupayakan di Kota Banda Aceh, namun juga diupayakan dengan penelurusuran ke ibukota kabupaten/kota yang menjadi target lokasi penelitian. 4.3 Pengolahan Data dan Analisis Proses pengolahan data dan analisis yang akan dilakukan untuk Tahun I : - Pengelompokan data berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan, potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan. 16

27 - Analisis kebutuhan material tulangan pada struktur beton bertulang. - Pengelompokan hasil analisis menurut jenis komponen struktur bangunan, potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan. - Evaluasi kesesuaian kebutuhan material hasil analisis dengan nilai kebutuhan yang tersebut dalam AHSP. Proses pengolahan data dan analisis yang akan dilakukan untuk Tahun II : 1. Perumusan variabel model penelitian 2. Analisis regresi linear berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan, potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan. 3. Analisis regresi non linear berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan, potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan. 4. Validasi model dan perbandingan akurasi model dengan kondisi aktual. 4.4 Fish Bone Diagram Penelitian Bentuk fish bone diagram penelitian ini ditunjukkan dalam Gambar 3.1 dan bagan alir penelitian ditunjukkan dalam Gambar 3.2. Req. material menurut komponen Pondasi Kolom Balok Req. material menurut potensi risk. P.Lantai Pondasi Pondasi Kolom Balok Req. material menurut fungsi bang. P.Lantai Pondasi Pondasi Kolom Balok P.Lantai Pondasi Potensi risiko Komponen strk. Fungsi bang. Potensi risiko Komponen strk. Fungsi bang. Model Regresi Linear Model Regresi Non Linear Gambar 3.1. Fish Bone Diagram Penelitian 17

28 MULAI Studi Pendahuluan dan Perumusan Masalah Literatur Review TAHAP/ LOKASI PRA STUDI (2016) Lokasi kegiatan: Lab. MRK Perpustakaan LUARAN - Referensi utama - Data awal zonasi objek Pengumpulan Data Tahap I Pengolahan Data dan Analisis - Pengelompokan data - Analisis kebutuhan material tulangan - Pengelompokan hasil analisis - Evaluasi kesesuaian kebutuhan material TAHAP I (2017) Lokasi objek: Bangunan gedung di Prov. Aceh Lokasi pengl. data & anls.: Lab. MRK - Laporan hasil penelitian Tahun 1 - Prosiding (nasional/int l) Perumusan Hasil, Kesimpulan dan Rekomendasi Tahap I Seleksi Data Tahap I dan Pengumpulan Data Tahap II Pengolahan Data dan Analisis 1. Perumusan variabel 2. Analisis regresi linear 3. Analisis regresi non linear 4. Validasi TAHAP II (2018) Lokasi objek: Bangunan gedung di Prov. Aceh Lokasi pengl. data & anls.: Lab. MRK - Laporan hasil penelitian Tahun 2 - Prosiding (nasional/int l) - Jurnal (nasional/int l) - Model - Draft buku ajar Perumusan Hasil, Kesimpulan dan Rekomendasi Tahap II SELESAI Gambar 3.2. Bagan Alir Penelitian 18

29 BAB 5 HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI 5.1 Hasil Hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dijabarkan sesuai dengan komponen struktural bangunan gedung yang ditinjau. Wilayah tinjauan dan tipikal bangunan yang ditinjau pada Zona 10 dan Zona 15 ditujukkan pada Lampiran 1 sampai dengan Lampiran 3. Komponen bangunan tersebut terdiri dari : 1) Pondasi; 2) Sloof; 3) Kolom; 4) Balok lantai; 5) Pelat lantai Pondasi Tapak Beton Bertulang Menurut Bowles (1993), ondasi adalah bagian dari suatu sistem rekayasa struktur yang meneruskan beban yang ditopang oleh pondasi dan beratnya-sendiri kepada dan ke dalam tanah dan batuan yang terletak di bawahnya. Pondasi tapak (spread footing) merupakan pondasi yang berdiri sendiri dalam mendukung kolom. Umumnya dibuat dengan kedalaman 1 sampai dengan 1,50 m dari permukaan tanah, atau lebih. Perencanaan struktur suatu bangunan bertingkat harus mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut dan struktur pondasi tapak menerima beban dari elemenelemen struktur yang didistribusikan dan diteruskan melalui struktural pondasi beton bertulang. Bekerjanya beban untuk elemen-elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut : beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi. Pemilihan tipe pondasi didasarkan atas: 19

30 - Fungsi bangunan atas (upper structure) yang dipikul pondasi tersebut. - Besarnya beban dan berat bangunan atas. - Keadaan tanah untuk mendukung bangunan yang akan didirikan. - Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas. A. Deskripsi Objek Pada penelitian ini objek yang ditinjau adalah bangunan gedung di Provinsi Aceh yang difokuskan pada zona gempa 10 dan 15. Pada peta zonasi gempa SNI 1726:2012 wilayah 10 dan 15 adalah zona merah yaitu zona yang rawan akan terjadinya gempa. Untuk data objek penelitian yang dipakai adalah berdasarkan lokasi peta zona gempa SNI 1726:2012. Objek yang ditinjau berjumlah 20 data yang merupakan bangunan gedung berlantai 2 dan 3 dengan fungsi bangunan pendidikan seperti ruang kuliah dan ruang sekolah, bangunan hunian seperti asrama dan rumah sakit, kemudian fungsi bangunan kantor. Objek yang akan ditinjau merupakan bangunan yang dibangun tersebut pada tahun 2012 sampai dengan B. Volume Beton dan Tulangan Pondasi Tapak Perhitungan untuk volume beton dan tulangan pondasi tapak dihitung berdasarkan gambar bestek yang ada pada kontrak proyek yaitu gambar detail penulangan balok dengan menggunakan tabel analisis tulangan kebutuhan tulangan pondasi tapak. Rekapitulasi volume beton dan tulangan untuk setiap objek berdasarkan zonasi gempa dari hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.1. dan Tabel 5.2. Tabel 5.1. Volume Beton dan Tulangan Pondasi di Zona 10 No. 1 Nama Proyek Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala, Langsa Jumlah Lantai Fungsi bangunan Volume Beton (m3) Berat Tulangan (kg) 2 Kantor Gedung Hukum Unsam (Langsa) 2 Pendidikan Lab Metrologi (Langsa) 2 Pendidikan Gedung Perawat RSU Langsa 2 Hunian

31 No. Nama Proyek Jumlah Lantai Fungsi bangunan Volume Beton (m3) Berat Tulangan (kg) 5 SDN 3 Idi Cut, Aceh Timur 2 Pendidikan SDN Gandapura, Aceh Utara 2 Pendidikan Puskesmas IDI Aceh Timur 2 Pendidikan Kantor Walikota Lhokseumawe 2 Kantor Pembangunan Gedung Administrasi Politeknik Negri Lhokseumawe STMIK BINA BANGSA LHOKSEUMAWE 2 Kantor Pendidikan Tabel 5.2. Volume Beton dan Tulangan Pondasi di Zona 15 No. Nama Proyek Jumlah Lantai Fungsi bangunan Volume Beton (m3) Berat Tulangan (kg) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 (Otsus) Banda Aceh 2 Pendidikan Gudang BPM Banda Aceh 2 Kantor Ika Unsyiah Banda Aceh 2 Kantor Ipedelma Banda Aceh 2 Hunian Dedung STTIT Muhammadiyah Aceh barat daya 2 Pendidikan Aspol Punge Jurong Banda Aceh 2 Hunian Asrama Putri Beutong, Banda Aceh 2 Hunian Asrama UPTD BPKP ACEH, Banda Aceh 2 Hunian Asrama Pelajar Nagan Raya, Banda Aceh 2 Hunian Gedung Rukyatul Hilal Aceh Barat 2 Pendidikan Asrama Putri Beutong, Banda Aceh 2 Hunian Pembangunan ruang guru SMPN Banda Aceh 2 Hunian UKM ACEH, Banda Aceh 2 Hunian Asrama BP2IP Lamdom, Banda Aceh 2 Hunian Asrama Pelajar Aceh Singkil, Banda Aceh 2 Hunian

32 C. Rasio Kebutuhan Aktual Tulangan untuk Setiap 1 m 3 Pondasi Tapak Beton Bertulang Perhitungan rasio kebutuhan tulangan pondasi tapak dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah penggunaan tulangan dan total volume beton. Perhitungan rasio tulangan pondasi tapak diklasifikasikan berdasarkan zona gempa dan juga fungsi bangunan. Hasil dari perhitungan rasio kebutuhan tulangan komponen struktural pondasi tapak beton bertulang dalam 1 m 3 dapat dilihat pada Tabel berikut yaitu pada Tabel 5.3 dan 5.4. Tabel 5.3. Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi di Zona 10 No. Nama Proyek Fungsi bangunan Volume Beton (m3) Berat Tulangan (kg) Rasio Tulangan (Kg/m3) 1 Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala Langsa Kantor Gedung Hukum Unsam (Langsa) Pendidikan Lab Metrologi (Langsa) Pendidikan RSU Langsa Hunian SDN 3 Idi Cut, Aceh timur Pendidikan SDN Gandapura, Aceh Utara Pendidikan Puskesmas IDI, Aceh Timur Pendidikan Kantor Walikota Lhokseumawe Kantor Pembangunan Gedung Administrasi Politeknik Negri Lhokseumawe Kantor STMIK Bina Bangsa Lhokseumawe Pendidikan Rata-rata Rasio Max Rasio Min Standar Deviasi (STDEV)

33 Tabel 5.4. Rasio Kebutuhan Tulangan Pondasi di Zona 15 No. Nama Proyek Fungsi bangunan Volume Beton (m3) Berat Tulangan (kg) Rasio Tulangan (Kg/m3) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 (Otsus), Banda Aceh Pendidikan Gudang BPM, Banda Aceh Kantor Ika Unsyiah, Banda Aceh Kantor Ipedelma, Banda Aceh Hunian Dedung STTIT Muhammadiyah Aceh barat daya Pendidikan Aspol Punge Jurong Banda Aceh Hunian Asrama Putri Beutong, Banda Aceh Hunian Asrama UPTD BPKP ACEH, Banda Aceh Hunian Asrama Pelajar Nagan Raya, Banda Aceh Hunian Gedung Rukyatul Hilal Aceh Barat Pendidikan Asrama Putri Nagan Raya, Banda Aceh Hunian Pembangunan ruang guru SMPN Banda Aceh Hunian UKM ACEH, Banda Aceh Hunian Asrama BP2IP Lamdom, Banda Aceh Hunian Asrama Pelajar Aceh Singkil, Banda Aceh Hunian Rata-rata Rasio Max Rasio Min Standar Deviasi (STDEV) Hasil dari nilai rata-rata keseluruhan rasio kebutuhan tulangan pondasi tapak untuk zona gempa 10 dan 15 berdasarkan Tabel 5.3 dan 5.4 terjadi perbedaan rasio kebutuhan tulangan, pada tabel tersebut zona 15 memiliki rasio dengan rata-rata sebesar 189,040 kg/m 3 sedangkan rasio pada zona 10 sebesar 183,144 kg/m 3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penggunaan tulangan pondasi tapak pada zona 15 lebih besar bila dibandingkan dengan penggunaan tulangan pondasi tapak pada zona

34 D. Perbandingan Rasio Tulangan Pondasi Tapak Berdasarkan Zona Gempa dengan AHSP Tabel 5.5. Perbandingan Rasio Tulangan Pondasi Tapak di Zona 15 dengan Standar AHSP No. Nama Proyek Rasio Standar Selisih Persentase Tulangan AHSP (Kg/m3) (%) (Kg/m3) (Kg/m3) (3-4) (5/4) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 ( Otsus), Banda Aceh Gudang BPM, Banda Aceh Ika Unsyiah, Banda Aceh Ipedelma, Banda Aceh Dedung STTIT Muhammadiyah Aceh barat daya Aspol Punge Jurong Banda Aceh Asrama Putri Beutong, Banda Aceh Asrama UPTD BPKP ACEH, Banda Aceh Asrama Pelajar Nagan Raya, Banda Aceh Gedung Rukyatul Hilal Aceh Barat Asrama Putri Beutong, Banda Aceh Pembangunan ruang guru SMPN Banda Aceh UKM ACEH, Banda Aceh Asrama BP2IP Lamdom Banda Aceh Asrama Pelajar Aceh Singkil, Banda Aceh Jumlah Rata-rata

35 Tabel 5.6. Perbandingan Rasio Tulangan Pondasi di Zona 10 dengan Standar AHSP No. Nama Proyek Rasio Tulangan Standar AHSP Selisih (Kg/m3) Persentase (%) (Kg/m3) (Kg/m3) (3-4) (5/4) 1 2 Perencanaan Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala Langsa Gedung Hukum Unsam (Langsa) Lab Metrologi (Langsa) Geduung Perawat RSU Langsa SDN 3 Idi Cut, Aceh Timur SDN Gandapura, Banda Aceh Puskesmas IDI Aceh Timur Kantor Walikota Lhokseumawe Pembangunan Gedung Administrasi Politeknik Negri Lhokseumawe STMIK BINA BANGSA LHOKSEUMAWE Jumlah Rata-rata Berdasarkan pada Tabel 5.5 dan 5.6, dapat dilihat hasil perbandingan rasio kebutuhan hasil perhitungan dengan apa yang telah distandarkan pada AHSP tersebut terjadi perbedaan yang mana hasil dari perhitungan pada zonasi gempa 15 dengan jumlah jenis dan fungsi bangunan yaitu 3 bangunan pendidikan, 8 bangunan hunian dan 3 bangunan kantor dengan jumlah 15 bangunan memiliki rasio rata-rata 189,040 kg/m 3 nilai lebih besar dari pada yang telah distandarkan oleh AHSP yaitu sebesar 150 kg/m 3 dan memiliki selisih sebesar kg/m 3 atau 26 % lebih besar terhadap standar AHSP. Sedangkan hasil perhitungan pada zona gempa 10 dengan jenis dan 25

36 fungsi yang berbeda yaitu 5 bangunan pendidikan, 3 bangunan kantor dan 2 bangunan hunian dengan jumlah 10 bangunan yang memiliki rasio rata-rata 183,144 kg/m 3 lebih besar dari AHSP yaitu 150 kg/m 3 dan memiliki selisih sebesar 33,144 kg/m 3 atau 22 % lebih besar terhadap apa yang telah distandarkan AHSP pondasi beton bertulang. Nilai rasio tulangan pondasi tertinggi pada zonasi 15 adalah pada bangunan gedung asrama BP2IP dengan fungsi bangunan adalah bangunan hunian dengan jumlah nilai rasio adalah 289,348 kg/m 3 dan nilai rasio tulangan tertinggi pada zonasi 10 ada pada bangunan Kantor Wali Kota Lhokseumawe dengan jenis bangunan sebagai bangunan perkantoran dengan jumlah nilai rasio adalah sebesar kg/m 3. Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan dengan Standar AHSP 250 Rasio Tulangan (kg/m 3 ) ZONA 15 ZONA 10 Pendidikan Penghunian Kantor Standar AHSP Gambar 5.1. Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP Sloof Beton Bertulang A. Volume Beton dan Tulangan Sloof Perhitungan volume beton dan tulangan sloof dilakukan berdasarkan gambar bestek yaitu gambar detail penulangan sloof dengan menggunakan tabel analisis kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume beton dan tulangan untuk setiap zona gempa ditunjukkan pada Tabel 5.7 dan Tabel

37 Tabel 5.7. Volume Beton dan Tulangan Sloof Tinjauan Zona 10 No Nama Proyek Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 Pendidikan 15, ,635 2 Pembangunan RKB SMPN 8 Pendidikan 14, ,705 3 Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro Penghunian 3, ,357 4 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Penghunian 12, ,807 5 Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional Kantor 18, ,450 6 Pembangunan SMP Negeri 9 Pendidikan 8, ,758 7 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiayah Pendidikan 12, ,490 8 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong Pendidikan 4, ,559 9 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office Kantor 10, , Pembangunan Asrama Iwata Peurada Penghunian 12, , Pembangunan Gedung Mess UPTD Lab. Verteriner Kantor 12, , Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh Kantor 55, , Pembangunan Asrama Polisi Punge jurong Penghunian 29, , Pembangunan asrama santri pondok pesantren Drul ihsan Desa Pawoh Penghunian 5, , Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh Penghunian 21, ,752 Tabel 5.8. Volume Beton dan Tulangan Sloof Objek Tinjauan Zona 15 No Nama Proyek Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) 1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai Kantor 22, ,501 2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD metrologi Kantor 18, ,473 3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Pendidikan 42, ,319 4 Pembanguanan Ruang Kelas Baru (RKB) Pendidikan 46, ,104 5 Rumah Sakit Umun Penghunian 24, ,715 6 Bilik Santri Dayah Pesantren Penghunian 5, ,339 B. Rasio Kebutuhan Aktual Tulangan per m 3 Sloof Beton Bertulang Perhitungan rasio tulangan sloof diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan zona gempa dan fungsi bangunan. Hasil perhitungan rasio kebutuhan tulangan sloof dapat dilihat pada Tabel 5.9 dan

38 Tabel 5.9. Rasio Kebutuhan Tulangan Sloof Zona 10 No Nama Proyek Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai Kantor 22, , ,259 2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD metrologi Kantor 18, , ,027 3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Pendidikan 42, , ,797 4 Pembanguanan Ruang Kelas Baru (RKB) Pendidikan 46, , ,369 5 Rumah Sakit Umun Penghunian 24, , ,306 6 Bilik Santri Dayah Pesantren Penghunian 5, , ,224 Rasio Rata-rata 209,830 Rasio Max 217,259 Rasio Min 198,027 Standar Deviasi (STDEV) 6,834 Tabel Rasio Kebutuhan Tulangan Sloof Zona 15 No Nama Proyek Volume Volume Rasio Fungsi Beton Tulangan Tulangan Bangunan (m 3 ) (kg) (kg/m 3 ) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 Pendidikan 15, , ,376 2 Pembangunan RKB SMPN 8 Pendidikan 10, , ,829 3 Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro Penghunian 3, , ,161 4 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Penghunian 12, , ,373 5 Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional Kantor 18, , ,900 6 Pembangunan SMP Negeri 9 Pendidikan 14, , ,164 7 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiayah Pendidikan 7, , ,346 8 Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Pendidikan 11, , ,369 Suak Nibong 9 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office Kantor 7, , , Pembangunan Asrama Iwata Peurada Penghunian 9, , , Pembangunan Gedung Mess UPTD Lab. Verteriner Kantor 20, , , Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh Kantor 13, , , Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong Penghunian 52, , , Pembangunan asrama santri pondok pesantren Darul Ihsan Desa Pawoh Penghunian 29, , , Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh Penghunian 7, , ,242 Rasio Rata-rata 215,172 28

39 No Nama Proyek Volume Volume Rasio Fungsi Beton Tulangan Tulangan Bangunan (m 3 ) (kg) (kg/m 3 ) Rasio Max 233,829 Rasio Min 203,761 Standar Deviasi (STDEV) 10,512 Tabel di atas memberi informasi nilai rata-rata keseluruhan rasio kebutuhan tulangan untuk zona gempa 10 dan 15. Terdapat perbedaan rasio kebutuhan tulangan, dimana pada zona 15 memiliki rasio rata-rata sebesar 215,172 kg/m 3 sedangkan pada zona 10 memiliki rasio rata-rata sebesar 209,830 kg/m 3. Hasil ini meneunjukkan bahwa penggunaan tulangan sloof pada zona 15 lebih besar dibandingkan penggunaan tulangan sloof pada zona Perbandingan Rasio Tulangan Berdasarkan Zona Gempa dengan AHSP AHSP Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 pada pekerjaan sloof beton bertulang menetapkan standar penggunaan tulangan sebesar 210 kg/m 3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis akan membandingkan rasio hasil analisis kebutuhan tulangan sloof beton bertulang dengan standar AHSP sloof beton bertulang. Perbandingan diklasifikasikan juga berdasarkan zona gempa 10 dan 15. Hasil Perbandingan dapat dilihat pada Tabel 5.11 dan Tabel Tabel 5.11 Perbandingan Rasio Tulangan Sloof Zona 15 dengan Standar AHSP No Nama Proyek Rasio Standar Selisih Tulangan AHSP Persentase (Kg/m 3 ) (Kg/m 3 ) (Kg/m 3 ) (%) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN , ,624-1,2 2 Pembangunan RKB SMPN 8 233, ,829 11,3 3 Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro 230, ,161 9,6 4 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil 208, ,627-0,7 5 Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional 212, ,900 1,4 6 Pembangunan SMP Negeri 9 218, ,164 3,9 7 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiyah 233, ,346 11,1 Pembangunan Ruang Tempat 8 Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong 214, ,369 2,1 29

40 No Nama Proyek Rasio Standar Selisih Tulangan AHSP Persentase (Kg/m 3 ) (Kg/m 3 ) (Kg/m 3 ) (%) Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office 203, ,239-2,9 Pembangunan Asrama Iwata Peurada 204, ,610-2,6 Pembangunan Gedung Mess UPTD Lab. Verteriner 206, ,035-1,4 Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh 220, ,273 4,8 Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong 220, ,688 5,1 Pembangunan asrama santri pondok pesantren 205, ,261-2,0 Darul Ihsan Desa Pawoh Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh 207, ,758-1,3 Jumlah Rata-rata 215, ,172 2,5 % Berdasarkan Tabel 5.11, dapat kita lihat bahwa hasil analisis data zona gempa 15 menunjukkan rasio rata-rata 215,172 kg/m 3 lebih besar dari AHSP yaitu 210 kg/m 3 dan memiliki selisih sebesar 5,172 kg/m 3 atau 2,5% lebih besar terhadap standar AHSP sloof beton bertulang. Berdasarkan rasio rata-rata tersebut maka dapat dilihat juga bahwa, standar AHSP sloof beton bertulang ini tidak tepat untuk diaplikasikan dalam estimasi kebutuhan tulangan sloof beton bertulang pada zona gempa 15. Tabel 5.12 Perbandingan Rasio Tulangan Sloof zona 10 dengan Standar AHSP No Nama Proyek Rasio Standar Selisih Persentase Tulangan AHSP (%) (Kg/m3) (Kg/m3) (Kg/m3) 1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai 217, ,259 3,5 2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD metrologi 198, ,973-5,7 3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum 209, ,203-0,1 4 Pembanguanan Gedung (RKB) 215, ,369 2,5 5 Rumah Sakit Umun 207, ,694-1,3 6 Bilik Santri Dayah Pesantren 211, ,224 0,6 Jumlah Rata-rata 209, ,170-0,08% Berdasarkan Tabel 5.12, dapat kita lihat bahwa hasil analisis data zona gempa 15 menunjukkan rasio rata-rata 209,830 kg/m 3 lebih kecil dari AHSP yaitu

41 kg/m 3 dan memiliki selisih sebesar -0,170 kg/m 3 atau -0,08% lebih kecil terhadap standar AHSP sloof beton bertulang. Berdasarkan rasio rata-rata tersebut maka dapat dilihat juga bahwa pada zona gempa 10 standar AHSP sloof beton bertulang ini dapat diaplikasikan dalam estimasi kebutuhan tulangan sloof beton bertulang. Rasio kebutuhan tulangan sloof zona gempa 10 dan 15 berdasarkan fungsi bangunan dapat dilihat pada Gambar 5.2 Rasio Tulangan (kg/m 3 ) Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan dengan 250 Standar AHSP ZONA 15 ZONA 10 Pendidikan Penghunian Kantor Standar AHSP Gambar 5.2. Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP Berdasarkan Gambar 5.2, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan kebutuhan tulangan berdasarkan fungsi bangunan dan zona gempa. Seperti pada zona 15 untuk bangunan pendidikan, bangunan penghunian, dan kantor memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan sloof dengan nilai masing-masing 221,417 kg/m 3, 212,766 kg/m 3, dan 210,975 kg/m 3. Sedangkan pada zona gempa 10 dengan fungsi bangunan yang sama memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan sloof dengan nilai masing-masing 212,583 kg/m 3, 209,265 kg/m 3, dan 207,643 kg/m Kolom Beton Bertulang A. Volume dan rasio tulangan Zona 10 Perhitungan volume beton dan tulangan kolom dilakukan berdasarkan gambar bestek yaitu gambar detail penulangan kolom dengan menggunakan tabel analisis kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume dan rasio tulangan untuk Zona 10 dapat dilihat pada Tabel 5.13 dan

42 Tabel Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 10 Lantai 1 No Nama Proyek Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 1 Pembangunan Gedung Media Center Pembangunan Gedung Multimedia, Pembangunan Gedung Dekranasda Kabupaten Aceh Timur Pembangunan Gedung Asrama Putra Pembangunan RKB SDN 5 Samudera (Lantai I,II) Samudera Pembangunan dan Rehabilitasi Polres Langsa Pembangunan RKB SMKN 2 Langsa Pembangunan Gedung BP SMKN 2 Langsa Pembangunan RKB SMKN 2 Langsa Pembangunan Ruko Terminal Terpadu Kec. Peureulak Pembangunan Hotel Training Kartini SMKN3 Langsa Pembangunan Gedung Ruang Kelas Baru Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala Langsa Tabel Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 10 Lantai 2 No Nama Proyek Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 1 Pembangunan Gedung Media Center Pembangunan Gedung Multimedia, Pembangunan Gedung Dekranasda Kabupaten Aceh Timur Pembangunan Gedung Asrama Putra Pembangunan RKB SDN 5 Samudera (Lantai I,II) Samudera Pembangunan dan Rehabilitasi Polres Langsa Pembangunan RKB SMKN 2 Langsa Pembangunan Gedung BP SMKN 2 Langsa Pembangunan RKB SMKN 2 Langsa Pembangunan Ruko Terminal Terpadu Kec. Peureulak Pembangunan Hotel Training Kartini SMKN3 Langsa Pembangunan Gedung Ruang Kelas Baru Pembangunan Gedung Kantor dan Gudang KPPBC Kuala Langsa

43 B. Volume dan rasio tulangan Zona 15 Perhitungan volume beton dan tulangan kolom dilakukan berdasarkan gambar bestek yaitu gambar detail penulangan kolom dengan menggunakan tabel analisis kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume dan rasio tulangan untuk Zona 10 dapat dilihat pada Tabel 5.15 dan Tabel Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 15 Lantai 1 No Nama Proyek Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN42 (Otsus) Pembangunan RKB SMPN Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Siak Nibong Pembangunan Lanjutan Pesantren Darul Ihsan Desa Pawoh Pembangunan Dinayah dan Gedung Taman Kanak-kanak Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK) Pembangunan Dapur dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin Pembangunan Asrama UPTD BPKB Aceh Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional Pembanguna Gedung Kantor WH dan Satpol PP Pembangunan Gedung Lost Children Operation Office Tabel Volume dan Rasio Tulangan Kolom pada Zona 15 Lantai 2 No Nama Proyek Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN42 (Otsus) Pembangunan RKB SMPN Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Siak Nibong Pembangunan Lanjutan Pesantren Darul Ihsan Desa Pawoh Pembangunan Dinayah dan Gedung Taman Kanak-kanak Pembangunan Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro

44 No 7 8 Nama Proyek Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK) Pembangunan Dapur dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin Pembangunan Asrama UPTD BPKB Aceh Pembangunan Kantor Badan Narkotika Nasional Pembanguna Gedung Kantor WH dan Satpol PP Pembangunan Gedung Lost Children Operation 12 Office Rasio kebutuhan tulangan kolom di zona gempa 10 dan zona gempa 15 diklasifikasikan berdasarkan fungsi bangunan perlantai bangunan yang ditinjau seperti terlihat pada Lampiran B Tabel B.4.5 s/d Tabel B Perbandingan rasio berdasarkan fungsi bangunan dengan standar AHSP dapat dilihat pada Gambar dan Gambar 5.3. Gambar 5.3 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan standar AHSP (300 kg/m 3 beton) 34

45 Gambar 5.4 Rasio perbandingan berdasarkan fungsi bangunan dengan standa AHSP (300 kg/m 3 beton) Berdasarkan Gambar 5.3 dan Gambar 5.4 dapat dilihat adanya perbedaan kebutuhan tulangan berdasarkan fungsi bangunan dan zona gempa. Seperti pada zona 10 untuk bangunan pendidikan, bangunan hunian, dan bangunan kantor memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan kolom dengan nilai masing-masing 254,25 kg/m3 beton, 255,39 kg/m3 beton, dan 202,78 kg/m3 beton. Sedangkan pada zona 15 untuk bangunan yang sama memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan kolom dengan nilai masing-masing 163,85 kg/m3 beton, 236,93 kg/m beton, dan 192,83 kg/m3 beton. Tabel 5.17 Selisih Hasil Analisis dengan Standar AHSP Kolom Beton Bertulang yaitu (158 kg/m 3 beton) 35

46 Berdasarkan Tabel 5.15 dapat dilihat bahwa, pada zona gempa 10 untuk bangunan pendidikan memiliki selisih dengan standar AHSP kolom beton bertulang sebesar 96,25 kg/m3 beton atau 60,93% lebih besar, bangunan hunianmemiliki selisih 97,39 kg/m3 beton atau 61,63% jauh lebih besar, dan bangunankantor memiliki selisih 55,04 kg/m3 beton atau 34,85% lebih besar. Pada zonagempa 15 untuk bangunan pendidikan memiliki selisih dengan standar AHSP kolom beton bertulang sebesar 5,86 kg/m3 atau 3,75% lebih besar, bangunan hunian memiliki selisih 78,93 kg/m3 beton atau 49,95% jauh lebih besar, dan bangunan kantor memiliki selisih 34,83 kg/m3 beton atau 22,05% lebih besar. Hasil ini menunjukkan bahwa kebutuhan tulangan di zona 10 dan di zona 15 jauh lebih besar dari standar AHSP. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola standar AHSP (158 kg/m3 beton) tidak bisa digunakan pada bangunan pendidikan,bangunan hunian, dan bangunan kantor di zona 10 maupun di zona 15. Tabel 5.18 Selisih Hasil Analisis dengan Standar AHSP Kolom Beton Bertulang yaitu (315 kg/m 3 beton) Berdasarkan Tabel 5.16 dapat dilihat bahwa, pada zona gempa 10 untuk bangunan pendidikan memiliki selisih dengan standar AHSP kolom beton bertulang sebesar 60,75 kg/m3 beton atau 19,27% lebih kecil, bangunan hunian memiliki selisih 59,61 kg/m3 beton atau 18,9% lebih kecil, dan bangunan kantor memiliki selisih 101,97 kg/m3 beton atau 32,35% jauh lebih kecil. Pada zona gempa 15 untuk bangunan pendidikan memiliki selisih dengan standar AHSP kolom beton bertulang sebesar 151,15 kg/m3 beton atau 48,0% jauh lebih kecil, bangunan hunian memiliki selisih 78,07 kg/m3 beton atau 24,75% lebih kecil, dan bangunan kantor memiliki 36

47 selisih 122,17 kg/m3 beton atau 38,8% lebih kecil. Hasil ini menunjukkan bahwa kebutuhan tulangan di zona 10 dan di zona 15 jauh lebih kecil dari standar AHSP. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola standar AHSP (315 kg/m3) Persentase (%) beton) dapat digunakan pada bangunan pendidikan, bangunan hunian, dan bangunan kantor di zona 10 maupun di zona Balok Lantai Beton Bertulang Balok juga merupakan salah satu pekerjaan beton bertulang. Balok merupakan bagian struktur yang digunakan sebagai dudukan lantai dan pengikat kolom lantai atas. Fungsinya adalah sebagai pendukung beban vertikal dan horizontal. Beban vertikal berupa beban mati dan beban hidup yang diterima plat lantai, berat sendiri balok dan berat dinding penyekat yang di atasnya. Sedangkan beban horizontal berupa beban angin dan gempa. Apabila suatu gelagar balok bentangan sederhana menahan beban yang mengakibatkan timbulnya momen lentur akan terjadi deformasi (regangan) pada balok tersebut. Regangan balok tersebut mengakibatkan timbulnya tegangan yang harus ditahan oleh balok, tegangan tekan di sebelah atas dan tegangan tarik dibagian bawah. Agar stabilitas terjamin, batang balok sebagai bagian dari sistem yang menahan lentur harus kuat untuk menahan tegangan tekan dan tarik tersebut karena tegangan baja dipasang di daerah tegangan tarik bekerja, di dekat serat terbawah, maka secara teoritis balok disebut sebagai bertulangan baja tarik saja (Dipohusodo,1996). Balok yang ditinjau pada penelitian ini yaitu balok induk dan balok anak. balok induk merupakan penyangga struktur utama pada bangunan yang secara fisik mengikat kolom-kolom utama bangunan secara kaku (rigid). Seluruh gaya-gaya yang bekerja pada balok ini akhirnya didistribusikan ke pondasi melalui kolom bangunan. Secara umum, balok anak berfungsi sebagai pembagi/pendistribusi beban. Pada bangunan bertingkat biasanya terlihat bahwa ujung-ujung balok anak terhubung pada balok induk. Meskipun berukuran lebih kecil daripada balok induk, penggunaan komponen ini sangat vital, khususnya untuk mendukung bentang kerja optimal dari plat lantai. Balok ini sebenarnya merupakan struktur pengikat/pengaku keseluruhan struktur bangunan. Meskipun demikian, desain dimensi dan penulangan balok perlu 37

48 diperhitungkan apabila memiliki fungsi tambahan, misalnya apabila menjadi penyangga kuda-kuda atap atau menjadi struktur kuda-kuda beton. Beton adalah material yang kuat di dalam menahan gaya tekan tetapi lemah di dalam menahan gaya tarik. Oleh karena itu beton akan mengalami retak bahkan runtuh apabila gaya tarik yang bekerja melebihi kekuatan tariknya. Untuk mengatasi kelemahan beton ini, maka pada daerah yang mengalami tarik pada saat beban bekerja dipasang tulangan baja. Untuk menjadi penyaluran gaya yang baik di dalam balok, maka di daerah momen lapangan dan momen tumpuan maksimum dianjurkan supaya antara batang tulangan utama tidak melebihi 150 mm. Bila momen di suatu tempat menurun, jarak batas ini dapat digandakan menjadi 300 mm. Oleh karena itu, dalam sebuah penampang balok persegi setidaknya harus terdapat empat batang tulangan dipasang pada tiap sudut penampang, batang-batang disudut ini dan yang membentang sepanjang balok dilingkari oleh sengkang-sengkang. Agar mendapatkan kekakuan secukupnya bagi sengkang tulangan dianjurkan agar menggunakan batangbatang yang diameternya tidak kurang dari 6 mm. A. Volume Beton dan Tulangan Balok Perhitungan volume beton dan tulangan balok dilakukan berdasarkan gambar bestek yaitu gambar detail penulangan balok dengan menggunakan tabel analisis kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume beton dan tulangan untuk setiap objek berdasarkan zona gempa hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel dan Tabel Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona 10 No 1 2 Nama Proyek Jumlah Lantai Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai 2 Kantor 21, ,084 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD Metrologi 2 Kantor 7,5 1594,994 3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum 2 Pendidikan 47, ,591 4 Rumah Sakit Umum 2 Penghunian 55, ,030 5 Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) 2 Pendidikan 14, ,377 6 Pembangunan Puskesmas Lapang 2 Penghunian 18, ,980 38

49 Tabel Volume Beton dan Tulangan Balok di Zona 15 No 1 2 Nama Proyek Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 ( Otsus) Pembangunan Lab Unsyiah Jumlah Lantai Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) 2 Pendidikan 20, ,479 3 Pendidikan 144, ,160 3 Pembangunan Asrama IPMB 2 Hunian 15, ,509 4 Pembangunan RKB SMPN 3 Banda Aceh 2 Pendidikan 14, ,024 5 Pembangunan Asrama Mahasiswa Persatuan Pemuda Pelajar Mahasiswa dan Masyarakat Kec Tiro/Trusep Kab 2 Hunian 14, ,860 Pidie 6 Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK) 2 Hunian 13, ,228 7 Pembangunan Gedung Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Banda 2 Kantor ,020 Aceh (BNNP Aceh) 8 Pembangunan Dapur Dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin Keude Bakongan kec Bakongan Kab 2 Hunian 9, ,820 Aceh Selatan 9 Pembangunan Gedung STIT Muhammadiyah Kabupaten Aceh 2 Pendidikan 16, ,641 Barat Daya 10 Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong 2 Hunian 29, , Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh 2 Kantor 65, , Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh 2 Hunian 21, , Pembangunan Asrama Iwata Peurada 3 Hunian 20, , Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office 2 Kantor 10, , Pembangunan Gudang BPM Aceh 2 Kantor 19, ,200 Tabel di atas merupakan rekapitulasi hasil perhitungan volume beton balok dan volume tulangan balok untuk setiap objek tinjauan. Volume beton dan volume tulangan akan digunakan untuk menghitung rasio kebutuhan tulangan balok. B. Rasio Kebutuhan Tulangan untuk Setiap 1 m 3 Balok Beton Bertulang Perhitungan rasio tulangan balok diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan zona gempa dan fungsi bangunan. Hasil perhitungan rasio kebutuhan tulangan balok dapat dilihat pada Tabel 5.21 dan

50 Tabel Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona 10 No Nama Proyek Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai Kantor 21, , ,268 2 Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD Metrologi Kantor 7,5 1594, ,666 3 Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Pendidikan 47, , ,281 4 Rumah Sakit Umum Penghunian 55, , ,653 5 Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) Pendidikan 14, , ,973 6 Pembangunan Puskesmas Lapang Penghunian 18, , ,615 Rasio Rata-rata 194,409 Rasio Max 212,666 Rasio Min 184,281 Standar Deviasi (STDEV) 10,522 Tabel Rasio Kebutuhan Tulangan Balok di Zona 15 No Nama Proyek Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 1 Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 ( Otsus) Pendidikan 20, , ,371 2 Pembangunan Lab Unsyiah Pendidikan 144, , ,868 3 Pembangunan Asrama IPMB Hunian 15, , ,919 4 Pembangunan RKB SMPN 3 Banda Aceh Pendidikan 14, , ,107 5 Pembangunan Asrama Mahasiswa Persatuan Pemuda Pelajar Mahasiswa dan Masyarakat Kec Tiro/Trusep Kab Pidie Hunian 14, , , Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK) Pembangunan Gedung Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Banda Aceh (BNNP Aceh) Pembangunan Dapur Dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin Keude Bakongan kec Bakongan Kab Aceh Selatan Pembangunan Gedung STIT Muhammadiyah Kabupaten Aceh Barat Daya Hunian 13, , ,063 Kantor , ,001 Hunian 9, , ,522 Pendidikan 16, , , Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong Hunian 29, , , Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh Kantor 65, , , Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh Hunian 21, , , Pembangunan Asrama Iwata Hunian 20, , ,494 40

51 No Peurada Nama Proyek Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 14 Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office Kantor 10, , , Pembangunan Gudang BPM Aceh Kantor 19, , ,918 Rasio Rata-rata 206,920 Rasio Max 227,711 Rasio Min 181,371 Standar Deviasi (STDEV) 15,666 Berdasarkan di atas, terlihat ada perbedaan rasio kebutuhan tulangan, dimana pada zona 15 memiliki rasio rata-rata sebesar 206,920 kg/m 3 sedangkan pada zona 10 memiliki rasio rata-rata sebesar 194,409 kg/m 3. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan tulangan balok pada zona 15 lebih besar dibandingkan penggunaan tulangan balok pada zona 10. C. Perbandingan Rasio Tulangan Berdasarkan Zona Gempa dengan AHSP AHSP Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 11/PRT/M/2013 pada pekerjaan Balok beton bertulang menetapkan standar penggunaan tulangan sebesar 210 kg/m 3. Oleh karena itu, berdasarkan hasil perhitungan akan membandingkan rasio perhitungan kebutuhan aktual dengan standar AHSP. Perbandingan diklasifikasikan juga berdasarkan zona gempa 10 dan 15, perbandingan dapat dilihat pada Tabel dan Tabel Tabel Perbandingan Rasio Tulangan Balok di Zona 15 dengan Standar AHSP No 1 Nama Proyek Pembangunan RKB Bertingkat SDN 42 ( Otsus) Rasio Tulangan (Kg/m 3 ) Standar AHSP (Kg/m 3 ) Selisih (Kg/m 3 ) Persentase (%) 181, , Pembangunan Lab Unsyiah 182, , Pembangunan Asrama IPMB 226, , Pembangunan RKB SMPN 3 Banda Aceh Pembangunan Asrama Mahasiswa Persatuan Pemuda Pelajar Mahasiswa dan Masyarakat Kec Tiro/Trusep Kab Pidie 200, , , ,

52 No Nama Proyek Pembangunan Asrama Pelajar Aceh Singkil Blower Banda Aceh (MK) Pembangunan Gedung Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Banda Aceh (BNNP Aceh) Pembangunan Dapur Dan MCK Santri Putra Dayah Ashabul Yamin Keude Bakongan kec Bakongan Kab Aceh Selatan Pembangunan Gedung STIT Muhammadiyah Kabupaten Aceh Barat Daya Pembangunan Asrama Polisi Punge Jurong Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh Pembangunan Asrama UPTD BPKP Aceh Pembangunan Asrama Iwata Peurada Pembangunan Gedung Kantor Lost Children Office Rasio Tulangan (Kg/m 3 ) Standar AHSP (Kg/m 3 ) Selisih (Kg/m 3 ) Persentase (%) 225, , , , , , , , , , , , , , , , , , Pembangunan Gudang BPM Aceh 212, ,918 1 Jumlah Rata-rata 206, ,080-1 Tabel Perbandingan Rasio Tulangan Balok di zona 10 dengan Standar AHSP No Nama Proyek Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium UPTD Metrologi Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Rasio Tulangan (kg/m 3 Standar AHSP (Kg/m 3 ) Selisih (Kg/m 3 ) Persentase (%) 199, , , , , , Rumah Sakit Umum 186, , Pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) 194, , Pembangunan Puskesmas Lapang 188, , Jumlah Rata-rata 194, ,591-7 Berdasarkan Tabel 5.21 dan Tabel 5.22, dapat dilihat hasil perbandingan rasio kebutuhan hasil perhitungan dengan standar AHSP terjadi perbedaan, dimana hasil 42

53 perhitungan memiliki nilai lebih besar dari pada standar AHSP. Untuk zona 15 hasil perhitungan memiliki rasio rata-rata 206,920 kg/m 3 lebih kecil dari AHSP yaitu 210 kg/m 3 dan memiliki selisih sebesar 3,080 kg/m 3 atau 1% lebih kecil terhadap standar AHSP. Sedangkan pada zona 10 hasil perhitungan memiliki rasio rata-rata 194,409 kg/m 3 lebih kecil dari AHSP yaitu 210 kg/m 3 dan memiliki selisih sebesar 15,591 kg/m 3 atau 7% lebih kecil terhadap standar AHSP balok beton bertulang. Secara keseluruhan kebutuhan tulangan pada zona gempa 15 dan zona gempa 10 dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada Gambar 5.5. Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan dengan Standar AHSP 250 Rasio Tulangan (kg/m 3 ) ZONA 15 ZONA 10 Pendidikan Penghunian Kantor Standar AHSP Gambar 5.5 Rasio perbandingan bberdasarkan fungsi bangunan dengan AHSP Berdasarkan Gambar 5.5, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan kebutuhan tulangan berdasarkan fungsi bangunan dan zona gempa. Seperti pada zona 15 untuk bangunan pendidikan, bangunan penghunian, dan kantor memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan balok dengan nilai masing-masing 192,135 kg/m 3, 210,468 kg/m 3, dan 215,496 kg/m 3. Sedangkan pada zona gempa 10 dengan fungsi bangunan yang sama memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan balok dengan nilai masingmasing 189,627 kg/m 3, 187,634 kg/m 3, dan 205,967 kg/m 3, hal ini menunjukkan bahwa rasio kebutuhan tulangan balok pada fungsi bangunan kantor memiliki rasio terbesar berdasarkan hasil kajian, kemudian pada posisi kedua terdapat fungsi bangunan penghunian dan yang ketiga terdapat fungsi bangunan pendidikan. 43

54 5.1.5 Pelat Lantai Beton Bertulang A. Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Perhitungan volume beton dan tulangan plat lantai dilakukan berdasarkan gambar bestek yaitu gambar detail penulangan plat lantai dengan menggunakan tabel analisis kebutuhan tulangan. Rekapitulasi volume beton dan tulangan untuk setiap objek berdasarkan zona gempa hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 5.25 dan Tabel Tabel Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Objek Tinjauan Zona 10 No 1 2 Nama Proyek Pembangunan Gedung Kantor Bea Cukai Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Jumlah Lantai Fungsi Bangunan 2 Kantor Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Pendidikan Pembangunan Puskesmas Lapang 2 Penghunian Tabel Volume Beton dan Tulangan Plat Lantai Objek Tinjauan Zona 15 No Nama Proyek Jumlah Lantai Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) 1 Pembangunan RKB SMPN 8 2 Pendidikan Pembangunan Asrama Aceh Singkil 2 Hunian Pembangunan Gedung UGD 2 Kantor Pembangunan Aspol 2 Hunian Pembangunan Gudang BPM 2 Kantor Pembangunan IPEDALMA 2 Hunian Pembangunan Gedung STIT Muhammadiayah Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong 2 Pendidikan Pendidikan Asrama Pelajar Aceh Singkil 2 Hunian Pembangunan Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh 2 Pendidikan

55 B. Rasio Kebutuhan Tulangan per 1 m 3 Plat Lantai Beton Bertulang Perhitungan rasio tulangan plat lantai diklasifikasikan berdasarkan berdasarkan zona gempa dan fungsi bangunan. Hasil perhitungan rasio kebutuhan tulangan plat lantai dapat dilihat pada Tabel 5.27 dan Tabel Rasio Kebutuhan Tulangan Plat Lantai Zona 10 No Nama Proyek Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 1 Pembangunan Gedung Kantor Bea Kantor Cukai Pembangunan Gedung Fakultas Hukum Pendidikan Pembangunan Puskesmas Lapang Penghunian Rasio Rata-rata Rasio Max Rasio Min Standar Deviasi (STDEV) Tabel Rasio Kebutuhan Tulangan Plat Lantai Zona 15 No Nama Proyek Fungsi Bangunan Volume Beton (m 3 ) Volume Tulangan (kg) Rasio Tulangan (kg/m 3 ) 1 Pembangunan RKB SMPN 8 Pendidikan Pembangunan Asrama Aceh Singkil Hunian Pembangunan Gedung UGD Kantor Pembangunan Aspol Hunian Pembangunan Gudang BPM Kantor Pembangunan IPEDALMA Hunian Pembangunan Gedung STIT Pendidikan Muhammadiayah Pembangunan Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Nida Ul Pendidikan Islam Ds. Suak Nibong 9 Asrama Pelajar Aceh Singkil Hunian Pembangunan Gedung Pusat Pendidikan Pelatihan UKM Aceh Rasio Rata-rata Rasio Max Rasio Min Standar Deviasi (STDEV)

56 Tabel 5.25 dan 5.26 menginformasikan nilai rata-rata keseluruhan rasio kebutuhan tulangan beton plat lantai untuk zona gempa 15 dan 10. Hal diatas, terjadinya perbedaan rasio kebutuhan tulangan, dimana pada zona 15 memiliki rasio rata-rata sebesar 186,06 kg/m 3 sedangkan pada zona 10 memiliki rasio rata-rata sebesar 184,031 kg/m 3. Hasil ini menunjukkan bahwa penggunaan tulangan plat lantai pada zona 15 lebih besar dibandingkan penggunaan tulangan plat lantai pada zona 10. Rasio kebutuhan tulangan plat lantai zona gempa 10 dan zona gempa 15 diklasifikasikan berdasarkan fungsi bangunan serta dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada Gambar 5.6. Gambar 5.6. Rasio Berdasarkan Fungsi Bangunan Berdasarkan Gambar 5.6. hasil perhitungan penulis dapat dilihat bahwa adanya perbedaan kebutuhan tulangan berdasarkan lokasi dan zona gempa, seperti pada bangunan pendidikan dan bangunan penghunian. Bangunan pendidikan memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan plat lantai dengan nilai masing-masing 233,840 kg per m3 beton plat lantai untuk zona gempa 15. Sedangkan pada zona gempa 10 dengan fungsi bangunan yang sama memiliki nilai rasio kebutuhan tulangan plat lantai dengan nilai masing-masing 181,281 kg per m3 beton plat lantai, hal ini menunjukkan bahwa rasio kebutuhan tulangan plat lantai pada bangunan pendidikan 15 lebih besar dibandingkan rasio kebutuhan tulangan plat lantai pada zona gempa

57 5.1.6 Rekomendasi Aplikasi AHSP Aplikasi AHSP dapat bervariasi sesuai dengan zonasi dan fungsi bangunan. Kecenderungan tersebut dapat terlihat dari informasi yang tersaji dalam Tabel 5.29 dan Tabel Tabel 5.29 Aplikasi AHSP Menurut Komponen dan Zonasi No. Rata-rata Penggunaan Rekomendasi Aplikasi Komponen Tulangan Per m 3 Standar beton AHSP Struktural AHSP Zona 10 Zona 15 Zona 10 Zona 15 1 Pondasi 183, , Tidak Tidak 2 Sloof 209, , Tidak Tidak 3 Kolom 197, , Ya Ya 4 Balok 194, , Ya Tidak 5 Plat Lantai 189, , Ya Tidak Tabel 5.30 Aplikasi AHSP Menurut Fungsi Bangunan dan Zonasi No. Komponen Struktural 1 Pondasi 2 Sloof 3 Kolom 4 Balok 5 Plat Lantai Fungsi Rata-rata Penggunaan Bangunan Tulangan Per m 3 Rekomendasi Standar Aplikasi AHSP beton AHSP Zona 10 Zona 15 Zona 10 Zona 15 Pendidikan 163, ,068 Tidak Tidak Hunian 184, , Tidak Tidak Kantor 165, ,846 Tidak Tidak Pendidikan 212, ,417 Tidak Tidak Hunian 209, , Tidak Tidak Kantor 207, ,975 Tidak Tidak Pendidikan 163,85 254,25 Ya Ya Hunian 255,39 263, Ya Ya Kantor 192,83 202,78 Ya Ya Pendidikan 189, ,135 Ya Ya Hunian 187, , Ya Tidak Kantor 205, ,496 Tidak Tidak Pendidikan 181, ,840 Ya Tidak Hunian N/A 191,82 Ya Ya 200 Kantor 199,27 175,85 Ya Ya Rumah Sakit 188,62 N/A Ya Ya 5.2 Capaian Luaran Penelitian Luaran yang ditargetkan untuk Tahun Ke-1 meliputi luaran untuk komponen publikasi ilmiah, pemakalah dalam temu ilmiah, dan model. Target yang direncanakan untuk Tahun Ke-1 serta luaran yang telah dicapai sampai dengan 47

58 Oktober 2017 secara rinci ditunjukkan dalam Tabel Sampai dengan laporan ini diselesaikan, ada 3 artikel yang sudah dihasilkan, yaitu : 1. Analisis Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Beton Bertulang Pada Konstruksi Bangunan Gedung, pada Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 di Universitas Tarumanagara, Jakarta, dipresentasikan tanggal 26 Oktober The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beam, pada The 7th AIC-ICMR 2017 on Sciences & Engineering, Banda Aceh, presented on October 18-20, The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction, pada AIJST, dan dalam proses review. Tabel 5.31 Rencana dan Realisasi Capaian Penelitian No Jenis Luaran Indikator Capaian 2017 Realisasi s.d. Oktober Publikasi ilmiah Internasional draft - Nasional Terakreditasi draft In review 2 Pemakalah dalam temu ilmiah Internasional draft Presented (Lampiran 5) Nasional sudah dilaksanakan Presented (Lampiran 6) 3 Invited Speaker Internasional tidak ada - dalam temu ilmiah Nasional tidak ada - 4 Visiting Lecturer Internasional tidak ada - 5 Hak Kekayaan Paten tidak ada - Intelektual (HKI) Paten sederhana tidak ada - Hak Cipta tidak ada - Merek dagang tidak ada - Rahasia dagang tidak ada - Desain Produk Industri tidak ada - Indikasi Geografis tidak ada - Perlindungan Varietas tidak ada - Tanaman Perlindungan Topografi Sirkuit tidak ada - 6 Teknologi Tepat Guna tidak ada - 7 Model / Purwarupa / Desain / Karya seni / Rekayasa Sosial draft Draft (Lampiran 7) 8 Buku Ajar (ISBN) tidak ada - 9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 4-48

59 Capaian penelitian sejalan dengan penggunaan anggaran yang disediakan. Sesuai dengan Kontrak No. 55/UN11.2/PP/SP3/2017 Tanggal 3 April 2017, penelitian ini mendapat pembiayaan sebesar Rp Pembayaran dana penelitian dilakukan dalam dua tahap, dengan rincian untuk tahap I sebesar 70% dan untuk tahap II sebesar 30%. Rencana dan realisasi penggunaan anggaran sampai dengan Oktober 2017 (akhir periode kontrak) ditunjukkan dalam Tabel Tabel 5.32 Rencana dan Realisasi Penggunaan Anggaran No. Jenis pengeluaran Biaya Tahun Ke-1 (Rp.) Rencana Realisasi s.d. Oktober Honorarium Bahan habis pakai Perjalanan Sewa Jumlah Jumlah (Dibulatkan) Pelaksanaan kegiatan penelitian telah dimulai dengan sejumlah persiapan, seperti penandatanganan kontrak dan koordinasi awal tim yang terlibat dalam penelitian. Secara ringkas, deskripsi capaian dan rencana mendatang ditunjukkan dalam Tabel 5.33 Tabel 5.33 Capaian dan Rencana Penelitian DESKRIPSI KEGIATAN Persiapan Pengumpulan Data Tahap I Pengumpulan data (dokumen kontrak, RAB, Gambar) Seleksi Data Pengolahan Data dan Analisis Tahap I Pengelompokan data Analisis kebutuhan material tulangan Pengelompokan hasil analisis Evaluasi kesesuaian kebutuhan material Pelaporan Kegiatan & Publikasi Publikasi Laporan Kegiatan TAHUN Realisasi s.d. Oktober 2017 Rencana realisasi s.d. akhir Tahun 1 49

60 Sampai dengan bulan Oktober 2017, kegiatan penelitian telah merampungkan seluruh kegiatan pengumpulan data. Proses analisis juga telah dilaksanakan seluruhnya. Terkait dengan luaran, tim peneliti telah melaksanakan proses publikasi melalui pertemuan ilmiah sebagai pemakalah baik pada tingkat nasional maupun internasional. Publikasi melalui media jurnal telah terlaksana dalam bentuk jurnal nasional terakreditasi (in review) dan jurnal internasional (draft). Capaian penelitian secara umum telah terealiris seluruhnya, bahkan untuk kriteria publikasi melalui pertemuan ilmiah telah dicapai pada tahun pertama dari rencana pelaksanaan di tahun kedua. Kondisi ini mengacu pada Rancangan Pelaksanaan Penelitian (Lampiran 8). Capaian bulanan dari kegiatan yang telah dilakukan ditunjukkan dalam Lampiran 9. Ada sejumlah pembaruan (update) yang masih dibutuhkan terkait dengan penyiapan sejumlah draft baik untuk publikasi internasional maupun draft model biaya. 50

61 BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA 6.1 Rencana Kegiatan Penelitian Penelitian ini merencakan sejumlah kegiatan dan capaian pada tahun kedua penelitian. Penelitian pada tahun kedua akan difokuskan pada kegiatan terkait pemodelan kebutuhan tulangan dan proses validasi model. Kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari proses berikut : 1. Data, Lokasi, dan Objek Penelitian Survey tambahan akan dilakukan untuk melengkapi kekosongan (gap) data yang masih muncul pada penelitian tahun pertama. Tambahan data bangunan gedung yang dibutuhkan disesuaikan dengan pola potensi risiko gempa Indonesia (SNI 1726:2012), terdiri dari Zona 11, 12, 13, dan 14. Objek bangunan yang akan dikumpulkan tetap mengacu pada kelompok bangunan non perumahan berlantai 2 atau lebih, sebagaimana telah dilakukan pada tahun pertama penelitian. 2. Pengolahan Data dan Analisis Proses pengolahan data dan analisis yang akan dilakukan pada tahun kedua difokuskan pada proses pemodelan. Tahapan kegiatan secara umum sebagai berikut : - Identifikasi variabel model penelitian - Analisis regresi linear berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan, potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan. - Analisis regresi non linear berdasarkan pada jenis komponen struktur bangunan, potensi risiko gempa bumi, dan fungsi bangunan. - Validasi model dan perbandingan akurasi model dengan kondisi aktual. 6.2 Rencana Capaian Penelitian Capaian luaran penelitian yang direncanakan untuk tahun kedua difokuskan pada publikasi ilmiah dan finalisasi model kebutuhan tulangan. Secara ringkas, capaian tersebut terdiri dari : 51

62 1. Publikasi ilmiah nasional dan internasional Draft ini akan mulai disiapkan pada akhir tahun pertama penelitian, dan direncanakan untuk dikirimkan pada akhir tahun ini atau selambat-lambatnya pada awal tahun yang akan datang. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi panjangnya waktu yang dibutuhkan dalam proses review paper oleh editor jurnal yang dituju. 2. Model kebutuhan tulangan Draft model kebutuhan tulangan merupakan produk yang akan mulai disiapkan sejak dari akhir pembiayaan tahun pertama. Model ini diupayakan telah dapat memberi informasi minimal terkait hubungan biaya dengan zonasi gempa di wilayah Aceh. 3. Draft buku ajar Draft buku ajar disiapkan dengan memperbaharui sejumlah konten atau materi yang telah ada pada buku ajar terdahulu. Pembaruan tersebut ditekankan dengan sejumlah materi tambahan terkait hasil penelitian ini. 6.3 Rencana Biaya dan Jadual Penelitian Tahun Kedua Berkaitan dengan penggunaan anggaran penelitian, besaran dana yang masih dibutuhkan sampai dengan akhir peride pendanaan ditunjukkan dalam Tabel 6.1. Dari usulan tersebut, penambahan biaya disuslkan untuk komponen bahan habis pakai dan perjalanan. Tambahan ini dibutuhkan untuk mengakomodir kebutuhan survey tambahan pada 4 zona kajian (dari awal 2 zona), dan untuk publikasi. Tabel 6.1 Rencana Biaya Penelitian Tahun Kedua No. Jenis pengeluaran Biaya Terkontrak Tahun Ke-1 (Rp.) Usulan Rencana Biaya Tahun Ke-2 (Rp.) 1 Honorarium Bahan habis pakai Perjalanan Sewa Jumlah Jumlah (Dibulatkan)

63 Deskripsi kegiatan yang direncanakan dilakukan pada penelitian di tahun keduan (2018) ditunjukkan dalam time schedule pada Tabel 6.2. Tabel 6.2 Rencana Jadual Penelitian Tahun Kedua DESKRIPSI KEGIATAN Persiapan Pengumpulan Data Tahap II Seleksi ulang data tahap I Pengumpulan data tahap II (dokumen kontrak, RAB, Gambar) Pengolahan Data dan Analisis Tahap II Perumusan variabel Analisis regresi linear Analisis regresi non linear Validasi model Pelaporan Kegiatan & Publikasi TAHUN

64 BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan sejumlah capaian yang telah diperoleh pada tahun pertama penelitian, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan dari proses penelitian ini : a. Pelaksanaan penelitian telah dapat diselesaikan sesuai dengan target yang direncanakan mengacu pada Rancangan Pelaksanaan Penelitian. Capaian penelitian juga dapat dipenuhi sesuai target yang diusulkan, bahkan untuk publikasi melalui pertemuan ilmiah internasional, telah diselesaikan di tahun pertama dari target awal di tahun kedua. b. Ada sejumlah pembaruan (update) yang masih dibutuhkan terkait dengan penyiapan sejumlah draft baik untuk publikasi internasional maupun draft model biaya. 7.2 Saran Tim peneliti akan berupaya untuk mempercepat proses penyiapan draft publikasi ilmiah internasional sehingga target terpublikasi di tahun ke-2 dapat terpenuhi. Terkait dengan proses pemodelan yang menjadi produk dari penelitian ini, draft awal model diupayakan dapat diselesaikan pada tahun pertama atau awal tahun kedua. 54

65 DAFTAR PUSTAKA Abduh, M, & Kurniawan, B, 2008, Model Perhitungan Harga Satuan Tertinggi Bangunan Gedung Negara, Prosiding Konferensi Nasional Teknik Sipil - Universitas Atmajaya, Hal Amir, O, & Sigmund, O, 2013, Reinforcement layout design for concrete structures based on continuum damage and truss topology optimization, Struct. Multidisc. Optim., vol. 47, pp Anonim, 2007, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. Anonim, 2012, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012). Anonim, 2013, Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2013 Tentang Pedoman Analisis Harga Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Blocher, EJ, Stout, DE, & Cokins, G, 2010, Cost Management: A Strategic Emphasis, McGraw-Hill Companies, Inc., New York. Elnashai, AS, El-Ghazouli, AY, & Dowling, PJ, 2003, International assessment of design guidance for composite columns, Journal of Constructional Steel Research, Vol. 15, pp Fortune, C, & Cox, O, 2005, Current practices in building project contract price forecasting in the UK, Construction and Architectural Management, Vol. 5, pp Kerzner, HK, 2006, Project Management A System Approach to Planning, Scheduling, and Controlling, John Wiley & Sons, Inc., New Jersey. Maekawa, K, 2009, Anti-seismic Design, Diagnostics and Reinforcement for Concrete Structures, Stock Management for Sustainable Urban Regeneration, pp Mahmuddin dan Mubarak, 2014, Estimate of Budget for Housing Rehabilitation due to Earthquake Disaster in Aceh Province using the Multiple Linear Regression Model, Proc. 9th AIWEST-DR Mehta, M, Scarborough, W, & Armpriest, D, 2013, Building Construction: Principles, Materials, and Systems, Pearson Education, Inc., New Jersey. Montes, EH, Gil-Martín, LM, Fernández, MP, & Aschheim, M, 2008, Theorem of optimal reinforcement for reinforced concrete cross sections, Struct. Multidisc. Optim., vol. 36, pp Mubarak, 2010, Studi Harga Satuan Bangunan Gedung di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Jurnal Teknik Sipil, vol 1,No.1, Hal Mubarak dan Tripoli, 2011, Penggunaan variabel harga material untuk memprediksi harga satuan, Prosiding Seminar API 2011 Banda Aceh. Mubarak, Abdullah, M. Riza, Y. Hayati, 2017, The unit price implication of reinforcement usage in tie beam reinforced concrete construction, AIJST, Submitted (in review). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara. 55

66 Phaobunjong, K, 2002, Parametric Cost Estimating Model For Conceptual Cost Estimating of Building Construction Projects, Dissertation, The Faculty Of The Graduate School Of The University Of Texas, At Austin. Pico, D, & Wayne, J, 2012, Estimating Building Costs for the Residential & Light Commercial Construction Professional, John Wiley & Sons, Inc., 2 nd edition, New Jersey. Rao, GA, Vijayanand, I, & Eligehausen, R, 2008, Studies on ductility and evaluation of minimum flexural reinforcement in RC beams, Materials and Structures, vol. 41, pp Riswan, D, & Abduh, M, 2006, Parametric Cost Estimation Model for State Buildings, Prociding on International Civil Engineering Conference, pp Schuette, SD, & Liska, RW, 1994, Building Construction Estimating, McGraw-Hill, Inc., Singapore. Shanmugam, NE, & Lakshmi, B, 2001, State of the art report on steel concrete composite columns, Journal of Constructional Steel Research, Vol. 57, Issue 10, pp SNI 1726:2012 tentang Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung. SNI 7394:2008 tentang Tata cara Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan Beton untuk Konstruksi Bangunan Gedung dan Perumahan. Tripoli, Mubarak, Nurisra, & Mahmuddin, 2017, The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beam, The 7th AIC-ICMR on Science and Engineering, pp Tripoli, Nurisra, &Mubarak, 2017, Analisis kebutuhan tulangan pelat lantai beton bertulang pada konstruksi bangunan gedung, Konferensi Nasional Teknik Sipil 11, pp.1-9. Wang, X, Xing, L, & Lin, F, 2009, The Study of Project Cost Estimation Based on Cost- Significant Theory and Neural Network Theory, The Sixth ISNN AISC 56, pp Wibowo, W., 2005, Indeks Biaya Komponen Konstruksi Beton Bertulang Baja dan Bahan Komposit untuk Bangunan Gedung, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum, Bandung. 56

67 LAMPIRAN 1 Peta Wilayah Kajian

68 Banda Aceh Zona15 Aceh Besar Zona 15 Aceh Utara Zona 10 Aceh Timur Zona 10 Langsa Zona 10 Aceh Barat Daya Zona 15 Aceh Selatan Zona 15

69 LAMPIRAN 2 Tipikal Bangunan Zona 10

70

71

72

73

74

75

76

77

78

79

80

81

82 LAMPIRAN 3 Tipikal Bangunan Zona 15

83

84

85

86

87

88

89

90

91

92

93

94

95

96

97

98

99

100

101

102

103 LAMPIRAN 4 The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction

104 HOME ABOUT USER HOME CATEGORIES SEARCH CURRENT ARCHIVES ANNOUNCEMENTS CONTACT Home > User > Author > Submissions > #7458 > Summary ED ITOR-IN- CH IEF : SUMMARY REVIEW EDITING Submission Authors Title mubarak mubarak The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction Original file SM.DOC Supp. files None ADD A SUPPLEMENTARY FILE Submitter Date submitted Section Editor mr mubarak mubarak May 16, :45 PM Articles Sugiarto Sugiarto Assoc. Prof. S. Sugianto, Ph.D Syiah Kuala University, Banda Aceh Indonesia Profile in Scopus - Profile in Google Scholar MANAGING ED IT OR: Muhammad Irham, Ph.D Syiah Kuala University, Banda Aceh Indonesia Profile in Google Scholar ASSOC IATE ED IT OR: Dr. Saiful, M.Si Status Status In Review Initiated Last modified Syiah Kuala University, Banda Aceh Indonesia Profile in Scopus - Profile in Google Scholar Submission Metadata EDIT METADATA Authors Name Affiliation Country Competing interests CI POLICY mubarak mubarak Syiah Kuala University Indonesia Bio Statement Principal contact for editorial correspondence. Title and Abstract Title Abstract The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction The construction cost as one of the most important project resources should be planned and use efficiently. Cost estimation can be analysed using standard of unit price analysis according to Indonesian National Standard (SNI 7394:2008). Related to unit price analysis for tie beam reinforced concrete, the standard mentioned a specific analysis that combine all materials requirement include reinforcement (unit price analysis No. 6.29). In such analysis, reinforcement requirement is stated as much as 200 kg/m 3 of concrete. Considering the diversity of dimension design of building structure caused by geographical location and building function, a further study required to response these problems. This research is aimed to provide information to what extent the unit price analysis related to tie beam reinforced concrete can be enforced in cost estimating. Research process initiated with secondary data collection to building construction located in zone 10 and 15 based on earthquake zone map (SNI 1726:2012) in Province of Aceh. The results of analysis informed that the ratio of reinforcement requirement of tie beam in zone 10 is kg/m 3 to kg/m 3 of concrete with average ratio kg/m 3. For zone 15, reinforcement requirement ratio is kg/m 3 to kg/m 3 of concrete with average ratio kg/m 3. The Potential inaccurate of cost estimation appears in the two review zones. Such inaccuracies may have an impact on the insufficient costs for the work. Thus, the use of the standard unit price analysis needs further assessment for proper application. Muhammad Bahi, Ph.D Syiah Kuala University, Banda Aceh Indonesia Profile in Scopus - Profile in Google Scholar Prof. Z. A. Muchlisin, Ph.D Syiah Kuala University, Banda Aceh Indonesia Profile in Scopus - Profile in Google Scholar VISITOR Indexing Academic engineering; civil engineering; construction project management 2 10/29/2017, 2:54 PM

105 discipline and sub-disciplines Keywords Language construction; building; tie beam; reinforcement requirement; unit price en Supporting Agencies Agencies This work is licensed under a Creative Commons Attribution-Non Commercial 4.0 International License (CC BY-NC 4.0). INDEXED & ABSTRACTED BY: CITATION CLICK HERE: USER You are logged in as... mubarak My Journals My Profile Log Out 2 10/29/2017, 2:54 PM

106 The Unit Price Implication of Reinforcement Usage in Tie Beam Reinforced Concrete Construction Mubarak 1, Abdullah 2, Medyan Riza 2, Yulia Hayati 2 1 Engineering Doctoral Study Program, University of Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia 2 Faculty of Engineering, University of Syiah Kuala, Banda Aceh 23111, Indonesia *Corresponding Author: mubarak@unsyiah.ac.id Abstract The construction cost as one of the most important project resources should be planned and use efficiently. Cost estimation can be analysed using standard of unit price analysis according to Indonesian National Standard (SNI 7394:2008). Related to unit price analysis for tie beam reinforced concrete, the standard mentioned a specific analysis that combine all materials requirement include reinforcement (unit price analysis No. 6.29). In such analysis, reinforcement requirement is stated as much as 200 kg/m 3 of concrete. Considering the diversity of dimension design of building structure caused by geographical location and building function, a further study required to response these problems. This research is aimed to provide information to what extent the unit price analysis related to tie beam reinforced concrete can be enforced in cost estimating. Research process initiated with secondary data collection to building construction located in zone 10 and 15 based on earthquake zone map (SNI 1726:2012) in Province of Aceh. The results of analysis informed that the ratio of reinforcement requirement of tie beam in zone 10 is kg/m 3 to kg/m 3 of concrete with average ratio kg/m 3. For zone 15, reinforcement requirement ratio is kg/m 3 to kg/m 3 of concrete with average ratio kg/m 3. The Potential inaccurate of cost estimation appears in the two review zones. Such inaccuracies may have an impact on the insufficient costs for the work. Thus, the use of the standard unit price analysis needs further assessment for proper application. Key words: construction, building, tie beam, reinforcement requirement, unit price Introduction The structure components of the building have a very significant portion in a construction cost. According to the Regulation on Ministry of Public Work No. 45/PRT/M/2007, the structural components of the building have a proportion of 25%-35% of total cost. Tie beam as a component in structural components has the important function to transmit vertical loads due to gravitational forces received from the columns and the walls and then spread out evenly to a foundation underneath. In addition, tie beam also received the lateral force in horizontal direction due to the earthquake. The design of those components must consider the zoning of earthquake as regulated in SNI 1726:2012 (Procedures on Earthquake Resistance Planning for Building and Non-Building). The cost estimation of the building analyzed by several methods. Cost estimation can be analysed using standard of unit price analysis according to SNI 7394:2008 (Procedures on Unit Price Analysis of Concrete Work for Building Construction and Housing). Specifically for tie beam of reinforced concrete, there is an analysis that combine all materials requirement include reinforcement. In such analysis, reinforcement requirement is stated as much as 200 kg/m 3 of concrete. The configuration raises some problems such as how much reinforcement need for tie beam in a building based on the function of building and zoning of earthquake.

107 A number of researches relate to unit price analysis have been done (Abduh & Kurniawan, 2008; Mubarak, 2010; Mubarak & Tripoli, 2011; Fachrurrazi et.al, 2017), but there are no studies that particularly lead to the requirement of reinforcement for reinforced concrete, especially tie beam. Therefore, it left unanswered regarding the need of reinforcement of tie beam and how far the unit price analysis could be applied considering variety of building functions and construction locations related to earthquake zone. Therefore, the research aims to identify the use of reinforcement in tie beam reinforced concrete and the applicable of standard of unit price analysis due to variety of building functions and earthquake zones in Aceh. The scope of the research limited to building projects that have been built since the year 2012 to 2016 in zone 10 and 15 according to the map of earthquake zone. Methods The data and object of research The research focus on reinforcement requirement of tie beam in building construction. The secondary data obtained from detail engineering design drawings for building classified as office, residential, and educational building. The objects consist of two and three stories building. The locations of objects studied are located in some districts in Province of Aceh that positioned in zone 10 and 15 according to the map of Indonesian earthquake zone (Fig. 1). The distributions of district according to the zone are: 1. Zone 10, covering districts or cities of Lhokseumawe, Aceh Utara, and Langsa; 2. Zone 15, covering districts or cities of Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Nagan Raya, Banda Aceh, and Subulussalam Figure 1. The Map of Indonesian Earthquake Zone Analysis The analysis in this research conducted in the stage below:

108 1. Data Grouping The collected data is grouped by the earthquake zone 10 and zone 15. Then data from each the earthquake zone reclassified by function of educational buildings, residential buildings, and office buildings. 2. The use of reinforcement The use of reinforcement calculated based on detail engineering drawings by identifying the diameters and length of steel from all tie beams in a building. That total length information was then converted to the weight of steel uses. A dimension sheet form use to analyze the use of reinforcement. 3. The volume of concrete The volume of concrete for tie beams calculated also based on detail engineering drawings by identifying the cross section area and length of all tie beam in a building. The total volume calculated by using a quantity take-off form. 4. The ratio of reinforcement requirement for each m 3 of concrete volume The ratio analyzed by divided the reinforcement use and the concrete volume. 5. Statistical analyses Statistical analyses use to provide information of average, minimum value, maximum value, and standard deviation. Results and Discussion Actual use of reinforcement The ratios of reinforcement requirement of tie beam provide information of actual usage of reinforcement for each m 3 of concrete. The analysis conducted to the 21 buildings which are from zone 10 (6 buildings) and zone 15 (15 buildings). The results of calculation of the ratio of reinforcement requirement of tie beam can be seen in Table 1 and Table 2. Table 1. The ratio of reinforcement requirement of tie beam for Zone 10 No Project Name Building Function Concrete Volume (m 3 ) Reinforcement Volume (kg) Reinforcement Use Ratio (kg/ m 3 ) 1 Gedung Kantor Bea Cukai Office , Gedung Kantor dan Laboratorium Office , UPTD Meteorologi 3 Gedung Fakultas Hukum Education , Ruang Kelas Baru (RKB) Education , Asrama Rumah Sakit Umum Residential , Bilik Santri Dayah Pesantren Residential , Average ratio Ratio Max Ratio Min Standard Deviation (STDEV) 6.83 Referring to Table 1 and 2, the reinforcements use for tie beam range in to kg/m3 of concrete and to kg/m3 of concrete, respectively for zone 10 and 15. The standard deviations specify the value of 6.83 kg/m3 of concrete for zone 10 and kg/m3 of concrete for zone 15. This indicates that the higher seismic response spectrums acceleration (zone 10 = g; Zone 15 = g) lead to the greater the amount of reinforcement used in reinforced concrete components. This confirms that the material

109 requirements planning must be based on a zoning where the buildings built, and cannot be based on a certain standard value. Table 2. The ratio of reinforcement requirement of tie beam for Zone 15 No Project Name Building Function Concrete Volume Reinforcement Volume Reinforcement Use Ratio (kg/ m 3 ) (m 3 ) (kg) 1 RKB SDN 42 Education , RKB SMPN 8 Education , Asrama Mahasiswa Kecamatan Tiro Residential Asrama Pelajar Aceh Singkil Residential , Kantor Badan Narkotika Nasional Office , Gedung SMP Negeri 9 Education , Gedung STIT Muhammadiayah Education , Ruang Tempat Belajar Santri Pesantren Education , Nida Ul Islam Ds. Suak Nibong 9 Gedung Lost Children Office Office , Asrama Iwata Peurada Residential , Gedung Mess UPTD Lab. Verteriner Office , Gedung Pusat Pelatihan UKM Aceh Office , Asrama Polisi Punge Jurong Residential , Asrama Santri Pondok Pesantren Darul Residential , Ihsan Desa Pawoh 15 Asrama UPTD BPKP Aceh Residential , Average ratio Ratio Max Ratio Min Standard Deviation (STDEV) The ratio of reinforcement use based on the earthquake zones According to unit price analysis on SNI 7394:2008 (unit price analysis No. 6.29) for tie beam of reinforce concrete, the standard set reinforcement requirement of 200 kg/m 3 of concrete. The comparison of the projects analysis and the ratio of reinforcement requirement standard for the two earthquake zone provided in Table 3. and Table 4. Table 3. Comparison of Tie Beam Reinforcement Requirement for Zone 10 Building No. Reinforcement Ratio (Kg/m 3 ) SNI 7394:2008 (Kg/m 3 ) Deviation (Kg/m 3 ) Deviation (%) Average

110 Table 4. Comparison of Tie Beam Reinforcement Requirement for Zone 15 Building No. Reinforcement Ratio (Kg/m 3 ) SNI 7394:2008 (Kg/m 3 ) Deviation (Kg/m 3 ) Deviation (%) Average Reviewing the information in Table 3 and Table 4, the results of the data analysis for earthquake zones indicates that the average reinforcement ratio of kg/m 3 of concrete (zone 10) and kg/m 3 of concrete (zone 15) are above the requirement value stated on standard of unit price analysis (200 kg/m 3 ). The consequences of using the standard analysis were the non-fulfillment of the actual amount of reinforcement needs. On the other words, the estimation will not accurate for applied in the estimation for both earthquake zones. Potential inaccurate of estimation could be defined by considering the percentage of deviations. For zone 10 and zone 15, the potential of additional reinforcements are 4.92% and 7.59% in average respectively. It denotes insufficient opportunities of reinforcement volume if the unit price analysis used. A further consequence is the emergence of a potential increase in the cost to cover the shortfall that emerged in the analysis of the reinforced concrete tie beam. The ratio of reinforcement use based on the building function Related to the data collected, the functional utilization of buildings classified into 3 (three) types of buildings, namely education, office, and residential. The classification refers to the SNI 1727:2013 about the minimum load for the design of buildings and other structures (Fig. 2 and Table 5). Figure 2. Reinforcement based on the function of the building

111 Figure 2 illustrates the use of reinforcement has a similar trend at 3 classifications of the building functions. The values of reinforcement use ratio are above 200 kg/m 3 for both buildings in zone 10 and zone 15. The highest value usage ratio arises in educational buildings, followed by residential buildings and offices. The deviation characteristics for those functions provide in Table 5. The building for educational function has the highest average deviation comparing to the standard of unit price analysis of tie beam reinforced concrete. The value reaches 6.29% for zone 10 and 10.71% for zone 15. By focused to the conditions, in terms of cost analysis of tie beam reinforced concrete work on educational buildings, the estimation has the highest potential risks of inaccurate when compared to buildings with two other functions. Table 5. The Deviation of Reinforcement Uses Based on Building Functions Building Function Earthquake Zone Average Deviation (Kg/m 3 ) Average Deviation (%) Education Zone Zone Residential Zone Zone Office Zone Zone The Implication of Additional Cost Implies of additional cost to be consequences while reinforcement use increases and otherwise. Referring to the zones or building functions analyzed, all confirmed the tendency of the reinforcement use above of the requirement standard value. The amount of increase based on zoning and building functions are presented in Table 6 and 7. Table 6. Potential of Additional Cost Based on Zones Reinforcement (kg/m 3 ) Unit Price per m 3 of Tie Beam Reinforced Concrete Deviation to SNI 7394:2008 (IDR) (IDR) (%) SNI 7394: ,591, Zone ,748, , Zone ,833, , Table 7. Potential of Additional Cost Based on Building Functions Zone Building Function Reinforcement (kg/m 3 ) Unit Price per m 3 of Tie Beam Reinforced Concrete Deviation to SNI 7394:2008 (IDR) (IDR) (%) Education ,792, , Residential ,739, , Office ,713, , Education ,933, , Residential ,795, , Office ,766, ,

112 Based on the assessment zone, the results of the analysis show that the biggest potential cost addition occurred in the Zone 15, which is 4.33% when compared to the unit price of SNI 7394: The percentage means that for every m 3 tie beam reinforced concrete, the use of standard unit price will give the consequence of budget shortfall of IDR. 242,113 of the actual conditions. This condition is a direct impact of the increasing use of reinforcement to accommodate the earthquake load in those zones. When assessed by building function, the biggest potential cost addition occurred in educational buildings. The condition has the same tendency in zone 10 (3.59%) and zone 15 (6.11%). The deviation for the function is seen to be almost double when compared to the other two building functions. Thus, the reinforcing requirement pattern established in the standard is not feasible to be used in the estimated cost of buildings constructed in areas with g (zone 10) of seismic response spectrums acceleration as shown in Fig. 1 and zones with larger response values. Standard applications in zones with seismic response spectrums acceleration below those values still require further review to ensure proper use of the standard. Conclusions 1. The actual use of reinforcement of tie beam reinforced concrete earthquake range in to kg/m 3 of concrete for Zone 10 and to kg/m 3 of concrete for Zone 15. This indicates that the higher seismic response spectrums acceleration lead to the greater the amount of reinforcement used in reinforced concrete components. This confirms that the material requirements planning must be based on a zoning where the buildings built, and cannot be based on a certain standard value. 2. The average of reinforcement ratios are kg/m 3 of concrete for Zone 10 and kg/m 3 of concrete for Zone 15. Those ratios are both above the requirement value mentioned on standard of unit price analysis (200 kg/m 3 ). Potential inaccurate of estimation could be defined as 4.92% for Zone 10 and 7.59% for Zone The reinforcement use for three building function (educational, residential, and office) observed indicated the similar tendency. The reinforcement ratios for the three functions are above 200 kg/m 3 for both zones. The highest value usage ratio arises in educational buildings, followed by residential buildings and offices. 4. The reinforcing requirement pattern established in the standard is not feasible to be used in the estimated cost of buildings constructed in area of Zone 10 and above. The application of standard will result the shortfall of budget for the work. It need further evaluation and review while the standard planned to apply in zones with seismic response spectrums acceleration below the previous values observed. Acknowledgements The authors would like to thanks to all member of research team and the data provider for all supported and good cooperation. References Abduh, M., and Kurniawan, B. (2008). The Highest Unit Price Calculation Model of Building The Country. Proceedings of National Conference of Civil Engineering, Atmajaya University, Mubarak. (2010). Study Unit Price Building In The Province of Nanggroe Aceh Darussalam. Journal of Civil Engineering, Vol 1, No.1,

113 Fachrurrazi, Husin, S., Tripoli, and Mubarak. (2017). Neural network for the standard unit price of the building area. Proc. Engineering, Vol 171, Mubarak, and Tripoli. (2011). The Use of Material Variable to Predict the Unit Price. Proceedings of Conference API, Banda Aceh. Regulation on Ministry of Public Work No. 45/PRT/M/2007 about the Technical Development of Building Guidelines Countries. Regulation on Ministry of Public Work No. 11/PRT/M/2013 about the Manual Analysis of the Unit Price Field of Public Works Jobs. SNI 7394:2008 about Procedures on Unit Price Analysis of Concrete Work for Building Construction and Housing. SNI 2847:2013 about Procedures on Earthquake Resistance Planning for Building and Non-Building.

114 LAMPIRAN 5 The Implementation of Unit Price of Work Standard SNI 7394: 2008 for The Construction of Reinforced Concrete Beam

115 PROCEEDINGS The 7th AIC-ICMR on Sciences and Engineering The Annual International Conference 2017 Syiah Kuala University October 18-20, Banda Aceh, Indonesia ISSN: X Advancing Knowledge, Research, and Technology for Humanity

116 Table of Content Advisory Board Editorial Board Organizing Committee International Scientific Committee Welcome Speech from Rector of Syiah Kuala University Welcome Speech from General Chair Keynote Speaker 1 Keynote Speaker 2 v vi vii viii ix xi xii xiv Application of Taguchi Method for Selection Parameter Bleaching 1 Treatments Against Mechanical and Physical Properties of Agave Cantala Fiber (ID174) Quality and Market chain of Aceh Cocoa Beans (ID278) 7 Identification of Corrosion Product on Medium Carbon Steel under the 13 Exposure of Banda Aceh s Atmosphere (ID338) A Cable-Driven Parallel Robots Application: Modelling and Simulation of a 17 Dynamic Cable Model in Dymola (ID418) Permanent Magnet DC Motor Control by Using Arduino and Motor Drive 29 Module BTS7960 (ID820) Effect of Roughness on Stiction (ID500) 35 Comparison of cadmium adsorption onto chitosan and epichlorohydrin 40 crosslinked chitosan/eggshell composite (ID177) Double Layer Mixed Matrix Membrane Adsorbers Improving Capacity and 48 Safety Hemodialysis (ID634) Chitosan-stabilized silver nanoparticles for colorimetric assay of mercury 54 (II) ions in aqueous system (ID665) Characterization of Corn Starch-Based Edible Film Incorporated with 59 Nutmeg Oil Nanoemulsion (ID75) The Effect of Poly Ethylene Glycol Additive on the Characteristics and 67 Performance of Cellulose Acetate Ultrafiltration Membrane for Removal of Cr(III) from Aqueous Solution (ID808) Characterization of Polydopamine-Coated Polyethersulfone (PES) Membrane 75 for Water Purification (ID809) The northern tidal dynamic of Aceh waters: 82 A 3D numerical model (ID211) Characterization a Binder Less Particleboard of Coffee Husk Using 89 Hydrogen Peroxyde (H 2 O 2 ) and Ferrous Sulfate (FeSO 4 ) (ID439) Influence of the apex angle of a hollow prism made from an ordinary 95 commercial glass plate as a simple refractometer to the accuracy of the refractive index measurement of the edible oil (ID731) Microtremor survey to investigate seismic vulnerability around the 101 Seulimum Fault, Aceh Besar-Indonesia (ID734) Response Spectra Analysis of the Modal Summation Technique Verified by 108 Observed Seismometer and Accelerometer Waveform Data of the M6.5 Pidie Jaya Earthquake (ID754) Surface Atomic Structure of Ca 1.9 Sr 0.1 RuO 4 at Low Temperature (ID93) 117 The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University ii

117 Economic Base Determination and Influence Of Several Variables against 125 Contributions Percentage of the GDRP in Aceh Besar District (ID604) Solving capacitated closed vehicle routing problem with time windows 131 (CCVRPTW) using BRKGA with local search (ID642) Determination of UAV Pre-flight Checklist for Flight Test Purpose Using 138 Qualitative Failure Analysis (ID466) Numerical model to predict the location of market demand and Economic 144 Order Quantity of retailers in Banda Aceh (ID553) Investigation of Turbine Ventilator Performance After Added Wind Cup for 155 Room Exhaust Air Applications (ID569) Assessment of Modularity Architecture for Recovery Process of Electric 160 Vehicle in Supporting Sustainable Design (ID638) An integrated production-inventory model for food products adopting a 166 general raw material procurement policy (ID640) The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the 173 construction of reinforced concrete beam (ID436) Fresh and Mechanical Properties of Self-compacting Concrete with Coarse 179 Aggregate Replacement using Waste of Oil Palm Shell (ID440) Stress and Deformation Analysis of Tapered Cantilever Castellated Beam 185 using Numerical Method (ID445) The Influence of Government s Role and Workforce s Competence towards 190 the Construction Workforce Performance in Central Sulawesi (ID751) Compression member response of double steel angles on truss structure 199 with member length variation (ID615) Method for the Visualization of Landform by Mapping using Low Altitude 205 UAV Application (ID450) Model of Slums Rejuvenation of Telaga Tujuh Village, Langsa City, Aceh 211 (ID824) Breadth First Search Approach for Shortest Path Solution in Cartesian Area 226 (ID98) User Acceptance of E-Government Services Based on TRAM Model (ID455) 232 Content Validity of Critical Success Factors for e-government 243 Implementation in Indonesia (ID643) Marketing Practitioner's Tacit Knowledge Acquisition Using Repertory Grid 254 Technique (RTG) (ID823) Selection For The Best Ets (Error, Trend, Seasonal) Model To Forecast 261 Weather In The Aceh Besar District (ID513) Tax revenue and inflation rate predictions in Banda Aceh using Vector Error 269 Correction Model (VECM) (ID587) Description of the Supporting Factors of Final Project in Mathematics and 279 Natural Sciences Faculty of Syiah Kuala University with Multiple Correspondence Analysis (ID637) Investigating the road surface effect to the fatigue life of an automotive coil 285 spring (ID728) Stress and Strain Analysis from Dynamic Loads of Mechanical Hand using 290 Finite Element Method (ID733) Pitting Corrosion as a Mixed System: Coupled Deterministic-Probabilistic 296 Simulation of Pit Growth (ID736) Hemicellulose And Lignin Removal On Typha Fiber By Alkali Treatment 308 (ID749) The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University iii

118 A Comparison in the Structural Strength between Fiberglass and Jute Fiber 314 in the Acehnese Traditional Boat Jalo Kayoh Using Finite Element Method (ID752) Study on pipe deflection by using numerical method (ID759) 320 Ceramic Tools Insert Assesment Based On Vickers Indentation Methodology 326 (ID760) Geotechnical Approach for Occupational Safety Risk Analysis of Critical 334 Slope in Open Pit Mining as Implication for Earthquake Hazard (ID588) Identifying Inaccuracy of MS Project Using System Analysis (ID599) 346 The Effect of Ratio between Rigid Plant Height and Water Depth on the 355 Manning s Coefficient in Open Channel (ID632) The Difference of Drainage Channel Dimensions at Kopelma Darussalam on 361 the Land with and Without the Use of Bio Pores (ID639) Defining Gap between Housing Land Value and the Facilities Provision in 373 Urban Housing Development by Private Developers in Malang City, Indonesia (ID192) A Review of BIM (Building Information Modeling) Implementation in 381 Indonesia Construction Industry (ID446) Comparative Study on The Cost of Building Public House Construction 387 Using Red Brick and Interlock Brick Building Material in The City of Banda Aceh (ID822) The Development of Furrower Model Blade to Paddlewheel Aerator for 394 Improving Aeration Efficiency (ID465) Mass variation effect of teki grass (cyperus rotundus) composite against 399 tensile strength and density (ID664) The integration of elastic wave properties and machine learning for the 404 distribution of petrophysical properties in reservoir modeling (ID175) Graphene nanoplatelets as high-performance filtration control material in 409 water-based drilling fluids (ID426) Corrosion Behaviour of Carbon Steel in Aqueous Solution Containing 416 Galena Concentrate (ID132) Corrosion Behavior of New Βeta Type Titanium Alloy, Ti-29Nb-13Ta-4.6Zr 422 (TNTZ) in Fusayama-Meyer Artificial Saliva Solution (ID482) The Configuration of Residential Area In Urban Structure Of The Palace In 429 Siak Sri Indrapura Riau (ID409) Parametric Estimation for Reinforced Concrete Relief Shelter for Aceh Cases 438 (ID568) The Historical and Religious Approach towards City Park Design In Banda 445 Aceh, Indonesia Case Study: Krueng Neng Park (Taman Krueng Neng) (ID633) Geohazard Reconnaissance Mapping for Potential Rock Boulder Fall using 452 Low Altitude UAV Photogrammetry (ID452) The main factor affecting the competitiveness of contractor company 458 (ID468) Analysis of pedestrian walking characteristics at vertical facilities in 465 underground train station (ID449) Compression member response of steel angle on truss structure with 474 variation of single and double sections (ID605) The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University iv

119 The implementation of unit price of work standard SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beam Tripoli 1, Mubarak 2, Nurisra 3, Mahmuddin 4 1,2,3,4 University of Syiah Kuala, Jl. Syekh Abdurrauf 10, Banda Aceh, Indonesia tripoli_jci@yahoo.com Abstract. This paper discusses the implementation of Indonesian National Standard (SNI) 7394: 2008 on procedures for calculating the unit price of concrete work for the construction of building and housing. The standard provides a number of reinforced concrete constructions unit price (UP) analysis by specified the total number of reinforcing uses. Related to reinforced concrete beam work (Analysis No. 6.31), the reinforcement requirement is stated at 200 kg/m 3 of concrete. Once the implementation considers various earthquake zoning, the question will arise about the extent to which the standard is feasible to apply. Therefore, this research aimed to analyse the possibility of UP standard implementation in accordance to certain earthquake zonation. This research is focused on the construction of reinforced concrete beam for buildings with function as educational, residential and office buildings. The data used are sourced from 21 buildings in two zones in Aceh Province, covering Zone 10 and Zone 15 based on earthquake map of SNI 1726: The analysis results indicate that the UP standard for reinforced concrete beam cannot be applied to all zoning. The UP standard is only possible on buildings constructed in Zone 10 or zonation with seismic spectral response g or lower. 1. Introduction Cost estimation plays an important role in the implementation of construction projects. The activities covering the process of estimates or judgments, based on certain facts and assumptions, of the final cost of a project, product, or process [1]. The estimation is the process of preparing one of the most comprehensive documents in a project, which affects the overall project team and project related activities. The inaccuracy of the estimation will bring disadvantage to the parties involved. The cost estimation process usually begins with analysing the unit price (UP) of work. A number of standards are set by the government in accordance with the scope of work and type of construction [2]. In relation to reinforced concrete work, the unit price could be analysed by referring to SNI 7394: 2008 on the procedure for calculating the price of concrete work units for the construction of buildings and houses [3]. The building is a construction formed by several main components, namely structural components, non-structural components, and utility components [2]. Structural components are components that have the largest cost portion of a building. These components include construction of foundations, tripoli_jci@yahoo.com mubarak@unsyiah.ac.id nurisra@yahoo.com mudinramli@gmail.com The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University 173

120 columns, beams, floor plates, and roof structures. This construction can be made using concrete, steel, wood, or composite materials such as reinforced concrete. Associated with the beam, this construction is one of the structural components designed to hold and move the transverse load across space to the supporting element [4]. A beam is a part of a structure used as a floor slab holder and a column top binder. Reinforced concrete composite material commonly used for beam construction. This construction formed by two main components, namely concrete and steel for reinforcement. A number of factors determine the planning of the reinforced concrete beam structure dimensions. One important factor is related to earthquake loading. The planning standard used is SNI 1726: 2012 on earthquake resistance planning procedures for buildings and non-buildings [5]. This SNI describes the potential difference of earthquake risk in accordance to the earthquake-zoning map. This map shows the position of the entire zones of Indonesia based on different spectral response value of earthquake. The zoning indicated by difference colours which informed upper and lower values of spectral response limits in gravity (g). Spectral value is used as a reference to design the earthquake load in the planning of a building in Indonesia. A number of studies related to the cost estimation and unit price of works in buildings in Aceh Province have been done. Generally, the research develops estimation model at the conceptual stage (pre-construction design) [6, 7, 8]. Associated with earthquake risk factors, research has been undertaken for modelling rehabilitation costs [9]. However, there is no special research discussing the issues related to the application of UP for the construction of reinforced concrete in a number of earthquake zoning. The existence of this study will provide answers to the extent to which SNI 7394: 2008 can be applied in relation to the zoning and function of certain buildings. 2. Methods 2.1. Location and object of research Survey on this research was conducted on building projects built in Aceh Province. The research object's review is focused on building with simple and non-simple classification as defined in Ministry of Public Work Regulation No. 45/PRT/M/2007 [2]. The object of the building to be studied can be classified according to the function and location based on the earthquake zonation map of the year SNI 1726: The criteria location and object of research as follows: The object locations of the research used based on SNI 1726: 2012 earthquake zonation maps, namely Zone 10 (region with spectral response of g) and Zone 15 (region with spectral response of g ), as shown in Figure 1. The project used minimum of two storey buildings. The functions of the buildings studied are for offices (OFC), residence (RES), and education (EDU) Data collection The required data are as follows: Document of contract of building project constructed from 2012 until 2015, containing quantity and bill of quantity data, and drawings (site plan, plan, and building view). Indonesia earthquake zonation map SNI 1726: Data processing and analysis The process of data processing and analysis through the stages as follows: The data grouping is based on zoning division, covering 10 earthquake zones and seismic zone 15. Data of each earthquake zone are reclassified based on office function (OFC), residence (RES), and education (EDU). The requirement analysis of reinforcement material is done by calculating the need of reinforcement of the beam done based on the dimension of cross section, the type of The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University 174

121 reinforcement (thread and plain), the reinforcement function (reinforcement, the main reinforcement and the intermediate reinforcement) and the reinforcement diameter used. The ratio of reinforcement use per m 3 of concrete by comparing the total weight of the beam reinforcement volume with the volume of concrete in each building. Analysis of deviation of analysis result with AUP SNI standard. Statistical analysis is used to determine the mean value ( x ) and standard deviation ( σ ) of the results of the analysis of the ratios of each building (x) for the total number of buildings (n), with the following equation: x x = n (1) = σ ( x x) n 1 2 (2) ---- Observation Zones 3. Results and discussions Figure 1. Indonesia Earthquake Zoning Map of SNI 1726: Description of the buildings The building that is used for data is 21 buildings consist of 2 and 3 storey buildings, which are distributed at 28.6% in Zone 10, and 71.4% in Zone 15. Based on building function, the study object consists of 28.6% Office buildings and education, and the remaining 42.8% are residential buildings. The analysis of beam constructions were only focussed on floor beam (primary beams and secondary beams), and excludes tie beam and roof beam. The full description is shown in Table The actual ratios of reinforcement use per 1 m 3 of reinforced concrete beam The actual beam reinforcement ratio is analysed based on the ratio of reinforcement use (in kg units) to the use of concrete (in units of m3). The average reinforcement ratios for Zone 10 were kg/ m 3 increased by 6.4% to kg/m 3 for Zone 15. This increase was consistent with the increase of The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University 175

122 the load due to the earthquake corresponding to the response value of the spectra in the two zones. The calculation results of beam reinforcement ratios can be seen in Table 2. No Zone Name of building Tabel 1. Description of the buildings Zone Building function Number of Office Education Residence building (28.6%) (71.4%) Total 6 (28.6%) 6 (28.6%) 9 (42.8%) 21 (100.0%) Table 2. The actual reinforcement ratio of reinforced concrete beam Building function Concrete qty (m 3 ) Reinforce. qty (kg) Reinforce. ratio (kg/m 3 ) Average (kg/m 3 ) Min (kg/m 3 ) Max (kg/m 3 ) Deviation standard (kg/m 3 ) 1 10 OFC-1 Office , OFC-2 Office , EDU-1 Education , RES-1 Residence , EDU-2 Education , RES-2 Residence , EDU-3 Education , EDU-4 Education , RES-3 Residence , EDU-5 Education , RES-4 Residence , RES-5 Residence , OFC-3 Office , RES-6 Residence , EDU-6 Education , RES-7 Residence , OFC-4 Office , RES-8 Residence , RES-9 Residence , OFC-5 Office , OFC-6 Office , Comparison of the actual ratios and SNI SNI 7394: 2008 provides that for reinforced concrete beam work used reinforcement of 200 kg / m3 of concrete. The results of the analysis at Zone 10 show an average deviation of 5.59 kg or 2.80% below the value of the needs of the SNI reinforcement. This condition explains that this standard can still be applied to this zone. However, when viewed from the standard deviation values that arise, the use of this standard still needs to consider the possibility of deviation. The indication of such deviation is indicated by one building data with a positive deviation value greater than the standard deviation value. In Zone 15, the general deviation value indicates that the actual reinforcement ratio is greater than the value of the SNI bone needs ratio. The average deviation was 6.92 kg / m3 with a standard deviation of kg / m3. This condition indicates that the UP application on SNI for this zone is not feasible because it has the potential to cause cost estimation with the amount below the actual requirement. The complete results of the ratio of actual reinforcement to the UP standard are shown in Table 3. The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University 176

123 Table 3. The actual reinforcement comparing to SNI Reinforcement ratio No Zone Name of building Building function (kg/m 3 ) Deviation Actual SNI kg/m 3 % 1 10 OFC-1 Office OFC-2 Office EDU-1 Education RES-1 Residence EDU-2 Education RES-2 Residence Average Deviation Standard EDU-3 Education EDU-4 Education RES-3 Residence EDU-5 Education RES-4 Residence RES-5 Residence OFC-3 Office RES-6 Residence EDU-6 Education RES-7 Residence OFC-4 Office RES-8 Residence RES-9 Residence OFC-5 Office OFC-6 Office Average Deviation Standard Comparison of Reinforcement Ratio Based on Building Function The reinforcement ratio analysis needs to be done to examine more specifically the application of SNI related to the three building functions in each zone. Potential standard UP applications are possible for buildings with residential functions (Zone 10) and educational functions (Zones 10 and Zone 15). With respect to the function of office buildings throughout the zone, the mean deviation indicates an actual ratio value greater than the UP standard. Similarly, it is seen in the residence function in Zone 15. The positive deviation value explains that in this function and zone, the use of HSB can meet the needs of reinforcement that should be required. In other words, the required reinforced material requirement index is still below the actual needs. When associated with the estimated cost value, the estimated amount generated by UP usage is potentially insufficient for the completion of construction. An illustration of the comparison of the rebar ratio based on the building function is shown in Table 4. Building Function Tabel 4. The deviation of reinforcement based on building function No of Building Average deviation of reinforcement per zone Zone 10 Zone 15 Total Zone 10 Zone 15 kg/m 3 % kg/m 3 % Office Residence Education The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University 177

124 4. Conclusions Implementation of standard work unit price (UP) SNI 7394: 2008 for the construction of reinforced concrete beams can be concluded by considering the following two conditions: Implementation of the UP standard based on zoning is only possible for building buildings built in Zone 10 or areas with spectral responses below 0.6g. The reinforcing material requirement index on the UP standard of 200 kg / m3 of concrete for beam construction is still able to meet actual reinforcement usage in this zone. Implementation of UP standards based on building functions is possible on certain functions only. However, the application associated with the building function should not necessarily be used. Still, consideration of zonation-related implementation as a whole, given the standard deviation value indicated. The results of the analysis on Zone 10 are based on relatively limited data, so that the accuracy of the research results is still possible to be improved by the addition of more adequate data. The implementation of standards in Zones 11 and Zone 12 has the potential to be done. This condition is seen from the results of the analysis at Zone 10 that indicates the margin ratio in the range of kg/m3. 5. Acknowledgement This research was granted for funding support from Hibah Penelitian Produk Terapan No. 55/UN11.2/PP/SP3/2017 of Fiscal Year 2017, Directorate General of Research and Development, Ministry of Research, Technology and Higher Education. The authors express high appreciation to all parties who have contributed in this research, especially to Ichwan and other research teams that involved from data collection to completion of the research. 6. References [1] Aaron A L 1997 The Estimating Process The Engineer's Cost Handbook: Tools for Managing Project Costs ed R E Westney (New York: Marcel Decker) chapter 1 p 1 40 [2] Ministry of Public Work Regulation No. 45/PRT/M/2007 on the Technical Guidelines of State Building Development [3] SNI 7394:2008 on Procedures for calculating the unit price of concrete work for the construction of buildings and housing [4] Ching F D K 2014 Building construction illustrated Fifth ed. (New Jersey: John Wiley & Sons) [5] SNI 1726: 2012 on Procedures of earthquake resistant planning for buildings and nonbuildings [6] Mubarak 2010 Studi Harga Satuan Bangunan Gedung di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Jurnal Teknik Sipil volume 1 p [7] Mubarak & Tripoli 2011 Penggunaan variabel harga material untuk memprediksi harga satuan Prosiding Seminar API 2011 [8] Fachrurrazi, Husin S, Tripoli and Mubarak 2017 Neural network for the standard unit price of the building area Proc. Engineering 171 p [9] Mahmuddin and Mubarak 2014 Housing Rehabilitation Budget Estimate due to Earthquake Disaster in Aceh Province using the Multiple Linear Regression Models Proc. 9th AIWEST- DR 2014 p The 7 th AIC-ICMR on Sciences and Engineering 2017 Syiah Kuala University 178

125 LAMPIRAN 6 Analisis Kebutuhan Tulangan Pelat Lantai Beton Bertulang Pada Konstruksi Bangunan Gedung

126 PROSIDING Volume 1 (Geoteknik, Kawasan & Lingkungan, Keairan, Manajemen Konstruksi) Meningkatkan Daya Saing Industri Konstruksi Dalam Persaingan di Tingkat Global Menuju Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan Editor: Anissa Noor Tajudin, S.T., M.Sc. Arif Sandjaya, S.T., M.T. Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

127 PROSIDING Meningkatkan Daya Saing Industri Konstruksi Dalam Persaingan di Tingkat Global Menuju Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan Volume 2 ISBN: Editor: Anissa Noor Tajudin, S.T., M.Sc. Arif Sandjaya, S.T., M.T. Desain Sampul: Anastasia Andrea Gunawan, S.Ds. Penerbit Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Jakarta Redaksi Jl. Let. Jend. S. Parman No. 1 Jakarta Barat Telp: ext sipil@untar.ac.id Cetakan pertama, Oktober 2017 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa memiliki izin

128 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... KATA PENGANTAR... SAMBUTAN KETUA PANITIA KoNTekS SAMBUTAN KETUA PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FT UAJY... SAMBUTAN REKTOR UNIVERSITAS TARUMANAGARA... DAFTAR ISI... i iii v vii ix xi KELOMPOK PEMINATAN GEOTEKNIK ANALISIS TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK TERSTABILISASI SERBUK KACA DAN SERBUK KERAMIK DENGAN PROGRAM GEO5 Dyah Pratiwi Kusumastuti, Indah Handayasari dan Irma Sepriyanna KARAKTERISTIK DAYA DUKUNG LATERAL PONDASI HELICAL PADA TANAH GAMBUT Ferry Fatnanta, Syawal Satibi dan Muhardi KECEPATAN ALIRAN HORISONTAL DENGAN IJUK DAN LIMBAH PLASTIK SEBAGAI DRAINASI VERTIKAL Sumiyati Gunawan dan Agatha Padma Laksitaningtyas KONTRIBUSI AKAR BAMBU KEPADA PARAMETER KEKUATAN GESER TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG Mukhsin, Maimun Rizalihadi, Banta Chairullah dan Haris Novian Saputra DAYA DUKUNG PONDASI KACA PURI PADA TANAH ALUVIAL PASANG SURUT DI MANDOMAI KALIMANTAN TENGAH Putu Ratna Suryantini dan I Ketut Suwantara KAJIAN RENTANG KADAR AIR TERHADAP NILAI KUAT GESER PERBAIKAN SIRTU DENGAN METODE CTB Soewignjo Agus Nugroho, Suratman dan Dodi Pratama STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN Parea Russan Ranggan, Hendrianto Masiku, Marthen Luther Paembonan, Israel Padang dan Yudistira Upa ANALISIS PENGARUH BEBAN GEMPA DAN PONDASI TIANG BOR TERHADAP KEAMANAN LERENG DI TEGALALANG, GIANYAR-BALI I Gusti Ngurah Putu Dharmayasa dan Dewa Ayu Nyoman Ardi Utami PENGEMBANGAN ALAT UJI PNEUMATIC RAPID IMPACT COMPACTION PADA SKALA UJI MODEL LABORATORIUM Arifin Beddu, Lawalenna Samang, Tri Harianto dan Achmad Muhiddin GEO-1 GEO-11 GEO-19 GEO-29 GEO-37 GEO-47 GEO-55 GEO-65 GEO-75 xi

129 PENGISIAN DATA HUJAN YANG HILANG DENGAN PENGUJIAN DEBIT ANDALAN DI DAS TIRTOMOYO Siti Dwi Rahayu, Rintis Hadiani dan Setiono POTENSI PENGENDALI BANJIR DENGAN EMBUNG DI SUNGAI TUNGGUL KABUPATEN JEPARA Hannah Nuril Layaliya, Rintis Hadiani dan Adi Yusuf Muttaqien SIMULASI STOKASTIK PENENTUAN LUAS LAYANAN EMBUNG SURUHAN, BLORA Hari Abrianto, Adeline Larisa, Suharyanto dan Hari Nugroho KALIBRASI MODEL HEC-HMS PADA SIMULASI DEBIT AKIBAT PERUBAHAN TATAGUNA LAHAN DI SUBDAS KAMPAR KANAN Bambang Sujatmoko, Ferry Vergiawan dan Mudjiatko ANALISIS EMBUNG PADA DAERAH TOMRA UNTUK MENGATASI RAWAN AIR Ony Frengky Rumihin PENANGANAN BANJIR DAN GENANGAN DI DAERAH JALAN KYAI TAPA DENGAN KONSEP SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN Ivan Fahreza Wiratama, Sih Andayani dan Dina P.A. Hidayat STUDI ANGKUTAN SEDIMEN DASAR SUNGAI SERAYU DI LABORATORIUM Wati A. Pranoto dan Lucky Sumanton AIR-75 AIR-85 AIR-93 AIR-103 AIR-113 AIR-123 AIR-133 KELOMPOK PEMINATAN MANAJEMEN KONSTRUKSI ANALISIS KEBUTUHAN TULANGAN PELAT LANTAI BETON BERTULANG PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Tripoli, Nurisra dan Mubarak PERCEPATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI DENGAN METODE PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG SEKOLAH SMP ISLAM FARADISA TANGGERANG SELATAN) Mardiaman, Iwan Bahtiar dan Kristina Sembiring PEMBOROSAN MATERIAL DAN TINDAKAN PENCEGAHANNYA: SURVAI PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DI YOGYAKARTA Albani Musyafa KAJIAN DAYA SAING KONTRAKTOR BESAR INDONESIA Peter Kaming, Ferianto Raharjo dan Putu Ika Swantari IDENTIFIKASI PENYEBAB, DAMPAK, SERTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO CHANGE ORDER PADA PROYEK WISATA EDUKASI AKUARIUM DI JAKARTA Adi Nugroho Hudiono, Andreas F. V. Roy dan Adrian Firdaus MK-1 MK-11 MK-21 MK-27 MK-37 xiv

130 Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, Oktober 2017 ANALISIS KEBUTUHAN TULANGAN PELAT LANTAI BETON BERTULANG PADA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG Tripoli 1, Nurisra 2, dan Mubarak 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Tgk. Syeh abdul Rauf No. 7 Banda Aceh tripoli_jci@yahoo.com ABSTRAK Anggaran biaya dari sebuah konstruksi sangat ditentukan oleh besarnya kebutuhan (requirement) material, peralatan, dan tenaga kerja. Pada konstruksi beton bertulang, material utama yang dibutuhkan terdiri dari besi tulangan, semen, dan agregat. Kebutuhan tulangan dalam tiap m 3 beton sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, terutama terkait dengan beban yang diterima oleh komponen tersebut. Bila perencanaan sebuah bangunan dikaitkan dengan potensi beban akibat gempa bumi, maka dapat diduga besarnya tulangan yang dibutuhkan juga akan berbeda. Untuk itu, penelitian ini ditujukan untuk menganalisis besarnya penggunaan tulangan untuk tiap m 3 beton berdasarkan zonasi wilayah gempa. Penelitian ini difokuskan pada kebutuhan penggunaan tulangan untuk konstruksi pelat lantai beton bertulang bangunan gedung. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data gambar dan biaya konstruksi pelat lantai pada Zona 15, meliputi wilayah Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Barat Daya di Provinsi Aceh. Penentuan zonasi mengacu pada Peta Zonasi Gempa Indonesia SNI 1726:2012. Objek bangunan yang dianalisis merupakan bangunan gedung berlantai 2 dengan fungsi sebagai bangunan perkantoran, hunian, dan pendidikan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kebutuhan tulangan rerata untuk tiap m 3 beton pada pada Zona 15 sebesar 187,41 kg. Nilai tersebut lebih tinggi dari 24,94% dari nilai kebutuhan yang tersebut pada Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) dalam SNI 7394:2008 yaitu 150 kg/m 3 beton. Dari sisi fungsi, rasio kebutuhan tulangan terbesar adalah untuk fungsi bangunan pendidikan dan diikuti oleh fungsi hunian dan perkantoran. Penggunaan AHSP tersebut untuk bangunan pada wilayah yang tercakup dalam Zona 15 berpotensi menghasilkan estimasi biaya yang tidak akurat. Ketidakakuratan tersebut menghasilkan nilai estimasi biaya dibawah nilai yang semestinya dibutuhkan untuk pekerjaan konstruksi pelat lantai. Kata kunci: rasio kebutuhan tulangan, pelat lantai, beton bertulang, bangunan gedung. 1. PENDAHULUAN Perencanaan konstruksi seperti bangunan gedung, jalan, jembatan, bangunan sipil lainnya perlu mempertimbangkan adanya potensi gempa bumi yang mungkin terjadi pada sebagian besar wilayah Indonesia. Wilayah Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainya saling bertemu di wilayah Indonesia (Bird, 2003). Keberadaan interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992). Perencanaan konstruksi tahan gempa di Indonesia mulai diaplikasikan pada tahun 1983 berpedoman pada peta percepatan maksimum gempa dan PPTI- UG (Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung). Pedoman tata cara perencanaan konstruksi tahan gempa Indonesia terus mengalami perkembangan, hingga pada saat ini perencanaan berpedoman pada SNI 1726:2012 (Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung). Kontruksi bangunan merupakan bentuk struktur atau bentuk fisik yang dihasilkan dari serangkaian proses yang dimulai dengan desain oleh perencana dan pembangunan oleh kontraktor. Proses ini melibatkan organisasi dan koordinasi dari semua sumberdaya proyek untuk menyelesaikan proyek tepat waktu, sesuai anggaran serta standar kualitas dan kinerja yang ditentukan. Keberhasilan melaksanakan proyek konstruksi tepat waktu dengan anggaran yang sesuai rencana adalah sasaran dan harapan pemilik proyek maupun kontraktor. Dalam pelaksanaan proyek kontruksi, keterampilan sumber daya menjadi faktor penting tercapainya akurasi penawaran harga yang lebih kompetitif dan efektif dari kompetitor yang bersaing. Tidak hanya itu, akurasi harga penawaran juga berpengaruh positif bagi pemilik (owner) dalam mengelola anggaran yang terbatas. Salah satu acuan yang digunakan dalam proses estimasi biaya adalah Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) yang mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI). SNI mengatur AHSP untuk sejumlah pekerjaan. Khusus untuk MK - 1

131 pekerjaan beton, AHSP ditetapkan melalui SNI 7394:2008 tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan. Standar ini menetapkan kebutuhan (requirement) terkait dengan material dan tenaga kerja untuk tiap satuan harga. Ada sejumlah analisis yang dapat digunakan untuk menentukan langsung harga satuan dari beberapa jenis konstruksi beton bertulang, seperti pondasi, sloof, balok, kolom, pelat, dan dinding. Analisis tersebut dapat dipakai tanpa harus menghitung harga satuan beton, tulangan, dan bekisting secara terpisah. Pembatasan penggunaan analisis ditetapkan hanya berdasarkan berat tulangan (dalam kg) yang digunankan dalam tiap meter kubik beton. Sebagai ilustrasi, analisis harga satuan untuk konstruksi pelat beton bertulang secara khusus disebut dalam SNI 7394:2008 pada Analisis No Penggunaan analisis tersebut dibatasi untuk struktur pelat dengan jumlah tulangan sebesar 150 kg per meter kubik beton. Bila dikaji dengan mempertimbangkan beragamnya intensitas gempa sesuai dengan jumlah zonasi gempa yang ada di Indonesia, penetapan jumlah tulangan tersebut dapat menimbulkan potensi bias pada estimasi biaya. Pola tersebut memberi peluang terhadap tidak akuratnya estimasi biaya yang dihasilkan, baik dalam bentuk potensi terlalu mahal atau terlalu murah. Dengan demikian, diperlukan adanya kajian yang dapat memberi informasi sejauh mana analisis tersebut dapat diaplikasikan bila dikaitkan dengan bangunan gedung yang dibangun pada wilayah dengan zonasi gempa yang berbeda. Menindaklanjuti kondisi tersebut, maka penelitian ini ditujukan untuk menganalisis besarnya rasio penggunaan tulangan pada tiap meter kubik beton. Lebih lanjut, penelitian ini juga akan merekomendasikan sejauhmana standar AHSP dapat diaplikasikan pada zonasi tertentu. 2. TINJAUAN PUSTAKA Zonasi gempa bumi Indonesia Indonesia menempati zona tektonik yang sangat aktif karena tiga lempeng besar dunia dan sembilan lempeng kecil lainya saling bertemu di wilayah Indonesia (Bird, 2003). Keberadaan interaksi antar lempeng-lempeng ini menempatkan wilayah Indonesia sebagai wilayah yang sangat rawan terhadap gempa bumi (Milson, 1992). Perencanaan konstruksi tahan gempa di Indonesia mulai diaplikasikan pada tahun 1983 berpedoman pada peta percepatan maksimum gempa dan Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung (PPTIUG). Pedoman tata cara perencanaan konstruksi tahan gempa Indonesia terus mengalami perkembangan, hingga pada saat ini perencanaan berpedoman pada peta zonasi gempa SNI 1726:2012 (Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung dan Non Gedung). Pembaruan yang ditekankan pada standar tersebut terkait dengan : 1. Periode ulang Pada SNI 2012, kemungkinan pelampauan (probability of exceedance) diambil sebesar 2% dalam 50 tahun. Dengan persamaan yang sama, didapat periode ulang gempa sebesar tahun atau dibulatkan menjadi tahun. Kemungkinan pelampauan merupakan faktor langsung terhadap berubahnya periode ulang. Semakin kecil kemungkinan pelampauan semakin besar periode ulang, sekaligus semakin kecil kemungkinan terjadi gempa diatas gempa rencana hingga dapat terhindar dari kejadian gempa. 2. Pendekatan Deterministik SNI 2012,menambahkan satu konsep yang disebut Deterministic Seismic Hazard Analysis (DSHA). Pada konsep ini, probabilitas gempa tidak hanya diturunkan dari statistic terjadinya gempa yang tercatat. Probabilitas juga diturunkan dengan mengidentifikasi adanya subduksi lapisan bumi dan sesar aktif (active faults) pada suatu wilayah. 3. Uniform Hazard vs Uniform Risk Peta gempa SNI mengadopsi konsep uniform risk yang artinya beban gempa didasarkan pada resiko keruntuhan bangunan yang sama yaitu 1% resiko keruntuhan dalam 50 tahun. Oleh karena itu, percepatan gempa pada peta SNI disebut sebagai risk targeted ground motion yaitu percepatan tanah yang sudah disesuaikan untuk mencapai target resiko keruntuhan 1% dalam 50 tahun. Konsep risk of collapse mengindikasikan bahwa tidak semua gedung yang terkena beban gempa diatas gempa rencana tidak selamat atau menunjukan kegagalan struktur sesuai prediksi desain. 4. Koefisien pada Respon Spektra Peta gempa SNI memberikan tambahan koefisien spektra berupa PGA (percepatan di batuan dasar), 0,2 detik dan 1 detik. PGA digunakan untuk menentukan percepatan gempa pada desain pondasi. Koefisien 0,2 detik dan 1 detik digunakan untuk membuat respon spektra gedung. MK - 2

132 Peta zonasi wilayah gempa menunjukkan posisi seluruh wilayah Indonesia berdasarkan tingkat respon sprektra gempa dan warna berbeda untuk setiap batasan nilai respon sprektra atas dan bawah dalam satuan gravity (g). Nilai sprektra ini dijadikan acuan untuk mendesain beban gempa dalam perencanaan suatu bangunan gedung di Indonesia. Peta zonasi gempa SNI 1726:2012 ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Peta Zonasi Gempa Indonesia ( Konstruksi pelat beton bertulang Pelat lantai atau slab didenisikan sebagai struktur beton bertulang untuk membuat pondasi atau lantai yang ditumpukan pada kolom/dinding struktural bangunan, berupa material pracetak atau dicor langsung ke dalam bekisting (Elliott, 2012). Berdasarkan posisi peletakan tumpuan, pelat lantai dapat diklasifikasikan sebagai pelat dengan 1 arah tumpuan dan pelat dengan 2 arah tumpuan (Ching, 2014). Pada posisi 1 arah, pelat ditumpukan pada dua ujung pelat dengan posisi sejajar, sedangkan untuk 2 arah, pelat ditumpukan pada keempat sisinya. Penggunaan pelat dengan 2 arah lebih lazim dipakai (Gambar 2). Sebagai salah satu komponen struktur bangunan gedung, ada beberapa metode kontruksi pelat lantai yang lazim dipakai (Ahadi, 2013), yaitu : a. Metode konvensional, pada metode ini seluruh struktur pelat lantai dikerjakan ditempat, bekisting menggunakan plywood dengan perancah scaffolding. Ini merupakan cara lama yang paling banyak digunakan namun membutuhkan waktu lama serta biaya tinggi. b. Metode half slab, merupakan struktur pelat lantai yang sebagian dikerjakan dengan sistem precast, bagian tersebut bisa dibuat di pabrik lalu dikirim ke lokasi proyek untuk dipasang, selanjutnya dilakukan pemasangan besi tulangan bagian atas lalu dilakukan pengecoran separuh pelat ditempat. c. Metode full precast, merupakan sistem paling cepat, namun yang perlu diperhatikan jika menggunakan metode ini adalah segi kekuatan alat angkat, misalnya kuat angkat ujung tower crane harus lebih besar dari total berat beton precast. d. Metode bondek, dilaksanakan dengan menghilangkan tulangan bawah dan fungsinya digantikan oleh pelat bondek, dengan begini diharapkan ada penghematan besi tulangan dan bekisting dibawahnya. MK - 3

133 1) Isometri Bentuk Pelat Lantai 2) Tampak Atas Pelat Lantai Analisis Harga Satuan Pekerjaan (AHSP) 3) Potongan Pelat Lantai Gambar 2. Konstruksi Pelat Lantai (Ching, 2014) Analisis harga satuan pekerjaan didefinisikan sebagai analisis harga yang dihitung berdasarkan analisis harga satuan bahan dan upah (SNI 7394:2008). Besarnya harga bahan dan upah ditentukan oleh nilai indeks bahan dan tenaga kerja. Indeks tersebut berperan sebagai faktor pengali atau koefisien yang menjadi dasar penghitungan biaya bahan dan upah kerja. Analisis harga satuan suatu pekerjaan konstruksi dijabarkan dalam perkalian indeks bahan bangunan dan upah kerja dengan harga bahan bangunan dan upah tenaga kerja, untuk penyelesaian per satuan pekerjaan. Untuk konstruksi pelat lantai dapat digunakan Analisis No pada SNI 7394:2008 (Tabel 1). Tabel 1. Kebutuhan 1 m 3 pelat beton bertulang (150 kg besi + bekisting) Bahan Tenaga kerja Kebutuhan Satuan Indeks Kayu kelas III m 3 0,320 Paku 5 cm 12 cm kg 3,200 Minyak bekisting liter 1,600 Besi beton polos kg 157,500 Kawat beton kg 2,250 Portland Cement kg 336,000 Pasir Beton m 3 0,540 Kerikil m 3 0,810 Kayu kelas II balok m 3 0,120 Plywood 9 mm lembar 2,800 Dolken kayu galam, φ (8-10) cm, panjang 4 m batang 32,000 Pekerja OH 5,300 Tukang batu OH 0,275 Tukang kayu OH 1,300 Tukang besi OH 1,050 Kepala tukang OH 0,265 Mandor OH 0,265 MK - 4

RASIO KEBUTUHAN TULANGAN PONDASI BETON BERTULANG PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI PROVINSI ACEH

RASIO KEBUTUHAN TULANGAN PONDASI BETON BERTULANG PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI PROVINSI ACEH Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 RASIO KEBUTUHAN TULANGAN PONDASI BETON BERTULANG PADA KONSTRUKSI GEDUNG DI PROVINSI ACEH Nurul Malahayati 1, Saiful Husin

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan SNI 7394:2008 Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan beton untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan ICS 91.010.20 Badan Standardisasi Nasional SNI 7394:2008 Daftar

Lebih terperinci

Revisi SNI T C. Daftar isi

Revisi SNI T C. Daftar isi Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii Pendahuluan... iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan

Lebih terperinci

ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PONDASI BERDASARKAN ANALISA PADA PROYEK DAN SOFTWARE MS. PROJECT

ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PONDASI BERDASARKAN ANALISA PADA PROYEK DAN SOFTWARE MS. PROJECT ANALISIS HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PONDASI BERDASARKAN ANALISA PADA PROYEK DAN SOFTWARE MS. PROJECT (Studi Kasus proyek pembangunan gedung Laboratorium Terpadu BALITTAS Malang) NASKAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa bumi. Dari kejadian kejadian gempa bumi pada beberapa

Lebih terperinci

PR 1 MANAJEMEN PROYEK

PR 1 MANAJEMEN PROYEK PR 1 MANAJEMEN PROYEK Suatu bagian gedung 2 lantai menggunakan struktur beton bertulang seperti ditunjukkan pada lampiran. Data-data teknis struktur bangunan adalah sebagai berikut : Luas bangunan : 5

Lebih terperinci

Lampiran A...15 Bibliografi...16

Lampiran A...15 Bibliografi...16 Daftar isi Daftar isi...i Prakata...iii Pendahuluan...iv 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Singkatan istilah...2 5 Persyaratan...2 6 Penetapan indeks harga satuan pekerja

Lebih terperinci

Sri Indah Setiyaningsih, Penghitungan Struktur Beton Dan Perbandingan Perhitungan Biaya Menurut SNI

Sri Indah Setiyaningsih, Penghitungan Struktur Beton Dan Perbandingan Perhitungan Biaya Menurut SNI PERHITUNGAN STRUKTUR BETON DAN PERBANDINGAN PERHITUNGAN BIAYA MENURUT SNI DT 91-00008-2007 DAN SK SNI T-15-1991-03 (STUDI KASUS GEDUNG BINA MARGA DAN CIPTA KARYA KABUPATEN ACEH BESAR) SRI INDAH SETIYANINGSIH

Lebih terperinci

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI

ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI ESTIMASI BIAYA PROYEK KONSTRUKSI 1. Pendahuluan adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu (Iman

Lebih terperinci

ANALISA PERBEDAAN HARGA RAB DENGAN RAP UNTUK PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN

ANALISA PERBEDAAN HARGA RAB DENGAN RAP UNTUK PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN ANALISA PERBEDAAN HARGA RAB DENGAN RAP UNTUK PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan Program Diploma III

Lebih terperinci

ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK

ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER Fauzan 1 ABSTRAK VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2012 ANALISA KEGAGALAN STRUKTUR DAN RETROFITTING BANGUNAN MASJID RAYA ANDALAS PADANG PASCA GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 Fauzan 1 ABSTRAK Gempa tektonik tanggal 30 September 2009 telah

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI DAN SOFTWARE MS PROJECT

ANALISA PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI DAN SOFTWARE MS PROJECT 1 ANALISA PERBANDINGAN HARGA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTULANG BERDASARKAN SNI DAN SOFTWARE MS PROJECT Aulia Qur anna Sukamto, Saifoe El Unas, M. Hamzah Hasyim Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara)

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara) ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN METODE BOW, SNI, DAN LAPANGAN (Pekerjaan Beton Bertulang Pada Pembangunan Rumah Tinggal Perum Bugel, Jepara) Fatchur Roehman Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan

BAB III METODOLOGI. penjelas dalam suatu perumusan masalah. Data sekunder berupa perhitungan BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data Data primer yang digunakan dalam penyusunan laporan yang baik berupa data objektif berdasarkan kondisi lapangan guna mendukung analisis dan sebagai penjelas

Lebih terperinci

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1

Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 Selamat Datang MANDOR PEMBESIAN/ PENULANGAN BETON 1.1 PELATIHAN : DAFTAR MODUL Mandor Pembesian / Penulangan Beton NO. KODE JUDUL NO. REPRESENTASI UNIT KOMPETENSI 1. RCF - 01 UUJK, K3 dan Pengendalian

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA AKTUAL PADA PEKERJAAN BETON MENURUT SNI 7394:2008 DENGAN ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN (AHSP) 2012

ANALISA PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA AKTUAL PADA PEKERJAAN BETON MENURUT SNI 7394:2008 DENGAN ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN (AHSP) 2012 ANALISA PERBANDINGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA AKTUAL PADA PEKERJAAN BETON MENURUT SNI 7394:2008 DENGAN ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN (AHSP) 2012 RANI RAHARDINI PUTRI (3107 100 007) LATAR BELAKANG Produktivitas

Lebih terperinci

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR BAB V 5.1 Daftar Harga Satuan Bahan dan Daftar Upah Tenaga Kerja RAB memuat analisa harga satuan pekerjaan struktur yang dihitung secara konvensional. Data harga satuan upah dan bahan di ambil dari Daftar

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA MAGELANG

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA MAGELANG LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN GEDUNG RUMAH SAKIT ISLAM IBNU SINA MAGELANG The Design of Avicenna Islamic Hospital Building Magelang Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Akademis Dalam Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Pengolahan Data. Penyajian Data. Perbandingan Data.

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Pengumpulan Data. Pengolahan Data. Penyajian Data. Perbandingan Data. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data 1. Data eksisting gedung Asrama Pusdiklat Pajak 2. Peraturan gempa pembebanan SNI 1726-2012 SNI 1726-2012 3. Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia baik di bidang ekonomi, politik, sosial, budaya maupun teknik tidak terlepas dari bangunan tetapi dalam perencanaan bangunan sering tidak

Lebih terperinci

ESTIMASI ANGGARAN BIAYA STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL QUAD MAKASSAR MENGGUNAKAN METODE SNI

ESTIMASI ANGGARAN BIAYA STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL QUAD MAKASSAR MENGGUNAKAN METODE SNI ESTIMASI ANGGARAN BIAYA STRUKTUR PROYEK PEMBANGUNAN HOTEL QUAD MAKASSAR MENGGUNAKAN METODE SNI Kurnia Fatonah 1), Dwi Novi Wulansari 2) 1. Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam. penyelenggaraan proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Perkiraan biaya memegang peranan penting dalam. penyelenggaraan proyek. Pada taraf pertama dipergunakan untuk BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Perkiraan Biaya Definisi perkiraan biaya adalah memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan atas informasi yang tersedia

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik

BAB III METODOLOGI. LAPORAN TUGAS AKHIR III 1 Perencanaan Struktur Gedung Perkantoran Badan Pusat Statistik BAB III METODOLOGI III.1. Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan dan pengolahan data. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus segera dilakukan

Lebih terperinci

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA

ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA ANALISA BIAYA KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DAN PERUMAHAN SNI ( STANDAR NASIONAL INDONESIA ) BUNTOK DAN SEKITARNYA No ANALIS URAIAN PEKERJAAN HARGA SAT. I. PEKERJAAN PENDAHULUAN/PERSIAPAN 1 SNI.01.1.6 1 M'

Lebih terperinci

PERANCANGAN STRUKTUR MASJID ( DENGAN ATAP KUBAH )

PERANCANGAN STRUKTUR MASJID ( DENGAN ATAP KUBAH ) LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERANCANGAN STRUKTUR MASJID ( DENGAN ATAP KUBAH ) Disusun oleh : SAWIJI AGUNG N. L2A 002 146 SEPTIAN ISKANDAR L2A 002 147 Diperiksa dan Disetujui oleh : Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI BAB III METODE PENELITIAN SKRIPSI KAJIAN PERBANDINGAN RUMAH TINGGAL SEDERHANA DENGAN MENGGUNAKAN BEKISTING BAJA TERHADAP METODE KONVENSIONAL DARI SISI METODE KONSTRUKSI DAN KEKUATAN STRUKTUR IRENE MAULINA

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT MENGGUNAKAN SAP2000

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT MENGGUNAKAN SAP2000 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT MENGGUNAKAN SAP2000 Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Reguler II Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PROYEK RUMAH TINGGAL BERDASARKAN ANALISA BOW DAN SNI 2007

ANALISIS PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PROYEK RUMAH TINGGAL BERDASARKAN ANALISA BOW DAN SNI 2007 ANALISIS PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PROYEK RUMAH TINGGAL BERDASARKAN ANALISA BOW DAN SNI 2007 Sintong Naek Hallasson Hutasoit NRP : 0521055 Pembimbing : Maksum Tanubrata, IR. MT FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa dekade terakhir ini, wilayah Indonesia sering diterpa berbagai bencana alam, salah satunya gempa bumi. Hal ini terjadi karena Indonesia menempati zona tektonik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA LANJUTAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERBANDINGAN PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA LANJUTAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERBANDINGAN PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA LANJUTAN PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Matakuliah Tugas Akhir Semester VI Pendidikan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PEMASANGAN ANGKUR DARI KOLOM KE DINDING BATA PADA RUMAH SEDERHANA AKIBAT BEBAN GEMPA Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Gempa bumi yang melanda Sumatera Barat, 6

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN

LEMBAR PENGESAHAN PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG KEJAKSAAN TINGGI D.I.Y DENGAN STRUKTUR 5 LANTAI DAN 1 BASEMEN Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN DENGAN METODE SNI

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN DENGAN METODE SNI Jurnal Teknika Vol. 5 No.1 Maret 213 ISSN No. 285-859 ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM LAMONGAN DENGAN METODE SNI Ariful Bachtiyar, Zulkifli Lubis ABSTRAK Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Berikut adalah bagan flowchart metodologi yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. . Gambar 3.1. Flowchart Metodologi

BAB III METODOLOGI. Berikut adalah bagan flowchart metodologi yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. . Gambar 3.1. Flowchart Metodologi III-1 BAB III METODOLOGI Berikut adalah bagan flowchart metodologi yang digunakan dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.. Gambar 3.1. Flowchart Metodologi III-2 Data-data yang akan dipergunakan sebagai dasar

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN PEMBANGUNAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN DAN LAB. TERPADU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK (FISIP) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA (Planning Laboratory

Lebih terperinci

ADENDUM DOKUMEN PENGADAAN NOMOR : 784/VI/BP2MPD-ULP/POKJA-PASCA/2013 TANGGAL : 24 JUNI 2013

ADENDUM DOKUMEN PENGADAAN NOMOR : 784/VI/BP2MPD-ULP/POKJA-PASCA/2013 TANGGAL : 24 JUNI 2013 ADENDUM DOKUMEN PENGADAAN NOMOR : 784/VI/BP2MPDULP/POKJAPASCA/2013 TANGGAL : 24 JUNI 2013 UNTUK PENGADAAN PEKERJAAN PEMBANGUNAN SMPN SATU ATAP (SATAP) SUNGAI LAUT KEC. TANAH MERAH KELOMPOK KERJA (POKJA)

Lebih terperinci

BAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom.

BAB I. - Ukuran kolom dan balok yang dipergunakan tidak memadai. - Penggunaan tulangan polos untuk tulangan utama dan sengkang balok maupun kolom. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Rumah tinggal rakyat atau sering juga disebut rumah tinggal sederhana di Indonesia merupakan bangunan struktur yang dalam pembangunannya umumnya tidak melalui suatu

Lebih terperinci

\\ \upi\Direktori\E - FPTK\JUR. PEND.TEKNIK SIPIL\ ROCHANY NATAWIDJANA\25 FILE UNTUK UPI\BID PRICE.

\\ \upi\Direktori\E - FPTK\JUR. PEND.TEKNIK SIPIL\ ROCHANY NATAWIDJANA\25 FILE UNTUK UPI\BID PRICE. Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memahami tahapan biaya konstruksi yang dibuat oleh kontraktor, mampu mengintegrasikan komponen komponen biaya sehingga menjadi biaya penawaran dan menguraikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri

BAB II LANDASAN TEORI. pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri BAB II LANDASAN TEORI Untuk dapat menentukan suatu nilai dari harga satuan dalam suatu pekerjaan, baik pekerjaan yang dilelangkan ataupun yang dikerjakan sendiri merupakan suatu tugas yang tidak mudah.

Lebih terperinci

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 3 No. 2, Oktober 2011, halaman: 61

JURNAL PORTAL, ISSN , Volume 3 No. 2, Oktober 2011, halaman: 61 ANALISIS VARIABEL HARGA MATERIAL UNTUK MENENTUKAN HARGA SATUAN BANGUNAN GEDUNG TIDAK SEDERHANA DI PROVINSI ACEH Khamistan Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe E-mail: ABSTRACT

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA BANGUNAN BERTINGKAT (Studi kasus Pembangunan Hotel Holiday Inn Express Bogor)

PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA BANGUNAN BERTINGKAT (Studi kasus Pembangunan Hotel Holiday Inn Express Bogor) PERHITUNGAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA PADA BANGUNAN BERTINGKAT (Studi kasus Pembangunan Hotel Holiday Inn Express Bogor) Oleh: Sulistia, Budiono, Wiratna Tri Nugraha ABSTRAK Produktivitas adalah kemampuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG (Structure Design of DKK Semarang Building) Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Strata 1 pada

Lebih terperinci

PERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA

PERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA PERHITUNGAN RAB GEDUNG PERKANTORAN 5 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH SURAKARTA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas

Lebih terperinci

PEMODELAN ESTIMASI BIAYA REHABILITASI RUMAH DI BENER MERIAH PROVINSI ACEH AKIBAT GEMPA BUMI

PEMODELAN ESTIMASI BIAYA REHABILITASI RUMAH DI BENER MERIAH PROVINSI ACEH AKIBAT GEMPA BUMI ISSN 2088-9321 ISSN e-2502-5295 pp. 191-200 PEMODELAN ESTIMASI BIAYA REHABILITASI RUMAH DI BENER MERIAH PROVINSI ACEH AKIBAT GEMPA BUMI Sidro Mujahid 1, Abdullah 2, Mochammad Afifuddin 3 1) Mahasiswa Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berkembang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang sedang berkembang. Perkembangan tersebut meliputi berbagai sektor kehidupan, misalkan saja aspek sosial dan

Lebih terperinci

PENENTUAN KEAKURATAN INDEKS TUKANG BESI DAN PEKERJA PADA PEKERJAAN BALOK, KOLOM, PELAT LANTAI ANTARA BOW/SNI

PENENTUAN KEAKURATAN INDEKS TUKANG BESI DAN PEKERJA PADA PEKERJAAN BALOK, KOLOM, PELAT LANTAI ANTARA BOW/SNI LAPORAN TUGAS AKHIR PENENTUAN KEAKURATAN INDEKS TUKANG BESI DAN PEKERJA PADA PEKERJAAN BALOK, KOLOM, PELAT LANTAI ANTARA BOW/SNI 2003 (Studi Kasus SMU Theresiana I Semarang) Diajukan Sebagai Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN

BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN BAB V RENCANA ANGGARAN BIAYA PEKERJAAN 6.1 Perhitungan Volume Pekerjaan Beton Pelat Lantai Luas(m 2 ) Tebal(m) Volume(m 3 ) basement 64.8 0.25 16.2 1 64.8 0.12 7.776 2 1036.8 0.12 124.416 3 1036.8 0.12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan adalah wujud fisik berupa struktur yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari mulai pondasi, dinding sampai atap secara permanen dan dibuat pada satu tempat.

Lebih terperinci

Peraturan Gempa Indonesia SNI

Peraturan Gempa Indonesia SNI Mata Kuliah : Dinamika Struktur & Pengantar Rekayasa Kegempaan Kode : CIV - 308 SKS : 3 SKS Peraturan Gempa Indonesia SNI 1726-2012 Pertemuan 12 TIU : Mahasiswa dapat menjelaskan fenomena-fenomena dinamik

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT

PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT PERENCANAAN GEDUNG TERMINAL PENUMPANG BANDARA INTERNASIONAL JAWA BARAT TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL Oleh ARI YAN SUTRIANA

Lebih terperinci

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan. Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI. Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM.

LAPORAN. Ditulis untuk Menyelesaikan. Mata Kuliah Tugas Akhir Semester VI. Pendidikan Program Diploma III. oleh: NIM NIM. PERBANDINGAN KEBUTUHAN TULANGAN BETON ANTARA ANALISA KEBUTUHAN BAHAN BERDASARKAN TATA CARA SNI TAHUN 2008 DENGAN GAMBAR RENCANA PADA PROYEK PERUMAHAN CEMARA KUTA LAPORAN Ditulis untuk Menyelesaikan Mata

Lebih terperinci

BILL OF QUANTITY ( BOQ)

BILL OF QUANTITY ( BOQ) PEMERINTAH KOTA PEKANBARU DINAS PERUMAHAN PEMUKIMAN DAN CIPTA KARYA Jalan Datuk Setia Maharaja No. 2 Pekanbaru Telp (0761) 571524 571530 BILL OF QUANTITY ( BOQ) BELAKANG PERUM BUKIT BARISAN BLOK A MENUJU

Lebih terperinci

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Konsep Pd.T. xx-200x.a RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Volume I: Umum Bagian 4: Beton dan Bekisting ICS 93.010 BIDANG

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK

KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL ABSTRAK VOLUME 7 NO. 2, OKTOBER 2011 KAJIAN EKSPERIMENTAL PADA DINDING BATA DI LABORATORIUM DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISPLACEMENT CONTROL Dr. Abdul Hakam 1, Oscar Fithrah Nur 2, Rido 3 ABSTRAK Gempa bumi yang

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP) ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP) TUGAS AKHIR Oleh : I Putu Edi Wiriyawan NIM: 1004105101 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA Oleh Mario Junitin Simorangkir NIM : 15009110 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil) Letak geografis Indonesia

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun Oleh INDAH LISTRIANI L2A TUTI NURHAYATI L2A Telah disahkan pada tanggal, Februari 2008

LEMBAR PENGESAHAN. Disusun Oleh INDAH LISTRIANI L2A TUTI NURHAYATI L2A Telah disahkan pada tanggal, Februari 2008 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG SHOWROOM 5 LANTAI JL. IMAM BONJOL 200 SEMARANG (Design of 5 Floor Showroom Building at Imam Bonjol Street 200 Semarang) Disusun Oleh INDAH LISTRIANI L2A3

Lebih terperinci

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA Oleh : ELVAN GIRIWANA 3107100026 1 Dosen Pembimbing : TAVIO, ST. MT. Ph.D Ir. IMAN WIMBADI, MS 2 I. PENDAHULUAN I.1 LATAR

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA Fauzan 1, Zaidir 2, Dwi Putri Nengsi 3, Indri Miswar 4 ABSTRAK Sumatera Barat merupakan

Lebih terperinci

Lampiran A. Koefisien tenaga kerja dan koefisien bahan

Lampiran A. Koefisien tenaga kerja dan koefisien bahan Lampiran A Koefisien tenaga kerja dan koefisien bahan Berikut ini koefisien tenaga kerja, koefisien bahan dan koefisien alat untuk menghitung HSP bidang ipta Karya, yang terdiri dari 6 kelompok pekerjaan:

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN GEDUNG IKIP PGRI SEMARANG JAWA TENGAH ( Planning Building Structure IKIP PGRI, Semarang Central Java )

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR. PERENCANAAN GEDUNG IKIP PGRI SEMARANG JAWA TENGAH ( Planning Building Structure IKIP PGRI, Semarang Central Java ) LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN GEDUNG IKIP PGRI SEMARANG JAWA TENGAH ( Planning Building Structure IKIP PGRI, Semarang Central Java ) Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat akademis Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI KONVENSIONAL DAN HOLLOW CORE FLOOR PANEL (HCFP)

TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI KONVENSIONAL DAN HOLLOW CORE FLOOR PANEL (HCFP) TUGAS AKHIR ANALISIS PRODUKTIVITAS PEKERJAAN STRUKTUR LANTAI KONVENSIONAL DAN HOLLOW CORE FLOOR PANEL (HCFP) PADA PROYEK GEDUNG PAINTING PT ASTRA HONDA MOTOR PLANT KARAWANG Diajukan sebagai syarat untuk

Lebih terperinci

APLIKASI SNI ,SNI & SNI PADA DESAIN GEDUNG PRACETAK APLIKASI PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA)

APLIKASI SNI ,SNI & SNI PADA DESAIN GEDUNG PRACETAK APLIKASI PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) APLIKASI SNI 1726-2012,SNI 7833-2012 & SNI 7832-2012 PADA DESAIN GEDUNG PRACETAK APLIKASI PADA BANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) O L E H : R I Y A N T O R I V K Y & Y E S U A L D U S P U T,

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR VI.I. Daftar Harga Satuan Bahan dan Daftar Upah Tenaga Kerja RAB memuat analisa harga satuan pekerjaan struktur yang dihitung secara konvensional. Data harga satuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

RSNI Rancangan Standar Nasional Indonesia

RSNI Rancangan Standar Nasional Indonesia RSNI T-12-2002 RSNI Rancangan Standar Nasional Indonesia Analisa Biaya Konstruksi (ABK) bangunan gedung dan perumahan pekerjaan persiapan DEPATEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar Isi Daftar Isi...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi perbandingan tingkat..., Firmansyah, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi perbandingan tingkat..., Firmansyah, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi yang berkembang cepat menuntut kita untuk dapat memahami dan menguasai aspek-aspek yang berhubungan dengan bidang konstruksi yang semakin berkembang

Lebih terperinci

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS

PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS PENERAPAN DAN PELAKSANAAN APARTEMEN UNTUK MBR DENGAN SISTEM PRACETAK PENUH BERBASIS MANUFACTUR OTOMATIS DAFTAR ISI PENDAHULUAN PERATURAN YANG DIGUNAKAN KONSEP DESAIN DENGAN BERBAGAI KOMBINASI KOMPONEN

Lebih terperinci

BAB. IV. ANALISIS dan PEMBAHASAN

BAB. IV. ANALISIS dan PEMBAHASAN BAB. IV ANALISIS dan PEMBAHASAN Identifikasi penelitian bertujuan untuk mengetahui optimasi penggunaan metode begisting konvensional dan begisting bondek terhadap 5 aspek, yaitu aspek biaya, aspek waktu,

Lebih terperinci

PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DI KOTA SRAGEN)

PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DI KOTA SRAGEN) TESIS PENERAPAN VALUE ENGINEERING PADA PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS: PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG RUMAH SAKIT DI KOTA SRAGEN) LEVIN WIBOWO No. Mhs.: 155102358/PS/MTS PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA

REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA REKAPITULASI DAFTAR KUANTITAS DAN HARGA KEGIATAN : PEKERJAAN : DESA : KECAMATAN : KABUPATEN : TA. : NO URAIAN PEKERJAAN JUMLAH HARGA 1 I PEKERJAAN PERSIAPAN Rp. II PEKERJAAN SALURAN III PEKERJAAN LAIN-LAIN

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahap. Tiaptiap tahap saling berhubungan satu sama lain, tiap tahap merupakan bagian

Lebih terperinci

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI

DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI DAFTAR ANALISA BIAYA KONSTRUKSI 1 SNI 03-2835-2002 PEKERJAAN PERSIAPAN PA 6,8 1 m² Membersihkan lapangan dan perataan SNI 03-2835-2002 / 6.8 Upah Pekerja 0,100 Oh x Rp 0 = Rp 0,00 Mandor 0,005 Oh x Rp

Lebih terperinci

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4

STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 STUDI HARGA SATUAN UPAH UNTUK PROYEK BANGUNAN TINGGI Michael Purnomo 1, Elvin Laynardo 2, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 ABSTRAK: Pekerja adalah salah satu faktor penting dalam suatu proyek konstruksi

Lebih terperinci

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI PROPORSI BIAYA TIAP SATUAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI Jeremy August Tambayong 1, Budiman Proboyo 2, dan Indriani Santoso 3 ABSTRAK : Proses konstruksi sangat bergantung

Lebih terperinci

PRIYANTO D

PRIYANTO D EVALUASI BIAYA PEKERJAAN PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG KULIAH 5 LANTAI DENGAN SISTEM DAKTAIL PENUH DI WILAYAH GEMPA 3 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL

PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN BANGUNAN TINGKAT TINGGI DENGAN SISTEM STRUKTUR FLAT PLATE CORE WALL Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

STUDI MEDAN POLITEK. Oleh

STUDI MEDAN POLITEK. Oleh STUDI PERBANDINGAN ANALISIS HARGAA SATUAN PEKERJAAN BETON BERTUL LANG OLEH KONTRAKTOR DENGAN METODE LAPANGANN TERHADAP METODE SNI 2008 PADA BEBERAPA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI KOTAA MEDAN TUGAS AKHIR Ditulis

Lebih terperinci

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA

PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA PENENTUAN KOEFISIEN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTING DAN PEMBESIAN PADA PROYEK GRHA WIDYA MARANATHA Nama : Asep Dian Heryadiana Nrp : 0221109 Pembimbing : Maksum Tanubrata,Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN METODE S.N.I. DAN SOFTWARE MS. PROJECT DALAM PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN LANGIT-LANGIT UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN

ANALISIS PERBANDINGAN METODE S.N.I. DAN SOFTWARE MS. PROJECT DALAM PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN LANGIT-LANGIT UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN ANALISIS PERBANDINGAN METODE S.N.I. DAN SOFTWARE MS. PROJECT DALAM PERHITUNGAN BIAYA PEKERJAAN LANGIT-LANGIT UNTUK KONSTRUKSI BANGUNAN (Studi Kasus Pembangunan Gedung II dan Bangunan Penghubung Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG D KAMPUS IV UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU LAPORAN AKHIR

PERENCANAAN GEDUNG D KAMPUS IV UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU LAPORAN AKHIR PERENCANAAN GEDUNG D KAMPUS IV UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU LAPORAN AKHIR Dibuat Untuk Memenuhi Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Sriwjaya Disusun

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UGD RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UGD RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG ii LEMBAR PENGESAHAN SUPLEMEN TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG UGD RUMAH SAKIT ROEMANI SEMARANG Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL. Konsep. Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan RPT0 RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Analisa Harga Satuan Pekerjaan Volume I: Umum Bagian 8. Pekerjaan Pintu Air ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR S

Lebih terperinci

RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR

RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR 6. BAB VI RENCANA ANGGARAN BIAYA STRUKTUR RAB memuat analisa harga satuan pekerjaa struktur yang dihitung secara konvesional. Data harga satuan upah dan bahan diambil dari harga satuan pekerjaan Bahan

Lebih terperinci

PENERAPAN APPROXIMATE COST ESTIMATE PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN RUKO (SOHO)

PENERAPAN APPROXIMATE COST ESTIMATE PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN RUKO (SOHO) PENERAPAN APPROXIMATE COST ESTIMATE PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN RUKO (SOHO) Endry, Hesky Oktavian Utomo, Indriani Santoso 3, Budiman Proboyo 4 ABSTRAK : Dewasa ini permintaan akan ruko (SOHO)

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI. Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo Fernandes Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I. Dosen Pembimbing II

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI. Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo Fernandes Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing I. Dosen Pembimbing II LEMBAR PERSETUJUAN EFEKTIFITAS PENGGUNAAN BEKISTING MULTIPLEX PADA PEKERJAAN LANTAI DAN BALOK BANGUNAN ALEXANDRIA DI TINJAU DARI SEGI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN SKRIPSI Oleh : Joaozinho Dos Santos Araujo

Lebih terperinci

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG TUGAS AKHIR 1 HALAMAN JUDUL PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Fakultas Teknik Program

Lebih terperinci

PROPORSI KOMPONEN BIAYA HARGA BAHAN, UPAH DAN ALAT PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

PROPORSI KOMPONEN BIAYA HARGA BAHAN, UPAH DAN ALAT PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI PROPORSI KOMPONEN BIAYA HARGA BAHAN, UPAH DAN ALAT PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI Cristian Halim 1, Maximillian M. S. D. 2, Budiman Proboyo 3, dan Indriani Santoso 4 ABSTRAK : Biaya merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di masa sekarang ini perkembangan dunia konstruksi semakin maju khususnya di Indonesia. Hal itu dikarenakan jumlah penduduk yang semakin bertambah, sehingga para ahli

Lebih terperinci

APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI

APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI APPROXIMATE COST ESTIMATE BERDASARKAN KANDUNGAN BESI DAN KEBUTUHAN BEKISTING PADA STRUKTUR BETON BERTULANG BANGUNAN TINGGI Hendra Kwandoko 1, Chaisen Nawir 2, Budiman Proboyo 3, dan Indriani Santoso 4

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis

UCAPAN TERIMA KASIH. Jimbaran, September Penulis ABSTRAK Dalam meningkatkan kinerja struktur dalam menahan beban gempa pada bangunan bertingkat tinggi maka dibutuhkan suatu system struktur khusus, salah satunya adalah dengan dengan pemasangan dinding

Lebih terperinci

STUDI KASUS HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN UNTUK PROYEK BANGUNAN SATU LANTAI

STUDI KASUS HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN UNTUK PROYEK BANGUNAN SATU LANTAI STUDI KASUS HARGA SATUAN UPAH DAN BAHAN UNTUK PROYEK BANGUNAN SATU LANTAI Dani Pratama 1, Sentosa Limanto 2 ABSTRAK: Dalam sebuah proyek konstruksi bangunan, biaya memegang peranan penting. Dalam sebuah

Lebih terperinci

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN ANALISA BOW, HSPK DAN LAPANGAN

ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN ANALISA BOW, HSPK DAN LAPANGAN ANALISA HARGA SATUAN PEKERJAAN DENGAN ANALISA BOW, HSPK DAN LAPANGAN (STUDY KASUS PEKERJAAN BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG SERBA GUNA AKADEMI TEKNIK KESELAMATAN DAN PENERBANGAN SURABAYA) TUGAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen konstruksi. Setidaknya upaya yang dilakukan merupakan usaha untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi konstruksi pada saat ini mengalami kemajuan pesat yang ditandai dengan hadirnya berbagai jenis material dan peralatan yang modern terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu BUMN, BUMD, dan Swasta, untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu BUMN, BUMD, dan Swasta, untuk memenuhi kebutuhan pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan infrastruktur yang tumbuh pesat baik dipulau Jawa ataupun diluar pulau Jawa di Indonesia berkembang pesat juga perusahaan jasa konstruksi baik itu BUMN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di pertemuan antara plat tektonik Australia, Eurasia, Philippines dan Pasific yang bertemu di kepulauan Maluku. Hal tersebut berpengaruh

Lebih terperinci

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO Agus Surandono 1),Desmawan 2) Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro

Lebih terperinci