Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Diterbitkan Maret 2018

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Diterbitkan Maret 2018"

Transkripsi

1 Legalisasi perusahaan sawit melalui perubahan peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau (2) Menelisik ilegalitas bertahun-tahun kebun sawit di 29 lokasi Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan Maret 2018 Eyes on the Forest (EoF) merupakan koalisi LSM di Riau, Sumatra: WALHI Riau, Jikalahari Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau dan WWF-Indonesia Program Sumatra Tengah. EoF membentuk jaringan kelompok anggota di Sumatra (KKI Warsi) dan Kalimantan : Environmental Law Clinic, Lembaga Gemawan, JARI Indonesia Borneo Barat, Kontak Rakyat Borneo, POINT, Swandiri Institute, Yayasan Titian, Gapeta Borneo dan WWF-Indonesia Program Kalimantan Barat. EoF memonitor deforestasi dan status dari hutan alam yang tersisa di Sumatra dan Kalimantan dan mendiseminasi informasi secara luas. Untuk lebih banyak informasi tentang Eyes on the Forest, silahkan kunjungi: Website EoF: EoF website: Peta interaktif EoF: editor(at)eyesontheforest.or.id 1

2 Sampul depan Peta hasil survey pada kebun sawit PT Surya Intisari Raya, sebelum keluarnya SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, areal kebun PT Surya Intisari Raya berada pada kawasan Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Tetap. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, PT Surya Intisari Raya menjadi Areal Penggunaan Lain. 2

3 RINGKASAN EKSEKUTIF Serial investigasi oleh koalisi Eyes on the Forest (EoF) yang terdiri Jikalahari, WALHI Riau dan WWF Indonesia kembali melanjutkan pemantauan terhadap dugaan puluhan kebun sawit tidak memiliki izin Pelepasan Kawasan Hutan dari Kementerian Kehutanan (sebelum dilebur jadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2014). Kebun sawit ini sudah beroperasi bertahun-tahun meski tidak memiliki izin perubahan dari kawasan hutan menjadi non-hutan (kebun). Artinya, sawit diproduksi di kawasan hutan tanpa melalui prosedur dan ketentuan yang digariskan oleh hukum yang berlaku di Indonesia. Selain itu ditemukan perusahaan atau mitra perusahaan mengembangkan sawit tanpa adanya izin Hak Guna Usaha (HGU). Kalaupun ada, luas kebun yang dikembangkan lebih besar dari ketentuan yang ada di HGU. Selama periode Juni hingga Agustus 2017, tim EoF melakukan investigasi pada 29 lokasi atau areal yang secara kajian GIS (geographic information system; sistem informasi geografis) mengalami perubahan peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan nomor SK 673/Menhut-II/2014. Pilihan lokasi investigasi merujuk hasil analisis tumpang susun SPOT (Satellite Pour l Observation de la Terre) 2015 dengan kawasan hutan yang mengalami perubahan peruntukan menjadi bukan kawasan hutan. Ada beberapa kabupaten yang diinvestigasi EoF terkait dengan kejanggalan dalam operasi kebun sawit seperti Kampar, Pelalawan, Indragiri Hilir, Indragiri Hulu, Rokan Hilir, Rokan Hulu, Siak, dan Bengkalis. Dari tabel di bawah menggambarkan bahwa investigasi EoF pada 29 perusahaan dan pemodal yang teridentifikasi mencapai hektar. Adapun luas areal teridentifikasi yang telah dilakukan pelepasan seluas hektar di delapan (8) kebun sawit dari total 29 kebun. Anehnya, luas pelepasan kawasan hutan tersebut bukan hanya pada lokasi yang teridentifikasi tetapi indikasinya juga untuk izin lokasi lain. Karena perusahaan tersebut memiliki sebaran lokasi yang menyebar. Misalnya, PT Perkebunan Nasional III Sei Meranti, pelepasan kawasan mencapai hektar. Padahal pada lokasi ini luas kebun hanya mencapai hektar dan sisanya terdapat pada lokasi lain. Dari luas kebun hektar yang teridentifikasi oleh pemantauan EoF yang berdasarkan data BPN Provinsi Riau tahun 2016 maka terdapat hektar yang memiliki Hak Guna Usaha (HGU) yang berada di 15 dari 29 lokasi yang dipantau EoF. Dari tumpang susun HGU pada kebun yang teridentifikasi dengan Keputusan Menhut Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 (Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau) dan Keputusan Menhut Nomor 7651/Menhut- VII/2011, 30 Desember 2011 (Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau), maka terdapat HGU dalam kawasan hutan sekitar hektar. Angka ini dirinci menjadi hektar pada Hutan Produksi Terbatas (HPT), pada Hutan Produksi (HP), hektar pada Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK) dan Hutan Lindung (HL) 36 hektar. Pada tumpang susun (overlay) Kawasan Hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014 dengan areal kebun yang teridentifikasi, masih terdapat areal kebun yang berada dalam kawasan hutan, antara lain hektar di HP, 112 hektar di HPT, hektar di HPK dan 36 hektar di HL. 3

4 Sejumlah grup besar sawit, baik investasi nasional maupun investasi Singapura tercantum dalam 29 kebun sawit yang diinvestigasi EoF, meskipun masih ada perusahaan yang belum teridentifikasi afiliasinya. Sejumlah grup sawit yang diindikasikan melakukan dugaan perubahan Kawasan Hutan menjadi Kawasan Bukan Hutan dengan bermasalah ini adalah: PTPN, First Resources, Indofood, Astra, Darmex, Sarimas, Wira, Borneo Pasific, Provident Agro dan Peputra Masterindo. PT Sumatera Sawit Sejahtera memiliki usia pohon sawit termuda yang sudah ditanam di kawasan hutan. Sementara PT Budi Murni Panca Jaya memiliki usia kebun tertua dengan kisaran 25 tahun, disusul oleh PT Cilandra Perkasa dan PT Sugih Indah Jati. PT Cilandra Perkasa (Wilmar) satu-satunya kebun sawit yang EoF pantau memiliki lahan di Hutan Lindung seluas 36 hektar. Koalisi EoF meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk mencabut dan meninjau ulang Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas hektar dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau. Selain itu KLHK diminta untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penindakan terhadap perusahaan sawit yang telah mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan sebelum diterbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014 Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau. 4

5 PENDAHULUAN Eyes on the Forest telah mempublikasikan laporan Legalisasi Perusahaan Sawit Melalui Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau pada Desember Dalam laporan tersebut menjelaskan bahwa terdapat sekitar 26 perusahaan kebun kelapa sawit yang telah mengembangkan kebun sawit sejak lama pada kawasan hutan, sebelum areal tersebut dilakukan perubahan peruntukan menjadi bukan kawasan hutan tahun 2014 yaitu melalui kebijakan Menteri Kehutanan melalui SK 673/Menhut-II/2014 Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas hektar dan 878/Menhut-II/2014 Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau. Temuan Eyes on the Forest (EoF) dalam laporan 2016 mengindikasikan sejumlah perusahaan telah memanfaatkan peluang perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan untuk memenuhi kepentingan perubahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau sebagai pelegal atau pemutihan kebun sawit pada kawasan hutan. Pada laporan tersebut, juga ditemukan beberapa group perusahaan kebun sawit yang teridentifikasi mengembangkan sawit dalam kawasan hutan sebelum perubahan kawasan hutan. Beberapa group perusahaan tersebut antara lain: Panca Eka Group, Sarimas Group, Peputra Masterindo, First Resources, Bumitama Gunajaya Agro, Wilmar, Golden Agro Resources (GAR) dan lain-lainnya. Laporan legalisasi 2016 telah disampaikan kepada pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kantor Staf Presiden (KSP), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau dan Kepolisian Daerah Riau oleh koalisi EoF pada rentang waktu Februari hingga November EoF meminta KLHK untuk mencabut dan meninjau ulang Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas hektar dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau. EoF meminta KLHK untuk melakukan penyelidikan, penyidikan dan penindakan terhadap perusahaan sawit yang telah mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan sebelum diterbitkannya Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau. Meminta BPN Provinsi Riau untuk melakukan evaluasi terhadap HGU yang telah diterbitkan oleh Kantor Pertanahan kabupaten di kawasan hutan. EoF meminta KPK untuk melakukan penyelidikan terhadap aparatur negera dan koorporasi atas dugaan terjadinya tindak pidana korupsi dalam proses perubahan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan hutan sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014, Tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas hektar dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau. Selain itu laporan legalisasi yang dipublikasikan Desember 2016 telah menjadi masukan bagi KLHK terkait persetujuan terhadap revisi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Riau Salah satu hal yang menjadi pertimbangan ialah perubahan kawasan hutan di Riau berpotensi memiliki masalah hukum dan adanya indikasi melakukan pemutihan (baca: melegalkan) kebun sawit pada kawasan hutan. 5

6 Kepolisian Daerah Riau dan aparat penegak hukum lainnya dari berbagai sumber media telah melakukan proses penegakan hukum terhadap perusahaan yang terindikasi melakukan pengembangan sawit pada kawasan hutan, antara lain bersumber dari: Mengingat perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan di Provinsi Riau melalui SK 673/Menhut-II/2014 lebih dari 1,6 juta hektar, maka masih diperlukan untuk melakukan serangkaian investigasi pada kawasan hutan yang mengalami perubahan peruntukan menjadi bukan kawasan hutan. Karena disadari bahwa dari laporan legalisasi sebelumnya belum menjangkau semua kawasan yang mengalami perubahan peruntukan. Laporan investigasi 2017/2018 ini masih mengikuti pola yang sama dari laporan legalisasi sebelumnya, dimana tim EoF melakukan kajian dan pemantauan lapangan untuk memperoleh data dan informasi otentik. Areal yang dilakukan pengecekan di lapangan oleh EoF adalah bagian dari areal perubahan peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 1,6 juta hektar yang mengacu pada SK Menhut 673/Menhut-II/2014 dan SK Menhut 878/Menhut-II/2014. EoF menelisik: Apakah pada areal perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan telah dikuasai oleh perusahaan atau cukong sawit sejak lama? Hal ini untuk menjawab pertanyaan perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan hanya terkesan melegalkan perusahaan dan pemodal sawit yang sudah menduduki kawasan sejak lama. Adakah dari proses ini mengindikasikan terjadinya korupsi dan praktik pencucian uang dalam perubahan peruntukan kawasan hutan di Riau? Laporan ini mengingatkan kembali beberapa peraturan di Indonesia yang tidak membolehkan pengembangan kebun sawit di dalam kawasan hutan: Undang-undang No. 18/2013 Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 17, (2) Setiap orang dilarang: b. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan; Undang-undang No 41/1999 Kehutanan Pasal 50, (3) Setiap orang dilarang: a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah; dimana yang dimaksud dengan mengerjakan kawasan hutan adalah mengolah tanah dalam kawasan hutan tanpa mendapat izin dari pejabat yang berwenang, antara lain untuk perladangan, untuk pertanian, atau untuk usaha lainnya. Dalam data Direktorat Jenderal Perkebunan Departemen Pertanian, terdapat 1,7 juta hektar kebun rakyat dan hektar perkebunan sawit besar yang berada dalam kawasan hutan (Kompas, 31 Maret 2017). Data per Maret 2017 menyebutkan hanya 226 perusahaan dan dua koperasi dengan total luas 1,4 juta hektar-- yang mendapat sertifikat ISPO sejak berlaku Ini jumlahnya cukup kecil, 12,39 persen jika dibandingkan total luas sawit versi data pemerintah 11,91 juta hektar. 6

7 Temuan Hasil Investigasi Dalam kurun Juni hingga Agustus 2017, tim Eyes on the Forest yang terdiri dari Jikalahari, WALHI Riau dan WWF Indonesia melakukan investigasi pada 29 lokasi atau areal yang secara kajian GIS mengalami perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan melalui SK 673/Menhut-II/2014. Pilihan lokasi investigasi berdasarkan hasil analisis tumpang susun SPOT 2015 (Satellite Pour l Observation de la Terre) dengan kawasan hutan yang mengalami perubahan peruntukan menjadi bukan kawasan hutan. Peta 1. Target investigasi terhadap perusahaan dan pengusaha kebun sawit yang beroperasi di dalam Kawasan Hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau. Selain itu, areal kebun mereka termasuk dalam Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014; dan menjadi Areal Penggunaan Lain berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Laporan investigatif EoF terkini menelisik kebun sawit di lingkaran warna biru (nomor 27-55) 7

8 Berikut tabel 1. Hasil investigasi terhadap Perusahaan dan pengusaha kebun sawit yang arealnya berada di dalam Kawasan Hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau, kemudian arealnya termasuk perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 dan menjadi areal Penggunaan Lain berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September No Perusahaan /Koperasi / Pemodal GorupMitra Analisis Citra, Interview, & Pengamatan di lapangan Luas (ha) Pelepasan kawasan hutan Sumber: hasil investigasi Eyes on the Forest Juni-Agustus 2017 dan analisis GIS Kawasan Hutan dan Bukan Kawasan Hutan Berdasarkan SK No 173/Kpts-II/1986 & No 7651/Menhut-VII/KUH/2011 Kawasan Hutan dan Bukan Kawasan Hutan Berdasarkan SK No 878/Menhut-II/2014 HGU APL HPT HP HPK HL APL HP HPT HPK HL 1 PT Surya Intisari Raya First Resources PT Kaliagung Perkasa PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih PTPN PT Ciliandra Perkasa First Resources 6,759 5,520 3,860 3,249 1,835 1, ,470 1, PT Surya Intisari Raya 2 First Resources 1, , PT Indrawan Perkasa PT Gunung Mas Raya Indofood KUD Sakato Jaya Lestari PT Sari Lembah Subur - Tampoi Astra PT Johan Sentosa Darmex 7,122 4,023 5,764 5, , , Ucok Pane S. Pane PT Agro Sarimas Indonesia Sarimas PT Sari Lembah Subur - Mak Teduh Astra PT Perkebunan Nasional V Sei Lala PTPN PT Sumber Sawit Sejahtera 1,948 7,500 3, ,944 1, PT Sugih Indah Sejati Wira PT Bintang Riau Sejahtera Borneo Pasific 2,162 2, ,144 1, PT Berlian Mitra Inti PT Kosta Palmira PT Budi Murni Panca Jaya PT Perkebunan Nasional V Sei Parit PTPN 2,748 2,748 1,676 1,072 1, PT Perkebunan Nasional III Sei Meranti PTPN 1,244 29,962 1,244 1, PT Langgam Inti Hibrindo Provident Agro 8,511 15,037 8,511 6,333 2,178 7, PT Murini Wood Indah Industries First Resources 7,835 7,835 6, ,788 7, PT Serikat Putera 13,174 9,330 13,174 11, ,474 12, PT Perkebunan Nasional V Sei Rokan PTPN 7,979 22,407 7,979 7, , PT Astra Agro Lestari Astra 3,586 7,377 3,586 3, , PT Perputra Masterindo dan KUD Sawit Jaya Peputra Masterindo 4,402 3, , TOTAL 77, ,156 62,835 50,534 2,829 5,216 19, ,968 2, , Tabel diatas menggambarkan bahwa investigasi EoF pada 29 perusahaan dan pemodal yang teridentifikasi mencapai hektar. Dari luas teridentifikasi tersebut terdapat areal yang telah dilakukan pelepasan seluas hektar. Luas pelepasan kawasan hutan tersebut bukan hanya pada lokasi yang teridentifikasi tetapi indikasinya juga untuk lokasi lain. Karena perusahaan tersebut memiliki sebaran lokasi yang lain. Misalnya, PT Perkebunan Nasional III Sei Meranti, pelepasan kawasan mencapai hektar. Padahal pada lokasi ini luas kebun hanya mencapai hektar dan sisanya terdapat pada lokasi lain. Dari luas kebun hektar yang teridentifikasi, berdasarkan data BPN Provinsi Riau yang diterima tahun 2016, terdapat hektar yang memiliki Hak Guna Usaha (HGU). Tumpang susun HGU pada kebun yang teridentifikasi dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986, Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011, Tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, terdapat HGU dalam kawasan hutan sekitar hektar. Antara lain hektar pada Hutan Umur sawit (thn) 8

9 Produksi Terbatas (HPT), pada Hutan Produksi (HP), hektar pada Hutan Produksi dapat Dikonversi (HPK) dan Hutan Lindung 36 hektar. Dengan tumpang susun Kawasan Hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, dengan areal kebun yang teridentifikasi, masih terdapat areal kebun yang berada dalam kawasan hutan, antara lain hektar di HP, 112 ha di HPT, ha di HPK dan 36 ha di HL. Berikut penjelasan masing-masing perusahaan dan pengusaha kebun sawit yang arealnya berada dalam kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau; kemudian arealnya termasuk perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 dan menjadi Areal Penggunaan Lain berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014: 1. PT SURYA INTISARI RAYA (SIAK) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan hutan; tidak memiliki Hak Guna Usaha (HGU) PT Surya Intisari Raya merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari First Resources, korporasi berbasis Singapura, di Provinsi Riau. Secara administratif lokasi perusahaan berada pada wilayah Desa Teluk Kacang, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak. Temuan lokasi perkebunan milik PT SIR berada pada salah satu titik koordinat N0 49'18.17" E101 45'49.45". Analisa SPOT 2015 dan pengamatan lapangan EoF Juli 2017, diperkirakan luas PT SIR mencapai 206 hektar dan umur sawit sekitar 6 tahun atau penanaman dimulai tahun Tumpang susun areal PT SAR dengan peta Kawasan Hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut- VII/KUH/2011, areal PT SAR berada dalam kawasan hutan. Diantaranya 183 hektar pada Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan 22 hektar pada Hutan Produksi (HP). Setelah keluarnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Riau Nomor 673/Menhut-II/2014 dan SK tentang Kawasan Hutan Riau berdasarkan SK 878/Menhut- II/2014, 29 September 2014, maka areal PT SIR telah berubah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) lebih kurang 183 hektar dan sisanya 22 hektar masih HP. Temuan ini menunjukkan bahwa PT SIR telah mengembangkan kebun sawit sebelum adanya Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan tanggal 29 September SK Nomor 673/Menhut-II/2014 telah mengakomodir Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan pada areal kebun sawit yang sudah ada (existing) dan dimiliki oleh PT SIR. Hal ini mengindikasikan bahwa PT SIR telah melanggar Undang-undang No. 18/2013 Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan Pasal 17, Ayat (2) Setiap orang dilarang: huruf b. melakukan kegiatan perkebunan tanpa izin Menteri di dalam kawasan hutan. Undang-undang No 41/1999 Kehutanan Pasal 50, Ayat (3) Setiap orang dilarang, huruf a. mengerjakan dan atau menggunakan dan atau menduduki kawasan hutan secara tidak sah. 9

10 Tim Eyes on the Forest menyimpulkan bahwa kuat dugaan kebun sawit PT SIR belum memiliki izin, hal ini ditunjukan tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT SIR berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan Begitu pula berdasarkan data Badan Pertanahan Nasional (BPN) Provinsi Riau tahun 2016, PT SIR belum memiliki Hak Guna Usaha (HGU). Peta 2. Foto 1, 2 dan 3 ditemukan tanaman sawit yang berumur sekitar 6 tahun. Foto 4, 5 dan 6 tanaman sawit dan patok penanaman di masing masing blok penanaman. Sebelum keluarnya SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan HPT dan HP. Namun berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto ini sudah menjadi APL. 2. PT KALI AGUNG PERKASA (KAMPAR) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan hutan dan tidak memiliki HGU PT Kali Agung Perkasa merupakan perkebunan kelapa sawit yang secara administratif termasuk wilayah Desa Kabun, Kecamatan Bangkinang Seberang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N0 26'48" E100 51'48". Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF Juli 2017, diperkirakan luas perkebunan milik PT Kali Agung Perkasa sekitar 741 hektar. Diperkirakan tanaman sawit telah berumur 20 tahun atau penanaman pada Pada tumpang susun areal PT Kali Agung Perkasa dengan peta Kawasan Hutan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, maka hasilnya areal perkebunan milik PT Kali Agung Perkasa berada pada kawasan hutan. Diantaranya 220 hektar pada HPT dan 521 hektar pada HP. 10

11 Setelah terbitnya SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan Nomor Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014 pada 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Kali Agung Perkasa yang sebelumnya merupakan HPT dan HP telah berubah menjadi APL lebih kurang 278 hektar dan sisanya 463 hektar masih berfungsi sebagai HP. Temuan EoF telah mengindikasikan 278 hektar kebun PT Kali Agung Perkasa ditanam pada kawasan hutan sebelum Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi bukan Kawasan Hutan tahun EoF pun menilai kuat dugaan kebun PT Kali Agung Perkasa belum memiliki izin, indikasinya adalah berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Kali Agung Perkasa. Begitu pun pada data BPN 2016 Provinsi Riau, PT Kali Agung Perkasa tidak ditemukan memiliki HGU. Dalam SK Kawasan Hutan Provinsi Riau Nomor 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, sebagian besar atau sekitar 521 hektar kebun PT Kali Agung Perkasa masih berada dalam kawasan hutan. Tentunya, dalam hal ini pengembangan kebun PT Kali Agung Perkasa mesti mendapatkan pelepasan kawasan hutan dari Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Peta 3. Foto 1, 2 dan 3: hamparan tanaman sawit yang sudah berumur 20 tahun milik PT Kali Agung Perkasa. Foto 4 dan 5: salah satu perumahan karyawan di dalam kebun sawit milik PT Kali Agung Perkasa. Foto 6, 7 dan 8: plang nama PT Kali Agung Perkasa. Sebelum terbitnya SK Menhut 673/Menhut-II/2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, maka lokasi foto 1-8 ini masih merupakan Hutan Produksi Terbatas dan Hutan Produksi. Namun berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, maka lokasi foto 1-8 dari Hutan Produksi Terbatas seluas 278 hektar sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. 3. PT Perkebunan Nusantara V Kabun dan KUD BUMI ASIH (ROHUL) Dugaan pelanggaran: Tidak memiliki izin pelepasan hutan dan tidak memiliki HGU 11

12 PT Perkebunan Nusantara V (PTPN V) Kabun dan KUD Bumi Asih merupakan usaha perkebunan kelapa sawit pola Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA). Areal kebun secara administratif termasuk wilayah Desa Bumi Asih, Kecamatan Kabun, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan ini berada pada salah satu titik koordinat N0 27'29" E100 51'0". Analisis SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF Juli 2017, luas pola KKPA PT PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih mencapai sekitar 737 hektar. Diperkirakan umur tanaman sawit telah mencapai 18 tahun atau penanaman diperkirakan tahun Tumpang susun areal perkebunan PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan milik KKPA PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih hanya 12 hektar berada pada APL dan selebihnya berada pada kawasan hutan. Kawasan hutan tersebut diantaranya 205 hektar pada HPT dan 521 hektar pada HP. Terbitnya SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal perkebunan milik KKPA PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih telah berubah menjadi APL lebih kurang 673 hektar dan sisanya 64 hektar masih berfungsi sebagai HP. Kuat dugaan pengembangan KKPA PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih tidak memiliki pelepasan kawasan hutan. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan KKPA PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih. Begitu juga berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau, tidak ditemukan memiliki HGU. Peta 4. Foto 1,2,3 dan 4 tanaman sawit didalam areal KKPA PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih yang berumur sekitar tahun. Padahal sebelum keluarnya SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto 1,2,3 dan 4 ini merupakan Hutan Produksi Terbatas. Namun berdasarkan SK 878/MenhutII/2014, 29 September Lokasi foto 1,2,3 dan 4 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. Foto 5,6 dan 7 tanaman sawit KKPA PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih didalam Hutan Produksi sebelum SK Menhut 673/Menhut-II/

13 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, namun menjadi APL setelah diterbitkannya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Bila dikaitkan dengan umur tanaman sawit milik KKPA PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih yang diperkirakan berumur 18 tahun dan SK Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan pada 8 Agustus 2014, maka KKPA PTPN V Kabun dan KUD Bumi Asih terindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan. 4. PT CILIANDRA PERKASA (KAMPAR) Dugaan pelanggaran: Luas perkebunan berdasarkan HGU lebih kecil daripada pengamatan EoF dan data BPN Riau 2016, artinya perusahaan mengolah lebih dari luas HGU. PT Ciliandra Perkasa merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari First Resources (Singapore) di Provinsi Riau. Secara administratif perkebunan milik perusahaan ini terletak di Desa Kota Padang, Kecamatan Salo, Kabupaten Kampar. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PT Ciliandra Perkasa berada pada salah satu titik koordinat N0 10'50" E101 2'19". Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Ciliandra Perkasa seluas hektar pada tahun Berdasarkan data BPN Provinsi Riau 2016, PT Ciliandra Perkasa memiliki HGU hektar. Namun berdasarkan analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF pada Juli 2017, luas perkebunan milik PT Ciliandra Perkasa diperkirakan mencapai hektar dan umur sawit telah berumur 13 sampai 24 tahun. Temuan EoF Juli 2017 mengindikasikan bahwa PT Ciliandra Perkasa mengembangkan kebun sawit melebihi dari HGU (3.860 ha) dan pelepasan kawasan hutan (5.520 ha) yaitu sekitar hektar atau melebihi dari HGU sekitar hektar. Bila areal tersebut ditumpang susun dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, terdapat areal perkebunan milik PT Ciliandra Perkasa berada pada kawasan hutan. Diantaranya hektar HPT, hektar HP, 430 hektar HPK dan 36 hektar Hutan Lindung (HL). Dan sisanya sekitar berada pada APL. 13

14 Peta 5. Foto 1,2,3 dan 4 ditemukan tanaman sawit yang berumur sekitar 24 tahun. Padahal sebelum keluarnya SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto 1,2,3 dan 4 ini masih merupakan Hutan Produksi Terbatas. Namun berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Lokasi foto 1,2,3 dan 4 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. Foto 5 menunjukkan papan himbauan Awas Api dilarang membakar di sekitar kawasan ini yang berada di kebun sawit PT Ciliandra Perkasa. Foto 6,7 dan 8 tanaman sawit dan kemp karyawan yang berada di dalam kebun PT Ciliandra Perkasa. Foto 6, 7 dan 8 ini masih merupakan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011. Namun berdasarkan SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, areal pada foto 6-8 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Ciliandra Perkasa yang mulanya hanya memiliki hektar APL bertambah menjadi hektar APL. Sementara sisanya hektar masih berada pada kawasan HP, 47 hektar pada kawasan HPT dan 36 hektar pada kawasan HL. PT Ciliandra Perkasa terindikasi kuat telah mengembangkan kebun sawit pada kawasan hutan jika menilik umur sawit perusahaan yang diperkirakan berumur 13 sampai 24 tahun, begitupun terkait dengan data perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus PT SURYA INTISARI RAYA 2 (SIAK) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan diduga mengembangkan sawit lebih besar dari ketentuan di HGU dan mengembangkan sawit di kawasan hutan PT Surya Intisari Raya 2 merupakan perkebunan kelapa sawit yang secara administratif berada di Desa Makbido, Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak. PT Surya Intisari Raya 2 tergabung di dalam grup atau mitra dari First Resources (berbasis Singapura) di Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N0 54'4.47" E101 37'57". 14

15 Temuan EoF pada Agustus 2017 dan analisa SPOT 2015, luas areal PT Surya Intisari 2 mencapai hektar dan umur sawit telah mencapai 5 tahun. Berdasarkan tumpang susun areal perkebunan PT Surya Intisari Raya 2 dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan PT Surya Intisari Raya 2 berada pada kawasan hutan. Diantaranya 301 hektar HPT, 32 hektar HP dan 155 hektar berada pada HPK. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Surya Intisari Raya 2. Namun ia memiliki HGU seluas 628 hektar berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau. Sehingga diindikasikan PT Surya Intisari Raya 2 mengembangkan kebun sawit melebihi dari HGU seluas 519 hektar. Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Surya Intisari Raya 2 yang mulanya hanya memiliki 659 APL bertambah luasnya menjadi hektar APL dan sisanya 32 hektar masih sebagai Hutan Produksi. Jika dikaitkan dengan umur sawit PT Surya Intisari Raya 2 yang diperkirakan mencapai 5 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PT Surya Intisari Raya 2 diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan. Peta 6. Foto 1-4: ditemukan tanaman sawit yang berumur sekitar 5 tahun. Padahal sebelum keluarnya SK 878/Menhut- II/2014, 29 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi (HP) dapat dikonversi. Namun berdasarkan SK 878/MenhutII/2014, 29 September Lokasi foto ini sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. 15

16 6. PT INDRAWAN PERKASA (INHIL) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan tidak memiliki HGU PT Indrawan Perkasa secara administratif berlokasi di Desa Pengalihan, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat S0 47'8.89" E102 39'49.32". Temuan EoF pada Juli 2017 dan analisa SPOT 2015, diperkirakan luas areal PT Indrawan Perkasa mencapai 9 hektar dan sawit telah berumur 8 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Indrawan Perkasa. Begitu juga berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau, PT Indrawan Perkasa tidak memiliki HGU. Tumpang susun areal perkebunan PT Indrawan Perkasa dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, menunjukkan areal perkebunan milik PT Indrawan Perkasa berada pada kawasan hutan. Diantaranya 9 hektar atau seluruh luasan perkebunan milik PT Indrawan Perkasa berada pada HPT. Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014 pada 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Indrawan Perkasa yang sebelumnya merupakan HPT telah berubah menjadi APL lebih kurang 5 hektar dan sisanya 4 hektar masih berada di HPT. Bila dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Indrawan Perkasa yang diperkirakan telah berumur 8 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PT Indrawan Perkasa diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Peta 6. Foto 1, 2 dan 3 menunjukkan kebun sawit PT. Indrawan Perkasa yang diperkirakan umur tanaman sekitar 8 tahun. Areal PT. Indrawan Perkasa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan 16

17 di Provinsi Riau, lokasi kebun PT. Indrawan Perkasa termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi Terbatas (HPT). Namun areal kebun PT. Indrawan Perkasa pada foto 2 dan 3 menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut- II/2014 tanggal 29 September Dan pada foto 3 masih merupakan kawasan hutan. 7. PT GUNUNG MAS RAYA (ROHIL) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan mengembangkan kebun sebagian besar di kawasan hutan PT Gunung Mas Raya merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari Indofood di Provinsi Riau. Secara administratif lokasi kebun PT Gunung Mas Raya berada di Kecamatan Rimba Melintang, Kabupaten Rokan Hilir. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N1 51'41.95" E101 0'34.50". Menurut Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan di lapangan oleh EoF pada Juli 2017, diperkirakan luas perkebunan PT Gunung Mas Raya mencapai luas sekitar 625 hektar dan diperkirakan tanaman sawit telah berumur 22 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Gunung Mas Raya. Namun berdasarkan data BPN Provinsi Riau, PT Gunung Mas Raya memiliki HGU lebih kurang seluas 625 hektar. Tumpang susun areal perkebunan PT Gunung Mas Raya dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan milik PT Gunung Mas Raya berada pada kawasan hutan. Diantaranya lebih kurang 402 hektar pada HP, 196 hektar pada HPK dan hanya 27 hektar APL. Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014 pada 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Gunung Mas Raya yang sebelumnya hanya memiliki 27 hektar APL telah bertambah lebih kurang menjadi seluas 327 APL. Sementara sisanya sekitar 298 masih berada pada HP. Bila dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Gunung Mas Raya yang diperkirakan telah berumur 22 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PT Gunung Mas Raya diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September

18 Peta 8. Foto.1 4 menunjukkan kebun PT. Gunung Mas Raya berumur lebih kurang 22 tahun dengan indikasi kuat adanya tanda tulisan di batang tanaman sawit tahun tanam Sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto 1-4 masih merupakan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Namun berdasarkan SK 878/Menhut- II/2014, 29 September 2014, Lokasi foto 1-4 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL). Foto 5 menunjukkan plang Safety First PT Gunung Mas Raya. Foto 6 Menunjukkan kebun sawit yang tanamannya berumur kurang lebih 22 tahun, Padahal sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014 lokasi foto 6 ini masih merupakan Hutan Produksi (HP), namun berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, areal pada foto 6 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL). 8. KUD SAKATO JAYA LESTARI (SIAK) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan hutan dan tidak memiliki HGU Lokasi kebun KUD Sakato Jaya Lestari secara administratif berada di Desa Mandiangin, Kecamatan Minas, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Lokasi kebun ini berada pada salah satu titik koordinat N0 51'59" E101 32'38". Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF pada Juli 2017, luas kebun KUD Sakato Jaya Lestari sekitar 523 hektar dan sawit yang telah berumur 13 tahun. Tumpang susun areal perkebunan KUD Sakato Jaya Lestari dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan milik KUD Sakato Jaya Lestari berada pada kawasan Hutan Produksi sekitar 523 hektar atau seluruh luas areal kebun KUD Sakato Jaya Lestari. 18

19 Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014 pada 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal perkebunan KUD Sakato Jaya Lestari telah menjadi APL lebih kurang 417 hektar dan sisanya 106 hektar masih berada pada kawasan HP. Bila dikaitkan dengan umur tanaman sawit milik KUD Sakato Jaya Lestari yang diperkirakan berumur 13 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka KUD Sakato Jaya Lestari diindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan sebelum keluarnya SK 673/Menhut-II/2014, Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk perkebunan milik KUD Sakato Jaya Lestari. Begitu juga berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau, KUD Sakato Jaya Lestari tidak memiliki HGU. Peta 9. Foto 1-6 menunjukkan tanaman sawit yang berada di dalam areal kebun KUD Sakato Jaya Lestari yang berumur sekitar 13 tahun. Padahal sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, ini masih merupakan Hutan Produksi. Namun berdasarkan SK 878/MenhutII/2014, 29 September Lokasi foto 1-6 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. 9. PT SARI LEMBAH SUBUR TAMPOI (PELALAWAN) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan hutan dan tidak memiliki HGU PT Sari Lembah Subur Tampoi merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari Astra di Provinsi Riau. Secara administratif lokasi kebun PT Sari Lembah Subur berada di 19

20 Desa Tampoi, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N0 3'36.43" E102 16'7.42". Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan di lapangan oleh EoF pada Juli 2017, diperkirakan luas perkebunan PT Sari Lembah Subur Tampoi lebih kurang 874 hektar dan ditemukan tanaman sawit yang telah berumur 11 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Sari Lembah Subur Tampoi. Begitu juga berdasarkan data BPN Provinsi Riau, PT Sari Lembah Subur Tampoi tidak memiliki HGU. Peta 10. Foto 1-5 menunjukkan kebun sawit PT. Sari Lembah Subur Divisi Pangkalan Tampoi yang diperkirakan umur tanaman sekitar 8-11 tahun. Areal PT. Sari Lembah Subur Divisi Pangkalan Tampoi berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau, maka lokasi kebun PT. Sari Lembah Subur Divisi Pangkalan Tampoi termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi dan Hutan Produksi Dapat Dikonversi. Namun areal kebun PT. Sari Lembah Subur Divisi Pangkalan Tampoi menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/ September 2014 dan sisanya sekitar 210 hektar masih Hutan Produksi. Tumpang susun areal perkebunan PT Sari Lembah Subur Tampoi dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan milik PT Sari Lembah Subur Tampoi berada pada kawasan hutan, diantaranya lebih kurang 210 hektar pada HP dan 560 hektar pada HPK. Terdapat 104 hektar pada Areal Penggunaan Lain APL. Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014 pada 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Sari Lembah Subur Tampoi yang sebelumnya hanya memiliki 104 hektar APL telah bertambah lebih kurang menjadi seluas 665 hektar APL. Sementara sisanya sekitar 210 haktar masih berada pada kawasan HP. 20

21 Bila dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Sari Lembah Subur Tampoi yang diperkirakan telah berumur 11 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PT Sari Lembah Subur Tampoi diindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 673/Menhut-II/2014, 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut- II/2014, 29 September PT JOHAN SENTOSA (KAMPAR) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan mengembangkan sawit melebihi ketentuan HGU PT Johan Sentosa merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari Darmex di Provinsi Riau. Secara administratif lokasi kebun PT Johan Sentosa berada di Kecamatan Bangkinang Seberang, Kabupaten Kampar. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N0 28'24.85" E100 58'12.68". Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF pada Juli 2017, luas perkebunan PT Johan Sentosa lebih kurang hektar dan ditemukan sawit yang telah mencapai 22 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Johan Sentosa seluas hektar dan data BPN 2016 Provinsi Riau, PT Johan Sentosa memiliki HGU seluas hektar. Sehingga dari hasil pengamatan lapangan dan analisa SPOT 2015, kebun sawit PT Johan Sentosa mengembangkan sawit melebihi dari HGU sekitar hektar. Tumpang susun areal kebun PT Johan Sentosa dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts- II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal kebun PT Johan Sentosa terdapat pada kawasan hutan. Diantaranya 16 hektar pada HPT dan hektar pada HP, serta 217 hektar berada pada HPK. Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Johan Sentosa yang mulanya hanya memilik hektar APL bertambah menjadi hektar atau seluruh luasan areal milik PT Johan Sentosa yang sebelumnya berada pada kawasan hutan. 21

22 Peta 11. Foto 1,2 dan 3 pamplet dan hamparan tanaman sawit yang diperkirakan berumur 15 tahun. Foto 4,5 dan 6 tanaman sawit yang sudah berumur 22 tahunan yang berada di kawasan Hutan Produksi. Namun berdasarkan SK 878/MenhutII/2014, 29 September Lokasi foto 1-7 yang sebelumnya kawasan hutan menjadi APL. Bila dikaitkan dengan umur sawit PT Johan Sentosa yang diperkirakan telah berumur 10 sampai 22 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PT Johan Sentosa diindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan. 11. UP (KAMPAR) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan tidak memiliki HGU Kebun kelapa sawit milik berinisial UP secara administratif terletak di Desa Sei Raja, Kecamatan Kampar Kiri, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat S0 0'6" E101 2'33". Hasil interview dengan pekerja yang dtemui, menyebutkan kebun UP telah mulai sejak tahun Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF Juli 2017, luas kebun milik UP sekitar 180 hektar dan ditemukan tanaman sawit yang telah berumur 8 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk kebun milik UP. Begitu juga berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau, kebun milik UP tidak memiliki Hak Guna Usaha (HGU). Dengan tumpang susun areal kebun UP dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, maka keseluruhan areal kebun milik UP berada pada kawasan hutan atau pada HP. 22

23 Peta 12. Foto 1-5 menunjukkan tanaman sawit yang berada di dalam kebun sawit milik UP yang telah berumur 8 tahun. Berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal kebun UP berada dalam kawasan hutan (peta kiri). Setelah keluarnya SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014 kebun sawit UP sebagian kebun UP menjadi APL (peta kanan). Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014 tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal kebun milik UP yang mulanya berada dalam kawasan hutan, kemudian sebagian berubah menjadi APL seluas 64 hektar dan sisanya 117 hektar masih berada di kawasan Hutan Produksi. Jika dikaitkan dengan umur sawit milik UP yang diperkirakan telah berumur 8 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka perkebunan UP diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September SP (KAMPAR) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan hutan dan tidak memiliki HGU Kebun kelapa sawit milik SP secara administratif terletak di Desa Sei Jernih, Kecamatan Bangkinang Seberang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Lokasi kebun kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N0 28'18" E100 56'6". Informasi yang didapat dari lapangan, kebun SP mulai ditanam pada tahun Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF Juli 2017 menunjukkan luas kebun milik SP sekitar 316 hektar dan diperkirakan tanaman sawitnya telah berumur 14 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan 23

24 untuk perkebunan milik SP. Begitu juga berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau, kebun milik SP tidak memiliki HGU. Dengan tumpang susun areal kebun SP beserta Kawasan Hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, maka keseluruhan areal kebun milik SP berada pada kawasan hutan atau pada HP. Peta 13. Foto 1-4 menunjukkan tanaman sawit yang berumur 8 tahun dan berada dalam kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011 (peta kiri). Foto 4, terdapat plang nama yang menunjukkan pengelola kebun sawit. SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014 memutihkan kebun milik SP menjadi Areal Penggunaan Lain. Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal kebun milik SP yang mulanya berada dalam kawasan hutan berubah menjadi APL seluas 299 hektar dan sisanya 16 hektar masih berada di kawasan HP. Jika dikaitkan dengan umur sawit milik SP yang diperkirakan telah berumur 14 tahun dan SK Menhut 673/Menhut-II/2014 tanggal 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, maka perkebunan SP diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit sekitar 11 tahun sebelum kedua SK tersebut dikeluarkan. 24

25 13. PT AGRO SARIMAS INDONESIA (INHIL) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan tidak memiliki HGU. PT Agro Sarimas Indonesia merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari Sarimas di Provinsi Riau. Secara administratif berada di Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat S0 39'45.24" E102 41'19.89". Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF Juli 2017, luas perkebunan milik PT Agro Sarimas Indonesia sekitar 932 hektar dan tanaman sawit yang telah berumur 17 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Agro Sarimas Indonesia. Begitu juga berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau, PT Agro Sarimas Indonesia tidak memiliki HGU. Peta 14. Foto 1-7 menunjukkan kebun sawit PT. Agro Sarimas Indonesia yang diperkirakan umur tanamannya antara tahun. Areal PT. Agro Sarimas Indonesia berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau berada dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK). Namun sebagian areal kebun PT. Agro Sarimas Indonesia menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, tanggal 9 September Tumpang susun areal perkebunan PT Agro Sarimas Indonesia dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, keselurahan areal perkebunan milik PT Agro Sarimas Indonesia berada pada kawasan hutan atau di HPK. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Agro Sarimas Indonesia yang terdapat 182 hektar berada pada APL dan sisanya 750 hektar masih berada pada HPK. 25

26 Jika dikaitkan dengan umur sawit PT Agro Sarimas Indonesia yang diperkirakan berumur 17 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada September 2014, maka PT Agro Sarimas Indonesia diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu atau 13 tahun sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September PT SARI LEMBAH SUBUR MAK TEDUH (PELALAWAN) Dugaan pelanggaran: Tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan tidak memiliki HGU PT Sari Lembah Subur di desa Mak Teduh merupakan perusahaan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau bermitra dengan Astra di Provinsi Riau. Secara administratif lokasi kebun berada di Desa Mak Teduh, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat S0 0'6.37" E102 19'43.83" Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF Juli 2017, luas perkebunan milik PT Sari Lembah Subur Mak Teduh sekitar 686 hektar dan tanaman sawit yang telah berumur 8 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Sari Lembah Subur Mak Teduh. Begitu juga berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau, PT Sari Lembah Subur Mak Teduh tidak memilik HGU. Peta 15. Foto 1-6 menunjukkan kebun sawit PT. Sari Lembah Subur Divisi Makteduh yang diperkirakan umur tanaman sekitar 6-8 tahun. Areal PT. Sari Lembah Subur Divisi Makteduh berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau, lokasi kebun PT. Sari Lembah Subur Divisi Makteduh termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi Dapat di Konversi (HPK). Namun areal kebun PT. Sari Lembah Subur Divisi Makteduh menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/ September. 26

27 Tumpang susun areal perkebunan PT Sari Lembah Subur Mak Teduh dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, hampir keseluruhan areal perkebunan milik PT Sari Lembah Subur Mak Teduh berada pada kawasan hutan, yaitu sekitar 682 hektar berada pada HPK. Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014 pada 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Sari Lembah Subur Mak Teduh yang sebelum arealnya merupakan HPK telah berubah menjadi APL lebih kurang 255 hektar dan sisanya 431 hektar masih berada di kawasan HPK. Bila dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Sari Lembah Subur Mak Teduh yang diperkirakan telah berumur 8 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada September 2014, maka PT Sari Lembah Subur Mak Teduh diindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September PTPN V KEBUN AIR MOLEK SEI LALA (INHU) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan PT Perkebunan Nasional (PTPN) V Sei Lala secara administratif berada di Desa Sei Lala, Kecamatan Pasir Penyu, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PTPN V Sei Lala berada pada salah satu titik koordinat S0 24'51.39" E102 10'17.05". Analisa SPOT 2015 dan temuan EoF Juli 2017, luas PTPN V Kebun Air Molek Sei Lala lebih kurang 921 hektar dan sawit telah berumur 16 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PTPN V Sei Lala. Namun berdasarkan data BPN 2016 Provinsi Riau, PTPN V Sei Lala memiliki HGU seluas 921 hektar. 27

28 Peta 16. Foto 1-6 menunjukkan kebun sawit PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Air molek II Afdeling I (Sungai Lala) yang diperkirakan umur tanaman sekitar 16 tahun. Areal PT Perkebunan Nusantara V Kebun Air molek II Afdeling I (Sungai Lala) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau, lokasi kebun PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Air molek II Afdeling I (Sungai Lala) termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi dapat Dikonversi (HPK). Namun areal kebun PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Air molek II Afdeling II (Sungai Lala) sebagian besar menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Tumpang susun areal perkebunan PTPN V Sei Lala dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts- II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan milik PTPN V Sei Lala berada pada kawasan hutan, dimana seluruh areal PTPN V Sei Lala atau 921 hektar berada pada Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PTPN V Sei Lala yang mulanya merupakan kawasan HPK berubah menjadi APL lebih kurang seluas 572 hektar. Sementara sisanya 349 hektar masih berada pada kawasan HPK. Bila dikaitkan dengan umur sawit PTPN V Sei Lala yang diperkirakan berumur 16 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PTPN V Sei Lala terindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan. 16. PT SUMBER SAWIT SEJAHTERA (PELALAWAN) Dugaan pelanggaran: Tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan memiliki HGU atas nama Sari Lembah Subur 28

29 Areal kebun PT Sumber Sawit Sejahtera secara administratif berada di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan PT Sumber Sawit Sejahtera berada pada salah satu titik koordinat N0 11'51.07" E102 17'8.69". Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan di lapangan oleh EoF pada Juli 2017, diperkirakan luas perkebunan PT Sumber Sawit Sejahtera mencapai hektar dan ditemukan tanaman sawit yang telah berumur 5 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Sumber Sawit Sejahtera seluas ha berdasarkan SK 229/Menhut-II/2014. Data BPN 2016 Provinsi Riau, PT Sumber Sawit Sejahtera memiliki HGU seluas hektar dengan nama PT Sari Lembah Subur. Namun belum diketahui waktu HGU tersebut diterbitkan. Peta 17. Foto 2 dan 3 menunjukkan kebun sawit PT. Sumber Sawit Sejahtera yang diperkirakan umur tanaman sekitar 3-5 tahun. Foto 1,4 & 6 menunjukkan sebagian sudah menjadi semak belukar akibat kebakaran pada tahun 2014/2015. Areal PT. Sumber Sawit Sejahtera berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau, lokasi kebun PT. Sumber Sawit Sejahtera termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Namun areal kebun PT. Sumber Sawit Sejahtera / PT Sari Lembah Subur menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/ September Dengan tumpang susun areal perkebunan PT Sumber Sawit Sejahtera beserta kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, maka keseluruhan areal atau ha perkebunan PT Sumber Sawit Sejahtera berada pada kawasan hutan pada Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, sekitar hektar HPK berubah menjadi APL. Jika dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Sumber Sawit Sejahtera yang diperkirakan telah berumur 5 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan pada Agustus 2014, maka 29

30 diindikasikan PT Sumber Sawit Sejahtera telah mengembangkan sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluarnya SK 673/Menhut-II2014, 8 Agustus 2014 dan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September PT SUGIH INDAH SEJATI (KAMPAR) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan PT Sugih Indah Sejati merupakan perusahaan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari Wira di Provinsi Riau. Secara administratif areal kebun PT Sugih Indah Sejati berada di Desa Murangaso, Kecamatan Tapung Hulu, Kabupaten Kampar. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N0 41'58.57" E100 39'54.87" Temuan EoF pada Juli 2017 dan analisa SPOT 2015, luas areal PT Sugih Indah Sejati lebih kurang 633 hektar dan tanaman sawit yang telah berumur 23 tahun. Luas ini sama dengan luas HGU yang dimiliki oleh PT Sugih Indah Sejati berdasarkan data BPN Namun berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Sugih Indah Sejati. Tumpang susun areal perkebunan PT Sugih Indah Sejati dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan PT Sugih Indah Sejati berada pada kawasan hutan sekitar 610 hektar pada Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Sugih Indah Sejati yang sebelumnya merupakan HPK telah berubah seluruhnya menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) seluas 633 hektar. Padahal mulanya PT Sugih Indah Sejati hanya memiliki sekitar 23 hektar APL. Jika dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Sugih Indah Sejati yang diperkirakan telah berumur 23 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan pada Agustus 2014, maka diindikasikan PT Sugih Indah Sejati telah mengembangkan sawit pada kawasan hutan. 30

31 Peta 18. Foto 2 sampai foto 7 menujukan kelapa sawit milik PT. Sugih Indah Sejati yang ditanam sekitar tahun 1993, selain itu juga tampak jalan-jalan yang dibangun oleh perusahaan tersebut. Padahal sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, lokasi foto 2 sampai 7 masih merupakan areal Hutan Produksi dapat di Konversi. Namun berdasarkan SK 878/MenhutII/2014, 29 September Lokasi foto 1 dan 2 sudah menjadi APL dan berdasarkan BPN Riau 2016 telah memiliki HGU seluas 633 hektar. Foto 1 terdapat tugu penanda tahun tanam di areal PT Sugih Indah Sejati. 18. PT BINTANG RIAU SEJAHTERA (INHU) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan PT Bintang Riau Sejahtera merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari Borneo Pasific di Provinsi Riau. Secara administratif lokasi perkebunan ini terletak di Kecamatan Peranap, Kabupaten Indragiri Hulu. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat S0 26'20.26" E101 56'40.86" Analisa SPOT 2015 dan temuan EoF Juli 2017, luas kebun PT Bintang Riau Sejahtera lebih kurang hektar dan tanaman sawit berumur lebih kurang 8 tahun. Luas ini sama dengan luas HGU yang dimiliki oleh PT Bintang Riau Sejahtera berdasarkan data BPN Namun berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Bintang Riau Sejahtera. Tumpang susun areal perkebunan PT Bintang Riau Sejahtera dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan PT Bintang Riau Sejahtera berada pada kawasan hutan. Diantaranya sekitar 18 hektar berada di kawasan Hutan Produksi (HP) dan hektar berada di Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Bintang Riau Sejahtera yang sebelumnya merupakan HPK telah berubah menjadi Areal 31

32 Penggunaan Lain (APL) seluas hektar. Namun sisanya 610 hektar masih berada pada HPK dan 18 hektar masih berada pada HP. Jika dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Bintang Riau Sejahtera yang diperkirakan telah berumur 8 tahun dan perubahan peruntukan kawasan hutan menjadi bukan kawasan pada Agustus 2014, maka diindikasikan PT Bintang Riau Sejahtera telah mengembangkan sawit pada kawasan hutan. Peta 19. Foto 1-8 menunjukkan kebun sawit PT. Bintang Riau Sejahtera (BRS) yang diperkirakan umurnya sekitar 6-8 tahun. Areal kebun PT. Bintang Riau Sejahtera (BRS) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK). Namun areal kebun PT. Bintang Riau Sejahtera (BRS) menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September PT BERLIAN MITRA INTI (SIAK) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan tidak memiliki HGU Areal kebun PT Berlian Mitra Inti secara administratif berada di Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satutitik koordinat N0 59'40" E101 20'40". Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan di lapangan oleh EoF pada Juli 2017, diperkirakan luas perkebunan PT Berlian Mitra Inti mencapai 765 hektar dan ditemukan tanaman sawit yang telah berumur 20 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Berlian Mitra Inti. Begitu pula berdasarkan data BPN Provinsi Riau tahun 2016, PT Berlian Mitra Inti tidak memiliki HGU. 32

33 Dengan tumpang susun areal perkebunan PT Berlian Mitra Inti beserta kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, maka seluruh areal atau sekitar 765 hektar kebun PT Berlian Mitra Inti berada pada kawasan hutan pada HPK. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Berlian Mitra Inti yang sebelumnya merupakan HPK telah berubah menjadi APL seluas 744 hektar. Sisanya 21 hektar masih berada pada HPK. Jika dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Berlian Mitra Inti yang diperkirakan 20 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan pada Agustus 2014, maka diindikasikan PT Berlian Mitra Inti telah mengembangkan sawit pada kawasan hutan sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Peta 20. Foto 1 dan 2 Pos penjagaan kebun dan plang nama PT Berlian Mitra Inti (PT BMI) yang berada di dalam lokasi kebun. Foto 3 dan 4 tanaman sawit yang sudah berumur 20 tahunan berada di dalam hamparan tanaman sawit terlihat tanaman yang kurang terawat. Foto 5 dan 6 tanaman sawit yang sudah berumur sekitar 20 tahun. Sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto 1-6 ini masih merupakan Hutan Produksi yang dapat dikonversi. Namun berdasarkan SK 878/MenhutII/2014, 29 September Lokasi foto 1-6 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. 20. PT KOSTA PALMIRA (PELALAWAN) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan tidak memiliki HGU Lokasi PT Kosta Palmira secara administratif berada di Desa Tanjung Air Hitam, Kecamatan Kerumutan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N0 4'14.19" E102 16'21.95" 33

34 Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan di lapangan oleh EoF pada Juli 2017, diperkirakan luas perkebunan PT Kosta Palmira mencapai 613 hektar dan ditemukan tanaman sawit yang telah berumur 7 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Kosta Palmira. Begitu pula berdasarkan data BPN Provinsi Riau tahun 2016, PT Kosta Palmira tidak memiliki HGU. Dengan tumpang susun areal perkebunan PT Kosta Palmira beserta kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, maka areal perkebunan PT Kosta Palmira berada pada kawasan hutan. Dimana diantaranya sekitar 22 hektar berada pada HP dan sekitar 344 hektar berada pada HPK. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Kosta Palmira telah berubah menjadi APL seluas 592 hektar. Pada awalnya PT Kosta Palmira hanya memiliki 247 hektar APL. Sisanya 22 hektar masih berada pada kawasan HP. Jika dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Kosta Palmira yang diperkirakan telah 7 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan pada Agustus 2014, maka diindikasikan PT Kosta Palmira telah mengembangkan sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Peta 21. Foto 1 8 menunjukkan kebun sawit PT. Kosta Palmira yang diperkirakan umur tanaman sekitar 5-7 tahun. Areal PT. Kosta Palmira berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau, sebagian besar areal kebun PT. Kosta Palmira termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi HPK. Namun areal kebun PT. Kosta Palmira menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/ September PT BUDI MURNI PANCA JAYA (ROHUL) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan hutan 34

35 Lokasi PT Budi Murni Panca Jaya secara administrasi terletak di Desa Koto Tandun, Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu. Lokasi perkebunan kelapa sawit ini berada pada salah satu titik koordinat N0 39'16.22" E100 37'5.69". Temuan EoF Juli 2017 dan analisa SPOT 2015, luas kebun PT Budi Murni Panca Jaya sekitar 533 hektar dan sawit berumur sekitar 25 tahun. Luas ini sama dengan HGU yang dimiliki oleh PT Budi Murni Panca Jaya berdasarkan data BPN Provinsi Riau tahun Namun Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Budi Murni Panca Jaya. Dengan tumpang susun areal perkebunan PT Budi Murni Panca Jaya beserta kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, maka hampir seluruh areal perkebunan PT Budi Murni Panca Jaya berada pada kawasan HPK. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Budi Murni Panca Jaya yang sebelumnya merupakan HPK telah berubah menjadi APL. Pada awalnya PT Budi Murni Panca Jaya hanya memiliki 28 hektar APL. Jika dikaitkan dengan umur tanaman sawit PT Budi Murni Panca Jaya yang diperkirakan telah berumur 25 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan pada Agustus 2014, maka diindikasikan PT Budi Murni Panca Jaya telah mengembangkan sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Peta 22. Foto 1 sampai foto 4 menunjukkan kebun kelapa sawit milik PT. Budi Murni Panca Jaya umurnya mencapai 25 tahun. Sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, lokasi foto 1 sampai 4 masih merupakan areal Hutan Produksi yang dapat Dikonversi. Namun berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Lokasi foto 1 sampai 4 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. 35

36 22. PTPN V KEBUN AIR MOLEK SEI PARIT (INHU) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan hutan Lokasi kebun PT Perkebunan Nasional (PTPN) V Sei Parit secara administratif terletak di Desa Sei Parit, Kecamatan Sei Lala, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PTPN V Sei Parit berada pada salah satu titik koordinat S0 29'17.90" E102 16'49.15" Analisa SPOT dan pengamatan lapangan EoF Juli 2017, luas PT Perkebunan Nasional (PTPN) V Sei Parit sekitar hektar dan umur tanaman sawit sekitar 18 tahun. Luas ini sama dengan HGU yang dimiliki oleh kebun PTPN V Sei Parit yaitu sekitar hektar berdasarkan data BPN Provinsi Riau tahun Namun berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PTPN V Sei Parit. Tumpang susun areal perkebunan PTPN V Sei Parit dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts- II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, keseluruhan areal perkebunan milik PTPN V Sei Parit berada pada kawasan HPK. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PTPN V Sei Parit yang sebelumnya merupakan kawasan HPK berubah menjadi APL lebih kurang seluas hektar, padahal mulanya PTPN V Sei Parit hanya memiliki sekitar hektar APL. Sementara sisanya 819 hektar masih berada pada kawasan HPK. Bila dikaitkan dengan umur sawit PTPN V Sei Parit yang diperkirakan berumur 18 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PTPN V Sei Parit terindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu, sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014 tanggal 29 September

37 Peta 23. Foto 1 hingga 6 menunjukkan kebun sawit PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Air Molek II Afdeling III (Perkebunan Sei Parit) yang diperkirakan umur tanamannya sekitar 18 tahun. Areal PT. Perkebunan Nusantara V Kebun Air Molek II Afdeling III (Perkebunan Sei Parit) berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau, sebagian besar termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi yang dapat Dikonversi (HPK). Kebun dalam foto 1-5 menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September PTPN III SEI MERANTI (ROHIL) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki HGU Lokasi kebun PT Perkebunan Nasional (PTPN) III Sei Meranti secara administratif terletak di Desa Sei Meranti, Kecamatan Bagan Sinembah, Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PTPN III Sei Meranti berada pada salah satu titik koordinat N1 38'11.38" E100 26'34.30" Analisa Citra SPOT 2015 dan pengamatan lapangan oleh EoF pada Juli 2017, luas perkebunan milik PTPN III Sei Meranti lebih kurang hektar dan ditemukan sawit yang telah berumur 20 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PTPN III berdasarkan SK 382/KPTS-II/1987, 2 Desember 1987, yakni seluas hektar. Belum diketahui apakah areal PT Perkebunan Nasional (PTPN) III Sei Meranti termasuk pelepasan kawasan hutan. Data BPN Provinsi Riau tahun 2016 menyebutkan PTPN III Sei Meranti tidak memiliki HGU. Dengan tumpang susun areal perkebunan PTPN III Sei Meranti beserta kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, maka keseluruhan areal perkebunan milik PTPN III Sei Meranti berada pada kawasan HPK. Namun, setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PTPN III Sei Meranti yang sebelumnya merupakan kawasan HPK berubah menjadi APL. Bila dikaitkan dengan umur sawit PTPN III Sei Meranti yang diperkirakan berumur 20 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada September 2014, maka PTPN III Sei Meranti diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September

38 Peta 25. Foto 1 Ada Papan Informasi yang menunjukkan Areal konservasi PTPN III Sei Meranti. Foto 2-7 menunjukkan kebun kelapa sawit milik PTPN III Sei Meranti yang diperkirakan berumur 20 tahun. Sebelum keluarnya SK 878/Menhut- II/2014, lokasi foto 1 sampai 6 masih merupakan areal Hutan Produksi dapat di Konversi (HPK) Namun berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Lokasi foto 1 sampai 6 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL). 24. PT LANGGAM HIBRINDO (PELALAWAN) Dugaan pelanggaran: mengembangkan sawit di kawasan hutan PT Langgam Hibrindo merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari Provident Agro di Provinsi Riau. Lokasi kebun PT Langgam Hibrindo secara administratif berada di Kecamatan Langgam, Kabupaten Pelalawan. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PT Langgam Hibrindo berada pada salah satu titik kordinat N1 38'11.38" E100 26'34.30". Analisa SPOT 2015 dan temuan lapangan oleh EoF Juli 2017 menyatakan luas areal kebun PT Langgam Hibrindo sekitar hektar dan tanaman sawitnya diperkirakan berumur 20 tahun. Luas kebun ini sama dengan luas HGU yang dimiliki PT Langgam Hibrindo berdasarkan data BPN Provinsi Riau tahun Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Langgam Hibrindo berdasarkan SK 259/KPTS-II/1995, 16 Mei 1995 seluas Tumpang susun areal perkebunan PT Langgam Hibrindo dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan milik PT Langgam Hibrindo masih terdapat kawasan HPK sekitar Artinya dari luas HGU masih terdapat kawasan HPK seluas hektar. 38

39 Setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Langgam Hibrindo yang sebelumnya hektar berada pada HPK menjadi APL sekitar hektar dan sisanya sekitar 985 hektar masih berada HPK. Bila dikaitkan dengan umur sawit PT Langgam Hibrindo yang diperkirakan berumur 20 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada September 2014, maka PT Langgam Hibrindo sekitar hektar diindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Peta 25. Foto 1 7 menunjukkan kebun sawit PT. Langgam Inti Hibrindo yang diperkirakan umur tanaman sekitar tahun. Areal PT. Langgam Inti Hibrindo berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau terdapat hektar termasuk dalam kawasan hutan dengan fungsi Hutan Produksi Dapat di Konversi (HPK). Namun areal kebun PT. Langgam Inti Hibrindo menjadi APL sekitar hektar berdasarkan SK 878/Menhut-II/ September PT MURINI WOOD INDAH INDUSTRIES (BENGKALIS) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan PT Murini Wood Indah Industries merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup atau mitra dari First Resources (investasi Singapura) di Provinsi Riau. Lokasi kebun secara administratif terletak di Desa Sebangar, Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PT Murini Wood Indah Industries berada pada salah satu titik koordinat N1 18'54" E101 18'42". Analisa SPOT 2015 dan temuan EoF pada Juli 2017 menyebutkan luas areal PT Murini Wood Indah Industries diperkirakan sekitar hektar dan umur tanaman sawit sekitar 22 tahun. Luas areal 39

40 kebun sama dengan HGU yang dimiliki oleh PT Murini Wood Indah Industries yaitu sekitar hektar berdasarkan data BPN Provinsi Riau Namun berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, tidak ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Murini Wood Indah Industries. Peta 26. Foto 1 hamparan dan akses tanaman sawit yang berumur sekitar tahun yang berada di dalam kebun PT Muriniwood Indah Industri. Foto 2 dan 3 Plang nama dan pamplet di tanaman sawit milik PT Muriniwood Indah Industri yang berada d dalam perkebunan sawit. Foto 4-7 tanaman sawit yang sudah berumur sekitar 22 tahun Padahal sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto ini masih merupakan Hutan Produksi untuk dikonversi. Namun berdasarkan SK 878/MenhutII/2014, 29 September Lokasi foto ini sudah menjadi Areal Penggunaan Lain. Tumpang susun areal perkebunan PT Murini Wood Indah Industries dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan milik PT Murini Wood Indah Industries terdapat kawasan hutan sekitar hektar berada pada HPK. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Murini Wood Indah Industries yang sebelumnya sekitar hektar berada pada HPK berubah menjadi APL. Bila dikaitkan dengan umur sawit PT Murini Wood Indah Industries yang diperkirakan telah berumur 22 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PT Murini Wood Indah Industries diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit sekitar hektar lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September PT SERIKAT PUTERA (PELALAWAN) Dugaan pelanggaran: mengembangkan sawit di kawasan hutan 40

41 Lokasi areal kebun PT Serikat Putera secara administratif berada di Desa Sialang Bungkuk, Kecamatan Bandar Petalangan, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PT Serikat Putera berada pada salah satu titik kordinat N0 11'9.00" E102 8'30.42". Temuan EoF Juli 2017 dan analisa SPOT 2015 menyatakan luas kebun Serikat Putera mencapai sekitar hektar dan umur tanaman sawit yang diperkirakan 20 tahun. Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Serikat Putera berdasarkan SK Nomor 919/KPTS-II/1991, 17 Desember 1991 seluas 9330 hektar. Berdasarkan data BPN Provinsi Riau tahun 2016, PT Serikat Putera memiliki hektar. Peta 27. Foto 1-6 menunjukkan kebun sawit PT Serikat Putra yang diperkirakan umur tanaman sekitar 20 tahun. Areal PT Serikat Putra berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 173/Kpts-II/1986, 6 Juni 1986 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 7651/Menhut-VII/2011, 30 Desember 2011 Tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau, sekitar hektar berada dalam kawasan hutan. Kemudian menjadi APL berdasarkan SK 878/Menhut-II/ September Dari luas HGU berdasarkan tumpangsusun areal perkebunan PT Serikat Putera dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, masih terdapat HPK sekitar hektar dan 41 hektar berada pada HP. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Serikat Putera yang sebelumnya terdapat kawasan hutan sekitar hektar pada HPK berubah menjadi APL. Bila dikaitkan dengan umur sawit PT Serikat Putera yang diperkirakan telah berumur 20 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada September 2014, maka PT Serikat 41

42 Putera diindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September PTPN V SEI ROKAN (ROHUL) Dugaan pelanggaran: mengembangkan kebun sawit di kawasan hutan Lokasi kebun PT Pekebunan Nasional (PTPN) V Sei Rokan secara administratif berada di Desa Pagaran, Kecamatan Pagaran Tapah Darusalam, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PTPN V Sei Rokan berada pada salah satu titik koordinat N0 44'41.47" E100 33'48.22". Analisa SPOT 2015 dan temuan EoF Juli 2017 menyatakan luas areal PTPN V Sei Rokan mencapai hektar dan sawit berumur 20 tahun. Luas ini sama dengan HGU yang dimiliki oleh PT PTPN V Sei Rokan berdasarkan data BPN Provinsi Riau tahun Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PTPN V Sei Rokan seluas hektar berdasarkan SK Nomor 390/Kpts-II/1992, 22 April Dari luas HGU hektar masih terdapat 76 hektar HPK berdasarkan tumpang susun areal perkebunan PTPN V Sei Rokan dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PTPN V Sei Rokan yang sebelumnya terdapat kawasan HPK sekitar 76 hektar berubah menjadi APL. Bila dikaitkan dengan umur sawit PTPN V Sei Rokan yang diperkirakan telah berumur 20 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PTPN V Sei Rokan diindikasi telah mengembangkan tanaman sawit pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September

43 Peta 28. Foto 1. Foto Plang embung air milik PTPN V Sei Rokan. Foto 2-3. Foto kebun dan tanaman kelapa sawit PTPN V Sei Rokan, Berdasarkan pengamatan di lapangan berumur lebih kurang 20 tahun. Sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto 1-3 ini masih merupakan Hutan Produksi yang dapat di Konversi (HPK) namun berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, areal pada foto 1-3 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain(APL). 28. PT ASTRA AGRO LESTARI (ROHUL) Dugaan pelanggaran: mengembangkan kebun sawit di kawasan hutan PT Astra Agro Lestari merupakan perkebunan kelapa sawit yang tergabung dalam grup Astra International di Provinsi Riau. Lokasi kebun PT Astra Agro Lestari secara administratif berada di Desa Koto Tandun, Kecamatan Tandun, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik PT Astra Agro Lestari berada pada salah satu titik koordinat N0 42'45.61" E100 26'12.39". Analisis SPOT 2015 dan temuan EoF pada Juli 2017 menyebutkan luas areal PT Astra Agro Lestari sekitar hektar dan tanaman sawitnya berumur 22 tahun. Luas kebun ini sama dengan luas pada HGU yang dimiliki oleh PT Astra Agro Lestari berdasarkan data BPN Provinsi Riau Berdasarkan Buku Basis Data Spasial Kehutanan 2013 dan 2016, ditemukan pelepasan kawasan hutan untuk PT Astra Agro Lestari berdasarkan SK 182/KPTS-II/1990, 16 April 1990 seluas hektar. Namun di dalam HGU seluas masih terdapat 270 hektar HPK dan 61 hektar berada pada HPT berdasarkan tumpangsusun areal perkebunan PT Astra Agro Lestari dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal PT Astra Agro Lestari yang sebelumnya 270 hektar HPK) dan 61 hektar berada pada HPT berubah menjadi APL. 43

44 Bila dikaitkan dengan umur sawit PT Astra Agro Lestari yang diperkirakan telah berumur 20 tahun dan perubahan kawasan hutan menjadi bukan kawasan hutan pada Agustus 2014, maka PT Astra Agro Lestari diindikasikan telah mengembangkan tanaman sawit sekitar 331 pada kawasan hutan lebih dulu sebelum keluar SK 878/Menhut-II/2014, 29 September Peta 29. Foto.1 menunjukkan Plang PT. Astra Agro Lestari. Foto.2 dan 3 terlihat tanaman sawit milik PT. Astra Agro Lestari berumur lebih kurang 20 tahun. Sebelum keluarnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, lokasi foto 2 dan 3 ini masih merupakan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK). Namun berdasarkan SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, Lokasi foto 2 dan 3 sudah menjadi Areal Penggunaan Lain (APL). 29. PT PEPUTRA MASTERINDO DAN KUD SAWIT JAYA (KAMPAR) Dugaan pelanggaran: tidak memiliki izin pelepasan kawasan hutan dan tidak memiliki HGU KUD Sawit Jaya bekerjasama sebagai Kredit Koperasi Primer Anggota (KKPA) dari PT Peputra Masterindo. Secara administratif terletak di Desa Simpang Jengkol, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Lokasi perkebunan kelapa sawit milik KUD Sawit Jaya berada pada salah satu titik koordinat N0 39'3" E101 1'1". Analisis SPOT 2015 dan temuan lapangan EoF Juli 2017, diperkirakan luas areal kebun KKPA PT Peputra Masterindo dan KUD Sawit Jaya sekitar hektar dan ditemukan sawit yang telah berumur 18 tahun. Tumpang susun areal perkebunan KUD Sawit Jaya dengan kawasan hutan berdasarkan SK 173/Kpts-II/1996 dan SK 7651/Menhut-VII/KUH/2011, areal perkebunan milik KUD Sawit Jaya terdapat 788 hektar HPK dan sisanya hektar APL. Namun setelah terbitnya SK 878/Menhut-II/2014, 29 September 2014, tentang Kawasan Hutan di Provinsi Riau, areal KKPA PT Peputra Masterindo dan KUD Sawit Jaya yang sebelumnya terdapat kawasan HPK sekitar 788 hektar telah berubah menjadi APL. Sehingga keseluruhan areal KKPA PT Peputra Masterindo dan KUD Sawit Jaya lebih kurang hektar menjadi APL. 44

Kebun sawit beroperasi dalam kawasan hutan di Provinsi Riau tanpa izin maupun pelanggaran lainnya

Kebun sawit beroperasi dalam kawasan hutan di Provinsi Riau tanpa izin maupun pelanggaran lainnya Kebun sawit beroperasi dalam kawasan hutan di Provinsi Riau tanpa izin maupun pelanggaran lainnya Analisis penggunaan Kawasan hutan berdasarkan SK Nomor 903/MENLHK/SETJEN/PLA.2/12/2016, 07 Desember 2016,

Lebih terperinci

Legalisasi perusahaan sawit melalui Holding Zone dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau (RTRWP)

Legalisasi perusahaan sawit melalui Holding Zone dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau (RTRWP) Legalisasi perusahaan sawit melalui Holding Zone dalam Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau (RTRWP) 2017-2037 Area tak dibebankan izin di 17 kebun sawit bukanlah lahan peruntukan

Lebih terperinci

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018

ber Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 29 konsesi HTI Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan April 2018 ber Perusahaan HTI beroperasi dalam kawasan hutan melalui legalisasi perubahan fungsi kawasan hutan Mengkaji dampak Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 673/Menhut-II/2014 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan

Lebih terperinci

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau

Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Moratorium gambut diabaikan, dua kebun sawit grup Panca Eka menebangi hutan alam di Semenanjung Kampar, Riau Laporan Investigatif Eyes on the Forest Januari 2016 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan Desember 2016

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Diterbitkan Desember 2016 Legalisasi perusahaan sawit melalui perubahan peruntukan Kawasan Hutan menjadi Bukan Kawasan Hutan di Provinsi Riau Laporan investigatif dan analisa pengindraan jarak jauh di 26 kebun sawit Laporan Investigatif

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015

Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Penebangan hutan alam gambut oleh PT. Muara Sungai Landak mengancam ekosistem dan habitat Orangutan Laporan Investigatif Eyes on the Forest Desember 2015 Eyes on the Forest (EoF) adalah koalisi LSM Lingkungan

Lebih terperinci

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011

Laporan Investigatif Eyes on the Forest. Investigasi 2010 Dipublikasikan Maret 2011 Laporan lacak balak dari PT Artelindo Wiratama, perusahaan pengembang HTI, terafiliasi dengan Asia Pulp And Paper (APP), ke pabrik pulp PT Indah Kiat Pulp and Paper (PT IKPP) Perawang, Siak Laporan Investigatif

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di areal perkebunan PT Panca Surya Agrindo Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di areal perkebunan PT Panca Surya Agrindo Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di areal perkebunan PT Panca Surya Agrindo Oktober 2015 A. Penjelasan Izin PT Panca Surya Agrindo Kabupaten/Provinsi; Pelalawan/Riau. Izin (luas); Berdasarkan data

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bertuah Aneka Yasa Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bertuah Aneka Yasa Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bertuah Aneka Yasa Oktober 2015 A. Penjelasan Izin PT Bertuah Aneka Yasa Kabupaten/Provinsi; Indragiri Hulu/Riau. Izin (luas); SK Bupati Indragiri

Lebih terperinci

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI

LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI LAPORAN VERIFIKASI DUGAAN PELANGGARAN MORATORIUM APP DI PT. MUTIARA SABUK KHATULISTIWA TIM VERIFIKASI OKTOBER 2014 1. Latar Belakang Pada tanggal 1 Februari 2013, APP, melalui Kebijakan Konservasi Hutannya

Lebih terperinci

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri

APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri www.eyesontheforest.or.id APRIL menebangi hutan bernilai konservasi tinggi di Semenanjung Kampar, melanggar komitmennya sendiri Laporan Investigatif Eyes on the Forest April 2014 Eyes on the Forest (EoF)

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN 1 RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT PANJA PENGAWASAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN KOMISI III DPR RI DENGAN IRJEN (POL) DRS. DOLLY BAMBANG HERMAWAN (MANTAN KAPOLDA RIAU), BRIGJEN (POL) DRS. ZULKARNAIN

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Oktober 2015 A. Penjelasan Izin Perkebunan PT Runggu Prima Jaya Kabupaten/Provinsi; Indragiri Hulu/Riau Izin (luas); Berada pada

Lebih terperinci

Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2011 Oleh : Romes Ip

Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2011 Oleh : Romes Ip Catatan Konflik Sumberdaya Alam di Riau Sepanjang Tahun 2 Oleh : Romes Ip I. Pendahuluan Setelah kebijakan berupa izin yang dikeluarkan pemerintah melalui Menteri Kehutanan terhadap perusahaan, Aspirasi

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Analisis Kebijakan Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Tim Analisis: Prof. Dr. Ir. I Nengah Surati Jaya, MAgr. (IPB, Bogor) Nur Hidayati (Walhi Nasional) Zenzi Suhadi (Walhi

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Parawira Group Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Parawira Group Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Parawira Group Oktober 2015 A. Penjelasan Izin Perkebunan PT Parawira Group Izin perkebunan PT. Parawira Abaditama Kabupaten/Provinsi; Pelalawan/Riau

Lebih terperinci

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan

Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Direktorat Pengendalian Kerusakan Gambut Ditjen. Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Jakarta, Maret 2016 No. Nama KHG Provinsi Kabupaten Luas (Ha)

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan Teso Indah Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan Teso Indah Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan Teso Indah Oktober 2015 A. Penjelasan Izin Perkebunan Teso Indah Kabupaten/Provinsi; Indragiri Hulu/Riau. Izin (luas); Izin Usaha Perkebunan (IUP) Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.282, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Barang Milik Negara. Perkebunan. Kelapa Sawit. Bangunan. Pemanfaatan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 12/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

Berlindung di balik selimut CnC

Berlindung di balik selimut CnC Berlindung di balik selimut CnC Monitoring Izin Usaha Pertambangan Minerba di Kalbar ` 1 Laporan Investigatif Eyes on the Forest Jaringan Kalimantan Barat Juni 2016 Swandiri Institute Titian Kontak Rakyat

Lebih terperinci

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA (Bahan Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara pada Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2001 NOMOR 79 SERI C NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 48 TAHUN 2001 TENTANG IZIN PEMUNGUTAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN PRODUKSI

Lebih terperinci

MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA

MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA MENTEIU KRIIUTANAN REPUJJLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTER! KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: SK.733/Menhut-II/2014 TENTANG KAWASAN HUTAN DAN KONSERVASI PERAIRAN PROVINSI KALIMANTAN BARA T MENTER! KEHUTANAN

Lebih terperinci

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1

KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1 KEJAHATAN KEHUTANAN KONTEMPORER (Studi kasus Riau) 1 Latar Belakang Penangganan tindak pidana kehutanan khususnya kasus penebangan pohon secara tidak sah atau yang secara popular dikenal dengan istilah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN BATAS AREAL PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN BATAS AREAL PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 06 TAHUN 2004 TENTANG PENATAAN BATAS AREAL PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, Menimbang : a. bahwa untuk menjaga keseimbangan antara

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di konsesi Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu Hutan Tanaman PT Artelindo Wiratama Oktober 2015 A. Penjelasan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Hutan Kayu

Lebih terperinci

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA

KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA KORUPSI MASIH SUBUR HUTAN SUMATERA SEMAKIN HANCUR OLEH: KOALISI MASYARAKAT SIPIL SUMATERA LBH Pekanbaru Yayasan Mitra Insani HaKI FWI ICW Yayasan Auriga PWYP Indonesia Yayasan HAkA MaTA YCMM Perkumpulan

Lebih terperinci

II. PENGUKUHAN DAN PENATAGUNAAN KAWASAN HUTAN

II. PENGUKUHAN DAN PENATAGUNAAN KAWASAN HUTAN II. PENGUKUHAN DAN PENATAGUNAAN KAWASAN HUTAN A. Pengukuhan Kawasan Hutan Pengukuhan Kawasan Hutan merupakan proses penetapan suatu kawasan menjadi kawasan hutan yang diawali dari kegiatan penataan batas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 4.1 Gambaran Umum Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 4.1 Gambaran Umum Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Gambaran Umum Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Pelalawan Kabupaten Pelalawan terletak disepanjang Sungai Kampar bagian hilir dan terdapat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 12/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN BARANG MILIK NEGARA BERUPA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI KAWASAN HUTAN REGISTER 40 PADANG LAWAS PROVINSI

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kepulauan Meranti secara geografis terletak pada koordinat antara sekitar 0 42'30" - 1 28'0" LU dan 102 12'0" - 103 10'0" BT, dan terletak

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 188.44 / 62 / 2012 TENTANG KELAYAKAN LINGKUNGAN HIDUP KEGIATAN PEMBANGUNAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT PT. SUMUR PANDANWANGI LUAS AREAL

Lebih terperinci

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan?

9/1/2014. Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan? 9/1/2014 Pelanggaran yang dirancang sebelum FCP APP diluncurkan? Satu Pelanggaran yang dirancang sebelum Forest Conservation Policy APP/SMG diluncurkan ke Publik SENARAI Pada 5 Februari 2013, Sinar Mas

Lebih terperinci

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman

INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN. Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN Tim Penulis: Egi Primayogha Firdaus Ilyas Siti Juliantari Rachman INDIKASI KERUGIAN NEGARA AKIBAT DEFORESTASI HUTAN Hasil Pemantauan di Sektor Kehutanan

Lebih terperinci

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT

Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT I. PENDAHULUAN Laporan Investigasi Jikalahari KEPALA BRG DIHADANG, PT RAPP LANJUT MERUSAK HUTAN ALAM DAN GAMBUT Empat bulan lebih pasca Nazir Foead, Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG) dihadang dan diusir

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BINA PRODUKSI KEHUTANAN Nomor : SK. 250/VI-BPHA/2007 TENTANG IZIN PEMASUKAN DAN PENGGUNAAN PERALATAN UNTUK KEGIATAN IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA AREAL PERKEBUNAN A. N. PT. BORNEO

Lebih terperinci

KLIEN TERSERTIFIKASI PHPL

KLIEN TERSERTIFIKASI PHPL DAFTAR KLIEN TERSERTIFIKASI PHPL OLEH LPPHPL PT SARBI INTERNATIONAL CERTIFICATION Izin 1. PT. ITCI Hutani Manunggal 184/Kpts- II/1996 tanggal 23 April 1996 Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Timur ± 161.127

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN HASIL HUTAN PADA TANAH MILIK DAN KEBUN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN

PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PAPER KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN PEMDA RIAU HARUS MELIBATKAN PUBLIK DALAM GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN SUMBER DAYA ALAM (GNPSDA) KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI PENGANTAR Hasil kajian Jikalahari menunjukkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Tata Ruang, Kehutanan, Perizinan Diterbitkan dalam Wacana Edisi 26 : Penataan Ruang dan Pengelolaan Sumberdaya

ABSTRAK. Kata Kunci: Tata Ruang, Kehutanan, Perizinan Diterbitkan dalam Wacana Edisi 26 : Penataan Ruang dan Pengelolaan Sumberdaya MENYERAHKAN HUTAN KE PANGKUAN MODAL: STUDI KASUS PROVINSI RIAU RAFLIS Local Unit Manager Riau Transparency International Indonesia, Peneliti Yayasan Kabut Riau, anggota Koalisi Masyarakat Sipil Sumatra

Lebih terperinci

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN

MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN SENGKARUT TAMBANG MENDULANG MALANG Disusun oleh Koalisi Anti Mafia Hutan dan Tambang. Untuk wilayah Bengkulu, Lampung, Banten. Jakarta, 22 April 2015 MISKINYA RAKYAT KAYANYA HUTAN No Daerah Hutan Konservasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU RIAU

PEMERINTAH DINAS KEHUTANAN PROVINSI RIAU RIAU 1. Semangat pembangunan kehutanan adalah memperbaiki kondisi tapak hutan menjadi lebih baik. Masalah di tingkat tapak, perlu diberikan intervensi (regulasi dan anggaran) sehingga perbaikan kinerja senantiasa

Lebih terperinci

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PAPARAN USULAN REVISI KA WASAN H UTAN P ROVINSI SUMATERA UTARA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA JA NUARI 2010 KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA No Fungsi Hutan TGHK (1982) RTRWP (2003) 1 2 3 4 5

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia

MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia www.greenomics.org MEMBENDUNG meluasnya preseden buruk pengelolaan HPH di Indonesia 5 Desember 2011 HPH PT Mutiara Sabuk Khatulistiwa -- yang beroperasi di Provinsi Riau -- melakukan land-clearing hutan

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

I. PENDAHULUAN. karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia karet merupakan salah satu hasil pertanian yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. Sebaran Hotspot Tahunan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Potensi kebakaran hutan dan lahan yang tinggi di Provinsi Riau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: penggunaan api, iklim, dan perubahan tata guna

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI. DAFTAR UNIT PENGOLAHAN/PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) di 14 Kecamatan Se Kabupaten Siak JENIS KEGIATAN

PELUANG INVESTASI. DAFTAR UNIT PENGOLAHAN/PABRIK KELAPA SAWIT (PKS) di 14 Kecamatan Se Kabupaten Siak JENIS KEGIATAN PELUANG INVESTASI Peluang Investasi: Untuk meningkatkan nilai tambah diperlukan Industri hilir CPO sehingga dapat dihasilkan minyak goreng, margarine, sabun dan lainnya, kegiatan Industri hilir CPO dapat

Lebih terperinci

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut

1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN (UKP4) 1 TAHUN PELAKSANAAN INPRES 10/2011: Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola pada Hutan Alam Primer dan Lahan

Lebih terperinci

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra

Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra Dampak moratorium LoI pada hutan alam dan gambut Sumatra - Analisa titik deforestasi Riau, Sumatra- 16 Maret 2011 oleh Eyes on the Forest Diserahkan kepada : Dr. Ir. Kuntoro Mangkusubroto, Kepala Unit

Lebih terperinci

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha

KAWASAN PESISIR KAWASAN DARATAN. KAB. ROKAN HILIR 30 Pulau, 16 KEC, 183 KEL, Pddk, ,93 Ha LUAS WILAYAH : 107.932,71 Km2 LUAS DARATAN 86.411,90 Km2 LAUTAN 21.478,81 Km2 GARIS PANTAI 2.078,15 Km2 KAWASAN DARATAN KAB. ROKAN HULU 16 KEC,153 KEL, 543.857 Pddk, 722.977,68 Ha KAB. KAMPAR 21 KEC,245

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN Jakarta, Juni 2012 KATA PENGANTAR Buku ini merupakan penerbitan lanjutan dari Buku Statistik Bidang Planologi Kehutanan tahun sebelumnya yang

Lebih terperinci

TANGGAPAN DAN KLARIFIKASI TERHADAP LAPORAN JPIK DAN EIA

TANGGAPAN DAN KLARIFIKASI TERHADAP LAPORAN JPIK DAN EIA TANGGAPAN DAN KLARIFIKASI TERHADAP LAPORAN JPIK DAN EIA MASIH PERIZINAN BAGI TINDAK KRIMINAL: BAGAIMANA KEKEBALAN HUKUM PERUSAHAAN SAWIT ILEGAL MERUSAK REFORMASI INDUSTRI KAYU DI INDONESIA oleh Jaringan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN SOLUSI PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN UNTUK KEGIATAN NON KEHUTANAN Disampaikan oleh : Kementerian

Lebih terperinci

KLIEN TERSERTIFIKASI PHPL

KLIEN TERSERTIFIKASI PHPL DAFTAR KLIEN TERSERTIFIKASI PHPL OLEH LPPHPL PT SARBI INTERNATIONAL CERTIFICATION Izin 1. PT. ITCI Hutani Manunggal 184/Kpts- II/1996 tanggal 23 April 1996 Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Timur ± 161.127

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA)

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA) ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA) La Ode Muh. Yazid Amsah 1, Drs. H. Samsu Arif, M.Si 2, Syamsuddin, S.Si, MT 2 Program Studi Geofisika Jurusan

Lebih terperinci

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN oleh: Ruhyat Hardansyah (Kasubbid Hutan dan Hasil Hutan pada Bidang Inventarisasi DDDT SDA dan LH) Kawasan Hutan Hutan setidaknya memiliki

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPATKERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN RI ---------------------------------------------------------- (BIDANG HUKUM, HAM DAN KEAMANAN) Tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT PANJA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DENGAN DPRD RIAU, ICEL, WALHI DAN JIKALAHARI ------------------------------------------------------------ (BIDANG HUKUM,

Lebih terperinci

DIREKTORI PELANGGAN TERSERTIFIKASI

DIREKTORI PELANGGAN TERSERTIFIKASI DIREKTORI PELANGGAN TER Periode: Januari s.d. Maret NO 1 PT. SATRIA PERKASA AGUNG UNIT SERAPUNG SK.102/Menhut-II/2006 Tanggal 11 April 2006 Jo SK.60/Menhut-II/ Tanggal 23 Januari Luas : 11.927,15 Hektar

Lebih terperinci

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN

KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN KONTESTASI TENURE, KAWASAN GAMBUT & KEBAKARAN HUTAN- LAHAN Andiko, SH. MH SARASEHAN KONGRES MASYARAKAT ADAT NUSANTARA KELIMA /KMAN V Tema: Hak Kelola Masyarakat Adat untuk Pemulihan dan Perlindungan Ekosistem

Lebih terperinci

PAPARAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN

PAPARAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN PAPARAN DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI (HPK) UNTUK PEMBANGUNAN PABRIK GULA BOGOR, 28 OKTOBER 2013 LANDASAN HUKUM PP 10 Tahun 2010

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : KAMPAR 14.01 KAMPAR 415.166 384.88 99.954 1 14.01.01 BANGKINANG 18.61 18.064 36.825 2 14.01.02 KAMPAR 26.00 25.246 51.316 3 14.01.03 TAMBANG 32.141 29.613 61.54 4 14.01.04 XIII KOTO

Lebih terperinci

APP Melawan Perintah Presiden Jokowi dan Melanggar FCP APP

APP Melawan Perintah Presiden Jokowi dan Melanggar FCP APP BRIEF JIKALAHARI: JELANG EMPAT TAHUN KOMITMEN FCP APP I. PENGANTAR APP Melawan Perintah Presiden Jokowi dan Melanggar FCP APP Group perusahaan bubur kertas Asia Pulp and Paper (APP)/Sinarmas group (SMG)

Lebih terperinci

Tim Penulis Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, Riau Dalam Angka 2016.

Tim Penulis Badan Pusat Statistik Provinsi Riau, Riau Dalam Angka 2016. A. Pendahuluan Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Kabupaten ini mempunyai luas wilayah 1.379.837 hektar atau 15,48% dari total luas Provinsi Riau, 1 yang mana 72,37%

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH

KONDISI FISIK BAB I 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH BAB I KONDISI FISIK 1.1. LUAS WILAYAH DAN BATAS WILAYAH Sebelum dilakukan pemekaran wilayah, Kabupaten Kampar merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki wilayah terluas di Provinsi Riau dengan luas mencapai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Gedong Wani 4.1.1. Luas Letak Wilayah Lokasi dari areal kerja dari UPTD KPHP Gedong Wani terletak pada empat register Kawasan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.51/Menhut-II/2014. TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengaturan penanaman modal

Lebih terperinci

Lampiran I.14 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 PROVINSI :

Lampiran I.14 : PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 PROVINSI : Lampiran I. : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 96/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KURSI

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERUSAHAAN

KONDISI UMUM PERUSAHAAN KONDISI UMUM PERUSAHAAN Sejarah Kebun PT. National Sago Prima dahulu merupakan salah satu bagian dari kelompok usaha Siak Raya Group dengan nama PT. National Timber and Forest Product yang didirikan pada

Lebih terperinci

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bumi Reksa Nusa Sejati November 2015

Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bumi Reksa Nusa Sejati November 2015 Pemantauan Pembakaran Hutan dan Lahan di Perkebunan PT Bumi Reksa Nusa Sejati November 2015 A. Penjelasan Izin Perkebunan PT Bumi Reksa Nusa Sejati Kabupaten/Provinsi; Indragiri Hilir/Riau. Izin (luas);

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG Jl. WR. Monginsidi No. 69 Fax (0721) 482166 TELUKBETUNG 35215 KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 29 TAHUN 2001 TENTANG PERSETUJUAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG TIM TERPADU DALAM RANGKA PENELITIAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.293 / MENHUT-II / 2007 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.293 / MENHUT-II / 2007 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK.293 / MENHUT-II / 2007 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU RESTORASI EKOSISTEM DALAM HUTAN ALAM KEPADA PT. RESTORASI EKOSISTEM INDONESIA ATAS

Lebih terperinci

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : SK. 101/Menhut-II/2006 TENTANG PEMBAHARUAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN PT. MITRA HUTANI JAYA ATAS

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 57/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 57/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 57/PID.SUS/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.29/Menlhk/Setjen/PHPL.3/2/2016 TENTANG PEMBATALAN PENGENAAN, PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PENGGANTIAN NILAI TEGAKAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LUAS KAWASAN (ha)

LUAS KAWASAN (ha) 1 2 3 Berdasarkan Revisi Pola Ruang Substansi Kehutanan sesuai amanat UU No 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang mengalami perubahan yang telah disetujui Menteri Kehutanan melalui Keputusan No. 936/Kpts-II/2013

Lebih terperinci

RESUME HASIL PENILIKAN KE-1 VERIFIKASI LEGALITAS KAYU

RESUME HASIL PENILIKAN KE-1 VERIFIKASI LEGALITAS KAYU RESUME HASIL PENILIKAN KE-1 VERIFIKASI LEGALITAS KAYU (1) Identitas LVLK a. Nama Lembaga : PT MUTUAGUNG LESTARI b. Nomor Akreditasi : LVLK-003-IDN c. Alamat : Jl. Raya Bogor Km. 33,5 No. 19 Cimanggis Depok

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a. bahwa dengan adanya

Lebih terperinci

j. PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG k. PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG l. NOMOR 3 TAHUN 2009

j. PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG k. PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG l. NOMOR 3 TAHUN 2009 h. i. j. PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG k. PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG l. NOMOR 3 TAHUN 2009 m. TENTANG IZIN LOKASI DAN RETRIBUSI IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG,

Lebih terperinci

Luas Baku Sawah (Ha) Bera Penggenangan

Luas Baku Sawah (Ha) Bera Penggenangan 1 Riau 33.449 6.651 6.085 5.360 3.551 6.783 6.316 2.836 13.714 30.931 85.768 2 Bengkalis 638 52 108 281 87 214 209 77 81 976 1.751 3 Bantan 399 30 63 166 51 108 154 56 31 598 1.059 4 Bengkalis - - - -

Lebih terperinci

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015 Oleh : Ketua Tim GNPSDA Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pontianak, 9 September 2015 Data dan Informasi Kawasan Hutan 2 KAWASAN HUTAN KALIMANTAN BARAT, KALIMANTAN TENGAH, KALIMANTAN SELATAN,

Lebih terperinci

CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM

CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN JANUARI DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM CAPAIAN PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN 2016 JANUARI 2017 DIREKTORAT JENDERAL PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN Pengantar Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2002 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU

Lebih terperinci

1 of 5 02/09/09 11:45

1 of 5 02/09/09 11:45 Home Galeri Foto Galeri Video klip Peraturan Daerah Tahun 2001 Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004 Tahun 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG IZIN PEMANFAATAN KAYU PADA HUTAN

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG ALIH FUNGSI LAHAN DARI EKS KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI (HPK) SELUAS + 145.125 HEKTAR MENJADI KAWASAN BUKAN HPK DALAM RANGKA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH TAHUN 2014 YANG TELAH DITETAPKAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI RIAU

PERATURAN DAERAH TAHUN 2014 YANG TELAH DITETAPKAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH TAHUN 2014 YANG TELAH DITETAPKAN DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA SE PROVINSI RIAU No Provinsi/Kabupaten/Kota No Judul Peraturan Daerah Ditetapkan 1. Provinsi Riau 1. Peraturan

Lebih terperinci

Pemberian Izin RKT HTI oleh Mentri Kehutanan di Provinsi Riau Merupakan Pelanggaran Terhadap Konstitusi. Oleh : Raflis 1 Yayasan Kabut Riau

Pemberian Izin RKT HTI oleh Mentri Kehutanan di Provinsi Riau Merupakan Pelanggaran Terhadap Konstitusi. Oleh : Raflis 1 Yayasan Kabut Riau Pemberian Izin RKT HTI oleh Mentri Kehutanan di Provinsi Riau Merupakan Pelanggaran Terhadap Konstitusi. Oleh : Raflis 1 Yayasan Kabut Riau Pendahuluan Bumi air dan seluruh kekayaan alam yang berada dibawahnya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PEMBERIAN IZIN LOKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci