BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas."

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaya hidup merupakan contoh kecenderungan kelompok-kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan diri mereka dengan kelompokkelompok lain, sekaligus sebagai sebuah perjuangan memperoleh posisi sosial (Lury, 1988: 113). Gaya hidup suatu kelompok akan berbeda dengan kelompok lainnya. Kelompok masyarakat petani memiliki perbedaan gaya hidup dengan pengrajin batik, demikian pula pengrajin batik akan berbeda dengan gaya hidup pegawai negeri. Demikian pula dilihat dari kondisi sosial ekonomi, maka kelompok masyarakat yang miskin akan memiliki gaya hidup yang berbeda dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas. Perbedaan gaya hidup disebabkan oleh status sosial ekonomi serta jenis pekerjaan tertentu, maka bukan suatu mustahil terjadinya perubahan gaya hidup masyarakat Desa Maos Kidul yakni semula petani menjadi pengrajin batik serta semula dalam kondisi ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang mampu. Dalam hal ini gaya hidup pengrajin batik yang konsumtif dalam pemakaian barang-barang mewah seperti: pakaian, rumah, radio, televisi, VCD, sepeda motor, dan mobil. Tingkat kehidupan pengrajin batik yang kaya dan mapan serta karakter pengrajin batik yang individualis. Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa diartikan sebagai salah satu teknik pewarnaan pada sebuah kain dengan 1

2 2 menggunakan bahan sejenis malam yang berfungsi untuk mencegah pewarnaan sebagian pada bahan kain dasar tersebut. Pengertian lain batik adalah kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut (teknik pewarnaan), termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan (Prasetyo, 2010: 1). Batik dalam bahasa Jawa berasal dari kata tik. Kata itu mempunyai pengertian berhubungan dengan suatu pekerjaan halus, lembut, dan kecil, yang mengandung keindahan. Batik merupakan hasil penggambaran corak di atas kain dengan menggunakan canting dan bahan malam (Handoyo, 2008: 3) Batik merupakan hasil kebudayaan asli bangsa Indonesia yang mempunyai nilai tinggi. Batik sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya batik hanya digunakan untuk pakaian raja-raja di Jawa pada zaman dahulu. Kemudian, batik berkembang menjadi pakaian sehari-hari masyarakat Jawa (Setiati, 2008: 3). Batik merupakan salah satu warisan budaya asli Indonesia yang bernilai seni tinggi dan telah mendapatkan pengakuan oleh dunia internasional. Hal ini dibuktikan dengan pengakuan UNESCO yang secara resmi mencatumkan Batik Indonesia dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) dalam Sidang ke-4 Komite Antar-Pemerintah (Fourth Session of the Intergovernmental Committee) tentang Warisan Budaya Tak-benda di Abu Dhabi. Dengan cita rasa seni tinggi yang terkandung dalam sebuah batik, kini batik menjadi kebanggan pakaian nasional bagi masyarakat Indonesia bahkan batik berkembang menjadi sebuah identitas bagi bangsa Indonesia di dunia

3 3 internasional. Dengan banyaknya ragam benda kesenian yang dibuat dengan bahan dasar batik maka ini memicu munculnya industri industri batik di Indonesia, baik itu Industri skala besar dan menengah ataupu industri-industri yang bersifat kecil yang disebut juga industri rumah tangga atau home industry. Banyak sekali home industry batik di Indonesia ini yang bisa ditemukan salah satunya adalah home industry batik Rajasamas yang berlokasi di desa Maos kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap. Industri batik Rajasamas ini dimiliki oleh Bapak Tonik Sudarmaji dan istrinya, Euis Rohaini. Pada awalnya batik Rajasamas merupakan industri rumah tangga kecil biasa tetapi seiring waktu serta semakin berkembangnya pemakaian batik dalam kehidupan masyarakat Indonesia maka industri batik Rajasamas kini telah berkembang dan cukup dikenal oleh masyarakat di daerah Cilacap dan sekitarnya. Batik Rajasamas tidak hanya dikenal di daerah Cilacap dan sekitarnya saja tetapi kini sudah dikenal oleh masayarakat di luar daerah Cilacap seperti Semarang dan Jakarta bahkan hingga ada yang dijual ke Luar negeri. Dengan lokasi yang jauh dari kota yang identik sebagai pusat atau kiblat batik nasional seperti Pekalongan, Solo dan Yogyakarta, hal ini memberikan keleluasaan pangsa pasar bagi batik Rajasamas untuk memperluas daerah pemasaran di luar kabupaten Cilacap selain di kedua kota besar seperti Semarang dan Jakarta. Bahkan kini batik Rajasamas telah memiliki galeri outlet di Semarang dan Jakarta sebagai bukti ekspansi area pemasarannya di dalam negeri. Area pemasarannya tidak hanya di dalam negeri tetapi juga sudah sampai ke Luar negeri hal ini terbukti dari adanya pesanan batik dari Jepang dan China.

4 4 Batik Rajasamas juga sering mengikuti pameran-pameran produk batik hingga ke luar negeri. Salah satu contohnya yaitu pada saat mengikuti pameran UKM di Ankara, Turki saat ditunjuk menjadi perwakilan produk khas Cilacap dalam bidang UKM Indonesia. Dengan semakin luasnya daerah pemasaran maka hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan produksi ataupun penjualan. Hal ini akan memicu meningkatnya kebutuhan tenaga kerja dalam pemenuhan peningkatan terhadap jumlah produksi kain batik. Pada saat awal berdirinya, batik Rajasamas dikerjakan oleh pemilik dan keluarga sendiri. Namun saat ini batik Rajasamas telah memiliki 80 pekerja yang berperan dalam proses bisnis batik Rajasamas dari mulai proses produksi, distribusi hingga pemasaran produk. Peningkatan kebutuhan tenaga kerja ini berdampak positif bagi masyarakat karena akan menyerap tenaga kerja lokal di sekitar lingkungan industri batik Rajasamas yang berarti bahwa dalam skala minor angka pengangguran di kabupaten Cilacap berkurang. Dengan meningkatnya jumlah produksi dan penjualan maka secara otomatis keuntungan (omset) batik Rajasamas meningkat. Hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan hidup bagi pemilik dan para pengrajin batik Rajasamas. Peningkatan kesejahteraan tersebut berimbas pada meningkatnya kemampuan secara ekonomi yang lebih baik bagi pengrajin batik sehingga berpengaruh pada pola gaya hidup pengrajin batik tersebut. Hal ini tercermin dalam kemampuan terhadap pemenuhan kebutuhan hidup misalnya adanya pemenuhan, peningkatan kualitas atau kuantitas tempat tinggal,

5 5 pemenuhan terhadap peralatan modern seperti kendaraan bermotor, peralatan elektronik, peralatan komunikasi dan sebagainya. Akan tetapi meningkatnya kesejahteraan ekonomi terhadap kemampuan pemenuhan kebutuhan hidup ini bisa mendorong pengrajin batik untuk mengikuti gaya hidup konsumtif yang tinggi walau sebenarnya kebutuhan-kebutuhan itu bukan merupakan kebutuhan pokok. Hal ini bisa berpengaruh negatif terhadap kondisi kehidupan sosial masyarakat di desa Maos Kidul yang memiliki kemampuan ekonomi rendah. Dengan mengetahui latar belakang masalah seperti diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitiaan tentang gaya hidup pengrajin batik Rajasamas di desa Maos Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap tahun dalam peranan serta kaitannya dengan perkembangan keadaan sosial ekonomi di desa Maos Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap. B. Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut. 1. Bagaimana kondisi wilayah di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap? 2. Bagaimana perubahan sosial ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap? 3. Bagaimana perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap?

6 6 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang sudah dipaparkan di atas, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui sebagai berikut. 1. Kondisi wilayah di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. 2. Perubahan sosial ekonomi dan penyerapan tenaga kerja di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. 3. Perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memberikan informasi tentang kondisi wilayah di Desa Maos Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap. 2. Memberi informasi tentang tingkat kehidupan pengrajin batik di desa Maos Kidul. 3. Untuk mengetahui perkembangan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul kecamatan Maos kabupaten Cilacap. E. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap tahun merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan. Akan tetapi penelitian yang dilakukan oleh Jarwono (2002) yang meneliti Gaya Hidup Pedagang di Desa Losari Kecamatan

7 7 Rembang Kabupaten Purbalingga. Hasil penelitian ini menyatakan ada perubahan gaya hidup setelah menjadi pedagang rantau. Perubahan yang menyolok baik dari segi perumahan, pakaian, makanan, maupun pemilikan peralatan rumah tangga. Sebagai dampak dari keberhasilan perantau maka terjadi perkembangan gaya hidup mereka dan keluarganya, serta munculnya gaya hidup penduduk perkotaan antara lain dalam hal sikap konsumsi serta kepemilikan barang-barang dan mengubah bentuk rumah yang bertingkat dengan arsitektur lebih maju. Munculnya gaya hidup masyarakat desa yang dengan penampilan industrialis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti (2002) dalam penelitian yang berjudul Kehidupan pengrajin limbah glugu dan bathok di Kelurahan Purbalingga Wetan menyimpulkan bahwa kegiatan pengrajin limbah glugu dan bathok di Kelurahan Purbalingga wetan, Kecamatan Purbalingga Kabupaten Purbalingga tahun kurang begitu berkembang dikarenakan penggunaan alat yang masih tradisional. Pemasaran yang bersifat lokal serta belum adanya kegiatan industri yang bersifat kelompok, mulai tahun 1999 sampai sekarang adanya penggunaan mesin produksi. Adanya perkembangan pemasaran sampai keluar daerah berdampak pada meningkatnya jumlah permintaan produksi kerajinan limbah glugu dan bathok sehingga meningkatkan penghasilan mereka. Hal tersebut juga berdapak pada perubahan gaya hidup, peningkatan pemahaman pengrajin terhadap kebutuhan anak, seperti pendidikan formal, cara hidup sehat, serta perumahan. Dari penelitian Aprianti dapat ditarik kesimpulan bahwa dari

8 8 keluarga pengrajin dapat meningkatkan hasil sehingga mereka dapat menikmati seperti kebutuhan papan, sandang, makan, pendidikan dan kesehatan yang layak. Menurut Umi Baroroh (2004) yang meneliti tentang Gaya Hidup Pengrajin Jamu Tradisional di Desa Mujur Lor Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap menyimpulkan bahwa setelah menjadi pengrajin jamu tradisional, kehidupan yang dialami oleh masyarakat menjadi lebih baik dibandingkan pada waktu menjadi petani. Gaya hidup yang dialami cenderung lebih baik, terbukti dengan adanya pemilikan barang-barang yang tergolong mewah. Serta dalam bidang perumahan yang dapat dilihat dalam bentuk bangunan rumah mereka yang bertingkat dengan arsitektur yang lebih maju dibandingkan penduduk sekitar. Perbedaan dengan peneliti sebelumnya, sebenarnya hampir sama yaitu membahas tentang gaya hidup. Peneliti sebelumnya membahas tentang gaya hidup pedagang. Dalam penelitian ini penulis membahas tentang kondisi wilayah Desa Maos Kidul, perkembangan ekonomi pengrajin batik, dan kondisi ekonomi pengrajin batik berpengaruh terhadap gaya hidup di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. F. Landasan Teori dan Pendekatan 1. Deskripsi teori a. Pengertian Kerajinan Batik Perkembangan pengrajin batik sekarang tidak hanya dituangkan di atas kain, melainkan sudah mulai berinovasi dan menjadi industry kreatif seperti kerajinan batik dituangkan ke alat-alat rumah tangga dalam bentuk seprei, gorden,

9 9 penutup kulkas dan dispenser, dan lain-lain, inovasi ke dalam bentuk asesoris berbahan baku batik, sepatu, blangkon, tas, dompet, sandal, mukena, sajadah dan lain-lain, batik ke dalam bentuk Craft, dan Batik ractal, yaitu pembuatan motif Batik dengan menggunakan software digital yang dapat menghasilkan berbagai macam motif Batik Indonesia. b. Perkembangan Usaha Batik Saat ini industri batik yang tidak terlalu terpuruk dan lumayan berkembang adalah batik Pekalongan. Saat ini industri batik Pekalongan memiliki 2608 unit usaha yang tersebar di kota Pekalongan sebanyak 608 unit usaha dengan tenaga kerja. Dan di kabupaten Pekalongan sebanyak 2000 unit usaha dengan tenaga kerja. Kebanyakan hasil produksi dari industri Pekalongan adalah batik cap dan batik printing. Karena proses produksinya lebih cepat dan harganya tidak terlalu mahal. Sementara itu untuk batik tulis hanya diproduksi berdasarkan pesanan karena proses pembuatan yang lama dan harga yang relatif mahal. Negara yang menjadi pasar tetap produk batik Pekalongan antara lain Malaysia, Jepang dan Timur Tengah. Sementara Pasar domestik adalah pasar Bali dan Jakarta. Dan juga kota-kota lain di Indonesia. Selain itu untuk menjaga agar batik tetap menjadi bagian dari masyarakat Pekalongan, seni batik dimasukkan ke dalam kurikulum lokal di sekolah-sekolah menengah agar para pemuda di Pekalongan dapat mengenal batik dengan baik. Untuk industri-industri batik yang lain keadaanya tidak terlalu menggembirakan. Bahkan untuk mendapatkan batik tertentu seperti batik

10 10 Lasem sangat sulit, khususnya batik tulis. Demikian juga dengan batik Yogya dan batik Solo, walaupun tidak separah batik Lasem, tapi produksinya sangat menurun. Pengrajin batin Yogya dan Solo semakin berkurang. Demikian juga dengan batik-batik yang lain seperti batik Ciamisan, batik Banyumas, batik Indramayu dan batik Tasik. Kalaupun ada produksi biasanya berdasarkan pesanan dalam partai kecil dan dititipkan pada pemilik merek terkenal seperti Batik Keris atau Danar Hadi. Industri batik Indonesia pernah mengalami masa jaya yaitu pada tahun 1980-an. Saat itu batik Indonesia mampu menembus pasar luar negeri. Tetapi keterbatasan modal membuat sebagian pengrajin tidak dapat memenuhi permintaan apalagi ketika krisis moneter melanda Indonesia, pengrajin batik semakin kesulitan, impor kain dan obat-obatan untuk pewarna melonjak tajam. Kenaikan tarif dasar listrik (TDL) membuat keadaan semakin sulit. Ditambah lagi dengan keamanan yang tidak kondusif seperti bom Bali 1 dan 2. c. Wilayah Pemasaran Batik Area pemasarannya tidak hanya di dalam negeri seperti pasar lokal tetapi juga sudah sampai ke luar negeri hal ini terbukti dari adanya pesanan batik dari Jepang dan China. Negara yang menjadi pasar tetap produk batik antara lain Malaysia, Jepang dan Timur Tengah. Sedangkan Pasar domestik adalah pasar Bali dan Jakarta. Dan juga kota-kota lain di Indonesia. d. Segmen Pasar Dalam menempatkan posisi untuk membidik pasar, alias segmentasi, tidak hanya menjual batik sebagai sebuah produk pakaian saja, tapi juga mengemasnya

11 11 menjadi satu kesatuan produk jasa yang menarik. Bidang usahanya adalah penata rias untuk acara pernikahan atau keperluan lain dengan batik sebagai kostumnya. Melihat domisili usahanya di sebuah apartemen misalnya, maka sudah jelas akan membidik pasar menengah keatas. Namun, membidik akan jadi sebuah bidikan kosong apabila kita tidak kreatif mengemas dalam sebuah produk jasa tambahan, terlebih lagi apabila jasa tersebut sangat unik dan jarang ada orang lain yang sanggup. Mungkin apabila hanya menjual batik sebagai suatu produk barang tanpa dikemas dengan produk jasa yang menarik lainnya (meskipun segmentasinya menengah keatas), orang belum tentu tertarik. e. Pengrajin Batik Pengrajin batik adalah aset dalam dunia batik yang mempunyai arti sangat penting dan bernilai tinggi bagi perkembangan batik Indonesia. Tanpa pengrajin batik, maka bisa dipastikan perkembangan batik Indonesia akan semakin tenggelam bahkan bisa jadi kebanggaan warisan budaya Indonesia ini akan hilang. Seperti yang terjadi saat ini, banyak pengusaha batik yang gulung tikar disebabkan oleh minimnya Skill, dan minimnya regenerasi para pengrajin batik. Pentingnya dari kehadiran pengrajin batik dalam perkembangan batik baik di Indonesia maupun di kancah internasional, maka seharusnya pengrajin batik mendapatkan perhatian dari banyak pihak, khususnya pemerintah. Baik dalam segi kesejahteraan pengrajin batik, juga perlindungan terhadap para pengrajin tersebut. Berkat kemampuan mereka dalam membuat batik, maka bisa mendatangkan keuntungan yang sangat besar bagi pengusaha batik dan bangsa Indonesia.

12 12 Selain itu, pengakuan dari UNESCO ini tidaklah bersifat selamanya. Jika batik sebagai warisan dunia yang berasal dari Indonesia ini tidak mampu dirawat dan dilestarikan oleh masyarakat Indonesia sendiri, maka status pengakuan ini akan berakhir. Maka lembaga ini hadir untuk melestarikan batik Indonesia dengan memperhatikan, melindungi dan meregenerasi para pengrajin batik. Dengan cara memberi mereka pelatihan agar pengrajin batik Indonesia menjadi pengrajin batik unggul dan profesional modernis, mengenalkan batik sejak usia dini, mengajak pemuda untuk mencintai batik sebagai regenerasi penerus pengrajin batik Indonesia. Namun pentingnya kehadiran pengrajin batik dalam kemajuan batik Indonesia, tidak sesuai dengan kemajuan batik Indonesia. Jumlah pengrajin batik di Indonesia semakin berkurang, Disebabkan oleh: 1) kesenjangan para pengrajin batik dengan pengusaha, 2) minimnya regenerasi pengrajin batik, 3) batik tulis berkurang karena kurangnya modal, 4) kurangnya dukungan dari pemerintah, 5) lebih mementingkan batik sebagai komoditas bukan dari nilai dari estetika batik tersebut. Untuk itulah Komunitas Pengrajin Batik Indonesia ini akan menjawab tantangan di atas, sehingga kemajuan batik bisa tercapai. f. Gaya Hidup Pengrajin Batik Gaya hidup adalah karakteristik seseorang yang dapat diamati, yang menandai suatu sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dan lingkungan. Karakteristik tersebut berkaitan dengan pola penggunaan waktu, uang, dan obyekobyek yang berkaitan dengan semuanya. Misalnya cara makan, berbicara,

13 13 kebiasaan dirumah, kebiasaan di kantor, kebiasaan belanja, dan pilihan teman (Piliang, 1998: 209). Manusia pada kelompok manapun pasti memiliki gaya hidup. Gaya hidup ini biasanya yang membedakan kehidupan suatu kelompok dengan kelompok lain. Gaya hidup biasanya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kondisi sosial ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Gaya hidup (Life Style) dalam penelitian ini menuju pada perilaku konsumen yang dianut oleh masyarakat, dalam hal ini adalah pengrajin batik. Dengan gaya hidup konsumen dianggap membawa kesadaran dan kepekaan yang lebih tinggi terhadap para konsumen. Oleh sebab itu dengan gaya hidup maka manusia bersikap individualis dan melalui pemilihan barang-barang tertentu. Dalam kaitan ini, individu secara aktif menggunakan barang-barang konsumsi seperti pakaian, mobil, rumah, dekorasi, furniture, makanan dan minuman dan juga benda-benda seperti hiburan, musik, film, dan seni sesuai cita rasa kelompoknya. Jadi dalam kaitannya dengan pembangunan gaya hidup yang ekspresif maka untuk mencapai kepuasaan dari berbagai komoditas dan praktik yang melengkapi itu, muncullah tuntutan yang konstan akan informasi mengenai gaya hidup. Yang hanya memiliki satu kehidupan untuk dihidupkan (only one life to life) banyak sekali interpretasi mengenai benda-benda budaya, pengalaman budaya serta gaya hidup yang kesemuanya menunjuk pada kapasitas untuk diri dan transformasi gaya hidup. Warren Susman (1979: 220) menegaskan bahwa salah satu perubahan terpenting dalam formasi identitas yang terjadi bersama dengan gerakan menuju budaya konsumen terjadi bersamaan dengan terjadinya

14 14 pergeseran dari pernyataan mengenai kebaikan karakter menjadi kebaikan kepribadian (Featherstone, 2001: 273). Individu-individu menggunakan barang-barang menurut tujuan yang telah diimpikan oleh pembuat iklan seringkali diungkapkan bahwa art pemakaian benda-benda konsumen, proses decoding, sangat kompleks dan problematik. Raymond Williams (1961: 312), misalnya berpendapat bahwa keseragaman antar kelas (cross class) dalam perumahan dan waktu senggang mereka tidak signifikan dalam memahami struktur kelas. Sebaliknya kelas-kelas yang berbeda memiliki cara kehidupan dan pandangan yang berbeda mengenai sifat hubungan sosial yang membentuk suatu matriks yang didalam matriks itu terjadi konsumsi (Featherstone, 2001: 206). Dengan demikian, maka gaya hidup merupakan contoh kecenderungan kelompok-kelompok dalam menggunakan barang-barang untuk membedakan diri mereka dengan kelompok-kelompok lain, sekaligus sebagai sebuah perjuangan memperoleh posisi sosial (Lury, 1988: 113). Berdasarkan pendapat diatas maka tampak bahwa gaya hidup suatu kelompok akan berbeda dengan kelompok lainnya. Kelompok masyarakat petani memiliki perbedaan gaya hidup dengan pengrajin batik, demikian pula pengrajin batik akan berbeda dengan gaya hidup pegawai negeri. Demikian pula dilihat dari kondisi sosial ekonomi, maka kelompok masyarakat yang miskin akan memiliki gaya hidup yang berbeda dengan masyarakat yang kaya atau kalangan atas. Perbedaan gaya hidup disebabkan oleh status sosial ekonomi serta jenis pekerjaan tertentu, maka bukan suatu mustahil terjadinya perubahan gaya hidup

15 15 masyarakat Desa Maos Kidul yakni semula petani menjadi pengrajin batik serta semula dalam kondisi ekonomi yang lemah menjadi ekonomi yang mampu. Dalam hal ini, peneliti akan mengupas gaya hidup pengrajin batik yang konsumtif dalam pemakaian barang-barang mewah seperti: pakaian, rumah, radio, televisi, VCD, sepeda motor, dan mobil. Tingkat kehidupan pengrajin batik yang kaya dan mapan serta karakter pengrajin batik yang individualis. 2. Teori dan Pendekatan a. Teori Gaya Hidup Plummer (1983) gaya hidup adalah cara hidup individu yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam hidupnya (ketertarikan) dan apa yang mereka pikirkan tentang dunia sekitarnya. Berdasarkan pengertian tersebut, kaum remaja sangatlah identik dengan apa yang mereka lakukan dalam setiap waktunya (remaja tidak terlepas dari peran media dalam kehidupan sehari-harinya). Sebagian besar waktu mereka tersita dengan menonton siaran televisi (programprogram yang mereka minati yang bertemakan hiburan, musik, fashion, dan lainlain seperti: film-film Korea, ajang reality show Girl and Boy Band ), mendengarkan siaran radio (lagu-lagu yang sedang nge-trend), mengikuti perkembangan para idolanya dalam majalah ataupun internet, dan berbagai cara lain guna memperoleh informasi agar tidak ketinggalan zaman. Menurut Khaldun (Lover, 1993: 43) btu bahwa manusia adalah makhluk sosial yang pada hakikatnya sifat sosial manusia itu berasal dari kenyataan bahwa

16 16 untuk menolong dirinya sendiri, yang diperlukan aktivitas dalam upaya mempertahankan hidupnya. Untuk itu manusia pada kelompok manapun pasti memiliki gaya hidup, gaya hidup biasanya yang membedakan kehidupan suatu kelompok dengan kelompok lain. Faktor yang mempengaruhi gaya hidup antara lain kondisi sosial ekonomi yang bersangkutan. Berdasarkan keterangan diatas maka dapatlah diambil suatu pengertian mengenai gaya hidup. Gaya hidup adalah karakteristik seseorang yang dapat diamati, yang menandai suatu sistem nilai serta sikap terhadap diri sendiri dengan lingkungan. Karakteristik tersebut berkaitan dengan penggunaan waktu, uang dan obyek-obyek yang berkaitan dengan semuanya. Misalnya cara makan, berbicara, kebiasaan dirumah, kebiasaan dikantor, kebiasaan berbelanja dan pilihan teman (Piliang, 1998: 209). Adler (dalam Hall & Lindzey, 1985) menyatakan bahwa gaya hidup adalah hal yang paling berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang dalam hubungannya dengan tiga hal utama dalam kehidupan yaitu pekerjaan, persahabatan, dan cinta. Bertolak pada pengertian gaya hidup di atas, remaja merupakan sasaran empuk dari terciptanya pola-pola kehidupan berdasarkan persahabatan dan cinta. Di mana pada masa tersebut merupakan saat-saat untuk mereka saling mengekspresikan rasa persahabatan dan cinta dalam berbagai bentuk (hal ini dapat berakibat positif dan negatif, dengan munculnya geng-geng antar remaja, biasanya bermula dari lingkungan sekolah, tempat di mana mereka berinteraksi dengan teman sebaya). Gaya hidup menurut Kotler (2002: 192) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup

17 17 menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat dan opini khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya. Menurut Lisnawati (2001) gaya hidup sehat menggambarkan pola perilaku sehari-hari yang mengarah pada upaya memelihara kondisi fisik, mental dan social berada dalam keadan positif. Gaya hidup sehat meliputi kebiasaan tidur, makan, pengendalian berat badan, tidak merokok atau minum-minuman beralkohol, berolahraga secara teratur dan terampil dalam mengelola stres yang dialami. Sejalan dengan pendapat Lisnawati, Notoatmojo (2005) menyebutkan bahwa perilaku sehat (healthy behavior) adalah perilaku-perilaku atau kegiatankegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Untuk mencapai gaya hidup yang sehat diperlukan pertahanan yang baik dengan menghindari kelebihan dan kekurangan yang menyebabkan ketidakseimbangan yang menurunkan kekebalan dan semua yang mendatangkan penyakit (Hardinger dan Shryock, 2001).

18 18 b. Bentuk-bentuk Gaya Hidup Menurut Chaney (dalam Idi Subandy,1997) ada beberapa bentuk gaya hidup, berikut ini. 1) Industri Gaya Hidup Dalam abad gaya hidup, penampilan-diri itu justru mengalami estetisisasi, estetisisasi kehidupan sehari-hari dan bahkan tubuh/diri (body/self) pun justru mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri dan kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyemaian gaya hidup. Kamu bergaya maka kamu ada! adalah ungkapan yang mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. 2) Iklan Gaya Hidup Dalam masyarakat mutakhir, berbagai perusahaan (korporasi), para politisi, individu-individu semuanya terobsesi dengan citra. Di dalam era globalisasi informasi seperti sekarang ini, yang berperan besar dalam membentuk budaya citra (image culture) dan budaya cita rasa (taste culture) adalah gempuran iklan yang menawarkan gaya visual yang kadang-kadang mempesona dan memabukkan. Iklan merepresentasikan gaya hidup dengan menanamkan secara halus (subtle) arti pentingnya citra diri untuk tampil di muka publik. Iklan juga perlahan tapi pasti mempengaruhi pilihan cita rasa yang kita buat. 3) Public Relations dan Journalisme Gaya Hidup Pemikiran mutakhir dalam dunia promosi sampai pada kesimpulan bahwa dalam budaya berbasis-selebriti (celebrity based-culture), para selebriti membantu

19 19 dalam pembentukan identitas dari para konsumen kontemporer. Dalam budaya konsumen, identitas menjadi suatu sandaran aksesori fashion. Wajah generasi baru yang dikenal sebagai anak-anak E-Generation, menjadi seperti sekarang ini dianggap terbentuk melalui identitas yang diilhami selebriti (celebrity-inspired identity) cara mereka berselancar di dunia maya (Internet), cara mereka gontaganti busana untuk jalan-jalan. Ini berarti bahwa selebriti dan citra mereka digunakan momen demi momen untuk membantu konsumen dalam parade identitas. 4) Gaya hidup mandiri Kemandirian adalah mampu hidup tanpa bergantung mutlak kepada sesuatu yang lain. Untuk itu diperlukan kemampuan untuk mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri, serta berstrategi dengan kelebihan dan kekurangan tersebut untuk mencapai tujuan. Nalar adalah alat untuk menyusun strategi. Bertanggung jawab maksudnya melakukan perubahan secara sadar dan memahami betuk setiap resiko yang akan terjadi serta siap menanggung resiko dan dengan kedisiplinan akan terbentuk gaya hidup yang mandiri. Dengan gaya hidup mandiri, budaya konsumerisme tidak lagi memenjarakan manusia. Manusia akan bebas dan merdeka untuk menentukan pilihannya secara bertanggung jawab, serta menimbulkan inovasi-inovasi yang kreatif untuk menunjang kemandirian tersebut. 5) Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup hedonis adalah suatu pola hidup yang aktivitasnya untuk mencari kesenangan, seperti lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah,

20 20 lebih banyak bermain, senang pada keramaian kota, senang membeli barang mahal yang disenanginya, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bentuk dari suatu gaya hidup dapat berupa gaya hidup dari suatu penampilan, melalui media iklan, modeling dari artis yang diidolakan, gaya hidup yang hanya mengejar kenikmatan semata sampai dengan gaya hidup mandiri yang menuntut penalaran dan tanggung jawab dalam pola perilakunya. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gaya Hidup Menurut pendapat Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) gaya hidup seseorang dapat dilihat dari perilaku yang dilakukan oleh individu seperti kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan atau mempergunakan barang-barang dan jasa, termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Lebih lanjut Amstrong (dalam Nugraheni, 2003) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup seseorang ada 2 faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar (eksternal). Faktor internal yaitu sikap, pengalaman, dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi (Nugraheni, 2003) dengan penjelasannya sebagai berikut. 1) Sikap Sikap berarti suatu keadaan jiwa dan keadaan pikir yang dipersiapkan untuk memberikan tanggapan terhadap suatu objek yang diorganisasi melalui pengalaman dan mempengaruhi secara langsung pada perilaku. Keadaan jiwa

21 21 tersebut sangat dipengaruhi oleh tradisi, kebiasaan, kebudayaan dan lingkungan sosialnya. 2) Pengalaman dan pengamatan Pengalaman dapat mempengaruhi pengamatan sosial dalam tingkah laku, pengalaman dapat diperoleh dari semua tindakannya dimasa lalu dan dapat dipelajari, melalui belajar orang akan dapat memperoleh pengalaman. Hasil dari pengalaman sosial akan dapat membentuk pandangan terhadap suatu objek. 3) Kepribadian Kepribadian adalah konfigurasi karakteristik individu dan cara berperilaku yang menentukan perbedaan perilaku dari setiap individu. 4) Konsep diri Faktor lain yang menentukan kepribadian individu adalah konsep diri. Konsep diri sudah menjadi pendekatan yang dikenal amat luas untuk menggambarkan hubungan antara konsep diri konsumen dengan image merek. Bagaimana individu memandang dirinya akan mempengaruhi minat terhadap suatu objek. Konsep diri sebagai inti dari pola kepribadian akan menentukan perilaku individu dalam menghadapi permasalahan hidupnya, karena konsep diri merupakan frame of reference yang menjadi awal perilaku. 5) Motif. Perilaku individu muncul karena adanya motif kebutuhan untuk merasa aman dan kebutuhan terhadap prestise merupakan beberapa contoh tentang motif. Jika motif seseorang terhadap kebutuhan akan prestise itu besar maka akan membentuk gaya hidup yang cenderung mengarah kepada gaya hidup hedonis.

22 22 6) Persepsi Persepsi adalah proses dimana seseorang memilih, mengatur, dan menginterpretasikan informasi untuk membentuk suatu gambar yang berarti mengenai dunia. Adapun faktor eksternal dijelaskan oleh Nugraheni (2003) sebagai berikut. a. Kelompok referensi Kelompok referensi adalah kelompok yang memberikan pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap dan perilaku seseorang. Kelompok yang memberikan pengaruh langsung adalah kelompok dimana individu tersebut menjadi anggotanya dan saling berinteraksi, sedangkan kelompok yang memberi pengaruh tidak langsung adalah kelompok dimana individu tidak menjadi anggota didalam kelompok tersebut. Pengaruh-pengaruh tersebut akan menghadapkan individu pada perilaku dan gaya hidup tertentu. b. Keluarga Keluarga memegang peranan terbesar dan terlama dalam pembentukan sikap dan perilaku individu.hal ini karena pola asuh orang tua akan membentuk kebiasaan anak yang secara tidak langsung mempengaruhi pola hidupnya. c. Kelas sosial Kelas sosial adalah sebuah kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat, yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang, dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat, dan tingkah laku yang sama. Ada dua unsur pokok dalam sistem sosial pembagian kelas dalam masyarakat, yaitu kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial artinya

23 23 tempat seseorang dalam lingkungan pergaulan, prestise hak-haknya serta kewajibannya. Kedudukan sosial ini dapat dicapai oleh seseorang dengan usaha yang sengaja maupun diperoleh karena kelahiran. Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan. Apabila individu melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka ia menjalankan suatu peranan. d. Kebudayaan Kebudayaan yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh individu sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif, meliputi ciri-ciri pola pikir, merasakan dan bertindak. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi gaya hidup berasal dari dalam (internal) dan dari luar (eksternal). Faktor internal meliputi sikap, pengalaman dan pengamatan, kepribadian, konsep diri, motif, dan persepsi. Adapun faktor eksternal meliputi kelompok referensi, keluarga, kelas sosial, dan kebudayaan. Orang-orang yang berasal dari sub-budaya, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama dapat memiliki gaya hidup yang berbeda. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya. Pemasar mencari hubungan antara produknya dengan kelompok gaya hidup konsumen. Contohnya, perusahaan penghasil komputer mungkin menemukan bahwa sebagian besar pembeli komputer berorientasi pada

24 24 pencapaian prestasi. Dengan demikian, pemasar dapat dengan lebih jelas mengarahkan mereknya ke gaya hidup orang yang berprestasi. Terutama bagaimana dia ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana ia membentuk image di mata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya. Fenomena ini pokok pangkalnya adalah stratifikasi sosial, sebuah struktur sosial yang terdiri lapisan-lapisan : a. dari lapisan teratas sampai lapisan terbawah. b. dalam struktur masyarakat modern, c. status sosial haruslah diperjuangkan (achieved) d. dan bukannya karena diberi atau berdasarkan garis keturunan (ascribed). Selayaknya status sosial merupakan penghargaan masyarakat atas prestasi yang dicapai oleh seseorang. Jika seseorang telah mencapai suatu prestasi tertentu, ia layak di tempatkan pada lapisan tertentu dalam masyarakatnya. Semua orang diharapkan mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih prestasi, dan melahirkan kompetisi untuk meraihnya ( /teori_gaya_hidup/ diakses pada 30 Mei 2014). b. Pendekatan Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiologi dan ekonomi. Pendekatan sosiologi menyoroti tentang segi-segi sosial peristiwa yang dikaji, seperti golongan sosial mana yang berperan, nilai-nilai yang dianut, serta

25 25 hubungan dengan golongan lain (Kartodirdjo, 1992: 4). Pendekatan ekonomi menyoroti kondisi ekonomi subyek penelitian yaitu para pengrajin batik Desa Maos Kidul. Kedua pendekatan ini penting berkaitan dengan perubahan gaya hidup pengrajin batik di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. G. Metode Penelitian Pada bagian ini merupakan penguraian mengenai metode dan teknik penelitian yang digunakan oleh peneliti untuk mengkaji permasalahan dengan skripsi yang berjudul Gaya Hidup Pengrajin Batik di Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap tahun Metode yang dipakai dalam penelitian adalah metode sejarah yaitu menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lalu untuk memahami peristiwa yang terjadi masa lampau secara imajinatif. Adapun tahapan-tahapan metode sejarah adalah sebagai berikut. 1. Heuristik, merupakan sebuah tahapan atau kegiatan untuk mencari atau menemukan sumber, data dan informasi mengenai masalah yang di angkat, baik tulis maupun batik cap, yang disesuaikan dengan jenis sejarah yang akan ditulis (Kuntowijoyo, 1995: 94). a. Dokumen Sehubungan dengan metode penelitian tersebut, kegiatan penelitian ini diawali dengan mengumpulkan sumber-sumber dari berbagai catatan dan motif-motif batik di galery batik atau sumber tertulis yang di ambil dari Kantor Kepala Desa setempat dalam Monografi desa Maos Kidul 2013.

26 26 b. Informasi/ data wawancara Wawancara ini dilakukan oleh penulis dengan beberapa masyarakat yang menjadi pengrajin batik. Awal wawancara penulis melakukan pengumpulan data pertanyaan kemudian melakukan wawancara dengan 6 orang. Secara sederhana, heuristik merupakan mencari jejak-jejak yang ditinggalkan karena setiap aktivitas pastilah meninggalkan bukti-bukti bahwa pernah ada suatu aktivitas. Sumber ini berupa sumber lisan yaitu merupakan keterangan langsung dari para pelaku, biasanya disebarkan dari mulut ke mulut. Sumber lisan yang penulis kumpulkan antara lain menggunakan metode sejarah lisan kepada sejumlah informan yang dijadikan narasumber untuk melengkapi halhal yang tidak termuat dalam dokumen, adapun informan yang penulis jadikan salah satu narasumber adalah beberapa masyarakat setempat sebagai pengrajin batik (Kuntowijoyo, 1995: 100). 2. Kritik, yaitu berupa pengkajian sumber sejarah, di tempuh dengan jalan mencari keotentikan dan kredibilitas sumber yang sesuai dengan materi penelitian. Kritik sendiri dibagi dua yaitu, kritik ekstern dan kritik intern. Kritik ekstern yaitu untuk menentukan apakah sumber asli atau palsu dengan cara mengamati keadaan fisik sumber tersebut. Kritik intern yaitu menentukan isi sumber dapat dipercaya atau tidak, dengan cara mencari beberapa sumber yang sesuai dengan pembahasan materi untuk dibandingkan kemudian ditentukan dapat dipakai atau tidak. Sumber lisan dengan cara mewawancarai pengrajin batik tersebut. (Kuntowijoyo, 1995: 100)

27 27 3. Interpretasi, yaitu penafsiran terhadap data tersebut. Tahapan ini sering disebut sumber subyektivitas, karena Kuntowijoyo (1995: 100) pendapat tersebut sebagian benar dan sebagian lagi salah. Interpretasi sebagai sumber subyektivitas dikatakan benar karena tanpa penafsiran sejarawan, data tidak bisa berbicara. Sejarawan yang jujur, akan mencantumkan data dan keterangan dari mana data itu diperoleh. Orang lain dapat melihat kembali dan menafsirkan ulang. Itulah sebabnya, subyektivitas penulis sejarah diakui, tetapi untuk dihindari. Interpretasi mengandung maksud sebagai penafsiran terhadap data yang terkumpul setelah dilakukan penyeleksian atau pegujian sumber. Dengan kata lain dalam langkah ini peneliti menggabungkan semua fakta-fakta yang telah didapat dari para informan menjadi satu kesatuan (Kuntowijoyo (1995: 100) 4. Historiografi, adalah proses penyusunan fakta-fakta sejarah dari berbagai sumber yang telah diseleksi dalam sebuah bentuk tulisan sejarah. Setelah melakukan penafsiran terhadap data-data yang ada, sejarawan harus sadar bahwa tulisan itu bukan hanya sekedar untuk kepentingan dirinya, tetapi juga untukdibaca orang lain. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan struktur dua gaya bahasa penulisanya. Sejarawan harus menyadari dan berusaha agar orang lain mengerti pokok-pokok pikiran yang diajukan oleh penulis. Pada tahap ini peneliti melakukan penulisan sehingga dapat menjadi karya tulis ilmiah yang sesuai dengan ketentuan keilmuan (Kuntowijoyo, 1995: 102).

28 28 H. Sistematika Penulisan Sistem penulisan proposal seminar ini adalah sebagai berikut : Bab I Berisi pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, Landasan Teori dan Pendekatan, Metode Penelitian, serta Sistematika Penulisan. Latar belakang masalah menguraikan tentang hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini. Masalah-masalah dalam penelitian ini akan dibahas dalam rumusan masalah, selanjutnya diuraikan tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan untuk apa penelitian dilakukan, sedangkan dalam manfaat penelitian menjelaskan manfaat penelitian secara teoritis dan praktis. Bab II Mengupas tentang kondisi wilayah Desa Maos Kidul Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap terdiri dari Sejarah Desa, keadaan Demografi, dan keadaan Sosial Ekonomi serta awal munculnya Batik Maos. Bab III Mengupas tentang perubahan sosial ekonomi dan penyerapan tenaga kerja pengrajin batik yang terdiri dari pengrajin batik, dampak kerajinan batik terhadap perubahan sosial ekonomi, penyerapan tenaga kerja, partisipasi masyarakat daerah sekitar, peranan lembaga swasta dan pemerintah, serta nilai-nilai kewirausahaan pengrajin batik.

29 29 Bab IV Mengupas tentang perkembangan gaya hidup di desa Maos Kidul kecamatan maos kabupaten cilacap terdiri dari tingkat kehidupan pengrajin batik, karakter pengrajin batik, dan perkembangan gaya hidup pengrajin Bab V Simpulan dan Saran

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan Umum Pengertian Gaya Hidup Gaya hidup didefinisikan sebagai cara hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu (aktivitas), apa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup. dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup. dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung zaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup 1. Pengertian Gaya Hidup Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog Austria yaitu Alfred Adler pada tahun 1929. Gaya hidup (lifestyle) adalah bagian dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008).

Lebih terperinci

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG 1.1. Latar Belakang Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa bisa dilihat kemajuan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu

BAB II KERANGKA TEORI. Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu 12 BAB II KERANGKA TEORI A. Kajian Pustaka Perilaku Konsumtif Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas individu bersangkutan. Perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia

Lebih terperinci

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik Seni batik merupakan salah satu kebudayaan lokal yang telah mengakar di seluruh kalangan masyarakat Indonesia. Bila awalnya kerajinan batik hanya berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada

BAB I PENDAHULUAN. Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebermaknaan seseorang boleh dikatakan hanya ada manakala ia berada dalam kelompok, komunitas, atau masyarakatnya (Mutakin, 2002:1). Tentu saja manusia mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kesatuan yang memiliki beranekaragam kebudayaan. Budaya Indonesia yang beraneka ragam merupakan kekayaan yang perlu dilestarikan dan dikembangkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Konsumen Motivasi berasal dari kata latin mavere yang berarti dorongan/daya penggerak. Yang berarti adalah kekuatan penggerak dalam diri konsumen yang memaksa bertindak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa. 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa 1. Pengertian Gaya Hidup Hedonis Pada Mahasiswa Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia dalam masyarakat (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini batik menjadi suatu hasil budaya yang penting dan banyak dibicarakan, karena batik secara resmi diakui oleh United Nations Educational, Scientific

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan sains dan teknologi, Indonesia terus mengembangkan diri menjadi negara Industrialisasi menuju modernis, adapun wajah lama sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan salah satu seni budaya Indonesia yang sudah menyatu dengan masyarakat Indonesia sejak beberapa abad lalu. Batik menjadi salah satu jenis seni kriya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif

I. PENDAHULUAN. adil atau tidak adil, mengungkap perasaan dan sentimen-sentimen kolektif I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia baik sebagai individu maupun makhluk sosial, selalu berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan tersebut berupa: 1) Kebutuhan utama, menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya perubahan di segala bidang seperti mode, informasi

Lebih terperinci

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Batik merupakan salah satu teknik pembuatan sandang secara secara tradisional yang ditemukan dan dimiliki bangsa Indonesia. Tradisi membentuk melewati kurun abad dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and

BAB I PENDAHULUAN. dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di dunia internasional, batik Indonesia telah mendapatkan penghargaan dari UNESCO pada tanggal 2 Oktober 2009 sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Masa remaja merupakan masa untuk mencari identitas/ jati diri. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Bagi sebagian besar individu yang baru beranjak dewasa bahkan yang sudah melewati usia dewasa, remaja adalah waktu yang paling berkesan dalam hidup mereka. Masa remaja

Lebih terperinci

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang I. 1. 1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Batik merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan tik yang berarti titik. Batik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN I.I. Latar Belakang Masalah Kelompok industri kecil memiliki peran strategis dalam peningkatan pendapatan, perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha di Indonesia. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai keanekaragaman seperti yang terdapat di daerah lain di Indonesia. Kesenian tersebut di antaranya

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya. Era ini ditandai dengan semakin berkembangnya BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam

Lebih terperinci

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal BAB I GAMBARAN USAHA 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Seni batik di Indonesia usianya telah sangat tua, namun belum diketahui secara pasti kapan mulai berkembang di Indonesia, khususnya di Jawa. Banyak negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Penjelasan Judul Perancangan Promo Eksplorasi Dan Aplikasi Ragam Hias Ulos Batak merupakan kegiatan rancangan kerja yang berlandaskan pada teknik eksplorasi dan aplikasi kain tenun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (www.kbbi.web.id, diakses pada tanggal 12 Maret 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tertentu (www.kbbi.web.id, diakses pada tanggal 12 Maret 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Batik merupakan warisan turun menurun dari nenek moyang Indonesia. Batik menghasilkan kain yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan pakaian. Menurut Kamus Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berkembangnya pasar modern akhir-akhir ini membuat para produsen bersaing untuk menawarkan produk dan jasa yang sesuai dengan perkembangan pasar, produsen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batik merupakan kerajinan bernilai seni tinggi dan menjadi salah satu warisan budaya Indonesia. Kain batik yang memiliki corak yang beragam serta teknik pembuatannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Bab 1 berisikan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang diangkatnya penelitian ini, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah serta sistematika dalam penulisan laporan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan disimpulkan hasil penellitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul Tenun Songket Palembang 1980-2000 (Kajian Sosial Budaya Tentang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik merupakan kerajinan yang memiliki keindahan corak, warna, serta berbagai motif tradisional bernilai seni tinggi yang telah diakui dunia. Terbukti pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah yang merupakan periode peralihan antara masa kanakkanak dan dewasa adalah fase pencarian identitas diri bagi remaja. Pada fase ini, remaja mengalami

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pada tahap pembelian, konsumen seringkali menggunakan persepsi, afektif (perasaan), serta preferensinya untuk memutuskan pembelian suatu produk. Besarnya pengaruh persepsi, afektif

Lebih terperinci

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari kratonpedia.com

Gambar sampul adalah hasil modifikasi gambar yang diambil dari  kratonpedia.com BATIK oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku

Lebih terperinci

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik.

1.6 Manfaat a. Melestarikan batik sebagai warisan kekayaan budaya indonesia. b. Menambah pengetahuan masyarakat tentang batik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Batik merupakan kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perkembangan batik nusantara pun ditandai

Lebih terperinci

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu hasil karya rakyat bangsa yang sampai saat ini masih membuat dunia terkagum-kagum dan bahkan terpesona adalah Batik. Batik merupakan produk budaya Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat

I. PENDAHULUAN. Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas membuat kemajuan teknologi berkembang cepat khususnya sepeda motor, timbulnya terobosan-terobosan dan inovasi baru secara umum merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga, baiknya yang sifatnya profit

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga, baiknya yang sifatnya profit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga, baiknya yang sifatnya profit maupun non profit pada dasarnya mempunyai tujuan-tujuan yang ingin di capai. Tujuan-tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengakuan United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) untuk batik Indonesia sebagai warisan kemanusiaan untuk budaya lisan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 155 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian yang berjudul PENGARUH KOREAN WAVE TERHADAP PERUBAHAN GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus terhadap Grup Cover

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tentu saja membawa dampak dalam kehidupan manusia, baik dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya zaman telah menunjukkan kemajuan yang tinggi dalam berbagai aspek kehidupan. Selain menunjukkan kemajuan juga memunculkan gaya hidup baru

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen Perilaku konsumen adalah tindakan langsung yang terlibat untuk mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa menjadi entertainer (penghibur) yang hebat karena bisa mendapatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini media massa mengalami perkembangan yang sangat pesat, dimana kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peranan media. Media massa menjadi sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa. Negara Indonesia di masa yang lampau sebelum. masa kemerdekaan media massa belum bisa dinikmati oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Masalah Media massa sudah menjadi bagian hidup bagi semua orang. Tidak dikalangan masyarakat atas saja media massa bisa diakses, akan tetapi di berbagai kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen

BAB II URAIAN TEORITIS. Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Rianawati (2005) judul Analisis Pengaruh Faktor Dari Perilaku Konsumen Terhadap Pembelian Produk Aqua (Studi pada Masyarakat Desa Slimbung Kecamatan Ngadiluwih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia kain diciptakan dari berbagai macam bahan, baik bahan alami maupun buatan yang diolah sedemikian rupa yang dapat menghasilkan jenis kain yang bernilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. maupun elektronik, maka telah menciptakan suatu gaya hidup bagi masyarakat. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat dipungkiri bahwa sebuah realita kehidupan pada era globalisasi seperti sekarang ini masih terbilang cukup unik. Karena dengan menawarkan begitu banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau Badan Usaha disemua sektor ekonomi (Tambunan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melindungi manusia dari pengaruh alam, sementara pendapatan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sosial Ekonomi Masyarakat Kehidupan sosial ekonomi adalah hal-hal yang didasarkan atas kriteria tempat tinggal dan pendapatan. Tempat tinggal yang dimaksud adalah

Lebih terperinci

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyak kota di Indonesia yang memproduksi batik dan tiap kota memiliki ciri tersendiri akan batik yang diproduksinya, seperti di Solo, Yogyakarta, Cirebon

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untukmemenuhi berbagai kebutuhan manusia tersebut dalam kehidupan seharihari

BAB I PENDAHULUAN. untukmemenuhi berbagai kebutuhan manusia tersebut dalam kehidupan seharihari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yaitu makhluk yang tidak dapat dipisahkan dari berbagai macam kebutuhan pokok terutama dari kebutuhan pokok yang dapat digunakan sebagai alat tukar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri sepatu di era globalisasi seperti sekarang ini berada dalam persaingan yang semakin ketat. Terlebih lagi sejak tahun 2010 implementasi zona perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan perdagangan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan usaha dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan perdagangan 0 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha dewasa ini telah memasuki era globalisasi dan perdagangan bebas. Indonesia harus mempersiapkan diri dengan berbagai macam persaingan dan perubahan

Lebih terperinci

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik

Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik Karya Ilmiah Penggunaan Teknologi Informasi dalam Menyiasati Peluang Bisnis Batik Disusun sebagai Tugas Akhir Mata Kuliah Lingkungan Bisnis Oleh SUTONO NIM : 10.12.4644 Sekolah Tinggi Manajemen Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2013 pukul WIB. Januari 2013 pukul WIB

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2013 pukul WIB. Januari 2013 pukul WIB BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu perusahaan yang memproduksi es krim, Walls ternyata mampu menguasai pangsa pasar terbesar di Indonesia atau mencapai 45%. Hal ini terlihat dari sebaran

Lebih terperinci

atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya.

atau lebih perilaku alternatif, dan memilih salah satu diantaranya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi sekarang ini, masuk dan berkembangnya teknologi ternyata berpengaruh terhadap perubahan dan orientasi karakter masyarakat terutama yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia mempunyai keunikan, memiliki tujuan, perasaan inferior,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia mempunyai keunikan, memiliki tujuan, perasaan inferior, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia mempunyai keunikan, memiliki tujuan, perasaan inferior, berjuang menjadi superior dan dapat mewarnai atau tidak mewarnai usaha mencapai superioritasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pelestarian budaya bukan hanya yang berhubungan dengan masa lalu, namun justru membangun masa depan yang menyinambungkan berbagai potensi masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling

BAB I PENDAHULUAN. yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di Indonesia, Pelaku usaha semakin banyak jumlahnya dan produk yang ditawarkannya pun semakin beraneka ragam. Setiap Pelaku usaha saling berlomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah salah satu negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi. Tingkat pertumbuhan penduduk yang terus naik berdampak terhadap tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modernisasi yang dipelopori oleh negara-negara Barat tak bisa dipungkiri berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan negara-negara lain di dunia, tak terkecuali

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran adalah proses untuk merencanakan dan melaksanakan perancangan, penetapan harga, promosi, dan distribusi dari ide, barang, dan layanan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kuliner adalah suatu kata yang sering kita dengar di masyarakat yang berarti masakan yang berupa makanan atau minuman. Informasi mengenai kuliner sendiri saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan manifestasi suatu bangsa yang berupa hasil budi manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup dan mengandung nilai-nilai kebaikan, keindahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan

BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN. banyak kaum muda yang masih berstatus sebagai mahasiswa bekerja paruh waktu dengan BAB III KAUM MUDA PARUH WAKTU DAN GAYA HIDUP MODERN Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui tujuan kaum muda melakukan pekerjaan paruh waktu dan mengetahui dampak pekerjaan paruh waktu tersebut

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

BAB I PENDAHULUAN. memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kebudayaan sebagai warisan leluhur yang dimiliki oleh masyarakat setempat, hal ini memaknai bahwa kebudayaan itu beragam. Keragamannya berdasarkan norma norma serta

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era sekarang kreativitas perlu dikembangkan dan dikenalkan sejak usia dini, karena kreativitas dapat memecahkan masalah apa pun. Tindakan kreatif yang mengalahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Indonesia kaya akan seni dan budaya, dari sekian banyak seni dan budaya yang terdapat di Indonesia salah satunya adalah seni kriya dari bahan lidi. Penggarapan produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan lagi, dimana arus modernisasi tidak mengenal batasan antar kebudayaan baik regional, nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan sesamanya. Ini merupakan kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sesamanya. Ini merupakan kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial. Dalam kehidupannya, manusia tidak dapat hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perindustrian, khususnya untuk menggantikan kerja manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. perindustrian, khususnya untuk menggantikan kerja manusia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perlu disadari bahwa kemajuan teknologi sangatlah penting dalam menunjang perkembangan suatu bangsa, dan bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini telah membuat berbagai perusahaan berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam organisasi, lingkungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi jalan dan bertahannya perusahaan. Persaingan yang semakin pesat karena majunya teknologi dan globalisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sajian pemberitaan media oleh para wartawan narasumber penelitian ini merepresentasikan pemahaman mereka terhadap reputasi lingkungan sosial dan budaya Kota Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia. Keunikan yang dimiliki Indonesia tak hanya merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, namun juga

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan analisis dan pengolahan data, serta hasil temuan yang diperoleh dari penelitian yang dilaksanakan di Komunitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan salah satu kebutuhan primer manusia yang harus terpenuhi. Pemahamannya bukan hanya sekedar sebagai mengisi perut, makanan juga erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci