PAKET EDUKASI MENURUNKAN KELUHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PASIEN KANKER SERVIKS DENGAN KEMOTERAPI

Transkripsi

1 PAKET EDUKASI MENURUNKAN KELUHAN FISIK DAN PSIKOLOGIS PASIEN KANKER SERVIKS DENGAN KEMOTERAPI (Education ackage reduce hysical and sychological comlaint in cervical cancer atient with chemotheray) ABSTRACT Mira Triharini* Introduction : Patient with cervix cancer who receives chemotheray exerience roblems in hysical or sychological. Physical comlaints such as nausea, vomiting and fatigue. Psychological resonses such as anxiety and deression can be reduced by roviding education about the care ackage for themselves at home. The education ackage at the gynecology ward RSU Dr. Soetomo Surabaya has been develoed which contains about nutrition, activity, sychological asects and rogressive muscle relaxation exercise. The objective of this study exlore the relationshi of the educational ackage with hysical and sychological comlaints of cervical cancer atients with chemotheray. Method : This research use cross-sectional design. The samling technique used total oulation. The samle was taken from those suitable with inclusion criteria, with the total samle 25 atients. Data were collected by using a questionnaire. Data analysis using the T test and chi-squere. Result : Results showed that there are differences level of nausea, vomiting, fatigue and the entry sychological resonse to the resondents before and after intervention (<0.05). The results showed that there is relationshi between age with anxiety (=0,032), relationshi between the status of work with fatigue (=0,003) and relationshi between the frequency of chemotheray with fatigue (=0,015). Analysis : It can be concluded that education ackage can reduce hysical and sychological comlaint in serviks cancer atient with chemoterahy. Discussion : Imlications the results of this research is the educational ackage can be develoed as art of the nursing care of cervical cancer atients with chemotheray to reduce hysical and sychological comlaints. Keywords: cervical cancer, education ackage, fatigue comlaint, nausea, vomiting comlaint, sychological resonse *Fakultas Keerawatan Universitas Airlangga Kamus C Mulyorejo Surabaya. Tel/Fax: (031) , mira.tri_ners@unair.ac.id PENDAHULUAN Kanker serviks samai saat ini meruakan salah satu enyebab kematian kaum eremuan yang cuku tinggi di berbagai negara (YKI, 2008). Pada tahun 2005 telah terjadi sekitar kematian akibat kanker serviks dan sekitar 95% terjadi di negara-negara sedang berkembang (WHO, 2006). Di Indonesia, dierkirakan setia harinya terjadi 41 kasus baru kanker serviks dan 20 eremuan meninggal dunia karena enyakit tersebut (YKI, 2008). Kemoterai memunyai kontribusi terjadinya malnutrisi karena menimbulkan mual, muntah, stomatitis, dan enurunan nafsu makan. Dalam sebuah enelitian ada asien yang mendaat kemoterai dengan efek muntah berat didaatkan hasil 35% mengalami mual akut dan 60% mengalami muntah akut, 60% mengalami mual lambat dan 50% mengalami muntah lambat (Grunberg, Deuson & Mavros, 2004). Keluhan fisik selain mual muntah yang dialami oleh asien kanker serviks yang menjalani kemoterai adalah fatigue/ lemah dan lesu. National Comrehensive Cancer Network/ NCCN (2009) menyatakan bahwa sekitar 70%-100% asien kanker mengalami fatigue. Lemah dan lesu sebagai akibat dari kemoterai berhubungan dengan mekanisme kerja kemoterai yang berdamak ada toksisitas hematologi(otto, 2001). Masalah sikologis utama yang dialami oleh enderita kanker serviks stadium lanjut adalah distress sikologis berkaitan 50

2 Paket Edukasi Menurunkan Keluhan Fisik dan Psikologis (Mira Triharini) dengan diagnosis kanker atau masalah fisik dan sosial. Sebuah enelitian tentang distress sikologis ada 265 asien kanker ada awal kemoterai didaatkan hasil bahwa kondisi tersebut secara signifikan memengaruhi tingkat kecemasan dan deresi serta menurunkan kualitas kehiduan mereka (Iconomou, et all (2008). Teknik relaksasi juga daat diajarkan ada asien untuk meningkatkan kondisi fisik dan sikologis. Salah satu teknik relaksasi yang dikenal adalah teknik relaksasi otot rogresif/ rogressif muscle relaxation. Teknik relaksasi ini sesuai untuk dilakukan ada asien kanker yang mendaatkan kemoterai karena terbukti efektif mengurangi mual muntah (Yoo, et al. 2005). Di beberaa Rumah Sakit mulai dikembangkan aket edukasi tentang erawatan di rumah untuk mengatasi keluhan fisik dan sikologis ada asien kanker yang menjalani kemoterai. Paket edukasi diberikan dengan materi meliuti engaturan nutrisi, engaturan aktivitas, asek sikologis, serta latihan relaksasi otot rogresif. Pada studi ini eneliti ingin mengetahui hubungan elaksanaan aket edukasi yang berisi tentang erawatan diri asca kemoterai dengan keluhan fisik dan sikologis ada asien kanker serviks yang menjalani kemoterai. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode cross seksional. Poulasi dalam enelitian ini yaitu seluruh asien kanker serviks yang menjalani kemoterai di ruang rawat. Samel enelitian yang diambil sebanyak 25 orang dengan metode total oulasi sesuai kriteria inklusi. Penelitian dilakukan di Ruang Kandungan RSU Dr. Soetomo Surabaya, selama 5 minggu. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner untuk melihat karakteristik resonden, kuesioner keluhan mual muntah, keluhan lemah lesu, dan reson sikologis. Pengumulan data diawali dengan eneliti menentukan resonden sesuai kriteria inklusi. Setelah diberi enjelasan, resonden menandatangani surat ersetujuan (informed consent). Pasien sebelum mendaatkan aket edukasi dilakukan engukuran keluhan mual muntah, lemah lesu, dan reson sikologis. Pada saat asien kembali lagi untuk kemoterai berikutnya dilakukan engukuran kembali keluhan mual muntah, lemah lesu, dan reson sikologis. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistic univariat dan bivariat.. HASIL PENELITIAN Hasil analisis ditemukan tidak ada hubungan antara karakteristik dengan keluhan mual muntah. Hasil analisis didaatkan ada hubungan yang signifikan antara frekuensi kemoterai dengan keluhan lemah lesu (=0,015). Hasil analisis dieroleh ula nilai =0,091 artinya resonden dengan frekuensi kemoterai >2 kali akan memunyai eluang 0,091 kali untuk memiliki keluhan lemah lesu berat dibandingkan dengan resonden dengan frekuensi kemoterai 2 kali. Hasil analisis ditemukan terdaat hubungan signifikan antara umur dengan kecemasan (=0,032). Dari hasil analisis dieroleh ula nilai =10,67 artinya resonden dengan umur 45 tahun akan memunyai eluang sebesar 10,67 kali untuk memiliki kecemasan berat dibandingkan dengan yang berumur <45 tahun. Hasil analisis didaatkan terdaat hubungan signifikan antara ekerjaan dengan kecemasan (=0,003). Hasil analisis dieroleh ula nilai =0,03 artinya resonden bekerja akan memunyai eluang sebesar 0,03 kali untuk memiliki kecemasan berat dibandingkan dengan resonden tidak bekerja (tabel.1). Analisis tentang erbedaan mual muntah didaatkan ada erbedaan yang bermakna roorsi keluhan mual muntah sebelum dan sesudah elaksanaan aket edukasi (=0,039) (tabel.2). Hasil analisis tentang keluhan lemah lesu didaatkan ada erbedaan yang signifikan roorsi keluhan lemah lesu ada resonden sebelum dan sesudah elaksanaan aket edukasi (=0,021) (tabel.3). Hasil analisis tentang keluhan kecemasan didaatkan ada erbedaan yang signifikan roorsi kecemasan ada resonden sebelum dan sesudah elaksanaan aket edukasi (=0,038) (tabel.4). Hasil analisis tentang keluhan deresi didaatkan terdaat erbedaan yang signifikan roorsi deresi ada resonden sebelum dan sesudah elaksanaan aket edukasi (=0,020) (tabel.5). 51

3 Jurnal Ners Vol.4 No.1 Aril 2009: Tabel 1. Distribusi hubungan menurut karakteristik resonden dengan keluhan mual muntah, lemah lesu, dan reson sikologis Karakteristik Mual muntah Lemah lesu Cemas Deresi Umur < 45 tahun 45 tahun Pendidikan Rendah Tinggi Pekerjaan Tidak bekerja bekerja Lama didiagnosa 3 bulan > 3 bulan Frekuensi kemoterai 2 kali > 2 kali 0,75 (0,067-8,38) 0,26 (0,03-2,32) 2,67 (0,25-28,43) 0,54 (0,07-4,00) 1,83 (0,25-13,4) 1,000 1,11 (0,17-6,97) 0,252 0,54 (0,07-4,00) 0,621 2,57 0,46-14,10 0,645 0,61 (0,12-0,29) 1,000 0,091 (0,01-0,62) 52 1,000 10,67 1,300-86,93 0,645 1,71 0,150-18,73 0,411 0,03 0,003-0,388 0, (0,10-3,49) 0,015 0,848 (0,14-4,99) 0,032 6,87 0,67-70,81 1,000 6,00 (0,56-63,98) 0,003 0,389 0,071-2,13 0,673 1,16 (0,24-5,61) 1,000 1,14 (0,23-5,67) 0,160 0,160 0,41 1,000 1,000 Tabel 2. Distribusi resonden menurut keluhan mual muntah sebelum dan sesudah elaksanaan aket edukasi Pelaksanaan Paket Berat Ringan Total Edukasi n % n % n % Sebelum 13 52, , Sesudah 5 20, , ,039 Tabel 3. Distribusi resonden menurut keluhan lemah lesu sebelum dan sesudah elaksanaan aket edukasi Pelaksanaan aket Berat Sedang Ringan Total edukasi n % n % n % N % Sebelum 8 32, ,0 4 16, ,021 Sesudah 3 12,0 9 36, , Tabel 4. Distribusi resonden menurut reson sikologis:kecemasan sebelum dan setelah elaksanaan aket edukasi Paket edukasi Berat Sedang Ringan Total n % n % n % N % Sebelum 9 36,0 7 28,0 9 36, ,038 Sesudah 4 16,0 3 12, , Tabel 5. Distribusi resonden menurut reson sikologis:deresi sebelum dan sesudah elaksanaan aket edukasi Kelomok Berat Sedang Ringan Total n % n % n % n % Sebelum intervensi 8 32, ,0 3 12, ,020 Sesudah intervensi 4 16,0 9 36, , Keterangan : = signifikansi %= rosentase n = jumlah = odd ratio

4 Paket Edukasi Menurunkan Keluhan Fisik dan Psikologis (Mira Triharini) PEMBAHASAN Hasil enelitian menunjukkan rerata resonden berumur 48,56 tahun. Menurut data dari Yayasan Kanker Indonesia, kanker serviks umumnya menyerang eremuan usia rodukstif antara tahun dan banyak di antara mereka merasa tidak beresiko sehingga tidak memeriksakan diri untuk melakukan encegahan (YKI, 2008). Hasil enelitian tentang tingkat endidikan resonden menunjukkan hasil bahwa mayoritas endidikan resonden adalah endidikan rendah yaitu meliuti sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah ertama (SMP). Tingkat endidikan formal yang rendah akan memengaruhi terbatasnya tingkat engetahuan ibu tentang hal-hal yang memengaruhi berkembangnya enyakit kanker serviks. Hal ini selaras dengan endaat Notoatmodjo (1993) bahwa salah satu faktor yang memengaruhi engetahuan seseorang adalah tingkat endidikan. Pendidikan daat membawa wawasan atau engetahuan seseorang. Hasil enelitian tentang status ekerjaan menunjukkan bahwa mayoritas resonden tidak bekerja sehingga tidak memunyai enghasilan tambahan dalam keluarga. Keterbatasan keuangan daat memengaruhi asuan nutrisi. Hal ini sesuai dengan faktor resiko dari terjadinya kanker serviks yaitu defisiensi nutrisi yaitu kekurangan beta karoten, Vitamin C, dan erokok (Sjamsuddin, 2001). Hasil enelitian tentang lama didiagnosa kanker menunjukkan rata-rata lebih dari 3 bulan. Lama individu didiagnosis kanker berengaruh terhada reson sikologis. Reson deresi akan dirasakan ada waktu sekitar 3 bulan setelah didiagnosis kanker (Craven, 2000). Hasil enelitian yang menunjukkan bahwa karakteristik tidak berhubungan dengan keluhan mual muntah tidak sejalan dengan enelitian dari Bahl, et al, (2006) dan Zachariae, et al (2007). Penelitian tersebut menemukan adanya hubungan antara frekuensi kemoterai dengan erubahan keluhan mual muntah. Kemoterai menimbulkan cedera ada sel-sel usus halus dan menyebabkab eleasan serotonin. Syaraf aferen lambung yang distimulasi serotonin akan mengirimkan imuls ke usat muntah (Burke, 1996). Dari hasil enelitian didaatkan adanya hubungan yang signifikan antara frekuensi kemoterai dengan keluhan lemah lesu. Kemoterai tidak hanya memengaruhi sel kanker tetai juga mengganggu fungsi siklus sel normal dengan menurunkan absorbsi nutrien sel yang enting. Gangguan ada embentukan sel darah ada sumsum tulang atau myelosuresi menyebabkan enurunan sel darah merah, trombosit dan leukosit yang ikut memengaruhi terjadinya lemah dan lesu (Otto, 2001). Kondisi ini daat makin meningkat dengan semakin seringnya emberian kemoterai karena ketidakmamuan untuk melakukan adatasi terhada erubahan akibat efek kemoterai. Hal ini sesuai dengan hasil enelitian Zachariae, et al (2007) yang menunjukkan adanya hubungan keluhan lemah lesu ada asien kanker dengan frekuensi kemoterai. Hasil enelitian menunjukkan bahwa umur berhubungan dengan kecemasan ada asien kanker serviks. Mayoritas resonden adalah berada ada usia dewasa tengah, dimana menurut Potter dan Perry (2000), ada usia tahun seringkali mengalami masalah sikologis seerti kecemasan dan deresi. Penyakit kanker serviks beserta kemoterai yang dijalani akan menimbulkan berbagai masalah yang akan memengaruhi eran dan tanggung jawab yang diikul oleh dewasa tengah sehingga semakin meningkatkan kecemasan. Status ekerjaan memiliki hubungan dengan kecemasan ada asien kanker serviks. Hal ini didukung oleh Curt (2000) menyatakan bahwa lemah dan lesu yang dialami oleh asien kanker memiliki damak secara fisik, emosi, mental, sosial dan ekonomi.pada individu yang bekerja, erubahan kondisi fisik akibat erkembangan kanker serviks serta efek saming kemoterai akan menimbulkan damak yang besar. Kondisi ini yang berlangsung dalam waktu yang lama akan daat meningkatkan rasa kecemasan bagi asien. Paket edukasi yang diberikan tentang enyebab mual muntah, serta cara-cara untuk menurunkan mual muntah akan meningkatkan engetahuan asien tentang hal tersebut. Pengetahuan resonden yang baik tentang tentang cara mengatasi mual muntah meruakan salah satu faktor yang menyebabkan asien mamu untuk melakukan erawatan diri sehingga mual muntah akan berkurang. Hal ini didukung Lawrence Green 53

5 Jurnal Ners Vol.4 No.1 Aril 2009: dalam Notoatmodjo (1993) yang menyatakan bahwa erilaku kesehatan seseorang daat ditentukan oleh faktor faktor engaruh (redisosing factor) yang terwujud dalam engetahuan, sika, keercayaan, dan keyakinan. Paket edukasi yang diberikan juga meliuti berbagi engalaman antar resonden dengan enyakit yang sama sebagai suort sistem. Adanya kesematan untuk saling bertukar informasi antar resonden akan mamu memberikan dukungan sikologis sehingga kecemasan daat berkurang. Hal ini sejalan dengan hasil enelitian yang menyatakan bahwa meningkatnya haraan dan menurunnya kecemasan daat menurunkan keluhan mual muntah (Higgins, Montgomery, Bubjerg, 2007; Roscoe, et al, 2004). Paket edukasi yang diberikan juga meliuti demonstrasi teknik relaksasi otot rogresif. Teknik relaksasi ini sesuai untuk dilakukan ada asien kanker yang mendaatkan kemoterai karena terbukti efektif mengurangi mual muntah antisiatori atauun setelah emberian kemoterai (Yoo, et al, 2005). Paket edukasi meliuti endidikan kesehatan tentang enyebab terjadinya lemah lesu setelah kemoterai serta cara mengatasi kondisi lemah lesu. Hal yang dijelaskan untuk mengurangi lemah lesu yaitu seerti menyeimbangkan waktu istirahat dan bekerja, mendahulukan aktivitas yang enting, atau meminta bantuan dari anggota keluarga saat beraktivitas. Hal ini didukung oleh sebuah enelitian tentang intervensi konservasi energi ada asien kanker yang menunjukkan hasil bahwa terdaat enurunan keluhan lemah lesu akibat kanker (Barsevick, et al, 2004). Paket edukasi yang didaatkan resonden juga meliuti latihan relaksasi otot rogresif. Berdasarkan enelitian dalam berbagai jurnal, relaksasi otot rogresif efektif dalam menurunkan masalah fisik seerti lemah dan lesu ada asien kanker yang menjalani terai kanker (Chan, et al, 2007). Pentingnya endidikan kesehatan dan dukungan sosial bagi asien kanker untuk menurunkan kecemasan dan deresi sesuai dengan beberaa hasil enelitian. Sebuah enelitian menunjukkan bahwa endidikan kesehatan tentang terai dan erawatan seharihari mamu menurunkan kecemasan ada asien kanker serviks stadium lanjut (Maryati, 2006). Penelitian lain tentang sikososial gru yang meliuti endidikan kesehatan, elatihan teknik koing, manajemen stres serta dukungan sikologis ada asien kanker ayudara di Jeang menunjukkan hasil adanya enurunan kecemasan dan deresi (Fukui, et al, 2000). SIMPULAN DAN SARAN Simulan Paket edukasi (engaturan nutrisi, engaturan aktivitas, asek sikologis, serta latihan relaksasi otot rogresif) daat menurunkan keluhan fisik (mual, muntah, lemah dan lesu) dan reson sikologis (kecemasan dan deresi) asien kanker serviks yang mendaatkan kemoterai. Saran Saran yang daat diberikan bagi tenaga elayanan keerawatan adalah setelah emberian aket edukasi ada asien kanker serviks di Rumah Sakit, erlu untuk dilakukan monitoring elaksanaan aket edukasi selama di rumah dengan melibatkan tim kesehatan yang lain. Saran bagi erkembangan ilmu keerawatan, hasil enelitian ini daat dijadikan dasar untuk mengembangkan asuhan keerawatan terutama bentuk endidikan kesehatan yang sesuai ada asien kanker serviks yang menjalani kemoterai. KEPUSTAKAAN Bahl, A., Sharma, D.N., Julka, P.K., & Rath, G.K, Chemotherahy related toxicity in locally advanced non small cel lung cancer. Journal of Cancer Research and Theraeutics, 2 (1), hlm Barsevick, A.M., Dudley, W.I., Beck,S., Sweeney, C., Whitmer, K., & Nail, L., A randomized clinical trial of energy conservation for atient with cancer related fatigue. American Cancer Society, 100(6), hlm Burke, M.B., Wilkes, G.M., Ingwersen, K.C., Bean, C.K., & Berg, D., Cancer chemotherahy: A nursing rocess aroach. London: Jones and Barlett Publisher Inc. 54

6 Paket Edukasi Menurunkan Keluhan Fisik dan Psikologis (Mira Triharini) Carvalho, E.C., Martins, F.T., & Santos, C.B., A Pilot Study of a Relaxation Technique for Management of Nausea and Vomiting in Patients Receiving Cancer Chemotheray. Cancer Nursing Journal, 30(2), hlm Chan, W.H.C., Chang, A.M., Leung, S.F., & Mak, S.S.S., Reducing breathlessness, fatigue, and anxiety in Chinese atients undergoing lung cancer radiotheray in Hong Kong. Hong Kong Medical Journal, 13(l2), hlm. 4-7 Craven, R.F., & Hirnle, C.J., Fundamental of nursing: Human health and function. Philadelhia: Liincott. Curt, The imact of fatigue on atients with cancer: Overview of fatigue 1 and 2. The Oncologist Journal, 5(2),hlm Fukui, S., Kugaya, A., Okamura, H., Kamigaya, M., Koike, M., Nakanishi, T., et al., A Psychosocial grou intervention for Jaanese women with rimary breast carcinoma: A randomized controlled trial. American Cancer Society, 89(5), hlm Grunberg, S.M., Deuson, R.R., Mavros, P., Geling, O., Hansen, M., Cruciani, G., et al., Incident of chemotherahy-induced nausea and emesis after modern antiemetics. American Journal Cancer Society, 100(10), hlm Higgins, S.C., Montgomery, G.H., & Bovbjerg, D.H., Distress before chemotheray redicts delayed but not acute nausea. Suort Care Cancer Journal, 15(2), hlm Iconomou, G., Iconomou, A.V., Argyriou, A.A., Nikolooulos, A., Ifanti, A.A., & Kalofonos, H.P., Emotional distress in cancer atients at the beginning of chemotheray and its relation to quality of life. Journal of Clinical Oncology, 13(2), hlm Maryati, I, Rustina, Y., & Gayatri, D, Efektivitas endidikan kesehatan terhada aktivitas selfcare dan kecemasan wanita dengan kanker serviks stadium lanjut di Jawa Barat. Tesis, Jakarta: FIK UI, Tidak diublikasikan. National Comrehensive Cancer Network, Clinical ractice guidelines in oncology: Cancer related fatigue. NCCI. Notoadmodjo, S., Pengantar endidikan kesehatan dan ilmu erilaku kesehatan. Yogyakarta: Andi Offcet. Otto, S.E., Oncologi Nursing. 4 th ed. St Louis: Mosby Inc. Potter, P.A., & Perry, A.G., Fundamentals of nursing: Concet, rocess and ractice. St Louis: Mosby- Year book. Roscoe, J.A., Bushunow, P., & Morrow, G.R., Patient exectation is a strong redictor of severe nausea after chemotheray: A University of Rochester Community Clinical Oncology Program study of atients with breast carcinoma. Cancer Journal, 101(11). hlm Sjamsuddin, Pencegahan dan deteksi dini kanker serviks. Cermin Dunia Kedokteran, No 133, hlm WHO, Comrehensive cervical cancer control: A guide to essential ractice. Geneva: WHO. Yayasan Kanker Indonesia, Kamanye Bantu cegah kanker serviks. (online), (htt:// org. diakses tanggal 5 Februari 2009). Yoo, H.J., Ahn, S.H., Kim, S.B., & Han, O.S., Efficacy of rogressive muscle relaxation training and guided imagery in reducing chemotheray side effects in atients with breast cancer and in imroving their quality of life. Suortive Care Cancer Journal, 13(10), hlm Chariae, R., Paulsen, K., Mehlsen, M., Jensen, A.B., Johansson, A., & Maase, H.,2007. Chemotherahy-induced nausea, vomiting, and fatigue-the role of individual differences related to sensory ercetion and autonomic reactivity. Psychotherahy Psychosomatic Journal, 76(6), hlm