Praktikum Kosmetologi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Praktikum Kosmetologi"

Transkripsi

1 Praktikum Kosmetologi KELOMPOK 3 FARMASI VI-A BAYYINAH IKHSAN BUDIARTO INTAN FAUZIAH NURMASARI UMMU HIKAMAH Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

2 I. PENDAHULUAN Kosmetik pelembab (moisturizers) merupakan kosmetik perawatan yang bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh seperti udara kering, sinar matahari terik, angina keras, umur lanjut, berbagai penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat penguapan air sehingga kulit menjadi lebih kering. Secara alamiah kulit telah berusaha untuk melindungi diri dari kekeringan dengan adanya tabir lemak di atas kulit yang diperoleh dari kelenjar lemak dan sedikit kelenjar keringat dari kulit serta adanya lapisan kulit luar yang berfungsi sebagai sawar kulit. Namun dalam kondisi tertentu faktor perlindungan alamiah(natural moisturizing factor/ NMF) tersebut tidak mencukupi. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah yaitu dengan cara memberikan kosmetik pelembab kulit. Cara mencegah penguapan air dari sel kulit adalah: 1. Menutup permukaan kulit dengan minyak (oklusif), seperti minyak hidrokarbon, waxes, minyak tumbuhan dan hewan, asam lemak, lanolin, asam stearat, fatty alcohols, setil alcohols, lauril alcohol, propilen glikol, wax esters lanolin, beeswax, steril stearat, carnauba, candelilla, lesitin, kolesterol. 2. Memberikan humektan yaitu zat yang mengikat air dari udara dan dalam kulit. Misalnya: gliserin, propilenglikol, sorbitol, gelatin, asam hialuronat, dan beberapa vitamin. 3. Membentuk sawar terhadap kehilangan air dengan memberikan zat hidrofilik yang menyerap air. Misalnya: hyaluronic acid. 4. Memberikan tabir surya agar terhindar dari pengaruh buruk sinar matahari yang mengeringkan kulit. Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak,(lanolin, lemak wool, fatty alcohol, gliserol monostearat dan lain-lain). Campuran minyak seperti minyak tumbuhan lebih baik daripada mineral oil karena lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum corneum dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat. Berbagai jenis krim seperti krim malam, massage krim, dan krim dengan kandungan minyak yang tinggi, semuanya bisa dikategorikan moisturizing dan

3 emmolient dengan komposisi dan karateristik basis yang digunakan berupa vanishing atau foundation cream. Vanishing cream merupakan emulsi asam stearat yang terkesan menghilang setelah dioleskan dipermukaan kulit. Preparat tipe emulsi O/W merupakan yang paling cocok untuk krim pelembab. Krim O/W kaya akan minyak dan selalu berisi humektan (gliserol, sorbitol dan lainnya). Tetapi, krim dengan tipe W/O juga ada, contohnya krim malam yang terasa lebih hangat, lebih lengket dan lebih kental. Karena kandungan minyak tumbuhannya tinggi preparat ini mudah menjadi tengik, maka perlu penambahan antioksidan. Kosmetik ini juga perlu dilindungi dari mikroorganisme dengan penambahan bahan pengawet. Parfum juga tidak lupa ditambahkan untuk memperbaiki bau sehingga enak dicium. II. PRAFORMULASI Minyak Kelapa (HOE 6 th edition p.184 ; FI edisi III h.456) Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan endosperm kering Cocos nucifera L. Sifat Kimia Nama Kimia : Coconut oil Nama Lain : Aceite de cocos; Cocois oleum raffinatum; Coconut butter; Copra oil; Oleum cocois; Pureco 76; Refined coconut oil Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Cairan jernih Warna : Tidak berwarna atau kuning pucat Bau : Khas, tidak tengik Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; sangat larut dalam dikloromethane dan dalam petroleum; larut dalam eter, karbon disulfide dan kloroform, larut pada suhu 60 0 C dalam 2 bagian etanol (95%) tapi kurang larut pada suhu lebih rendah. Titik lebur : o C

4 Aplikasi : Sebagai emolien dan dasar salep Penggunaan Konsentrasi (100%) Sabun padat 4-20 Shampoo 1-20 Sabun Salep kulit Penyimpanan Ketidakcocokan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, dan di tempat yang sejuk : Minyak kelapa bereaksi dengan agen oksidasi, asam dan basa. Asam stearat (HOE 6 th edition p.697; FI edisi III h.57-58) Asam stearat adalah campuran asam organic padat yang diperoleh dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadenoat, C 18 H 36 O 2 dan asam heksadekanoat C 16 H 32 O 2 Sifat Kimia Nama Kimia : Octadecanoic acid Rumus empiris : C 18 H 36 O 2 Berat molekul : 248,47 Nama Lain : Cetylacetic acid; Crodacid; E570; Edenor; Emersol; Hystrene; Industrene; Kortacid 1895; Pearl Steric; Pristerene; stereophonic acid; Tegostearic. Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Kristal padat, bubuk, zat padat mengkilat Warna : Putih atau kuning pucat Bau : Sedikit berbau Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air; larut dalam 3 bagian eter,

5 dalam 2 bagian kloroform, larut dalam 20 bagian etanol (95%), larut dalam heksana dan propilen glikol; mudah larut dalam benzene dan karbon tetra klorida. Titik lebur : o C Aplikasi kapsul. : agen pengemulsi; agen pelarut, lubrikan tablet dan Penggunaan Konsentrasi (100%) Salep dank rim 1-20 Lubrikan tablet 1-3 Stabilitas dan penyimpanan: Asam stearat merupakan bahan yang stabil; dapat juga ditambahkan antioksidan di dalamnya; disimpan dalam wadah tertutup baik, kering dan sejuk Ketidakcocokan : Asam stearat tidak kompatibel dengan kebanyakan logam hidroksida dan mungkin tidak compatible dengan agen pereduksi dan agen oksidasi. Cetyl alcohol (HOE 6 th edition p ) Sifat Kimia Nama Kimia : Hexadecan-1-ol Rumus empiris : C 16 H 34 O Berat molekul : 242,44 Nama Lain : Avol; Cachalot; Crodacol C70; Crodacol C90; Crodacol C95; ethal; ethol; 1-hexadecanol; n-hexadecyl alcohol; Hyfatol 16-95; Hyfatol 16-98; Kessco CA; Lanette 16; Lipocol C; palmityl alcohol; Rita CA; Tego Alkanol 16.

6 Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Seperti lilin, serpihan, butiran, kubus Warna : Putih Bau : Samar Rasa : Hambar Kelarutan : Mudah larut dalam etanol (95%) dan eter; kelarutan meningkat dengan meningkatnya temperature; Praktis tidak larut dalam air, dapat bercampur ketika melebur dengan lemak, paraffin padat, paraffin cair dan isopropyl miristate. Titik lebur : o C Aplikasi : agen pengemulsi; agen penyalut, agen pengeras (stiffening agent) Penggunaan Konsentrasi (100%) Emolien 2-5 Agen pengemulsi 2-5 Agen pengeras (stiffening agent) 2-10 Absorpsi air 5 Stabilitas dan penyimpanan: Setil alcohol stabil dalam asam, alkali, cahaya dan udara; tidak menjadi tengik; simpan dalam wadah tertutup baik, kering dan sejuk. Ketidakcocokan : dengan agen oksidasi. BHT (HOE 6 th edition p.75-76) Sifat Kimia

7 Nama Kimia : 2,6-Di-tert-butyl-4-methylphenol Rumus empiris : C 15 H 24 O Berat molekul : Nama Lain : Agidol; BHT; 2,6-bis(1,1-dimethylethyl)-4- methylphenol; butylhydroxytoluene; Dalpac; dibutylated hydroxytoluene;2,6-di-tert-butyl-p-cresol;3,5-di-tert-butyl- 4-hydroxytoluene; E321; Embanox BHT; Impruvol; Ionol CP; Nipanox BHT; OHS28890; Sustane; Tenox BHT; Topanol; Vianol. Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Kristal padat atau bubuk Warna : Putih atau kuning pucat Bau : Samar Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen gikol, larutan hidroksi alkali, larutan encer asam mineral; mudah larut dalam etanol (95%), aseton, benzene, methanol, toluene, minyak mineral dan eter. Titik lebur : 70 o C Aplikasi : antioksidan Penggunaan Konsentrasi (100%) Β-karoten 0,01 Minyak dan lemak 0,02 Minyak esensial dan agen perasa 0,02-0,5 Formula topical 0,0075-0,1 Minyak ikan 0,01-0,1 Minyak sayur 0,01 Stabilitas dan penyimpanan : Paparan cahaya, kelembaban dan panas menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktifitas; disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, kering dan sejuk.

8 Ketidakcocokan : Tidak kompatibel dengan agen oksidator kuat seperti peroksida dan permanganate, kontak dengan agen oksidasi dapat menyebabkan kebakaran spontan. Garam besi menyebabkan perubahan warna dengan hilangnya aktifitas. Pemanasan dengan jumlah katalis asam menyebabkan dekompisisi yang cepat dengan keluarnya isobutene gas yang mudah terbakar. Gliserin (HOE 6 th edition p ; FI edisi III h ) Sifat Kimia Nama Kimia : Propane-1,2,3-triol Rumus empiris : C 3 H 8 O 3 Berat molekul : Nama Lain : Croderol; E422; glycerine; Glycon G-100; Kemstrene; Optim; Pricerine; 1,2,3-propanetriol; trihydroxypropane glycerol. Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Cairan seperti sirop, jernih, higroskopis Warna : Tidak berwarna Bau : Tidak berbau Kelarutan Pelarut Kelarutan pada suhu 20 0 C Aseton Sukar larut Benzen Praktis tidak larut Kloroform Praktis tidak larut Etanol (95%) Larut Eter 1 : 500 Etil asetat 1 : 11 Metanol Larut

9 Minyak Air Praktis tidak larut Larut Titik lebur : 17,8 o C Higroskopis Aplikasi : kosolven, emolien, humektan, pelarut, agen pemanis, pengawet (antimikroba), agen tonisitas. Penggunaan Konsentrasi (100%) Pengawet (antimikroba) < 20 Emolien 30 Humektan 30 Agen pemanis dalam eliksir 20 alcohol Pelarut dalam formula parenteral 50 Stabilitas dan penyimpanan : Terurai pada pemanasan; tidak rentan terhadap oksidasi dalam penyimpanan biasa; higroskopis; campuran air dengan gliserin, etanol (95%) dan propilen glikol secara kimiawi stabil; dapat mengkristal pada suhu rendah, Kristal tidak meleleh sampai dihangatkan sampai 20 0 C; disimpan dalam wadah kedap udara, kering dan sejuk. Ketidakcocokan : Dapat meledak dengan agen oksidasi kuat seperti kromium trioksida, potassium klorat atau kalium permanganate. Perubahan warna hitam gliserin terjadi jika terpapar cahaya atau pada kontak dengan ZnO atau nitrat bismuth. Gliserin dapat membentuk kompleks dengan asam borat, asam glyceroboric. Kontaminan zat besi dalam gliserin dapat menyebabkan warna gelap pada campuran yang mengandung fenol, salisilat dan tannin. NaOH (FI edisi III h.412) Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 97,5% alkali jumlah dihitung sebagai NaOH, dan tidak lebih dari 2,5% Na 2 CO 3

10 Sifat Kimia Berat molekul : 40 Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Batang, butiran, massa hablur atau keeping, kering, keras, rapuh, dan menunjukkan susunan hablur, mudah meleleh basah, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap CO 2 Warna : Putih Kelarutan : sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik TEA (HOE 6 th edition p ) Sifat Kimia Nama Kimia : 2,20,200-Nitrilotriethanol Rumus empiris : C6H15NO3 Berat molekul : Nama Lain : TEA; Tealan; triethylolamine; trihydroxytriethylamine; tris (hydroxyethyl)amine. Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : berupa cairan kental, jernih Warna : Tidak berwarna sampai berwarna kuning pucat Bau : Sedikit berbau amoniak Kelarutan Pelarut Kelarutan pada suhu 20 0 C Aseton Karbon tetraklorida Dapat bercampur Praktis tidak larut

11 Benzen 1 : 24 Etil eter 1 : 63 Metanol Air Dapat bercampur Dapat bercampur Titik lebur : o C Sangat higroskopis Aplikasi 2-4% v/v. : agen akali, agen pengemulsi dengan penggunaan TEA Stabilitas dan penyimpanan : TEA dapat berwarna coklat bila terpapar udara dan cahaya; disimpan dalam wadah kedap udara, terhindar dari cahaya, kering dan sejuk. Ketidakcocokan : TEA dapat bereaksi dengan asam mineral menjadi bentuk garam dan ester, dengan asam lemak yang tinggi bentuk garam dari TEA dapat laut dalam air dan mempunyai sifat seperti sabun. Nipagin Sifat Kimia Nama Kimia : Methyl-4-hydroxybenzoate Rumus empiris : C 8 H 8 O 3 Berat molekul : 152,15 Nama Lain : E218; 4-hydroxybenzoic acid methyl ester; methyl p-hydroxybenzoate; Nipagin M; Uniphen P-23.

12 Sifat Fisika Organoleptis Bentuk : Kristal atau bubuk kristal Warna : Tidak berwarna atau putih Bau : Berbau atau hampir tidak berbau Rasa : Terbakar sedikit ph : 4-8 Kelarutan Pelarut Kelarutan pada suhu 25 0 C Etanol 1 : 2 Etanol (95%) 1 : 3 Etanol (50%) 1 : 6 Eter 1 : 10 Gliserin 1 : 60 Minyak mineral Parktis tidak larut Minyak kacang 1 : 200 Propilen glikol 1 : 5 Air 1 : : 50 pada suhu 50 0 C 1 : 30 pada suhu 90 0 C Aplikasi : pengawet (antimikroba). Biasanya digunakan kombinasi sebagai pengwet dengan perbandingan metal paraben (0,185) dan propel paraben (0,02%) Penggunaan Konsentrasi (100%) Sediaan topical 0,02-0,3 Larutan oral dan suspense 0,015-0,2 Sediaan rectal 0,1-0,18 Stabilitas dan penyimpanan kering dan sejuk. : disimpan dalam wadah tertutup baik,

13 Ketidakcocokan : Aktivitas antimikroba dan metil paraben jauh berkurang dengan adanya surfaktan nonionik, seperti polisorbat 80, sebagai akibat dari micellization aktivitas. Namun, propilen glikol (10%) telah ditunjukkan untuk mempotensiasi antimikroba yang dari paraben di hadapan surfaktan nonionik dan mencegah interaksi antara metil dan 80 polisorbat. Incompatibilitas lain dengan zat, seperti bentonit, magnesium trisilicate, talk, tragacanth, natrium alginat, minyak esensial, sorbitol, dan atropine juga bereaksi dengan berbagai gula. III. FORMULA Minyak kelapa 10% Asam stearat 20% Cetyl alkohol 0,5% BHT 0,001% TEA 1,2% NaOH 0,01% Gliserin 8% Nipagin 0,01% Parfum qs Aquadest ad 100% IV. ALAT DAN BAHAN Bahan Minyak kelapa Asam stearat Cetyl alkohol BHT TEA NaOH Gliserin Nipagin Parfum Aquadest

14 Alat Beaker glass 2 buah Spatula 2 buah Gelas ukur 1 buah Timbangan digital Penangas air Cawan porselin Pipet tetes Kaca arloji Kaca objek Lumpang dan alu Serbet Tissue Sudip Termometer V. PENIMBANGAN Penimbangan Minyak kelapa = 10% x 30 gram = 3 gram Asam stearat = 20% x 30 gram = 6 gram Cetyl alkohol = 0,5% x 30 gram = 0,15 gram BHT = 0,001% x 30 gram= 0,0003 gram TEA = 1,2% x 30 gram = 0,36 gram NaOH = 0,01% x 30 gram = 0,003 gram Gliserin = 8% x 30 gram = 2,4 gram Nipagin = 0,01% x 30 gram = 0,003 gram Aquadest = 30 gram (3 g + 6 g + 0,15 g + 0,0003 g + 0,003 g + 0,003 g + 2,4 g + 0,36 g) = 18,0837 gram

15 VI. PROSEDUR PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI Prosedur Pembuatan 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Timbang semua bahan-bahan. 3. Panaskan air di atas penangas air. 4. Fase minyak (minyak kelapa, asam stearat, cetyl alcohol, BHT) dilebur di atas penangas pada suhu 70 0 C (massa 1) 5. Fase air (NaOH, gliserin, Nipagin, TEA) dipanaskan di atas penangas pada suhu 70 0 C (massa 2) 6. Campurkan massa 1 dan massa 2 ke dalam lumpang hangat, geus sampai menjadi massa krim. Kemudian tambahkan aquadest sedikit demi sedikit, gerus ad homogen. 7. Masukkan krim yang sudah jadi ke dalam wadah yang sudah disiapkan, beri etiket pada wadah. 8. Lakukan evaluasi krim (homogenitas, penampilan, stabilitas, dan uji pengolesan pada kulit) Cara Evaluasi Homogenitas Krim dioleskan di atas kaca objek kemudian dikatupkan dengan kaca objek lain, lalu amati apakah krim tersebut homogeny, apakah permukaannya halus merata atau ada granul yang masih keras. Penampilan krim Penampilan krim yang diamati adalah warna dan bau. Krim yang dihasilkan diamati secara visual dan dilakukan penyimpanan. Stabilitas Simpan krim selama 7 hari. Dilihat stabilitasnya dari hari 1 sampai hari ke-7, amati terjadi pemisahan pada krim. Pemeriksaan tipe krim (tidak dilakukan) Pengujian menggunakan metode warna dengan mencampur basis krim dengan beberapa tetes larutan metilen blue atau sudan III di atas kaca objek, kemudian amati dengan mikroskop.

16 Viskositas (tidak dilakukan) Ukur viskositas krim dengan menggunakan viscometer Brookfield. VII. DATA PENGAMATAN Lampiran 1 VIII. PEMBAHASAN Kosmetik berasal dari kata Yunani kosmetikos yang berarti keterampilan menghias, mengatur. Definisi kosmetik dalam Peraturan Mentri Kesehatan RI No.445/Menkes/Permenkes/1998 adalah sebagai berikut: Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ kelamin bagian luar), gigi, dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit. Krim didefinisikan sebagai cairan kental atau emulsi setengah padat baik bertipe air dalam minyak atau minyak dalam air, dan termasuk dalam sediaan setengah padat berupa emulsi kental yang mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Sedangkan yang biasa disebut dengan vanishing cream pada dasarnya berupa emulsi minyak dalam air (M/A), mengandung air dalam persentase yang besar dan asam stearat. Setelah pemakaian krim air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis. Vanishing cream lebih mudah dibersihkan dan menguapnya air dapat menyegarkan jaringan. Vanishing cream terkesan menghilang dan nyaman dipakai setelah dioleskan dipermukaan kulit. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada kerapatan air, sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin besar agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan pembentukan krim (Anonim, 1995). Pada praktikum kali ini kami membuat sediaan krim Coconut oil sebagai salah satu contoh kosmetik pelembab. Kosmetik pelembab perlu dikenakan terutama pada kulit kering atau kulit normal yang cenderung kering. Menurut penelitian Blank, et.al (1952), kandungan air dalam stratum korneum sangatlah penting meskipun sedikit (10%). Kelembutan dan elastisitas stratum korneum bergantung pada kandungan airnya, bukan pada kandungan lemaknya. Kosmetik pelembab kulit digunakan untuk

17 mencegah dehidrasi kulit yang menyebabkan kekeringan dan retak-retak pada kulit. Pelembab yang kami buat merupakan sediaan dengan basis vanishing cream, dimana dalam basis ini terdapat lebih banyak fase air daripada fase minyak. Kosmetik pelembab yang kami buat sering disebut moisturizer atau moisturizing cream. Krim ini membentuk lapisan lemak tipis di permukaan kulit, mencegah penguapan air, serta menyebabkan kulit menjadi lembab dan lembut. Krim ini harus dapat menutup daerah tertentu permukaan kulit, menutup tepi-tepi tajam sisik stratum korneum, mencegah masuknya bahan-bahan asing ke dalam kulit, tetapi tidah sampai mencegah sepenuhnya penguapan air agar kongesti perspirasi dan pengeluaran panas badan tetap terjadi. Bahan utama dalam krim pelembab adalah lemak. Viskositas lemak tidak boleh terlalu rendah sehingga menyebar ke permukaan kulit, atau terlalu kental sehingga membuat kulit lengket dan terlalu berminyak. Bahan utama yang digunakan dalam pembuatan krim adalah minyak kelapa 10%. Minyak nabati cenderung lebih mudah bercampur dengan lemak kulit, lebih mampu menembus sel-sel stratum korneum, dan memiliki daya adhesi yang lebih kuat daripada minyak mineral, seperti paraffin liquid. Sebagai bahan tambahan yaitu asam stearat dan TEA sebagai emulgator; polisorbat 60 dan sorbitan monostearat sebagai emulgator nonionic; gliserin dan propilen glikol sebagai humektan; BHT (golongan alkyl ester) sebagai antioksidan untuk mencegah ketengikan minyak karena kandungan minyak yang tinggi, adanya sisa-sisa besi dan tembaga di dalam air dan adanya asam stearat maka diperlukan adanya antioksidan; cetyl alcohol sebagai emolien yang dapat meningkatkan stabilitas, memperbaiki tekstur, dan konsistensi meningkat. Sifat emolien adalah karena penyerapan dan retensi dari setil alkohol pada epidermis, di mana ia melumasi dan melembutkan kulit sekaligus menanamkan tekstur 'lembut'.; borax, nipagin (metal paraben) dan propil paraben sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme karena krim juga mengandung fase air; NaOH sebagai peningkat alkalis. Dalam formulasi topikal, asam stearat digunakan sebagai agen pengemulsi dan pelarut. Ketika sebagian dinetralkan dengan alkali atau trietanolamin, asam stearat yang digunakan dalam formulasi krim. Asam stearat menetralisir sebagian bentuk dasar krim bila dicampur dengan 5-15 kali berat jenisnya. Tampilan dan plastisitas krim yang sedang ditentukan oleh proporsi alkali yang digunakan.

18 Krim terdiri dari fase minyak dan fase air bergantung dari kelarutan zat itu sendiri dengan air, dimana yang termasuk fase minyak yaitu minyak kelapa, asam stearat, BHT, cetyl alcohol, sorbitan monostearat. Sedangkan fase air terdiri dari TEA, gliserin, nipagin, NaOH, borax, propilen glikol. Pada praktikum ini juga dibuat 3 formula yang masing-masing berbeda dalam konsentrasi minyak kelapa dan asam stearat. Perbandingan minyak kelapa yang digunakan adalah 10%, 15%, dan 20% dengan kandungan asam stearat 10%, 14%, dan 20%. Perbedaan kandungan konsentrasi minyak kelapa dan asam stearat ini dapat mempengaruhi terhadap hasil krim yang didapat, karena pada dasarnya semakin besar konsentrasi minyak kelapa, maka semakin panjang juga atom C yang terdapat dan hal itu dapat menyebabkan cream semakin tidak kental. Cara pembuatannya yaitu bahan-bahan yang larut dalam minyak (fase minyak) dilebur bersama di atas penangas air pada suhu 70 0 C sampai semua bahan lebur, dan bahan-bahan yang larut dalam air (fase air) dilarutkan terlebih dahulu dengan air panas juga pada suhu 70 0 C sampai semua bahan larut, kemudian baru dicampurkan, digerus kuat sampai terbentuk massa krim, kemudian tambahkan air sedikit demi sedikit sambil digerus ad homogen. Pembentukan emulsi, pemanasan bahan, dan penggerusan pada lumpang sering menjadi masalah dalam pembentukan krim ini, sehingga harus dilakukan dengan teliti dan hati-hati. Berdasarkan hasil pengamatan yang di dapat, pada formula kami (kelompok 3) didapatkan krim berwarna putih, kurang homogen dan sedikit lengket saat pengolesan pada kulit akan tetapi cepat menghilang pada saat dioleskan, kemungkinan yang didapat hal tersebut dikarenakan konsentrasi minyak kelapa yang tidak terlalu tinggi dan asam stearat yang sangat tinggi sehingga menghasilkan krim yang lebih kental. Sedangkan kurang homogennya sediaan krim mungkin disebabkan karena faktor pemanasan bahan yang kurang dari 70 C sehingga kelarutan bahan belum terlarut sempurna dan pada saat penggerusan kurang homogen sehingga terdapat gelembung pada saat uji homogenitas. Setelah dilakukan pengamatan, maka krim didiamkan selama 5 hari untuk melihat perbandingan dan kestabilan dari krim yang dihasilkan. Setelah 5 hari tersebut pada krim formula kelompok 3 tidak didapatkan perubahan yang membuat krim rusak, krim yang dibuat tetap stabil akan tetapi mengalami sedikit perubahan pada saat pengolesan pada kulit, pengolesan pada kulit masih terasa sedikit lengket akan

19 tetapi krim juga lebih lambat untuk menghilang dibandingkan hari-hari sebelumnya. Perubahan tersebut tidak terlalu berdampak banyak, karena kondisi krim masih baik hanya saja penggunaannya menjadi kurang nyaman, sehingga apabila diperbaiki formulanya dengan penambahan minyak kelapa atau pengurangan konsentrasi asam stearat, kemungkinan kekentalan krim akan lebih baik, karena krim yang dihasilkan sebenarnya cukup baik dan lembut, hanya saja terlalu kental. Pada kelompok 4 dengan formulasi yang hampir sama dengan kelompok 3 hanya saja kandungan minyak kelapanya 15%. Pada hari pertama krim yang dihasilkan berwarna putih, pengolesan pada kulit baik, homogenitas kurang baik tapi tidak lengket padahal seharusnya krim yang dihasilkan lebih lengket karena kandungan minyak dalam krim lebih tinggi. Kelompok 1 yaitu dengan formulasi minyak kelapa 15%, asam stearat 14%, polisorbat 60 2,24%, sorbitan monostearat 2,76%, metil paraben 0,15%, propil paraben 0,05%, propilen glikol 15%, BHT 0,0075%, aquadest ad 100%. Setelah krim jadi dihasilkan krim yang homogen, tapi netto yang dihasilkan hanya 16,5 gram karena aquadest untuk menggenapkan bobot dicampurkan pada fase air sehingga banyak air yang hilang pada saat pemanasan. Pada hari berikutnya terjadi pemisahan antara fase minyak dan fase air, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa hal yaitu adanya inkompatibilitas bahan dalam sediaan yaitu adanya ketidakcocokan nipagin dengan surfaktan nonionik seperti polisorbat (tween) tetapi bisa diatasi dengan propilen glikol 10%. Pemisahan juga dapat terjadi fluktuasi suhu yaitu karena suhu pemanasan yang terlalu tinggi diantara 2 fase dengan suhu pada lumpang atau karena penggerusan di lumpang yang terlalu keras. Pada krim kelompok 2 formulasi hamper sama dengan kelompok 1 hanya saja konsentrasi minyak kelapa yang digunakan 20%. Pada hari ke 1-5 krim terasa terkesan menghilang setelah dioleskan. Viskositas krim pada kelompok 2 terjadi perubahan pada hari ke 1 dan ke 2 krim masih dalam keadaan encer, kemudian pada hari ke 3 mulai agak kental, hari keempat dan ke 5 makin kental. Kandungan minyak kelapa pada kelompok 2 paling besar diantara formula yang lain, sehingga viskositas krim yang dihasilkan semakin kental. Berdasarkan data hasil pengamatan, formula kelompok 5 menghasilkan krim yang baik yaitu tidak terlalu encer, keras dan tidak terlalu kental yaitu mengandung 10 % minyak kelapa, 14% asam stearat, 10% gliserin, 0,25% borax, 1% TEA, 0,01%

20 nipagin, aquadest ad 100%. Viskositas formula kelompok 5 menghasilkan krim yang tidak terlalu keras dan tidak terlalu kental (sedang), dan homogen. Hal tersebut disebabkan karena pada kelompok 5 menggunakan konsentrasi minyak kelapa 10% dan tidak ada inkompatibilitas komponen dalam sediaan sehingga tidak ada permasalahan-permasalahan pada hasil sediaan. Semakin besar konsentrasi minyak kelapa yang digunakan, maka krim tersebut akan baik sebagai kosmetik pelembab karena minyak akan menutup permukaan kulit dan mencegah penguapan air dari sel kulit. Setelah dilakukan pengamatan pada kelompok 5 ternyata hasilnya dari hari pertama sampai hari ke lima yaitu didapatkan hasil krim kelompok 5 terlihat lebih stabil secara fisik, tidak terlihat adanya pemisahan, tidak bau, konsistensi stabil, warnanya pun stabil. Apabila dibandingkan dengan formula kelompok 6 yang mengandung zat tambahan sedikit berbeda dengan kelompok 5, krim yang dihasilkan dari formula tersebut berwarna putih, kurang homogen karena masih adanya granul yang masih kasar dan pengolesan pada kulit cepat menghilang pada saat dioleskan. Kurang homogennya krim pada kelompok tersebut kemungkinan dikarenakan pada saat pemanasan bahan, kristal boraks dan nipagin yang digunakan sebagai bahan pengawet belum terlarut sempurna sehingga masih terdapat granul-granul kasar pada krim. Akan tetapi krim yang dihasilkan cukup baik karena krim cepat meresap dan menghilang pada saat dioleskan pada kulit, kemungkinan itu dikarenakan konsentrasi minyak kelapa yang lebih tinggi dan konsentrasi asam stearat yang lebih rendah, dan adanya gliserin sebagai humektan dengan konsentrasi yang lebih tinggi/sesuai (10%) sehingga krim yang diperoleh mempunyai kekentalan yang sesuai, tidak terlalu kental ataupun encer. Pada formula kelompok 6, krim yang dihasilkan tetap stabil juga dan tidak terjadi perubahan apa pun, baik itu dari penampilan ataupun pengolesan pada kulit. Berdasarkan pembahasan diatas, maka dibuat kesimpulan krim dibuat dari campuran minyak dengan air yang didispersikan homogen dengan bantuan emulgator sebagai bahan pengemulsi. Krim yang nyaman digunakan (tidak lengket dan mudah meresap kedalam kulit) adalah krim yang mengandung fase air lebih besar daripada fase minyak ( M/A) atau dikenal dengan basis vanishing cream. Dengan konsentrasi coconut oil yang paling besarlah yang baik sebagai kosmetik

21 pelembab karena minyak dapat menutup permukaan kulit, sehingga penguapan air dari sel kulit dapat dicegah, dan kulit menjadi lebih lembab. IX. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa dengan formula 3A yaitu kelompok 5 dengan komposisi minyak kelapa 10%; asam stearat 14%; gliserin 10%; borax 0,25%; TEA 1%; nipagin 0,01%; aquadest ad 100% merupakan formula yang paling baik karena memiliki kestabilan dan konsistensi yang baik. Saran Suhu saat pemanasan jangan terlalu tinggi Pada saat menggerus jangan terlalu keras karena dapat menimbulkan efek saponifikasi (menimbulkan busa dan gelembung pada sediaan) Pada saat pencampuran lumpang dan alu harus dalam keadaan hangat. X. DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan republic Indonesia Farmakope Indonesia, edisi III. Jakarta : Badan Pengawas Obat dan Makanan. Raymond C Rowe, Paul J Sheskey and Marian E Quinn Handbook of Pharmaceutical Excipients. America : The Pharmaceutical Press. Dr. Retno Iswari Tranggono, SpKK, Dra. Fatma Latifah, Apt Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets

Kode Bahan Nama Bahan Kegunaan Per wadah Per bets I. Formula Asli R/ Krim Kosmetik II. Rancangan Formula Nama Produk : Jumlah Produk : 2 @ 40 g Tanggal Pembuatan : 16 Januari 2013 No. Reg : No. Bets : Komposisi : Tiap 40 g mengandung VCO 15% TEA 2% Asam

Lebih terperinci

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2

MONOGRAFI. B. Bahan Tambahan PROPYLEN GLYCOL. : Metil etilen glikol Rumus kimia : C 3 H 8 O 2 MONOGRAFI A. Bahan Aktif HIDROKORTISON Nama senyawa : Hydrocortisoni Acetatis Struktur Molekul : C 23 H 32 O 6 BM : 404,50 Pemerian : - penampilan : serbuk hablur - warna : putih atau hampir putih - bau

Lebih terperinci

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud

Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud CLEANSING CREAM Sediaan perawatan dan pembersih kulit adalah sediaan yang digunakan untuk maksud perawatan kulit agar kulit menjadi bersih dan sehat terlindung dari kekeringan~an sengatan cuaca, baik panas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI CREAM ZETACORT Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. mahasiswa : 09.0064 Tgl. Praktikum : 30 April 2010 Hari : Jumat Dosen pengampu

Lebih terperinci

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION

FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION FORMULASI LOTION EKSTRAK BUAH RASPBERRY(Rubus rosifolius) DENGAN VARIASI KONSENTRASI TRIETANOLAMIN SEBAGAI EMULGATOR SERTA UJI HEDONIK TERHADAP LOTION Megantara, I. N. A. P. 1, Megayanti, K. 1, Wirayanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji

BAB I PENDAHULUAN. Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak canola (Brasicca napus L.) adalahminyak yang berasal dari biji tumbuhan canola, yaitu tumbuhan asli Kanada Barat dengan bunga berwarna kuning. Popularitas dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan formula krim antifungi ekstrak etanol rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.) memberikan hasil sebagai berikut : Tabel 2 :

Lebih terperinci

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim

II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim II.3 Alasan Penggunaan Bahan 1) Tween 80 dan Span 80 - Tween 80 dan span 80 digunakan sebagai emulgator nonionik dan digunakan untuk sediaan krim (Faradiba, 2013) - Krim dengan zat pengemulsi nonionik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang merupakan tempat endemik penyebaran nyamuk. Dari penelitiannya Islamiyah et al., (2013) mengatakan bahwa penyebaran nyamuk

Lebih terperinci

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim.

PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM. I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim. PEMBUATAN DAN CARA EVALUASI SEDIAAN KRIM I. TUJUAN Untuk mengetahui cara pembuatan dan evaluasi sediaan krim. II. DASAR TEORI Definisi sediaan krim : Farmakope Indonesia Edisi III, krim adalah bentuk sediaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengumpulan Getah Jarak Pengumpulan getah jarak (Jatropha curcas) berada di Bandarjaya, Lampung Tengah yang berusia 6 tahun. Pohon jarak biasanya dapat disadap sesudah berumur

Lebih terperinci

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin)

GEL. Pemerian Bahan. a. Glycerolum (gliserin) GEL Uji gel a. Viskositas Pengujian viskositas ini dilakukan untuk mengetahui besarnya suatu viskositas dari sediaan, dimana viskositas tersebut menyatakan besarnya tahanan suatu cairan untuk mengalir.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kacang Kedelai Kedelai merupakan tanaman asli daratan Cina. Menurut laporan, kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak abad ke-16. Tanaman kedelai umumnya tumbuh tegak,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan A. PENENTUAN FORMULA LIPSTIK BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan membuat sediaan lipstik dengan perbandingan basis lemak cokelat dan minyak jarak yaitu 60:40 dan 70:30

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Evaluasi Sediaan a. Hasil pengamatan organoleptis Hasil pengamatan organoleptis menunjukkan krim berwarna putih dan berbau khas, gel tidak berwarna atau transparan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul WITA BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Juni 2012 pukul 10.00 WITA sampai dengan selesai. Dilaksanakan di Laboratorium Farmasetika Jurusan Farmasi

Lebih terperinci

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK KRIM SUSU KUDA SUMBAWA DENGAN EMULGATOR NONIONIK DAN ANIONIK Faridha Yenny Nonci, Nurshalati Tahar, Qoriatul Aini 1 1 Jurusan Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Ekstraksi simplisia segar buah duku dilakukan dengan cara dingin yaitu maserasi karena belum ada data tentang kestabilan komponen ekstrak buah duku terhadap panas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kulit yang sering terjadi dikalangan masyarakat adalah jerawat. Jerawat atau Acne vulgaris adalah suatu prosen peradangan kronik kelenjar polisebasea yang

Lebih terperinci

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin.

Memiliki bau amis (fish flavor) akibat terbentuknya trimetil amin dari lesitin. Lemak dan minyak merupakan senyawa trigliserida atau trigliserol, dimana berarti lemak dan minyak merupakan triester dari gliserol. Dari pernyataan tersebut, jelas menunjukkan bahwa lemak dan minyak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. turunan asam amino fenil alanin yaitu 2-acetyl-1-pyrroline (Faras et al., 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandan wangi merupakan tanaman yang sering dimanfaatkan daunnya sebagai bahan tambahan makanan, umumnya sebagai bahan pewarna hijau dan pemberi aroma. Aroma khas dari

Lebih terperinci

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS)

SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) SALEP, KRIM, GEL, PASTA Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Salep, krim, gel dan pasta merupakan sediaan semipadat yang pada umumnya digunakan pada kulit.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal formulasi, dilakukan orientasi untuk mendapatkan formula krim yang baik. Orientasi diawali dengan mencari emulgator yang sesuai untuk membentuk krim air

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium SBRC LPPM IPB dan Laboratorium Departemen Teknologi Industri Pertanian FATETA IPB mulai bulan September 2010

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan paparan sinar matahari yang berlebih sehingga berisiko tinggi terhadap berbagai kerusakan kulit (Misnadiarly, 2006). Salah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit kering merupakan salah satu masalah kulit yang sering dijumpai, dimana kulit kering akan terlihat kusam, permukaan bersisik, kasar dan daerah putih kering merata

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi jernih yang terbentuk dari fasa lipofilik, surfaktan, kosurfaktan dan air. Dispersi mikroemulsi ke dalam air bersuhu rendah akan menyebabkan

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt.

SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. SUSPENSI DAN EMULSI Mata Kuliah : Preskripsi (2 SKS) Dosen : Kuni Zu aimah B., S.Farm., M.Farm., Apt. Sediaan cair banyak dipilih untuk pasien pediatrik dan geriatric karena mudah untuk ditelan, dan fleksibilitas

Lebih terperinci

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa

C3H5 (COOR)3 + 3 NaOH C3H5(OH)3 + 3 RCOONa A. Pengertian Sabun Sabun adalah garam alkali dari asam-asam lemak telah dikenal secara umum oleh masyarakat karena merupakan keperluan penting di dalam rumah tangga sebagai alat pembersih dan pencuci.

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan.

BAB 3 PERCOBAAN. 3.3 Hewan Percobaan 3 ekor Kelinci albino galur New Zealand dengan usia ± 3 bulan, bobot minimal 2,5 kg, dan jenis kelamin jantan. BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Air suling, cangkang telur ayam broiler, minyak VCO, lanolin, cera flava, vitamin E asetat, natrium lauril sulfat, seto stearil alkohol, trietanolamin (TEA), asam stearat, propilenglikol,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diduga berasal dari Amerika Selatan. Pada waktu bangsa Spanyol menduduki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diduga berasal dari Amerika Selatan. Pada waktu bangsa Spanyol menduduki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Kentang Tanaman kentang telah banyak dibudidayakan di berbagai benua, negara, provinsi, dan daerah. Menurut beberapa literatur dan catatan, tanaman kentang diduga berasal

Lebih terperinci

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air.

Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pendahuluan Dalam bidang farmasetika, kata larutan sering mengacu pada suatu larutan dengan pembawa air. Pelarut lain yang digunakan adalah etanol dan minyak. Selain digunakan secara oral, larutan juga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pembuatan sediaan losio minyak buah merah a. Perhitungan HLB butuh minyak buah merah HLB butuh minyak buah merah yang digunakan adalah 17,34. Cara perhitungan HLB

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Lobak Lobak mulai dikenal bangsa China sekitar tahun 500 SM. Lobak sering disebut dengan lobak cina/lobak oriental. Tanaman lobak memiliki akar tunggang dengan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. ALAT Alat-alat gelas, Neraca Analitik (Adam AFA-210 LC), Viskometer Brookfield (Model RVF), Oven (Memmert), Mikroskop optik, Kamera digital (Sony), ph meter (Eutech), Sentrifugator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tubuh manusia terbentuk atas banyak jaringan dan organ, salah satunya adalah kulit. Kulit adalah organ yang berfungsi sebagai barrier protektif yang dapat mencegah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan sediaan yang digunakan di luar badan guna membersihkan, menambah daya tarik, dan memperbaiki bau badan tetapi tidak untuk mengobati penyakit (Tranggono

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan kemajuan jaman memicu perubahan gaya hidup. Perubahan gaya hidup telah terbukti secara tidak langsung beresiko terhadap paparan senyawa radikal bebas.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Dilakukan identifikasi dan karakterisasi minyak kelapa murni menggunakan GC-MS oleh LIPI yang mengacu kepada syarat mutu minyak kelapa SNI 01-2902-1992. Tabel 4.1.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI SEDIAAN BODY SCRUB CREAM

LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI SEDIAAN BODY SCRUB CREAM LAPORAN PRAKTIKUM KOSMETOLOGI SEDIAAN BODY SCRUB CREAM Disusun Oleh : Kelompok II A Nasyidah Hanum 1113102000020 M. Akbar shopiaan 1113102000022 Nurul Fitria Pakpahan 1113102000024 Ervina Octaviani 1113102000025

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Evaluasi Krim Hasil evaluasi krim diperoleh sifat krim yang lembut, mudah menyebar, membentuk konsistensi setengah padat dan nyaman digunakan saat dioleskan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ultra Violet/UV (λ nm), sinar tampak (λ nm) dan sinar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Radiasi sinar matahari yang mengenai permukaan bumi merupakan energi dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Radiasi sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penentuan rancangan formula krim antinyamuk akar wangi (Vetivera zizanioidesi digilib.uns.ac.id 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah eksperimental laboratorium untuk memperoleh data hasil. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa

Lebih terperinci

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Asetosal 150 mg Starch 10% PVP 5% Laktosa q.s Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5% Monografi a. Asetosal Warna Bau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minyak Goreng 1. Pengertian Minyak Goreng Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Hasil determinasi Citrus aurantifolia (Christm. & Panzer) swingle fructus menunjukan bahwa buah tersebut merupakan jeruk nipis bangsa Rutales, suku Rutaceae, marga Citrus,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga kosmetika menjadi stabil (Wasitaatmadja,1997). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengawet Bahan Pengawet adalah bahan yang dapat mengawetkan kosmetika dalam jangka waktu selama mungkin agar dapat digunakan lebih lama. Pengawet dapat bersifat antikuman sehingga

Lebih terperinci

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK TUJUAN : Mempelajari proses saponifikasi suatu lemak dengan menggunakan kalium hidroksida dan natrium hidroksida Mempelajari perbedaan sifat sabun dan detergen A. Pre-lab

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Satu HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Tahap Satu Penentuan Formula Pembuatan Sabun Transparan Penelitian tahap satu merupakan tahap pemilihan formula pembuatan sabun trasnparan. Hasil penelitian tahap satu ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Buah Strawberry Tanaman strawberry telah dikenal sejak zaman Romawi, tetapi bukan jenis yang dikenal saat ini. Strawberry yang dibudidayakan sekarang ini disebut strawberry

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Penelitian ini diawali dengan pemeriksaan bahan baku. Pemeriksaan bahan baku yang akan digunakan dalam formulasi mikroemulsi ini dimaksudkan untuk standardisasi agar diperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk berupa spiral pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Pepaya 2.1.1 Pepaya (Carica papaya L.) Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-daunan yang membentuk

Lebih terperinci

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH

I. ISOLASI EUGENOL DARI BUNGA CENGKEH Petunjuk Paktikum I. ISLASI EUGENL DARI BUNGA CENGKEH A. TUJUAN PERCBAAN Mengisolasi eugenol dari bunga cengkeh B. DASAR TERI Komponen utama minyak cengkeh adalah senyawa aromatik yang disebut eugenol.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari Amerika tropis, ditanam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari Amerika tropis, ditanam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tomat Buah tomat (Solanum lycopersicum) berasal dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang, pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1-1600 m

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Mikroemulsi merupakan emulsi yang stabil secara termodinamika dengan ukuran globul pada rentang 10 nm 200 nm (Prince, 1977). Mikroemulsi dapat dibedakan dari emulsi biasa

Lebih terperinci

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Minggu, 06 Oktober 2013 FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL LAPORAN PRAKTIKUM FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN SEMI SOLID GEL Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menempuh mata kuliah Formulasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan kosmetika dekoratif digunakan sehari-hari untuk mempercantik diri. Salah satu contoh kosmetika dekoratif yang sering digunakan adalah lipstik. Lipstik merupakan

Lebih terperinci

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven

Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven IOCD International Symposium and Seminar of Indonesian Medicinal Plants xxxi, Surabaya 9-11 April 2007 Pembuatan Basis Krim VCO (Virgin Coconut Oil) Menggunakan Microwave Oven Yudi Padmadisastra Amin Syaugi

Lebih terperinci

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT

ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT ASIDI-ALKALIMETRI PENETAPAN KADAR ASAM SALISILAT I. DASAR TEORI I.1 Asidi-Alkalimetri Asidi-alkalimetri merupakan salah satu metode analisis titrimetri. Analisis titrimetri mengacu pada analisis kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki hasil perkebunan yang cukup banyak, salah satunya hasil perkebunan ubi kayu yang mencapai 26.421.770 ton/tahun (BPS, 2014). Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahkota dewa (Phaleria Macrocarpa (Scheff.) Boerl.) merupakan salah satu buah yang memiliki aktivitas antioksidan kuat. Hal ini dikarenakan kandungan flavonoid

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental

BAB II METODE PENELITIAN. A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental 8 BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi konsentrasi minyak atsiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Karakterisasi Fisik Vitamin C 29 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada tahap awal penelitian dilakukan pemeriksaan terhadap bahan baku vitamin C meliputi pemerian, kelarutan, identifikasi dan penetapan kadar. Uji kelarutan dilakukan

Lebih terperinci

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL

KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL KELOMPOK 4 : SEDIAAN GEL Nevirka Miararani ( M0614039 ) Nia Novita Sari( M0614040 ) Nugraha Mas ud ( M0614041 ) Nur Diniyah ( M0614042 ) Pratiwi Noor ( M0614043 ) Raissa Kurnia ( M0614044 ) Raka Sukmabayu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Metode Penelitian. asetat daun pandan wangi dengan variasi gelling agent yaitu karbopol-tea, CMC- BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental laboratorium. Penelitian ini dilakukan dengan membuat sediaan gel dari ekstrak etil asetat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pewarna bibir (lipstik) merupakan salah satu bentuk kosmetik riasan (dekoratif), dimana dalam penggunaannya semata-mata hanya melekat pada bagian tubuh yang dirias

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.1 Karakteristik Minyak Atsiri Wangi Hasil penelitian menunjukkan minyak sereh wangi yang didapat desa Ciptasari Pamulihan, Kabupaten Sumedang dengan pengujian meliputi bentuk,

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN LIPBALM MINYAK BUNGA KENANGA (Cananga Oil ) SEBAGAI EMOLIEN Hestiary Ratih 1 Titta Hartyana 1, Ratna Cahaya Puri 1 1 Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi hestiary_ratih@yahoo.co.id

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I LAPORAN PRAKTIKUM FARMASETIKA I EMULSI FINLAX Disusun oleh : Nama : Linus Seta Adi Nugraha No. Mahasiswa : 09.0064 Hari : Jumat Tanggal Praktikum : 5 Maret 2010 Dosen Pengampu : Anasthasia Pujiastuti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga mendapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tetap dalam keadaan baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap digunakan pada bagian luar badan (epidermis, rambut, kuku, bibir), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah

Lebih terperinci

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN

BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN BAB V PEMBUATAN SABUN TRANSPARAN 5.1. Tujuan Percobaan Memahami reaksi penyabunan 5.2. Tinjauan Pustaka Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasilgliserida, kedua istilah ini berarti triester dari

Lebih terperinci

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula

GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula 10/25/2012 1 GEL & AEROSOL Perbedaan gel dan jeli Formulasi dan evaluasi Jenis aerosol kosmetik Formulasi Aerosol Contoh-contoh formula @Dh hadhang_wk Laboratorium Farmasetika Unso oed GEL Semi padat yang

Lebih terperinci

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk

Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di. Universitas Sebelas Maret. Tujuan dari determinasi tanaman ini adalah untuk BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Determinasi Tanaman Buah pisang raja diperoleh dari Pasar Legi, Surakarta, Jawa Tengah. Determinasi tanaman pisang raja (Musa paradisiaca L.) dilakukan di Laboratorium Biologi

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMASI FISIKA TEGANGAN PERMUKAAN KELOMPOK 1 SHIFT A 1. Dini Mayang Sari (10060310116) 2. Putri Andini (100603) 3. (100603) 4. (100603) 5. (100603) 6. (100603) Hari/Tanggal Praktikum

Lebih terperinci

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2.

PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. PERCOBAAN II PENGARUH SURFAKTAN TERHADAP KELARUTAN A. Tujuan 1. Mengetahui dan memahami pengaruh penambahan surfaktan terhadap kelarutan suatu zat 2. Mengetahui dan memahami cara menentukan konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana praformulasi injeksi Difenhidramin HCl? Bagaimana formulasi injeksi Difenhidramin HCl?

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana praformulasi injeksi Difenhidramin HCl? Bagaimana formulasi injeksi Difenhidramin HCl? BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Injeksi adalah sediaan steril berupa larutan, emulsi, suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropis memungkinkan berbagai tanaman buah tropis dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan buah tropis banyak dimanfaatkan

Lebih terperinci

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA

FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA FORMULASI SEDIAAN SEMISOLIDA @Dhadhang_WK Laboratorium Farmasetika Unsoed 1 Pendahuluan Sediaan farmasi semisolid merupakan produk topikal yang dimaksudkan untuk diaplikasikan pada kulit atau membran mukosa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan selimut yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono dan Latifah,

Lebih terperinci

SEDIAAN PERAWATAN DAN PEMBERSIH KULIT. Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud

SEDIAAN PERAWATAN DAN PEMBERSIH KULIT. Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud SEDIAAN PERAWATAN DAN PEMBERSIH KULIT Hand cream and lotion Pelembab tangan dan badan Krim tangan dan badan adalah sediaan kosmetika yang digunakan untuk maksud melindungi kulit supaya tetap halus dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Landasan Teori digilib.uns.ac.id 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Mahkota Dewa a. Klasifikasi Mahkota Dewa Kingdom Devisi Kelas Ordo Family : Tumbuhan : Magnoliophyta : Magnoliopsida : Malvales : Thymelaeaceae

Lebih terperinci

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien) Defenisi tablet Berdasarkan FI III : Tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata atau cembung, mengandung satu jenis

Lebih terperinci

ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7

ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7 Kelompok III ISONIAZID Nama resmi : Isoniazidum Sinonim : Isoniazid, isonicotinic acid hydrazide; isonicotinoylhydrazin, isonicotinylhydrazine RM / BM : C 6 H 7 NO 2 / 137,14 Titik lebur : 170 C - 173

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Asam Laktat Rumus Bangun Asam Laktat Rumus Kimia C 3 H 6 O 3 BM 90,08 Asam laktat terdiri dari campuran asam laktat dan hasil kondensasinya seperti laktoil asam laktat,

Lebih terperinci

Efek Pelembab Minyak Biji Bunga Matahari Dalam Sediaan Krim Tangan. The Moisturizer Effect of Sunflower Seed Oil In Hand Cream Preparation

Efek Pelembab Minyak Biji Bunga Matahari Dalam Sediaan Krim Tangan. The Moisturizer Effect of Sunflower Seed Oil In Hand Cream Preparation Efek Pelembab Minyak Biji Bunga Matahari Dalam Sediaan Krim Tangan The Moisturizer Effect of Sunflower Seed Oil In Hand Cream Preparation Nurul Husna, Suryanto* dan Djendakita Purba Departemen Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tanaman Zaitun Pohon zaitun memiliki keistimewaan yaitu mempunyai umur yang panjang, umurnya dapat mencapai 600 tahun. Satu pohon zaitun bisa membuahkan 15-20 kg zaitun

Lebih terperinci

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3

ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 ANION TIOSULFAT (S 2 O 3 2- ) Resume Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Kimia Analitik I Oleh: Dhoni Fadliansyah Wahyu NIM. 109096000004 PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN MATEMATIKA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting dan berfungsi sebagai barrier protektif terhadap pencegahan kehilangan air dan elektrolit (Pillai, Cornel

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk-bentuk Sediaan Obat Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt Bentuk sediaan obat 1. Sediaan Padat 2. Sediaan Setengah Padat 3. Sediaan Cair 4. Sediaan Gas Sediaan Padat Sediaan Padat 1. Pulvis/Pulveres/Serbuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang menutupi permukaan tubuh. Fungsi kulit secara keseluruhan adalah antara lain kemampuannya sebagai penghadang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi atas kapsul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Meksiko Selatan, Amerika Tengah, dan benua Amerika yang beriklim tropis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Buah Jambu Biji Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli indonesia. Dari berbagai sumber pustaka menyebutkan bahwa tanaman jambu biji diduga berasal dari Meksiko

Lebih terperinci

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9

Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 LEMAK DAN MINYAK Lemak dan minyak merupakan sumber energi yang efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein Satu gram lemak atau minyak dapat menghasilkan 9 kkal sedangkan karbohidrat dan protein

Lebih terperinci

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL

UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL UJI IDENTIFIKASI ETANOL DAN METANOL Alkohol merupakan senyawa turunan alkana yang mengandung gugus OH dan memiliki rumus umum R-OH, dimana R merupakan gugus alkil. Adapun rumus molekul dari alkohol yaitu

Lebih terperinci