A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Pengertian 2. Epidemiologi/Insiden Kasus

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Pengertian 2. Epidemiologi/Insiden Kasus"

Transkripsi

1 A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Pengertian Kata vertigo berasal dari Bahasa Latin yaitu vertere yang artinya memutar. Nama ini diberikan kepada orang yang biasanya merasa dunia di sekitarnya berputar sehingga hilang keseimbangan (Sugeng Santoso, 2007). Vertigo adalah perasaan seolah-olah penderita bergerak atau berputar, atau seolah-olah benda di sekitar penderita bergerak atau berputar, yang biasanya disertai dengan mual dan kehilangan keseimbangan. Vertigo bisa berlangsung hanya beberapa saat atau bisa berlanjut sampai beberapa jam bahkan hari. Penderita kadang merasa lebih baik jika berbaring diam, tetapi vertigo bisa terus berlanjut meskipun penderita tidak bergerak sama sekali (benign paroxysmal positional vertigo). Benign paroxysmal positional vertigo merupakan penyakit yang sering ditemukan, dimana vertigo terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 1 menit. Perubahan posisi kepala (biasanya terjadi ketika penderita berbaring, bangun, berguling di atas tempat tidur atau menoleh ke belakang) biasanya memicu terjadinya episode vertigo ini. Penyakit ini tampaknya disebabkan oleh adanya endapan kalsium di dalam salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam. Vertigo jenis ini mengerikan, tetapi tidak berbahaya dan biasanya menghilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu atau bulan, tidak disertai hilangnya pendengaran maupun telinga berdenging (Sugeng Santoso, 2007). Pada dasarnya vertigo merupakan keluhan, bukan penyakit. Namun, keluhan ini bisa menjadi pertanda penyakit yang serius. Jadi, sekalipun bukan penyakit, vertigo tidak boleh disepelekan. Vertigo bisa jadi merupakan pertanda penyakit-penyakit seperti tumor otak, hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes mellitus (kencing manis), jantung, dan ginjal. Semakin dini vertigo ditangani akan semakin cepat dapat diatasi (Sugeng Santoso, 2007). 2. Epidemiologi/Insiden Kasus Vertigo adalah gejala yang sering pada populasi umum dengan prevalensi 12 bulan 5% dan 1,4% insiden pada orang dewasa. Prevalensi meningkat dengan usia dan sekitar dua sampai tiga kali lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria. Hal ini menyumbang sekitar 2-3% dari kunjungan gawat darurat (Thia, 2011). Vertigo perlu dipahami karena merupakan keluhan nomor tiga yang paling sering dikemukakan oleh penderita yang datang ke praktek umum, bahkan orang tua usia

2 sekitar 75 tahun, 50% datang ke dokter dengan keluhan vertigo. Rasa pusing (dizziness) dan vertigo adalah gejala-gejala yang paling umum menyebabkan pasien mengunjungi dokter (sama umumnya dengan sakit kepala dan sakit punggung). Insidensi timbulnya pusing, vertigo, dan ketidakseimbangan adalah 5-10%, dan mencapai 40% pada pasienpasien yang berusia lebih dari 40 tahun. Insidensi terjadinya jatuh adalah 25% pada pasien berusia lebih dari 65 tahun. Jatuh bisa merupakan suatu konsekuensi langsung dari rasa pusing di populasi ini, dan risiko ini bercampur dengan defisit-defisit neurologi lain (Thia, 2011). Kehilangan pendengaran ringan adalah bentuk kecacatan yang paling umum di Amerika Serikat. Insidensi hilang pendengaran adalah 25% pada orang-orang yang berusia kurang dari 25 tahun, dan mencapai 40% pada orang berusia lebih dari 40 tahun. Sekitar 25% populasi melaporkan terjadinya tinnitus. Tinnitus dan hilang pendengaran biasanya dihubungkan dengan penyakit-penyakit labirin, yang mendorong ke arah terjadinya pusing dan vertigo (Thia, 2011). Migren lebih lazim (10%) dibandingkan penyakit Ménière (<1%). Sekitar 40% dari pasien-pasien dengan migren mengalami pusing, mabuk jika naik mobil dan lainlain, dan kehilangan pendengaran ringan. Oleh karena itu, kadang sulit membedakan migren dengan gangguan-gangguan telinga dalam primer (Thia, 2011). 3. Penyebab/Faktor Predisposisi Vertigo berbeda dengan dizziness, suatu pengalaman yang mungkin pernah kita rasakan, yaitu kepala terasa ringan saat akan berdiri. Sedangkan vertigo bisa lebih berat dari itu, misalnya dapat membuat kita sulit untuk melangkah karena rasa berputar yang mempengaruhi keseimbangan tubuh. Adanya penyakit vertigo menandakan adanya gangguan sistem deteksi seseorang (Thia, 2011). Tubuh merasakan posisi dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri. Vertigo juga bisa berhubungan dengan kelainan penglihatan atau perubahan tekanan darah yang terjadi secara tiba-tiba (Thia, 2011). Penyebab terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan pada sistem keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi, keganasan, metabolik, toksik, vaskular, atau autoimun. Sistem keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi 2 yaitu sistem

3 vestibular (pusat dan perifer) serta non vestibular (visual; retina, otot bola mata, dan somatokinetik; kulit, sendi, otot) (Thia, 2011). Penyebab umum dari vertigo (Thia, 2011): 1) Keadaan lingkungan Motion sickness (mabuk darat, mabuk laut) 2) Obat-obatan Alkohol Gentamisin 3) Kelainan sirkulasi Transient ischemic attack (gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya aliran darah ke salah satu bagian otak) pada arteri vertebral dan arteri basiler 4) Kelainan di telinga Endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis di dalam telinga bagian dalam (menyebabkan benign paroxysmal positional vertigo) Infeksi telinga bagian dalam karena bakteri Herpes zoster Labirintitis (infeksi labirin di dalam telinga) Peradangan saraf vestibuler Penyakit Meniere 5) Kelainan neurologis Sklerosis multipel Patah tulang tengkorak yang disertai cedera pada labirin, persarafannya atau keduanya Tumor otak Tumor yang menekan saraf vestibularis. Faktor predisposisi dari vertigo (Prasti Pirawati, 2004) : a) Penyakit Sistem Vestibuler Perifer : Telinga bagian luar : serumen, benda asing. Telinga bagian tengah : retraksi membran timpani, otitis media purulenta akuta, otitis media dengan efusi, labirintitis, kolesteatoma, rudapaksa dengan perdarahan. Telinga bagian dalam : labirintitis akuta toksika, trauma, serangan vaskular, alergi, hidrops labirin (morbus Meniere), mabuk gerakan, vertigo postural.

4 Nervus VIII (vestibula koklearis) : infeksi, trauma, tumor. Inti Vestibularis : infeksi, trauma, perdarahan, trombosis arteria serebeli posterior inferior, tumor, sklerosis multipleks. b) Penyakit SSP : Hipoksia, Iskemia otak : Hipertensi kronis, arteriosklerosis, anemia, hipertensi kardiovaskular, fibrilasi atrium paroksismal, stenosis dan insufisiensi aorta, sindrom sinus karotis, sinkop, hipotensi ortostatik, blok jantung. Infeksi : meningitis, ensefalitis, abses, lues. Trauma kepala/labirin. Tumor. Migren. Epilepsi. c) Kelainan endokrin: hipotiroid, hipoglikemi, hipoparatiroid, tumor medula adrenal, keadaan menstruasi, hamil, menopause d) Kelainan psikiatrik: depresi, neurosa cemas, sindrom hiperventilasi, fobia. e) Kelainan mata: kelainan proprioseptik. f) Intoksikasi (penyakit yang disebabkan oleh masuknya toksin melalui bahan pangan ke dalam tubuh). 4. Patofisiologi Vertigo timbul jika terdapat ketidakcocokan informasi aferen yang disampaikan ke pusat kesadaran. Susunan aferen yang terpenting dalam sistem ini adalah susunan vestibuler atau keseimbangan, yang secara terus-menerus menyampaikan impulsnya ke pusat keseimbangan (Prasti Pirawati, 2004). Susunan lain yang berperan ialah sistem optik dan pro-prioseptik, jaras-jaras yang menghubungkan nuklei vestibularis dengan nuklei N. III (okulomotorius), IV (troklearis) dan VI (abdusens), susunan vestibuloretikularis, dan vestibulospinalis (Prasti Pirawati, 2004). Informasi yang berguna untuk keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh reseptor vestibuler, visual, dan proprioseptik; reseptor vestibuler memberikan kontribusi paling besar, yaitu lebih dari 50% disusul kemudian reseptor visual dan yang paling kecil kontribusinya adalah proprioseptik (Prasti Pirawati, 2004).

5 Dalam kondisi fisiologis/normal, informasi yang tiba di pusat integrasi alat keseimbangan tubuh berasal dari reseptor vestibuler, visual dan proprioseptik kanan dan kiri akan diperbandingkan, jika semuanya dalam keadaan sinkron dan wajar, akan diproses lebih lanjut. Respon yang muncul berupa penyesuaian otot-otot mata dan penggerak tubuh dalam keadaan bergerak. Di samping itu orang menyadari posisi kepala dan tubuhnya terhadap lingkungan sekitar (Prasti Pirawati, 2004). Jika fungsi alat keseimbangan tubuh di perifer atau sentral dalam kondisi tidak normal/tidak fisiologis, atau ada rangsang gerakan yang aneh atau berlebihan, maka proses pengolahan informasi akan terganggu, akibatnya muncul gejala vertigo dan gejala otonom. Di samping itu, respons penyesuaian otot menjadi tidak adekuat sehingga muncul gerakan abnormal yang dapat berupa nistagmus (gerakan mata yang cepat dari kiri ke kanan atau dari atas ke bawah), unsteadiness (keadaan yang tidak tenang), ataksia (gejala berupa pudarnya kemampuan koordinasi atas gerakan otot) saat berdiri/berjalan dan gejala lainnya (Prasti Pirawati, 2004). Menurut teori Sinap yang merupakan pengembangan teori sebelumnya yang meninjau peranan neurotransmisi dan perubahan-perubahan biomolekuler yang terjadi pada proses adaptasi, belajar dan daya ingat. Rangsang gerakan menimbulkan stres yang akan memicu sekresi CRF (corticotropin releasing factor). Peningkatan kadar CRF selanjutnya akan mengaktifkan susunan saraf simpatik yang selanjutnya mencetuskan mekanisme adaptasi berupa meningkatnya aktivitas sistem saraf parasimpatik. Teori ini dapat menerangkan gejala penyerta yang sering timbul berupa pucat, berkeringat di awal serangan vertigo akibat aktivitas simpatis, yang berkembang menjadi gejala mual, muntah dan hipersalivasi setelah beberapa saat akibat dominasi aktivitas susunan saraf parasimpatis (Sugeng Santoso, 2007).

6 PATHWAY VERTIGO

7 5. Klasifikasi Berdasarkan penyebabnya vertigo dapat dibagi menjadi 5 klasifikasi yaitu (Prasti Pirawati, 2004) : a) Vertigo fisiologik Keadaan ini terjadi bila :

8 Otak menghadapi ketidakseimbangan di antara berbagai sistem sensorik. Sistem vestibular dihadapkan pada gerakan kepala yang tidak lazim dan tidak pernah diadaptasi sebelumnya, seperti ketika seseorang mengalami mabuk laut. Posisi kepala/leher yang tidak lazim, seperti ekstensi yang berlebihan ketika seseorang mengecat langit-langit rumah. b) Vertigo patologik Kedaan ini terjadi akibat lesi pada sistem visual, somatosensorik atau vestibuler. Vertigo visual disebabkan oleh pemandangan yang baru atau tidak tepat atau karena timbulnya paresis otot ekstraokuler yang tiba-tiba dengan diplopia; pada keaadaan lainnya, kompensasi sistem saraf pusat menetralkan vertigo secara cepat. Vertigo somatosensoris, jarang dalam isolasi, biasanya disebabkan oleh neuropati perifer yang menurunkan masuknya sensoris yang perlu untuk kompensasi sentral jika terdapat disfungsi sistem vestibuler atau visual (Prasti Pirawati, 2004). Penyebab vertigo patologik yang paling sering ditemukan adalah disfungsi vestibuler. Vertigo tesebut biasanya disertai dengan gejala nausea, jerk nistagmus, ketidakstabilan postural dan ataksia berjalan (Prasti Pirawati, 2004). Vertigo yang disebabkan oleh masalah dengan telinga bagian dalam atau sistem vestibular disebut "perifer", "otologic" atau "vestibular". Penyebab paling umum adalah benign paroxysmal positional vertigo (BPPV), tetapi penyebab lain termasuk penyakit Ménière, sindrom kanal dehiscence unggul, labyrinthitis dan vertigo visual. Setiap penyebab peradangan seperti pilek, influenza, dan infeksi bakteri bisa menyebabkan vertigo transien jika mereka melibatkan telinga bagian dalam, seperti trauma kimia (misalnya, aminoglikosida ) atau trauma fisik (misalnya, patah tulang tengkorak). Motion sickness kadang-kadang diklasifikasikan sebagai penyebab dari vertigo perifer (Prasti Pirawati, 2004). Jika vertigo muncul dari pusat keseimbangan otak, biasanya lebih ringan, dan memiliki defisit neurologis yang menyertainya, seperti bicara cadel, penglihatan ganda atau nistagmus patologis. Patologi otak dapat menyebabkan sensasi disekuilibrium yang merupakan sensasi ketidakeseimbangan. Sejumlah kondisi yang melibatkan sistem saraf

9 pusat dapat menyebabkan vertigo termasuk: sakit kepala migrain, sindrom meduler lateralis, multiple sclerosis (Prasti Pirawati, 2004). c) Vertigo psikogenik Selain penyebab dari segi fisik, penyebab lain munculnya vertigo adalah pola hidup yang tak teratur, seperti kurang tidur atau terlalu memikirkan suatu masalah hingga stres. Vertigo yang disebabkan oleh stres atau tekanan emosional disebut vertigo psikogenik (Prasti Pirawati, 2004). d) Vertigo neurologik Vertigo neurologik adalah gangguan vertigo yang disebabkan oleh gangguan saraf. Keluhan vertigo yang disebabkan oleh gangguan mata atau berkurangnya daya penglihatan disebut vertigo ophtalmologis sedangkan vertigo yang disebabkan oleh berkurangnya fungsi alat pendengaran disebut vertigo otolaringologis (Prasti Pirawati, 2004). e) Vertigo sistemik Vertigo sistemik adalah keluhan vertigo yang disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya diabetes mellitus, hipertensi dan jantung (Prasti Pirawati, 2004). Berdasarkan gejala klinisnya, vertigo dapat dibagi atas beberapa kelompok (Prasti Pirawati, 2004) : a) Vertigo paroksismal Vertigo paroksismal adalah vertigo yang serangannya datang mendadak, berlangsung beberapa menit atau hari, kemudian menghilang sempurna; tetapi suatu ketika serangan tersebut dapat muncul lagi. Di antara serangan, penderita sama sekali bebas keluhan (Prasti Pirawati, 2004). Vertigo jenis ini dibedakan menjadi : Yang disertai keluhan telinga : Termasuk kelompok ini adalah : Morbus Meniere, Arakhnoiditis pontoserebelaris, Sindrom Lermoyes, Sindrom Cogan, tumor fossa cranii posterior, kelainan gigi/ odontogen (Prasti Pirawati, 2004).

10 Yang tanpa disertai keluhan telinga : Termasuk di sini adalah : Serangan iskemi sepintas arteria vertebrobasilaris, Epilepsi, Migren ekuivalen, Vertigo pada anak (Vertigo de L'enfance), Labirin picu (trigger labyrinth) (Prasti Pirawati, 2004). Yang timbulnya dipengaruhi oleh perubahan posisi : Termasuk di sini adalah : Vertigo posisional paroksismal laten, Vertigo posisional paroksismal benigna (Prasti Pirawati, 2004). b) Vertigo kronis Vertigo kronis adalah vertigo yang menetap, keluhannya konstan tanpa serangan akut, dibedakan menjadi: Yang disertai keluhan telinga : Otitis media kronika, meningitis Tb, labirintitis kronis, Lues serebri, lesi labirin akibat bahan ototoksik, tumor serebelopontin (Prasti Pirawati, 2004). Tanpa keluhan telinga : Kontusio serebri, ensefalitis pontis, sindrom pasca komosio, pelagra, siringobulbi, hipoglikemi, sklerosis multipel, kelainan okuler, intoksikasi obat, kelainan psikis, kelainan kardiovaskuler, kelainan endokrin (Prasti Pirawati, 2004). Vertigo yang dipengaruhi posisi : Hipotensi ortostatik, Vertigo servikalis (Prasti Pirawati, 2004). c) Vertigo yang serangannya mendadak/akut, kemudian berangsur-angsur mengurang, dibedakan menjadi : Disertai keluhan telinga : Trauma labirin, herpes zoster otikus, labirintitis akuta, perdarahan labirin, neuritis N.VIII (vestibula koklearis), cedera pada auditiva interna/arteria vestibulokoklearis (Prasti Pirawati, 2004).

11 Tanpa keluhan telinga : Neuronitis vestibularis, sindrom arteria vestibularis anterior, ensefalitis vestibularis, vertigo epidemika, sklerosis multipleks, hematobulbi, sumbatan arteria serebeli inferior posterior (Prasti Pirawati, 2004). 6. Gejala Klinis Perasaan berputar yang kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi lembut atau seperti senar dan halus (Prasti Pirawati, 2004). Vertigo adalah sensasi berputar sementara stasioner, hal ini umumnya terkait dengan kegoyangan, dan berlebihan keringat. Episode berulang pada mereka dengan vertigo yang umum dan mereka sering merusak kualitas hidup. Penglihatan kabur, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung, gelisah, kesulitan berbicara, menurunkan tingkat dari kesadaran, dan tingkat kehilangan pendengaran juga dapat terjadi. Sistem saraf pusat dapat menyebabkan gangguan gejala permanen (Prasti Pirawati, 2004). 7. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik ditujukan untuk meneliti faktor-faktor penyebab, baik kelainan sistemik, otologik atau neurologic vestibuler atau serebeler; dapat berupa pemeriksaan fungsi pendengaran dan keseimbangan, gerak bola mata/nistagmus dan fungsi serebelum (Thia, 2011). Pendekatan klinis terhadap keluhan vertigo adalah untuk menentukan penyebab; apakah akibat kelainan sentral yang berkaitan dengan kelainan susunan saraf pusat korteks serebri, serebelum, batang otak, atau berkaitan dengan sistim vestibuler/otologik; selain itu harus dipertimbangkan pula faktor psikologik/psikiatrik yang dapat mendasari keluhan vertigo tersebut (Thia, 2011). Faktor sistemik yang juga harus dipikirkan/dicari antara lain aritmi jantung, hipertensi, hipotensi, gagal jantungkongestif, anemi, hipoglikemi. Dalam menghadapi kasus vertigo, pertama-tama harus ditentukan bentuk vertigonya, lalu letak lesi dan kemudian penyebabnya, agar dapat diberikan terapi kausal yang tepat dan terapi simtomatik yang sesuai (Thia, 2011).

12 Pemeriksaan fisik (Odesyafar, 2011) : Pemeriksaan mata Pemeriksaan alat keseimbangan tubuh Pemeriksaan neurologik Pemeriksaan otologik Pemeriksaan fisik umum. Pada pemeriksaan fisik diarahkan ke kemungkinan penyebab sistemik; tekanan darah diukur dalam posisi berbaring, duduk dan berdiri; bising karotis, irama (denyut jantung) dan pulsasi nadi perifer juga perlu diperiksa (Odesyafar, 2011). Pada pasien-pasien dengan rasa pusing, pengujian umum perlu ditekankan pada tanda-tanda vital, pengukuran tekanan darah secara terlentang dan berdiri, dan evaluasi sistem neurologi dan cardiovasculer. Menguji telinga-telinga untuk adanya infeksi/peradangan telinga tengah atau luar yang dapat terlihat. Test pendengaran menggunakan satu garpu tala atau berbisik. Menguji leher untuk jangkauan pergerakan (Thia, 2011). Karakteristik nistagmus Nistagmus, apakah spontan, diakibatkan tatapan, atau tergantung posisi, harus sepenuhnya ditandai agar ditafsirkan dengan tepat. Karakteristik ini meliputi faktorfaktor propokatif, latensi, arah, efek dari tatapan, profil temporal, kebiasaan, fatigabilas, pandangan yang terfiksasi, dan diiringi dengan rasa pusing. Kegagalan untuk menandai nistagmus dapat mendorong terjadinya salah diagnosa (Thia, 2011). Tes yang berhubungan dengan panas Tes yang berhubungan dengan panas bisa dilakukan sebagai bagian dari pengujian di sisi tempat tidur. Setelah mengecek kedua kanal telinga untuk pelubangan tympanic dan lilin, tuang 1 ml air dengan suhu 30 C. Amati nistagmus menggunakan kacamata hitam Frenzel atau satu sistem video infra merah. Dengan cara ini, rasa pusing, jangka waktu dan intensitas nistagmus, dapat dievaluasi (Thia, 2011).

13 Tes refleks vestibulospinal Vestibulospinal refleks (VSRs) dapat dievaluasi dengan gaya berjalan tandem, Romberg, dan Uji langkah Fukuda. Test-test ini menyediakan informasi tentang stabilitas postural pasien bila input proprioseptif dan visualnya dipindahkan. Dokter yang berpengalaman dapat mengamati stabilitas postural pasien, batas stabilitas, dan strategi dari pergerakan pada batas stabilitas. Uji klinis stabilitas postural adalah kualitatif,dan memerlukan pengalaman pemeriksa serta kooperasi pasien (Thia, 2011). Test Vestibular Hamid Tes vestibular Hamid terdiri atas komponen motoris dan sensoris yang dilakukan menggunakan satu bantalan busa (HCFP). Pengujian sederhana, mudah silakukan, dan dapat digunakan untuk pasien-pasien dengan ketidakseimbangan dan pusing (Thia, 2011). Pada komponen sensoris, pasien berdiri di atas HCFP dengan mata terbuka dan lengan diregangkan selagi pemeriksa mengamati tingkat mengayunkan. Pasien kemudian memiringkan kepalanya ke belakang dan menggerakannya ke kiri dan kanan (dengan mata terbuka dan kemudian dengan mata yang tertutup). Pemeriksa harus siap untuk menangkap pasien jika mereka jatuh (Thia, 2011). Mengalami dengan pengujian ini sudah ditunjukkan bahwa pasien-pasien tidak bisa berdiri di atas HCFP dengan mata yang tertutup dan kepala yang dimiringkan ke belakang kecuali jika mereka mempunyai vestibular yang baik dan sistem keseimbangan (Thia, 2011). Komponen motoris lebih menantang dibanding komponen sensoris dan dikenal sebagai pengujian impuls badan. Pemeriksa menempatkan tangannya di bagian atas dada pasien, dan pasien diminta untuk mendorong maju melawan tangan pemeriksa dalam 10 hitungan. Pemeriksa kemudian melepaskan tangannya, mengamati tanggapan pasien, dan menangkap pasien jika perlu (Thia, 2011). Pasien-pasien dengan kelainan fungsi tubuh sentral dan perifer memiliki polapola yang tidak meliputi pergerakan yang benar dan cepat, mengayunkan pinggul, atau

14 mengambil langkah. Tentu saja, test-test ini kwalitatif dan tergantung pada pengalaman pemeriksa dan kondisi musculoskeletal pasien serta kemampuan untuk bekerja sama (Thia, 2011). Uji Hiperventilasi Jika hasil-hasil dari tes vestibular normal, uji hiperventilasi selama 2 menit sangat menolong dalam mengidentifikasi pasien-pasien dengan sindrom hiperventilasi. Hal ini harus dilaksanakan dalam posisi duduk. Hiperventilasi harus dilakukan selagi pemeriksa memonitor nistagmus dengan menggunakan kacamata hitam Frenzel atau sistem video infra merah. Hiperventilasi dapat mengenali keduanya, baik disfungsi vestibular perifer dan sentral serta timbulnya rasa pusing dan gejala-gejala neurologi yang berkaitan dengan sindrom hiperventilasi (Thia, 2011). 8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang a) Tes-tes diagnostik vestibular Evaluasi pasien dengan rasa pusing dimulai dengan menanyakan riwayat dengan seksama dan lengkap; pemeriksaan fisik yang lengkap, termasuk uji vestibular. Selama mengevaluasi pasien-pasien dengan gangguan vestibular dan keseimbangan, tes-tes tambahan yang biasanya dipertimbangkan meliputi audiometri, uji vestibular, tes darah, CT, dan MRI. Test-test ini, terutama uji vestibular harus disesuaikan menurut temuan fisik dan riwayat (Thia, 2011). Hasil MRI pada pasien-pasien muda yang berusia kurang dari 50 tahun adalah rendah (< 1%). Insidensi adanya tumor pendengaran atau batang otak dan lesi-lesi fossa posterior juga rendah. Penilaian klinis, pengujian neurotologic yang seksama, dan dilakukannya penelitian-penelitian audio dan vestibular sangat menolong dalam menyingkirkan MRI (Thia, 2011). Pentingnya, hasil dari tes-tes ini bukan diagnostik dalam hal medis. Sebagai contoh, kehilangan vestibular yang unileteral dapat berhubungan dengan vestibular neuronitis atau suatu tumor pendengaran. Oleh karena itu, klinisi harus menghindari keinginan untuk menginterpretasikan hasil-hasil ini sebagai kesatuan patologis. Dokterdokter yang bertanggung jawab atas penafsiran medis hasil-hasil ini juga perlu mempunyai latar belakang dan pelatihan yang sesuai di dalam elektrofisiologi dan

15 neurofisiologi untuk mampu menggunakan hasil-hasil ini secara efektif. Mereka juga harus sadar akan batas-batas dan variabilitas yang tidak bisa dipisahkan dalam test-test tersebut. Tes-tes vestibular yang paling sering adalah electronystagmography (ENG), uji kursi berputar atau akselerasi selaras sinusoidal (SHA), dan posturography dinamis terkomputerisasi (CDP) (Thia, 2011). Uji ENG Test baku ENG terdiri atas saccadic, tatapan, pengejaran, pergerakan optokineticmata, nistagmus dengan menggoyangkan kepala, nistagmus yang tergantung posisi, nistagmus ancangan, dan tes-tes bithermal yang berkenaan dengan panas (Thia, 2011). Tes Saccadic Tes saccadic digunakan untuk mengevaluasi gerak mata yang cepat secara fakultatif. Test harus dilakukan dengann merekam masing-masing mata secara terpisah, terutama jika dicurigai terdapat diskonjugasi gerak mata. Satu saluran tunggal test saccadic tidak menghasilkan informasi klinis yang berarti dan hanya digunakan sebagai isyarat kalibrasi untuk gerak mata horisontal. Kelainan-kelainan saccadic umum meliputi dysmetria, percepatan saccadic lambat, dan dysconjugate saccades (Thia, 2011). Uji Tatapan Tes tatapan digunakan untuk mengevaluasi kemampuan menghasilkan dan menjaga satu tatapan mantap tanpa gerak atau tatapan yang menimbulkan nistagmus. Perekaman ENG satu arus searah digunakan untuk membedakan elektronik dari gerak pathologis. Kelainan-kelainan yang paling umum yang dapat dideteksi oleh test tatapan adalah nistagmus yang ditimbulkan dan rebound nistagmus yang berkaitan dengan penyakit cerebellar (Thia, 2011). Uji Pergerakan mata Gerak mata pengejaran mencegah keselipan suatu gambaran pada retina selagi pasien sedang mengikuti jalan/objek yang bergerak cepat (Thia, 2011). Pemeriksaan untuk nistagmus optokinetic Nistagmus Optokinetic (OKN) adalah kompleks refleks CNS yang diaktifkan dengan gambar-gambar yang bergerak pada retina. OKN menampakkan gerakan-gerakan mata yang vestibular dan sesuai untuk menstabilkan gambaran-gambaran retinal selama kecepatan yang konstan (Thia, 2011).

16 Pemeriksaan untuk nistagmus dengan menggoyangkan kepala Gerakan kepala menghasilkan respon vestibular dengan latensi yang sangat pendek (<15 pengambilan gambar jarak sedang). Respon-respon okulomotor lebih lambat dibanding ini, dengan latensi yang mendekati msec. Kompensasi untuk perlawanan sementara ini adalah kemampuan sistem vestibular pusat untuk mempertahankan satu memori atau gerakan kepala, sehingga gerak mata dapat disesuaikan dengan akurat dengan gerakan kepala (Thia, 2011). Kemampuan ini dikenal sebagai velocity storage, yang pada umumnya lemah dengan defisit vestibular yang unilateral dan tidak ditutupi dengan tes menggoyangkan kepala (Thia, 2011). Test posisional Tes posisional dilakukan dengan merekam gerak mata tanpa fiksasi penglihatan dalam 3 posisi-posisi utama: terlentang, kepala ke arah kanan, dan kepala ke arah kiri. Nistagmus pada perubahan posisi pada umumnya perifer dan satu tanda objektif dari ketidaksamaan vestibular. Meskipun itu hadir hanya di dalam 1 posisi kepala (Thia, 2011). Test Posisi Dix-Hallpike Nistagmus posisional adalah satu temuan klasik di dalam pasien-pasien dengan BPPV. Hal ini ditimbulkan dengan memposisikan pasien dengan cepat dari duduk ke kepala ke arah kanan, kiri, dan posisi terlentang; dengan merekam nistagmus yang diinduksi; dan dengan mencatat gejala-gejala pasien. Hyperekstensi leher tidak perlu dilakukan dan harus dihindarkan. Dua saluran-saluran ENG diperlukan untuk menentukan arah komponen putaran nistagmus. ENG kurang sensitif dibanding pengamatan secara klinis dari Benign Positioning Nystagmus sebab ENG tidak dapat untuk merekam komponen-komponen putaran pada BPPV (Thia, 2011). Bithermal Caloric Test Barany memperkenalkan test kalorik ini di tahun Sejak itu, hal ini telah menjadi vestibular dihormati sepanjang jaman dalam pengujian neurotology klinis. Test Kalorik adalah standar untuk mengevaluasi defisit vestibular secara sepihak (Thia, 2011). Test Kalorik tradisional dilakukan pada pasien yang berbaring dengan kepala yang diangkat 30 Air dingin (30 C) hangat (44 C) digunakan untuk mengairi masing-

17 masing telinga, 1 pada waktu yang sama. Irigasi dingin bersifat menghambat stimulus, irigasi hangat adalah excitatory. Arah nistagmus postcaloric ditentukan oleh fase cepat dengan mudah diingat oleh menggunakan mnemonic COWS (Thia, 2011). 3 temuan yang paling utama dari test kalorik adalah kelemahan unilateral kelemahan dari kedua bilateral, dan FFS dari nistagmus yang diinduksi dengan panas. 2 kelainan pertama adalah berkaitan dengan penyakit vestibular perifer, dan yang ketiga berkaitan dengan penyakit cerebellar pusat (Thia, 2011). Tes Kursi Berputar, atau SHA Barany memperkenalkan tes berputar di tahun Di dalam praktek klinis, tes berputar tertinggal di belakang test kalorik. Bagaimanapun, dengan kemajuan teknologi komputer, sistem test kursi berputar dikembangkan di dalam tahun 1970 akhir dan terus ditingkatkan. Mereka kini digunakan dalam beberapa tes vestibular di laboratoriumlaboratorium (Thia, 2011). Satu alternatif dari test kursi berputar adalah tes perputaran kepala, yang digunakan untuk mengevaluasi VOR yang diperoleh pada frekuensi tinggi. Test ini pada hakikatnya lebih murah dan lebih praktis dibanding tes kursi (Thia, 2011). Tes CDP Posturography dinamis sudah menjadi satu bagian integral dari tes vestibular di dalam banyak pusat-pusat pengujian vestibular. Aplikasi klinis posturography dalam neurotology diperkenalkan di tahun 1970-an. Sistem CDP terdiri dari satu komputer pengendali dan visual booth yang digunakan untuk mengevaluasi kedua-dua komponen motoris dan sensoris keseimbangan. Test sensoris paling bermanfaat secara klinis, terutama di dalam lesi-lesi perifer, rehabilitasi vestibular, dan kasus-kasus medikolegal. Posturography bukan suatu pengganti untuk pengujian gaya berjalan dengan teliti dan mungkin memiliki lebih banyak nilai dalam rehabilitasi dibanding dalam hasil diagnose (Thia, 2011). Hasil klinis dari tes-tes vestibular Beberapa pengamatan-pengamatan yang dibahas di bawah diambil dari satu database dari 10,000 pasien yang mengalami 3 test (ENG, SHA CDP) di tahun di bawah pengawasan langsung (Thia, 2011). Pertama, data-data yang mentah harus dilihat dan dievaluasi, terutama sekali yang diperoleh dengan menggunakan sistem terkomputerisasi, dan klinisi mestinya tidak

18 bersandar pada analisa terkomputerisasi yang dihasilkan oleh sistem software, sekalipun data yang mentah adalah mengganggu (Thia, 2011). Kedua, penemuan okulomotor adalah sering overinterpretasi, dan penyelidikanpenyelidikan neurologi dan MRI yang tidak penting. Dalam menguraikan database di atas, hasil untuk kelainan-kelainan gerak mata pusat, dysmetria saccadic, pengejaran saccadic, tanggapan optokinetic tidak simetris, dan tatapan menimbulkan nistagmus adalah kurang dari 5%. Oleh karena itu, pembaca ENG diminta untuk dengan hati-hati menginterpretasikan gerak mata. Orang yang baru memakai ENG kadang-kadang membaca hasil okulomotor sebagai hal yang normal untuk beberapa tahun selagi mereka menyimpan pola untuk penafsiran yang lebih akurat sebagai peningkatan pengalaman mereka (Thia, 2011). Ketiga, sistem ENG hanya mencetak gerak mata horisontal dan vertikal dan kemudian yang tidak dapat merekam gerak mata berputar murni yang sering dilihat dengan BPPV. ENG Berbasis Video (VNG) menguntungan untuk menggambar dan merekam secara digital putaran nistagmus murni untuk menyimpan dan mengedit kembali isyarat video yang ditangkap (Thia, 2011). Keempat, penemuan posturography dinamis adalah jarang menyimpang, dan penggunaan rutin tidak menghemat biaya (Thia, 2011). b) Pemeriksaan lainnya Untuk mencegah terjadinya dampak yang lebih berat akibat serangan stroke yang diawali dengan serangan vertigo, pemeriksaan lainnya adalah CT scan atau MRI kepala, yang bisa menunjukkan kelainan tulang atau tumor yang menekan syaraf. Jika diduga suatu infeksi, bisa diambil contoh cairan dari telinga atau sinus atau dari tulang belakang. Jika diduga terdapat penurunan aliran darah ke otak, maka dilakukan pemeriksaan angiogram, untuk melihat adanya sumbatan pada pembuluh darah yang menuju ke otak (Thia, 2011). c) Pemeriksaan tambahan : Laboratorium Radiologik dan Imaging EEG, EMG, dan EKG. 9. Diagnosis/Kriteria Diagnosis

19 Diagnosis dipermudah dengan dibakukannya kriteria diagnosis, yaitu (Thia, 2011) : 1. Vertigo hilang timbul 2. Fluktuasi gangguan pendengaran berupa tuli saraf 3. Menyingkirkan kemungkinan penyebab dari sentral, misalnya tumor N.VIII (vestibula koklearis) 10. Teraphy/Tindakan Penanganan Tatalaksana vertigo terbagi menjadi 3 bagian utama yaitu kausal, simtomatik dan rehabilitatif. Sebagian besar kasus vertigo tidak diketahui kausanya sehingga terapi lebih banyak bersifat simtomatik dan rehabilitatif (Thia, 2011). Terapi simtomatik bertujuan meminimalkan 2 gejala utama yaitu rasa berputar dan gejala otonom. Untuk mencapai tujuan itu digunakanlah vestibular suppresant dan antiemetik. Beberapa obat yang tergolong vestibular suppresant adalah antikolinergik, antihistamin, benzodiazepin, calcium channel blocker, fenotiazin, dan histaminik (Thia, 2011). Pengobatan khusus untuk pasien yang menderita vertigo yang disebabkan oleh rangsangan dari perputaran leher (servikal), ialah dengan traksi leher dan fisioterapi, di samping latihan-latihan lain dalam rangka rehabilitasi. Neuritis vestibuler diobati dengan obat-obat simptomatik, neurotonik, anti virus dan rehabilitasi (Thia, 2011). Rehabilitasi penting diberikan, sebab dengan melatih sistem vestibuler ini sangat menolong. Kadang-kadang gejala vertigo dapat diatasi dengan latihan yang teratur dan baik. Orang-orang yang karena profesinya, menderita vertigo servikal dapat diatasi dengan latihan yang intensif sehingga gejala yang timbul tidak lagi mengganggu pekerjaannya sehari-hari, misalnya pilot, pemain sirkus dan olahragawan (Thia, 2011). Terapi rehabilitasi bertujuan untuk membangkitkan dan meningkatkan kompensasi sentral dan habituasi pada pasien dengan gangguan vestibular. Mekanisme kerja terapi ini adalah substitusi sentral oleh sistem visual dan somatosensorik untuk fungsi vestibular yang terganggu, mengaktifkan kendali tonus inti vestibular oleh serebelum, sistem visual dan somatosensorik, serta menimbulkan habituasi, yaitu berkurangnya respon terhadap stimulasi sensorik yang diberikan berulang-ulang (Thia, 2011).

20 Pada kasus jarang dimana penyakit sudah kebal dengan terapi obat, diet dan diuretik, pasien terpaksa harus memilih intervensi bedah, misalnya endolimfatik shunt atau kokleosakulotomi. Jika vertigo sangat mengganggu dan terjadi gangguan pendengaran yang berat, dilakukan labirintektomi yaitu pengangkatan koklea (bagian dari telinga tengah yang mengatur pendengaran) dan kanalis semisirkularis (Thia, 2011). 11. Komplikasi Komplikasi vertigo akibat obat dimana beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus dan hilangnya pendengaran. Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang mengandung platina (Prasti Pirawati, 2004). Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat ototoksik (Prasti Pirawati, 2004). Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin (Prasti Pirawati, 2004). Terapi berupa penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik; penggunaan obat supresan vestibuler tidak dianjurkan karena justru menghambat pemulihan fungsi vestibluer (Prasti Pirawati, 2004). Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo (Prasti Pirawati, 2004). B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a) Aktivitas/Istirahat Letih, lemah, malaise Keterbatasan gerak Ketegangan mata, kesulitan membaca Insomnia, bangun pada pagi hari dengan disertai nyeri kepala. Sakit kepala yang hebat saat perubahan postur tubuh, aktivitas (kerja) atau karena perubahan cuaca. b) Sirkulasi Riwayat hypertensi Denyutan vaskuler, misal daerah temporal.

21 Pucat, wajah tampak kemerahan. c) Integritas Ego Faktor-faktor stress emosional/lingkungan tertentu Perubahan ketidakmampuan, keputusasaan, ketidakberdayaan depresi Kekhawatiran, ansietas, peka rangsangan selama sakit kepala Mekanisme refresif/dekensif (sakit kepala kronik). d) Makanan dan cairan Makanan yang tinggi vasorektiknya misalnya kafein, coklat, bawang, keju, alkohol, anggur, daging, tomat, makan berlemak, jeruk, saus, hotdog, MSG (pada migrain). Mual/muntah, anoreksia (selama nyeri) Penurunan berat badan e) Neurosensoris Pening, disorientasi (selama sakit kepala) Riwayat kejang, cedera kepala yang baru terjadi, trauma, stroke. Aura ; fasialis, olfaktorius, tinitus. Perubahan visual, sensitif terhadap cahaya/suara yang keras, epitaksis. Parastesia, kelemahan progresif/paralysis satu sisi tempore Perubahan pada pola bicara/pola pikir Mudah terangsang, peka terhadap stimulus. Penurunan refleks tendon dalam Papiledema. f) Nyeri/ kenyamanan Karakteristik nyeri tergantung pada jenis sakit kepala, misal migrain, ketegangan otot, cluster, tumor otak, pascatrauma, sinusitis. Nyeri, kemerahan, pucat pada daerah wajah. Fokus menyempit Fokus pada diri sendiri Respon emosional / perilaku tak terarah seperti menangis, gelisah. Otot-otot daerah leher juga menegang, frigiditas vokal. g) Keamanan

22 Riwayat alergi atau reaksi alergi Demam (sakit kepala) Gangguan cara berjalan, parastesia, paralisis Drainase nasal purulent (sakit kepala pada gangguan sinus). h) Interaksi sosial Perubahan dalam tanggung jawab/peran interaksi sosial yang berhubungan dengan penyakit. i) Data Subjektif : Pusing, kepala terasa ringan Rasa terapung, terayun Mual j) Gejala objektif : Keringat dingin Pucat Muntah Sempoyongan waktu berdiri atau berjalan Nistagmus 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul : 1) Nyeri akut berhubungan dengan tekanan saraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan klien menyatakan nyeri. 2) Risiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan berupa ataksia dan pusing. 3) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan wajah klien tampak gelisah. 4) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah ditandai dengan kulit kering. 5) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake nutrisi oral ditandai dengan klien tidak nafsu makan karena rasa mual. 3. Rencana Asuhan Keperawatan

23 No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil 1 Nyeri akut Setelah dilakukan berhubungan tindakan keperawatan dengan tekanan selama x 24 jam saraf, vasospressor, nyeri klien berkurang peningkatan dengan kriteria hasil: intrakranial NOC Label : ditandai dengan Pain Control klien menyatakan Nyeri klien nyeri. berkurang dengan skala 0-3 (sedang). Wajah klien tampak rileks dan tenang. Menggunakan bantuan non farmokologi (teknik distraksi, relaksasi, guided imagery). Menggunakan obat analgesik. 2 Risiko cedera Setelah dilakukan berhubungan tindakan keperawatan dengan gangguan selama... x 24 jam keseimbangan diharapkan risiko berupa ataksia dan cedera klien pusing. berkurang dengan kriteria hasil : NOC Label : Risk Detection Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang meningkatkan cedera. Pasien membantu Intervensi NIC Label : Pain Management 1) Amati lokasi, karekateristik, derajat dan skala nyeri klien. 2) Amati tandatanda verbal respon nyeri klien. 3) Ajarkan teknik distraksi, relaksasi dan guided imagery. 4) Anjurkan klien untuk mentaati dan penggunaan obat analgesik dan mengawasinya. NIC Label : Environmental Management : Safety 1) Observasi faktorfaktor yang dapat berkonstribusi terhadap cedera. 2) Tingkatkan keamanan lingkungan sesuai kebutuhan. Rasional NIC Label : Pain Management 1) Memantau perkembangan dan skala nyeri klien. 2) Mengetahui skala nyeri klien melalui tandatanda verbal yang ditunjukkan. 3) Membantu klien mengalihkan perasaan nyerinya dan mengurangi ketergantungan akan obat analgesik. 4) Membantu mengurangi nyeri klien. NIC Label : Environmental Management : Safety 1) Untuk meningkatkan kesadaran klien, anggota keluarga dan pemberi asuhan. 2) Tindakan tersebut akan mampu mengaktifkan koping terhadap lingkungan yang tidak familiar.

24 4. Evaluasi No. Dx Diagnosa Keperawatan Evaluasi 1. Nyeri akut berhubungan S : Klien mengatakan nyerinya berkurang dengan tekanan saraf, vasospressor, peningkatan intrakranial ditandai dengan klien menyatakan nyeri. 2. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan keseimbangan berupa ataksia dan pusing. 3. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan ditandai dengan wajah klien tampak gelisah. 4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual, muntah ditandai dengan kulit kering. 5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan intake nutrisi oral ditandai dengan klien tidak nafsu makan karena rasa mual. DAFTAR PUSTAKA dengan skala ringan. O : Wajah klien tampak tenang dan rileks. A : Intervensi tercapai sebagian. P : Lanjutkan intervensi. S : Klien mengatakan mampu mengontrol pusingnya dan jatuhnya. O : Perawat meilhat klien mampu memilih tempat untuk jatuh. A : Intervensi tercapai sebagian. P: Lanjutkan intervensi. S : Klien tidak merasa cemas lagi akan penyakitnya dan mengetahui kondisi penyakitnya. O : Raut wajah klien tidak tegang lagi. A : Intervensi tercapai sebagian. P : Lanjutkan intervensi. S : Klien mengatakan sudah tidak merasa haus lagi. O : Turgor kulit klien elastis dan mukosa bibir lembab A : Tujuan tercapai. P : Pertahankan kondisi klien dan lanjutkan perawatan. S : Klien mengatakan sudah mau makan dengan jumlah yang ditentukan. O : Perawat melihat klien makan dengan lahap. A : Intervensi tecapai. P: Pantau kondisi klien.

25 Joanne McCloskey, dkk Nursing Intervention Classification (NIC). United States of America: Mosby Nanda Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi Jakarta: EGC Odesyafar Vertigo. : 15 Januari 2012] Prasti Pirawati, L. Yvonne Siboe Terapi Akupunktur untuk Vertigo. apiakupunkturuntukvertigo.html[akses : 15 Januari 2012] Sue Moorhead, dkk Nursing Outcame Classification (NOC). United States of America: Mosby Sugeng Santoso Penyakit Vertigo. : 14 Januari 2012] Thia Vertigo. : 15 Januari 2012]

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru

V E R T I G O. Yayan A. Israr, S. Ked. Author : Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru V E R T I G O Author : Yayan A. Israr, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Arifin Achmad General Hospital of Pekanbaru Pekanbaru, Riau 2008 Avaliable in : Files of DrsMed FK UNRI (Http://yayanakhyar.wordpress.com)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang mendambakan untuk dapat memiliki hidup yang sehat, sehingga dapat melakukan aktifitas kehidupan sehari-harinya dengan baik. Karena tanpa kesehatan yang

Lebih terperinci

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo

Definisi Vertigo. Penyebab vertigo Definisi Vertigo Vertigo adalah perasaan yang abnormal mengenai adanya gerakan penderita terhadap lingkungan sekitarnya atau lingkungan sekitar terhadap penderita, dengan gambaran tiba-tiba semua terasa

Lebih terperinci

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1

Nyeri. dr. Samuel Sembiring 1 Nyeri Nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang sedang terjadi atau telah terjadi atau yang digambarkan dengan kerusakan jaringan. Rasa sakit (nyeri) merupakan keluhan

Lebih terperinci

BAHAN AJAR VERTIGO. Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS

BAHAN AJAR VERTIGO. Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS BAHAN AJAR VERTIGO Nama Mata Kuliah/Bobot SKS : Sistem Neuropsikiatri / 8 SKS Standar Kompetensi : area kompetensi 5: landasan ilmiah kedokteran Kompetensi Dasar : menerapkan ilmu kedokteran klinik pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vertigo merupakan adanya sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh seperti rotasi (memutar) tanpa sensasi perputaran yang sebenarnya, dapat sekelilingnya terasa berputar

Lebih terperinci

Keluhan & gejala gangguan keseimbangan

Keluhan & gejala gangguan keseimbangan FISIOLOGI KLINIS SISTEM KESEIMBANGAN Devira Zahara DEPARTEMEN THT-KL FK USU / RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN Keluhan & gejala gangguan keseimbangan adanya rasa goyang (unsteadiness) rasa goyang setelah gerakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang

BAB I PENDAHULUAN. igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke dapat menyerang kapan saja, mendadak, siapa saja, baik laki-laki atau perempuan, tua atau muda. Berdasarkan data dilapangan, angka kejadian stroke meningkat secara

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN

LAPORAN TUGAS PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN LAPORAN TUGAS PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN Dokter Pembimbing : dr. Eka Dian Safitri, Sp. THT Disusun Oleh : Agung Kurniawan 2010730120 KEPANITERAAN KLINIK STASE THT RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA CEMPAKA PUTIH

Lebih terperinci

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang

Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang MENIERE S DISEASE Pendahuluan Meniere s disease atau penyakit Meniere atau dikenali juga dengan hydrops endolimfatik. Penyakit Meniere ditandai dengan episode berulang dari vertigo yang berlangsung dari

Lebih terperinci

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS

Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Materi 13 KEDARURATAN MEDIS Oleh : Agus Triyono, M.Kes Pengertian Kedaruratan medis adalah keadaan non trauma atau disebut juga kasus medis. Seseorang dengan kedarutan medis dapat juga terjadi cedera.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak disebabkan kerusakan di dalam otak. Namun, dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. tidak disebabkan kerusakan di dalam otak. Namun, dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vertigo merupakan salah satu gangguan yang paling sering dialami dan menjadi masalah bagi sebagian besar manusia. Umumnya keluhan vertigo menyerang sebentar saja;

Lebih terperinci

asuhan keperawatan Tinnitus

asuhan keperawatan Tinnitus asuhan keperawatan Tinnitus TINNITUS A. KONSEP DASAR PENYAKIT 1. DEFINISI Tinnitus adalah suatu gangguan pendengaran dengan keluhan perasaan mendengar bunyi tanpa rangsangan bunyi dari luar. Keluhannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo

BAB I PENDAHULUAN. Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo berasal dari istilah latin, yaitu vertere yang berarti berputar, dan igo yang berarti kondisi. Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang secara definitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Massage adalah suatu cara penyembuhan yang menggunakan gerakan tangan atau alat terhadap jaringan tubuh yang lunak. Massage bertujuan memperbaiki sirkulasi,

Lebih terperinci

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio

Penyebab, gejala dan cara mencegah polio Friday, 04 March :26. Pengertian Polio Pengertian Polio Polio atau poliomyelitis adalah penyakit virus yang sangat mudah menular dan menyerang sistem saraf. Pada kondisi penyakit yang bertambah parah, bisa menyebabkan kesulitan 1 / 5 bernapas,

Lebih terperinci

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan PENGANTAR KESEHATAN DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY PENGANTAR Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan meningkatkan kesehatan, cara mencegah penyakit, cara menyembuhkan

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi

LAPORAN PENDAHULUAN Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi LAPORAN PENDAHULUAN I. Konsep kebutuhan mempertahankan suhu tubuh normal I.1 Definisi kebutuhan termoregulasi Termoregulasi adalah suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi

Lebih terperinci

DIAGNOSIS VERTIGO. Muhammad Akbar. Makalah dipresentasikan pada acara Symposium Epilepsy and Vertigo, Gedung IPTEK Unhas, tanggal 2 Juni 2013

DIAGNOSIS VERTIGO. Muhammad Akbar. Makalah dipresentasikan pada acara Symposium Epilepsy and Vertigo, Gedung IPTEK Unhas, tanggal 2 Juni 2013 0 DIAGNOSIS VERTIGO Muhammad Akbar Makalah dipresentasikan pada acara Symposium Epilepsy and Vertigo, Gedung IPTEK Unhas, tanggal 2 Juni 2013 BAGIAN ILMU PENYAKIT SARAF FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi) DEFINISI Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

Pusat Hiperked dan KK

Pusat Hiperked dan KK Pusat Hiperked dan KK 1. Gangguan pernafasan (sumbatan jalan nafas, menghisap asap/gas beracun, kelemahan atau kekejangan otot pernafasan). 2. Gangguan kesadaran (gegar/memar otak, sengatan matahari langsung,

Lebih terperinci

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus.

Telinga Luar. Dalam kulit kanal auditorius eksterna. Glandula seminurosa. Sekresi substansi lilin. serumen. tertimbun. Kanalis eksternus. Gangguan pendengaran Kelainan telinga dapat menyebabkan tuli konduktif, tuli sensorineural/saraf/perseptif, atau tuli campur. 1. Tuli konduktif disebabkan kelainan di telinga luar atau telinga tengah.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana seseorang atau benda

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana seseorang atau benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vertigo merupakan suatu fenomena yang terkadang sering ditemui di masyarakat. Vertigo adalah suatu gejala atau perasaan dimana seseorang atau benda di sekitarnya seolah-olah

Lebih terperinci

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY. R DENGAN VERTIGO DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA

STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY. R DENGAN VERTIGO DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN RASA NYAMAN PADA NY. R DENGAN VERTIGO DI RUANG BOUGENVIL RS PANTI WALUYO SURAKARTA DISUSUN OLEH : ELYSABETH NOVITA SARI NIM. P.09018 PROGRAM STUDI DIII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. umum dan spesialis yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. umum dan spesialis yang memeriksa seringkali memiliki pengetahuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo merupakan masalah kesehatan yang nyata pada masyarakat. Pasien mangalami kesulitan dalam mengungkapkan timbulnya gejala. Dokter umum dan spesialis yang memeriksa

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ASUHAN KEPERAWATAN PADA USILA DENGAN GANGGUAN SISTEM CARDIOVASKULER (ANGINA PECTORIS) ANGINA PECTORIS I. PENGERTIAN Angina pectoris adalah suatu sindrom klinis di mana pasien mendapat serangan sakit dada

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI

STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI STASE KDM LAPORAN PENDAHULUAN (LP) NYERI Oleh : Meivita Dewi Purnamasari, S.Kep KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

Lebih terperinci

Definisi Bell s palsy

Definisi Bell s palsy Definisi Bell s palsy Bell s palsy adalah penyakit yang menyerang syaraf otak yg ketujuh (nervus fasialis) sehingga penderita tidak dapat mengontrol otot-otot wajah di sisi yg terkena. Penderita yang terkena

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri

BAB II TINJAUAN TEORI. Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Hipertensi didefinisikan sebagai kenaikan secara pasti tekanan darah arteri pada angka 140/90 mmhg atau lebih. Dibedakan bahwa hipertensi sistolik mengarah pada tekanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global,

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam penyakit akibat gaya hidup yang tidak sehat sangat sering terjadi di masyarakat dewasa ini. Di tengah jaman yang semakin global, banyak stresor dan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia,

BAB 1. PENDAHULUAN. Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia, BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nyeri kepala mungkin merupakan bagian terbesar dari penderitaan manusia, Diperkirakan sekitar 90% manusia pernah mengalami minimal satu kali nyeri kepala berat yang

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan 1 BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan jaringan subkutan biasanya disebabkan oleh invasi bakteri melalui suatu area yang robek pada kulit,

Lebih terperinci

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE

LEAF. Book Bacaan ringkas & terpercaya. & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE LEAF Book Bacaan ringkas & terpercaya & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE & apa yang harus anda ketahui untuk mencegah STROKE Oleh: Yudi Garnadi [FamiliaMedika] Hak cipta milik Yudi Garnadi

Lebih terperinci

PROSES TERJADINYA MASALAH

PROSES TERJADINYA MASALAH PROSES TERJADINYA MASALAH ` PREDISPOSISI PRESIPITASI BIOLOGIS GABA pada sistem limbik: Neurotransmiter inhibitor Norepineprin pada locus cereleus Serotonin PERILAKU Frustasi yang disebabkan karena kegagalan

Lebih terperinci

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak.

- Seluruh perilaku, gerak dan aktivitas kita dikontrol oleh otak, yang terdiri dari bermilyard-milyard sel otak. Written by Dr. Aji Hoesodo Stroke adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya gangguan peredaran darah di otak. Stroke merupakan suatu kerusakan pada system sentral yang diawali dengan penyakit darah tinggi

Lebih terperinci

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya

Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes tipe 2 Pelajari gejalanya Diabetes type 2: apa artinya? Diabetes tipe 2 menyerang orang dari segala usia, dan dengan gejala-gejala awal tidak diketahui. Bahkan, sekitar satu dari tiga orang dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Muti ah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kejang demam adalah kejang yang terjadi karena adanya suatu proses ekstrakranium tanpa adanya kecacatan neurologik dan biasanya dialami oleh anak- anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan suatu penyakit kegawatdaruratan neurologis yang berbahaya dan dapat menyebabkan terjadinya disfungsi motorik dan sensorik yang berdampak pada timbulnya

Lebih terperinci

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya

Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Diabetes tipe 1- Gejala, penyebab, dan pengobatannya Apakah diabetes tipe 1 itu? Pada orang dengan diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat membuat insulin. Hormon ini penting membantu sel-sel tubuh mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia ( Depkes, 2015). Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia ( Depkes, 2015). Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak di dunia ( Depkes, 2015). Hasil Sensus Penduduk (SP) 2010 menunjukkan bahwa penduduk Indonesia

Lebih terperinci

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG

BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG BAB I DEFENISI A. LATAR BELAKANG Rumah sakit merupakan tempat pelayanan kesehatan secara bio,psiko,sosial dan spiritual dengan tetap harus memperhatikan pasien dengan kebutuhan khusus dengan melakukan

Lebih terperinci

(Assessment of The Ear)

(Assessment of The Ear) Pengkajian Pada Telinga (Assessment of The Ear) RIWAYAT KESEHATAN Keluhan Utama Riwayat Kesehatan Masa Lalu Pola Hidup dan Psikososial Review System 1. Keluhan Utama Kehilangan Pendengaran Nyeri Drainase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan sistem simbol (Wilkinson, 2012) keseluruhan terhenti. Hal ini disebabkan oleh aterosklerosis yaitu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG KASUS Hambatan komunikasi verbal adalah penurunan, keterlambatan, atau tidak adanya kemampuan untuk menerima, memproses, menghantarkan, dan menggunakan sistem simbol

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah nyeri kepala (Migren) dan low back pain menurut Abdulbar Hamid dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah nyeri kepala (Migren) dan low back pain menurut Abdulbar Hamid dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo adalah suatu bentuk gangguan orientasi ruang dimana perasaan dirinya bergerak berputar atau bergelombang terhadap ruang disekitarnya (Vertigo Subjektif) atau

Lebih terperinci

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita

PMR WIRA UNIT SMA NEGERI 1 BONDOWOSO Materi 3 Penilaian Penderita Saat menemukan penderita ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menentukan tindakan selanjutnya, baik itu untuk mengatasi situasi maupun untuk mengatasi korbannya. Langkah langkah penilaian pada penderita

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG

LAPORAN PENDAHULUAN. PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KASUS CKR (Cedera Kepala Ringan) DI RUANG ICU 3 RSUD Dr. ISKAK TULUNGAGUNG A. DEFINISI CKR (Cedera Kepala Ringan) merupakan cedera yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar

Tips Mengatasi Susah Buang Air Besar Susah buang air besar atau lebih dikenal dengan nama sembelit merupakan problem yang mungkin pernah dialami oleh anda sendiri. Banyak yang menganggap sembelit hanya gangguan kecil yang dapat hilang sendiri

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT MATERNITAS: EKLAMPSIA NIKEN ANDALASARI Pengertian Eklampsia Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika preeklampsia memburuk menjadi kejang (Helen varney;

Lebih terperinci

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA

GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA GLUKOMA PENGERTIAN GLAUKOMA Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan di dalam bola mata meningkat, sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan. 1 Terdapat

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen

BAB I PENDAHULUAN. suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang di akibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak (Baughman, C Diane.dkk, 2000). Menurut europen stroke initiative (2003),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada. kelompok umur tahun, yakni mencapai 15,9% dan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke merupakan penyebab kematian tertinggi pada kelompok umur 45-54 tahun, yakni mencapai 15,9% dan meningkat menjadi 26,8% pada kelompok umur 55-64 tahun. Prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir

BAB I PENDAHULUAN. yang memompa dengan kuat dan arteriol yang sempit sehinggga darah mengalir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri. Hipertensi dihasilkan dari dua faktor utama yaitu jantung yang memompa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai dengan hilangnya sirkulasi darah ke otak secara tiba-tiba, sehingga dapat mengakibatkan terganggunya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis VII. Gejala tampak pada wajah, jika berbicara atau berekspresi maka salah satu sudut wajah tidak ada

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. I. Rencana Tindakan Keperawatan 1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi. a. Tekanan darah siastole

Lebih terperinci

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut

Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut Konsep kenyamanan Menurut beberapa teori keperawatan, kenyamanan adalah kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. Pernyataan tersebut didukung oleh Kolcaba yang mengatakan

Lebih terperinci

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi)

Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Hipertensi (Tekanan Darah Tinggi) Data menunjukkan bahwa ratusan juta orang di seluruh dunia menderita penyakit hipertensi, sementara hampir 50% dari para manula dan 20-30% dari penduduk paruh baya di

Lebih terperinci

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah

Gejala Awal Stroke. Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Gejala Awal Stroke Link Terkait: Penyumbatan Pembuluh Darah Bermula dari musibah yang menimpa sahabat saya ketika masih SMA di Yogyakarta, namanya Susiana umur 52 tahun. Dia sudah 4 hari ini dirawat di

Lebih terperinci

Vertigo. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K)

Vertigo. DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Vertigo DR. Dr. Wiratno, Sp.THT-KL (K) Pendahuluan Vertigo merupakan masalah yang menyebabkan kesulitan bagi dokter maupun pasien Pasien sulit menjelaskan keluhannya (simptom), dokter juga sulit menangkap

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN RASA NYAMAN (NYERI) Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi Di Susun Oleh: EKO BUDIARTO NIM : 2016131022 PROGRAM PROFESI NERS

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. NIKEN ANDALASARI KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks,

Lebih terperinci

Pencegahan Primer, Sekunder & T ersier (Sistem Neurobehavi. dr. Riska Yulinta V, MMR

Pencegahan Primer, Sekunder & T ersier (Sistem Neurobehavi. dr. Riska Yulinta V, MMR Pencegahan Primer, Sekunder & T ersier (Sistem Neurobehavi or) dr. Riska Yulinta V, MMR Pengertian Neurologi neuro: syaraf logi (logos): ilmu Neurologi adalah ilmu yang mempelajari tentang syaraf dan berbagai

Lebih terperinci

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol

OBAT KARDIOVASKULER. Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung. Kadar lemak di plasma, ex : Kolesterol OBAT KARDIOVASKULER Kardio Jantung Vaskuler Pembuluh darah Obat yang bekerja pada pembuluh darah dan jantung Jenis Obat 1. Obat gagal jantung 2. Obat anti aritmia 3. Obat anti hipertensi 4. Obat anti angina

Lebih terperinci

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4.

memfasilitasi sampel dari bagian tengah telinga, sebuah otoscope, jarum tulang belakang, dan jarum suntik yang sama-sama membantu. 4. KONSEP MEDIK A. Pengertian Mastoiditis Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial (Brunner & Suddarth, 2002). Nyeri

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll

C. Penyimpangan Tidur Kaji penyimpangan tidur seperti insomnia, somnambulisme, enuresis, narkolepsi, night terrors, mendengkur, dll Asuhan Keperawatan Dalam Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Dan Tidur 1.2.1 Pengkajian Aspek yang perlu dikaji pada klien untuk mengidentifikasi mengenai gangguan kebutuhan istirahat dan tidur meliputi pengkaiian

Lebih terperinci

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom?

Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Apa Obat Diabetes Untuk Komplikasi Neuropati Otonom? Neuropati otonom Neuropati otonom mempengaruhi saraf otonom, yang mengendalikan kandung kemih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyeri kepala (migrain) dan low back pain. Menurut Abdulbar Hamid dalam

BAB I PENDAHULUAN. nyeri kepala (migrain) dan low back pain. Menurut Abdulbar Hamid dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertigo menduduki peringkat ketiga sebagai keluhan terbanyak setelah nyeri kepala (migrain) dan low back pain. Menurut Abdulbar Hamid dalam presentasinya di The 3rd

Lebih terperinci

SINDROMA GUILLAINBARRE

SINDROMA GUILLAINBARRE SINDROMA GUILLAINBARRE Dosen pembimbing: dr. Fuad Hanif, Sp. S, M.Kes Vina Nurhasanah 2010730110 Definisi Sindroma Guillian Barre adalah suatu polineuropati yang bersifat akut yang sering terjadi 1-3 minggu

Lebih terperinci

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA

CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA CHECKLIST ANAMNESIS KASUS NYERI KEPALA No. Aspek yang Dinilai Contoh/Parameter 1. Mengucap salam...assalamualaikum wr wb... 2. Memperkenalkan diri dan membina sambung rasa...perkenalkan saya Andi saya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016

LAPORAN KASUS. Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober November 2016 LAPORAN KASUS Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kesehatan THT-KL Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kudus Periode 17 Oktober 2016 12 November 2016 MENIERE S DISEASE Pembimbing: dr. Agus Sudarwi, Sp. THT-KL

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Depresi Depresi adalah suatu gangguan suasana perasaan (mood) yang mempunyai gejala utama afek depresi, kehilangan minat dan kegembiraan, dan kekurangan energi yang menuju meningkatnya

Lebih terperinci

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian Myalgia adalah nyeri otot yang merupakan gejala dari banyak penyakit dan gangguan pada tubuh. Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. kecacatan yang lain sebagai akibat gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008). BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit atau gangguan fungsional otak berupa kelumpuhan saraf (deficit neurologic) akibat terhambatnya aliran darah ke otak (Junaidi, 2011). Menurut Organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Definisi Kecemasan adalah sinyal peringatan; memperingatkan akan adanya bahaya yang akan terjadi dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi

Lebih terperinci

Sistem Saraf Tepi (perifer)

Sistem Saraf Tepi (perifer) SISTIM SYARAF TEPI Sistem Saraf Tepi (perifer) Sistem saraf tepi berfungsi menghubungkan sistem saraf pusat dengan organ-organ tubuh Berdasarkan arah impuls, saraf tepi terbagi menjadi: - Sistem saraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis merupakan suatu bentuk penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme gula

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI A. PENGERTIAN Chikungunya berasal dari bahasa Shawill artinya berubah bentuk atau bungkuk, postur penderita memang kebanyakan membungkuk

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Pengertian

Pendahuluan. Bab Pengertian Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia (lansia) diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2

Lebih terperinci

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari

KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR. Niken Andalasari KEBUTUHAN ISTIRAHAT DAN TIDUR Niken Andalasari 1 Kebutuhan Istirahat dan tidur Istirahat sangat luas jika diartikan meliputi kondisi santai, tenang, rileks, tidak stress, menganggur,.. Namun tidak berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke merupakan sindrom klinis dengan gejala gangguan fungsi otak secara fokal dan atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih dan dapat mengakibatkan kematian atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke sebagaimana pernyataan Iskandar (2004) Stroke sering menimbulkan permasalahan yang kompleks, baik dari segi kesehatan, ekonomi, dan sosial, serta membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci