BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Tujuan"

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pengukuran biokimia komponen spesifik darah dan air seni merupakan indikator penting keadaan metabolik dan dipakai dalam diagnosis penyakit dan pengobatan, sebuah contoh adalah diabetes mellitus, yang menyebabkan abnormalitas nyata pada metabolism. Diabetes mellitus, menempati urutan ketiga sebagai penyebab kematian di Amerika. Keadaan ini relatif umum : kira-kira 5 persen manusia di Amerika menunjukkan beberapa tingkatan abnormalitas dalam metabolisme glukosa yang menunjukkan diabetes atau kecenderungan mendekati diabetes. Diabetes mellitus benar-benar merupakan kelompok penyakit dimana aktivitas pengaturan insulin mungkin terlambat dalam berbagai hal. Gejala karakteristik diabetes adalah rasa haus dan urinasi yang berlebihan (polysuria), menyebabkan sering minum air dalam jumlah tinggi (polydipsia), perubahan ini disebabkan oleh ekskresi glukosa dalam jumlah besar kedalam air seni, kondisi ini diketahui sebagai glukosuria. Batasan diabetes mellitus berarti kelebihan ekskresi air seni manis. Dalam keadaan parah yaitu, diabetes mellitus yang tidak dikontrol, jumlah glukosa dalam urine dapat melebihi 100 g per 24 jam. Sedangkan pada individu normal hanya sedikit yang dikeluarkan. Jumlah urine yang besar pada diabetes menggambarkan kebutuhan ginjal untuk mengeluarkan sejumlah air bersama-sama dengan glukosa sejak kapasitas ginjal untuk membersihkan larutan pada urine ada batasnya. Pengukuran sejumlah glukosa dalam sekskresi urine dalam waktu 24 jam adalah salah satu uji diagnosis untuk diabetes. Oleh karena itu, dilakukan percobaan ini untuk mengetahui perbedaan urine yang normal dan urine yang terinfeksi diabetes mellitus, mengetahui kadar glukosa dalam urine yang terinfeksi diabetes mellitus secara seni kuantitatif dan untuk mengetahui perubahan urin diabetes ketika ditambah Benedict. Sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dalam mendeteksi penyakit diabetes dari sejak dini. 1.2 Tujuan

2 - Mengetahui penilaian sampel urin normal dan urin diabetes terhadap tabel penafsiran. - Mengetahui kelebihan dari uji Benedict yang digunakan untuk percobaan ini. - Mengetahui hasil reaksi uji Benedict terhadap sampel urin dan larutan glukosa. 1.3 Prinsip percobaan Mengidentifikasi karbohidrat (glukosa) melalui reaksi gula reduksi terhadap sampel urin normal dan urin penderita diabetes. Larutan alkali dari tembaga direduksi oleh gula yang mengandung gugus aldehida atau keton bebas, dengan membentuk kuprooksida berwarna. Pereaksi Benedict yang merupakan campuran dari kupri sulfat dan larutan basa kuat yaitu natrium karbonat dan natrium sulfat. Uji Benedict dilakukan pada suasana basa yang menyebabkan basa terjadinya transformasi isomerik. Pada suasana basa, reduksi ion W 2+ dan CuSO 4 oleh gula reduksi akan berlangsung dengan cepat membentuk Cu 2 O yang merupaka endapan merah bata. Dimana pada urin normal akan berwarna biru yang menandakan tidak terdapat glukosa pada urin dan pada urin penderita diabetes akan menghasilkan endapan merah bata (Cu 2 O) yang menandakan urin penderita diabetes mengandung glukosa.

3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang mengandung atom hydrogen dan oksigen dengan rumus umum C n (H 2 O) n. Karbohidrat merupakan sumber energi dan penyusun struktur sel. Pada tanaman dan ganggang yang memiliki klorofil (zat hijau daun), karbohidrat dibentuk dari air dan karbondioksida yang terdapat di udara dengan bantuan energi matahari melalui proses fotosintesis. Tanaman yang mengandung banyak karbohidrat sebagai cadangan makanannya, dapat digunakan oleh manusia dan hewan sebagai sumber karbohidrat (Maria, 2010). Didalam ilmu biokimia terdapat beberapa jenis karbohidrat yang memiliki peranan penting, antara lain monosakarida (glukosa, fruktosa, galaktosa, ribosa), disakarida (laktosa, sukrosa, maltosa) dan polisakarida (glikogen pada hewan dan selulosa pada tanaman). Uji kualitatif dapat dilakukan untuk mengetahui jumlah kandungan karbohidrat dalam suatu bahan (Maria, 2010). Setelah mengadakan penelitian yang mendalam, banting dan Best pada tahun 1922 memperoleh insulin, suatu hormone yang diproduksi dalam sel pancreas, yaitu pada sel-sel langerhans atau Pulau-pulau Langerhans. Sebagian sel-sel pancreas. Disamping itu ada sekelompok kecil sel-sel yang letaknya tidak teratur yang ditemukan oleh Langerhans pada tahun Sel-sel tersebut selanjutnya disebut sel-sel atau pulau-pulau Langerhans. Fungsi insulin adalah merangsang sintesis enzim-enzim lemak dalam hati, misalnya kinase pirurat, glukokinas dan fosfofruktokinase. Disamping itu insulin juga berfungsi sebagai penghambat atau penekan terbentuknya enzim-enzim glukonegenik, misalnya glukosa-6-fosfatase, fruktosa-1,6-difosfatase dan karboksilase pirurat. Dengan demikian insulin dapat mengendalikan proses metabolism karbohidrat dan karenanya kadar glukosa dalam darah orang normal relative konstan (Poedjiadi, 2007). Insulin adalah suatu protein dengan bobot molekul sebesar 5734 dan mempunyai titik isolistrik pada ph 5,3 sampai 5,36. Hormon ini dengan alkali dapat bereaksi dan menimbulkan ammonia dan karenanya menjadi tidak aktif lagi.

4 Enzim proteolitik yang dapat memecahkan protein juga dapat memecah protein juga dapat merusak insulin (Poedjiadi, 2007). Kekurangan hormon insulin dalam tubuh mengakibatkan penurunan aktivitas enzim dalam proses glikolisis dan dengan demikian kadar glukosa menjadi lebih tinggi daripada keadaan normal (Poedjiadi, 2007). Disamping perannya dalam penggunaan glukosa bagi tubuh, insulin juga mempunyai pengaruh pada metabolisme protein dan asam nukleat. Sebagai contoh insulin mempermudah masuknya asam amino ke dalam sel, meningkatkan sintesis protein dalam ribosom dan mempengaruhi pembentukan mrna (Poedjiadi, 2007). Di dalam sel, katabolisme monosakarida glukosa, fruktosa dan galaktosa pertama kali dilakukan oleh enzim-enzim glikolisis yang larut dalam sitoplasma. Glikolisis (Gluko; Glukosa : lisis; penguraian) adalah proses penguraian karbohidrat (glukosa) menjadi piruvat. Reaksi penguraian ini terjadi didalam keadaan ada atau tanpa oksigen. Bila ada oksigenasam piruvat akan dioksida lebih lanjut menjadi CO 2 dan air misalnya pada hewan, tanaman dan banyak sel mikroba yang berada pada kondisi aerobic. Bila tanpa oksigen, asam piruvat akan diubah menjadi etanol (fermentasi alcohol) pada ragi atau menjadi asam laktat pada otot manusia yang terkontraksi (Toha, 2007). Salah satu faktor penting dalam metabolisme ini ialah kadar gula dalam darah yang relatif konstan. Bila orang makan makanan sumber karbohidrat, maka glukosa yang terjadi diserap oleh darah melalui dinding usus. Dengan demikian pada saat dimana kadar glukosa dalam darah bertambah. Agar kadar glukosa dalam darah konstan, maka pancreas mengeluarkan hormone insulin. Hormone ini menyebabkan penguraian glikogen menjadi glukosa diperlambat. Sebaliknya apabila kadar glukosa dalam darah rendah, maka pancreas mengeluarkan hormone glukogen yang bekerjanya kebalikan dari insulin yaitu menaikkan kadar glukosa. Demikian pula kelenjar pituitari atau hipopisis mengeluarkan hormone pertumbuhan yang juga menaikkan kadar glukosa dalam darah (Mayasari, 2012). Air seni atau urine adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urine ini diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal, serta untuk menjaga homeostatis cairan tubuh. Urine yang disaring

5 didalam ginjal tersebut lalu dibawa melalui ureter menuju kantung kemih, kemudian dibuang keluar tubuh melalui uretra (Tilong, 2012). Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan ruterstial. Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi, yakni ketika molekul yang penting bagi tubuh, misalnya glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa. Cairan yang tersisa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar dari tubuh (Tilong, 2012). Materi yang terkandung di dalam urine dapat diketahui melalui urinalisis. Urea yang terkandung dalam urine dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos. Secara umum, urine dianggap sebagai zat yang kotor. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urine tersebut berasal dari ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi sehingga urine pun mengandung bakteri. Namun, jika berasal dari ginjal dan saluran kencing yang dihasilkan berasal dari urea (Tilong, 2012). Urine normal biasanya memiliki warna yang bervariasi mulai kuning jernih sampai kuning pucat, tekandung pada kadar air pada urine. Warna kuning yang khas pada urine disebabkan oleh ekskresi pigmen yang berasal dari darah yang disebut uronchrome. Dalam konteks ini, perlu diketahui bahwa terjadinya peubahan warna urine yang bersifat sementara bisa disebabkan oleh pewarna makanan buatan yang tidak baik atau bisa juga akibat resep obat tertentu yang dikonsumsi oleh tubuh. Ada kalanya, perubahan warna urine yang abnormal tersebut patut diwaspadai karena dapat menjadi gejala terjadinya gangguan kesehatan. Meskipun demikian, warna urine abnormal belum tentu juga teridentifikasi penyakit berat, melainkan bisa saja disebabkan oleh hasil metabolisme tubuh abnormal yang berasal dari satu jenis makanan atau sedang mengonsumsi obat-obatan. Selain warna, bau urine juga dapat dijadikan tanda adanya gangguan dalam tubuh. Maka dari itu, dapat ditegaskan bahwa urine bisa melambangkan jenis penyakit. Analisis terhadap urine untuk mengetahui kondisi kesehatan dilakukan melalui proses yang disebut urinalisis. Proses tersebut dilakukan untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine. Itulah sebabnya dokter kerap meminta melakukan tes urine, meskipun pasien tidak memiliki keluhan yang berkaitan dengan urine. Dengan tes urine, dokter dapat mengetahui berbagai hal

6 yang terjadi didalam tubuh. Anda juga dapat melakukan pemeriksaan urine tanpa melibatkan pihak ahli medis yaitu dengan memperhatikan urine anda pada saat melakukan buang air kecil (Tilong, 2012). Diabetes mellitus atau penyakit kencing manis atau penyakit gula dapat terjadi ketika kondisi tubuh tidak mampu menghasilkan insulin (hormone pengatur gula darah) atau insulin yang dihasilkan tidak mencukupi atau insulin tidak bekerja dengan baik. Dalam kondisi ini, kadar gula dalam darah menjadi tinggi karena tidak dapat digunakan oleh tubuh. Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Maka dari itu, air seni penderita diabetes mellitus mengandung gula sehingga sering dikerubuti semut. Saat menjalankan puasa, kandungan atau kadar gula penderita penyakit ini lebih dari 126 mg/dl, sedangkan saat tidak berpuasa, lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normal (tidak terkena diabetes mellitus) kadar gula berkisar mg/dl (Tilong, 2012). Berdasarkan informasi dari World Health Organization (WHO), diabetes mellitus memiliki beberapa jenis yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes mellitus tipe 2 dan diabetes mellitus tipe 3 (Tilong, 2012). Diabetes mellitus tipe 1 ialah diabetes yang tergantung pada insulin. Tipe ini berkembang jika sel-sel beta pancreas memproduksi insulin terlalu sedikit atau bahkan tidak memproduksi sama sekali. Diabetes jenis ini biasanya menjangkit seseorang sebelum ia berusia 40 tahunan, bahkan termasuk pada anak-anak (Tilong, 2012). Sampai saat ini, diabetes mellitus tipe 1 tidak dapat dicegah, karena penyebabnya bukan daripada makanan yang tidak sehat, melainkan adanya kesalahan reaksi tautoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Diet dan olahraga sekalipun tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe ini. Kebanyakan penderita diabetes tipe ini memiliki kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit tersebut mulai dideritanya. Selain itu, sensivitas maupun respons tubuh tetap normal, terutama pada tahap awal (Tilong, 2012). Sedangkan diabetes mellitus tipe 2 dikenal sebagai diabetes mellitus yang tidak tergantung pada insulin. Diabetes tipe ini berkembang ketika tubuh mampu menghasilkan insulin, tetapi tidak dapat memenuhinya. Atau bisa juga disebabkan

7 oleh insulin yang dihasilkan mengalami resistansi sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Sekitar 90-95% penderita diabetes termasuk dalam diabetes ini (Tilong, 2012). Adapun jenis yang ketiga, diabetes mellitus tipe 3, disebut sebagai diabetes gestasional. Munculnya diabetes ini diakibatkan oleh kombinasi dari kemampuan reaksi dan pengeluaran hormone insulin yang tidak cukup. Biasanya, diabetes tipe ini terjadi bahwa kehamilan dan dapat msembuh setelah melahirkan. Diabetes tersebut dimungkinkan dapat merusak kesehatan janin atau itu dan hanya sekitar 20-50% dari wanita penderita diabetes tersebut dapat bertahan hidup (Tilong, 2012). Pemeriksaan urine tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang ginjal dan saluran urin, tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam tubuh seperti hati, saluran empedu, pancreas, cortex, adrenal dan lain-lain (Gandasoebrata, 1984). Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan urine itu tidak banyak berbeda dari susunan pemeriksaan dengan sampel-sampel urin dari orang itu pada saat-saat yang tidak menentu di waktu siang atau malam akan kita lihat bahwa susunan sampel urin dapat berbeda jauh dari sampel lain. Itu sebabnya maka penting sekali untuk memilih sampel urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan (Gandasoebrata, 1984). Jika urin disimpan mungkin terjadi perubahan susunan oleh kumankuman. Kuman-kuman biasanya ada karena urin untuk pemeriksaan biasa tidak dikumpulkan dan ditampung secara steril. Untuk mengecilkan kemungkinan perubahan itu, simpanlah urin pada suhu 4 o C sebaiknya dalam lemari es, dalam botol-botol tertutup (Gandasoebrata, 1984). Kuman-kuman mencerna ureum dengan membentuk ammonia dan karbondioksida, ammonia menyebabkan ph urin menjadi lindi dan terjadilah pengendapan kalsium dan magnesium fosfat. Reaksi lindi juga merusak silinder. Sebagian dari ammonia hilang ke udara sehingga urin itu tidak dapat dipakai lagi untuk penetapan ureum. Selain itu juga glukosa akan dicerai oleh kuman-kuman sehingga hilang dari urin (Gandasoebrata, 1984).

8 Urin yang disimpan juga berubah susunannya tanpa adanya kuman : asam urat dan garam-garam urat mengendap, teristimewa pada suhu rendah. selain itu, urin simpanan berubah susunannya oleh proses-proses oksidasi, hidrolisis dan oleh pengaruh cahaya (fotodegradasi). Sebelum melakukan pemeriksaan, semua bahan yang mengendap harus dicampur lebih dulu dengan cairan atas lagi dengan mengocok urin itu (Gandasoebrata, 1984).

9 3.1 Alat dan Bahan Alat alat - Rak tabung reaksi - Tabung reaksi - Pipet tetes - Gelas Beaker - Bunsen - Penjepit Tabung - Sikat Tabung - Botol Semprot - Gelas Ukur - Hot Plate - Stopwatch - Kaki Tiga BAB 3 METODOLOGI PERCOBAAN Bahan bahan - Sampel Urin Normal - Sampel Urin Diabetes - Pereaksi Benedict - Sunlight - Spiritus - Glukosa 0,3% - Glukosa 0,75% - Glukosa 1,5% - Glukosa 2% - Glukosa 5% - Kertas label - Aquades - Korek Api - Tissue 3.2 Prosedur Percobaan Urin Normal - Disiapkan tabung reaksi - Dimasukkan pereaksi Benedict sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi - Ditambahkan Urin Normal sebanyak 10 tetes - Dipanaskan pada air mendidih hingga ± 2 menit - Didinginkan dan didiamkan selama ± 3 menit pada suhu ruang - Diamati perubahan warna yang terjadi dan endapan yang terbentuk - Dibandingkan dengan tabel penafsiran

10 3.2.2 Urin Diabetes - Disiapkan tabung reaksi - Dimasukkan pereaksi Benedict sebanyak 2 ml kedalam tabung reaksi - Ditambahkan Urin Diabetes sebanyak 10 tetes - Dipanaskan pada air mendidih hingga ± 2 menit - Didinginkan dan didiamkan selama ± 3 menit pada suhu ruang - Diamati perubahan warna yang terjadi dan endapan yang terbentuk - Dibandingkan dengan tabel penafsiran Larutan Glukosa - Dimasukkan pereaksi Benedict sebanyak 2 ml kedalam 6 tabung reaksi - Pada tabung 1 dimasukkan 10 tetes glukosa 0,3%, diaduk - Pada tabung 2, dimasukkan 10 tetes glukosa 0,75%, diaduk - Pada tabung 3, dimasukkan 10 tetes glukosa 1,5%, diaduk - Pada tabung 4, dimasukkan 10 tetes glukosa 2%, diaduk - Pada tabung 5, dumasukkan 10 tetes glukosa 5%, diaduk - Dipanaskan pada air mendidih selama 5 menit - Didinginkan dan didiamkan selama ± 3 menit pada satu ruang - Diamati perubahan warna dan endapan yang terbentuk - Dibandingkan dengan tabel penafsiran 3.3 Flowsheet Tabung Tabung 2

11

12 3.3.3 Tabung Tabung Tabung 5

13 3.2.6 Tabung Tabung 7

14

15 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan Tabel Pengamatan Perlakuan a. Tabung 1 - Diambil 2 ml pereaksi Benedict - Ditambahkan 10 tetes urin normal - Dipanaskan dalam air mendidih hingga ± 2 menit dan didinginkan pada suhu ruang - Didiamkan dan diamati perubahan - Dibandingkan dengan tabel b. Tabung 2 - Diambil 2 ml pereaksi Benedict - Ditambahkan 10 tetes urin diabetes Pengamatan Urin normal : kuning Larutan menjadi biru Menjadi larutan hijau tosca Ada endapan Urin : kuning kecokelatan Terjadi 2 fase, fase atas cokelat kebiruan, fase bawah larutan biru Setelah dipanaskan terbentuk Larutan hijau kekuningan (+) - Dipanaskan dalam air mendidih hingga ± 2 menit dan didinginkan pada suhu ruang - Didiamkan dan diamati perubahan - Dibandingkan dengan tabel Menjadi larutan biru Setelah dipanaskan larutan biru dan terdapat merah bata (+) c. Tabung 3 - Diambil 2 ml pereaksi Benedict - Ditambahkan 10 tetes glukosa 0,5% Menjadi larutan biru Larutan biru dengan endapan merah

16 - Dipanaskan dalam air mendidih hingga ± 2 menit dan didinginkan pada suhu ruang - Didiamkan dan diamati perubahan - Dibandingkan dengan tabel tafsiran d. Tabung 4 - Diambil 2 ml pereaksi Benedict - Ditambahkan 10 tetes glukosa 0.75% - Dipanaskan dalam air mendidih hingga ± 2 menit dan didinginkan pada suhu ruang - Didiamkan dan diamati perubahan - Dibandingkan dengan tabel penafsiran bata (++) Larutan biru Larutan bening kemerahan dengan endapan merah bata (+++) Larutan biru Larutan bening kemerahan dengan endapan merah bata (++++) e. Tabung 5 - Diambil 2 ml pereaksi Benedict - Ditambah 10 tetes glukosa 2,5 % - Dipanaskan dalam air mendidih hingga ± 2 menit dan didinginkan pada suhu ruang - Didiamkan dan diamati perubahan - Dibandingkan dengan tabel tafsiran Larutan biru Larutan jingga dengan endapan merah bata (+++++) f. Tabung 6 - Diambil 2 ml pereaksi

17 Benedict - Ditambahkan 10 tetes glukosa 5% - Dipanaskan dalam air mendidih hingga ± 2 menit dan didinginkan pada suhu ruang - Didiamkan dan diamati perubahan - Dibandingkan dengan tabel tafsiran g. Tabung 7 - Diambil 2 ml pereaksi Benedict - Ditambahkan 10 tetes glukosa 7,5% - Dipanaskan dalam air mendidih hingga ± 2 menit dan didinginkan pada suhu ruang - Didiamkan dan diamati perubahan - Dibandingkan dengan tabel penafsiran Tabel Penafsiran Penilaian Negatif Positif 1 (+1) Positif 2 (+2) Positif 3 (+3) Positif 4 (+4) Warna dan Kadar Tetap biru jernih / sedikit kehijau hijauan dan agak keruh Hijau kekuning kuningan dan keruh (sesuai dengan 0,3 - <1%) Kuning keruh / kuning kehijauan (1-1,5%) Jingga atau warna lumpur keruh (2-3,5%) Merah bata / merah keruh (>3,5%)

18 4.2 Reaksi Glukosa dengan benedict O O C H C OH H C OH H C OH HO H C C H OH + Cu OH - Benedict HO H C C H OH + Cu 2 O endapan merah bata H C OH H C OH CH 2 OH CH 2 OH Glukosa Bintang, Pembahasan Urinalisis adalah suatu analaisis atau tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis infeksi kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal serta memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hioertensi) dan skrining terhadap status kesehatan umum. Urin adalah cairan sisa yang dieksresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga hemeostatis cairan tubuh. Urin disaring didalam ginjal dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra. Volume dan komposisi urin dalam 24 jam bervariasi bergantung pada jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh. Tapi, pada keadaan normal volume urin adalah ml.

19 Komponen utama urin manusia secara normal 24 jam Perkiraan Nisbah Komponen Garam per 24 jam Konsetrasdi Urin Plasma Glukosa Asam Amino Amonia Urea Kreatinin Asam urat H + Na + K + Ca 2+ Mg 2+ Cl - HPO 4 2- SO 4 2- HCO 3 - <0,05 0,80 0, ,5 0,7 ph 5-8 3,0 1,7 0,2 0,15 6,3 1,2 gram P 1,4 gram S 0,3 <0,05 1, Sampai 300 1, , ,2 Secara umum urin yang noemal memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. Jumlah/ volume urin Pada keadaan normal volume urin selama 24 jam adalah ml. 2. ph urin ph urin dalam kondisi normal berkisar antara 4,6-8,0 dengan rata-rata 6,5. 3. Berat jenis urin Normal: 1,003-1,030, rata-rata 1, Warna urin Normalnya urin berwarna kuning muda hingga tua. 5. Bau urin Pada urin segar atau baru biasanya tidak berbau keras atau menyengat, tetappi pada urin yang telah lama dikeluarkan dari tubuh, uranium yang terkandung didalamnya akan diubah menajdi amoniak oleh bakteri yang ada urin, sehingga menimbulkan bau yang keras atau menyengat. 6. Kekeruhan urin Urin baru, normalnya berwarna jernih. Analisis terhadap urin untuk mengetahui kondisi kesehatan dilkaukan melalui proses yang disebut urinalisis. Proses tersebut dilakukan untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urine kumpulan sepanjang 24 jam pada seseorang, ternyata susunan itu tidak banyak berbefa dari susunan urin 24 jam berikutnya.

20 Kadar gula yang tinggi akan dibuang melalui air seni. Saat menjalankan pasa, kandungan atau kadar gula penertia penyakit diabetes melitus lebih dari 126 mg/dl, sedangakan saat tidak puasa, lebih dari 200 mg/dl. Pada orang normalm (tidak terkena diabetes melitus), kadar gula berkisar mg/dl. Jumlah urin 24 jam sangat berbeda dari seseorang ke orang lain. Banyak sekali faktor yang berpengaruh kepada diuresis itu, umpamanya umur, berat badan, kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didapat di daerah tropik jumlah urin 24 jam antara ml untuk orang dewasa. Nyatakanlah warna urin dengan perkataan seperti: tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah bercampur kuning, merah, coklat kuning bercampur hijau, putih serupa susu, dan sebagainya. Pada umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis; makin besar diuresis, makin muda warna urin itu. Biasanya warna normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa macam zat warna, terutama urochrom dan urobilin. Urin asam mengubah kertas lakmus yang biru menajdi merah. Urin lindi mengubah kertas lakmus merah menjadi biru; jika kelindian urin itu disebabkan oelh amoniak, warna biru hilang lagijika kertas itu dipanasi sedikit-sedikit sampai kering. Urin netral praktis tidak mengubah warna kertas lakmus, baik yang merah maupun yang biru. Meskipun tidak disebut sebagai pemeriksaan penyaring, baik selalu diperhatikan dan dilaporkan jika ada bau abnormal. Dalam hal ini pun harus di bedakan bau yang dati semula ada dari bau yang terjadi dalam urin yang dibiaskan tanpa pengawet. Biasanya hanya bau yang dari semula ada yang bermakna. Bau urin yang normal disebabkan untuk sebagian oleh asam-asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dari yang normal: 1. Oleh makanan yang mengandung zat-zat atsiri, seperti jengkol, petai, durian, asperse, dan lain-lain. Mudah dikenal dan bau iu ada dari semula. 2. Oleh obat-obatan sepertinya: terpentin, menthol, dan sebagainya. Telah ada dalam urin segar. 3. Bau amoniak oleh perombakan bakteriil dari ureum. Biasnayah terjadi dengan urin yang dibiarkan tanpa pengawet reaksi urin menjadi lindi. Kadang-kadang

21 juga oleh perombakan ureum di dalam kantong kencing oleh infeksi dengan bakteri tertentu. 4. Bau pada ketonuria; bau itu ada dari semula dan menyerupai bau buah-buahan atau bungan setengah layu (meskipun asetonlah yang banyak didapat, baunya berbedadari bau aseton murni). 5. Bau busuk. Kalau ada dari mula-mula mungkin berasal dari permbakan zat-zat protein, umpamanya pada carcinoma dalam saluran kencing. Mungkin pula tejadi oleh pembusukkan urin yang mengandung banyak protein di luar badan. Botol penampung (wadah) urin harus bersih dan kering. Adanya air dan kotoran dalam wadah berarti adanya kuman-kuman yang kelak berkembangan biak dalam urin dan mengubah susunannya. Wadah urin yang terbaik ialah yang berupa gelas bermulut lebar yang dapat disumbat rapat; sebaiknya pula urin dikeluarkan langsung ke dalam wadah itu. Sebuah wadah yang volumenya 300 ml, mencukupi untuk urin sewaktu; jika hendak mengumpulkan urin kumpulan, pakailah wadah yang lebih besar. Jika hendak memindahkan urin dari satu wadah ke dalam yang lain, kocoklah terlebih dulu, supaya segala endapan ikut serta pindah tempat. Jagalah juga jangan ada yang terbuang. Berilah kepada wadah etikat yang jelas memberi keterangan: nama orang, bangsal, tanggal, jenis urin, pengawet yang dipakai dan sebagainya. Wadah yang tidak dimaksdkan untuk pemeriksaan bakteriologi tidak perlu steril, asal mengindahkan syarat-syarat kebersihan. Pada urin orang yang berpuasa memiliki kadar gula yang rendah dibandingkan yang tidak berpuasa. Normalnya pada orang biasa apabila telah mengkonsumsi makanan maka gula darahnya akan tinggi sehingga pada saat analisis dapat mempengaruhi hasilnya. Orang normal yang seharusnya tidak di vonis terkena diabetes akan divonis terkena diabetes. Klasifikasi diabetes melitus berdasarkan etiologinya (ADA, 2003). 1. Diabetes Mellitus Tipe 1 Destruksi sel β umumnya menjurus ke arah defisiensi insulin absolut. Melalui proses imunologik (Otoimunologik) Idiopatik 2. Diabetes Mellitus Tipe 2

22 Bervariasi mulai yang perdominan resistensi insulin disertai definisiensi insulin relati sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin. 3. Diabetes Mellitus Tipe Lain A. Defek genetik fungsi sel β: B. Defek genetik kerja insulin C. Penyakit eksokrim pankreas D. Endokrinopati E. Diabetes karena obat/ zat kimia: Glukokortikoid, hormon tiroid, asam nikotinat, pentamidin, vacor, tiazid, dilautin, interferon. F. Diabetes karena infeksi G. Diabetes imunologi (jarang) H. Sindroma genetik lain: Sindroma Down, Klinefelter, Turner, Huntington, Chorea, Prader Willi. 4. Diabetes Mellitus Gestasional Diabetes mellitus yang muncul pada masa kehamilan umumnya bersifat sementara, tetapi merupakan faktor risiko untuk DM tipe 2 5. Pra-diabetes A. IFG (Impaired Fasting Glucose) = GPT (Glukosa Puasa Terganggu) B. IGT (Imppaired Glucose Tolerance) = TGT (Toleransi Glukosa Terganggu). Analisis terhadap urin untuk mengetahui kondisi kesehatan dilakukan melauli proses yang disebut urinalisis. Proses tersebut dilakukan untuk mengetahui zat-zat yang terkandung didalam urine. Secara kimiawi, komposisi urin adalah ammonia (0,05%), sulfat (0,18%), fosfat (0,12%), klorida (0,6%), magnesium (0.01%), potassium (0,6%), sodium (0,1%), kreatina (0,1%), uric acid (0,03%), urea (2%), dan air (95%). Selain itu, urine juga mengandung garam dapur serta zat-zat yang berlebihan dalam darah, misalnya vitamin C dan obat-obatan. Uji kadar urin dengan uji Benedict merupakan uji semi-kuantitatif, dikarenakan pereaksi Benedict merupakan reagens kualitatif dimana perbandingan banyaknya reagens dan urin penting dalam melakukan tes ini. Dikatakan semikuantitatif, masih terdapat analisis kualitatif pada test ini untuk memperhatikan perubahan warna yang terjadi. Penentuan kadar urine dengan uji Benedict, test ini merupakan analisis semi-kuantitatif dimana pada analisis ini masih terdapat analisis kualitatif yaitu memperhatikan perubahan warna yang terjadi dan endapan yang terbentuk terhadap sampel yang digunakan dan tabel penafsiran serta perbandingan

23 penggunaan reagen dan sampel yang merupakan bagian dari analisis kuantitatifnya. Pada percobaan ini dilakukan serangkaian analisis untuk menentukan kadar glukosa pada urine (normal & diabetes) dengan menggunakan uji Benedict. Penentuan kadar glukosa dalam urin ini menggunakan uji Benedict dikarenakan uji Benedict merupakan uji yang lebih spesifik terhadap uji fehling AB. Uji Benedict lebih spesifik dibandingkan dengan uji fehling dikarenakan pada uji Benedict tidak akan tereduksi oleh zat-zat lain selain glukosa sedangkan pada uji fehling AB akan dirediksi oleh adanya zat lain seperti kreatini atau asam urat sehingga dapat mengganggu hasil analisa. Dan pada pereaksi Benedict lebih sederhana dibandingkan pereaksi fehling AB dikareanakan pereaksi Benedict hanya terdiri darisatu jenis larutan dan fehling AB terdiri dari dua jenis larutan. Pada uji fehling AB akan tereduksi oleh kreatimin atau asam urat sehingga akan sedikit susah dalam menentukan kadar glukosa dalam urin. Sedangkan uji Benedict tidak akan tereduksi oleh kreatinin atau asam urat sehingga memudahkan kita untuk menentukan kadar urin. Dimana pereaksi Benedict hanya akan tereduksi oleh glukosa sehingga meghasilkan endapan merah bata pada hasil reaksi. Pada analisis ini digunakan larutan glukosa dengan berbagai konsentrasi (0,3%, ; 0,75% ; 1,5% ; 2% ; 5%), larutan ini akan digunakan sebagai standar untuk menentukan kadar glukosa pada sampel urine (normal & diabetes). Pada analisis ini digunakan sampel urin normal dan urin orang yang terkena diabetes. Pada urin normal tidak akan mengandung glukosa jika metabolisme tubuh baik & cepat. Adanya sedikit glukosa pada urin dapat disebabkan karena metabolisme tubuh yang lambat. Sedangkan pada urin diabetes kadar glukosa yang dihasilkan relative tinggi dikarenakan terdapat gangguan pada penderita yang menyebabkan rendahnya produksi hormon insulin pada penderita. Pada perlakuan sampel urin normal di uji kadar glukosanya sebanyak 2 ml pereaksi Benedict dimasukkan kedalam tabung reaksi. Digunakan pereaksi Benedict agak banyak, agar hasil analisa/reaksi dapat terlihat jelas dan dapat ditentukan secara kuantitatif kadar glukosa yang terkandung dalam urin. Jika digunakan seddikit pereaksi Benedict, maka glukosa yang akan mereduksi ion Cu 2+ masih akan sersisa. Pereaksi ini berwarna biru tua yang merupakan larutan

24 yang mengandung kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat. Kemudian dimasukkan sebanyak 10 tetes sampel urin normal kedalam tabung reaksi, kemudian dipanaskan didalam air mendidih salaam ± 2 menit. Diperlukan proses pemanasan pada percobaan ini dikarenakan pereaksi Benedict merupakan suatu oksidator lemah dimana melalui pemanasan akan mempercepat proses oksidasi glukosa, sehingga pembentukan endapan Cu 2 O akan berlangsung cepat & perubahan warna lebih tampak jelas perbedaan pada kadar yang bervariasi. Proses pemanasan ini akan membantu mempercepat proses reduksi dari Cu 2+, sehingga endapan merah bata akan semakin cepat terbentuk. Pada urin normal warna larutan berwarana hijau toska. Hal ini menandakan bahwa ada sebagian ion Cu 2+ dari pereaksi Benedict yang tereduksi menjadi Cu 2 O oleh glukosa, sehingga pada urin normal terdapat sedikit endapan kuning dan larutannya berwarna hijau toska. Pada perlakuan kedua, dilakukan hal yang sama untuk sampel urine diabetes. Dimana pada hasil reaksi, larutan berwarna hijau kekuningan dan terdapat endapan berwarna kuning yang lebih banyak di bandingakan urin normal. Hal ini menandakan bahwa kadar glukosa dalam urin diabetes cukup tinggi. Endapan kuning berupa Cu 2 O yang cukup banyak ini menandakan banyaknya ion Cu 2+ yang tereduksi. Kemudian dilakukan analisis pada larutan glukosa dengan berbagai konsentrasi. Larutan glukosa ini nantinya akan dijadikan standar untuk menentukan kadar glukosa pada sampel urin. Analisa ini juga menggunakan uji Benedict, dimana ion Cu 2+ pada Benedict akan tereduksi oleh glukosa. Perbandingan konsentrai glukosa akan menentukan banyaknya ion Cu 2+ yang tereduksi, yang ditandai dengan endapan merah bara pada larutan. Pada glukosa 0,3% larutan berwarna biru begitu pula dengan larutan glukosa 0,75%. Hal ini menandakan bahwa hanya sebagian kecil ion Cu 2+ yang tereduksi. Pada larutan ini dihasilkan endapan berwarna merah bata diamana endapan merah bata pada larutan glukosa 0,75% lebih banyak dibandingkan larutan glukosa 0,3%. Banyaknya endapan merah bata yang dihasilkan oleh pereduksi Benedict menunjukkan banyaknya kadar glukosa yang terkandung dalam sampel. Pada larutan glukosa 0,75% endapan merah bata yang dihasilkan akan lebih banyak dibandingkan dengan larutan glukosa 0,3%.

25 Kemudian dilanjutkan pada larutan glukosa 1,5%, pada larutan ini memberikan hasil reaksi yaitu warna larutan menjad bening kebiruan dan terdapat endapan merah bata. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar ion Cu 2+ telah tereduksi. Endapan yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan larutan glukosa 0,3% dan 0,75%. Kemudian dilanjutkan lagi untuk larutan glukosa 2% dan 5%. Pada larutan glukosa 2%, memberikan hasil reaksi yaitu warna larutan berubah menjadi bening kemerahan yang menandakan hampir semua ion Cu 2+ tereduksi. Endapan yang dihasilkan lebih banyak dibandingkan larutan glukosa 0,3%, 0,75%, dan 1,5%. Dan yang terakhir untuk larutan glukosa 5%, pada larutan ini memberikan hasil reaksi yaitu perubahan warna larutan menjadi jingga dan terdapat endapan merah bata yang banyak. Hal ini mendakan bahwa ion Cu 2+ pada pereaksi Benedict telah tereduksi semua menjadi Cu +. Pada pereaksi Benedict yang direaksikan denga larutan glukosa dengan berbagai konsentrasi akan dapat dilihat endapan merah bata yang dihasilkan. Pada larutan glukosa dengan konsentrasi yang rendah endapan merah bata yang dihasilkan sedikit dikarenakan ion Cu 2+ yang tereduksi juga sedikit. Pada larutan glukosa dengan konsentrasi yang banyak endapan merah bata akan lebih banyak pula dikarenakan ion Cu 2+ yang tereduksi juga banyak. Sedangkan pada larutan glukosa dengan konsentrasi yang besar, semua ion Cu 2+ akan tereduksi dan menghasilkan endapan merah bata yang banyak dan warna larutan menjadi putih. Dari hasil yang didapatkan, dibandingkan sampel urin normal & urin diabetes terdapat larutan standar glukosa. Kemudian hasilnya dibandingkan antara sampel dan larutan standar. Berdasarkan tabel penafsiran urin diabetes tersebut berada pada positif 1 dengan kadar glukosa dalam urine sekitar 0,3-1%. Penyakit diabetes atau dikenal masyarakat dengan sebutan penyakit gula atau penyakit kencing manis, merupakan penyakit yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada metabolisme tubuh yang dikarenakan oleh banyak faktor. Penyakit diabetes timbul akibat dari glukosa yang terdapat didalam darah mempunyai kadar terlalu tinggi sehingga penggunaan insulin dalam tubuh tidak bekerja dengan baik. Pada saat berpuasa gula darah orang normal akan stabil, dan pada penderita diabetes tidak. Akan terdapat glukosa pada urin penderita

26 dikarenakan kegagalan fungsi ginjal untuk menyerap kembali zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.

27 BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan - Berdasarkan tabel penafsiran data yang didapat terhadap sampel urin adalah untuk urin normal negatif dan untuk urin diabetes positif 1 yang mendakan kadar glukosa dalam urin tersebut sekitar 0,3% - 1%. - Uji Benedict lebih dipilih untuk digunakan pada percobaan ini dikenakan perekasi Benedict lebih peka dan spesifik. Pereaksi ini kelak akan tereduksi oleh kreatinin atau asam urat dan pereaksi ini hanya terdiri dari 1 larutan. - Berdasarkan hasil percobaan sampel urin terhadap pereaksi Benedict memberikan hasil reaksi berupa warna larutan menjadi hijau kekuningan dan tardapat endapan kuning sedangkan untuk larutan glukosa memberikan perubahan warna jingga dan endapan merah bata. 5.2 Saran Sebaikknya pada percobaan selanjutnya kita dapat menggunakan uji yang lain seperti Somogyi-Nelson agar pengetahuan praktikan dapat bertambah.

28 DAFTAR PUSTAKA Bintang, Maria Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga. Gandasoebrata, Ratwita Penuntun laboratorium Klinik. Yogyakarta: Dian Rakyat. Mayasari, Ria Biokimia. Banjarbaru: Scripta Cendekia. Poedjiadi, Anna Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI-Press Soeharsono, Marataharsono Biokimia 2. Yogyakarta: UGM-Press. Tilay, Adi D Deteksi Gangguan Kesehatan dengan Lidah, Bau Nafas, dan Urine. Yogyakarta: Buku Biru. Toha, A. Abdul Hamid Biokimia: Metabolisme Biomolekul. Bandung: Alfabeta.

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori :

Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin. Dasar teori : Uji benedict (Semikuantitatif) Tujuan : Menghitung secara kasar kadar glukosa dalam urin Dasar teori : Urin atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian

Lebih terperinci

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung.

Menyiapkan tabung reaksi yang bersih dan kering. Setelah itu dipipet 5 ml reagen benedict lalu dimasukkan kedalam tabung. Pembahasan benedict Pada praktikum biokimia gizi tentang pemeriksaan kadar glukosa urine dengan metode benedict, kelompok kami menggunakan sampel urine fenti. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. B. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2006. Tempat penelitian

Lebih terperinci

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon

yang dihasilkan oleh pankreas dan berperan penting dalam proses penyimpanan Gangguan metabolisme tersebut disebabkan karena kurang produksi hormon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes mellitus merupakan suatu kelainan metabolitik yang disebabkan oleh defisiensi insulin yang dapat bersifat relatif absolut. Insulin adalah hormon yang dihasilkan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan.

I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Percobaan, (2) Tujuan Percobaan, (3) Prinsip Percobaan, dan (4) Reaksi Percobaan. 1.1 Latar Belakang Percobaan Adalah uji untuk membuktikan

Lebih terperinci

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis

Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Uji Kualitatif Karbohidrat dan Hidrolisis Pati Non Enzimatis Disarikan dari: Buku Petunjuk Praktikum Biokimia dan Enzimologi Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

LAPORAN BIOKIMIA UJI BENEDICT PADA BUAH

LAPORAN BIOKIMIA UJI BENEDICT PADA BUAH LAPORAN BIOKIMIA UJI BENEDICT PADA BUAH Disusun oleh : Oleh: DEWI FIRDAUSI NUZULAH Nim. (133204005) PENDIDIKAN BIOLOGI A 2013 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI

Lebih terperinci

SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA

SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA AARA I SIFAT DAN REAKSI MONOSAKARIDA DAN DISAKARIDA A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan praktikum : Mengidentifikasi jenis sakarida sesuai dengan jenis reaksinya 2. ari, tanggal praktikum : Sabtu, 29 Juni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam hati dan otot rangka (Kee Joyce LeFever, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Darah Glukosa darah adalah glukosa dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat yang terdapat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di dalam hati dan otot rangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pencernaan, karbohidrat akan dipecah dan diserap di dinding BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Glukosa Karbohidrat merupakan salah satu senyawa yang penting dalam tubuh manusia. Senyawa ini memiliki peran struktural dan metabolik yang penting. 10 Selama proses pencernaan,

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI)

KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Jurnal BIOKIMIA Praktikum ke-2, 2011 KARBOHIDRAT II (KARAKTERISTIK ZAT PATI) Riska Pridamaulia, Hafiz Alim, Eka Martya Widyowati, dan Maharani Intan Kartika Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM. ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Hari/Tanggal Praktikum : Kamis/ 17 Oktober 2013 Nama Mahasiswa : 1. Nita Andriani Lubis 2. Ade Sinaga Tujuan Praktikum : Teori 1. Mengetahui pembuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gula Darah Gula darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Kee, Joyce LeFever,

Lebih terperinci

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru

Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru Sistem Eksresi> Kelas XI IPA 3 SMA Santa Maria Pekanbaru O R G A N P E N Y U S U N S I S T E M E K S K R E S I K U L I T G I N J A L H A T I P A R U - P A R U kulit K ULIT K U L I T A D A L A H O R G A

Lebih terperinci

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN

UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN UJI KUALITATIF KARBOHIDRAT DAN PROTEIN Molisch Test Uji KH secara umum Uji Molisch dinamai sesuai penemunya yaitu Hans Molisch, seorang ahli botani dari Australia. Prosedur Kerja : a. Masukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk protein otot yang merupakan hasil akhir metabolisme otot yang dilepaskan dari otot dengan kecepatan yang hampir konstan dan diekskresi dalam

Lebih terperinci

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc

Analisa Karbohidrat. Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Analisa Karbohidrat Oleh: Ilzamha Hadijah Rusdan, S.TP., M.Sc Definisi Karbohidrat Turunan aldehida atau keton yang memiliki rumus umum (CH 2 O) n atau C n H 2n O n. Karbohidrat terbentuk dari sintesa

Lebih terperinci

RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho

RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho RUMAH BIRU (BIOETANOL URIN MANUSIA) Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Oleh : Benny Chandra Monacho Latar Belakang Keberadaan minyak sebagai sumber bahan bakar utama memang masih dominan di dunia, namun

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PABRIKASI GULA I PENGARUH WAKTU TERHADAP KERUSAKAN MONOSAKARIDA

LAPORAN RESMI PABRIKASI GULA I PENGARUH WAKTU TERHADAP KERUSAKAN MONOSAKARIDA LAPORAN RESMI PABRIKASI GULA I PENGARUH WAKTU TERHADAP KERUSAKAN MONOSAKARIDA NAMA :Dian Ratnasari PRODI :Teknik Kimia NIM: 12.01.4017 KAMPUS POLITEKNIK LPP Jln. LPP No 1A, Balapan, Yogyakarta 55222, Telp

Lebih terperinci

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif.

: Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. II. Tujuan : Mengidentifikasi bahan makanan yang mengandung karbohidrat (amilum dan gula ), protein, lemak dan vitamin C secara kuantitatif. III. Alat dan bahan : Rak tabung reaksi Tabung reaksi Gelas

Lebih terperinci

Sistem Ekskresi Manusia

Sistem Ekskresi Manusia Sistem Ekskresi Manusia Sistem ekskresi merupakan sistem dalam tubuh kita yang berfungsi mengeluarkan zatzat yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh dan zat yang keberadaannya dalam tubuh akan mengganggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. hasil laboratorium yang baik dan terpercaya. Salah satu pemeriksaan laboratorium 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan penunjang yang dilaksanakan untuk membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit dan perkembangan suatu penyakit (prognosis)

Lebih terperinci

Melakukan Uji Protein Urin

Melakukan Uji Protein Urin Melakukan Uji Protein Urin 1. Tujuan : 1. Mengetahui uji protein pada urin dengan asam asetat 2. Mengetahui besarnya kandungan protein yang terdapat pada urin 2. Pendahuluan : Penetapam kadar protein dalam

Lebih terperinci

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak

Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Uji Makanan dengan Lugol, Benedict, Biuret, Kertas Minyak Bahan makanan yang kita konsumsi sehari-hari harus mengandung nutrient yang diperlukan tubuh. Karbohidrat, lemak dan protein merupakan nutrient

Lebih terperinci

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013

A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah. B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 A. Judul Percobaan : Penentuan Kadar Glukosa Darah B. Mulai Percobaan : Senin, 11 November 2013 C. Selesai Percobaan : Senin, 11 November 2013 D. Tujuan : Menentukan kadar glukosa dalam darah. E. Dasar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051 PERCOBAAN 7 & 8 ALDEHID DAN KETON : SIFAT DAN REAKSI KIMIA PROTEIN DAN KARBOHIDRAT : SIFAT DAN REAKSI KIMIA Disusun oleh Nama : Gheady Wheland Faiz Muhammad NIM

Lebih terperinci

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Posttest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah

Lebih terperinci

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan

cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa cincin ungu tua pada batas larutan HASIL DAN DATA PENGAMATAN 1. Uji molish warna cincin ungu pada batas larutan pati cincin ungu pada batas larutan arabinosa cincin ungu pada batas larutan fruktosa cincin ungu tua pada batas larutan glukosa

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA.

PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA. PERTEMUAN 2 PERCOBAAN KARBOHIDRAT TUGAS PRAKTIKUM : MENGIDENTIKASI LARUTAN SAMPEL, APAKAH TERMASUK MONO, DI ATAU POLISAKARIDA DAN APA JENISNYA. PENDAHULUAN Karbohidrat disebut juga sakarida. Karbohidrat

Lebih terperinci

repository.unimus.ac.id

repository.unimus.ac.id 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glukosa Suatu gula monosakarida dari karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga utama dalam tubuh. Glukosa merupakan prekursor untuk sintesis semua karbohidrat

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA. Penentuan Kadar Glukosa Darah LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA Penentuan Kadar Glukosa Darah Oleh : Kelompok 4 - Offering C Desy Ratna Sugiarti (130331614749) Rita Nurdiana (130331614740)* Sikya Hiswara (130331614743) Yuslim Nasru S. (130331614748)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisis Urinalisis merupakan suatu metode analisa untuk mengetahui zat-zat yang terkandung di dalam urine serta adanya kelainan-kelainan pada urine. Urinalisis berasal dari

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208

PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN : ERICA PUSPA NINGRUM : J1C111208 PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN NAMA : ERICA PUSPA NINGRUM NIM : J1C111208 KELOMPOK : II (DUA) ASISTEN : TAUFIK NOOR KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOSA DARAH DAN GLUKOSA URIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS DISUSUN OLEH Bagian Patologi Klinik FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 KETERAMPILAN KLINIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

LAPORAN PRAKTIKUM. ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga LAPORAN PRAKTIKUM ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga Oleh : Adenin Dian Musrifani (147008020) Islah Wahyuni (147008024) Tanggal Praktikum : Selasa, 10 Maret 2015 A. Tujuan: 1. Mampu menggunakan alat

Lebih terperinci

KIMIA. Sesi BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT A. PENGGOLONGAN

KIMIA. Sesi BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT A. PENGGOLONGAN KIMIA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 21 Sesi NGAN BIOMOLEKUL L KARBOHIDRAT Karbohidrat adalah kelompok senyawa aldehid dan keton terpolihidroksilasi yang tersusun dari atom C, H, dan O. Karbohidrat

Lebih terperinci

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI

biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. ORGAN EKSKRESI 15 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 15 SISTEM EKSKRESI Pengeluaran zat di dalam tubuh berlangsung melalui defekasi yaitu pengeluaran sisa pencernaan berupa feses. Ekskresi

Lebih terperinci

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ).

tumbuh tumbuhan, madu, sirup jagung, dan tetesan tebu. Pada manusia dan dan laktosa ( Hertog Nursanyoto, dkk, 1992 ). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Glukosa Glukosa sering juga disebut gula anggur atau dekstrosa yang banyak tersebar di alam terutama terdapat pada buah buahan, sayur sayuran, getah tumbuh tumbuhan, madu, sirup

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

TUJUAN ANALISIS BIOKIMIA URIN

TUJUAN ANALISIS BIOKIMIA URIN BAB I TUJUAN ANALISIS BIOKIMIA URIN Tujuan analisis biokimia urin adalah : A. Pemeriksaan fisik Mengamati sifat fisik urin, dari jumlah (volume), warna, buih ketika dikocok, kekeruhan, dan bau. B. Pemeriksaan

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan

PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI. Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan PENENTUAN KADAR GULA METODE NELSON-SOMOGYI Kelompok 8 Dini Rohmawati Nafisah Amira Nahnu Aslamia Yunus Septiawan Latar Belakang Tujuan: Menentukan kadar gula pereduksi dalam bahan pangan Prinsip: Berdasarkan

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga

LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga LAPORAN PRAKTIKUM 03 ph Meter dan Persiapan Larutan Penyangga Oleh : Yulia Fitri Djaribun dan Frenky S Manullang A. Tujuan: 1. Mampu menggunakan alat ukur ph meter. 2. Mampu mengukur ph dari sebuah larutan

Lebih terperinci

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO

Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si LOGO Created by Mr. E. D, S.Pd, S.Si darma_erick77@yahoo.com LOGO Proses Pengeluaran Berdasarkan zat yang dibuang, proses pengeluaran pada manusia dibedakan menjadi: Defekasi: pengeluaran zat sisa hasil ( feses

Lebih terperinci

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA (Soal Pretest) Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah

Lebih terperinci

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter

Struktur Ginjal: nefron. kapsul cortex. medula. arteri renalis vena renalis pelvis renalis. ureter Ginjal adalah organ pengeluaran (ekskresi) utama pada manusia yang berfungsi untik mengekskresikan urine. Ginjal berbentuk seperti kacang merah, terletak di daerah pinggang, di sebelah kiri dan kanan tulang

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kreatinin Kreatinin adalah produk akhir metabolisme kreatin.keratin sebagai besar dijumpai di otot rangka, tempat zat terlibat dalam penyimpanan energy sebagai keratin fosfat.dalam

Lebih terperinci

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol)

Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) Respirasi Anaerob (Fermentasi Alkohol) I. TUJUAN Mengamati hasil dari peristiwa fermentasi alkohol II. LANDASAN TEORI Respirasi anaerob merupakan salah satu proses katabolisme yang tidak menggunakan oksigen

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Katarak Asal kata katarak dari bahasa Yunani cataracta yang berarti air terjun. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata yang biasanya bening

Lebih terperinci

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.

Lebih terperinci

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2

Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Metabolisme (Katabolisme) Radityo Heru Mahardiko XII IPA 2 Peta Konsep Kofaktor Enzim Apoenzim Reaksi Terang Metabolisme Anabolisme Fotosintesis Reaksi Gelap Katabolisme Polisakarida menjadi Monosakarida

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, dan kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Melitus 1. Definisi Menurut American Diabetes Association (ADA) 2003, diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dan karakteristik hiperglikemia yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Perkemihan Sistem perkemihan melibatkan kerja beberapa organ yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra. 1. Ginjal a. Letak Manusia memiliki 2 buah ginjal. Ginjal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh hormon pankreas atau tidak berfungsinya hormon insulin dalam menyerap gula 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus 1. Definisi Diabetes mellitus Diabetes mellitus merupakan penyakit gangguan kronik metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.2 1. Fungsi sistem ekskresi adalah... Membuang zat sisa pencernaan Mengeluarkan enzim dan hormon Membuang zat sisa metabolisme tubuh Mengeluarkan

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir K I M I A Tahun 2005

Evaluasi Belajar Tahap Akhir K I M I A Tahun 2005 Evaluasi Belajar Tahap Akhir K I M I A Tahun 2005 UN-SMK-05-01 Perhatikan perubahan materi yang terjadi di bawah ini: (1) sampah membusuk (2) fotosintesis (3) fermentasi (4) bensin menguap (5) air membeku

Lebih terperinci

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya.

SUSU. b. Sifat Fisik Susu Sifat fisik susu meliputi warna, bau, rasa, berat jenis, titik didih, titik beku, dan kekentalannya. SUSU a. Definisi Susu Air susu termasuk jenis bahan pangan hewani, berupa cairan putih yang dihasilkan oleh hewan ternak mamalia dan diperoleh dengan cara pemerahan (Hadiwiyoto, 1983). Sedangkan menurut

Lebih terperinci

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM

DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DAN KLASIFIKASI DM DIAGNOSIS DM DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGAMATAN I. Pengujian Secara Kualitatif 1. Uji Benedict 1 Glukosa Biru Muda Orange 2 Fruktosa Biru Muda Orange 3 Sukrosa Biru Muda Biru Muda 4 Maltosa Biru Muda Orange

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein

I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein I. TOPIK PERCOBAAN Topik Percobaan : Reaksi Uji Asam Amino Dan Protein II. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah : 1. Menganalisis unsur-unsur yang menyusun protein 2. Uji Biuret pada telur III. DASAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kimia Analisis. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 18 hingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Mineral Mikro Organik Unsur mineral merupakan salah satu komponen yang sangat diperlukan oleh makluk hidup. Sebagian besar mineral akan tertinggal dalam bentuk abu sebagai senyawa

Lebih terperinci

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI REAKSI KIMIA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI Reaksi Kimia bisa terjadi di manapun di sekitar kita, bukan hanya di laboratorium. Materi berinteraksi untuk membentuk produk baru melalui proses yang disebut reaksi

Lebih terperinci

ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT

ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT LAPORAN PRATIKUM KIMIA PANGAN ANALISA KUALITATIF KARBOHIDRAT Disusun Oleh : KELOMPOK 6 GIZI NONREGULER M. Rifki Fahrian (12310075) M. Zefri (12310076) Najah Imtihani (12310077) Nia Indah Yurica (12310078)

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

KARBOHIDRAT. Sulistyani, M.Si

KARBOHIDRAT. Sulistyani, M.Si KARBOHIDRAT Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id KONSEP TEORI Karbohidrat merupakan senyawa yang terdiri dari unsur karbon, hidrogen, dan oksigen yang terdapat di alam. Karbohidarat berasal dari kata

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan yang digunakan Kerupuk Udang. Pengujian ini adalah bertujuan untuk mengetahui kadar air dan

Lebih terperinci

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012 Sel disusun oleh berbagai senyawa kimia, seperti karbohidrat, protein,lemak, asam nukleat dan berbagai senyawa atau unsur anorganik.

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA LAPORAN PRAKTIKUM ph METER DAN PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA Nama : 1. Irmayanti (157008011) 2. Binayanti Nainggolan (157008008) 3. Henny Gusvina Batubara (157008010) Tanggal Praktikum : 31 Maret 2016 Tujuan

Lebih terperinci

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu)

glukosa darah melebihi 500 mg/dl, disertai : (b) Banyak kencing waktu 2 4 minggu) 14 (polidipsia), banyak kencing (poliuria). Atau di singkat 3P dalam fase ini biasanya penderita menujukan berat badan yang terus naik, bertambah gemuk karena pada fase ini jumlah insulin masih mencukupi.

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 10. SISTEM ORGANISASI KEHIDUPANLatihan Soal 10.5 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... Energi kimia menjadi energi gerak Energi cahaya menjadi energi potensial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diabetes Mellitus Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja

Lebih terperinci

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Paraf Asisten Judul JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK : Identifikasi Gugus Fungsional Senyawa Organik Tujuan Percobaan : 1. Mempelajari teknik pengukuran fisik untuk mengidentifikasi suatu senyawa organik

Lebih terperinci

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan

GIZI. Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan GIZI Pentingnya makanan bagi kesehatan Makanan bergizi Syarat dan Nilai makanan sehat Zat makanan yang mengganggu kesehatan Lanjutan Gizi : Arab gizzah : zat makanan sehat Makanan : segala sesuatu yang

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 1. Perhatikan gambar nefron di bawah ini! SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 1 Urin sesungguhnya dihasilkan di bagian nomor... A. B. C. D. 1 2 3 4 E. Kunci Jawaban : D

Lebih terperinci

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67 BAB VI REAKSI KIMIA Pada bab ini akan dipelajari tentang: 1. Ciri-ciri reaksi kimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi kimia. 2. Pengelompokan materi kimia berdasarkan sifat keasamannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Urinalisa Urinalisa adalah suatu metoda analisa untuk mendapatkan bahan-bahan atau zat-zat yang dimungkinkan terkandung di dalam urine, dan juga untuk melihat adanya kelainan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015

LAPORAN PRAKTIKUM 2. : Magister Ilmu Biolmedik : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 2015 LAPORAN PRAKTIKUM NAMA PRAKTIKAN : Nini Chairani (14700801) Zakirullah Syafei (1470080) PRODI : Magister Ilmu Biolmedik JUDUL : ph meter, persiapan larutan penyangga Tanggal pelaksanaan : 10 Maret 015

Lebih terperinci

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1

ANALISIS PROTEIN. Free Powerpoint Templates. Analisis Zat Gizi Teti Estiasih Page 1 ANALISIS PROTEIN Page 1 PENDAHULUAN Merupakan polimer yang tersusun atas asam amino Ikatan antar asam amino adalah ikatan peptida Protein tersusun atas atom C, H, O, N, dan pada protein tertentu mengandung

Lebih terperinci

TES HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan

TES HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan TES HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA Mata Pelajaran : IPA Kelas/Semester : VIII/2 Materi Pokok : Makanan Waktu : 60 menit Baca baik-baik soal dibawah ini dan jawablah pada lembar jawab yang telah disediakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pada penelitian ini digunakan sampel 52 orang yang terbagi menjadi 2 kelompok. Pada kelompok pertama adalah kelompok pasien yang melakukan Hemodialisa 2 kali/minggu,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE. Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA PANGAN KARBOHIDRAT II UJI MOORE Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Praktikum Biokimia Pangan Oleh : Nama : Kezia Christianty C NRP : 123020158 Kel/Meja : F/6 Asisten : Dian

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid)

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA. (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM BIOKIMIA (Uji Pembentukan Emulsi Lipid) Disusun oleh: NAMA : LASINRANG ADITIA NIM : 60300112034 KELAS : BIOLOGI A KELOMPOK : IV (Empat) LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN

Lebih terperinci

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~

Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~ Kimia Pangan ~ Analisis Karbohidrat ~ By. Jaya Mahar Maligan Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya 2014 Metode Analisis

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II KLINIK NAMA NIM KEL.PRAKTIKUM/KELAS JUDUL ASISTEN DOSEN PEMBIMBING : : : : : : HASTI RIZKY WAHYUNI 08121006019 VII / A (GANJIL) UJI PROTEIN DINDA FARRAH DIBA 1. Dr. rer.nat

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3. Air. Asam amino. Urea. Protein SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 1. Sistem Ekskresi ManusiaLatihan Soal 1.3 1. Zat yang tidak boleh terkandung dalam urine primer adalah... Air Asam amino Urea Protein Kunci Jawaban : D Menghasilkan urine primer

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 1. Perubahan energi yang trjadi didalam kloropas adalah.... SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 11. Organisasi KehidupanLatihan Soal 11.4 Energi cahaya menjadi energi potensial Energi kimia menjadi energi gerak

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pengujian nilai LD 50 Dari pengujian yang dilakukan menggunakan dosis yang bertingkat dengan empat dosis tidak didapatkan kematian pada hewan coba dalam

Lebih terperinci

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH

PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH Laboratorium Teknologi Bioproses Semester IV 2013/2014 LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH Pembimbing : Dr. Pirman Kelompok : I Tgl. Praktikum : 21 Mei 2013 Nama : Muh. Rezki

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI)

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA HIDROLISIS AMILUM (PATI) Di Susun Oleh : Nama praktikan : Ainutajriani Nim : 14 3145 453 048 Kelas Kelompok : 1B : IV Dosen Pembimbing : Sulfiani, S.Si PROGRAM STUDI DIII ANALIS

Lebih terperinci

TELUR ASIN PENDAHULUAN

TELUR ASIN PENDAHULUAN TELUR ASIN PENDAHULUAN Telur asin,merupakan telur itik olahan yang berkalsium tinggi. Selain itu juga mengandung hampir semua unsur gizi dan mineral. Oleh karena itu, telur asin baik dikonsumsi oleh bayi

Lebih terperinci

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL

PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL 1 PENENTUAN KADAR NITROGEN TOTAL DENGAN METODE KJELDAHL I. TUJUAN PERCOBAAN Menjelaskan prinsip penentuan kadar nitogen atau protein dalam cuplikan dengan metoda mikro kjeldahl secara benar dan jelas.

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN ASAM BASA

KESEIMBANGAN ASAM BASA LAPORAN PRAKTIKUM PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGA NAMA PRAKTIKAN : Fani Nuryana Manihuruk (NIM 147008013) Mesrida Simarmata (NIM 147008011) HARI/TGL. PRAKTIKUM : Selasa, 10 Maret 2015 TUJUAN

Lebih terperinci

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA A. Pengertian Larutan Penyangga Larutan penyangga biasa disebut juga dengan larutan Buffer atau larutan Dapar. Dimana larutan penyangga merupakan larutan yang mampu

Lebih terperinci

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat

Tabel Mengikhtisarkan reaksi glikolisis : 1. Glukosa Glukosa 6-fosfat. 2. Glukosa 6 Fosfat Fruktosa 6 fosfat PROSES GLIKOLISIS Glikolisis merupakan jalur, dimana pemecahan D-glukosa yang dioksidasi menjadi piruvat yang kemudian dapat direduksi menjadi laktat. Jalur ini terkait dengan metabolisme glikogen lewat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencernaan Nitrogen pada Ruminansia Sumber nitrogen pada ternak ruminansia berasal dari non protein nitrogen dan protein pakan. Non protein nitrogen dalam rumen akan digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Diabetes Militus Salah satu penyakit yang timbul akibat gangguan metabolisme glukosa darah adalah diabetes melitus (DM) yang merupakan suatu kondisi ketika kadar glukosa (gula

Lebih terperinci