BAB 7. KLASIFIKASI MIKROBA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 7. KLASIFIKASI MIKROBA"

Transkripsi

1 BAB 7. KLASIFIKASI MIKROBA Taksonomi adalah ilmu yang mempelajari klasifikasi, identifikasi, dan nomenklatur. Untuk tujuan klasifikasi, organisme dikelompokkan pada organisasi (katagori) takson dari hirarki tertinggi sampai terendah. Untuk hewan species adalah organisme yang mampu melakukan perkawinan dan memperoleh keturunan yang fertil. Klasifikasi adalah metode pengorganisasian, pengelompokan, dan pengurutan informasi. Pengelompokan biasanya berdasarkan karakter pembeda dan penyama. Karakter pembeda dipakai untuk membedakan kelompok satu dengan kelompok lainnya. Sedangkan karakter penyama adalah karakter yang dimiliki bersama dalam satu kelompok. Pengurutan biasanya berupa pengurutan hirarki, di mana hirarki tertinggi biasanya diurutan pertama, sedangkan hirarki terendah diurutan paling akhir. Identifikasi adalah pengunaan praktis kriteria klasifikasi untuk membedakan organisme satu dengan yang lainnya. Nomenklatur adalah penamaan yang menunjukkan karakteristik organisme untuk setiap hirarki katagori takson. Penamaan ini harus bersifat universal dan mampu dipahami oleh semua ilmuwan yang ada di dunia. Oleh karena itu pengunaan bahasa universal sangat penting. Bahasa universal untuk penamaan organisme adalah bahasa Latin dan Yunani. Kedua bahasa ini telah menjadi bahasa sains dan elit bagi ilmuwan pada abad Permulaan sampai abad Pertengahan. Dengan demikian terdapat bahasa pemersatu untuk sains khususnya biologi. Linnaeus telah membangun sistem klasifikasi organisme. Sistem klasifikasi Linnaeus masih digunakan untuk klasifikasi tanaman dan hewan. Dengan modifikasi sistem Linnaeus dapat diterapkan untuk klasifikasi jamur dan bakteri. Sistem klasifikasi Linnaeus menerapkan sistem hirarki yang dimulai dari hirarki tertinggi dan diakhiri hirarki terendah. Hirarki tertinggi sistem klasifikasi Linnaeus adalah Kingdom, sedangkan hirarki terendah adalah Species. Setelah introduksi takson Domain oleh Woese, maka hirarki tertinggi adalah Domain. Domain Kingdom Phyllum Class Ordo Family Genus Species

2 SEJARAH KETURUNAN Meskipun tidak ada metode pasti dalam mengklasifikasi suatu benda, maka ketika suatu organisme hendak diklasifikasi, maka timbul suatu pertanyaan berasal dari manakah dia?. Organisme selalu memiliki sejarah perkembangan genetik masingmasing. Secara kasat mata kita dapat melihat bahwa banyak organisme memiliki persamaan meskipun mereka berbeda. Hal ini karena organisme memiliki nenek moyang bersama. Pada abad 19 ahli biologi mulai sadar bahwa species dinamis tidak statis. Oleh karena itu species berubah setiap saat. Penemuan fosil memperkuat pemikiran tersebut bahwa bentuk kehidupan kuno berbeda dengan bentuk kehidupan sekarang. Penemuan fosil yang menunjukkan proses perubahan organisme secara gradual semakin memperkuat dugaan tersebut. Dengan kenyataan seperti itu, maka suatu kelompok species dapat berubah pada kurun waktu tertentu menjadi species baru yang berbeda dengan kelompok species lain yang dulu merupakan satu kelompok species. Kelompok species lain dapat masih bertahan (tidak berubah) atau berubah ke arah berlawanan. SISTEM ALAMI KLASIFIKASI Tidak ada aturan baku dalam mendisain klasifikasi. Kita dapat mengkalsifikasi organisme berdasarkan kriteria yang kita anut. Namun terdapat beberapa pertanyaan apa yang dapat kita pelajari darri klasifikasi?, seberapa pentingkah?, Adakah klasifikasi alternatif dari klasifikasi yang kita pakai dan hal itu memberikan lebih banyak informasi? Kriteria yang kita pakai dalam klasifikasi harus dapat memberikan informasi penting dan berguna. Kita lebih mementingkan kriteria patogenik dan non-patogenik daripada bentuk organisme. Pada awal sistem klasifikasi organisme dicetuskan oleh Linnaeus karakter bersama dipakai sebagai petunjuk hubungan kekerabatan. Hal ini terjadi karena saat itu belum ditemukan ilmu yang mampu menjelaskan hubungan kekerabatan (genetika). Ketika genetika telah ditemukan, maka sistem klasifikasi organisme mengarah ke hubungan kekerabatan (filogeni). Darwin memilih klasifikasi berdasarkan sejarah evolusi sebagai sistem alami. Darwin menyatakan bahwa Linnaeus berhasil membuat sistem alami klasifikasi berdasarkan persamaan karakter yang merefleksikan sejarah evolusi pada tumbuhan dan hewan. Mikroba khususnya bakteri dan protista sulit diklasifikasi. Hal ini karena mereka sederhana dan memiliki morfologi serupa. Beberapa karakter yang dapat dipakai untuk klasifikasi bakteri adalah struktur dinding sel (pewarnaan Gram), persentase G+C

3 genom, suhu pertumbuhan, kemampuan membentuk spora, sumber elektron, kemampuan fotosintesis, motilitas, bentuk sel, variasi sumber karbon dan nitrogen, dan kebutuhan khusus nitrisional (vitamin, dll). Karakter tersebut bukan mencerminkan suatu sistem alami klasifikasi bakteri, tetapi tidak ada alternatif lain yang memuaskan dalam klasifikasi bakteri. Alhasil kriteria tersebut dibakukan dalam sebuah manual klasifikasi dan identifikasi bakteri (Bergey's Manual of Determinative Bacteriology). TEKNIK KLASIFIKASI Pendekatan Numerik (Numeric Approach) Ketika mempelajari anggota Enterobacteriaceae, Edwards dan Ewing membangun prinsip karakterisasi, klasifikasi, dan identifikasi organisme sebagai berikut. Klasifikasi dan identifikasi organisme harus berdasarkan morfologi keseluruhan dan pola biokimia. Karakter tunggal (partogenik, variasi inang, reaksi biokimia) jika tidak memiliki nilai penting, tidak dapat dipakai sebagai dasar klasifikasi dan identifikasi organisme. Pada taksonomi numerik (taksonomi fenetik) mengunakan karakteristik biokimia, morfologi, dan karakter koloni (termasuk sensitivitas terhadap antibiotik) digunakan untuk menentukan derajat kesamaan di antara beberapa organisme. Dalam kajian numerik, peneliti sering mengkalkulasi koefisien persentase persamaan di antara galur-galur maupun species-species. Dendogram atau matriks persamaan memperlihatkan hubungan individual antar-galur dan dibuat berdasarkan koefisien persentase persamaan di antara mereka. Dendogram pada Gambar 7.1 menunjukkan bahwa group 1 terdiri atas 4 galur Citrobacter freundii di mana 3 galur memiliki persamaan sekitar 95% di antara mereka, sedangkan 1 galur memiliki persamaan 90% dengan 3 galur pertama. Group 2 terdiri atas 3 galur Citrobacter diversus yang memliki persamaan sekitar 95% di antara mereka dan 70% dengan C. freundii (group 1). Escherichia coli (group 3) memiliki persamaan sekitar 50% dengan Citrobacter.

4 Gambar 7.1 Contoh sebuah dendogram Ketika pendekatan ini digunakan sebagai satu-satunya dasar klasifikasi, maka akan menyulitkan dalam menentukan banyaknya uji yang harus dipilih yang cocok mencerminkan hubungan antar-genus maupun antar-species. Pendekatan Filogenetik (Phylogenetic Approach) Metode ideal identifikasi dan klasifikasi organisme adalah membandingkan urutan gen antara galur tersedia dan beberapa species yang telah diketahui luas. Hal ini sulit dilakukan, kalaupun dapat dilakukan akan memerlukan biaya cukup banyak dan waktu lama. Beberapa teknik dipakai dalam pendekatan filogenetik, diantaranya hibridisasi DNA. Metode ini mengukur sejumlah urutan DNA umum 2 organisme dan mengestimasi persentase divergensi dalam urutan DNA yang mirip tetapi tidak identik. Kajian kemiripan DNA berdasarkan hibridisasi DNA telah dilakukan untuk khamir, virus, bakteriofag, dan banyak bakteri. Lima faktor yang dapat dipakai untuk menentukan kemiripan DNA adalah ukuran genom, jumlah G+C, reasosiasi optimal DNA, stabilitas DNA terhadap panas, dan reasosiasi supraoptimal DNA. Ukuran Genom DNA bakteri memiliki ukuran (diukur ekuivalen berat molekul) sebesar 1x10 9 8x10 9. Ukuran genom biasanya dapat langsung membedakan antar-kelompok.

5 Legionella pneumophila (bakteri penyebab penyakit legionnare) berbeda dengan Bartonella quintana (Rickettsia). L. Pneumophila memiliki ukuran genom 3X10 9, sedangkan B. Quintana sekitar 1X10 9. Jumlah G+C Jumlah G+C bakteri DNA bervariasi antara 25 sampai 75%. Persentase G+C ini spesifik, tetapi tidak eksklusif. Artingan 2 galur dengan persentase G+C mirip dapat termasuk dalam kelompok species sama atau berbeda. Jika persentase G+C cukup berbeda, maka dapat dipastikan kedua galur berbeda species. Reasosiasi optimal DNA Kekerabatan DNA ditentukan dengan mengasosiasikan pita tunggal DNA galur satu dengan galur lainnya untuk berasosiasi membentuk pita ganda DNA. Reasosiasi DNA merupakan reaksi tergantung suhu. Suhu optimal reasosiasi DNA adalah C di bawah denaturasi DNA. Di bawah suhu tersebut pita ganda DNA (berbeda) tereasosiasi menjadi tunggal kembali. Studi menunjukkan bahwa galur-galur suatu species bakteri memiliki kemiripan urutan DNA sebesar %. Namun kemiripan DNA antar-species bervariasi antara 0 sampai 60%. Gambar 7.2 reasosiasi dua DNA tunggal menghasilkan 3 pola yaitu reasosiasi sempurna (atas), reasosiasi sebagian (tengah), tanpa reasosiasi (bawah) Stabilitas DNA terhadap Panas Setiap 1% basa nukleotida takberpasangan dalam pita ganda DNA menurunkan stabilitas DNA terhadap panas sebesar 1% juga. Oleh karena itu perbandingan stabilitas

6 DNA terhadap panas antara DNA dupleks (original) 2 galur berbeda dan DNA heterodupleks (hibridisasi) dapat menunjukkan divergensi di antara kedua galur tersebut. Reasosiasi Supraoptimal DNA Ketika suhu inkubasi untuk reasosiasi DNA dinaikkan dari C di bawah denaturasi DNA menjadi C di bawah denaturasi DNA, hanya DNA yang sangat mirip yang dapat bereasosiasi (lebih stabil terhadap panas). Galur dalam satu species biasanya mirip 60% pada uji reasosiasi supraoptimal DNA. Penetapan Species Berdasarkan Kemiripan DNA Berdasarkan 5 faktor kemiripan DNA, galur-galur pada E. coli dapat ditetapkan sebagai berikut> Jumlah G+C persen mol, ukuran genom 2,3 3,0x10 9, reasosiasi lebih dari 70% pada suhu optimal dengan 0 4% divergensi dan 60% pada suhu supraoptimal. Faktor Lain dalam Pendekatan Filogenetik: Urutan RNA Ribosom Membandingkan urutan DNA dapat dengan mudah diaplikasikan pada eukariota. Hal ini karena DNA eukariota tidak mudah mengalami mutasi. Sebaliknya DNA prokariota mudah bermutasi. Oleh karena itu dicari material genetik yang tidak mudah mengalami mutasi. Materi genetik yang paling sulit bermutasi adalahmaterial genetik ribosom. Material genetik ribosom adalah RNA. Prokariota memiliki 3 jenis RNA ribosom (rrna) yaitu 5S, 16S, dan 23S rrna (Tabel 7.1). Karena 5S rrna relatif kecil, maka yang sering digunakan adalah 16S dan 23S rrna. Urutan 16S rrna berbagai organisme terlihat pada Tabel 7.2 Tabel 7.1 karakterisasi rrna Tipe rrna Ukuran (bp) Lokasi 5S 16S 23S Subunit besar Subunit kecil Subunit besar Bernadette Pace, seorang mahasiswa University Illinois melakukan anelisasi rrna dengan DNA genom untuk mengukur kemiripan rrna berbagai species. Percobaannya menunjukkan bahwa metode pengurutan rrna dapat diterima secara ilmiah sebagai metode perbandingan luas antar organisme daripada hibridisasi DNA- DNA. Tabel 7.2 Urutan 16S rrna berbagai organisme Species Urutan RNA Manusia...GTGCCAGCAGCCGCGGTAATTCCAGCTCCAATAGCG

7 Khamir Jagung Escherichia coli Anacystis nidulans Thermotoga maratima Methanococcus vannielii Thermococcus celer Sulfolobus sulfotaricus TATATTAAAGTTGCTGCAGTTAAAAAG......GTGCCAGCAGCCGCGGTAATTCCAGCTCCAATAGCG TATATTAAAGTTGTTGCAGTTAAAAAG......GTGCCAGCAGCCGCGGTAATTCCAGCTCCAATAGCG TATATTTAAGTTGTTGCAGTTAAAAAG......GTGCCAGCAGCCGCGGTAATACGGAGGGTGCAAGCG TTAATCGGAATTACTGGGCGTAAAGCG......GTGCCAGCAGCCGCGGTAATACGGGAGAGGCAAGCG TTATCCGGAATTATTGGGCGTAAAGCG......GTGCCAGCAGCCGCGGTAATACGTAGGGGGCAAGCG TTACCCGGATTTACTGGGCGTAAAGGG......GTGCCAGCAGCCGCGGTAATACCGACGGCCCGAGTG GTAGCCACTCTTATTGGGCCTAAAGCG......GTGGCAGCCGCCGCGGTAATACCGGCGGCCCGAGT GGTGGCCGCTATTATTGGGCCTAAAGCG......GTGTCAGCCGCCGCGGTAATACCAGCTCCGCGAGTG GTCGGGGTGATTACTGGGCCTAAAGCG... Carl Woese menyadari potensi urutan rrna dalam menentukan hubungan filogenetik. Pada mulanya dia hanya mengurutkan RNA hanya 25% dari total urutan 16SrRNA. Namun sekerang seluruh 16S rrna (10000 nukleotida) telah dapat diurutkan dan dipakai untuk mencari kekerabatan antar-organisme Gambar 7.3 Identifikasi bakteri melaui pendekatan polifasik Pendekatan Polifasik (Polyphasic Approach)

8 Secara praktis, pendekatan taksonomi organisme khususnya bakteri harus polifasik (Gambar 7.3). Langkah pertama adalah mengelompokan secara fenotip galurgalur secara morfologik, biokimiawi, dan karakter lainnya. Kelompok fenotip kemudian diuji kemiripan DNA untuk menentukan apakah homogenitas atau heterogenitas fenotip mencerminkan homogenitas atau heterogenitas filogenetik. Langkah berikutnya adalah menguji ulang karakteristik biokimiawi dari kelompok galur yang diuji. Langkah ini untuk memperjelas batas sifat biokimiawi dari galur-galur yang diuji. Karakter Morfologi Awetan basah dan pewarnaan mampu memberi informasi awal terhadap karakter morfologi sel bakteri. Dari teknik ini diperoleh karakter morfologi sebagai berikut. Reaksi sel terhadap pewarnaan Gram dan Acid-fast, motilitas, aransemen flagela, ada-tidaknya spora dan kapsula, dan bentuk sel. Informasi ini dapat mengidentifikasi bakteri sampai tingkat genus. Karakter koloni dan pigmentasi dapat memberi informasi cukup penting. Sebagai contoh beberapa species Porphyromonas berautoflouresens jika terpapar sinar UV dengan panjang gelombang tinggi dan Proteus sp. melakukan swarming pada media. Karakter Pertumbuhan Karakter pertumbuhan meliputi ketergantungan terhadap oksigen (aerob, anaerob, atau mikroaerofil), ph, suhu, kebutuhan nutrien, dan resistensi antibiotik. Sebagai contoh Campylobacter jejuni (penyebab diare) tumbuh baik pada suhu 42 C dengan adanya antibiotik. Sedangkan Yersinia enterocolitica tumbuh lebih baik daripada bakteri lain pada suhu 4 C. Leginella, Haemophilus, dan beberapa bakteri patogen lainnya memerlukan faktor pertumbuhan spesifik, sementara itu E. coli dan bakteri enterik dapat tumbuh di media minimal. Sensitivitas terhadap Antigen dan Fag Antigen dinding sel, flagela, dan kapsula biasanya digunakan untuk mengklasifikasi organisme pada tingkat species. Serotipe terkadang digunakan untuk membedakan galur dalam kepentingan medis, misalnya V. cholerae (galur O1 yang pandemik) dan E. coli (serotipe enterotoksigenik, enteroinvasif, enterohomoragik, dan enteropatogenik). Fag tipe (sensitivitas isolat terhadap bakteriofag) telah digunakan untuk memantau epidemiologik penyakit yang disebabkan Staphylococcus aureus, P. aureginosa, V. cholerae, dan S. Thypi. Sensitivitas terhadap bakteriosin juga dipakai sebagai penanda (marker) galur epidemiologik.

9 Karakter Biokimiawi Sebagian besar bakteri diidentifikasi dan diklasifikasi berdasarkan reaksi terhadap serangkaian pengujian biokimia. Beberapa metode pengujian (uji oksidase, reduksi nitrat, degradasi amino, dan fermentasi karbohidrat) rutin dilakukan terhadap sebagian besar bakteri. Beberapa bakteri dilakukan pengujian khusus seperti uji koagulase untuk Staphylococcus, uji pyrrolidonyl arylamidase untuk bakteri kokus gram positif. Jenis-jenis pengujian untuk identifikasi bervariasi tergantung kelompok dan species bakteri. Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat melakukan 46 pengujian untuk mengidentifikasi anggota Enterobacteriaceae. Sementara itu laboratorium klinis menggunakan perangkat uji cepat komersial (comercial rapid test kit) untuk mengidentifikasi isolat dengan kriteria lebih sedikit. KLASIFIKASI DI ATAS DAN DI BAWAH SPECIES Di Bawah Species Untuk tujuan epidemiologi, ahli mikrobiologi klinis harus dapat membedakan galur-galur dengan karakter khusus dalam species sama. Sebagai contoh E. coli serotipe O157:H7 berasosiasi dengan diare berdarah, sehingga menghasilkan sindrom hemolitik uremic. Pada tingkat di bawah species, yaitu galur biasanya dinyatakan sebagai kelompok atau tipe dengan basis reaksi biokimiawi atau serologi, sensitivitas terhadap fag atau bakteriosin, sifat patogenitas atau karakter lainnya. Karakter yang diterima sebagai kelompok atau tipe di bawah tingkat species adalah serotipe, tipe fag, tipe kolkisin, bioserotipe, dan patotipe. Di Atas Species Ahli mikrobiologi harus terbiasa dengan karakter genus dan famili suatu organisme. Genus adalah kumpulan species yang berkerabat dekat dan famili adalah kumpulan genus berkerabat dekat. Genus ideal sebaiknya terdiri dari species-species dengan karakter fenotip dan filogenetik mirip. Citrobacter, Yersinia, dan Serratia memiliki kemiripan fenotip satu dengan yang lainnya, Bacillus, Clostridium, dan Leigonella memiliki kemiripan fenotip, tetapi tidak mirip secara filogenetik (0 65%). Jika baik secara fenotip dan genotip tidak mirip, maka karakter fenotip dipakai sebagai prioritas penentuan kekerabatan genus. Secara praktis identifikasi tingkat genus sebagian besar berdasarkan karakter fenotip khususnya pengujian biokimiawi. Urutan rrna yang relatif tidak mudah termutasi selama evolusi, memberikan suatu peluang bagi ahli mikrobiologi untuk membandingkannya (filogenetik) antar

10 organisme. Urutan rrna dapat dipakai sebagai dasar penentuan identifikasi dan kekerabatan organisme pada tingkat genus, famili, dan tingkat taksonomi (takson) lebih tinggi. Namun untuk tingkat genus dan famili harus didukung oleh kemiripan fenotip. PERUBAHAN NAMA DAN SPECIES BARU Nama species harus mengacu pada prinsip dan pedoman tata nama pada masing-masing organisme (Untuk bakteri harus mengikuti Bacteriological Code). Nama ilmiah harus berbahasa Latin atau Yunani. Nama species dan takson di atasnya harus ditentukan berdasarkan 3 kriteria, yaitu publikasi valid, legitimasi nama berdasarkan aturan tata nama, dan prioritas publikasi. Validasi publikasi terhadap usulan species harus berisi hama species, diskripsi species, penentuan tipe galur species dan harus dipublikasi di International Journal for Systematic Bacteriology (IJSB). Setelah diusulkan, nama species tidak langsung diterima, tetapi mengalami koreksi secara formal. Koreksi dimulai dengan publikasi permintaan opini kepada Judicial Commission of the International Association of Microbiological Societies yang merupakan bagian dari IJSB. Nama species tidak serta merta diterima tetapi diakomodir, sehingga satu species mempunyai nama ganda, seperti Providencia rettgeri/proteus rettgeri, Moraxella catarrhalis/branhamella catarrhalis, dan Legionella micdadei/tatlockia micdadei. Sesuai perkembangan, maka terjadi pengunaan dari salah satu nama ganda tersebut, sehingga akhirnya nama species tersebut menjadi tunggal. Jadi legalitas nama species tergantung pada diterimanya nama tersebut secara umum oleh ilmuwan di seluruh dunia. Sejumlah genus terbagi menjadi beberapa genus (Aerobacter merupakan genus baru beberapa anggota genuscaplylobacter) dan beberapa species berubah atau berpindah nama baik yang berubah nama species saja atau berubah atau berpindah nama genusnya (Campylobacter cinaedi dan C. fennellie berpidah menjadi Heliobacter cinaedi dan H. fennellie). Sumber utama informasi usulan species baru dan perubahan nama species dapat ditemukan di IJSB. Selain itu Journal of Clinical Microbiology juga mempublikasikan deskripsi mikroba baru (nilai penting medis, penyakit baru yang ditimbulkan). Semua informasi baik dari IJSB maupun journal lainnya di-update ke update Bergey's Manual of Systematic Bacteriology sebagai teks referensi taksonomi bakteri. KLASIFIKASI BAKTERI BERDASARKAN BERGEY

11 Berdasarkan Bergey Manual bakteri dibedakan menjadi 2 yaitu bakteri primitif disebut Arkhaea dan bakteri sejati disebut Eubacteria. Arkhaea adalah bakteri yang dulu dikelompokan sebagai bakteri ekstrim dan non-patogen, sedangkan Eubacteria adalah bakteri moderat baik patogen maupun non-patogen. Arkhaea Karakter utama fisiologi Arkhaea adalah termofil ekstrim (termasuk termoasidofil), pereduksi sulfat, metanogen, dan halofil ekstrim. Pengelompokan ini tidak mencerminkan filogeni. Secara filogeni metanogen lebih primitif dan menurunkan beberapa kelompok termasuk halofil, pereduksi sulfat, dan non-metanogen termofil. Arkhaea termofil merupakan organisme paling termofil yang hidup di bumi. Mereka mampu tumbuh dengan suhu optimal pertumbuhan >100 C. Arkhaea termofil aerob termasuk asidofil, dia mampu mengoksidasi sulfur. Arkhaea halofil ekstrim adalah organisme paling toleran terhadap kadar garam tinggi. Mereka biasanya aerob atau mikroaerofil. Sebagian dari mereka mampu berfotosintesis tanpa klorofil. Tabel 7.1 Kelompok filogeni Eubacteria Kelompok Hydrogen oxidizers Aquifex (oxygen reducers) Thermotogales Thermodesulfobacterium group Green nonsulfur Deinococcus group Thermodesulfovibrio group Synergistes group Low G+C Gram positive High G+C Gram positive Cyanobacteria Planctomycetales Chlamydiales Green sulfur Cytophaga group Fibrobacter group Spirochetes Proteobacteria (Purple bacteria): alpha subdivision beta subdivision Anggota (Species) Thermotoga, Fervidobacterium Thermodesulfobacterium Chloroflexus*, Herpetosiphon, Thermomicrobium Deinococcus, Thermus Thermodesulfovibrio Synergistes Bacillus, Clostridium, Eubacterium, Heliobacterium*, Lactobacillus, Mycoplasma, Spiroplasma Bifidobacterium, Mycobacterium, Propionibacterium, Streptomyces Oscillatoria*, Prochlorococcus*, Synechococcus*, chloroplasts* Planctomyces Chlamydia Chlorobium* Bacteriodes, Cytophaga, Flexibacter, Flavobacterium, Rhodothermus Fibrobacter Borrelia, Leptonema, Spirochaeta (including Spirochaeta sp. str. Antarctic), Treponema Agrobacterium, Anaplasma, Rhodobacter*, Rhodospirillum*, Rickettsia, mitochondria Neisseria, Rhodocyclus*

12 gamma subdivision delta/epsilon subdivision * Fotosintetik I Motil Beggiatoa, Chromatium*, Escherichia, Haemophilus, Legionella, Pseudomonas, Salmonella, Vibrio, Yersinia Bdellovibrio, Campylobacter, Desulfovibrio, Helicobacter, Myxococcus, Wolinella Arkhaea pereduksi sulfat mempunyai anggota yang luas. Mereka mampu mengasinkan (meningkatkan kadar sulfur) sumur minyak, sehingga menjadi perhatian khusus oleh ilmuwan. Hal ini dapat meningkatkan biaya produksi (menambah biaya pemurnian minyak). Selain mengarami sumur minyak, mereka juga dapat menyerang pipa minyak sehingga menurunkan keawetan pipa. Arkhaea metanogen adalah mikroba anaerob obligat. Mereka menghasilkan gas metana. Gas metana dapat merusak ozon. Sebagian besar produksi metana dari aktivitas manusia, yaitu peternakan dan pertanian (padi). Eubacteria Beberapa pengelompokan (division) pada Eubacteria mencerminkan filogeni di anggota mereka (Tabel 7.1). Meskipun demikian masih terdapat pengelompokan yang belum mencerminkan filogenetik Eubacteria.

STRUKTUR SEL BAKTERI

STRUKTUR SEL BAKTERI STRUKTUR SEL BAKTERI Bakteri merupakan organisme prokariot Bakteri dibedakan menjadi eubakteri dan arkaebakteri Struktur sel bakteri bervariasi : bentuk, ukuran, komponen penyusun sel, dan materi genetik

Lebih terperinci

Lecture 1 Tatap Muka 2

Lecture 1 Tatap Muka 2 1/5 Maret 2010 Lecture 1 Tatap Muka 2 Biological Diversity I: A. Filogeni dan Pohon Kehidupan B. Bacteria dan Archaea C. Protista D. Fungi Kompetensi: 1. Mahasiswa mampu menerangkan pohon filogeni 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati memberikan harapan baru untuk pengendalian hama pertanian terutama fungi yang bersifat patogen. Secara

Lebih terperinci

PERAN SISTEMATIKA MIKROBIA DALAM MENGUNGKAP KEANEKARAGAMAN MIKROORGANISME. Idramsa *) ABSTRACT

PERAN SISTEMATIKA MIKROBIA DALAM MENGUNGKAP KEANEKARAGAMAN MIKROORGANISME. Idramsa *) ABSTRACT Idramsa, Peran Sistematika Mikrobia Dalam Mengungkap, hal. 58-63 PERAN SISTEMATIKA MIKROBIA DALAM MENGUNGKAP KEANEKARAGAMAN MIKROORGANISME Idramsa *) ABSTRACT Diversity of bacteria and archaea can not

Lebih terperinci

ARCHAEBACTERIA EUBACTERIA

ARCHAEBACTERIA EUBACTERIA ARCHAEBACTERIA & EUBACTERIA MATERI SK/KD/INDIKATOR CIRI UMUM BAKTERI STRUKTUR TUBUH BAKTERI KLASIFIKASI BAKTERI PERBEDAAN ARCHAEOBACTERIA & EUBAKTERIA REPRODUKSI BAKTERI Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin meningkat. Enzim

Lebih terperinci

II. RERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN

II. RERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN II. RERAN DAN KARAKTERISTIK MIKROBIA YANG PENTING DALAM PANGAN 2.1. KLASIFIKASI DAN NOMENCLATUR Klasifikasi Mikroorganisme dapat diklasifikasikan menurut berbagai kriteria Contoh : suhu optimum pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN. 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan BAB 7. MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN 7.1 Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan

Pendahuluan. UNSYIAH Universitas Syiah Kuala 9/28/2016. Pohon Kehidupan. Tiga Domain Kehidupan Pengantar Biologi MPA-107, 3 (2-1) Kuliah 13 BIOSISTEMATIKA & EVOLUSI: MIKROORGANISME Tim Pengantar Biologi Jurusan Biologi FMIPA Unsyiah Pendahuluan Mikroorganisme, atau mikroba, adalah makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP

BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP BAB II KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP Standar Kompetensi : Memahami prinsip-prinsip pengelompokan makhluk hidup. Kompetensi Dasar : 2.1 Mendeskripsikan prinsip dasar klasifikasi makhluk hidup Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME

PERTUMBUHAN MIKROORGANISME PERTUMBUHAN MIKROORGANISME 2 pertumbuhan Diartikan sebagai penambahan jumlah sel Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok

II. TINJAUAN PUSTAKA. makanan yang tidak tercerna. Alat pencernaan itik termasuk ke dalam kelompok II. TINJAUAN PUSTAKA A. Usus Itik Semua saluran pencernaan hewan dapat disebut sebagai tabung dari mulut sampai anus, yang memiliki fungsi untuk mencerna, mengabsorbsi, dan mengeluarkan sisa makanan yang

Lebih terperinci

METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA

METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA METABOLISME MIKROBIAL OLEH: FIRMAN JAYA 1. Metabolisme Aerobik dan Anaerobik Proses metabolisme: a. Katabolisme: reaksi eksergonik (Penguraian Senyawa Karbohidrat energi). Contoh: respirasi asam piruvat,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Bakteriosin HASIL DAN PEMBAHASAN Bakteriosin merupakan senyawa protein yang berasal dari Lactobacillus plantarum 2C12. Senyawa protein dari bakteriosin telah diukur konsentrasi dengan menggunakan

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi

Lebih terperinci

o Archaebacteria o Eubacteria

o Archaebacteria o Eubacteria o Archaebacteria o Eubacteria Tujuan Pembelajaran: Menjelaskan tentang monera... Ciri umum Golongan Peranan CIRI UMUM MONERA Nukleus :Prokariotik Sel : Monoseluler Reproduksi:Pembelahan sel Bakteri: pembelahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) Komoditas udang Vannamei ( Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan Amerika Latin. Udang ini dibudidayakan mulai dari pantai barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada

BAB I PENDAHULUAN. enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pemanfaatan enzim di dalam bioteknologi semakin menuntut adanya enzim bersifat tahan lingkungan yang mampu melakukan aktifitas pada kondisi ekstrim, salah satunya

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK 1. Widodo, S.P., M.Sc., Ph.D. 2. Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D. 3. Tiyas Tono Taufiq, S.Pt, M.Biotech

Lebih terperinci

Macam macam mikroba pada biogas

Macam macam mikroba pada biogas Pembuatan Biogas F I T R I A M I L A N D A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 6 ) A N J U RORO N A I S Y A ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 7 ) D I N D A F E N I D W I P U T R I F E R I ( 1 5 0 0 0 2 0 0 3 9 ) S A L S A B I L L A

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ageratum conyzoides L. yang dikenal dengan nama daerah babadotan di Indonesia, merupakan salah satu tumbuhan herba yang banyak mendapat perhatian oleh para peneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Minum Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum, syarat-syarat air minum

Lebih terperinci

Bakteri. Bakteri. Kuliah Mikrobiologi Nur Hidayat

Bakteri. Bakteri. Kuliah Mikrobiologi Nur Hidayat Bakteri Kuliah Mikrobiologi Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id resting spore heterocyst 5 µm Bakteri Bakteri berukuran sangat kecil Tersebar mulai dari dalam bumi hingga atmosfir, dari tempat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat

TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Asam Laktat Sifat yang terpenting dari bakteri asam laktat adalah memiliki kemampuan untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat. Berdasarkan tipe fermentasi, bakteri asam laktat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009)

TINJAUAN PUSTAKA. (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Lactobacillus plantarum 1A5 (a), 1B1 (b), 2B2 (c), dan 2C12 (d) Sumber : Firmansyah (2009) TINJAUAN PUSTAKA Lactobacillus plantarum Bakteri L. plantarum termasuk bakteri dalam filum Firmicutes, Ordo Lactobacillales, famili Lactobacillaceae, dan genus Lactobacillus. Lactobacillus dicirikan dengan

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 6. NUTRISI DAN MEDIA Kebutuhan dan syarat untuk pertumbuhan, ada 2 macam: fisik suhu, ph, dan tekanan osmosis. kimia

Lebih terperinci

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc.

Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. BIO210 Mikrobiologi Dr. Dwi Suryanto Prof. Dr. Erman Munir Nunuk Priyani, M.Sc. Kuliah 11-12. PROKARYOT, EUKARYOT, DAN VIRUS Fosil sel bakteri dalam benruk stromatolit berusia 3.5-3.8 triliun milyar tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Lingkungan Termofilik Lingkungan geotermal alami yang tersebar di seluruh permukaan bumi, pada dasarnya terbentuk dari pergerakan kerak bumi yang terjadi pada zona tektonik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti morfologi, fisiologi, dan genetik. Setiap habitat yang berbeda memberikan keragaman yang berbeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riska Lisnawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Riska Lisnawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ikan dan produk olahan dari ikan memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dan bermanfaat bagi kesehatan. Meskipun merupakan makanan yang bergizi, namun kontaminasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN.. HALAMAN PENGESAHAN.. RIWAYAT HIDUP.. i ABSTRAK... ii ABSTRACT.. iii UCAPAN TERIMAKASIH. iv DAFTAR ISI....... vi DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Dari kurun waktu tahun 2001-2005 terdapat 2456 isolat bakteri yang dilakukan uji kepekaan terhadap amoksisilin. Bakteri-bakteri gram negatif yang menimbulkan infeksi

Lebih terperinci

MODUL BAKTERI AKTIVITAS 1. CIRI-CIRI, STRUKTUR, MACAM-MACAM BENTUK KLASIFIKASI BAKTERI

MODUL BAKTERI AKTIVITAS 1. CIRI-CIRI, STRUKTUR, MACAM-MACAM BENTUK KLASIFIKASI BAKTERI MODUL BAKTERI AKTIVITAS 1. CIRI-CIRI, STRUKTUR, MACAM-MACAM BENTUK KLASIFIKASI BAKTERI 1. Mengapa bakteri yang ikut termakan oleh kita tidak dapat terlihat oleh mata? 2. Bagaimanakah ciri-ciri bakteri?

Lebih terperinci

Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia. 5Maret 2015

Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia. 5Maret 2015 Penggolongan Organisme dan Taksonomi Mikrobia 5Maret 2015 Taksonomi Carolus Linnaeus (1707-1778) Botaniawan, Sweden Pioneer dibidang taksonomi organisme 1766-1763 mengajukan konsep sistem pemberian nama

Lebih terperinci

Keragaman mikroorganisme 2 ( prokaryotz/archaea &eukaryote ) Kelompok e

Keragaman mikroorganisme 2 ( prokaryotz/archaea &eukaryote ) Kelompok e Keragaman mikroorganisme 2 ( prokaryotz/archaea &eukaryote ) Kelompok e Natronobacterium klasifikasi ilmiah: Domain: Archaea Raya: euryarchaeota Filum: euryarchaeota Kelas: Halobacteria Order: Halobacteriales

Lebih terperinci

Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya

Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya Pengelompokan Bakteri Berdasarkan Alat Geraknya By Plengdut - May 7, 2015 7341 Pada postingan kali ini, kita akan membahas mengenai pengelompokan bakteri berdasarkan alat gerak yang dimiliki organisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat mutu susu segar menurut SNI tentang Susu Segar 4 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Susu Susu murni adalah cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif, 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bacillus sp. Bacillus sp merupakan bakteri berbentuk batang, tergolong bakteri gram positif, motil, menghasilkan spora yang biasanya resisten pada panas, bersifat aerob (beberapa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam

TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging Ayam 4 TINJAUAN PUSTAKA Daging Sapi Daging adalah semua jaringan hewan, baik yang berupa daging dari karkas, organ, dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Glukosa adalah monosakarida yang berperan sebagai sumber karbon pada media pertumbuhan mikrobia, yang juga merupakan salah satu produk pertanian yang murah dan

Lebih terperinci

Teknik Isolasi pada Mikroba

Teknik Isolasi pada Mikroba Teknik Isolasi pada Mikroba Populasi mikroba di alam tidak terpisah sendiri menurut jenisnya, tetapi terdiri dari campuran berbagai macam sel. Di laboratorium populasi mikroba dapat diisolasi menjadi kultur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi.

BAB I PENDAHULUAN. 100 genus Actinomycetes hidup di dalam tanah. tempat-tempat ekstrim seperti daerah bekas letusan gunung berapi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Actinomycetes adalah bakteri gram positif, filamentus, membentuk spora dan mempunyai kandungan G+C tinggi (57-75%). Actinomycetes sering dianggap kelompok peralihan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalat Rumah (Musca domestica) Lalat rumah (M. domestica) merupakan lalat yang paling umum dikenal orang karena lalat ini biasanya hidup berasosiasi dengan manusia. M. domestica

Lebih terperinci

Metabolisme Energi. Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar. Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau

Metabolisme Energi. Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar. Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau Metabolisme Energi Pertemuan ke-4 Mikrobiologi Dasar Prof. Ir. H. Usman Pato, MSc. PhD. Fakultas Pertanian Universitas Riau Sumber Energi Mikroba Setiap makhluk hidup butuh energi untuk kelangsungan hidupnya

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kubis putih merupakan bahan pangan yang banyak ditemukan di Indonesia dan sudah tidak asing bagi masyarakat. Kubis putih dapat hidup pada dataran tinggi salah satunya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diawali dengan pemeriksaan karakteristik morfologi dan kemurnian isolat bakteri yang digunakan. Isolat bakteri yang digunakan adalah BAL indigenous

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Itik merupakan salah satu unggas penting yang diternakkan di Indonesia. Ternak ini memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi dengan produk yang dihasilkannya. Produk yang

Lebih terperinci

Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik

Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik (Manda Ferry Laverius/078114010) Penyakit typhus disebabkan oleh beragai macam bakteri. Meskipun penyakit ini memiliki kesamaan ciri secara umum, namun typhus dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan senyawa protein yang disintesis di dalam sel secara biokimiawi. Salah satu jenis enzim yang memiliki peranan penting adalah enzim selulase. Enzim selulase

Lebih terperinci

Pengantar MIKROBIOLOGI

Pengantar MIKROBIOLOGI Pengantar MIKROBIOLOGI Kuliah Pertemuan Ke-1 By Dr. Rozirwan, S.Pi, M.Sc ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SRIWIJAYA PENDAHULUAN Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kemurnian Bakteri L. plantarum dan Patogen Penelitian diawali dengan tahap persiapan dan pemurnian kembali dari keempat kultur bakteri asam laktat (BAL) yaitu Lactobacillus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan jaman, dunia pengobatan saat ini semakin berkembang dengan pesat, terutama perkembangan antibiotik yang dihasilkan oleh mikrobia. Penisilin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup dari setiap perlakuan memberikan hasil yang berbeda-beda. Tingkat kelangsungan hidup yang paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan masalah yang paling banyak dijumpai pada kehidupan sehari-hari. Kasus infeksi disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme patogen yang masuk

Lebih terperinci

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information)

Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information) Identifikasi mikroba secara molekuler dengan metode NCBI (National Center for Biotechnology Information) Identifikasi bakteri pada saat ini masih dilakukan secara konvensional melalui studi morfologi dan

Lebih terperinci

Mikrobiologi Umum Dan Bakteri DASAR BIOPROSES

Mikrobiologi Umum Dan Bakteri DASAR BIOPROSES Mikrobiologi Umum Dan Bakteri DASAR BIOPROSES MIKROBIOLOGI Ilmu yang mempelajari susunan dan aktifitasaktifitas kehidupan mikroba, yaitu makhluk yang mempunyai ukuran sel sangat kecil dan hanya dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Rata-Rata Jumlah Bakteri yang Terdapat pada Feses Sapi Potong Sebelum (inlet) dan Sesudah (outlet) Proses Pembentukan Biogas dalam Reaktor Tipe Fixed-Dome Hasil perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi merupakan peristiwa masuknya mikroorganisme ke suatu bagian di dalam tubuh yang secara normal dalam keadaan steril (Daniela, 2010). Infeksi dapat disebabkan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 Gambar 3 Diagram alir identifikasi bakteri Gram Positif Sumber: Bergey dan Breed 1994; Lay 1994 Analisis Data Analisis data dengan menggunakan metode deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri

Lebih terperinci

marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan

marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan Pada tahun 1950, terjadi kesalahpahaman bahwa bakteri Serratia marcescens bersifat tidak patogen. Bakteri ini berwarna kemerahmerahan dan sering digunakan dalam percobaan di sekolah untuk mempelajari jalannya

Lebih terperinci

Pengertian Prokaryota

Pengertian Prokaryota PROKARYOTA/ BAKTERI YUSUF KURNIAWAN ZUAH EKO MURSYID BANGUN ASNITA ROSMAYANa SARAGIH YORETTA BANGUN AFNI ARIANI SITORUS DIANA SITOMPUL KEVIN EVANS SARAGIH Pengertian Prokaryota Kata prokaryota ' berasal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni

TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni 5 TINJAUAN PUSTAKA Campylobacter jejuni Taksonomi dan nomenklatur dari genus Campylobacter diperbaharui pada tahun 1991. Genus Campylobacter memiliki 16 spesies dan 6 subspesies (Ray & Bhunia 2008). Campylobacter

Lebih terperinci

MODUL 6 SISTEMATIKA PROKARIOT

MODUL 6 SISTEMATIKA PROKARIOT MODUL 6 SISTEMATIKA PROKARIOT Pendahuluan Setelah Anda memahami materi pada modul 5 yang membahas sejarah tentang garis keturunan utama kehidupan, pada modul 6 ini, selanjutnya Anda dapat mempelajari sistematika

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis zat antibakteri isolat NS(9) dari bekasam ikan nila (Oreochromis niloticus) terdiri dari tiga tahap penelitian. Tahap pertama adalah karakterisasi isolat NS(9) yang bertujuan

Lebih terperinci

PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK

PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK PERBEDAAN SEL EUKARIOTIK DAN PROKARIOTIK EDITOR : VENNA AGATHA DESTRIANASARI NIM : G1C015011 PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae

Klebsiella pneumoniae. Gamma Proteobacteria Enterobacteriaceae. Klebsiella K. pneumoniae. Binomial name Klebsiella pneumoniae Klebsiella pneumoniae Kingdom: Phylum: Class: Order: Family: Genus: Species: Bacteria Proteobacteria Gamma Proteobacteria Enterobacteriales Enterobacteriaceae Klebsiella K. pneumoniae Binomial name Klebsiella

Lebih terperinci

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk

Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk Firman Jaya 2 Diartikan sebagai penambahan jumlah sel Penambahan jumlah sel pada bakteri dilakukan secara biner (membelah diri) yaitu dari 1 sel membelah menjadi 2 sel yang identik dengan sel induk 3 4

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Keamanan pangan Menurut Undang-undang Republik Indonesia no. 18/2012 tentang pangan, bahwa keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!!

TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!! TERUMBU KARANG JUGA BISA SAKIT LHO...!!! Di alam ini banyak terdapat banyak mikroba yang hidup dan berkembang biak, baik di udara, di dalam tanah, maupun di air. Nah, salah satu bakteri gram negatif yang

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU TAKSONOMI

PENGANTAR ILMU TAKSONOMI PENGANTAR ILMU TAKSONOMI Kepentingan dan keeratan hubungan penamaan terhadap pengelompokkan sangat besar sekali Dengan penamaan maka pengacuan atau penyebutan sesuatu obyek dapat dengan mudah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sidat (Anguilla sp.) atau eel merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya yang sangat potensial untuk dikembangkan di Indonesia karena di negara Jepang ikan ini

Lebih terperinci

Silabus Olimpiade BOF XI Soal SMP

Silabus Olimpiade BOF XI Soal SMP Silabus Olimpiade BOF XI Soal SMP No Materi pokok Lingkup materi 1 Makhluk Hidup a. Asal usul makhluk hidup b. Ciri-ciri makhluk hidup c. Perbedaan makhluk hidup dan benda mati d. Pengukuran Pada makhluk

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN & REPRODUKSI MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti

PERTUMBUHAN & REPRODUKSI MIKROORGANISME. Dyah Ayu Widyastuti PERTUMBUHAN & REPRODUKSI MIKROORGANISME Dyah Ayu Widyastuti Sifat Mikroorganisme Berdasarkan zat hara yang diperhatikan bakteri: 1. Sumber energi: a. Kemotrofik energi dari bahan kimia b. Fototrofik energi

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh

BAB II TUJUAN PUSTAKA. jalan seperti es dawet, es kelapa muda, dan es rumput laut. Pecemaran oleh BAB II TUJUAN PUSTAKA A. ES JUS Es Jus merupakan salah satu bentuk minuman ringan yang dapat langsung diminum sebagai pelepas dahaga. Es Jus terbuat dari beberapa bahan antara lain es batu,buah,,sirup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Staphylococcus aureus adalah jenis bakteri. Ini Gram positif noda dan non-bergerak bulat kecil berbentuk atau non-motil cocci. Hal ini ditemukan dalam anggur seperti

Lebih terperinci

Karakter fenotip. Siti K. Chaerun

Karakter fenotip. Siti K. Chaerun Karakter fenotip Siti K. Chaerun HUBUNGAN (Relationships) Sebelum mencoba mengklasifikasi suatu kelompok bakteri, sangat penting untuk mengetahui jenis/tipe hubungan yang akan disajikan/diuraikan. Seperti

Lebih terperinci

Isolasi, Identifikasi dan Taksonomi Bakteri Pertemuan 4 Inherni Marti Abna, S.Si, M.Si Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan

Isolasi, Identifikasi dan Taksonomi Bakteri Pertemuan 4 Inherni Marti Abna, S.Si, M.Si Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan Isolasi, Identifikasi dan Taksonomi Bakteri Pertemuan 4 Inherni Marti Abna, S.Si, M.Si Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN Mahasiswa dapat memahami cara-cara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bakteriofage

TINJAUAN PUSTAKA Bakteriofage TINJAUAN PUSTAKA Bakteriofage Bakteriofage merupakan virus yang menginfeksi bakteri, ditemukan secara terpisah oleh Frederick W. Twort di Inggris pada tahun 1915 dan oleh Felix d Herelle di Institut Pasteur

Lebih terperinci

Penyiapan Kultur Starter. Bioindustri Minggu 6 Oleh : Sri Kumalaningsih, dkk

Penyiapan Kultur Starter. Bioindustri Minggu 6 Oleh : Sri Kumalaningsih, dkk Penyiapan Kultur Starter Bioindustri Minggu 6 Oleh : Sri Kumalaningsih, dkk Pendahuluan Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan produksi barang dan jasa dengan menggunakan mikroorganisme diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kecap Kedelai 1. Definisi Kecap Kedelai Kecap merupakan ekstrak dari hasil fermentasi kedelai yang dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu, dengan

Lebih terperinci

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih

4. PEMBAHASAN Fermentasi Acar Kubis Putih 4. PEMBAHASAN 4.1. Fermentasi Acar Kubis Putih Fermentasi merupakan salah satu metode untuk memperpanjang umur simpan suatu bahan pangan. Ketika fermentasi berlangsung, kandungan gula sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase

II. TINJAUAN PUSTAKA. Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bakteri Asam Laktat Bakteri Asam laktat (BAL) yaitu kelompok bakteri gram positif, katalase negatif yang dapat memproduksi asam laktat dengan cara memfermentasi karbohidrat, selnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikroorganisme merupakan penyebab berbagai macam penyakit yang telah melanda peradaban manusia selama berabad-abad (Pelczar dan Chan, 2007). Mikroorganisme berkembang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 11 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan isolasi dan identifikasi bakteri pada saluran reproduksi A. atlas didapatkan hasil seperti tersaji pada Tabel 2 sampai Tabel 7 berikut ini. Tabel 2 Hasil isolasi bakteri

Lebih terperinci

Mikrobiologi Industri, Pangan dan Bioteknologi. 1. Mikrobiologi Industri 2. Mikrobiologi Pangan 3. Bioteknologi

Mikrobiologi Industri, Pangan dan Bioteknologi. 1. Mikrobiologi Industri 2. Mikrobiologi Pangan 3. Bioteknologi Mikrobiologi Industri, Pangan dan Bioteknologi 1. Mikrobiologi Industri 2. Mikrobiologi Pangan 3. Bioteknologi Bioteknologi Konvensional Pemanfaatan mikrobia alami (belum diubah kodratnya) dalam proses

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Tahap I BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Hasil pengukuran sampel tanah yang digunakan pada percobaan 1 meliputi ph tanah, kadar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar yang terjadi tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Penyakit infeksi ini

Lebih terperinci

Sidang Tugas Akhir - SB091358

Sidang Tugas Akhir - SB091358 Sidang Tugas Akhir - SB091358 POTENSI ISOLAT BAKTERI Pseudomonas DAN Bacillus DALAM MENDEGRADASI PLASTIK DENGAN METODE KOLOM WINOGRADSKY SEDERHANA Fiki Rahmah Fadlilah 1510 100 701 Dosen Penguji I Dr.

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup

POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup POKOK BAHASAN I PENDAHULUAN Tujuan Instruksional Khusus Setelah mengikuti kuliah pokok bahasan pendahuluan mahasiswa dapat: 1. Memahami ruang lingkup biokimia, sejarah perkembangan ilmu biokimia, bidangbidang

Lebih terperinci

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup

A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup A. JUDUL Keanekaragaman dan Klasifikasi Makhluk Hidup B. TUJUAN PRAKTIKUM 1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi 2. Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap

Lebih terperinci

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2009/2010

KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Mata Pelajaran : Biologi Kelas/Program : XII/IPA Semester : 1 KISI KISI PENULISAN SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2009/2010 Standar Kompetensi Kompetensi dasar Uraian Materi Indikator

Lebih terperinci

Faktor Lingkungan Mikroba

Faktor Lingkungan Mikroba Faktor Lingkungan Mikroba Agroindustri Produk Fermentasi TIP FTP UB Mas ud Effendi Faktor Lingkungan Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan yang utama di negara berkembang (Setyati dkk., 2012). Pneumonia dapat terjadi sepanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali I. PENDAHULUAN 1. Latar belakang Bawang merah (Allium cepa L. Aggregatum group) merupakan salah satu komoditas sayuran penting di Asia Tenggara karena seringkali digunakan sebagai bahan penyedap masakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil penelitian menunjukan bahwa penyakit ternak di Indonesia dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, bakteri, virus, dan parasit. Dari ketiga faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB X TAHAP-TAHAP TERBENTUKNYA KEHIDUPAN

BAB X TAHAP-TAHAP TERBENTUKNYA KEHIDUPAN 10-1 BAB X TAHAP-TAHAP TERBENTUKNYA KEHIDUPAN Berdasarkan fakta di alam dan hasil-hasil percobaan di laboratorium hanya teori evolusi biokimia yang paling dapat memberi penjelasan secara ilmiah tentang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyebab tingginya angka kematian di Indonesia maupun di dunia adalah penyakit infeksi (Priyanto, 2009). Penyakit infeksi dapat disebabkan oleh

Lebih terperinci