PENYAKIT HEMOLITIK PADA BAYI BARU LAHIR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENYAKIT HEMOLITIK PADA BAYI BARU LAHIR"

Transkripsi

1 PENYAKIT HEMOLITIK PADA BAYI BARU LAHIR Penyakit hemolitik bayi baru lahir (hemolytic desease of new born) adalah abnormal pecahnya sel darah merah pada janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini biasanya karena antibodi yang dibuat oleh ibu ditujukan terhadap sel darah merah bayi. Hal ini biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas Rh atau terjadi ketika ada ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan bayi, yaitu perbedaan antara golongan darah Rh ibu dan bayi.penyakit hemolitik dari Bayi juga disebut eritroblastosis fetalis(widness, 2008). Penyebab penyakit hemolitik bayi baru lahir (HDN) HDN paling sering terjadi ketika seorang ibu Rh negatif mempunyai bayi dengan ayah Rh positif. Ketika faktor Rh bayi positif, seperti ayah, masalah bisa berkembang jika sel-sel merah darah bayi menyeberang ke ibu Rh negatif. Sistem kekebalan ibu melihat sel Rh positif bayi darah merah sebagai "benda asing." Sama seperti ketika bakteri menyerang tubuh, sistem kekebalan tubuh merespon dengan mengembangkan antibodi untuk melawan dan menghancurkan sel-sel asing. Sistem kekebalan ibu kemudian membuat antibodi dalam kasus sel asing muncul lagi, bahkan pada kehamilan masa depan. Sang ibu sekarang "Rh peka." Meskipun tidak seperti biasa, masalah serupa bisa terjadi ketidak cocokan antara jenis darah (A, B, O, AB) dari ibu dan bayi dalam situasi berikut: Golongan Darah Ibu O A B Golongan Darah bayi A/B B A Pada kehamilan pertama, sensitisasi Rh tidak mungkin. Biasanya hanya menjadi masalah pada kehamilan masa depan dengan lain bayi Rh positif. Selama kehamilan itu, antibodi ibu melalui plasenta untuk melawan sel-sel positif Rh dalam tubuh bayi. Sebagai antibodi menghancurkan sel-sel darah merah, bayi bisa menjadi sakit. Ini disebut eritroblastosis fetalis selama kehamilan. Pada bayi baru lahir, kondisi ini disebut penyakit hemolitik bayi baru lahir. span class="fullpost"> <akibatnya Anemia berbahaya karena membatasi kemampuan darah untuk membawa oksigen ke organ bayi dan jaringan. Akibatnya: 1. Tubuh bayi merespon hemolisis dengan mencoba untuk membuat sel darah merah yang sangat cepat di sumsum tulang dan hati dan limpa. Hal ini menyebabkan organ-organ ini membesar. Sel-sel darah merah baru, yg disebut erythroblasts, sering belum matang dan tidak mampu melakukan pekerjaan sel-sel darah merah dewasa. 2. Sebagai sel-sel darah merah rusak, suatu zat yang disebut bilirubin terbentuk. Bayi tidak dapat dengan mudah

2 menyingkirkan bilirubin dan dapat membangun dalam darah dan jaringan lain dan cairan tubuh bayi. Ini disebut hiperbilirubinemia. Karena bilirubin memiliki pigmen atau pewarna, itu menyebabkan menguningnya kulit bayi dan jaringan. Ini disebut penyakit kuning. Komplikasi penyakit hemolitik bayi baru lahir Komplikasi dapat berkisar dari ringan sampai parah. Berikut ini adalah beberapa masalah yang dapat diakibatkan: 1. Selama kehamilan a. Anemia hiperbilirubinemia, ringan, dan penyakit kuning Plasenta membantu menyingkirkan beberapa bilirubin, tetapi tidak semua. b. Berat anemia dengan pembesaran hati dan limpa Ketika organ-organ ini dan sumsum tulang tidak dapat mengimbangi kerusakan yang cepat dari sel darah merah, hasil anemia berat dan organ lain yang terpengaruh. c. Hidrops fetalis Hal ini terjadi sebagai organ bayi tidak mampu untuk menangani anemia. Jantung mulai gagal dan sejumlah besar cairan membangun pada jaringan bayi dan organ. Sebuah janin dengan hidrops berisiko besar yang lahir mati. 2. Setelah lahir a. Parah hiperbilirubinemia dan ikterus Hati bayi tidak dapat menangani sejumlah besar bilirubin yang dihasilkan dari kerusakan sel darah merah. Hati bayi terus membesar dan anemia. b. Kernicterus Kernicterus adalah bentuk yang paling parah hiperbilirubinemia dan hasil dari penumpukan bilirubin dalam otak. Hal ini dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, ketulian, dan kematian. Pengobatan untuk penyakit hemolitik yang baru lahir HDN Setelah didiagnosis, pengobatan mungkin diperlukan. Pengobatan khusus untuk penyakit hemolitik yang baru lahir akan ditentukan oleh dokter bayi Anda berdasarkan: Usia kehamilan bayi anda, kesehatan secara keseluruhan, dan riwayat kesehatan, Luasnya penyakit, Toleransi bayi Anda untuk pengobatan spesifik, prosedur, atau terapi Harapan untuk perjalanan penyakit, Pendapat atau preferensi Selama kehamilan, perawatan untuk HDN mungkin termasuk: - Transfusi darah intrauterine sel darah merah dalam sirkulasi bayi Hal ini dilakukan dengan menempatkan sebuah jarum melalui rahim ibunya dan masuk ke rongga perut janin atau langsung ke dalam pembuluh darah di tali pusat. Mungkin perlu untuk memberikan obat penenang untuk menjaga bayi dari bergerak. transfusi Intraurine mungkin perlu diulang. - Pengiriman awal jika janin berkembang komplikasi Jika janin mempunyai paru-paru matang, persalinan dan melahirkan dapat dirangsang untuk mencegah memburuknya dari HDN.

3 Setelah lahir, pengobatan dapat mencakup: - Transfusi darah (untuk anemia parah) - Intravena cairan (untuk tekanan darah rendah) - Bantuan untuk gangguan pernapasan menggunakan oksigen atau mesin pernapasan mekanik - Transfusi tukar untuk menggantikan darah yang rusak bayi dengan darah segar - Transfusi tukar membantu meningkatkan jumlah sel darah merah dan menurunkan tingkat bilirubin. Sebuah transfusi pertukaran dilakukan dengan bolak memberi dan menarik darah dalam jumlah kecil melalui pembuluh darah atau arteri. transfusi Exchange mungkin perlu diulang jika tingkat bilirubin tetap tinggi. Pencegahan penyakit hemolitik yang baru lahir: Untungnya, HDN adalah penyakit yang dapat dicegah. Karena kemajuan dalam perawatan kehamilan, hampir semua wanita dengan darah Rh negatif diidentifikasi pada awal kehamilan dengan tes darah. Jika seorang ibu Rh negatif yang hamil, ia biasanya diberikan obat yang disebut imunoglobulin Rh (RhIg), juga dikenal sebagai Rhogam. Ini adalah produk darah khusus dikembangkan yang dapat mencegah antibodi Rh ibu negatif dari yang mampu bereaksi terhadap sel Rh positif. Banyak wanita diberikan Rhogam sekitar minggu 28 kehamilan. Setelah bayi lahir, seorang wanita harus menerima dosis kedua obat dalam waktu 72 jam. </akibatnya

4 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Anemia merupakan salah satu faktor risiko dari luaran janin yang jelek, berhubungan dengan kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, serta kematian ibu, dan janin.frekuensi ibu hamil dengan anemia di Indonesia relatif tinggi yaitu 63,5% sedangkan di Amerika hanya 6%. Menurut WHO, sebanyak 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Walaupun anemia merupakan keadaan fisiologis pada kehamilan, tetapi penting sekali untuk mengetahui etiologi, apakah hanya fisiologis atau keadaan patologis sebagai penyebab anemianya. Pada kasus kehamilan yang disertai anemia gravis, perlu dicurigai adanya kelainan hematologi sebagai penyakit primernya terutama anemia hemolitik dan hemoglobinopati 1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Apa pengertian anemia? 2. Apa pengertian anemia hemolitik? 3. Apa pengertian anemia hemolitik pada bayi baru lahir? 4. Apa etiologi atau penyebab dari penyakit anemia hemolitik pada bayi? 5. Apa patofisiologi dari penyakit anemia hemolitik pada bayi? 6. Bagaimana manifestasi klinis dari anemia hemolitik pada bayi baru lahir? 7. Bagaimana penatalaksanaan untuk bayi dengan anemia hemolitik? 8. Apa komplikasi yang terjadi untuk bayi dengan anemia hemolitik? 9. Bagaimana asuhan keperawatan untuk penyakit hemolitik pada bayi? 1.3 TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui anemia hemolitik pada bayi? 2. Mahasiswa dapat mengetahui penyebab dari anemia hemolitik pada bayi? 3. Mahasiswa mengetahui patofisiologi dari anemia hemolik pada bayi? 4. Mahasiswa dapat mengetahui manifestasi klinis dari anemia hemolitik pada bayi? 5. Mahasiswa mengetahui penatalaksanaan untuk bayi dengan anemia hemolitik? 6. Mahasiswa mengetaui komplikasi yang dapat terjadi apabila bayi terkena anemia hemolitik pada bayi? 7. Mahasiswa dapat mengetahui asuhan keperawatan untuk penyakit hemolitik pada bayi? BAB II KONSEP TEORI 2.1 PENGERTIAN 1. Anemia Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm 3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml darah (Ngastia, 1997 ; 398) Anemia adalah berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah batas nilai-nilai yang dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838)

5 2. Anemia Hemolitik Anemia hemolitik adalah anemia yang di sebabkan oleh proses hemolisis, yaitu pemecahahan eritrosit dalam pembuluh darah sebelum waktunya (normal umur eritrosit hari). Anemia hemolitik adalah anemia karena hemolisis, kerusakan abnormal sel-sel darah merah (sel darah merah), baik di dalam pembuluh darah (hemolisis intravaskular) atau di tempat lain dalam tubuh (extravascular). Anemia hemolitik adalah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghancuran darah sehingga umur dari eritrosit pendek (umur eritrosit normalnya 100 sampai 120 hari). Anemia hemolitik merupakan kondisi dimana jumlah sel darah merah (HB) berada di bawah nilai normal akibat kerusakan (dekstruksi) pada eritrosit yang lebih cepat dari pada kemampuan sumsum tulang mengantinya kembali. Jika terjadi hemolisis (pecahnya sel darah merah) ringan atau sedang dan sumsum tulang masih bisa mengompensasinya, anemia tidak akan terjadi, keadaan ini disebut anemia terkompensasi. Namun jika terjadi kerusakan berat dan sumsum tulang tidak mampu menganti keadaan inilah yang disebut anemia hemolitik. 3. Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir adalah suatu anemia normositik normokromik pada bayi positif Rh yang lahir dari ibu negatif Rh yang sebelumnya telah membentuk antibodi terhadap antigen Rh. Penyakit hemolitik bayi baru lahir (hemolytic desease of new born) atau HDN adalah abnormal pecahnya sel darah merah pada janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini biasanya karena antibodi yang dibuat oleh ibu ditujukan terhadap sel darah merah bayi. Hal ini biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas Rh atau terjadi ketika ada ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan bayi, yaitu perbedaan antara golongan darah Rh ibu dan bayi. Penyakit hemolitik dari Bayi juga disebut eritroblastosis fetalis (Widness,2008) 2.2 ETIOLOGI Penyebab penyakit hemolitik pada bayi baru lahir (HDN) : HDN paling sering terjadi ketika seorang ibu Rh negatif mempunyai bayi dengan ayah Rh positif. Ketika faktor Rh bayi positif, seperti ayah masalah bisa berkembang jika sel-sel merah darah bayi menyeberang ke ibu Rh negatif. Sistem kekebalan ibu melihat sel Rh positif bayi darah merah sebagai benda asing. Sama seperti ketika bakteri menyerang tubuh, sistem kekebalan tubuh merespon dengan mengembangkan antibodi untuk melawan dan menghancurkan sel-sel asing. Sistem kekebalan ibu kemudian membuat antibodi dalam kasus sel asing muncul lagi, bahkan pada kehamilan masa depan. Meskipun tidak seperti biasa, masalah serupa bisa terjadi ketidak cocokan antara jenis darah (A, B,O, AB) dari ibu dan bayi dalam situasi situasi berikut : Golongan darah ibu O, A, B.

6 Golongan darah bayi A atau B, B, A, Pada kehamilan pertama, sensitisasi Rh tidak mungkin. Biasanya hanya menjadi masalah pada kehamilan masa depan dengan lain bayi Rh positif. Selama kehamilan itu, antibodi ibu melalui plasenta untuk melawan sel-sel positif Rh dalam tubuh bayi. Sebagai antibodi menghancurkan sel-sel darah merah, bayi bisa menjadi sakit. Ini disebut eritroblastosis fetalis selama kehamilan. Pada bayi baru lahir, kondisi ini disebut penyakit hemolitik bayi baru lahir. 2.3 PATOFISIOLOGIS Berikut ini adalah gejala yang paling umum dari penyakit hemolitik pada bayi baru lahir. Namun, setiap bayi bisa mengalami gejala yang berbeda. Selama kehamilan gejala mungkin termasuk: 1. Dengan amniosentesis, cairan ketuban dapat memiliki warna kuning dan mengandung bilirubin. 2. USG janin menunjukkan penumpukan pembesaran hati, limpa, atau jantung dan cairan di perut janin. Setelah lahir, gejala mungkin termasuk: 1. Sebuah warna pucat mungkin jelas, karena anemia. 2. Jaundice, atau kuning mewarnai cairan ketuban, tali pusat, kulit, dan mata dapat hadir. Bayi mungkin tidak tampak kuning segera setelah lahir, namun jaundice dapat berkembang dengan cepat, biasanya dalam waktu 24 sampai 36 jam. 3. Bayi yang baru lahir mungkin memiliki pembesaran hati dan limpa. 4. Bayi dengan hidrops fetalis memiliki edema berat (pembengkakan) dari seluruh tubuh dan sangat pucat. Mereka sering mengalami kesulitan bernapas. 2.4 MANIFESTASI KLINIS Penyakit hemolitik yang ringan mungkin relatif asimptomatik disertai hepatomegali ringan dan sedikit peningkatan bilirubin. Penyakit yang parah bermanifestasi sebagai tanda-tanda anemia berat.dapat terjadi hiperbilirubinemia sehingga timbul ikterus berat dan gangguan susunan saraf pusat yang dikenal sebagai kernikterus. 2.5 PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan pada bayi baru lahir dengan penyakit hemolitik adalah sebagai berikut : 1. Pencegahan penyakit hemolitik yang diinduksi Rh dilakukan dengan sustu preparat antibodi anti Rh yang disebut RhoGAM pada usia kehamilan sekitar 7 bulan untuk wanita beresiko. 2. Apabila penyakit hemolitik tetap timbul pada bayi baru lahir diperlukan transfusi darah, transfusi diberikan dengan darah positif Rh yang tidak mengandung antibodi Rh. 3. Pada kasus ringan mungkin hanya diperlukan fototerapi untuk menurunkan kadar bilirubin tidak terkonjugasi.. Pengobatan untuk penyakit hemolitik yang baru lahir (HDN) :

7 HDN Setelah didiagnosis, pengobatan mungkin diperlukan. Pengobatan khusus untuk penyakit hemolitik yang baru lahir akan ditentukan oleh dokter bayi berdasarkan: Usia kehamilan bayi, kesehatan secara keseluruhan, dan riwayat kesehatan, luasnya penyakit, toleransi bayi untuk pengobatan spesifik, prosedur, atau terapi harapan untuk perjalanan penyakit, pendapat atau preferensi a). Selama kehamilan, perawatan untuk HDN diantaranya : 1. Transfusi darah intrauterine sel darah merah dalam sirkulasi bayi, hal ini dilakukan dengan menempatkan sebuah jarum melalui rahim ibunya dan masuk ke rongga perut janin atau langsung ke dalam pembuluh darah di tali pusar.mungkin perlu untuk memberikan obat penenang untuk menjaga bayi dari bergerak.transfusi intraurine mungkin perlu diulang. 2. Melahirkan lebih awal jika janin berkembang komplikasi.jika janin mempunyai paruparu matang persalinan dan melahirkan dapat dirangsang untuk mencegah memburuknya dari HDN. b). Setelah lahir : 1. Transfusi darah (untuk anemia parah) 2. Cairan intravena (untuk tekanan darah rendah) 3. Oksigen atau mesin pernafasan mekanik digunakan untuk yang mengalami gangguan pernafasan. 4. Transfusi tukar untuk menggantikan darah bayi yang rusak dengan darah yang segar. 5. Transfusi tukar membantu meningkatkan jumlah sel darah merah dan menurunkan tingkat bilirubin. Sebuah transfusi pertukaran dilakukan dengan bolak memberi dan menarik darah dalam jumlah kecil melalui pembuluh darah atau arteri. transfusi Exchange mungkin perlu diulang jika tingkat bilirubin tetap tinggi. 2.6 KOMPLIKASI Komplikasi penyakit hemolitik pada bayi baru lahir.komplikasi dapat berkisar dari ringan sampai parah.berikut ini adalah beberapa masalah yang dapat diakibatkan : A.Selama kehamilan : 1. Anemia hiperbilirubinemia, ringan, dan penyakit kuning Plasenta membantu menyingkirkan beberapa bilirubin,tetapi tidak semua 2. Berat anemia dengan pembesaran hati dan limpa Ketika organ-organ ini dan sumsum tulang tidak dapat mengimbangi kerusakan yang cepat dari sel darah merah,hasil anemia berat dan organ lain yang terpengaruh. 3. Hidrops fetalis Hal ini terjadi sebagai organ bayi tidak mampu untuk menangani anemia. Jantung mulai gagal dan sejumlah besar cairan membangun pada jaringan bayi dan organ.sebuah janin dengan hidrops beresiko besar yang lahir mati. B. Setelah lahir : 1. Hiperbilirubinemia parah dan ikterus. Hati bayi tidak dapat menangani sejumlah besar bilirubin yang dihasilkan dari kerusakan sel darah merah. Hati bayi terus membesar dan anemia. 2. Kemikterus Kernicterus adalah bentuk yang paling parah hiperbilirubinemia dan hasil dari penumpukan bilirubin dalam otak. Hal ini dapat menyebabkan kejang, kerusakan otak, ketulian, dan kematian

8 3. Anemia berat dapat menyebabkan gagal jantung 2.7 ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian a. Data demografi b. Riwayat kesehatan - Riwayat kesehatan dahulu 1. Kemungkinan ibu bayi pernah terpajan zat-zat kimia atau mendapatkan pengobatan seperti anti kanker, analgetik dll 2. Kemungkinan ibu bayi pernah kontak atau terpajan radiasi dengan kadar ionisasi yang besar 3. Kemungkinan ibu bayi kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung Asam Folat,Fe dan Vit 12 selama mengandung. 4. Kemungkinan ibu bayi pernah menderita penyakit-penyakit infeksi selama mengandung bayinya. 5. Kemungkinan bayi pernah mengalami perdarahan hebat 6. Riwayat kesehatan keluarga 7. Penyakit anemia dapat disebabkan olen kelainan ataukegagalan genetik yang berasal dari orang tua yang sama-sama trait sel sabit -Riwayat kesehatan sekarang 1. Bayi terlihat lemah 2. Muka klien pucat dan klien mengalami palpitasi 3. Bayi rewel dan sering menangis. c. Kebutuhan dasar 1) Pola aktivitas sehari-hari Keletihan, malaise, kelemahan 2) Sirkulasi 1. Palpitasi, takikardia, mur mur sistolik, kulit dan membran mukosa (konjungtiva, mulut, farink dan bibir) pucat 2. Sklera : biru atau putih seperti mutiara 3. Pengisian kapiler melambat atau penurunan aliran darah keperifer dan vasokonstriksi (kompensasi) 4. Kuku : mudah patah, berbentuk seperti sendok 5. Rambut kering, mudah putus, dan menipis 3) Eliminasi Diare dan penurunan haluaran urin 4) Makanan dan cairan 1. Penurunan nafsu untuk minum ASI 2. Mual dan muntah 3. Penurunan BB 4. Distensi abdomen dan penurunan bising usus 5. Kesulitan menelan 6) Neurosensori Gelisah dan kelemahan 7) Pernafasan

9 Nafas pendek pada istirahat dan aktivitas (takipnea, ortopnea dan dispnea) B. Diagnosa 1. Perubahan perfusi jaringan b/d penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen 2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d nafsu makan menurun, mual 3. Konstipasi b.d penurunan masukan diet; perubahan proses pencernaan; efek samping terapi obat. 4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan fisik. 5. Kurang pengetahuan, b/d kurang mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi. C. Intervensi 1. Perubahan perfusi jaringan b.d Penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen Tujuan: Peningkatan perfusi jaringan Kriteria hasil: - Keadaan umum 1. TD : 120/80 mmhg 2. Suhu 36,5 0 C 37 0 C 3. Jumlah Eritrosit sel/mm 3 - Intervensi: 1. Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit atau membrane mukosa, dasar kuku. 2. Awasi upaya pernapasan,auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius. 3. Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer. 4. Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah lengkap atau packed produk darah sesuai indikasi. 5. Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi. 6. Berikan transufi darah sesuai indikasi Rasional: 1. Memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi. 2. Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. 3. Gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama atau peningkatan kompensasi curah jantung. 4. Iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark. 5. Termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen

10 6. Mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi. 7. Memaksimalkan transport oksigen ke jaringan. 8. Meningkatkan jumlah sel darah merah 2 Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.b.d nafsu makan menurun, mual Kriteria hasil: 1. Keadaan umum membaik 2. Dapat minum ASI dengan baik 3. Mengalami peningkatan BB Intervensi: 1. Kaji riwayat nutrisi, termasuk asupan ASI 2. Timbang berat badan setiap hari 3. Berikan makan ASI dengan frekuensi sering 4. Observasi dan catat kejadian mual atau muntah, flatus dan dan gejala lain yang berhubungan 5. Kolaborasi pada ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi 6. Kolaborasi,pantau hasil pemeriksaan laboraturium 7. Kolaborasi, berikan obat sesuai indikasi Rasional: 1. Mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan nutrisi 2. Mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutris 3. Menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah distensi gaster 4. Gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ. 5. Meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk nutrisi yang dibutuhkan. 6. Kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi. 3.Konstipasi b.d penurunan masukan diet perubahan proses pencernaan; efeksamping terapi obat. Kriteria hasil : 1. Warna urine normal, dan warna feses normal serta konsistensi yang normal 2. Bunyi usus normal Intervensi 1. Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah 2. Auskultasi bunyi usus 3. Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare. 4. Kolaborasi ahli gizi untuk kebutuhan nutrisi Rasional : 1. Membantu mengidentifikasi penyebab atau faktor pemberat dan intervensi yang tepat. 2. Bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada konstipasi 3. Membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan membantu memperthankan status hidrasi pada diare 4. Menurunkan distress gastric dan distensi abdomen 5. Mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan 6. Mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.

11 7. Menurunkan motilitas usus bila diare terjadi. 4. Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan, kelemahan fisik. Kriteria hasil : 1. Dapat bergerak normal sesuai umur. 2. TD : 120/80 mmhg Intervensi: 1. Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. 2. Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan Rasional: 1. Mempengaruhi pilihan intervensi atau bantuan 2. Manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan 3. Meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru 5. Kurang pengetahuan b/d kurang mengingat, salah interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi. Kriteria hasil : 1. Keluarga menyatakan pemahamannya proses penyakit dan penatalaksanaan penyakit 2. Mengidentifikasi factor penyebab. 3. Melakukan tindakan yang perlu atau perubahan pola hidup. Intervensi: 1. Berikan informasi tentang hemolitik pada bayi spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi tergantung pada tipe dan beratnya anemia hemolitik. 2. Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostik 3. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien atau bayi tentang penyakit hemolitik pada bayi. 4. Berikan penjelasan pada keluarga klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang. 5. Minta keluarga klien mengulangi kembali tentang materi yang telah diberikan Rasional : 1. Memberikan dasar pengetahuan sehingga keluarga pasien dapat membuat pilihan yang tepat.menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam program terapi 2. Megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan keluarga klien tentang penyakit bayinya. 3. Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang keluarga klien akan tenang dan mengurangi rasa cemas 4. Mengetahui seberapa jauh pemahaman keluarga klien serta menilai keberhasilan dari tindakan yang dilakukan BAB III PENUTUP

12 A. KESIMPULAN Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir adalah suatu anemia normositik normokromik pada bayi positif-rh yang lahir dari ibu negatif Rh yang sebelumnya telah membentuk antibodi terhadap antigen Rh. Penyakit hemolitik bayi baru lahir (hemolytic desease of new born) atau HDN adalah abnormal pecahnya sel darah merah pada janin atau bayi yang baru lahir. Hal ini biasanya karena antibodi yang dibuat oleh ibu ditujukan terhadap sel darah merah bayi. Hal ini biasanya disebabkan oleh inkompatibilitas Rh atau terjadi ketika ada ketidakcocokan antara jenis darah ibu dan bayi, yaitu perbedaan antara golongan darah Rh ibu dan bayi. B. SARAN Sebagai mahasiswa yang tak pernah lepas dari kata belajar. Begitu pula dalam pembuatan asuhan keperawatan ini, yang jauh dari kesempurnaan. Olehnya kami menerima saran dari pembaca demi terciptanya asuhan keperawatan berikutnya yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Handayani,wiwik,dan Sulistyo.2008.asuhan keperawatan pada klien dengan gangguaan sistem hematologi.jakarta:salemba Medika

13

14 Golongan Darah Sistem Rhesus Sistem golongan darah Rhesus lebih sering kita dengar selain sistem golongan darah ABO, dibandingkan dengan sistem golongan darah lainnya. Sistem golongan darah yang memperhatikan faktor Rh berarti darah seseorang dibedakan berdasarkan ada tidaknya antigen-rh dalam eritrositnya. Istilah Rh atau Rhesus (juga biasa disebut Rhesus Faktor) pertama sekali dikemukakan pada tahun 1940 oleh Landsteiner dan Weiner. Dinamakan rhesus karena dalam riset tersebut digunakan darah kera rhesus (Macaca mulatta), salah satu spesies kera yang paling banyak dijumpai di India dan Cina. Pada sistem ABO, yang menentukan golongan darah adalah antigen A dan B, sedangkan pada Rh faktor, golongan darah ditentukan adalah antigen Rh (dikenal juga sebagai antigen D). Jika hasil tes darah di laboratorium seseorang dinyatakan tidak memiliki antigen Rh, maka ia memiliki darah dengan Rh negatif (Rh-), sebaliknya bila ditemukan antigen Rh pada pemeriksaan, maka ia memiliki darah dengan Rh positif (Rh+). Sejarah Jauh sebelum sistem golongan darah Rhesus ditemukan, telah dikenal gejala klinis yang disebut dengan hydrops fetalis, jaundice dankernicterus. Umumnya, bayi meninggal beberapa hari sesudah dilahirkan. Pada tahun 1921, von Gierke mengemukakan pendapatnya bahwa hydrops fetalis, jaundice dan kernicterus mungkin bukanlah beberapa hal yang berdiri sendiri, melainkan suatu perjalanan penyakit karena suatu penyebab. Pada saat itu telah diketahui bahwa pada kasus hydrops fetalis, jaundicedan kernicterus, janin/bayi yang menderita penyakit ini juga mengalamianemia berat, dan pada pemeriksaan laboratorium terlihat hemolisis serta adanya peningkatan jumlah eritroblast yang sangat tinggi. Pada tahun 1932, Diamond dkk menyatakan bahwa hydrops fetalis,jaundice, kernicterus, serta hemolisisdi masukkan ke dalam satu proses patologik yang dinamakan erythroblastosis fetalis. Sekarang,erythroblastosis fetalis dinamakan Hemolytic Disease of the Newborn(HDN) atau Hemolytic Disease of the Fetus and Newborn (HDFN). Selama beberapa tahun, penyebab hemolisis belum diketahui, sampai akhirnya pada tahun 1938, Darrow mengemukakan usulan bahwapatomekanisme dari erythroblastosis fetalis adalah reaksi antigen-antibodi. Darrow memperkirakan hemoglobin janin dianggap sebagaiimunogen bagi ibu, sehingga sistem imun ibu memproduksi antibodi terhadap sel darah merah janin. Dengan adanya antibodi ibu terhadap sel darah merah janin maka terjadilah respon imun yang melisiskan sel darah merah janin. Pendapat Darrow pada waktu itu bahwa reaksi antigen-antibodi merupakan dasar terjadinya erythroblastosis fetalis memang masih merupakan teori, namun pendapat itu sudah merupakan koreksi terhadap pendapat sebelumnya. Pada tahun 1939, Levine dan Stetson melaporkan tentang seorang ibu yang mengalami dua kejadian yaitu reaksi transfusi setelah mendapat transfusi darah dari suaminya, dan janin/bayi si ibu mengalami HDN. Si ibu mengalami reaksi transfusi yang sekarang dikenal dengan nama Acute Hemolytic Transfusion Reaction (reaksi hemolisis akut karena transfusi). Dari pemeriksaan laboratorium didapatkan bahwa si ibu ternyata membentuk antibodi terhadap sel darah merah suaminya, namun belum diketahui jenis antigen apa pada sel darah merah suaminya yang dikenali oleh antibodi ibu. Dari pemeriksaan ini, reaksi transfusi yang terjadi pada si ibu telah dapat diterangkan, tetapi mengapa terjadi HDN belum dapat dijelaskan. Pada saat itu, adanya antibodi ibu terhadap sel darah

15 merah suaminya belum dikaitkan dengan kasus HDN yang terjadi. Apalagi beberapa waktu sesudah kejadian itu, didapatkan si ibu tidak memproduksi lagi antibodi terhadap sel darah merah suaminya. Kejadian ini berlalu tanpa dikaitkan dengan HDN yang terjadi, dan dianggap sebagai kejadian yang terpisah. Di tahun 1940 dan 1941, Landsteiner dan Weiner mendeskripsikan eksperimen yang mereka lakukan pada guinea pigs dan kelinci. Eksperimen tersebut adalah sebagai berikut: pertama, mereka mengimunisasi / menyuntikkan sel darah merah kera rhesus ke guinea pigs dan kelinci. Dengan imunisasi ini maka guinea pigs dan kelinci membentuk antibodi terhadap sel darah merah kera Rhesus (oleh penelitinya antibodi ini dinamakan anti-rhesus). Kedua, anti-rhesus ini diambil dan direaksikan / dicampur dengan sel darah manusia dari berbagai individu. Ketiga, reaksi dari campuran tersebut diamati, positif ataunegatif. Disebut reaksi positif, bila sel darah merah manusia menjadi lisis dan disebut reaksi negatif bila sel darah merah manusia tidak lisis. Ternyata, 85% eksperimen menunjukkan reaksi positif. Dengan demikian disimpulkan bahwa anti-rhesus juga bereaksi terhadap sel darah merah manusia. Dengan kata lain, pada sebagian besar sel darah manusia terdapat antigen yang dikenali oleh anti-rhesus. Sel darah merah yang TIDAK lisis (15%) berarti tidak mempunyai antigen yang dikenali oleh antibodi tersebut (gambar 1). Di dunia, populasi dengan Rhesus (+), 85% populasi berada di Eropa Barat dan Amerika Utara. Gambar 1 Antigen yang dikenali oleh anti-rhesus disebut dengan antigen Rhesus. Dengan demikian pada sel darah manusia terdapat antigen yang sama dengan yang terdapat pada sel darah merah kera rhesus yaitu antigen Rhesus. Sel darah merah manusia yang mempunyai antigen Rhesus akan lisis bila direaksikan dengan anti-rhesus, tetapi sel darah merah manusia yang tidak mempunyai antigen Rhesus tidak akan lisis bila direaksikan dengan anti-rhesus (gambar 1). Jadi sejak saat itu diketahui bahwa berdasarkan ada tidaknya antigen-rh, maka golongan darah manusia dibedakan atas dua kelompok, yaitu : Rh-positif (Rh+), berarti darahnya memiliki antigen-rh yang ditunjukkan dengan reaksi positif atau terjadi penggumpalan eritrosit pada waktu dilakukan tes dengan anti-rh (antibodi Rh). Rh-negatif (Rh-), berarti darahnya tidak memiliki antigen-rh yang ditunjukkan dengan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan saat dilakukan tes dengan anti-rh (antibodi Rh). Faktor Genetik pada Sistem Penggolongan Darah Rh Menurut Landsteiner golongan darah Rh ini, bersifat herediter yang diatur oleh satu gen yang terdiri dari 2 alel, yaitu R dan r. R dominan terhadap r, sehingga terbentuknya antigen-rh ditentukan oleh

16 gen dominan R. Orang Rh+ mempunyai genotip RR atau Rr, sedangkan orang Rh- mempunyai genotip rr. Wiener menyatakan bahwa golongan darah Rh ditentukan oleh satu seri alel yang terdiri dari 8 alel. Hal ini didasarkan pada kenyataan tidak semua orang Rh+ mempunyai antigen-rh yang sama, begitu juga dengan orang Rh-. Kedelapan alel tersebut yaitu: (1) Rh+, alel-alelnya RZ, R1, R2, R0 dan (2) Rh-, alel-alelnya ry, r, r, r Peneliti lain yaitu R.R. Race dan R.A. Fisher berpendapat bahwa golongan darah Rh ditentukan oleh 3 pasang gen (C, D, dan E). Gen-gen ini bukan alel, tetapi terangkai amat berdekatan satu sama lain dan ketiga gen ini dominan terhadap alelnya c, d, dan e. Ada tidaknya antigen-rh dalam eritrosit seseorang ditentukan oleh gen D. Orang Rh+ mempunyai gen D dan bergenotip CDE atau cde, dan sebagainya. Orang Rh-, tidak mempunyai gen D dan genotipnya dapat ditulis cde atau CdE. Ketiga sistem tersebut tetap berlaku karena belum dapat dipastikan sistem mana yang benar sampai sekarang Peranan Faktor Rh dalam Klinik Faktor Rh dalam darah seseorang mempunyai arti penting dalam klinik. Orang yang serum dan plasma darahnya tidak mempunyai anti-rh dapat distimulir (dipacu) untuk membentuk anti-rh. Pembentukan anti-rh ini dapat melalui jalan : 1. Transfusi Darah. Contoh kasus ini misalnya pada seorang perempuan Rh- yang kerena sesuatu hal harus ditolong dengan transfusi darah. Darah donor kebetulan Rh+, berarti mengandung antigen-rh. Antigen-Rh ini akan dipandang sebagai protein asing, sehingga perempuan itu akan distimulir membentuk anti-rh. Serum darah perempuan yang semula bersih dari anti-rh akan mengandung anti-rh. Anti-Rh akan terus bertambah jika transfusi dilakukan lebih dari sekali. Anti-Rh akan membuat darah yang mengandung antigen-rh menjadi menggumpal sehingga perempuan Rh- tersebut tidak bisa menerima darah dari orang Rh+. Orang Rh- harus selalu ditransfusi dengan darah Rh-. Seseorang yang akan melakukan transfuse, sebaiknya selain memeriksa golongan darah dengan sistem ABO juga harus memeriksakan faktor Rhnya. 2. Perkawinan. Kasus ini bisa terjadi misalnya seorang perempuan Rh- (genotip rr) menikah dengan laki-laki Rh+ (bergenotip homozigotik RR) dan perempuan tersebut hamil. Janin dari pasangan ini tentunya akan bergolongan darah Rh+ (genotip Rr) yang diwarisi dari ayahnya. Sebagian kecil darah janin yang mengandung antigen-rh tersebut akan menembus plasenta dan masuk kedalam tubuh ibunya. Serum dan plasma darah ibu distimulir untuk membentuk anti-rh, sehingga darah ibu yang mengalir kembali ke janin mengandung anti-rh. Anti-Rh ini akan merusak sel darah merah janin yang mengandung antigen-rh, sehingga janin akan mengalami hemolisis eritrosit. Hemolisis eritrosit akan menghasilkan bilirubin indirek yang bersifat tidak larut air, tetapi larut lemak dan tentunya akan meningkatkan kadar bilirubin darah janin. Peningkatan ini dapat menyebabkan ikterus patologis yaitu suatu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah mencapai suatu nilai yang mempunyai potensi menimbulkan Kern ikterus, bila tidak segera ditangani. Kern ikterus menyebabkkan suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak terutama pada korpus striatum, talamus, nukleus sub talamus, hipokampus, nukleus merah dan nukleus pada dasar ventrikulus IV. Bayi yang mengalami kern ikterus biasanya mengalami kuning disekujur tubuhnya. Ada 2 kemungkinan bagi janin yang mengalami ketidakcocokan Rh ini, yaitu : Bayi pertama bisa

17 selamat karena anti-rh yang dibentuk oleh ibu itu masih sedikit, sedangkan bayi pada kehamilan kedua bisa meninggal, jika mengalami anemia berat. Penyakit seperti ini dikenal dengan nama eritoblastosis fetalis. Kejadian ini akan terulang pada waktu ibu hamil berikutnya. Bayi dapat juga hidup, tetapi biasanya akan mengalami cacat, lumpuh, dan retardasi mental. Hemolytic Disease of the Newborn (HDN) Rangkaian kejadian yang dialami bayi tersebut, pada tahun 1941, ditulis oleh Levine dkk dalam suatu laporan lengkap tentang etiologi dari HDN. Dalam tulisannya dijelaskan bahwa hemolisis pada kasus HDN disebabkanantibodi ibu terhadap sel darah merah janin. Antibodi ini menembus plasenta kemudian berikatan dengan sel darah merah janin, menimbulkan respon imun berikutnya, yang berakibat HDN. Dari berbagai studi termasuk studi literatur didapatkan bahwa antibodi pada HDN adalah antibodi yang dilaporkan oleh Landsteiner dan Weiner (yaitu anti-rhesus). Dengan demikian nampaklah benang merah bahwa HDN adalah suatu kondisi patologik yang didasari oleh reaksi antigen-antibodi. Antibodi yang berperanan disebut anti-rhesus, dan antigennya disebut denganantigen Rhesus. Sel darah merah janin mempunyai antigen Rhesus, sedangkan sel darah merah ibu tidak mempunyai antigen Rhesus, sehingga antigen Rhesus merupakan benda asing bagi ibu. Antigen Rhesus ini merangsang sistem imun ibu untuk membentuk anti-rhesus, yang dapat menembus plasenta dan berikatan dengan sel darah merah janin (gambar 2). Gambar 2 Laporan dari Wiener dan Peters pada tahun 1940 memberikan tambahan bahwa antibodi tersebut menyebabkan reaksi transfusi berupa hemolisis. Kompilasi dari berbagai penemuan oleh Levine dan Stetson, Landsteiner dan Wiener, Levine dkk, membuahkan penemuan sebuah sistem golongan darah yang dinamakan Sistem Golongan Darah Rhesus. Kembali pada reaksi transfusi hemolisis akut yang diderita sang ibu, sekarang, peristiwa yang tejadi sekian puluh tahun lalu, dapat diterangkan sebagai berikut: sel darah merah si ibu tidak mempunyai antigen Rhesus, tetapi sel darah merah suaminya mempunyai antigen Rhesus, dan sel darah merah janin/bayi sama seperti sel darah merah ayahnya yaitu mempunyai antigen Rhesus.

18 Sel darah merah ibu yang tidak mempunyai antigen Rhesus menyebabkan si ibu merasa asing terhadap antigen Rhesus pada sel darah merah suami dan janin/bayinya, sehingga pada saat ditransfusi dengan sel darah merah suaminya si ibu membentuk anti-rhesus dan menyebabkan reaksi transfusi hemolisis akut pada ibu, si ibu pun membentuk anti-rhesus tehadap janin/bayinya yang menembus plasenta dan berikatan dengan sel darah merah janin/bayi sehingga terjadi HDN (gambar 2).

Sistem penggolongan darah manusia telah cukup banyak ditemukan sampai saat ini, seperti sistem golongan darah ABO, Sistem MNSs, Faktor Rh, dan

Sistem penggolongan darah manusia telah cukup banyak ditemukan sampai saat ini, seperti sistem golongan darah ABO, Sistem MNSs, Faktor Rh, dan Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan darah ditentukan oleh jumlah zat (kemudian

Lebih terperinci

KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati

KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS. Ns. Haryati KONSEP GOLONGAN DARAH ABO DAN RHESUS Ns. Haryati 2015 Lingkup Pembelajaran 1. Sejarah Golongan Darah 2. Definisi Golongan Darah 3. Jenis Golongan Darah: ABO 4. Rhesus 5. Pewarisan Golongan Darah 6. Golongan

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS

PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH RHESUS I. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari dan memahami golongan darah. 2. Untuk mengetahui cara menentukan golongan darah pada manusia. II. Tinjauan Pustaka Jenis penggolongan

Lebih terperinci

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H

Shabrina Jeihan M XI MIA 6 SISTEM TR A N SFU SI D A R A H Shabrina Jeihan M XI MIA 6 G O LO N G A N D A R A H,U JI G O LO N G A N D A R A H D A N SISTEM TR A N SFU SI D A R A H G olongan darah Golongan darah -> klasifikasi darah suatu individu berdasarkan ada

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA

LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar darah Hemoglobin (Hb) atau hematokrit di bawah normal. (Brunner & Suddarth, 2000:

Lebih terperinci

GOLONGAN DARAH. Sejarah

GOLONGAN DARAH. Sejarah GOLONGAN DARAH Sejarah Tahun 1900 Landsteiner menemukan tiga dari Empat golongan darah yaitu A, B, O dgn cara Memeriksa gol. Darah teman sekerjanya. Tahun 1901 Von Decastelio dan Sturli menemu Kan gol.darah

Lebih terperinci

PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA

PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA PENYAKIT HEMOLITIK PADA NEONATUS MADE SUANDIKA SKEP,NS,MKEP CWCCA Penyakit hemolitik pada neonatus atau HDN (Hemolytic Disease of the Newborn) HDN adalah akibat lewatnya antibody IgG dari sirkulasi ibu

Lebih terperinci

9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah afifah 14. windi yuniati 15. Gina I. 16. Nungki. 8.

9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah afifah 14. windi yuniati 15. Gina I. 16. Nungki. 8. 1. Dika fernanda 2. Satya wirawicak 3. Ayu wulandari 4. Aisyah 5. Isti hidayah 6. Hanny dwi andini 7. Ranny dwi. H 8. Siti sarifah 9. Sonia mahdalena 10. Tri amalia 11. Mitha nur 12. Novita sari 13. Wardah

Lebih terperinci

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter?

Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Kuning pada Bayi Baru Lahir: Kapan Harus ke Dokter? Prof. Dr. H. Guslihan Dasa Tjipta, SpA(K) Divisi Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU 1 Kuning/jaundice pada bayi baru lahir atau disebut

Lebih terperinci

ALEL GANDA. Oleh ARNI AMIR

ALEL GANDA. Oleh ARNI AMIR ALEL GANDA Oleh ARNI AMIR ALEL GANDA Yaitu apabila sebuah lokus dalam sebuah kromosom ditempati oleh beberapa alel atau seri alel maka disebut alel ganda = Multiple Alleles. Konsep Alel Ganda 1. Warna

Lebih terperinci

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N

Thalassemia. Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Thalassemia Abdul Muslimin Dwi Lestari Dyah Rasminingsih Eka Widya Yuswadita Fitriani Hurfatul Gina Indah Warini Lailatul Amin N Maiyanti Wahidatunisa Nur Fatkhaturrohmah Nurul Syifa Nurul Fitria Aina

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP AN. R DENGAN BISITOPENIA DI RUANG HCU ANAK RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG Oleh : Dewi Rahmawati 201420461011056 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA By Rahma Edy Pakaya, S.Kep., Ns

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA By Rahma Edy Pakaya, S.Kep., Ns ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN TALASEMIA By Rahma Edy Pakaya, S.Kep., Ns I. DEFINISI Talasemia adalah penyakit anemia hemolitik herediter yang diturunkan secara resesif. Ditandai oleh defisiensi produksi

Lebih terperinci

Mengenal Penyakit Kelainan Darah

Mengenal Penyakit Kelainan Darah Mengenal Penyakit Kelainan Darah Ilustrasi penyakit kelainan darah Anemia sel sabit merupakan penyakit kelainan darah yang serius. Disebut sel sabit karena bentuk sel darah merah menyerupai bulan sabit.

Lebih terperinci

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan

Data Demografi. Ø Perubahan posisi dan diafragma ke atas dan ukuran jantung sebanding dengan ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian Data Demografi Nama Umur Pekerjaan Alamat a. Aktifitas dan istirahat Ø Ketidakmampuan melakukan aktifitas normal Ø Dispnea nokturnal karena pengerahan tenaga b. Sirkulasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. antigen) yang terkandung di dalam sel darah merah (Fitri, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Golongan darah merupakan ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Golongan

Lebih terperinci

Jurnal Riset Kesehatan MENGENAL PENYAKIT HEMOLITIK PADA BAYI BARU LAHIR

Jurnal Riset Kesehatan MENGENAL PENYAKIT HEMOLITIK PADA BAYI BARU LAHIR Jurnal Riset Kesehatan, 5 (2), 2016, 104-111 Jurnal Riset Kesehatan http://ejournal.poltekkes-smg.ac.id/ojs/index.php/jrk MENGENAL PENYAKIT HEMOLITIK PADA BAYI BARU LAHIR Feri Arosa *) Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dengan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIFOID Definisi: Typhoid fever ( Demam Tifoid ) adalah suatu penyakit umum yang menimbulkan gejala gejala sistemik berupa kenaikan suhu dan kemungkinan penurunan kesadaran. Etiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi

BAB I PENDAHULUAN. yang sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bilirubin merupakan produk utama pemecahan sel darah merah oleh sistem retikuloendotelial. Kadar bilirubin serum normal pada bayi baru lahir < 2 mg/dl. Pada

Lebih terperinci

PEWARISAN SIFAT PADA MANUSIA. Tujuan Pembelajaran

PEWARISAN SIFAT PADA MANUSIA. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 2006/2013 Kelas XII biologi PEWARISAN SIFAT PADA MANUSIA Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami tentang variasi sifat manusia

Lebih terperinci

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010

THALASEMIA A. DEFINISI. NUCLEUS PRECISE NEWS LETTER # Oktober 2010 THALASEMIA A. DEFINISI Thalasemia adalah penyakit kelainan darah yang ditandai dengan kondisi sel darah merah mudah rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Akibatnya penderita

Lebih terperinci

ALEL GANDA. Luisa Diana Handoyo, M.Si.

ALEL GANDA. Luisa Diana Handoyo, M.Si. ALEL GANDA Luisa Diana Handoyo, M.Si. ALEL GANDA Merupakan fenomena adanya tiga atau lebih alel pada satu gen Pada umumnya satu gen memiliki dua alel alternatifnya Alel ganda dapat terjadi sebagai akibat

Lebih terperinci

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan 5. Pengkajian a. Riwayat Kesehatan Adanya riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya : batuk, pilek, demam. Anoreksia, sukar menelan, mual dan muntah. Riwayat penyakit yang berhubungan dengan imunitas

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS. Praktikum IDK 1 dan Biologi, 2009 Tuti Nuraini, SKp., M.Biomed. 1 TUJUAN Mengetahui asal sel-sel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA)

BAB 1 PENDAHULUAN. Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia hemolitik autoimun atau Auto Immune Hemolytic Anemia (AIHA) merupakan salah satu penyakit di bidang hematologi yang terjadi akibat reaksi autoimun. AIHA termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN

MANAJEMEN TERPADU UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN MANAJEMEN TERPADU BAYI MUDA UMUR 1 HARI SAMPAI 2 BULAN PENDAHULUAN Bayi muda : - mudah sekali menjadi sakit - cepat jadi berat dan serius / meninggal - utama 1 minggu pertama kehidupan cara memberi pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Darah Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi, oksigen, antibodi,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR. Mei Vita Cahya Ningsih ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI RESIKO TINGGI DENGAN BBLR Mei Vita Cahya Ningsih D e f e n I s i Sejak tahun1961 WHO telah mengganti istilah premature baby dengan low birth weight baby ( bayi berat lahir

Lebih terperinci

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT VENTRIKEL SEPTAL DEFECT 1. Defenisi Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan 2. Patofisiologi Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Eritrosit Fungsi

Lebih terperinci

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE LAPORAN KASUS / RESUME DIARE A. Identitas pasien Nama lengkap : Ny. G Jenis kelamin : Perempuan Usia : 65 Tahun T.T.L : 01 Januari 1946 Status : Menikah Agama : Islam Suku bangsa : Indonesia Pendidikan

Lebih terperinci

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL O 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan produk mucus berlebihan dan kental, batuk tidak efektif. Mempertahankan jalan

Lebih terperinci

Golongan darah. Kuliah SP modul HOM 2009

Golongan darah. Kuliah SP modul HOM 2009 Golongan darah Kuliah SP modul HOM 2009 Sejarah : GOLONGAN DARAH Landsteiner (1900) : gol darah A, B, AB, O gol darah lain : Lewis, Duffi, rhesus, Kidd, Lutheran Yang terpenting ; ABO dan rhesus Dasar

Lebih terperinci

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE

Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns AKPER HKBP BALIGE Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Berat badan 2500-4000 gram. Panjang badan lahir 48-52 cm. Lingkar dada 30-35 cm. Lingkar kepala 33-35 cm. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup

Lebih terperinci

ANEMIA. 3. Patofisiologi Kegalan sum2 a/ kehilangn sel darah merah berlebihan. Misalnya berkurangnya eritropoesis (produksi sel darah merah)

ANEMIA. 3. Patofisiologi Kegalan sum2 a/ kehilangn sel darah merah berlebihan. Misalnya berkurangnya eritropoesis (produksi sel darah merah) ANEMIA 1. Pengertian anemia adalah istilah yg menunjukan rendahnya hitung sel darah merah dan kadar HB dan hematokrik dibawah normal(suzanne C,smeltzer :935:2001) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk dari sejumlah destruksi normal dari sirkulasi eritrosit dimana bilirubin berasal dari penguraian protein dan heme. 13 Kadar

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DI RS ROEMANI RUANG AYUB 3 NAMA NIM : ANDHIKA ARIYANTO :G3A014095 PROGRAM S1 KEPERAWATAN FIKKES UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SEMARANG 2014-2015 1 LAPORAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tingkat Pendidikan Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri atau

Lebih terperinci

Alel Ganda Suhardi, S.Pt.,MP

Alel Ganda Suhardi, S.Pt.,MP Alel Ganda Suhardi, S.Pt.,MP Alel Ganda Alel Merupakan bentuk alternatif suatu gen yang terdapat pada lokus ( tempat ) tertentu Alel ganda ( multiple alleles ) adalah bila dalam satu lokus terdapat lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anemia Anemia secara praktis didefenisikan sebagai kadar Ht, konsentrasi Hb, atau hitung eritrosit di bawah batas normal. Namun, nilai normal yang akurat untuk ibu hamil sulit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan berisiko adalah kehamilan yang akan menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar, baik terhadap ibu maupun terhadap janin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi di negara-negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5, 5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup,

Lebih terperinci

Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah SEKOLAH DASAR TETUM BUNAYA Kelas Yupiter Nama Pengajar: Kak Winni Ilmu Pengetahuan Alam Sistem Peredaran Darah A. Bagian-Bagian Darah Terdiri atas apakah darah

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang 27 BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang ditemukan pada pasien An.T adapun permasalahan tersebut sebagai berikut: A. Diagnosa 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh memiliki pusat pengaturan yang diatur oleh otak. Otak merupakan organ paling besar dan paling kompleks pada sistem saraf. Sistem saraf merupakan sistem fungsional

Lebih terperinci

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g

PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari gram (sampai dengan g ASUHAN PADA BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH By. Farida Linda Sari Siregar, M.Kep PENGERTIAN Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat kelahiran kurang dari

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin merupakan produk yang bersifat toksik dan harus dikeluarkan oleh tubuh. Sebagian besar bilirubin tersebut berasal dari degradasi hemoglobin

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 ) BAB I KONSEP DASAR A. Pengertian DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue, sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti betina.

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN. Setiawan, S.Kp., MNS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SHOCK HYPOVOLEMIK Setiawan, S.Kp., MNS KLASIFIKASI SHOCK HYPOVOLEMIC SHOCK CARDIOGENIC SHOCK SEPTIC SHOCK NEUROGENIC SHOCK ANAPHYLACTIC SHOCK TAHAPAN SHOCK TAHAP INISIAL

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Hematologi; Anemia

Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Hematologi; Anemia Nama : Ikhsanuddin Ahmad Hrp, S.Kp., MNS. NIP : 19720826 200212 1 002 Departemen : Kep. Medikal Bedah & Kep. Dasar Mata Kuliah : Kep. Medikal Bedah Topik : Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan

Lebih terperinci

I. Tujuan Praktikum II. Landasan Teori Fenotip Alel

I. Tujuan Praktikum II. Landasan Teori Fenotip Alel I. Tujuan Praktikum Setelah selesai melakukan praktikum alel majemuk, mahasiswa diharapkan dapat: 1. Mengenali fenotip pada dirinya sendiri yang dikendalikan oleh gen yang terdiri dari alel majemuk. 2.

Lebih terperinci

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator.

Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah. Catatan untuk fasilitator. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Bab 3 Permasalahan Neonatus-Berat Badan lahir rendah Catatan untuk fasilitator Rangkuman kasus Maya, 19 tahun yang hamil pertama kali (primi gravida), dibawa ke

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN A. PENGERTIAN Transient Tachypnea Of The Newborn (TTN) ialah gangguan pernapasan pada bayi baru lahir yang berlangsung singkat yang

Lebih terperinci

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan

BAB I KONSEP DASAR. menderita deferensiasi murni. Anak yang dengan defisiensi protein. dan Nelson membuat sinonim Malnutrisi Energi Protein dengan BAB I KONSEP DASAR A. Konsep Medis Kurang Energi Protein (KEP) 1. Pengertian Malnutrisi sebenarnya adalah gizi salah, yang mencakup gizi kurang atua lebih. Di Indonesia dengan masih tinggi angka kejadian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Status Gizi a. Definisi Status Gizi Staus gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e

BAB I PENDAHULUAN. 1 P a g e BAB I PENDAHULUAN Anemia adalah kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin kurang dari normal. Tingkat normal dari hemoglobin umumnya berbeda pada laki-laki dan wanita-wanita. Untuk laki-laki,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : AVYSIA TRI MARGA WULAN J 500 050 052

Lebih terperinci

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit Plasma (40%-50%) Lekosit Eritrosit sebelum sesudah sentrifusi Fungsi utama eritrosit:

Lebih terperinci

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14

BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 BAYI BARU LAHIR DARI IBU DM OLEH: KELOMPOK 14 1. PENGERTIAN Bayi dari ibu diabetes Bayi yang lahir dari ibu penderita diabetes. Ibu penderita diabetes termasuk ibu yang berisiko tinggi pada saat kehamilan

Lebih terperinci

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya

Anemia Megaloblastik. Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Haryson Tondy Winoto, dr.,msi.med.,sp.a Bag. Anak FK-UWK Surabaya Anemia Megaloblastik Anemia megaloblastik : anemia makrositik yang ditandai peningkatan ukuran sel darah merah yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ikterus adalah gambaran klinis berupa pewarnaan kuning pada kulit dan mukosa karena adanya deposisi produk akhir katabolisme heme yaitu bilirubin. Secara klinis, ikterus

Lebih terperinci

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun.

DIARE AKUT. Berdasarkan Riskesdas 2007 : diare merupakan penyebab kematian pada 42% bayi dan 25,2% pada anak usia 1-4 tahun. DIARE AKUT I. PENGERTIAN Diare akut adalah buang air besar lebih dari 3 kali dalam 24 jam dengan konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu. Kematian disebabkan karena dehidrasi. Penyebab terbanyak

Lebih terperinci

BAB III ANALISA KASUS

BAB III ANALISA KASUS BAB III ANALISA KASUS 3.1 Pengkajian Umum No. Rekam Medis : 10659991 Ruang/Kamar : Flamboyan 3 Tanggal Pengkajian : 20 Mei 2011 Diagnosa Medis : Febris Typhoid a. Identitas Pasien Nama : Nn. Sarifah Jenis

Lebih terperinci

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS KD 3.8. Menjelaskan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II.

BAB I PENDAHULUAN. membawa oksigen ke berbagai organ tubuh. trimester III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut lalage (2013) anemia dalam kehamilan adalah kondisi dimana tubuh memiliki sedikit sel-sel darah merah atau sel tidak dapat membawa oksigen ke berbagai organ

Lebih terperinci

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS

HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS HIPERBILIRUBINEMIA PADA NEONATUS IKTERUS Jaundice/ikterus : pewarnaan kuning pada kulit, sklera, atau membran mukosa akibat penumpukan bilirubin yang berlebihan 60% pada bayi cukup bulan; 80% pada bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan umur bayi atau lebih dari 90 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir. Sekitar 25 50% bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Viskositas Darah Viskositas darah didefinisikan sebagai kontribusi faktor reologik darah terhadap resistensi aliran darah. Viskositas darah tergantung beberapa faktor, dimana

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dimana 75% berasal dari penghancuran eritrosit dan 25% berasal dari BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Bilirubin adalah pigmen kristal berbentuk jingga ikterus yang merupakan bentuk akhir dari pemecahan katabolisme heme melalui proses reaksi oksidasi-reduksi.

Lebih terperinci

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat)

2. Pengkajian Kesehatan. a. Aktivitas. Kelemahan. Kelelahan. Malaise. b. Sirkulasi. Bradikardi (hiperbilirubin berat) . KOMPLIKASI Ensefalopai hepaic terjadi pada kegagalan hai berat yang disebabkan oleh akumulasi amonia serta metabolik toksik merupakan stadium lanjut ensefalopai hepaik. Kerusakan jaringan paremkin hai

Lebih terperinci

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI

CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI CLINICAL MENTORING TATALAKSANA ANEMIA DEFISIENSI BESI DALAM PRAKTEK SEHARI-HARI Oleh : Dr.Prasetyo Widhi Buwono,SpPD-FINASIM Program Pendidikan Hematologi onkologi Medik FKUI RSCM Ketua Bidang advokasi

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI LAPORAN PENDAHULUAN HEPATOMEGALI A. KONSEP MEDIK 1. Pengertian Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis, demam

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara

BAB I PENDAHULUAN. Bayi menurut WHO ( World Health Organization) (2015) pada negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi dalam usia 28 hari pertama kehidupan per 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO ( World Health Organization)

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang

BAB III TINJAUAN KASUS. Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam : Jl. Menoreh I Sampangan Semarang BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 Mei 2007 jam 14.30 1. Identitas klien Nama Umur Jenis kelamin Alamat Agama : An. R : 10 th : Perempuan : Jl. Menoreh I Sampangan

Lebih terperinci

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme

Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme Metabolisme Bilirubin di Hati 1. Pembentukan bilirubin Langkah oksidase pertama adalah biliverdin yang dibentuk dari heme dengan bantuan enzim heme oksigenase yaitu enzim yang sebagian besar terdapat dalam

Lebih terperinci

MULTIPEL ALEL PD GOLONGAN DARAH. Prof. DR. ENDANG PURWANINGSIH, MS, PA

MULTIPEL ALEL PD GOLONGAN DARAH. Prof. DR. ENDANG PURWANINGSIH, MS, PA MULTIPEL ALEL PD GOLONGAN DARAH Prof. DR. ENDANG PURWANINGSIH, MS, PA ALEL Anggota dr spsng gen yg mmliki pengaruh berlawanan, dimana 2 gen tsb trletak pd lokus yg sama tingginya pd kromosom homolog adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi. Prematuritas dan berat lahir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bayi yang dilahirkan sebelum masa gestasi 38 minggu dianggap sebagai bayi prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran prematur, beberapa faktor seperti

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Metabolisme Bilirubin Metabolisme bilirubin meliputi sintesis, transportasi, intake dan konjugasi serta ekskresi. Bilirubin merupakan katabolisme dari heme pada sistem retikuloendotelial.

Lebih terperinci

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 -

TANDA-TANDA AWAL KEHAMILAN. Ditulis oleh Rabu, 02 May :10 - Ada banyak pertanda yang menyertai kehamilan, berdasarkan pengalaman para wanita yang telah hamil, tanda dan gejala kehamilan biasanya muncul pada minggu-minggu awal kehamilan. Berikut ini 9 tanda-tanda

Lebih terperinci

TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W

TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN. Roro Kurnia Kusuma W TATALAKSANA FOTOTERAPI PADA BAYI KURANG BULAN Roro Kurnia Kusuma W Pendahuluan Kata ikterus (jaundice) -> Perancis jaune - >kuning. Bilirubin tak terkonjugasi ->Ikterus : perubahan warna kulit, sklera

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI)

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADIA PASIEN GANGGUAN KEBUTUHAN SUHU TUBUH (HIPERTERMI) A. Masalah Keperawatan Gangguan kebutuhan suhu tubuh (Hipertermi) B. Pengertian Hipertermi adalah peningkatan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN HPP

ASUHAN KEPERAWATAN HPP 1. Pengertian Haemoragik Post Partum (HPP) adalah hilangnya darah lebih dari 500 ml dalam 24 jam pertama setelah lahirnya bayi.hpp diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: Early Postpartum : Terjadi 24 jam pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan pustaka Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai Aplikasi Informasi Diet Berdasarkan Golongan Darah, aplikasi ini dirancang untuk dapat membantu

Lebih terperinci

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK

Anemia Hemolitik. Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK Anemia Hemolitik Haryson Tondy Winoto,dr,Msi.Med.,Sp.A Bag. IKA UWK Anemia hemolitik didefinisikan : kerusakan sel eritrosit yang lebih awal.bila tingkat kerusakan lebih cepat dan kapasitas sumsum tulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Amerika Serikat, dari 4 juta neonatus yang lahir setiap tahunnya, sekitar 65% mengalami ikterus. Ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang sering

Lebih terperinci

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI 1 BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI TUGAS I Disusun untuk memenuhi tugas praktikum brosing artikel dari internet HaloSehat.com Editor SHOBIBA TURROHMAH NIM: G0C015075 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan F. KEPERAWATAN Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan Kaji TTV, catat perubahan TD (Postural), takikardia, demam. Kaji turgor kulit, pengisian kapiler dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSAKA 2.1. Definisi Prematuritas didefinisikan sebagai anak yang baru lahir belum berkembang dengan berat lahir rendah yang lahir sebelum 37 minggu kehamilan. Bayi prematur yang memiliki

Lebih terperinci

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik

b) Anemia Megaloblastik Megaloblastik dalam kehamilan disebabakan karena defisiensi asam folik c) Anemia Hipoplastik A. PENGERTIAN Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya dibawah 10 gr/dl. ( Arief Masjoer, dkk, 2001 ). Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan

Lebih terperinci

Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY

Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY Dr. Indra G. Munthe, SpOG DEPARTMENT OF OBSTETRICS AND GYNECOLOGY FACULTY OF MEDICINE THE UNIVERSITY OF NORTH SUMATRA A. Jenis-jenis Penyakit Darah 1. Anemia Dalam Kehamilan Secara fisiologik konsentrasi

Lebih terperinci

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Emboli Cairan Definisi Emboli Cairan Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah jumlah besar cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009).

BAB IV PEMBAHASAN A. PENGKAJIAN PERTAMA (11 JUNI 2014) obyektif serta data penunjang (Muslihatun, 2009). BAB IV PEMBAHASAN Pada bab ini penulis membahas asuhan kebidanan pada bayi S dengan ikterik di RSUD Sunan Kalijaga Demak menggunakan manajemen asuhan kebidanan varney, yang terdiri dari tujuh langkah yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik

Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Kelainan darah pada Lupus eritematosus sistemik Amaylia Oehadian Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Kelainan darah pada lupus Komponen darah Kelainan

Lebih terperinci