MODUL 1 ANALISIS KERUANGAN (SPATIAL ANALYSIS)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL 1 ANALISIS KERUANGAN (SPATIAL ANALYSIS)"

Transkripsi

1 MODUL 1 ANALISIS KERUANGAN (SPATIAL ANALYSIS) METODE KUANTITATIF GEOGRAFI OLEH: M.H. DEWI SUSILOWATI NURROKHMAH RIZQIHANDARI DEPARTEMEN GEOGRAFI FAKULTAS MATEMATIKA ILMU DAN PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA 2010

2 DAFTAR ISI Pengantar Sasaran Pembelajaran Terminal Sasaran Pembelajaran Pendukung Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1: Analisis Tetatangga Terdekat ( Nearest Neigbour Analysis) 1.1. Uraian dan Contoh 1.2. Latihan 1.3. Rangkuman 1.4. Test Formatif 2. Kegiatan Belajar 2: Teori Graf (Graph theory) 2.1. Uraian dan Contoh 2.2. Latihan 2.3. Rangkuman 2.4. Test Formatif 3. Kegiatan Belajar 3: Model Gravitasi (Gravity model) 3.1. Uraian dan Contoh 3.2. Latihan 3.3. Rangkuman 3.4. Test Formatif Referensi

3 ANALISIS KERUANGAN (SPATIAL ANALYSIS) Pengantar Dalam geografi terdapat empat tipe data keruangan (spatial), yaitu persebaran titik (point distribution), persebaran garis (line distribution), persebaran areal diskrit (discrete areal distribution), persebaran areal kontinum (continous areal distribution). Jenis data tersebut dapat dianalisis dengan metode analisis keruangan. Analisis keruangan merupakan analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga unsur geografi yaitu jarak (distance), kaitan (interaction) dan gerakan (movement). Sasaran Pembelajaran Terminal Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu menerapkan metode analisis keruangan dalam kegiatan analsis permasalahan geografi Sasaran Pembelajaran Pendukung Mahasiswa mampu manganilisis dan menyimpulkan pola persebaran fenomena tertentu dalam suatu wilayah dengan nearest neighbour analiysis Mahasiswa mampu menganalisis dan menyimpulkan keadaan jaringan dan konektivitas suatu wilayah dengan analisis graph Mahasiswa mampu menganalisis dan menyimpulkan besarnya potensi maupun interaksi dalam suatu wilayah dengan model gravitasi

4 Kegiatan Belajar 1. Kegiatan Belajar 1: Analisis Tetangga Terdekat ( Nearest Neigbour Analysis) 1.1. Uraian dan Contoh Persebaran titik sering digunakan dalam geografi, tetapi yang sulit menjelaskan bagaimana pola persebarannya, sehingga digunakanlah analisa tetangga terdekat / nearest neighbour analysis (NNA). Dengan NNA, kita akan memperoleh sebuah indeks yang menyatakan pola persebaran. Manfaat merode tersebut untuk menganalisis pola sebaran objek (fisik atau non fisik) dalam ruang dan merencanakan letak pusat pelayanan Asumsi; (1) Daerah yang dianalisa memiliki tingkat aksesibilitas yang seragam dan tidak ada hambatan; (2) Jika ada hambatan, tidak dapat dilihat sebagai titik terdekat; (3) Objek yang diteliti memiliki kekuatan yang sama. Rumus yang digunakan adalah : Dimana : Keterangan : Rn = Nearest neighbour index (Nilai indeks yang diperoleh berkisar antara nilai 0 hingga 2,15) = Rata-rata jarak antar titik terdekat d = Jarak antar titik terdekat n = Jumlah titik A = Luas Semakin mendekati nilai 0 maka pola yang terbentuk adalah mengelompok, semakin mendekati nilai 2,15 maka pola yang terbentuk adalah uniform/regular/seragam. Berikut merupakan definisi dari nilai yang tercipta.

5 1.2. Latihan Jika jarak terdekat adalah 1km, maka tentukan pola permukiman yang terbentuk pada peta penggunaan tanah berikut. Jawab Tahap 1 Karena permukiman merupakan data luasan (poligon), sedangkan NNA merupakan alat bantu untuk mengetahui pola sebaran titik, maka luasan tersebut harus dikonversikan menjadi titk dengan mencari titik beratnya (sentroid).

6 Peta tersebut dapat disederhanakan menjadi sketsa dibawah ini : Daerah Bergelombang Daerah Datar Tahap 2 Tarik garis antar titik yang menyatakan jarak terdekat dengan titik lainnya (lihat sketsa dalam kotak merah) km km Tahap 2a Tahap 2b Perhatikan titik Nomor 9, titik tersebut tidak memiliki tetangga terdekat dengan titik lain (lebih dari 1km). Oleh karena itu, titik tersebut didak dihitung dalam perhitungan (dianggap tidak ada)

7 Tahap 3 Hitung total jarak tetangga terdekat setiap titik. Gunakan tabel bantu berikut : Titik ke Titik terdekatnya Jarak (d) km km 3 5 0,6 km 4 5 0,6 km 5 3 0,6 km 6 5 0,9 km 7 8 0,8 km 8 7 0,8 km Σd 6,3 km Dengan nilai Σd = 6,3 km dan n = 8, maka dengan menggunakan rumus dapat diperoleh nilai. Setelah nilai diperoleh, masukkan dalam rumus untuk mendapatkan nilai indeks tetangga terdekat, nilai A adalah luasan wilayah yang digunakan. Setelah nilai indeks terbentuk (0 2,15), konsultasikan pada petunjuk pola tetangga terdekat Rangkuman NNA digunakan untuk mengetahui pola persebaran suatu fenomena yang digambarkan dalam bentuk titik pada peta. Hasil perhitungan diperoleh sebuah indeks yang menyatakan pola persebaran. Dapat digunakan untuk merencanakan letak pusat pelayanan.

8 1.4. Test Formatif 1) Tentukan pola persebaran kebakaran di Jakarta (Cari peta hasil penelitian mahasiswa geografi/ skripsi). Dalam proses pengambilan keputusan gunakan analisis Nearest Neighbour Statistic. 2) Bandingkan hasil analisis tersebut dengan daerah lain dan waktu yang berbeda. 3) Jelaskan kaitkan dengan perkembangan wilayah daerah tersebut. 4) Tentukan pola persebaran ruang terbuka di Kota Bekasi (lihat peta), dengan menggunakan analisis NNA.

9 2. Kegiatan Belajar 2: Analisis Graf (Graph Analysis) 2.1.Uraian dan Contoh Analisis graf dilakukan untuk menganalisis sebaran garis, seperti jaringan sungai, jaringan jalan, jaringan telepon, dan lain-lain. Misal; Jaringan jalan sebagai prasarana penghubung lokasi sebagai salah satu indikator kemajuan wilayah. Jika kerapatan jaringan jalan menunjukkan panjang jalan dalam suatu wilayah, maka dengan analisis graf dapat menunjukkan tingkat keterkaitan antar lokasi di suatu daerah. Konektivitas Jaringan dapat digunakan untuk membandingkan perkembangan hubungan suatu tempat dengan tempat lain. Dalam topologi terdapat hubungan antara titik (t), mata rantai (m), dan wilayah (w) m + 2 = t + w Angka tersebut merupakan Angka Siklomatik (µ), yaitu angka yang menyatakan nilai konektifitas jaringan di suatu wilayah. Semakin besar angka siklomatik, semakin rapat jaringannya. Rumus yang digunakan : µ = m - t + s Keterangan :

10 µ = Angka siklomatik m = Mata rantai t = Titik s = Sub-grup Non-planar Graph Analisis graf ini dihitung menggunakan Indeks Alfa (α) Non-planar. Semakin besar nilai α maka semakin rapat jaringannya. Rumus yang digunakan : Keterangan : Iα = Indeks Alfa m = Mata rantai t = Titik s = Sub-grup

11 Planar Graph Analisis graf ini dihitung menggunakan Indeks Alfa(α) planar dan Indeks Beta (β). Nilai keduanya sejalan, jika semakin besar nilai α dan β maka semakin rapat jaringannya Rumus yang digunakan : dan Keterangan : Iα = Indeks Alfa Iβ = Indeks Beta m = Mata rantai t = Titik s = Sub-grup Catatan tambahan : Null graph Nilainya 0 (tidak terhubung sama sekali) Connected graph Nilainya 0 5 Complete graph Nilainya 5 (terhubung semua) Range Angka Siklomatik 0 5 Range Angka Alpha 0 < Alpha < 1 Range Angka Beta 0 3

12 2.2.Latihan 1) Soal Konektivitas Dari ilustrasi di atas, dapatlah diketahui bahwa semakin besar angka siklomatik, maka semakin terkonektivitas titik-titik tersebut. 2) Non-planar Graph Dari ilustrasi di atas, dapatlah diketahui bahwa semakin besar Indeks Alpha, maka semakin besar konektivitas titik-titik tersebut. 3) Planar Graph Dari ilustrasi di atas, dapatlah diketahui bahwa semakin besar Indeks Alpha dan Indeks Beta, maka semakin besar konektivitas titik-titik tersebut.

13 2.3.Rangkuman Teori graf (graph theory) dapat digunakan untuk menjelaskan struktur suatu jaringan. Jaringan tersebut dapat merupakan jaringan komunikasi seperti jaringan jalan (darat, laut dan udara) dan merupakan media pengangkutan. Dapat digunakan untuk membandingkan perkembangan hubungan atau jaringan komunikasi antara wilayah satu dengan wilayah lain Test Formatif 1) Bandingkan kerapatan jalan antara daerah Kota Bekasi bagian utara dan selatan, dengan menggunakan angka siklomatik dan indeks alpha. Berikan kesimpulan dari analisis saudara. 2) Lakukan Analisis Graf pada dua daerah yang mempunyai karakteristik yang berbeda (cari data masing-masing mahasiswa). 3) Bandingkan hasil analisis graf dari 3 daerah berbeda dan waktu yang berbeda (cari data masing-masing mahasiawa). 4) Dari hasil tersebut bagaimana perbedaan atau persamaan perkembangan 3 daerah tersebut (cari data masing-masing mahasiswa).

14 3. Kegiatan Belajar 3: Model Gravitasi (Gravity Model) 3.1. Uraian dan Contoh Gaya gravitasi antara dua benda merupakan gaya tarik-menarik yang besarnya berbanding lurus dengan massa masing-masing benda dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya. Model gravitasi ini dapat digunakan untuk menganalisis interaksi dalam ruang, sehingga dapat untuk merencanakan prasarana perhubungan dan merencanakan letak pusat pelayanan Melihat Interaksi Antar Ruang Model gravitasi dapat digunakan untuk merencanakan prasarana perhubungan dan merencanakan letak pusat pelayanan Rumus yang digunakan : Dimana : Nilai b bervariasi antara 0,4 sampai 3,3. Jika reliefnya datar dan daerahnya luas makan nilai b adalah 0,4, tetapi jika topografinya kasar dan daerah geraknya sempit maka nilai b adalah 3,3. Jalan tengahnya, digunakan angka mean yang bernilai 1,94 dan kemudian dibulatkan menjadi angka 2. Keterangan : I 12 = Interaksi antara wilayah 1 & 2 P 1 = Jumlah penduduk wilayah 1 P 1 = Jumlah penduduk wilayah 2 J 12 = Jarak antara wilayah 1 & 2 a = konstante empirik (dianggap 1) b = eksponen jarak (dianggap 2) Mengetahui Titik Henti Metode titik henti dikembangkan dari model gravitasi, untuk menentukan lokasi paling optimal yang dapat dicapai dari dua lokasi. Rumus yang digunakan :

15 Keterangan : J 2 = Jarak Titik Henti diukur dari Titik 2 P 1 = Jumlah penduduk wilayah 1 P 2 = Jumlah penduduk wilayah 2 J 12 = Jarak antara wilayah 1 & 2 Menghitung Potensi Penduduk Dengan modifikasi pada rumus dasar, potensi penduduk disebuah kota dapat diketahui. Rumus yang digunakan : ( ) ( ) ( ) Keterangan : PP 1 = Potensi penduduk di tempat 1 PP 2 = Potensi penduduk di tempat 2 PP 3 = Potensi penduduk di tempat 3 J 1 = Jarak tempat 1 dengan tempat terdekat dg tempat 1 J 2 = Jarak tempat 2 dengan tempat terdekat dg tempat 2 J 3 = Jarak tempat 3 dengan tempat terdekat dg tempat 3 J 12 = Jarak antara tempat 1 dan tempat 2 A = Konstante empirik B = Eksponen jarak

16 3.2. Latihan 1) Soal interaksi ruang Berapa interaksi antara Kota-kota berikut, jika jumlah penduduk di beberapa kota berikut adalah : Probolinggo : Bondowoso : Situbondo : Banyuwangi : Jember : Lumajang :

17 Dengan sketsa sebagai berikut : 162km Situbondo Probolinggo Bondowoso 33km 93km 33km Banyuwangi Lumajang 88km Jember 95km Jawab Beberapa contoh cara menghitung a. Interaksi antara Probolinggo Situbondo b. Interaksi antara Probolinggo Banyuwangi 2) Soal mengetahui titik henti Dengan jumlah penduduk Kota Probolinggo sebesar jiwa dan Kota Situbondo sebesar jiwa, dimana jarak kedua kota tersebut adalah 162km. maka dimanakan sebuah tempat transit yang terbaik yang dapat dibangun di antara Kota Probolinggo dengan Kota Situbondo? Jawab Diketahui : Penduduk Kota Probolinggo (P 1 ) = jiwa Penduduk Kota Situbondo (P 2 ) Jarak (J 12 ) = jiwa = 162km.

18 Rumus : km Jadi, tempat transit dibangun sejauh 70,46km dari Kota Situbondo Atau km Jadi, tempat transit dibangun sejauh 91,53km dari Kota Probolinggo Situbondo Probolinggo 91,53km 70,46km 3) Soal Potensi Penduduk Situbondo Bondowoso 33km 93km 33km Banyuwangi Jember 95km

19 Bagaimana potensi penduduk yang terbentuk antar kota-kota Situbondo, Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember diatas, dengan jumlah penduduk sebagai berikut Bondowoso : Situbondo : Banyuwangi : Jember : Jawab Tahap 1 Buatlah tabel bantu perhitungan jarak Bondowoso Situbondo Banyuwangi Jember Bondowoso Situbondo Banyuwangi Jember Tahap 2 Masukkan data-data tersebut dalam rumus: ( ) ( )

20 ( ) ( ) Tahap 3 Konversikan nilai nilai tersebut dalam sebuah perbandingan. Kota Nilai Potensi Penduduk Bondowoso 5293,47 57,20 % Situbondo 2233,88 24,14 % Banyuwangi 6037,07 65,23 % Jember 9254,80 100,00 % Tahap 4 Buatlah peta isohyet antar kota tersebut Situbondo 30 % 40 % Bondowoso 50 % 60 % Banyuwangi Jember 70 % 80 % 90 %

21 3.3. Rangkuman Model gravitasi telah banyak diterapkan dalam hubungannya dengan masalah interaksi, masalah perpindahan penduduk, masalah potensi penduduk, maupun masalah pemilihan lokasi. Dapat digunakan untuk merencanakan prasarana perhubungan untuk tempat-tempat dengan interaksi yang rendah dan dapat pula digunakan untuk merencanakan pusat-pusat pelayanan Test Formatif 1) Tentukan bagaimana interaksi dan potensi penduduk antar daerah di dengan model gravitasi, bila diketahui jumlah penduduk masing-masing daerah sebagai berikut: 2) Lakukan Analisis dengan menggunakan model gravitasi yang diterapkan pada suatu daerah tertentu 3) Bandingkan terapan model gravitasi tersebut pada daerah yang sudah berkembang dan yang belum berkembang.

22 Referensi Fotheringham, A.S, Chris Brunsdon, Martin Charlton, (2000). Quntitative Geography. Perspectives on Spatial Data Analysis. Sage Publications. London Hamon R & MC Gullagh (1993). Quantitative Techniques in Geography, London Haggett, P (2001). Geography. A Global Syntheis. Prentice Hall. England Thoms, RW & RJ Huggett, (1997) Modelling in Geography, A. Mathematical Approach. Bames & Noble Boobs. New Jersey Taylor, Peter J (1997). Quantitative Methods in Geography, An Introduction to Spatial Analysis, London Houghton Mifflin Company Boston

Oleh : M.H.Dewi Susilowati

Oleh : M.H.Dewi Susilowati METODE KUANTITATIF GEOGRAFI Oleh : M.H.Dewi Susilowati TUJUAN MK METKUAN TUJUAN UMUM : MAHASISWA MAMPU MENERAPKAN METODE KUANTITATIF DALAM KEGIATAN ANALISIS PERMASALAHAN GEOGRAFI TUJUAN KHUSUS : * MAHASISWA

Lebih terperinci

geografi Kelas X PENELITIAN GEOGRAFI II KTSP K-13 H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI a. Merumuskan Masalah b. Merumuskan Tujuan Penelitian

geografi Kelas X PENELITIAN GEOGRAFI II KTSP K-13 H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI a. Merumuskan Masalah b. Merumuskan Tujuan Penelitian KTSP K-13 Kelas X geografi PENELITIAN GEOGRAFI II H. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN GEOGRAFI Langkah-langkah penelitian geografi secara garis besar adalah sebagai berikut. a. Merumuskan Masalah Masalah penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Geografi merupakan cabang ilmu yang dulunya disebut sebagai ilmu bumi sehingga banyak masyarakat menyebutnya sebagai ilmu yang

Lebih terperinci

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal

GEOGRAFI. Sesi WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2. A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 21 Sesi NGAN WILAYAH, PERWILAYAHAN, DAN PUSAT PERTUMBUHAN : 2 A. METODE PERWILAYAHAN a. Metode Delineasi (Pembatasan) Wilayah Formal Pembatasan wilayah formal

Lebih terperinci

Materi Geografi Kelas XII/IPS Semester 2. Diedit Oleh : Sofyanto, M.Pd

Materi Geografi Kelas XII/IPS Semester 2. Diedit Oleh : Sofyanto, M.Pd Materi Geografi Kelas XII/IPS Semester 2 Diedit Oleh : Sofyanto, M.Pd STANDAR KOMPETENSI 1. Menganalisis wilayah dan pewilayahan KOMPETENSI DASAR 1.2 Menganalisis kaitan antara konsep wilayah dan pewilayahan

Lebih terperinci

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali

Analisis Spasial Penyediaan Fasilitas Pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Boyolali p-issn: 2477-3859 e-issn: 2477-3581 JURNAL INOVASI PENDIDIKAN DASAR The Journal of Innovation in Elementary Education http://jipd.uhamka.ac.id/index.php/jipd Volume 1 Number 2 June 2016 51-58 Analisis

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta 1.1. Pengertian Peta Menurut Erwin Raisz dalam Rosana (2003 ) peta adalah gambaran konvensional dari permukaan bumi yang diperkecil sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR

KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR KAJIAN KETERSEDIAAN DAN POLA DISTRIBUSI FASILITAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ SEDERAJAT DI KABUPATEN KARANGANYAR Mukmin Al Kahfi mukminalkahfi@gmail.com Dyah Widiyastuti dwidiyastuti@yahoo.com Abstract

Lebih terperinci

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut :

Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : Indeks Vegetasi Bentuk komputasi nilai-nilai indeks vegetasi matematis dapat dinyatakan sebagai berikut : NDVI=(band4 band3)/(band4+band3).18 Nilai-nilai indeks vegetasi di deteksi oleh instrument pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Geodesi merupakan ilmu yang mempelajari pengukuran bentuk dan ukuran bumi termasuk medan gayaberat bumi. Bentuk bumi tidak teratur menyebabkan penentuan bentuk dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. selembar kertas atau media lain dalam bentuk dua dimesional. (Dedy Miswar, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Peta a. Pengertian Peta Peta merupakan gambaran permukaan bumi yang diperkecil, dituangkan dalam selembar kertas atau media lain dalam

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis: Suatu Pengantar * Oleh: Sofyan Cholid

Sistem Informasi Geografis: Suatu Pengantar * Oleh: Sofyan Cholid Sistem Informasi Geografis: Suatu Pengantar * Oleh: Sofyan Cholid Informasi geografis, dalam bentuk yang paling sederhana, adalah informasi yang berkaitan dengan lokasi tertentu (Martin, 1996:1). Dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, menurut Moh. Nasir (98:54), metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

Lebih terperinci

BAB V AKTIVITAS EKONOMI TERSIER DAN KUARTER

BAB V AKTIVITAS EKONOMI TERSIER DAN KUARTER BAB V AKTIVITAS EKONOMI TERSIER DAN KUARTER 5.1. Aktivitas Bidang Transportasi Aktivitas transportasi merupakan salah satu penunjang berbagai aktivitas ekonomi di suatu daerah. Aktivitas transportasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di

BAB I PENDAHULUAN. dan melakukan segala aktivitasnnya. Permukiman berada dimanapun di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia karena permukiman salah satu kebutuhan pokok, tempat manusia tinggal, berinteraksi dan melakukan segala

Lebih terperinci

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR)

BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) BAB III GEOGRAPHICALLY WEIGHTED REGRESSION (GWR) 3.1 Data Spasial Data spasial memuat informasi tentang atribut dan informasi lokasi. Sedangkan data bukan spasial (aspatial data) hanya memuat informasi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT PROSES DAN TIPE PASANG SURUT MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Logika Fuzzy Logika fuzzy pertama kali dikembangkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh, seorang peneliti dari Universitas California, pada tahun 1960-an. Logika fuzzy dikembangkan dari

Lebih terperinci

ANALISIS SIRKULASI UDARA PADA TANAMAN KOPI BERDASARKAN TINGKAT KEKASARAN TUMBUHAN DAN POLA TANAM GRAF TANGGA PERMATA MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA

ANALISIS SIRKULASI UDARA PADA TANAMAN KOPI BERDASARKAN TINGKAT KEKASARAN TUMBUHAN DAN POLA TANAM GRAF TANGGA PERMATA MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA ANALISIS SIRKULASI UDARA PADA TANAMAN KOPI BERDASARKAN TINGKAT KEKASARAN TUMBUHAN DAN POLA TANAM GRAF TANGGA PERMATA MENGGUNAKAN METODE VOLUME HINGGA Ervin Eka Riastutik 40, Dafik 41, Arif Fatahillah 42

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT

PROSES DAN TIPE PASANG SURUT MATA KULIAH: PENGELOLAAN LAHAN PASUT DAN LEBAK SUB POKOK BAHASAN: PROSES DAN TIPE PASANG SURUT Oleh: Ir. MUHAMMAD MAHBUB, MP PS Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UNLAM Pengertian Pasang Surut Pasang surut

Lebih terperinci

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal.

Listyanti, A.S Gandeng 74 Universitas, Pemerintah Targetkan Entas 50 Daerah Tertinggal. 149 DAFTAR PUSTAKA Amir, H. dan S. Nazara. 2005. Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 1994 dan 2000: Analisis Input Output. Jurnal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Keadaan Wilayah Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang berada di Pulau Jawa dan merupakan provinsi paling timur di Pulau Jawa. Letaknya pada

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika

BAB 3 DINAMIKA. Tujuan Pembelajaran. Bab 3 Dinamika 25 BAB 3 DINAMIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya pada benda diam 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gaya dan percepatan benda 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall

Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall 165 Optimasi Pencarian Jalur Lalu Lintas Antar Kota di Jawa Timur dengan Algoritma Hybrid Fuzzy-Floyd Warshall Imam Khairi, Erni Yudaningtyas, Harry Soekotjo Dachlan AbstrakSistem pencarian jalur yang

Lebih terperinci

Minggu Ke XIV Uraian dan Contoh

Minggu Ke XIV Uraian dan Contoh Minggu Ke XIV 4. Uraian dan Contoh Suatu graf berarah (directed graph) D atau digraph terdiri dari dua komponen : (i) Himpunan V yang elemen-elemennya disebut titik-titik, (ii) Himpunan A dari pasangan-pasangan

Lebih terperinci

TEKNIK MENENTUKAN BILANGAN RAMSEY R(M, N) DENGAN M DAN N ADALAH 1, 2, DAN 3 SKRIPSI OLEH AGUS FAJARMAN ZALUKHU BP

TEKNIK MENENTUKAN BILANGAN RAMSEY R(M, N) DENGAN M DAN N ADALAH 1, 2, DAN 3 SKRIPSI OLEH AGUS FAJARMAN ZALUKHU BP TEKNIK MENENTUKAN BILANGAN RAMSEY R(M, N) DENGAN M DAN N ADALAH 1, 2, DAN 3 SKRIPSI OLEH AGUS FAJARMAN ZALUKHU BP. 07134064 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan

I. PENDAHULUAN. Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permukiman menunjukkan tempat bermukim manusia dan bertempat tinggal menetap dan melakukan kegiatan/aktivitas sehari-harinya. Permukiman dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PERSEBARAN LOKASI USAHA FUTSAL DI KOTA JAKARTA SELATAN

KARAKTERISTIK DAN PERSEBARAN LOKASI USAHA FUTSAL DI KOTA JAKARTA SELATAN KARAKTERISTIK DAN PERSEBARAN LOKASI USAHA FUTSAL DI KOTA JAKARTA SELATAN Haris Prattama, Dra. Ratna Saraswati, M.S dan Adi Wibowo, S.Si, M.Si Departemen Geografi, FMIPA, Universitas Indonesia, Kampus UI

Lebih terperinci

SILABUS MATEMATIKA DISKRIT. Oleh: Tia Purniati, S.Pd., M.Pd.

SILABUS MATEMATIKA DISKRIT. Oleh: Tia Purniati, S.Pd., M.Pd. SILABUS MATEMATIKA DISKRIT Oleh: Tia Purniati, S.Pd., M.Pd. JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 SILABUS A. Identitas

Lebih terperinci

Sistem Transportasi Adi d pan ang 11

Sistem Transportasi Adi d pan ang 11 Sistem Transportasi Adipandang 11d Outline Sistem Transportasi Definisi Sistem Transportasi Karakteristik Sistem Tekno-Ekonomi Transportasi Perencanaan Transportasi Faktor Penentu Pengembangan Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepadatan penduduk di Kabupaten Garut telah mencapai 2,4 juta jiwa pada tahun 2006 memberikan konsekuensi pada perlunya penyediaan perumahan yang layak huni

Lebih terperinci

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA

MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA MODEL TRIP DISTRIBUTION PENUMPANG DOMESTIK DAN INTERNASIONAL DI BANDARA INTERNASIONAL JUANDA Mareta Uci Kartika Indrawati 1, Hera Widyastuti 2 dan Wahju Herijanto 3 1 Mahasiswa Program Magister, Jurusan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja.

Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. 16% siswa hanya mengulang soal saja. L A M P I R A N 19 Lampiran 1. Tabel rangkuman hasil dan analisa. Soal no Jumlah siswa (%) yang menjawab option : 10,5 (A) Siswa tidak teliti membaca soal. analisa 1 79 (B*) 10,5 (C) 26% siswa berpikir

Lebih terperinci

BAB 7 DISTRIBUSI-COMPOUND DAN GENERALIZED SPASIAL MUHAMMAD NUR AIDI

BAB 7 DISTRIBUSI-COMPOUND DAN GENERALIZED SPASIAL MUHAMMAD NUR AIDI 7.1. Pendahuluan BAB 7 DISTRIBUSI-COMPOUND DAN GENERALIZED SPASIAL MUHAMMAD NUR AIDI Pada bab sebelumnya, penyebaran spatial (konfigurasi spasial) dimana ditunjukan sebagai ragam sampel quadran. Bab ini

Lebih terperinci

PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA

PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA MODUL ONLINE 18.2 JENIS-JENIS PETA PENDALAMAN MATERI KONSEP DASAR PETA FERANI MULIANINGSIH PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 i A. PENDAHULUAN Modul ini merupakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Lajur, hambatan, kapasitas, kendaraan pribadi, nodal, volume, waktu tempuh 1. PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Lajur, hambatan, kapasitas, kendaraan pribadi, nodal, volume, waktu tempuh 1. PENDAHULUAN WAKTU TEMPUH PADA JALAN UTAMA MENUJU JAKARTA DI KOTA DEPOK Doly Marestian, Triarko Nurlambang, Tito Latif Indra Departemen Geografi FMIPA UI Kampus UI Depok ABSTRAK Permasalahan yang dikemukakan pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang menggambarkan dan menganalisis potensi penduduk,

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu penelitian yang menggambarkan dan menganalisis potensi penduduk, BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan dan menganalisis potensi penduduk, interaksi wilayah,

Lebih terperinci

Penerapan Pewarnaan Graf dalam Perancangan Lalu Lintas Udara

Penerapan Pewarnaan Graf dalam Perancangan Lalu Lintas Udara Penerapan Pewarnaan Graf dalam Perancangan Lalu Lintas Udara Abdurrahman 13515024 1 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung

Lebih terperinci

Penerapan Graf pada Rasi Bintang dan Graf Bintang pada Navigasi Nelayan

Penerapan Graf pada Rasi Bintang dan Graf Bintang pada Navigasi Nelayan Penerapan Graf pada Rasi Bintang dan Graf Bintang pada Navigasi Nelayan Aya Aurora Rimbamorani 13515098 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung,

Lebih terperinci

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL)

ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) ANALISIS SEBARAN SMP/SEDERAJAT DI KECAMATAN SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : RIKI ZAKARIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DAS (Daerah Aliran Sungai) Daerah aliran sungai adalah merupakan sebuah kawasan yang dibatasi oleh pemisah topografis, yang menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang

Lebih terperinci

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS

BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS BAB 3 DINAMIKA GERAK LURUS A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Menerapkan Hukum I Newton untuk menganalisis gaya-gaya pada benda 2. Menerapkan Hukum II Newton untuk menganalisis gerak objek 3. Menentukan pasangan

Lebih terperinci

POLA SPASIAL PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN KAITANNYA DENGAN JUMLAH PENDUDUK (Studi Kasus Sub DAS Ciiiwung Hulu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

POLA SPASIAL PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN KAITANNYA DENGAN JUMLAH PENDUDUK (Studi Kasus Sub DAS Ciiiwung Hulu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) OM POLA SPASIAL PERKEMBANGAN PERMUKIMAN DAN KAITANNYA DENGAN JUMLAH PENDUDUK (Studi Kasus Sub DAS Ciiiwung Hulu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) PROGRAM STUD1 ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANJAN

Lebih terperinci

Pelabelan -Anti Ajaib dan -Anti Ajaib untuk Graf Tangga. -Antimagic and -Antimagic Labeling for Ladder Graph

Pelabelan -Anti Ajaib dan -Anti Ajaib untuk Graf Tangga. -Antimagic and -Antimagic Labeling for Ladder Graph Pelabelan -Anti Ajaib -Anti Ajaib untuk Graf Tangga -Antimagic and -Antimagic Labeling for Ladder Graph Quinoza Guvil 1), Roni Tri Putra 2) 1) Jurusan Teknik Geodesi, Institut Teknologi Pag, Telp 0751-7055202

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN

GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN GAMBARAN UMUM KOTA TANGERANG SELATAN Letak Geografis dan Luas Wilayah Kota Tangerang Selatan terletak di timur propinsi Banten dengan titik kordinat 106 38-106 47 Bujur Timur dan 06 13 30 06 22 30 Lintang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Secara umum, wilayah Jawa Timur dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu Jawa Timur daratan dan Kepulauan Madura. Luas wilayah Jawa Timur daratan hampir mencakup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1

BAB I PENDAHULUAN. tanahdengan permeabilitas rendah, muka air tanah dangkal berkisar antara 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Gorontalo merupakan salah satu kota di Indonesia yang rawan terjadi banjir. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang tinggi berkisar antara 106 138mm/tahun,

Lebih terperinci

GAGASAN KONSEP KONEKTIVITAS MAKSIMAL KASUS JARINGAN JALAN LUAR KOTA

GAGASAN KONSEP KONEKTIVITAS MAKSIMAL KASUS JARINGAN JALAN LUAR KOTA GAGASAN KONSEP KONEKTIVITAS MAKSIMAL KASUS JARINGAN JALAN LUAR KOTA Hitapriya Suprayitno1, Indrasurya B. Mochtar, Achmad Wicaksono Jurusan Teknik Sipil. Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya

Lebih terperinci

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012.

Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. Nama : Kelas : Berikan jawaban anda sesingkatnya langsung pada kertas soal ini dan dikumpulkan paling lambat tanggal Kamis, 20 Desember 2012. 1. Besaran yang satuannya didefinisikan lebih dulu disebut

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TIMUR No. 16/02/35/Th. XIII, 16 Februari 2015 Tipologi Wilayah Jawa Timur Hasil Pendataan Potensi Desa 2014 Pendataan Potensi Desa (Podes) dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. menjadikan pemikiran ilmiah dalam suatu bidang ilmu, dapat dilakukan

BAB I BAB I. PENDAHULUAN. menjadikan pemikiran ilmiah dalam suatu bidang ilmu, dapat dilakukan BAB I BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awalnya Matematika merupakan alat berpikir yang sederhana dari kelompok orang biasa untuk menghitung dan mengukur barang-barang miliknya, kemudian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan.

III. METODE PENELITIAN. penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. 20 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian digunakan agar terarah, tergambar keinginan dan tujuan dalam penelitian serta data yang diperoleh dapat dipertanggung jawabkan. Adapun metode

Lebih terperinci

Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap

Teori lokasi mempelajari pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis pengaruh jarak terhadap TEORI LOKASI (Tarigan, 2006:77) : Ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta hubungan-nya dengan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 7 MATERI POKOK : USAHA DAN ENERGI

Kegiatan Belajar 7 MATERI POKOK : USAHA DAN ENERGI Kegiatan Belajar 7 MATERI POKOK : USAHA DAN ENERGI A. URAIAN MATERI: 1. Usaha/Kerja (Work) Dalam ilmu fisika, usaha mempunyai arti jika sebuah benda berpindah tempat sejauh d karena pengaruh yang searah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGERTIAN DAN STATISTIK UKUR Muhammad Nur Aidi

BAB 4 PENGERTIAN DAN STATISTIK UKUR Muhammad Nur Aidi BAB 4 PENGERTIAN DAN STATISTIK UKUR Muhammad Nur Aidi 4.1. Pengertian Kehidupan dan kegiatan makhluk hidup berada di setiap ruang di muka bumi. Banyak persoalan yang dapat timbul terkait ruang, salah satunya

Lebih terperinci

PENGELOMPOKAN DOKUMEN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIG (DOCUMENT INDEX GRAPH)

PENGELOMPOKAN DOKUMEN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIG (DOCUMENT INDEX GRAPH) PENGELOMPOKAN DOKUMEN MENGGUNAKAN ALGORITMA DIG (DOCUMENT INDEX GRAPH) Shofi Nur Fathiya (13508084) Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi 6 0 12 Lintang Selatan dan 106 0 48 Bujur Timur. Sebelah Utara Propinsi DKI Jakarta terbentang pantai dari Barat

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F

PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI. Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN MODEL TANGKI Oleh : FIRDAUS NURHAYATI F14104021 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 1 PENDUGAAN PARAMETER UPTAKE ROOT MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kondisi Fisik Daerah Penelitian II.1.1 Kondisi Geografi Gambar 2.1. Daerah Penelitian Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52-108 36 BT dan 6 15-6 40 LS. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Transportasi merupakan kegiatan yang dilakukan pada tat guna lahan yang hubunganya dikembangkan untuk lebih memahami hubungan yang terjadi dalam suatu kota, yaitu antara

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN GURU GEOGRAFI PADA SMA NEGERI DI OKU TIMUR TAHUN 2013

ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN GURU GEOGRAFI PADA SMA NEGERI DI OKU TIMUR TAHUN 2013 ANALISIS KEBUTUHAN DAN SEBARAN GURU GEOGRAFI PADA SMA NEGERI DI OKU TIMUR TAHUN 2013 Dewi Rosita 1), I Gede Sugiyanta 2), Sudarmi 3) ABSTRACT : The purpose of this study was to obtain information on the

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS)

ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) ANALISIS MULTIVARIAT ANALISIS CLUSTER DENGAN METODE K-MEANS (TEORI DAN CONTOH STUDY KASUS) Oleh : Rizka Fauzia 1311 100 126 Dosen Pengampu: Santi Wulan Purnami S.Si., M.Si. PROGRAM STUDI SARJANA JURUSAN

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA SEQUENTIAL COLOR UNTUK PEWARNAAN PETA WILAYAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TUGAS AKHIR

APLIKASI ALGORITMA SEQUENTIAL COLOR UNTUK PEWARNAAN PETA WILAYAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TUGAS AKHIR APLIKASI ALGORITMA SEQUENTIAL COLOR UNTUK PEWARNAAN PETA WILAYAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Jurusan

Lebih terperinci

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi.

BAB BENTUK MUKA BUMI. Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan bumi. Bab 8 Peta Tentang Pola dan Bentuk Muka Bumi 149 BAB 8 PETA TENTANG POLA DAN BENTUK MUKA BUMI Sumber: Encarta Encyclopedia, 2006 Gambar 8.1 Salah satu contoh peta topografi untuk penggambaran relief permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. geologi khususnya mempelajari tentang batuan sebagai objek utama, prosesproses

BAB I PENDAHULUAN. geologi khususnya mempelajari tentang batuan sebagai objek utama, prosesproses 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Geologi merupakan salah satu cabang ilmu kebumian yang membahas berbagai aspek dan fenomena khusus yang ada di bumi. Dalam perkembangannya geologi khususnya

Lebih terperinci

PEWARNAAN GRAF SEBAGAI METODE PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN

PEWARNAAN GRAF SEBAGAI METODE PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN PEWARNAAN GRAF SEBAGAI METODE PENJADWALAN KEGIATAN PERKULIAHAN Eric Cahya Lesmana - 13508097 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Yuliyanti,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Yuliyanti,2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu sumber daya alam yang keberadaannya dapat kita temukan di mana saja. Air bisa kita temukan di darat, laut bahkan di udara yang berupa

Lebih terperinci

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA

TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA J U R U S A N T E K N I K S I P I L UNIVERSITAS BRAWIJAYA TKS-4101: Fisika MENERAPKAN KONSEP USAHA DAN ENERGI Dosen: Tim Dosen Fisika Jurusan Teknik Sipil FT-UB 1 Indikator : 1. Konsep usaha sebagai hasil

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Aplikasi Graf Hamilton pada Penentuan Rute Terpendek Jalur Trans Metro Bandung Hamilton Graph Application on the Shortest Path Routing Trans Metro Bandung 1 Yusuf Ibrahim

Lebih terperinci

AUTOMORFISME GRAF LENGKAP DENGAN PENDEKATAN TEORI GRUP. Mulyono. Abstrak. ( ), dapat disimpulkan bahwa

AUTOMORFISME GRAF LENGKAP DENGAN PENDEKATAN TEORI GRUP. Mulyono. Abstrak. ( ), dapat disimpulkan bahwa 6 AUTOMORFISME GRAF LENGKAP DENGAN PENDEKATAN TEORI GRUP Mulyono Abstrak Suatu ) terdiri dari himpunan simpul disimbolkan ) ) dan himpunan jalur disimbolkan ) ) di mana ) Menurut teorema isomorfisme dua

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Secara geografis Kabupaten Tebo terletak diantara titik koordinat 0 52 32-01 54 50 LS dan 101 48 57-101 49 17 BT. Beriklim tropis dengan ketinggian

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG.

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Sejalan dengan lajunya pembangunan di Kalimantan Barat khususnya di Kabupaten Melawi, maka sektor transportasi merupakan salah satu salah satu unsur penunjang yang

Lebih terperinci

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL DAN KINERJA PELAYANAN KANTOR POS DI KOTA SURAKARTA TAHUN 2012 Anggraini Putri P D 1,* Sugiyanto 2 Rita Noviani 2 1 Program Pendidikan Geografi P.IPS FKIP UNS 2 Dosen Program

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Secara umum metodologi penelitian yang digunakan dapat digambarkan dalam diagram alir berikut ini : Start Data sosial, ekonomi dan jarak Pemodelan

Lebih terperinci

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL 1 PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL Uaies Qurnie Hafizh, Vita Ratnasari Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut

Lebih terperinci

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha.

Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Energi didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan usaha. Suatu benda dikatakan memiliki energi jika benda tersebut dapat melakukan usaha. Misalnya kendaraan dapat mengangkat barang karena memiliki

Lebih terperinci

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding 14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PEDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, menghadapi permasalahan utama dalam masalah permukiman. Selain hal tersebut yang juga merupakan

Lebih terperinci

REPRSENTASI FUNGSI BOOLE PADA GRAF KUBUS

REPRSENTASI FUNGSI BOOLE PADA GRAF KUBUS Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Terapannya 2016 p-issn : 2550-038; e-issn : 2550-0392 REPRSENTASI FUNGSI BOOLE PADA GRAF KUBUS Wulan Cahyani Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN

STASIUN MRT BLOK M JAKARTA DENGAN KONSEP HEMAT ENERGI BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN STASIUN MRT BLOK M JAKARTA 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota Jakarta sebagai ibu kota dan pusat perekonomian di Indonesia sudah seharusnya sejajar dengan kota-kota di dunia. Dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu 22 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini termasuk dalam penelitian survei. Menurut Moh. Pabundu Tika (2005:6), survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan

Lebih terperinci

Universitas Negeri Malang Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia.

Universitas Negeri Malang   Kata Kunci: cluster, single linkage, complete linkage, silhouette, pembangunan manusia. 1 PERBANDINGAN JUMLAH KELOMPOK OPTIMAL PADA METODE SINGLE LINKAGE DAN COMPLETE LINKAGE DENGAN INDEKS VALIDITAS SILHOUETTE: Studi Kasus pada Data Pembangunan Manusia Jawa Timur Yuli Novita Indriani 1, Abadyo

Lebih terperinci

PEMODELAN DISTRIBUSI FREKWENSI TIME HEADWAY LALU LINTAS DI WILAYAH JALAN BERBUKIT

PEMODELAN DISTRIBUSI FREKWENSI TIME HEADWAY LALU LINTAS DI WILAYAH JALAN BERBUKIT PEMODELAN DISTRIBUSI FREKWENSI TIME HEADWAY LALU LINTAS DI WILAYAH JALAN BERBUKIT Rizky Indra Utama Jurusan Teknik Sipil Universitas Andalas Abstrak Time headway merupakan besaran mikroskopik arus lalu

Lebih terperinci

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016

TEORI GRAF UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER ILHAM SAIFUDIN PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK. Selasa, 13 Desember 2016 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER TEORI GRAF ILHAM SAIFUDIN Selasa, 13 Desember 2016 Universitas Muhammadiyah Jember Pendahuluan 1 OUTLINE 2 Definisi Graf

Lebih terperinci

ANALISIS PEUBAH GANDA ANALISIS GEROMBOL HAZMIRA YOZZA JURUSAN MATEMATIKA UNAND LOGO

ANALISIS PEUBAH GANDA ANALISIS GEROMBOL HAZMIRA YOZZA JURUSAN MATEMATIKA UNAND LOGO ANALISIS PEUBAH GANDA ANALISIS GEROMBOL HAZMIRA YOZZA JURUSAN MATEMATIKA UNAND Kompetensi menghitung jarak antar individu Membentuk gerombol dengan menggunakan metode gerombol berhierarkhi Membentuk gerombol

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii MOTTO... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v ix x BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3

Lebih terperinci

BAB VI Usaha dan Energi

BAB VI Usaha dan Energi BAB VI Usaha dan Energi 6.. Usaha Pengertian usaha dalam kehidupan sehari-hari adalah mengerahkan kemampuan yang dimilikinya untuk mencapai. Dalam fisika usaha adalah apa yang dihasilkan gaya ketika gaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Lahan sebagai ruang untuk tempat tinggal manusia dan sebagian orang memanfaatkan lahan sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH

KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH KAJIAN AWAL KETERKAITAN KINERJA EKONOMI WILAYAH DENGAN KARAKTERISTIK WILAYAH Hitapriya Suprayitno 1) dan Ria Asih Aryani Soemitro 2) 1) Staf Pengajar, Jurusan Teknik Sipil ITS, suprayitno.hita@gmail.com

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (STUDI KASUS : KABUPATEN BEKASI)

KAJIAN SPASIAL KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (STUDI KASUS : KABUPATEN BEKASI) KAJIAN SPASIAL KUALITAS KESEHATAN LINGKUNGAN PERUMAHAN (STUDI KASUS : KABUPATEN BEKASI) Dwi Nowo Martono*), Surjono H. Sutjahjo, Uup S. Wiradisastra, Ernan Rustiadi, M. Ardiansyah"' *»Peneliti Pusat Pengembangan

Lebih terperinci

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tugas akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut

Lebih terperinci

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota

Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota Jumlah Penduduk Jawa Timur dalam 7 (Tujuh) Tahun Terakhir Berdasarkan Data dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab./Kota TAHUN LAKI-LAKI KOMPOSISI PENDUDUK PEREMPUAN JML TOTAL JIWA % 1 2005 17,639,401

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 31 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada cakupan wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Parongpong. Kecamatan Parongpong

Lebih terperinci

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak

Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta. Dian Novita Sari, M.Sc. Abstrak Pemodelan Gravity Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul Provinsi D.I. Yogyakarta Dian Novita Sari, M.Sc Abstrak Telah dilakukan penelitian dengan menggunakan metode gravity di daerah Dlingo, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penaksir Robust Metode mencari himpunan bagian dari himpunan X sejumlah h elemen di mana n p 1 h n di mana determinan matrik kovariansi minimum. Misalkan himpunan bagian

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 63 V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN A. Luas Perubahan Lahan Perkebunan Karet yang Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010 Berdasarkan hasil

Lebih terperinci