BAB I PENDAHULUAN. Pengguna Internet di Indonesia

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penggunaan internet di masa kini, menempatkan internet sebagai salah satu teknologi yang tidak asing lagi digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Pengguna Internet di Asia merupakan yang terbesar di dunia yaitu sebesar 48,2% tahun 2015 [6] dan di tahun 2016 meningkat menjadi 50,2% [7]. Dari data tersebut, jumlah pengguna internet di Indonesia berada di urutan ke tiga setelah China, India dan dan menggungguli Jepang, yaitu sebesar 7,2 % dari seluruh pengguna Internet di Asia [8]. Pengguna Internet di Indonesia ,700, ,100, ,000, ,000, ,000, ,000, Gambar 1.1 : Pertumbuhan Pengguna Internet di Indonesia Tahun [9] [10] [11] Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia (Gambar 1.1) juga tumbuh signifikan dari 78 juta ditahun 2014 [9] menjadi 88,1 juta di tahun 2015 [10], dan meningkat menjadi 132,7 juta di tahun 2016 [11]. Sedangkan perangkat yang paling banyak digunakan untuk mengakses internet adalah penggunaan mobile device dan komputer sebesar 50,7%, penggunaan mobile device saja sebesar 47,6% dan yang terakhir adalah penggunaan komputer saja yaitu 1,7% [11]. 1

2 Ketika mengakses internet, kunjungan ke social media merupakan hal yang paling sering dilakukan Netizen yaitu dengan persentase rata-rata sebesar 97,4% [11], selain kegiatan lain seperti browsing, chating, mengunjungi portal berita online, mengunggah/mengunduh konten, membuka , online games, dan jual beli online. Netizen yang melakukan kegiatan Jual beli online ini mencapai angka 18% dari total netizen [12]. Sedangkan platform yang digunakan netizen dalam mengakses social media antara lain Facebook, Whatsapp, Twitter, Facebook Messenger, Google+, Linkedin, Instagram, Skype, Pinterest, Line [13], Path, Blog, Tumblr [12], BBM Group, Kakao [9], Telegram [14], serta beberapa social media lainnya. Pesatnya penggunaan internet ini mengubah beberapa cara atau kebiasaan masyarakat di Indonesia diantaranya cara bersosialisasi dan cara berdagang. Cara bersosialisasi yang dahulu dilakukan dengan cara berkumpul, bertatap muka atau berkomunikasi melalui telepon, bisa dilakukan online baik melalui social media, grup komunitas, ataupun aplikasi pengirim pesan (messenger application) yang bisa diakses melalui desktop, laptop, maupun mobile phone. Perdagangan yang dahulu biasa dilakukan secara langsung dengan bertatap muka, dengan adanya jaringan internet bisa dilakukan dengan e-commerce. Pembayaran yang tadinya dilakukan secara tunai bisa dilakukan dengan cara pembayaran lain seperti kartu kredit, paypal, rekening bersama, internet banking, sms banking, maupun transfer ATM. Dalam survey APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) diketahui bahwa 98,6% netizen mengetahui internet sebagai tempat jual beli barang dan jasa, serta sebesar 63,5% pernah melakukan transaksi online dan onlineshop merupakan konten komersial yang paling sering dikunjungi. Sedangkan pembayaran barang melalui transfer dari ATM merupakan cara yang paling banyak dilakukan netizen dibanding dengan cara pembayaran lainnya [11]. Tingginya akses netizen dalam mengakses social media dan kegiatan pembelian online kemudian dimanfaatkan oleh pelaku bisnis dan pengguna internet itu sendiri untuk melakukan e-commerce melalui social media atau disebut juga sebagai social commerce. Marsden [15] dalam Curty dan Zhang [16] melihat social commerce sebagai suatu alternatif untuk menghasilkan uang (monetize) atau 2

3 penghasilan dari social media dengan mengaplikasikan dua strategi yaitu: a. Membantu masyarakat untuk terhubung dari tempat dimana mereka biasa melakukan pembelian; atau b. Mengarahkan masyarakat untuk membeli dari tempat dimana mereka biasa terhubung. Dari dua strategi di atas, Huang dan Benyoucef [17] kemudian menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa social commerce dapat dicapai dengan dua cara: a. Menghubungkan website e-commerce ke dalam platform social media; dan b. Menghubungkan social media ke dalam website e-commerce. Cara yang pertama bisa diterapkan dengan memanfaatkan fitur sosial atau fitur social media yang ada pada website e-commerce sedangkan cara yang kedua adalah dengan memanfaatkan fungsionalitas atau fitur e-commerce pada pada platform social media. Perkembangan aplikasi social media dan fitur-fitur yang melekat dalam social media mendorong interaksi dan kontribusi pengguna social media yang dapat memudahkan pembelian dan penjualan produk ataupun jasa secara online [17]. Namun kemudahan membuat akun social media kemudian membuat pelaku e- commerce cenderung mempunyai akun social media yang populer saja, tanpa menilai apakah social media tersebut menyediakan fitur-fitur yang mendukung terjadinya social commerce, dan apakah social media tersebut cocok dengan segmen dan preferensi konsumennya, terutama dari segi kemudahan transaksi atau pembayaran bagi konsumen, sehingga fitur transaksional yang seharusnya mendukung terjadinya social commerce kurang dimanfaatkan. Padahal social media merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan pembelian, yang jika dimanfaatkan dengan baik, dapat meningkatkan trust atau tingkat kepercayaan konsumen yang kemudian mempengaruhi niat konsumen untuk membeli melalui social commerce [18]. Selain itu, social commerce juga dapat digunakan untuk membangun loyalitas konsumen terhadap brand atau merk melalui penguatan kualitas hubungan dengan konsumen melalui social media yang juga akan berpengaruh terhadap trust [19], dimana trust merupakan faktor kunci untuk meningkatkan niat konsumen untuk membeli 3

4 produk atau jasa melalui dukungan social commerce [20]. Mengingat pentingnya pengaruh social commerce terhadap tingkat kepercayaan, loyalitas terhadap merk, dan niat konsumen dalam pembelian, seharusnya para pelaku e-commerce memberi perhatian lebih kepada social commerce sebagai strategi dalam peningkatan penjualan produk/jasa yaitu dengan memaksimalkan pemanfaatan fitur-fitur social commerce yang ada pada social media dan pada website e-commerce mereka. Bekaitan dengan pemanfaatan fitur-fitur social commerce yang ada pada social media dan pada website e-commerce, Huang dan Benyoucef [1] dalam penelitiannya telah membahas konsep dan desain mengenai social commerce. Mereka menyimpulkan bahwa untuk setiap website social commerce, sangat penting untuk mencapai minimal satu set fitur desain social commerce. Fitur desain ini harus mencakup semua layers dari model desain yang diusulkan termasuk layer individual, conversation community dan commerce. Namun dalam penelitian tersebut hanya membandingkan antara satu website e-commerce dan satu website social media saja dan tidak membandingkan antar website social media atau antar website e-commerce. 1.2 Perumusan Masalah Perkembangan e-commerce dan social media, termasuk perkembangan fiturfitur social commerce didalamnnya, dapat digunakan oleh para pelaku e-commerce sebagai strategi untuk membangun kepercayaan konsumen, loyalitas terhadap merk, dan meningkatkan niat konsumen dalam membeli suatu produk atau jasa, namun belum semua pelaku e-commerce memaksimalkan pemanfaatan fitur social commerce tersebut, terutama fitur transaksional. Selain itu, belum semua website social commerce menampilkan fitur-fitur sesuai dengan konsep dan desain social commerce. 4

5 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian sebelumnya mengenai fitur Social Commerce diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Curty dan Zhang [16] [5], Huang dan Benyoucef [1] [17], serta Salvatori dan Marcantoni [21]. a. Curty dan Zhang [16] dalam penelitiannya yang berjudul Social commerce: Looking back and forward, menggunakan Framework I-Model yang telah diadaptasi [22] untuk menyimpulkan literatur mengenai masalah yang paling umum yang diidentifikasi dalam social commerce. Penelitian Curty dan Zang ini kemudian berfokus khusus pada perspektif teknologi, dengan menyajikan sebuah studi longitudinal kualitatif yang secara sistematis meneliti fitur teknologi dan tools dalam situs social commerce untuk menggambarkan bagaimana evolusi dan dampak social commerce terhadap praktik pembentukan social commerce saat ini dan potensinya di masa yang akan datang. Penelitian ini hanya mengidentifikasi evolusi atau kemunculan fitur social commerce saja tanpa membahas lebih lanjut tentang bagaimana fitur social commerce tersebut dimanfaatkan. b. Penelitian dengan judul Website features that gave rise to social commerce: a historical analysis, yang dilakukan oleh Curty dan Zhang [5], membahas tentang fenomena awal lahirnya berbagai jenis baru fitur teknis dibeberapa website e-commerce dari waktu ke waktu. Mereka membahas tentang fitur teknis pada website untuk menggambarkan transformasi e- commerce menjadi social commerce. Pertama-tama Curty dan Zhang membuat kerangka konseptual untuk mengkategorikan fitur e-commerce. Kemudian fitur teknis yang mendukung e-commerce dalam penelitian ini dikategorikan dalam tiga fitur yaitu fitur yang bersifat transaksional, relasional dan sosial. Dengan kerangka konseptual tersebut, mereka membuat analisa historis terhadap screenshoot dari lima website yang termasuk dalam lima besar perusahaan e-commerce, sejak website tersebut dapat diakses. Penelitian Curty dan Zhang ini mampu mendefinisikan dan 5

6 mengklasifikasikan sejumlah 174 fitur teknik yang muncul dan dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa : a. Tiga sifat utama e- commerce telah diterapkan dalam website dan membentuk kembali strategi marketing dan bisnis selama bertahun-tahun; b. Fitur sosial mulai marak dan berkembang sejak tahun 2007; dan c. Terdapat upaya yang signifikan untuk mempererat hubungan antara pelanggan dan pedagang melalui fitur relasional. Penelitian ini walaupun membahas mengenai fitur sosial, namun terbatas pada 5 website e-commerce saja dan tidak meneliti lebih lanjut tentang pemanfaatan fitur social commerce dalam social media. c. Huang dan Benyoucef [1] dalam penelitiannya yang berjudul From e- commerce to social commerce: A close look at design features, membahas konsep dan desain mengenai social commerce. Penelitian social commerce pada umumnya tidak didedikasikan untuk meneliti desain dari platform social commerce. Penelitian Huang dan Benyoucef ini menawarkan tinjauan literatur untuk menjelaskan konsep social commerce, melacak seni kemunculannya dan mendiskusikan desain fitur yang relevan, yang berkaitan dengan e-commerce dan web 2.0. Mereka mengusulkan model dan prinsip-prinsip baru sebagai pedoman desain social commerce. Dalam penelitian tersebut, Huang dan Benyoucef kemudian menerapkan model dan pedoman tersebut terhadap dua platform social commerce terkemuka, Amazon dan Starbucks di Facebook. Huang dan Benyoucef menyimpulkan bahwa untuk setiap website social commerce, sangat penting untuk mencapai minimal satu set fitur desain social commerce. Fitur desain ini harus mencakup semua layers dari model desain yang diusulkan termasuk layer individual, conversation, community dan Commerce. Penelitian ini belum menerapkan konsep dan desain social commerce terhadap berbagai jenis social commerce, hanya sebatas pada social media facebook saja, dan tidak membahas pemanfaatan fitur social commerce. 6

7 d. Penelitian lanjutan dari Huang dan Benyoucef [17] yang berjudul User Preferences of Social Features on Social Commerce Websites: An Empirical Study, meneliti tentang preferensi pengguna terhadap fitur sosial yang diterapkan pada website-website social commerce saat ini. Dalam penelitian tersebut Huang dan Benyoucef mengembangkan survei online berdasarkan model konseptual terhadap desain social Commerce, kemudian mereka memilih sasaran website social commerce untuk dinilai fitur sosialnya. Setelah itu mereka merinci prosedur penilaian yang terdiri dari tiga langkah: review, interaksi, dan kuesioner. Selanjutnya, data dikodekan dengan IBM SPSS for Windows (versi 20.0) dan variabel dependen dianalisis terhadap variabel independen menggunakan one-way ANOVA. Selain implikasi praktis yang terdiri dari wawasan untuk desain social commerce, Huang dan Benyoucef menemukan bahwa, dalam hadirnya fitur sosial dan komersial, pengguna cenderung mengunjungi social media hanya untuk bersosialisasi saja dan mengunjungi situs website e-commerce hanya untuk berbelanja saja. Sama dengan penelitian Huang dan Benyoucef sebelumnya, mereka hanya membahas social media facebook dan website e-commerce saja, namun dengan jumlah website sample yang lebih banyak dan menggunakan kuisioner online. e. Salvatori dan Marcantoni [21] melakukan Systematic Literature Review (SLR) dalam penelitian mereka yang berjudul Social Commerce : A Literature Review. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep dari social commerce. Salvatori dan Marcantoni menggunakan 64 makalah (paper) dari perpustakaan digital untuk dianalisis secara sistematis. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar bagi peneliti dan praktisi yang tertarik mempelajari lebih dalam tentang social commerce. Pertanyaan-pertanyaan tersebut antara lain: mengapa perusahaan harus menerapkan teknologi social commerce, teknologi apa saja yang mendukung social commerce termasuk untuk menjawab pertanyaan mengenai fitur teknologi yang digunakan untuk mendukung 7

8 social commerce, pengalaman apa saja yang didapat ketika mengimplementasikan social commerce dan tantangan-tantangan apa saja yang berkaitan dengan social commerce. Penelitian ini merupakan penelitian berdasarkan literature review saja dan belum diterapkan pada penelitian tentang fitur website social commerce. Tabel 1.1 : Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya No Penelitian Sebelumnya 1 Curty dan Zhang Topik - Evolusi fitur social commerce 2011/2012 Metodologi - Qualitative Social commerce: Looking Metode - Longitudinal study back and forward Teknik - Systematic & repeated observations Sample - 15 Websites, - periode tahun Curty dan Zhang 2013 Topik - Transformasi fitur teknik website dari e-commerce ke social commerce Website features that gave Metodologi - Qualitative rise to social commerce: a Metode - Longitudinal study historical analysis Teknik - Obervasi Sampling - Survey Sample - 5 website 3 Huang dan Benyoucef Topik - Konsep desain fitur social commerce 2012 Metodologi - Qualitative From e-commerce to social Metode - Systematic Literature Review commerce: A close look at Sample - 2 Website design features 4 Huang dan Benyoucef 2013 Topik - Fitur sosial pilihan pengguna pada website social commerce User Preferences of Social Metodologi - Qualitative Features on Social Metode - Empirical study design Commerce Websites: An Teknik - Survey, review Empirical Study Sample - 6 Website Analisa Data - SPSS for Windows, One Way ANOVA 5 Salvatori dan Marcantoni 2015 Topik - Literature review tentang konsep social commerce Social Commerce : A Metodologi - Qualitative Literature Review Metode - Systematic Literature Review Sample - 64 paper Berbeda dengan topik penelitian-penelitian sebelumnya (Tabel 1.1), penelitian ini akan memberikan pemahaman mengenai social commerce di Indonesia dengan mendeskripsikan dan mengekplorasi pemanfaatan fitur social commerce beserta kendalanya. Selain itu, penelitian ini juga akan mengaplikasikan konsep desain social commerce seperti yang dilakukan oleh Huang dan Benyoucef [1], namun perbedaannya adalah penelitian ini menggunakan kriteria yang lebih konkrit 8

9 disesuaikan dengan keadaan di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pedoman kepada pelaku e-commerce mengenai website social commerce yang memenuhi konsep desain social commerce dan memiliki fitur yang mendukung social commerce terutama fitur yang sifatnya transaksional. Penelitian ini akan menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Pendekatan deskriptif digunakan agar dapat lebih banyak mengungkapkan dan menjelaskan informasi yang di dapatkan dari penelitian ini mengenai fitur-fitur yang digunakan dalam social commerce. Sedangkan pendekatan eksploratif digunakan agar lebih memahami mengenai fenomena social commerce yang terjadi di Indonesia. 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk memberi pemahaman mengenai pemanfaatan fitur-fitur social commerce yang banyak digunakan pada website e-commerce dan social media oleh para pelaku e-commerce di Indonesia dan memberikan penilaian bagaimana seharusnya website social commerce yang sesuai dengan konsep desain social commerce. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pelaku e-commerce dalam memilih social media dan fitur social commerce yang tepat untuk menunjang kegiatan bisnisnya melalui social commerce; b. Memberikan masukan pada pelaku e-commerce / developer social media untuk menyesuaikan fitur social commerce-nya dengan konsep desain social commerce dan preferensi pengguna; dan c. Menambah referensi penelitian pada pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang social commerce, serta teknologi dan perilaku manusia serta interaksi antara keduanya/ HCI (Human and Computer Interaction). 9

10 1.6 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, akan diteliti mengenai bagaimana pelaku e-commerce di Indonesia memanfaatkan fitur social commerce. Penelitian ini akan mengambil sampel dari pelaku social commerce yang menggunakan website dan atau social media sebagai media pemasaran atau pengenalan produknya dan terindeks dalam Alexa Top Sites in Indonesia [23], serta diutamakan beroperasi di Indonesia (mempunyai kantor perwakilan dan atau layanan customer service di Indonesia). Jika dibutuhkan beberapa data longitudinal yang telah lampau yang sifatnya visual dan atau dinamis di halaman website atau social media hanya sebatas yang bisa dicapture oleh wayback machine [24] saja. Selain itu, halaman website yang dicapture dan dianalisis hanya halaman depan (home) saja, kecuali yang menyangkut fitur transaksional. 10