STUDI PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER DARI TEGANGAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR FEEDER PONDOK PINANG WILAYAH KERJA PT. PLN (Persero) RAYON TABING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STUDI PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER DARI TEGANGAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR FEEDER PONDOK PINANG WILAYAH KERJA PT. PLN (Persero) RAYON TABING"

Transkripsi

1 ABSTRAK STUDI PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER DARI TEGANGAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR FEEDER PONDOK PINANG WILAYAH KERJA PT. PLN (Persero) RAYON TABING Dalam penyaluran distribusi listrik diperlukan konstruksi arrester yang baik sesuai standar. Feeder pondok pinang merupakan tingkat kecuraman gelombang impuls yang tinggi, maka perlu dilakukan reposisi pada arrester, arrester berfungsi melindungi transformator dari tegangan lebih, dan arrester diletakkan sedekat mungkin dengan objek yang dilindungi. Dengan melakukan reposisi konstruksi arrester, fuse cut out harus diganti dengan type h yang tahan terhadap surja petir. Maka dengan perubahan konstruksi arrester transformator aman terhadap tegangan lebih surja petir. Untuk menjaga penyaluran listrik kepada pelanggan yang ada pada feeder pondok pinang maka dilakukan reposisi konstruksi arrester agar transformator dapat terlindungi dari tegangan impuls petir. Kata Kunci : Reposisi konstruksi arrester, impuls, transformator i

2 No. Alumni Universitas Julian Handra No. Alumni Fakultas BIODATA a). Tempat/Tanggal Lahir : Padang/20 Juli 1992 b). Nama Orang Tua: Syafrizal dan Hartini. Fakultas : Politeknik d). Jurusan/Program Studi : Elektro/Teknik Listrik e).no.bp : f). Tgl. Lulus : 18 September 2016 g). Predikat Lulus : Sangat Memuaskan). IPK : 2,84 i). Lama Studi : 3 Tahun 11 Bulan j). Alamat Orang Tua : Jl. Tunggang No. 8 Kelurahan Pasar Ambacang, Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat STUDI PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER DARI TEGANGAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR FEEDER PONDOK PINANG WILAYAH KERJA PT. PLN (Persero) RAYON TABING Tugas Akhir DIII Oleh : Julian Handra Pembimbing 1.A.Fadli,ST.,MT Pembimbing 2. Witrionanda,ST.,MT ABSTRAK Dalam penyaluran distribusi listrik diperlukan konstruksi arrester yang baik sesuai standar. Feeder Pondok Pinang merupakan tingkat kecuraman tegangan impuls yang tinggi, maka perlu dilakukan reposisi pada arrester, arrester berfungsi melindungi transformator dari tegangan lebih, dan arrester di letakkan sedekat mungkin dengan objek yang di lindungi. Dengan melakukan reposisi konstruksi arrester, fuse cut out harus diganti dengan type h yang tahan terhadap surja petir. Maka dengan perubahan konstruksi arrester transformator aman terhadap tegangan lebih surja petir. Untuk menjaga penyaluran listrik kepada pelanggan yang ada pada feeder pondok pinang maka dilakukan reposisi konstruksi arrester agar transformator dapat terlindungi dari tegangan impuls petir. Kata Kunci : Reposisi konstruksi Arrester, impuls, transformator, Tugas Akhir ini telah dipertahankan di depan sidang penguji dan dinyatakan lulus pada tanggal 18September Abstrak telah disetujui oleh penguji. Penguji : Tanda Tangan Nama Terang Berlianti, ST.,MT Firmansyah, ST.,MT Surfa Yondri, ST.,SST.,M.Kom A.Fadli, ST.,MT Mengetahui : Ketua Jurusan Elektro : Afrizal Yuhanef ST., M.Kom NIP Tanda Tangan Alumnus telah mendaftar ke Fakultas/Universitas dan mendapat Nomor Alumnus : Petugas Fakultas/Universitas Nomor Alumni Fakultas : Nama Tanda Tangan Nomor Alumni Universitas : Nama Tanda Tangan

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) Rayon Tabing adalah salah satu rayon yang ada di wilayah kerja PT. PLN Area Padang yang sering mengalami gangguan distribusi, terutama gangguan akibat tegangan impuls petir dan lainnya. PLN berupaya meningkatkan pelayanan distribusi listrik ke konsumen dengan melakukan pemeliharaan rutin agar listrik yang disalurkan ke konsumen dapat digunakan semaksimal mungkin bagi konsumen. PLN Cabang Padang Rayon Tabing mempunyai kewajiban untuk menjaga dan memelihara keandalan dari peralatanperalatan yang menunjang proses penyaluran energi listrik tersebut hingga sampai ke pelanggan yaitu: Gardu Distribusi yang terdiri dari Gardu Beton, Gardu Tiang, Gardu Kios dan Komponen pendukungnya seperti Transformator Distribusi 20 kv/400, dan peralatan-peralatan lainnya seperti LA, Isolator, Tiang, FCO, MCCB, NH FUSE, Pentanahan dll. Komponen terpenting pada gardu distribusi adalah trafo. Trafo tersebut berfungsi sebagai penurun tegangan (step down transformer), yang menurunkan tegangan 20 kv (tegangan menengah) menjadi 400/230 V (tegangan rendah). Karena trafo terhubung dengan saluran udara 20 kv dan penempatannya di tempat terbuka sehingga pada trafo dapat terjadi gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir secara langsung atau sambaran petir tidak langsung (induksi). Sambaran petir akan menimbulkan tegangan lebih yang tinggi melebihi kemampuan isolasi trafo sehingga dapat menyebabkan kerusakan isolasi yang 1

4 2 fatal. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka setiap pemasangan trafo distribusi 20 kv pada setiap gardu distribusi selalu dilengkapi dengan lightning arrester. Pemasangan lightning arrester pada setiap gardu berbeda penempatan atau kedudukannya. Penempatan lightning arrester dapat mempengaruhi kinerja lightning arrester tersebut dalam memproteksi trafo dan peralatan lainnya pada gardu distribusi transformator tiang. Kontinuitas penyaluran perlu dijaga kualitas pelayanan serta kualitas daya perlu ditingkatkan. Trafo distribusi sebagai komponen utama pada konstruksi Gardu Distribusi berfungsi mentransformasikan tegangan saluran distribusi 20 kv menjadi tengangan rendah 220/380 Volt sehingga siap didistribusikan ke pelanggan tegangan rendah. Pada feeder pondok pinang PLN Rayon Tabing sering mengalami gangguan akibat impuls petir, sesuai dengan keputusan direksi PT. PLN (Persero), No: 475K/DIR/2010 tentang Penetapan Kriteria Desain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik, pada PLN buku 1, bab 7, juga menyatakan pemasangan pada feeder yang pendek sebaiknya pemasangan lightning arrester berada sebelum FCO. Untuk menghindari kerusakan peralatan pada Feeder Pondok Pinang maka PLN Rayon Tabing melakukan perubahan konstruksi pada pengaman lightning arrester pada gardu transformator tiang. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pada tugas akhir ini dengan judul Studi Penempatan Lightning Arrester Dari Tegangan Lebih Pada Transformator Feeder Pondok Pinang Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Rayon Tabing

5 3 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dikemukakan pada laporan akhir ini antara lain : a. Bagaimana kinerja arrester dalam memproteksi peralatan yang terdapat dalam gardu distribusi? b. Apakah sebab permasalahan dilakukan perubahan posisi pada lightning arrester? c. Bagaimana kinerja Arrester setelah dilakukan perubahan posisi pada konstruksi yang baru? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan laporan akhir ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh dari pemasangan lightning arrester konstruksi baru pada gardu distribusi b. Mengurangi terjadinya gangguan pada feeder pondok pinang dan transformator 20 kv terhadap sambaran induksi petir Manfaat Adapun manfaat dari penyusunan laporan akhir ini adalah : a. Menambah pengalaman dalam bidang kelistrikan yaitu dengan cara membandingkan teori yang didapat di bangku kuliah dengan praktek yang terjadi di lapangan b. Mengetahui kondisi di lapangan sebelum dan sesudah perubahan posisi pada arrester

6 4 1.4 Batasan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, batasan masalah yang akan dikemukakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah : Pada laporan akhir ini penulis membatasi masalah dan mengambil pokok penulisan tentang penempatan lightning arrester dari tegangan lebih sebagai pengaman gardu distribusi. Karena luasnya permasalahan pengaman terhadap sambaran petir pada gardu transformator tiang maka dalam studi ini, pembahasan pada alat pengaman terhadap sambaran petir yaitu berupa arrester yang ada pada gardu portal feeder pondok pinang. 1.5 Metodologi Penelitian Ada beberapa metodologi yang digunakan pada pembuatan tugas akhir ini, yaitu : a. Studi literatur. Yaitu dengan melakukan studi berdasarkan referensi dan berbagai diskusi pembahasan, baik dengan dosen pembimbing maupun dengan orang yang berkompeten pada kasus ini. b. Konsultasi. Mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing dan pihak-pihak yang dapat membantu dalam penyelesaian tugas akhir baik dalam memperoleh data atau dalam memberikan pendapat tentang tugas akhir yang akan dikerjakan.

7 5 c. Survey lapangan. Melakukan pengamatan langsung ke lapangan dilokasi kerja sehingga dapat mengetahui secara langsung situasi dan kondisinya. 1.6 Sistematika Laporan Dalam penulisan laporan tugas akhir ini disusun atas bagian-bagian tertentu: BAB I PENDAHULUAN Berisikan gambaran umum, latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, serta hal -hal yang bersangkutan dengan tujuan pembuatan tugas akhir. BAB II LANDASAN TEORI Berisikan pengertian dan teori -teori penunjang yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang kondisi jaringan distribusi primer feeder pondok pinang dan konstruksi lightning arrester versi lama dan versi baru. BAB IV PEMBAHASAN Meliputi pengolahan data tentang Lightning Arrester, konsepkonsep atau prinsip-prinsip yang terkandung dalam suatu proses yang diteliti sebagaimana adanya.

8 6 BAB V PENUTUP Berisikan kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan analisis data dari hasil pengamatan dan pembahasan tugas akhir serta saransaran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.

9 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Gardu Distribusi Gardu Distribusi pada dasarnya adalah transformator atau trafo yang berfungsi sebagai pengubah tegangan. Trafo ini dapat berupa trafo satu fasa atau tiga fasa.selain trafo terdapat juga peralatan penunjang lainnya., yaitu arrester, fuse (pelebur) serta panel tegangan rendah. (Buku 4 PLN) Secara garis besar gardu distribusi dibedakan atas : a. Jenis pemasangannya 1. Gardu pasangan luar : Gardu Portal, Gardu Cantola 2. Gardu pasangan dalam : Gardu Beton, Gardu Kios b. Jenis Konstruksinya 1. Gardu Tiang : Gardu Portal dan Gardu Cantol 2. Gardu Beton (bangunan sipil : batu, beton) 3. Gardu Kios c. Jenis Penggunaannya 1. Gardu Pelanggan Umum 2. Gardu Pelanggan Khusus Gardu tiang Sesuai namanya, gardu tiang merupakan gardu distribusi yang dipasang di tiang pada jaringan distribusi. Gardu tiang ini ada dua macam, yaitu :

10 8 A. Gardu Portal Umumnya konfigurasi Gardu Tiang yang dicatu dari SUTM adalah T section dengan peralatan pengaman Pengaman Lebur Cut-Out (FCO) sebagai pengaman hubung singkat transformator dengan elemen pelebur (pengaman lebur link type expulsion) dan Lightning Arrester (LA) sebagai sarana pencegah naiknya tegangan pada transformator akibat surja petir. (Buku 4 PLN) Gambar 1. Gardu Portal dan Bagan satu garis (Buku 4 PLN) Kapasitas Gardu Tiang lebih kecil dibandingkan dengan Gardu Beton maupun Gardu Metal Clad.Pembangunan Gardu Tiang lebih cepat, mudah dan biayanya lebih murah dibandingkan Gardu Beton dan Gardu Metal Clad. B.Gardu Cantol Pada Gardu Distribusi tipe cantol (Gambar 2.2), transformator yang terpasang adalah transformator dengan daya 100 kva Fase 3 atau Fase 1.Transformator terpasang adalah jenis CSP (Completely Self Protected Transformer) yaitu

11 9 peralatan switching dan proteksinya sudah terpasang lengkap dalam tangki transformator.(buku 4 PLN, 2010 hal.1) Gambar 2. Gardu Tipe Cantol (Buku 4 PLN) Perlengkapan perlindungan transformator tambahan LA (Lightning Arrester) dipasang terpisah dengan Penghantar pembumiannya yang dihubung langsung dengan badan transformator.perlengkapan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB- TR) maksimum 2 jurusan dengan saklar pemisah pada sisi masuk dan pengaman lebur (type NH, NT) sebagai pengaman jurusan. Semua Bagian Konduktif Terbuka (BKT) dan Bagian Konduktif Ekstra (BKE) dihubungkan dengan pembumian sisi Tegangan Rendah Gardu beton Gardu Distribusi jenis beton merupakan peralatan Gardu Distribusi yang dipasang dalam bangunan dari beton.gardu beton memiliki kapasitas lebih besar dari Gardu Tiang dan gardu Metal Clad dan dapat juga dikembangkan sesuai dengan kebutuhan (Gambar 2.3).Seluruh komponen utama instalasi yaitu transformator dan peralatan switching/proteksi, terangkai didalam bangunan sipil yang dirancang, dibangun dan difungsikan dengan konstruksi pasangan batu dan beton (masonrywall building). (Buku 4 PLN, 2010 hal.3)

12 10 Gambar 3. Gardu Beton (Buku 4 PLN) Gardu kios Gardu tipe ini adalah bangunan prefabricated terbuat dari konstruksi baja, fiberglass atau kombinasinya, yang dapat dirangkai di lokasi rencana pembangunan gardu distribusi. Gardu ini dibangun pada tempat-tempat yang tidak diperbolehkan membangun Gardu Beton.Karena sifat mobilitasnya, maka kapasitas transformator distribusi yang terpasang terbatas.kapasitas maksimum adalah 400 kva, dengan 4 jurusan Tegangan Rendah.(Buku 4 PLN, 2010 hal.3) Gambar 4. Gardu Kios (Buku 4 PLN)

13 11 Khusus untuk Kios Kompak, seluruh instalasi komponen utama gardu sudah dirangkai selengkapnya di pabrik, sehingga dapat langsung di angkut kelokasi dan disambungkan pada sistem distribusi yang sudah ada untuk difungsikan sesuai Beton dan peralatannya merupakan satuan set lengkap. 2.2 Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak balik dari satu rangkaian ke rangkaian yang lain seperangkat peralatan statis yang berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik mentransformasikan tegangan dan arus bolak-balik diantara dua belitan atau lebih pada frekuensi sama besar dan bisanya pada nilai arus dan tegangan yang berbeda.(spln ). Penggunaan kapasitas trafo transformator berbeda-beda sesuai dengan pemakai yang ada pada wilayah kerja transformator tersebut. peranan trafo sangat vital untuk menyediakan ketersediaan daya listrik,maka diperlukan komponen pendukung untuk pengamanan trafo dari tegangan lebih. Trafo memiliki kapasitas yang berbeda-beda dimulai dari 25 kva, 50 kva, 100 kva, 160 kva, 200 kva, 250 kva, 400 kva, 630 kva, 1000 kva, kapasitas trafo disesuaikan dengan kebutuhan daya pelanggan yang dipasang pada gardu portal. Trafo juga berasal dari berbagai macam merk dan setiap trafo memiliki tegangan pengenal yang sama yaitu 22 kv.

14 12 Gambar 5. Transformator (PLN Tabing) Pada umumnya gangguan yang sering dialami oleh trafo distribusi adalah arus lebih yang disebabkan oleh beban lebih dan hubung singkat pada sisi tegangan rendah. Alat pengaman yang digunakan bisa relai arus lebih atau pelebur, oleh karena sebagian trafo distribusi tidak dijaga, bahkan banyak terpasang pada tempat terbuka ( gardu portal atau gardu cantol), sebagai pengamannya digunakan pelebur, baik pada sisi tegangan rendah maupun tegangan menengah. Pelebur pada sisi sekunder (TR) digunakan jenis pembatas arus (NH Fuse), sedangkan pada sisi primer (TM) tergantung dari jenis konstruksi gardu distribusi. 2.3 Proteksi pada Gardu Portal Proteksi gardu portal adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengamankan transformator dari gangguan arus lebih atau hubungan singkat dan mengurangi kerusakan pada transformator.

15 Peralatan Proteksi pada Gardu Portal Peralatan proteksi pada gardu portal mempunyai peranan masing-masing. Peralatan proteksi pada gardu portal adalah sebagai berikut : Fuse Cut Out (FCO) Fuse Cut Out merupakan sebuah alat pemutus rangkaian listrik yang berbeban pada jaringan distribusi yang bekerja dengan cara melebur bagian dari komponennya ( Fuse Link ) yang telah dirancang Khusus dan disesuaikan ukurannya untuk itu. Perlengkapan Fuse ini terdiri dari sebuah rumah fuse (fuse support), Pemegang Fuse (Fuse Holder) dan Fuse link sebagai pisau pemisahnya. Fuse cut out distribusi diklasifikasikan dalam 2 macam fuse yaitu : Fuse letupan (Explosion Fuse) dan Fuse Liquid (Liquid Filled Fuse) namun pada kenyataannya dilapangan Fuse Cut Out letupan yang lebih banyak dipakai untuk jaringan distribusi dibanding dengan power fuse istilah letupan (expulsi) merupakan suatu tanda yang dipergunakan fuse sebagai tanda adanya busur listrik yang melintas didalam tabung fuse yang kemudian dipadamkannya. Peristiwa yang terjadi pada bagian dalam tabung fuse ini adalah peristiwa penguraian panas secara partial akibat busur dan timbulnya gas yang di deionisasi pada celah busurnya sehingga busur api segera menjadi padam pada saat arus menjadi nol. Tekanan gas yang timbul pada tabung akibat naiknya temperatur dan pembentukan gas menimbulkan terjadinya pusaran gas didalam tabung dan ini membantu deionisasi lintasan busur api. Tekanan yang semakin besar pada tabung membantu proses pembukaan rangkaian, setelah busur api padam partikel-partikel yang dionisasi akan tertekan keluar dari ujung tabung yang terbuka.

16 14 Klasifikasi fuse cutout yang kedua adalah fuse cutout liquid, fuse jenis ini tidak dikenal di wilayah PT PLN. Namun menurut referensi fuse cutout semacam ini dapat digunakan untuk jaringan distribusi dengan saluran kabel udara. A.Fuse Cut-Out Letupan Bertabung Fiber Ada 2 jenis fuse letupan (expulsion) yang diklasifikasi sebagai Fuse Cut- Out (FCO) distribusi yaitu Fuse cutout bertabung fiber (Fibre tube fuse) Fuse link terbuka (Open link fuse) Fuse cut-out bertabung fiber mempunyai fuse link yang dapat diganti-ganti (interchangeability) dan terpasang didalam pemegang fuse (fuse holder) berbentuk tabung yang terbuat dari bahan serat selulosa. Fuse ini dapat dipergunakan baik untuk Fuse Cut-Out terbuka (open fuse cut-out) atau Fuse Cut- Out tertutup (enclosed fuse cutout), fuse cut-out terbuka dapat dilihat pada gambar 2. Pada gambar ini terlihat fuse bertabung fiber dipasang diantara 2 (dua) isolator dan jaringan listrik dihubungkan pada kedua ujung fuse holdernya pada fuse cutout tertutup, tabung fuse terpasang disebelah dalam pintu fuse cutout dan seluruh kontak listriknya terpasangkan pada rumah fuse yang terbuat dari porselain seperti terlihat pada gambar 3. Kedua Fuse Cutout ini dapat dipergunakan pada jaringan-jaringan dengan sistim delta atau jaringan dengan sistim bintang tanpa pentanahan demikian juga pada jaringan - jaringan yang menggunakan sistim netral ditanahkan apabila tegangan pemutusan fuse cutout secara individual tidak melebihi tegangan

17 15 maksimum pengenal rancangan dan tahanan isolasi ketanah sesuai dengan kebutuhan operasinya Gambar 6 Gambar 7 Fuse Cutout terbuka Fuse Cutout tertutup B.Fuse Cut-Out Link Terbuka (Open Link) Fuse cutout link terbuka terdiri dari sebuah fuse link yang tertutup didalam sebuah tabung fiber yang relatif kecil dengan dilengkapi kabel penghubung tambahan pada fuse link-nya untuk memperpanjang kedua ujung tabungnya. C.Standar Fuse link Ada sejumlah standar yang dianut fuse link, salah satu standar pengenal fuse link yang terdahulu dikenal dengan sebutan pengenal N. Pengenal N dispesifikasi fuse link tersebut mampu untuk disalurkan arus listrik sebesar 100 % secara kontinue dan akan melebur pada nilai tidak lebih dari 230 % dari angka pengenalnya dalam waktu 5 menit. Setelah fuse link dengan pengenal N

18 16 kemudian muncul standar industri fuse link dengen pengenal K dan pengenal T pada tahun 1951 Pengenal K untuk menyatakan fuse link dapat bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih cepat dan pengenal T untuk menyatakan fuse link bekerja memutus jaringan listrik yang berbeban dengan waktu kerja lebih lambat. Fuse link tipe T dan tipe K ini merupakan rancangan yang universal karena fuse link ini bisa ditukar tukar (interchangeability) kemampuan elektris dan mekanisnya yang dispesifikasi dalam standar. Fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi suatu pabrik secara mekanis akan sama dengan fuse link tipe K dan tipe T yang diproduksi pabrik lain Arrester Gambar 8. Arrester Gardu Transformator Tiang (GTT) merupakan salah satu bagian penting dalam suatu sistem distribusi daya listrik. GTT digunakan sebagai tempat peletakan transformator sistem 20 kv atau transformator distribusi 20 kv tipe pasangan luar (outdoor). Transformator atau trafo tersebut berfungsi sebagai

19 17 penurun tegangan (step down transformer), yang menurunkan tegangan 20 kv (tegangan menengah) menjadi 400/230 V (tegangan rendah). Karena trafo terhubung dengan saluran udara 20 kv dengan kawat telanjang (over head open wire) dan penempatannya yang di tempat terbuka sehingga pada trafo dapat terjadi gangguan tegangan lebih akibat sambaran petir secara langsung atau sambaran petir tidak langsung (induksi). Sambaran petir akan menimbulkan tegangan lebih yang tinggi melebihi kemampuan isolasi trafo hingga menyebabkan kerusakan isolasi yang fatal. A. Mekanisme Kerja Arrester Saat terjadi lonjakan tegangan disebuah jaringan kabel maka pada sisi kutub anoda arrester akan melepas lonjakan ke arah katoda (terhubung ke grounding). Ambang batas dari seberapa besar tegangan mulai meloncat sangat tergantung dari, jarak kerenggangan kedua kutub anoda. 2.5 Sambaran Petir AWAN BUMI Muatan negatif Gambar 9. Proses Terjadinya petir (PLN Jasa Diklat) + Muatan positif

20 18 Petir adalah pelepasan muatan yang terjadi antara awan, dalam awan atau antara awan dengan tanah. dimana dalam awan terdapat muatan positif dan muatan negatif, jika muatan ini senama bertemu maka akan terjadi tarik menarik yang dapat menimbulkan lendakan/kilat diawan, begitu juga kalau muatan negatif dan muatan positif dekat akan terjadi tolak menolak, juga akan terjadi ledakan/kilat. Bumi adalah sebagai gudang muatan positif maupun negatif, jika pelepasan muatan dari petir dekat dengan bumi, maka akan terjadi sambaran petir kebumi. Seperti terlihat pada gambar VII.1 diatas. Bila petir mengenai langsung kepenghantar SUTM, kemungkinan besar penghantar tersebut akan putus karena gelombang petir yang menimbulkan tegangan impuls melebihi BIL (Basic Insulation Level) dari penghantar SUTM. Kalau petir yang mengenai SUTM bukan sambaran langsung tetapi induksi dari petir, gerak dari gelombang petir itu menjalar ke segala arah dengan perkataan lain terjadi gelombang berjalan sepanjang Jaringan yang menuju suatu titik lain yang dapat menetralisir arus petir tersebut yaitu menuju ketitik pentanahan. Kelebihan tegangan yang disebabkan petir disebabkan oleh sambaran langsung atau sambaran tidak langsung (induksi) dapat dijelaskan sebagai berikut: Sambaran Langsung Sambaran langsung yang mengenai rel dan Peralatan adalah yang paling hebat diantara gelombang berjalan lainnya yang datang ke Peralatan. Sambaran langsung menyebabkan tegangan lebih yang sangat tinggi yang tidak mungkin dapat ditahan oleh isolasi yang ada (> BIL)

21 19 Sambaran Induksi Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibat dari kejadian ini timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua sisi kawat tempat sambaran berlangsung. Tegangan induksi dapat berubah-ubah tergantung dari keadaannya, secara umum besar tegangan lebih akibat sambaran induksi antara kv, muka gelombangnya (Wave front) lebih dari 10 μs dan ekor gelombang (wave tail) μs, dimana gelombang ini sebagai ancaman bagi peralatan distribusi.. U 0.9 U 0.5 U 0.3 U O A B t Tf Tt Gambar 10. Tegangan impuls petir standar(iec Publ.60-2,1973) Dimana : Tf = waktu muka gelombang (OA) (μs) T f = 1,2 μs

22 20 Tt = waktu ekor gelombang (OB) (μs) Tt = 50 μs U = tegangan puncak (kv) Bentuk gelombang surja petir (tegangan impuls) terlihat pada gambar VII.2, dengan Tf (waktu muka gelombang), Tt (waktu ekor gelombang) dan U (tegangan puncak). Untuk sambaran langsung besarnya T f = 1.2 μs, T f = 50 μs dan tegangan puncak U = mendekati 300 kv, sambaran induksi besar T f = 10 μs,tt = μs dan U = kv 2.6 Kerusakan Akibat Kelebihan Tegangan Tegangan tembus luar (External Flashover) merusak isolator, bagian permukaan peralatan. Ini disebabkan oleh amplitude gelombang datang. Tegangan tembus dalam ( Internal Flashover ), merusak isolasi utama dari peralatan ketanah, merusak isolasi antara bagian-bagian dalam peralatan (isolasi antara gulungan dari trafo). Ini disebabkan oleh kecuraman gelombang datang. Tegangan tembus luar dan dalam ( Internal and External Flashover) yang mungkin terjadi akibat osilasi yang terjadi pada peralatan. Ini disebabkan oleh kecuraman gelombang datang dengan ekor gelombang yang panjang. 2.7 Penanggulangan Kelebihan Tegangan Untuk memberikan perlindungan pada Peralatan terhadap kelebihan tegangan berupa surja petir maka dipasang alat pelindung (Protective Device).

23 21 Alat pelindung terhadap kelebihan tegangan berfungsi melindungi peralatan sistem tenaga listrik dengan cara membatasi kelebihan tegangan yang datang dan mengalirkan ke tanah. Berhubungan dengan fungsinya itu, maka alat pelindung harus dapat menahan tegangan sistem dalam waktu yang tak terbatas dan harus dapat melewatkan surja arus ke tanah tanpa mengalami kerusakan. Alat pelindung yang baik mempunyai perbandingan perlindungan atau protective ratio yang tinggi, yaitu perbandingan antara tegangan surja maksimum yang diperbolehkan sewaktu pelepasan (discharge) dan tegangan sistem maksimum yang ditahan sesudah pelepasan terjadi. 2.8 Tingkat Pengenal Dari Arrester Jarak Lindung Arrester Jarak lindung arrester adalah jarak aman antara pemasangan arrester dengan peralatan yang dilindungi Jarak lindung dari arrester ke peralatan yang dilindungi (dalam hal ini adalah transformator) adalah : U t U a L V...(2.1) du 2 dt dimana: L = Jarak antara arrester dengan peralatan yang dilindungi (m) U t = Tegangan ketahanan terhadap gelombang impuls dari peralatan yang dilindungi (kv) U a = tegangan kerja arrester (kv)

24 22 du/dt = Kecuraman dari gelombang yang datang (kv/μs) nilai berkisar antara 1000 kv/μs kv/μs. V = kecepatan propagasi gelombang tegangan lebih ; 300 m/ μs untuk saluran udara, 150 m/ μs untuk kabel Tegangan nominal Arrester U A (Nominal Voltage Arrester) adalah tegangan dimana arrester masih dapat bekerja sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak dapat bekerja pada tegangan maksimum sistem yang direncanakan, tetapi mampu memutuskan arus ikutan dari sistem secara efektif. Tegangan pengenal dari arrester harus lebih tinggi dari tegangan phasa sehat ketanah, jika tidak demikian maka arrester akan melewatkan arus ikutan sistem terlalu besar yang menyebabkan arrester rusak akibat beban lebih termis (thermal overloading). Tegangan tertinggi sebagai berikut: Tegangan sistem tertinggi (system highest voltage), umumnya diambil harga 110% dari harga tegangan nominal sistem. Koefisien pentanahan, didefenisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms phasa sehat ke tanah dalam keadaan gangguan pada tempat dimana arrester dipasang, dengan tegangan rms phasa ke phasa tertinggi dari sistem dalam keadaan tidak ada gangguan. Jadi tegangan pengenal dari arrester (arrester rating) adalah tegangan rms phasa ke phasa x 1.10 x koefisien pentanahan. Sistem yang ditanahkan langsung koefisien pentanahannya 1,0.Arrester disebut arrester 100%. Sistem yang tidak ditanahkan

25 23 langsung koefisien pentanahannya 0,8.Arrester ini disebut arrester 80%. Menurut rekomendasi IEC yang direkomendasikan spln 7, untuk tegangan sistem kurang dari 70 kv menggunakan pentanahan tidak langsung (non efektif), sedangkan untuk system dengan tegangan 150 kv menggunakan sistem pentanahan langsung (efektif). Sehingga untuk menghitung besarnya tegangan nominal atau tegangan pengenal arrester dapat digunakan persamaan : Er = α.β.um...(2.2) Dimana: Er = Tegangan dasar arrester α = koefisien pentanahan β = toleransi untuk perhitungan fluktuasi tegangan ( %) Um = tegangan normal sistem Tegangan pelepasan ( Nominal Discharge Voltage) Tegangan pelepasan arrester adalah karakteristik yang paling penting dari penanhkapan petir untuk perlindungan peralatan dalam gardu. Tegangan pelepasan atau tegangan kerja ini menentukan tingkat perlindungan dari penangkapan petir tersebut. Jika tegangan kerja arrester ada dibawah BIL dari peralatan yang dilindungi, maka dengan faktor keamanan yang cukup perlindungan peralatan yang optimal dapat diperoleh. Tegangan pelepasan arrester didapatkan sesuai dengan persamaan :

26 24 ea = Eo + (I.R).. (2.3) Keterangan : I = Arus pelepasan arrester (ka) Eo = tegangan arrester pada saat arus nol (kv) ea = Tegangan pelepasan arrester (kv) R = Tahanan Arrester (Ω)` Faktor perlindungan Faktor perlindungan adalah besar perbedaan tegangan antara T.I.D dari peralatan yang dilindungi dengan tegangan kerja dari arrester. Pada waktu menentukan tingkat perlindungan peralatan yang dilindungi oleh penangkap petir umumnya diambil harga 10 % diatas tegangan kerja arrester tujuannya untuk mengatasi kenaikan tegangan pada kawat penghubung dan toleransi pabrik. Besarnya faktor perlindungan ini umumnya lebih besar atau sama dengan 20 % dari TID peralatan arrester yang dipasang dekat dengan peralatan yang dilindungi. Menentukan Faktor Perlindungan : Dalam menentukan faktor perlindungan, maka yang pertama-tama dihitung adalah tingkat perlindungan arrester yaitu : Tingkat Perlindungan = Va x 110 % = Va (Tegangan percikan impuls) Jadi diperoleh faktor perlindungannya adalah :

27 25 FP = x 100 %. (2.4) FP = Faktor perlindungan (%) TP = Tingkat Perlindungan (kv) Pemilihan tingkat isolasi dasar (BIL) Basic insulation Level (BIL) adalah suatu referensi level yang dinyatakan dalam impuls crest voltage (tegangan puncak impuls) dengan standar suatu gelombang 1,2. 50 µs. Sehingga isolasi dari peralatan-peralatan listrik harus mempunyai karakteristik ketahanan impuls sama atau tinggi dari BIL tersebut Pemilihan Tingkat Pengenal Arrester a. tegangan pengenal arrester (rating arrester) Tegangan pengenal arrester adalah tegangan saat arrester dapat bekerja sesuai dengan karakteristiknya. Arrester tidak boleh bekerja pada tegangan maksimum system, tetapi mampu memutuskan arus susulan dari system secara efektif. Arrester umumnya tidak boleh bekerja jika ada gangguan fasa ke tanah, karena tegangan pengenalnya lebih tinggi dari tegangan gangguan fasa ke tanah. Untuk menentukan tegangan maksimum yang mungkin terjadi pada gangguan fasa ke tanah, perlu diketahui : Tegangan maksimum system Koefisien pembumian Didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan rms fasa ke tanah, dalam keadaan gangguan pada tempat dimana arrester dipasang dengan

28 26 tegangan rms fasa ke tanah tertinggi dari system dalam keadaan tanpa gangguan. Untuk system yang dibumikan koefisien pembumiannya 0,8 (arrester 80%) dan system yang tidak di bumikan langsung koefisien pembumiannya 1,0 (arrester 100 %). Tegangan pengenal dari suatu arrester merupakan tegangan rms fasa ke tanah tertinggi dikalikan dengan koefisien pembumian. Jika dibumikan langsung : Vm = 1,1 x Vfn = 1,1 x V nom 3 Dimana : Vm = tegangan maksimum fasa ke netral Vfm = tegangan nominal system fasa ke netral V nom = tegangan nominal system fasa ke fasa Jika tidak dibumikan langsung : Va = V x 1,10 x 1,0 b. tegangan percikan impuls maksimum merupakan tegangan gelombang impuls tertinggi yang terjadi pada arrester. Jika teganga puncak surja petir yang datang mempunyai harga yang lebih tinggi atau sama dengan tegangan percikan maksimum arrester, maka arrester akan bekerja memotong surja dan mengalirkannya ke tanah.

29 27 Tabel 1. karakteristik arrester Pengenal Kecuraman 10 ka dan 5 ka 5 ka arrester (kv) FOW (kv/ µ det) STD FOW STD FOW (kv) (kv) (kv) (kv) , , , , ,6 26 7, , , c. arus pelepasan nominal merupakan arus pelepasan dengan harga puncak dan bentuk gelombang tertentu untuk menentukan kelas arrester sesuai dengan kemampuan melewatkan arus, karakteristik perlindungan.

30 28 Arrester harus dapat menyalurkan arus sesuai dengan kemampuannya. Dalam menentukan besar arus pelepasan arrester, ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu: Menentukan harga puncak surja yang sampai pada lokasi arrester Untuk menentuka besarnya surja yang sampai ke arrester tidak terlepas dari peranan isolator saluran distribusi Isolator mempunyai tegangan lompatan api frekuensi daya dan tegangan lompatan api impuls. Harga puncak surja merupakan tingkat ketahanan impuls saluran, sebagai faktor keamanan terhadap kemungkinan timbulya variasi tegangan yang menyebabkan terjadinya lompatan api pada isolator saluran distribusi, maka di tambahkan toleransi 20 %. Jadi puncak surja yang akan mencapai lokasi arrester : V puncak = TID saluran + 20 % V puncak = TID saluran x 1,2

31 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Studi Kasus Dalam penyaluran listrik pada konsumen PT PLN (Persero) ingin memberikan kualitas tegangan yang baik untuk pelanggannnya, namun dalam proses tersebut terjadi penurunan kualitas tegangan yang diterima oleh pelanggan, karena pemasangan konstruksi arrester pada trafo distribusi yang tidak sesuai. Hal ini menyebabkanrugi daya pada trafo distribusi tersebut, yang dapat merugikan konsumen dan pihak PLN. Dalam hal ini, penulis melihat konstruksi pemasangan arrester yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan dengan perhitungan, dari data yang didapatkan dilapangan tidak sesuai dengan perhitungan yang dicari melalui rumus. tentunya akan menyebabkan membutuhkan kuantitas listrik yang lebih tinggi dengan tegangan yang baik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas tentang penempatan lightning arrester dari tegangan lebih pada transformator feeder pondok pinang. 3.2 Kondisi Feeder Pondok Pinang Feeder Pondok Pinang yang di suplai dari GH Lubuk Buaya gardu yang melayani gardu distribusi transformator tiang, tingkat gangguan pada feeder pondok pinang adalah gangguan petir akibat induksi impuls petir. Daya yang terpasang pada feeder pondok pinang adalah 880 kva dan merupakan salah satu feeder yang membutuhkan tingkat keamanan pengaman proteksi yang tinggi dari

32 30 kondisi ini dilakukan perubahan posisi konstruksi pada arrester. Dari data yang diperoleh: Tabel 2. Data Transformator Feeder Pondok Pinang Data Gardu Kapasitas Daya Terpakai Daya Sisa (kva) (kva) (kva) RTB 159 T ,32 25,68 RTB 145 T ,44 56,56 RTB 148 T ,10 47,90 RTB 138 T ,20 38,80 RTB 170 T ,00 43,00 RTB 109 T ,26 75,74 RTB 115 T ,85 44,15 Sumber : (PLN Tabing) 3.3 Teknik Analisis Data Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kualitatif sehingga data tersebut dituangkan/ ditranskripkan secara tertulis dan setelah proses transkrip selesai, data tersebut dianalisis sesuai dengan prinsip data kualitatif. Pada tahap teknik analisa data terdapat beberapa tahap yang dilakukan dimulai dari penelitian pustaka yaitu dengan mengumpulkan sumber-sumber referensi yang berhubungan dengan arrester, pengumpulan data arrester pada tempat penelitian, tahap ini semua data yang dibutuhkan dalam penelitian dikumpulkan sebelum dilakukan analisa, selanjutnya dilakukan penelitian lapangan dengan ikut serta melakukan pengamatan sistem kerja arrester dari lapangan. Setelah data diperoleh dilakukan

33 31 pengolahan data yang telah dikumpulkan. Maka tahap selanjutnya melakukan perhitungan ulang penempatan arrester pada transformator distribusi dengan persamaan rumus agar memudahkan untuk mengetahui hasil perhitungan arrester yang telah ditentukan, dari hasil yang diperoleh tadi maka akan didapatkan hasil perhitungan dengan membandingkan hasil penelitian dilapangan. 3.4 Jenis Arrester Yang Terpasang Metal Oxide Varistor ( MOV) Arrester jenis Metal Oxide Varistor hanya terdiri dari unit-unit tahanan tak linear yang terhubung satu sama lainnya tanpa memakai sela percik pada setiap unit. Untuk arrester jenis Metal Oxide material tahanan tak linear pada dasarnya keramik yang dibentuk dari oksida seng ( ZnO) dengan penambahan oksida lain. Gambar 11. Elemen arrester jenis Metal Okside Bahan ini telah banyak dipakai untuk perlindungan rangkaian-rangkaian yang bekerja pada beberapa kv sampai dengan tegangan distribusi. Karena derajad ketidaklinearan yang tinggi,

34 32 Tabel 3. Spesifikasi Arrester di Rayon Tabing Spesifikasi : Merk : Faristar Rating : 24 kv Tegangan Operasi : 19,5 kv Kelas KA : 5 Tahun 1994, Spesifikasi : Merk : Asean XCA Rating : 24 kv Tegangan Operasi : 17 kv Kelas KA : 5 Tahun 1989, Spesifikasi : Merk : Elina efd Rating : 24 kv Tegangan Operasi : 18 kv Kelas KA : 5 Tahun 1994, Spesifikasi : Merk : Ohio Bras Rating : 24 kv Tegangan Operasi : 18 kv Kelas KA : 5 Tahun 1994,

35 Konstruksi Pemasangan Arrester Versi Lama Gambar 12. Konstruksi Arrester Sebelum Reposisi Pada gambar diatas arrester bekerja tidak optimal karena kalau terjadi gelombang berjalan karena petir di penghantar SUTM akan mengakibatkan pantulan antara penghantar yang masuk ke transformator tenaga dan arrester, tegangan lebih ke transformator menyebabkan transformator rusak dan dapat menimbulkan tegangan impuls ke trafo yang dapat melewati batas basic insulation level dan berdampak buruk ke trafo dan kemungkinan trafo di tembus tegangan lebih pada surja petir.

36 Konstruksi Pemasangan Arrester Versi Baru Gambar 13. Konstruksi Arrester Setelah Reposisi Pada gambar diatas perjalanan gelombang yang menuju Arrester seperti terlihat pada gambar 13 adalah betul, kalau terjadi gelombang berjalan dari petir di penghantar SUTM, maka ada choping dari arrester sehingga tegangan petir menjadi kecil yang masuk ke trafo dan efektif untuk pengamanan pada trafo, choping arrester dapat dilihat pada gambar 14. Sebaiknya kawat tanah dari kabel di sambung dengan kawat pentanahan dari arrester, kalau terjadi gelombang petir hasil choping dari arrester yang masih masuk kesistem masih dibawah BIL trafo. Dan dapat mengamankan trafo dari tegangan impuls dari surja petir. Karena letaknya yang dekat dengan transformator, maka sebagian dari peralatan di gardu akan terletak diluar daerah lindung dari arrester. Daerah

37 35 lindung ditentukan oleh: ketahanan isolasi dari peralatan, tegangan kerja dari penangkap petir dan jarak antara penangkap petir dengan peralatan tersebut. Peralatan peralatan yang terletak diluar dari daerah lindung penangkap petir akan diberikan Tingkat Isolasi Dasar yang satu tingkat lebih tinggi.pada umumnya tingkat isolasi dari peralatan gardu seperti pemutus daya busbar, saklar pemisah, trafo pengukuran mempunyai T.I.D 10 % lebih tinggi dari TID trafo.tingkat isolasi antara kutub-kutub pada saklar pemisah yang terbuka harus % lebih tinggi dari tingkat isolasi kutub tersebut ke tanah. Tabel 4. Penetapan Tingkat Isolasi Transformator dan Penagkal Petir SPESIFIKASI TEGANGAN NOMINAL SISTEM Tegangan Tertinggi 150 Kv 66 Kv 20 Kv 170 kv 72,5 kv 24 kv Untuk Peralatan Pentanahan Netral Efektif Tahanan Tahanan Transformator Tegangan 150 kv 66 kv 20 kv Pengenal (sisi tegangan tinggi) Tingkat Isolasi Dasar 650 kv 325 kv 125 kv (TID) Penangkap petir tegangan pengenal 138 kv 150 kv 75 kv 21 kv 24 kv Arus Pelepasan Nominal 10 Ka 10 ka 5 ka 5 ka

38 36 Tegangan Pelepasan 460 kv 500 kv 270 kv 76 kv 87 kv Tegangan Percikan 530 kv 310 kv 88 kv denyut Muka 577 kv 100 kv Gelombang (MG) Tegangan Percikan 460 kv 270 kv 76 kv Denyut Standar *) 570 kv 87 kv Kelas 10 ka Tugas Berat 10 ka Tugas 5 ka 10 ka Tugas Ringan Seri A Ringan 5 ka Seri A Sumber: (SPLN ) *) Biasa disebut juga tegangan percikan-denyut 1.2/50 atau tegangan percikan 100 % Catatan: 1) Bila mana tidak diperoleh persesuaian perihal tegangan-pengenal penangkap petir, maka tingkat pengaman dari penangkap petir dipakai sebagai pedoman. 2) Bila mana penangkap petir akan dipakai untuk melindungi gardu induk dan transformator tenaga seharusnya dipakai penangkap petir kelas 10A tugas ringan Tabel 5.Data Lapangan Arrester Pada Transformator

39 37 No Nama Gardu Merk Tegangan Rating Tipe Arrester Operasi Arrester Arrester 1 RTB 170 T Faristar 19,5 24 kv MOV 2 RTB 138 T Faristar 19,5 24 kv MOV 3 RTB 109 T Ohio Bras kv MOV 4 RTB 115 T Ohio Bras kv MOV 5 RTB 145 T Faristar 19,5 24 kv MOV 6 RTB 148 T Ohio Bras kv MOV 7 RTB 159 T Faristar 19,5 24 kv MOV Dari data yang didapatkan, Spesifikasi transformator yang ada di feeder pondok pinang mempunyai kapasitas trafo sebesar 100 kva dan 160 kva disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan., untuk penempatan arrester pada kapasitas tersebut memiliki rating arrester yang sama dan pemasangan nya pada gardu transformator tiang tidak mempengaruhi kinerja transformator BAB IV

40 38 PEMBAHASAN 4.1 Analisa Konstruksi Pemasangan Arrester Versi Lama Gambar 14. Konstruksi Kedudukan Arrester Versi Lama Arrester yang pemasangan nya sebelum FCO apabila mengenai induksi petir mengakibatkan pantulan antara penghantar yang masuk ke transformator tenaga dan arrester dan tegangan impuls yang masuk ke transformator tidak diredam Arrester secara maksimal dan tegangan impuls yang dialiri dari induksi jaringan SUTM masuk ke transformator dan mengakibatkan transformator terbakar. Dari laporan petugas lapangan posisi arrester masih berada sebelum FCO, dan perlu dilakukan perubahan posisi arrester supaya tidak berimbas ke trafo lainnya.

41 Analisa Konstruksi Pemasangan Arrester Versi Baru Gambar 15. Konstruksi Kedudukan Arrester Versi Baru Arrester yang pemasangan nya sesudah FCO apabila mengenai induksi petir Arrester langsung meredam ke pentanahan dan tegangan impuls yang masuk ke transformator relative kecil. Pada pemasangan konstruksi baru yang dimulai pada pemasangan baru pada feeder pondok pinang dengan tingkat ketinggian curaman gelombang induksi petir yang tinggi, dengan dilakukan perubahan posisi pemasangan arrester sampai saat ini tidak ada pemadaman terhadap pelanggan di feeder pondok pinang tersebut. Dampak jarak Arrester terhadap trafo : Arrester ditempatkan sedekat mungkin dengan peralatan yang dilindungi, agar tidak terjadi pantulan gelombang impuls petir antara FCO dengan Arrester, arrester langsung menghantarkan tegangan impuls ke tanah. SPLN D

42 40 yang baru : Dampak dari pemasangan Arrester konstruksi lama dengan konstruksi Konstruksi yang lama : Pada pemasangan arrester konstruksi lama berakibat fatal terhadap transformator, apabila tegangan impuls petir melewati arrester tidak langsung menyalurkan tegangan impuls langsung ke tanah karna transformator yang dilindungi posisinya jauh dari arrester mengakibatkan pantulan antar penghantar arrester ke FCO dan merambat dan transformator jebol. Konstruksi yang baru : Pemasangan arrester konstruksi baru tegangan impuls petir yang melewati arrester menyalurkan langsung ke tanah karna transformator yang dilindungi posisinya dekat dengan arrester, sesuai dengan referensi SPLN D Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi Pemasangan Arrester Tipe Metal Oxide Varistor Arrester merupakan pengaman sangat vital untuk keselamatan transformator, maka jarak pemasangan transformator dengan arrester dibutuhkan untuk tingkat keamanan pada trafo sesuai dengan tingkat isolasi dasar yang ada pada transformator. Untuk menentukan jarak antara pemasangan trafo dengan arrester digunakan persamaan Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi RTB 159 T dengan memakai arester jenis Ohio Bras.

43 41 U t U L du 2 dt a V L = jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi (m) Ut = 22 kv merupakan tegangan pengenal untuk transformator (kv) Ua = 19,5 kv merupakan tegangan kerja arrester (kv) = kecuraman dari gelombang yang datang berkisar 1000kV/πs- 2000kV/πs untuk saluran udara. V = kecepatan propagasi gelombang tegangan lebih 300 m/πs 22 19,5 L x300m / s 2x1000 s L = 0,37 m Jarak pemasangan ideal arrester dengan transformator adalah 0,37 meter. Dari hasil yang didapatkan jarak pemasangan ideal transformator digunakan untuk gardu RTB 159 T tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. 3. Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi RTB 145 T dengan memakai arrester jenis U t U L du 2 dt a V L = jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi (m)

44 42 Ut = 22 kv merupakan tegangan pengenal untuk transformator (kv) Ua = 19,5 kv merupakan tegangan kerja arrester (kv) = kecuraman dari gelombang yang datang berkisar 1000kV/πs- 2000kV/πs untuk saluran udara. V = kecepatan propagasi gelombang tegangan lebih 300 m/πs 22 19,5 L x300m / s 2x1000 s L = 0,37 m Jarak pemasangan ideal arrester dengan transformator adalah 0,37 meter. Dari hasil yang didapatkan jarak pemasangan ideal transformator digunakan untuk gardu RTB 145 T tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. 4. Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi RTB 148 T U t U L du 2 dt a V L = jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi (m) Ut = 22 kv merupakan tegangan pengenal untuk transformator (kv) Ua = 19,5 kv merupakan tegangan kerja arrester (kv)

45 43 = kecuraman dari gelombang yang datang berkisar 1000kV/πs- 2000kV/πs untuk saluran udara. V = kecepatan propagasi gelombang tegangan lebih 300 m/πs 22 19,5 L x300m / s 2x1000 s L = 0,37 m Jarak pemasangan ideal arrester dengan transformator adalah 0,37 meter. Dari hasil yang didapatkan jarak pemasangan ideal transformator digunakan untuk gardu RTB 148 T tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. 5. Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi RTB 138 T U t U L du 2 dt a V L = jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi (m) Ut = 22 kv merupakan tegangan pengenal untuk transformator (kv) Ua = 19,5 kv merupakan tegangan kerja arrester (kv) = kecuraman dari gelombang yang datang berkisar 1000kV/πs- 2000kV/πs untuk saluran udara.

46 44 V = kecepatan propagasi gelombang tegangan lebih 300 m/πs 22 19,5 L x300m / s 2x1000 s L = 0,37 m Jarak pemasangan ideal arrester dengan transformator adalah 0,37 meter. Dari hasil yang didapatkan jarak pemasangan ideal transformator digunakan untuk gardu RTB 138 T tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. 6. Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi RTB 170 T U t U L du 2 dt a V L = jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi (m) Ut = 22 kv merupakan tegangan pengenal untuk transformator (kv) Ua = 19,5 kv merupakan tegangan kerja arrester (kv) = kecuraman dari gelombang yang datang berkisar 1000kV/πs- 2000kV/πs untuk saluran udara. V = kecepatan propagasi gelombang tegangan lebih 300 m/πs 22 19,5 L x300m / s 2x1000 s

47 45 L = 0,37 m Jarak pemasangan ideal arrester dengan transformator adalah 0,37 meter. Dari hasil yang didapatkan jarak pemasangan ideal transformator digunakan untuk gardu RTB 170 T tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. 7. Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi RTB 159 T U t U L du 2 dt a V L = jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi (m) Ut = 22 kv merupakan tegangan pengenal untuk transformator (kv) Ua = 19,5 kv merupakan tegangan kerja arrester (kv) = kecuraman dari gelombang yang datang berkisar 1000kV/πs- 2000kV/πs untuk saluran udara. V = kecepatan propagasi gelombang tegangan lebih 300 m/πs 22 19,5 L x300m / s 2x1000 s L = 0,37 m Jarak pemasangan ideal arrester dengan transformator adalah 0,37 meter.

48 46 Dari hasil yang didapatkan jarak pemasangan ideal transformator digunakan untuk gardu RTB 109 T tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. 8. Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi RTB 115 T U t U L du 2 dt a V L = jarak arrester dengan peralatan yang dilindungi (m) Ut = 22 kv merupakan tegangan pengenal untuk transformator (kv) Ua = 19,5 kv merupakan tegangan kerja arrester (kv) = kecuraman dari gelombang yang datang berkisar 1000kV/πs- 2000kV/πs untuk saluran udara. V = kecepatan propagasi gelombang tegangan lebih 300 m/πs 22 19,5 L x300m / s 2x1000 s L = 0,37 m Jarak pemasangan ideal arrester dengan transformator adalah 0,37 meter. Dari hasil yang didapatkan jarak pemasangan ideal transformator digunakan untuk gardu RTB 115 T tidak sesuai dengan kondisi di lapangan.

49 Untuk mencari tegangan pengenal dari arrester Er = α.β.um Er = Tegangan Pengenal / Tegangan dasar α = 0,8 koefisien pentanahan β = 1,1 Toleransi untuk menghitung fluktuasi tegangan ( ) % Um = 20 kv Tegangan normal system Er = 0,8 x 1,1 x 20 = 17,6 kv Pada hasil yang didapatkan berdasarkan persamaan 2.2 adalah 17,6 pada rating arrester tegangan pengenal arrester yang ada adalah 19,5 kv, pada pemilihan arrester digunakan rating 19,5 kv karena mendekati hasil analisa yang didapatkan, untuk tingkat keamanan transformator maka dipakai rating 19,5 kv dan spesifikasi arrester tidak melebihi BIL trafo dan sangat baik untuk keamanan trafo Penentuan Tingkat Isolasi Dasar Transformator Perencanaan sistem perlindungan transformator distribusi dalam menentukan posisi peralatan pelindung dari kemungkinan bahaya surja petir, yang paling awal dilakukan adalah menentukan tingkat kekuatan isolasi impuls dasar. Transformator yang akan dilindungi terletak pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) dengan data-data sebagai berikut:

50 48 Kapasitas terpasang : 100/160 kva Tegangan primer : 20 kv Tegangan sekunder : 220 / 380 V Transformator jenis ini merupakan jenis gardu yang terpasang pada tiang dengan tegangan sistem primer 20 kv, maka diperoleh tegangan tertinggi peralatan : = x 1,1 = 20 x 1.1 = 22 kv 4.4 Pemilihan Tingkat Pengenal Arrester Sisi Primer Menentukan Tegangan Pengenal Arrester Tegangan pengenal arrester merupakan tegangan rms fasa ke fasa tertinggi dikalikan dengan koefisien pembumian. Dalam hal ini dikategorikan sistem pembumian tidak langsung dengan koefisien pembumian adalah 1,0 maka : Tegangan sistem maksimum = + 20% (faktor toleransi) = = 22 kv Menentukan Tegangan Terminal Arrester Arrester yang digunakan mempunyai tegangan pengenal 24 kv dengan kecuraman surja (dv/dt) dari tabel 2.1 adalah 200 kv / µ detik.

51 49 Jadi kecepatan naiknya tegangan surja adalah : = 8,33 kv/ µ detik Dari karakteristik, didapat tegangan sela gagal = 3,6 kv/µ detik/kv rating maka : Tegangan terminal arrester(va) = tegangan sela gagal x tegangan pengenal Va = 3,6 x 24 Va= 86, 4 kv Menentukan Tegangan Percikan Impuls Maksimum : Untuk menentukan besar tegangan percikan impuls maksimum dengan tegangan pengenal arrester 24 kv, maka dengan menggunakan tabel karakteristik arrester diperoleh tegangan percikan impuls maksimum sebesar 100 kv. Menentukan Tegangan Kerja Arrester : Untuk menentukan tegangan kerja arrester digunakan tabel 3. Dari tabel ini diperoleh tegangan kerja arrester sebesar 87 kv Menentukan Arus Pelepasan Arrester Menentukan Harga Puncak Arrester : Isolator yang digunakan pada jaringan lurus sistem distribusi primer mempunyai data-data seperti pada tabel tegangan kerja arrester : Berdasarkan tabel tegangan kerja arrester ini dipilih isolator : - Type KM Tegangan lompatan api impuls (TID saluran) = 200 kv

52 50 Maka harga puncak surja : Vpuncak = 1,2 x TID saluran = 1,2 x 200 = 240 kv Menentukan Arus Pelepasan Maksimum Arrester : Untuk menentukan besar arus pelepasan maksimum arrester dapat menggunakan kelas arus 5 ka didapat arus pelepasan maksimum arrester sebesar 65 ka Menentukan Impedansi Surja : Z = 60 ln Keterangan : h = tinggi kawat fasa ke tanah = 9 m r = jari-jari konduktor kawat = Penghantar yang digunakan adalah jenis Cu dengan luas penampang 1 x 50 mm2 dan Al dengan luas penampang 1 x 70 mm2. Diameter penghantar d = 15,25 mm sehingga, r = = 7,625 mm = 7,625 x m Dengan demikian : Z = 60 ln

53 51 = 327,846 Ω Menentukan Arus Pelepasan Nominal Arrester : Arus pelepasan nominal arrester digunakan untuk menentukan kelas dari arrester. Arus pelepasan nominal arrester yang diperoleh adalah : Ia = Ia = = 1,2 ka Dari hasil ini dipilih arrester dengan kelas arus 2,5 ka atau 5 ka Untuk daerah yang mempunyai frekuensi sambaran petir yang tinggi dan kemungkinan arus surja dengan puncak yang tinggi maka kelas arus 2,5 ka tidak relefan digunakan. Menentukan Faktor Perlindungan : Dalam menentukan faktor perlindungan, maka yang pertama-tama dihitung adalah tingkat perlindungan arrester yaitu : Tingkat Perlindungan = Va x 110 % = Va x 1,1 = 87 x 1,1 = 95,7 kv

54 52 Jadi diperoleh faktor perlindungannya adalah : FP = x 100 % FP = x 100 % FP = 23,44 % Faktor perlindungan yang diperoleh adalah 23,44 % dari faktor toleransi 20 % sehingga pemilihan arrester sudah dapat memberikan faktor perlindungan yang baik. Mengubah Letak Arrester : Pada prakteknya, PLN biasanya memasang arrester dengan panjang penghantar antara terminal arrester dengan transformator distribusi sejauh 2,5 meter. Untuk jarak tersebut, pada keadaan surja yang datang tidak terlalu curam dan arus puncak surja tidak terlalu tinggi, maka perlindungan arrester masih dapat dikatakan baik, untuk peralatan yang dilindungi perlindungannya kurang baik. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa maka dapat disimpulkan bahwa:

55 53 1. Pemasangan konstruksi baru arrester pada feeder pondok pinang dengan kondisi tingkat petir sampai saat ini dapat mengamankan transformator dari tegangan lebih. 2. Tingkat Isolasi Dasar Arrester yang terpasang diseluruh gardu pada feeder pondok pinang mempunyai tingkat keamanan pada transformator. Dan tidak merusak peralatan lainnya pada gardu distribusi, terkecuali sambaran langsung petir mengenai jaringan SUTM 20 kv. 3. Pemilihan Arrester di gardu pondok pinang dengan tipe MOV, 4. Pemilihan Arrester tipe MOV di pilih PLN Rayon Tabing arrester ini memiliki dasar dari keramik yang dibentukdari oksida seng tingkat isolasi pada arrester cukup tinggi 5.2 Saran Setelah melakukan penelitian tentang penempatan pengaman lightning arrester, maka peneliti menyampaikan beberapa saran berikut: a. Dengan dilakukan perubahan posisi pemasangan pada arrester, sebaiknya PLN melakukan perubahan posisi konstruksi selain daerah yang jarang terkena petir karena imbasnya kerugian yang besar bagi PLN. b. Untuk meningkatkan pelayanan energy listrik ke pelanggan maka pihak PLN sebaiknya melakukan pemeliharaan secara bertahap terhadap komponen listrik gardu distribusi, melakukan pemeliharaan lebih baik dari melakukan perbaikan.

56 STUDI PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER DARI TEGANGAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR FEEDER PONDOK PINANG WILAYAH KERJA PT. PLN (Persero) RAYON TABING TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar ahli madya Oleh Julian Handra BP PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI PADANG 2016

57 DAFTAR ISI halaman ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii vi vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan dan Manfaat Penelitian Batasan Masalah Metodologi Penelitian Sistematika Penulisan... 5 BAB II LANDASAN TEORI Gardu Distribusi Gardu Tiang Gardu Beton Gardu Kios Transformator Proteksi Pada Gardu Portal iii

58 2.4 Peralatan Proteksi Pada Gardu Portal FCO Arrester Sambaran Petir Kerusakan Akibat Kelebihan Tegangan Penanggulangan Kelebihan Tegangan Tingkat Pengenal dari arrester Jarak Lindung Arrester Tegangan NominalArrester Tegangan Pelepasan Arrester Faktor Perlindungan Pemilihan Tingkat Isolasi Dasar BAB III METODOLOGI PENELITIAN Jenis Studi Kasus Kondisi Feeder Pondok Pinang Teknik Analisa Data Jenis Arrester yang terpasang Metal Oxide Varistor Konstruksi Pemasangan Arrester Versi Lama Konstruksi Pemasangan Arrester Versi Baru BAB IV PEMBAHASAN Data Hasil Penelitian Analisa Debit Air dan Daya iv

59 4.3 Menentukan jarak pemasangan arrester dengan trafo di gardu distribusi Pemasangan Arrester Tipe Metal Oxide Varistor Untuk mencari tegangan pengenal dari arrester Penentuan Tingkat Isolasi Dasar Transformator Pemilihan Tingkat Pengenal Arrester Sisi Primer Menentukan tegangan pengenal arrester Menentukan tegangan terminal arrester Menentukan arus pelepasan arrester BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN v

60 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Gardu Portal dan Bagan Satu Garis.. 8 Gambar 2 Gardu Tipe Cantol... 9 Gambar 3 Gardu Beton Gambar 4 Gardu Kios Gambar 5 Transformator Gambar 6 Fuse Cut Out Terbuka Gambar 7 Fuse Cut Out Tertutup Gambar 8 Arrester Gambar 9 Proses Terjadinya Petir Gambar 10 Tegangan impuls petit standar Gambar 11 Elemen arrester jenis metal oxide Gambar 12 Konstruksi Arrester Sebelum Reposisi Gambar 13 Konstruksi Arrester Setelah Reposisi Gambar 14 Konstruksi Kedudukan Arrester Versi Lama Gambar 15 Konstruksi Kedudukan Arrester Versi Baru vi

61 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Karakteristik arrester Tabel 2 Data transformator feeder pondok pinang Tabel 3 Spesifikasi arrester di rayon tabing Tabel 4 Penetapan BIL Transformator dan penangkal petir Tabel 5 Data lapangan arrester pada transformator vii

62 DAFTAR PUSTAKA [1] Buku 4 PLN Standar Konstruksi Gardu Distribusi dan Gardu Hubung Tenaga Listrik Jakarta : PT PLN (Persero) [2] Fauzan R Arrester Pada 20 kv. online ( reza fauzan.blogspot.com), di akses 04 maret 2015) [3] Paraisu MS Rating Lightning Arrester. Online ( garuda.org/article.php), di akses 04 maret 2015 [4] SPLN D ,Pedoman Pemilihan Arrester Untuk Jaringan Distribusi 20 kv Jakarta: PT PLN (Persero) [5] SPLN , pedoman pemilihan tingkat isolasi dan penangkal petir, Jakarta : PT PLN (Persero) [6] Buku 1 PLN Kriteria Disain Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik Jakarta : PT PLN (Persero) [7] Hutahuruk 1991.Gelombang Berjalan Dan Proteksi Surja. Jakarta : Erlangga 53

63 HALAMAN PENGESAHAN Tugas akhir yang berjudul Studi Penempatan Lightning Arrester Dari Tegangan Lebih Pada Transformator Feeder Pondok Pinang Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Rayon Tabing ini telah disidangkan atau dipertanggungjawabkan di depan tim penguji sebagai berikut, pada hari jumat, 18 September 2015 di Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Padang. No. Nama Jabatan Tanda Tangan 1. Berlianti ST.,MT Ketua 1. Nip Firmansyah,ST.,MT Sekretaris 2. Nip Surfa Yondri,ST,SST.,M.Kom Anggota 3. Nip A. Fadli, ST.,MT Anggota 4. Nip Mengetahui : Ketua Jurusan Teknik Elektro Kepala Prodi Teknik Listrik Afrizal Yuhanef, ST.,M.Kom Herisajani, ST.M.Kom Nip Nip

64 HALAMAN PERSETUJUAN STUDI PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER DARI TEGANGAN LEBIH PADA TRANSFORMATOR FEEDER PONDOK PINANG WILAYAH KERJA PT.PLN (Persero) RAYON TABING Oleh: Julian Handra Teknik Listrik Telah disetujui dan disahkan untuk dilanjutkan menjadi tugas akhir sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya di Politeknik Negeri Padang Menyetujui Pembimbing 1 Pembimbing 2 A.fadli,ST.,MT NIP Witrionanda,ST.,MT NIP ii

65 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, puji syukur diucapkan kehadirat Allah swt. Yang telah melimpahkan rahamat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Tugas akhir yang berjudul Studi Penempatan Lightning Arrester Dari Tegangan Lebih Pada Transformator Feeder Pondok Pinang Wilayah Kerja PT. PLN (Persero) Rayon Tabing ini penulis buat sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana muda Ahli Madya di Politeknik Negeri Padang khususnya Jurursan Teknik Elektro Program Studi Teknik Listrik. Ucapan terimakasih dengan setulus hati penulis ucapkan kepada : 1. Direktur Politeknik Negeri Padang, Bapak Aidil Zamri, ST., M.T. 2. Ketua Jurusan Teknik Elektro, Bapak Afrizal Yunanef, ST., M.Kom 3. Ketua Program Studi Teknik Listrik, Bapak Herisajani, ST.,M.Kom 4. Pembimbing I dan Pembimbing II, Bapak H.A.Fadli,ST.,MT, dan Bapak Witrionanda,ST.,MT 5. Selanjutnya semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak membatu selama proses pembuatan Tugas Akhir ini. Dengan segala kerendahan hati, penulis berharap agar laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, terutama bagi pembaca yang mempunyai bidang keahlian yang sama dengan penulis. Amin yaa rabbal alamin. Padang, September 2015 Julian Handra ii

66 PT PLN (PERSERO) WILAYAH SUMBAR AREA PADANG RAYON TABING KRONOLOGIS GANGGUAN TRAFO DISTRIBUSI Pada hari ini Kamis tanggal Dua Puluh Satu bulan Desember tahun Dua Ribu Empat Belas, telah terjadi gangguan Trafo Distribusi RTB 115 T / 160 KVA, lokasi Jl. Pinang Bungkuk, dengan Kronologis Gangguan sebagai berikut : 1. Pukul 7:15 WIB, piket teleponis menerima laporan dari Buk Ita bahwa Lampu mati banyak rumah dan trafo tersambar petir di Jl. Pinang Bungkuk dengan No. Bon Gangguan G Pukul 7:30 WIB, petugas piket sampai di lokasi Gardu Distribusi RTB 115 T, dan mendapati CO Trafo putus 2 buah pada phasa S dan phasa T, dan petugas melepas Helf Boom Sakelar kemudian langsung mengganti fuse link yang putus, untuk segera mencoba 1 x dalam keadaan tanpa beban, dan hasilnya gagal, CO putus kembali, kemudian Petugas melepas CO kembali. 3. Pukul 7:55 WIB, petugas melepas Opstig Kabel Netral trafo untuk kemudian me megger tahanan isolasi Trafo, dan hasilnya tahanan isolasi trafo pada Primer Body = 0,5 GΩ, Sekunder - Body= 0,6 GΩ dan Primer Sekunder = 0 GΩ. 4. Pukul 16:25 WIB, setelah trafo dipastikan rusak, petugas kembali ke Rayon Tabing dengan membawa Hasil Megger, untuk kemudian ditindak lanjuti dengan penggantian Trafo Distribusi yang baru. Demikianlah Kronologis Gangguan Trafo Distribusi 049 T ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. Padang, 21 Desember 2014 Mengetahui Petugas Gangguan, MANAGER, 1. Hendra ( ) 2. Doni ( ) MUHAMAD ADIB

67 SINGLE LINE DIAGRAM SISTEM DISTRIBUSI 20 KV PLN RAYON TABING RTB 319 T RTB 244 T RTB 147 T FEEDER BUMI KASAI (PLN LUBUK ALUNG) COUPLE BUS CO KANDANG BABI CO SOSOK UBI RTB 276 T RTB 163 T RTB 090 T RTB 165 T RTB 049 T CO KALAK ANTU RTB 161 T RTB 160 T RTB 208 T RTB 192 T RTB 129 T RTB 178 T CO MEGA PERMAI RTB 294 T RTB 164 T RTB 155 T RTB 260 T RTB 239 T RTB 128 T RTB 117 T RTB 121 T RTB 116 T SECT. (RUSAK) RTB 041 T RTB 127 T CO RAHAKA UJUNG JARINGAN KAYU KALEK RTB 093 T RTB 320 T RTB 242 T RTB 177 T RTB 318 T RTB 295 T RTB 089 T PTS DEPAN JAYA SENTRIKON (NO) RTB 303 T RTB 200 T RTB 324 T EXP. FED. IV GH LBK BUAYA F. III PASIR NAN TIGO F. IV AIR PACAH EXP. FED. V GH TRB RTB 287 B.A RTB 287 B.B RTB 280 T RTB 284 T RTB 291 T 150 / 20 KV 30 MVA BUS BAR 20 KV GI PIP RTB 215 T RTB 050 T RTB 140 T RTB 288 T RTB 224 T PTS DEPAN KANTOR CAMAT (NC) RTB 158 T RTB 189 T RTB 292 T RTB 219 T RTB 145 T RTB 159 T RTB 080 T RTB 143 T RTB 091 T RTB 115 T RTB 026 T RTB 148 T RTB 138 T RTB 132 T RTB 170 T PTS SIMP. RTB 109 T CO SIMP. BRIMOB BRIMOB F. PDK. PINANG (NC) PTS ANAK AIR (NO) CO RUMAH POTONG RTB 134 T RTB 213 T RTB 223 T CO ANAK AIR SUTT 150 KV RTB 268 T RTB 095 T RTB 072 T RTB 225 T RTB 124 T RTB 176 T CO PASIR SEBELAH RTB 087 T CO JONDUL V RTB 046 B RTB 088 T CO CENDANA F. ADINEGORO RTB 198 T RTB 069 T RTB 125 T CO MTR PUTIH RTB 045 T RTB 181 T RTB 070 T RTB 211 T RTB 196 T RTB 205 T RTB 081 TRTB 317 T RTB 025 T RTB 075 T RTB 199 T RTB 068 T CO SIMP.BSD I RTB 083 T RTB 085 T RTB 086 T RTB 153 T RTB 043 T RTB 028 T RTB 135 T RTB 060 T RTB 015 T GH LUBUK BUAYA RTB 113 B RTB 010 B (NC) RTB 193 T CO SINGGALANG PTS BUNGA (NC) PTS SIMP. DAMRI (NC) REC. (NC) RTB 013 B (NO) CO ASR. HAJI RTB 172 T RTB 008 T RTB 301 T PTS BELIBIS (NC) F. BATAS KOTA CO RTB 202 T LBK. INTAN PTS KALUMPANG (NC) PTS 100 (NO) PTS SIMP. PTS TABING (NO) SUNGUT SIMP. TABING (NC) CO LINGGAR JATI F. BANDARA F. DPR F. AIR TWR RTB 058 T RTB 042 T PTS SECT. RTB 191 T RTB 204 T SIMP. M. (RUSA PENJALIN K) AN (NC) PTS ADINEGORO (NC) RTB XXX T CO PASIR RTB 230 T PUTIH RTB 023 T RTB 022 T RTB 021 T RTB 017 T BUS BAR 20 KV RTB 118 T RTB 119 T RTB 078 B RTB 092 T RTB 139 B RTB 044 T RTB 014 T RTB 052 B (NC) RTB 105 T RTB 057 T RTB 001 T RTB 126 B FEEDER ULAK KARANG (PLN BELANTI) RTB 229 T RTB 094 T RTB 024 T RTB 217 T PTS MINANG PLAZA (NC) RTB 171 T CO SIMP PULAI RTB 236 T RTB 175 T RTB 190 T RTB 206 T RTB 018 T RTB 186 T RTB 066 T FEEDER CADNAS (PLN KURANJI) BUS BAR 20 KV EXP. FED. GIS I EXP. FED. GIS II EXP. FED. PL I EXP. FED. PL II RTB 131 T RTB 194 T RTB 067 T RTB 032 T RTB 035 T GH KANDIS RTB 183 T RTB 144 T RTB 179 T RTB 122 T CO Bunga mas 0 PTS MESS M. AGAM (NC) PTS TABEK (NC) RTB 061 T RTB 166 T CO KOTO PANJANG RTB 111 T SUTT 150 KV J A R I N G A N SUTT 150 KV RTB 237 T PTS DEPAN RTB 180 T GPS RTB 185 T (NO) PTS DENAI(NC) F. TVRI F. MUTIARA AGAM F. RSUD (PLN KURANJI) F. SEI. SAPIH (PLN KURANJI) RTB 188 B REC. (NC) SUTT 150 KV RTB 325 T PTS M. AGAM (NO) RTB 203 T RTB 214 T K O S O N G RTB 238 T PTS BYPASS LBK. MNTRN (NC) RTB 220 T PS GH TRB RTB 036 T BUS BAR 20 KV RTB 079 T CO SUBANGEK PTS TJG. AUR (NC) RTB 037 T RTB 096 T CO PARAK ANEH RTB 182 T RTB 038 T RTB 245 T RTB 226 T RTB 241 T RTB 009 T RTB 227 T RTB 246 T RTB 098 T PTS RTB 157 T RTB 077 T RTB 099 T RTB 004 B RTB 283 T DPN. CO Parupuk RTB 297 T RTB 076 T RTB 149 B TVRI RTB 047 T RTB 012 B RTB 169 T RTB 248 T (NC) RTB 195 T RTB 136 T RTB 221 T RTB 240 T RTB 167 T RTB 048 T PTS BHAKTI CO KP. (NC) RTB 207 T CO JONDUL I RTB 005 T RTB 265 T BUNGA RTB 003 TRTB 326 T RTB 101 T RTB 054 T RTB 055 T RTB 234 T RTB 259 T RTB 020 T PTS RTB 247 T KEMAYORAN RTB 184 B RTB 053 B RTB 011 T RTB 027 T RTB 299 T (NO) RTB 263 T RTB 285 T CO ENGGANG RTB 006 T RTB 154 T RTB 107 T RTB 016 T RTB 269 T RTB 274 T CO Maransi RTB 051 T RTB 266 T RTB 250 T RTB 321 T RTB 104 T RTB 133 T RTB 275 T RTB 007 T UJUNG JARINGAN RTB 289 T RTB 156 B RTB 002 T RTB 056 T JEMBATAN TUNGGUL HITAM RTB 270 T RTB 255 T RTB 272 T RTB 249 T RTB 251 T RTB 316 T RTB 256 T RTB 293 T RTB 261 T UJUNG JARINGAN JEMBATAN MINANG PLAZA RTB 262 T RTB 298 T RTB 281 T RTB 279 T RTB 254 T RTB 267 T CO SIMP. PAGAI RTB 282 T RTB 033 T RTB 258 T RTB 257 T RTB 323 T RTB 290 T RTB 264 T RTB 273 T RTB 322 B. A RTB 322 B. B RTB 300 T RTB 212 T RTB 253 T REC RTB 034 T PTS SIMP. HARAPAN CO SIMP. HARAPAN RTB 108 T RTB 071 T RTB 278 T N RTB 315 T RTB 296 T RTB 064 T RTB 065 T RTB 142 T RTB 228 T RTB 231 T RTB 039 T RTB 146 T RTB 243 T PTS SIMP. 3 LBK. MNTRN ARAH TABING (NC) RTB 097 T RTB 152 T KETERANGAN : RTB 168 T RTB 235 T CO LPA AIR RTB 302 T DINGIN CO JL. SOLOK RTB 277 T RTB 137 T RTB 073 T RTB 252 T RTB 151 T CO LUBANG JEPANG = GARDU BETON = GARDU TIANG = CUT OUT (CO) CO LORI FEEDER SEI. SAPIH (PLN KURANJI) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) PTS SIMP. JL. SOLOK (NO) RTB 233 T PTS SIMP. 3 LBK. MNTRN ARAH SEI. LAREH (NC) RTB 174 T UJUNG JARINGAN SEI. LAREH = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) RTB 201 T = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = SECTIONALIZER (SECT.) RTB 286 T

68 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER II AIR PACAH PLN RAYON TABING COUPLE BUS 150 / 20 KV 30 MVA F. IV AIR PACAH RTB 287 B.A RTB 287 B.B BUS BAR 20 KV GI PIP RTB 280 T RTB 284 T RTB 291 T RTB 292 T RTB 219 T RTB 134 T RTB 213 T RTB 310 T CO ANAK AIR RTB 095 T PTS ANAK AIR (NO) RTB 223 T SUTT 150 KV RTB 268 T RTB 188 B REC. (NC) SUTT 150 KV CO SUBANGEK RTB 253 T RTB 315 T RTB 064 T RTB 036 T RTB 325 T PTS M. AGAM (NO) PTS TJG. AUR (NC) RTB 300 T RTB 146 T RTB 065 T RTB 305 T RTB 037 T RTB 038 T RTB 296 T RTB 228 T CO RTB 231 T PARAK ANEH RTB 182 T RTB 096 T RTB 243 T RTB 039 T RTB 306 T RTB 168 T RTB 235 T RTB 304 T CO JL. SOLOK CO LPA AIR DINGIN RTB 286 T RTB 137 TRTB 302 T PTS SIMP. JL. SOLOK (NO) RTB 277 T KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

69 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER III PASIR NAN TIGO PLN RAYON TABING PTS DEPAN JAYA SENTRIKON (NO) RTB 303 T F. III PASIR NAN TIGO COUPLE BUS 150 / 20 KV 30 MVA BUS BAR 20 KV GI PIP RTB 200 T RTB 324 T RTB 189 T RTB 091 T RTB 124 T CO PASIR SEBELAH RTB 199 T RTB 068 T RTB 272 T CO SIMP.BSD I RTB 176 T RTB 042 T RTB 023 T RTB 021 T RTB 119 T RTB 153 T RTB 316 T RTB 198 T PTS SIMP. M. PENJALIN AN (NC) PTS SIMP. DAMRI (NC) RTB 172 T PTS BUNGA (NC) CO PASIR PUTIH PTS KALUMPANG (NC) RTB 069 T RTB 125 T CO MTR PUTIH RTB 045 T RTB 181 T RTB 070 T RTB 211 T RTB 196 T RTB 081 TRTB 317 T RTB 205 T RTB 025 T RTB 075 T CO SINGGALANG RTB 249 T RTB 087 T SECT. RTB 088 T (RUSAK) RTB 058 T RTB 254 T RTB 035 T RTB 279 T RTB 267 T RTB 166 T RTB 282 T RTB 237 T PTS MESS M. AGAM (NC) PTS TABEK (NC) RTB 078 B PTS 100 (NO) KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

70 SINGLE LINE DIAGRAM EXPRESS FEEDER IV GH LUBUK BUAYA PLN RAYON TABING COUPLE BUS EXP. FED. IV GH LBK BUAYA 150 / 20 KV 30 MVA BUS BAR 20 KV GI PIP GH LUBUK BUAYA BUS BAR 20 KV KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

71 SINGLE LINE DIAGRAM EXPRESS FEEDER V GH TRB PLN RAYON TABING COUPLE BUS 150 / 20 KV 30 MVA EXP. FED. V GH TRB BUS BAR 20 KV GI PIP SUTT 150 KV SUTT 150 KV KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) PS BUS BAR 20 KV N = GARDU TIANG = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) GH TRB = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

72 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER BATAS KOTA PLN RAYON TABING RTB 147 T RTB 244 T RTB 319 T CO SOSOK UBI RTB 090 T RTB 129 T RTB 178 T RTB 117 T RTB 276 T RTB 165 T CO KALAK ANTU CO MEGA PERMAI RTB 116 T SECT. (RUSAK) UJUNG JARINGAN KAYU KALEK RTB 242 T RTB 163 T CO KANDANG BABI RTB 049 T RTB 294 T RTB 239 T RTB 155 T RTB 121 T RTB 164 T RTB 260 T RTB 093 T RTB 177 T RTB 318 T RTB 161 T RTB 160 T RTB 208 T RTB 041 T RTB 320 T RTB 295 T RTB 192 T RTB 127 T CO RAHAKA RTB 089 T RTB 215 T RTB 128 T RTB 288 T PTS DEPAN KANTOR CAMAT (NC) RTB 050 T RTB 140 T RTB 158 T RTB 224 T RTB 143 T RTB 080 T RTB 026 T PTS ANAK AIR (NO) RTB 132 T CO RUMAH POTONG GH LUBUK BUAYA BUS BAR 20 KV F. BATAS KOTA RTB 175 T KETERANGAN : N = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

73 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER PONDOK PINANG PLN RAYON TABING RTB 159 T RTB 145 T RTB 148 T RTB 115 T RTB 138 T RTB 109 T RTB 170 T F. PDK. PINANG CO SIMP. PTS SIMP. BRIMOB BRIMOB (NC) GH LUBUK BUAYA BUS BAR 20 KV KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

74 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER ADINEGORO PLN RAYON TABING GH LUBUK BUAYA RTB 193 T BUS BAR 20 KV F. ADINEGORO RTB 118 T RTB 044 T CO LBK. INTAN RTB 202 T RTB 262 T RTB 293 T RTB 313 T RTB 057 T RTB 190 T RTB 229 T RTB 186 T RTB 094 T RTB 024 T RTB 166 T RTB 171 T RTB 217 T CO SIMP. PULAI RTB 066 T RTB 281 T RTB 067 T PTS ADINEGORO (NC) RTB 191 T RTB 204 T CO CITRA BERLINDO RTB 014 T RTB 230 T RTB 236 T RTB 312 T PTS SIMP. PTS TABING (NO) SUNGUT SIMP. TABING (NC) RTB 194 T REC. (NC) CO LINGGAR JATI RTB 018 T RTB 013 B (NO) KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

75 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER TVRI PLN RAYON TABING RTB 131 T RTB 144 T RTB 179 T RTB 122 T CO Bunga mas 0 RTB 241 T RTB 180 T RTB 185 T PTS DENAI(NC) PTS DEPAN GPS (NO) RTB 283 T RTB 240 T RTB 098 T RTB 169 T PTS BHAKTI (NC) RTB 099 T RTB 248 T RTB 149 B RTB 167 T RTB 311 T PTS DPN. TVRI (NC) RTB 207 T RTB 314 T RTB 265 T RTB 326 T RTB 054 T RTB 055 T RTB 299 T RTB 247 T PTS KEMAYORAN (NO) RTB 007 T RTB 027 T RTB 016 T RTB 250 T RTB 269 T RTB 274 T CO Maransi RTB 104 T RTB 263 T RTB 056 T UJUNG JARINGAN JEMBATAN TUNGGUL HITAM RTB 289 T RTB 270 T F. TVRI PS BUS BAR 20 KV RTB 289 T GH TRB KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

76 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER MUTIARA AGAM PLN RAYON TABING PTS M. AGAM (NO) RTB 323 T RTB 264 T RTB 203 T RTB 214 T SUTT 150 KV PTS SIMP. JL. SOLOK (NO) CO LORI PTS SIMP. TABING (NO) RTB 206 T RTB 032 T RTB 183 T CO SIMP. PAGAI RTB 258 T RTB 061 T CO KOTO PANJANG RTB 074 T RTB 033 T PTS BYPASS RTB 309 LBK. MNTRN T (NC) RTB 290 T RTB 238 T RTB 034 T PTS SIMP. 3 LBK. MNTRN ARAH TABING (NC) REC PTS SIMP. HARAPAN RTB 307 T CO SIMP. HARAPAN RTB 108 T RTB 252 T RTB 308 T RTB 233 T PTS SIMP. 3 LBK. MNTRN ARAH SEI. LAREH (NC) RTB 174 T RTB 201 T CO SEI. LAREH (NC) RTB 111 T RTB 257 T RTB 234 T F. MUTIARA AGAM RTB 273 T RTB 220 T RTB 246 T RTB 297 T PS RTB 079 T RTB 157 T RTB 195 T RTB 184 B BUS BAR 20 KV RTB 245 T RTB 259 T RTB 212 T RTB 154 T RTB 071 T RTB 151 T RTB 142 T RTB 097 T CO LUBANG JEPANG RTB 278 T RTB 152 T FEEDER SEI. SAPIH (PLN KURANJI) UJUNG JARINGAN SEI. LAREH GH TRB KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

77 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER BANDARA PLN RAYON TABING PTS 100 (NO) RTB 009 T RTB 004 B RTB 221 T RTB 005 T CO KP. BUNGA RTB 003 T RTB 053 B RTB 006 T CO ENGGANG RTB 266 T RTB 133 T PTS KEMAYOR AN (NO) RTB 139 B RTB 052 B (NC) RTB 105 T F. BANDARA BUS BAR 20 KV EXP. FED. GIS I EXP. FED. GIS II EXP. FED. PL I GH KANDIS EXP. FED. PL II KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

78 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER AIR TAWAR PLN RAYON TABING RTB 017 T RTB 083 T RTB 043 T CO CENDANA RTB 085 T RTB 086 T RTB 022 T CO JONDUL V REC. (NC) RTB 013 B (NO) RTB 092 T RTB 028 T RTB 135 T CO ASR. HAJI RTB 226 T RTB 077 T RTB 227 T RTB 048 T CO Parupuk RTB 047 T RTB 076 T RTB 012 B RTB 136 T RTB 101 T CO JONDUL I RTB 107 T RTB 285 T RTB 020 T RTB 011 T RTB 051 T RTB 275 T RTB 156 B RTB 321 T RTB 002 T RTB 072 T RTB 255 T RTB 113 B RTB 261 T RTB 060 T RTB 008 T RTB 010 B (NC) RTB 015 T RTB 251 T RTB 301 T PTS BELIBIS (NC) F. AIR TWR RTB 225 T RTB 001 T BUS BAR 20 KV RTB 046 B RTB 256 T EXP. FED. GIS I UJUNG JARINGAN JEMBATAN MINANG PLAZA EXP. FED. GIS II EXP. FED. PL I GH KANDIS EXP. FED. PL II FEEDER ULAK KARANG (PLN BELANTI) KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

79 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER DPR PLN RAYON TABING RTB 126 B BUS BAR 20 KV EXP. FED. GIS I PTS MINANG PLAZA (NC) EXP. FED. GIS II EXP. FED. PL I GH KANDIS EXP. FED. PL II F. DPR KETERANGAN : N = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

80 SINGLE LINE DIAGRAM FEEDER BALAI KOTA PLN RAYON TABING PS BUS BAR 20 KV F. BALAI KOTA GH TRB RTB 322 B. A RTB 322 B. B KETERANGAN : = GARDU BETON = GARDU BETON (TRAFO RUSAK / KOSONG) = GARDU TIANG N = GARDU TIANG (TRAFO RUSAK / KOSONG) = PEMUTUS TEGANGAN (PMT) = POLE TOP SWITCH (PTS) = RECLOSER (REC.) = CUT OUT (CO) = SECTIONALIZER (SECT.)

81 Allah meninggikan drajat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa drajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan (Q.S. Al Mujadalah: 11) Segala puji syukur bagi Allah, tidak ada tuhan melainkan dia, dan nabi Muhammad adalah utusan-nya Ya Allah puji syukur atas segala nikmat yang telah engkau berikan kepadaku bersujud aku dihadapanmu ya Allah dan bersimpuh aku dihadapanmu ya Allah dan bersimpuh aku dihadapan kedua orang tuaku yang tercinta Terima kasih Mama Jasa mama tiada henti untuk anakmu ini, dengan kasih sayang mama anakmu dapat menyelesaikan pendidikannya di kampus politeknik negeri padang. tanpa perjuangan mama anak mu mungkin tidak akan menyelesaikan pendidikan nya, tanpa dorongan dari mama, mungkin anak mu tidak akan mengerjakan tugas akhir ini, Terima kasih Papa Dukungan papa tiada henti untuk anakmu ini, tiap ke kampuz di Tanya dah sasmpai mana tugas akhirnya, bersiguguh untuk ingin anak nya cepat menyelesaikan tugas akhirnya, terima kasih papa atas perjuanganmu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Lightning Arrester merupakan alat proteksi peralatan listrik terhadap tegangan lebih yang disebabkan oleh petir atau surja hubung (switching surge). Alat ini bersifat

Lebih terperinci

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad 23 BAB III PERALATAN PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu Induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindunga

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Gardu Distribusi Pengertian umum Gardu Distribusi tenaga listrik yang paling dikenal adalah suatu bangunan gardu listrik berisi atau terdiri dari instalasi Perlengkapan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL Oleh : SEMUEL MASRI PONGKORUNG NIM : 13021003 Dosen Pembimbing Reiner Ruben Philipus Soenpiet, SST NIP. 1961019 199103 2 001 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI Seperti kita ketahui bahwa kilat merupakan suatu aspek gangguan yang berbahaya terhadap saluran transmisi yang dapat menggagalkan keandalan dan keamanan sistem tenaga

Lebih terperinci

Vol.3 No1. Januari

Vol.3 No1. Januari Studi Penempatan Arrester di PT. PLN (Persero) Area Bintaro Badaruddin Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mercu Buana JL. Raya Meruya Selatan, Kembangan, Jakarta, 11650 Telepon: 021-5857722

Lebih terperinci

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract Pemanfaatan energi listrik secara optimum oleh masyarakat dapat terpenuhi dengan

Lebih terperinci

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV

STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV STANDAR KONSTRUKSI GARDU DISTRIBUSI DAN KUBIKEL TM 20 KV JENIS GARDU 1. Gardu Portal Gardu Distribusi Tenaga Listrik Tipe Terbuka ( Out-door ), dengan memakai DISTRIBUSI kontruksi dua tiang atau lebih

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Tenaga Listrik adalah sistem penyediaan tenaga listrik yang terdiri dari beberapa pembangkit atau pusat listrik terhubung satu dengan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Sistem Distibusi Tenaga Listrik Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Rahmawati, Sistem Proteksi Terhadap Tegangan Lebih Pada Gardu Trafo SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv Yuni Rahmawati, S.T., M.T., Moh.Ishak Abstrak: Gangguan tegangan

Lebih terperinci

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh : MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru Oleh : I Gede Budi Mahendra Agung Prabowo Arif Budi Prasetyo Rudy Rachida NIM.12501241010 NIM.12501241013 NIM.12501241014 NIM.12501241035 PROGRAM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori A. Fenomena Petir Proses awal terjadi petir disebabkan karena adanya awan bermuatan di atas bumi. Pembentukan awan bermuatan disebabkan karena adanya kelembaban

Lebih terperinci

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR Yang dibimbing oleh Slamet Hani, ST., MT. Disusun oleh: Nama : Daniel Septian

Lebih terperinci

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG Taruna Miftah Isnain 1, Ir.Bambang Winardi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pengertian Istilah Dalam Lightning Arrester Sebelum lebih lanjut menguraikan tentang penangkal petir lebih dahulu penyusun menjelaskan istilah atau definisi yang akan sering

Lebih terperinci

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S. OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.T, MT ABSTRAK Tegangan lebih adalah tegangan yang hanya dapat ditahan

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG Wahyu Arief Nugroho 1, Hermawan 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB III LIGHTNING ARRESTER BAB III LIGHTNING ARRESTER 3.1 Pendahuluan Gangguan tegangan lebih yang mungkin terjadi pada Gardu induk dapat disebabkan oleh beberapa sumber gangguan tegangan lebih. Perlindungan terhadap gangguan tegangan

Lebih terperinci

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER 37 BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER 4.1 Data-Data Peralatan Adapun penelitian ini dilakukan pada peralatan-peralatan yang terdapat di Panel distribusi STIP Marunda dengan data-data peralatan

Lebih terperinci

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK 86 Jurnal Teknik Elektro Vol. 1 No.2 ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK Tegangan lebih adalah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Persiapan Pembangunan Gardu Distribusi Tipe Portal

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Persiapan Pembangunan Gardu Distribusi Tipe Portal BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Persiapan Pembangunan Gardu Distribusi Tipe Portal Proses pembangunan gardu distribusi tipe portal tidak diperlukan proses pemadaman listrik jika pemasangan gardu distribusi tersebut

Lebih terperinci

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol. PEMELIHARAAN DAN ANALISA PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV SRONDOL PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP SEMARANG BC SEMARANG Guntur Pradnya Pratama 1, Ir. Tejo Sukmadi 2 1 Mahasiswa dan 2 Dosen Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangkit listrik pada umumnya dihubungkan oleh saluran transmisi udara dari pembangkit menuju ke pusat konsumsi tenaga listrik seperti gardu induk (GI). Saluran transmisi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI Tenaga listrik dibangkitkan dalam Pusat-pusat Listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTP dan PLTD kemudian disalurkan melalui saluran transmisi yang sebelumnya terlebih dahulu dinaikkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI Oleh: OFRIADI MAKANGIRAS 13-021-014 KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MANADO 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB II GARDU TRAFO DISTRIBUSI II.1 Umum Gardu trafo distribusiberlokasi dekat dengan konsumen. Transformator dipasang pada tiang listrik dan menyatu dengan jaringan listrik. Untuk mengamankan transformator

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV 2.1. UMUM Gardu Induk adalah suatu instalasi tempat peralatan peralatan listrik saling berhubungan antara peralatan yang satu dengan peralatan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN PREVENTIVE PADA GARDU DISTRIBUSI JENIS BETON PELANGGAN UMUM TEGANGAN RENDAH

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN PREVENTIVE PADA GARDU DISTRIBUSI JENIS BETON PELANGGAN UMUM TEGANGAN RENDAH LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN PREVENTIVE PADA GARDU DISTRIBUSI JENIS BETON PELANGGAN UMUM TEGANGAN RENDAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian Kerja Praktek (S1) Disusun oleh : NAMA :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan iklim tropis. Dengan letak geografis Indonesia yang dikelilingi oleh lautan, maka Indonesia berpeluang untuk memiliki kerapatan petir

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP Oleh : Augusta Wibi Ardikta 2205.100.094 Dosen Pembimbing : 1. I

Lebih terperinci

PENGAMAN ARUS LEBIH (FUSE CUT OUT)

PENGAMAN ARUS LEBIH (FUSE CUT OUT) ABSTRAK PENGAMAN ARUS LEBIH (FUSE CUT OUT) Seiring terjadinya kerusakan yang disebabkan oleh faktor-faktor teknis maupun nonteknis pada sistem distribusi jaringan listrik yang dapat mengakibatkan kerusakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem tenaga listrik adalah kumpulan atau gabungan dari komponenkomponen atau alat-alat listrik seperti generator, transformator, saluran transmisi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Distribusi Sistem distribusi merupakan keseluruhan komponen dari sistem tenaga listrik yang menghubungkan secara langsung antara sumber daya yang besar (seperti gardu transmisi)

Lebih terperinci

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH Yuni Rahmawati, ST* Abstrak: Untuk menganalisis besar tegangan maksimum yang terjadi pada jaringan

Lebih terperinci

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Awalnya energi listrik dibangkitkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dengan tegangan menengah 13-20 kv. Umumnya pusat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akhir akhir ini di PT. PLN (Persero) RAYON RATAHAN seringkali di dapati gangguan atau pemadaman yang tidak direncanakan yang membuat lampu sering padam kebanyakan penyebabnya

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Distribusi Tenaga Listrik Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik 1 Sistem distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik. Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber

Lebih terperinci

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI Bab V JARINGAN DISTRIBUSI JARINGAN DISTRIBUSI Pengertian: bagian dari sistem tenaga listrik yang berupa jaringan penghantar yang menghubungkan antara gardu induk pusat beban dengan pelanggan. Fungsi: mendistribusikan

Lebih terperinci

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK 2.1 Umum Pada dasarnya suatu gangguan ialah setiap keadaan sistem yang menyimpang dari normal. Gangguan yang terjadi pada waktu sistem tenaga listrik

Lebih terperinci

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Proteksi Terhadap Petir Distribusi Daya Dian Retno Sawitri Pendahuluan Sambaran petir pada sistem distribusi dapat menyebabkan kerusakan besar pada kabel overhead dan menyuntikkan lonjakan arus besar yang

Lebih terperinci

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling e-jurnal Teknik Elektro dan Komputer (201) 1 Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling M. S. Paraisu, F. Lisi, L. S. Patras, S. Silimang Jurusan Teknik Elektro-FT.

Lebih terperinci

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI 4.1 UMUM Proses distribusi adalah kegiatan penyaluran dan membagi energi listrik dari pembangkit ke tingkat konsumen. Jika proses distribusi buruk

Lebih terperinci

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK Disusun Oleh : Syaifuddin Z SWITCHYARD PERALATAN GARDU INDUK LIGHTNING ARRESTER WAVE TRAP / LINE TRAP CURRENT TRANSFORMER POTENTIAL TRANSFORMER DISCONNECTING SWITCH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. PLN (Persero) merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang penyedia tenaga listrik, salah satu bidang usahanya yaitu sistem distribusi tenaga listrik.

Lebih terperinci

UPAYA MENGATASI BEBAN LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI 160 KVA PADA PENYULANG KELAN TUBAN

UPAYA MENGATASI BEBAN LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI 160 KVA PADA PENYULANG KELAN TUBAN UPAYA MENGATASI BEBAN LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI 160 KVA PADA PENYULANG KELAN TUBAN LAPORAN PENELITIAN Putu Arya Mertasana NIP. 196210231988031004 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD Sapari, Aris Budiman, Agus Supardi Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ. PERANCANGAN SISTEM PROTEKSI PETIR INTERNAL PADA CONDOTEL BOROBUDUR BLIMBING KOTA MALANG Priya Surya Harijanto¹, Moch. Dhofir², Soemarwanto ³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro, ² ³Dosen Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

BAB III GARDU DISTRIBUSI

BAB III GARDU DISTRIBUSI BAB III GARDU DISTRIBUSI 3.1 Pendahuluan Sistem Distribusi merupakan bagian dari sistem tenaga listrik.sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk

Lebih terperinci

BAB III PENGAMBILAN DATA

BAB III PENGAMBILAN DATA BAB III PENGAMBILAN DATA Didalam pengambilan data pada skripsi ini harus di perhatikan beberapa hal sebagai berikut : 3.1 PEMILIHAN TRANSFORMATOR Pemilihan transformator kapasitas trafo distribusi berdasarkan

Lebih terperinci

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009 KOORDINASI ISOLASI (INSULATION COORDINATION) Koordinasi Isolasi : Korelasi antara daya isolasi alat-alat dan rangkaian

Lebih terperinci

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008

GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT. Electrical engineering Dept. Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM HASBULLAH, MT Electrical engineering Dept Oktober 2008 GROUNDING SYSTEM Petir adalah suatu fenomena alam, yang pembentukannya berasal dari terpisahnya muatan di dalam awan cumulonimbus

Lebih terperinci

SISTEM PROTEKSI RELAY

SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI RELAY SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK DAN SPESIFIKASINYA OLEH : WILLYAM GANTA 03111004071 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2015 SISTEM PROTEKSI PADA GARDU INDUK

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

BAB III TEORI DASAR DAN DATA BAB III TEORI DASAR DAN DATA 3.1. MENENTUKAN JARAK ARRESTER Analisis data merupakan bagian penting dalam penelitian, karena dengan analisis data yang diperoleh mampu memberikan arti dan makna untuk memecahkan

Lebih terperinci

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR

MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR MANAGEMENT PEMELIHARAAN DAN PERBAIKAN PHBTR Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Managemen Pemeliharaan dan Perbaikan Tenaga Listrik pada semester VI Program Studi D3

Lebih terperinci

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) MENGENAL ALAT UKUR AMPER METER Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat ) Arus = I satuannya Amper ( A ) Cara menggunakannya yaitu dengan disambung

Lebih terperinci

BUSI KERJA PROGRAM JURUSAN MEDAN Program. oleh NIM :

BUSI KERJA PROGRAM JURUSAN MEDAN Program. oleh NIM : STUDI SISTEM PROTEKSI TRANSFORMATOR DISTRIB BUSI 20 kv/400 V/100 kva DAERAH KERJA PT PLN ( PERSERO) RAYON MEDAN SELATAN LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK Pemeliharaan Arrester GI dan GIS 150 kv PT. PLN (PERSERO) UPT Semarang PT. PLN (PERSERO) P3B REGION JATENG & DIY, UPT Semarang Jimy harto S. 1, Abdul Syakur 2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN

ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN ANALISIS PENYEBAB DAN UPAYA MINIMALISASI KERUSAKAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI DI WILAYAH KERJA PT PLN (PERSERO) AREA MEDAN RAYON LABUHAN LAPORAN TUGAS AKHIR Ditulis sebagai syarat untuk menyelesaikan Program

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Bangkit Wahyudian Kartiko (290136) Dosen Pembimbing: Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST.,M.Sc. Ir.

Lebih terperinci

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Pengertian dan fungsi distribusi tenaga listrik : Pembagian /pengiriman/pendistribusian/pengiriman energi listrik dari instalasi penyediaan (pemasok) ke instalasi pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT)

BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) BAB IX. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH, ARUS BOCOR DAN SURJA HUBUNG (TRANSIENT) 9.1. PROTEKSI TEGANGAN LEBIH/ KURANG 9.1.1 Pendahuluan. Relai tegangan lebih [ Over Voltage Relay ] bekerjanya berdasarkan kenaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Petir atau halilintar merupakan gejala alam yang biasanya muncul pada musim hujan dimana di langit muncul kilatan cahaya sesaat yang menyilaukan yang beberapa saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga Listrik disalurkan ke konsumen melalui Sistem Tenaga Listrik. Sistem Tenaga Listrik terdiri dari beberapa subsistem, yaitu Pembangkitan, Transmisi, dan Distribusi.

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1. Umum Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik yang dihasilkan pusat pembangkitan disalurkan melalui jaringan transmisi.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Proseding Seminar Tugas Akhir Teknik Elektro FTI-ITS, Oktober 2013 1 STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI Bangkit Wahyudian Kartiko, I

Lebih terperinci

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR 3.1 Konsep Dasar Sistem Tenaga Listrik Suatu system tenaga listrik secara sederhana terdiri atas : - Sistem pembangkit -

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR II.1 Umum Gangguan petir pada saluran transmisi adalah gangguan akibat sambaran petir pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan terganggunya saluran transmisi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tenaga listrik. Dimana transformator dilengkapi dengan pengaman pengaman

BAB I PENDAHULUAN. tenaga listrik. Dimana transformator dilengkapi dengan pengaman pengaman BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengoperasian transformator yang handal sangat diperlukan dalam sistem tenaga listrik. Dimana transformator dilengkapi dengan pengaman pengaman sesuai dengan kebutuhan.

Lebih terperinci

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA Mikrotiga, Vol 1, No. 3 November 2014 ISSN : 2355-0457 1 ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA Rahayu 1*, Ansyori 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk melindungi saluran dari adanya tegangan lebih akibat surja hubung dan surja petir. Untuk tegangan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI

BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI BAB III SISTEM PROTEKSI JARINGAN DISTRIBUSI 3.1 Umum Sebaik apapun suatu sistem tenaga dirancang, gangguan pasti akan terjadi pada sistem tenaga tersebut. Gangguan ini dapat merusak peralatan sistem tenaga

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover oleh : Putra Rezkyan Nash 2205100063 Dosen Pembimbing : 1. I G N Satriyadi H,ST,MT. 2. Dr.Eng.I Made Yulistya N,ST,M.Sc.

Lebih terperinci

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh

KERJA DAERAH PROGRAM MEDAN. Menyelesaikan. oleh ANALISAA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP ARUS NETRAL DAN RUGI-RUGI PADA JARIGAN DISTRIBUSI DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON MEDAN BARU LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun sebagai syarat untuk Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia memiliki iklim tropis, kondisi ini menyebabkan Indonesia memiliki hari guruh rata-rata

Lebih terperinci

STUDI PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH DAN TEGANGAN MENENGAH DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON DELI TUA LAPORAN TUGAS AKHIR

STUDI PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH DAN TEGANGAN MENENGAH DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON DELI TUA LAPORAN TUGAS AKHIR STUDI PEMELIHARAAN JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN RENDAH DAN TEGANGAN MENENGAH DAERAH KERJA PT. PLN (PERSERO) RAYON DELI TUA LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti 6 BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN 2.1 Sistem Tenaga Listrik Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti PLTA, PLTU, PLTD, PLTP dan PLTGU kemudian disalurkan

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching Media Riski Fauziah, I Gusti Ngurah Satriyadi, I Made Yulistya Negara Jurusan Teknik Elektro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian tugas akhir ini dilakukan di Gardu Induk 150 KV Teluk Betung Tragi Tarahan, Bandar Lampung, Provinsi Lampung. B. Data Penelitian Untuk mendukung terlaksananya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distributed Generation Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung dengan jaringan

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI.

BAB III DASAR TEORI. 13 BAB III DASAR TEORI 3.1 Pengertian Cubicle Cubicle 20 KV adalah komponen peralatan-peralatan untuk memutuskan dan menghubungkan, pengukuran tegangan, arus, maupun daya, peralatan proteksi, dan control

Lebih terperinci

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN Oleh : Nina Dahliana Nur 2211106015 Dosen Pembimbing : 1. I Gusti Ngurah Satriyadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Jaringan Distribusi Sistem Tenaga listrik di Indonesia tersebar dibeberapa tempat, maka dalam penyaluran tenaga listrik dari tempat yang dibangkitkan sampai ke tempat

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH Diah Suwarti Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta Jln. Babarsari No 1, Sleman, Yogyakarta diah.w73@gmail.com Intisari Arester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Isolasi memiliki peranan penting pada sistem tenaga listrik. Isolasi melindungi sistem tenaga listrik dari gangguan seperti lompatan listrik atau percikan, isolasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH OLEH : SYAIFUDDIN NAJIB D 400 060 049 JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISA JATUH TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv DI FEEDER PENYU DI PT. PLN (PERSERO) RAYON BINJAI TIMUR AREA BINJAI LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Menyelesaikan Program

Lebih terperinci

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu

BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA. Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu BAB III GANGGUAN SIMPATETIK TRIP PADA GARDU INDUK PUNCAK ARDI MULIA 3.1. Pengertian Simpatetik Trip adalah sebuah kejadian yang sering terjadi pada sebuah gardu induk, dimana pemutus tenaga dari penyulang-penyulang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KLASIFIKASI DAN BESARNYA TEGANGAN ABNORMAL Meskipun tidak ada standart tertentu dari tegangan abnormal yang disebabkan oleh gangguan surya yang harus ditanggulangi dalam proteksi

Lebih terperinci

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK 2.1 Umum BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK Kehidupan moderen salah satu cirinya adalah pemakaian energi listrik yang besar. Besarnya pemakaian energi listrik itu disebabkan karena banyak dan beraneka

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER

BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER BAB IV PERHITUNGAN DAN PETUNJUK UMUM UNTUK PEMILIHAN PENGENAL ARRESTER 4.1 Hasil penelitian 1. Waktu Percikan arester Gambar 4.1 Grafik waktu percik arrester berdasarkan penelitian 2. Simulasi diagram

Lebih terperinci

BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR

BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR BAB III PENGAMAN PRIMER TRAFO DISTRIBUSI PT. PLN (Persero) AJ GAMBIR 3.1 Kondisi Wilayah Berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang

Lebih terperinci

Sistem Listrik Idustri

Sistem Listrik Idustri Skema Penyaluran Tenaga Listrik Sistem Listrik Idustri Oleh: Tugino, ST, MT Jurusan Teknik Elektro STTNAS Yogyakarta Tugino, ST MT STTNAS Yogyakarta 2 Sistem Listrik Industri Meliputi Generator Pembangkit

Lebih terperinci

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik

Pengelompokan Sistem Tenaga Listrik SISTEM DISTRIBUSI Sistem Distribusi Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar (Bulk Power Source) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi tenaga listrik

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK. Menengah) / KUBIKEL PADA PT.PLN (Persero) JAKARTA RAYA DAN TANGERANG

LAPORAN KERJA PRAKTEK. Menengah) / KUBIKEL PADA PT.PLN (Persero) JAKARTA RAYA DAN TANGERANG LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN PHB TM (Perangkat Hubung Bagi Tegangan Menengah) / KUBIKEL PADA PT.PLN (Persero) JAKARTA RAYA DAN TANGERANG Diajukan untuk memenuhi persyaratan Penyelesaian kerja praktek

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mutakhir (State of The Art Review) Penelitian mengenai kawat tanah pada jaringan distribusi tegangan menengah saat ini telah banyak dilakukan. Beberapa penelitian yang

Lebih terperinci