Aturan Fasa dan Rumus Derajat Kebebasan Sistem 1, 2, 3 Komponen. oleh Rivano Andriansyah,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Aturan Fasa dan Rumus Derajat Kebebasan Sistem 1, 2, 3 Komponen. oleh Rivano Andriansyah,"

Transkripsi

1 Aturan Fasa dan Rumus Derajat Kebebasan Sistem 1, 2, 3 Komponen oleh Rivano Andriansyah, A. Aturan Fasa Aturan fasa bisa diterapkan ke dalam sistem yang lebih dari satu komponen. Hal ini memungkinkan untuk memproses secara lebih umum dan untuk mendapatkan aturan fasa yang memberikan jumlah derajat kebebasan sistem dengan C komponen dan P fasa. Berdasarkan C komponen yang didistribusikan kedalam setiap P fasa dari sistem, derajat kebebasan sistem dapat dikalkulasikan dengan menambahkan jumlah total variabel intensif yang dibutuhkan untuk mendeskripsikan secara terpisah setiap fasa dan kemudian mengurangi jumlah variabel-variabel yang nilainya didapat dari hubungan energi bebas kesetimbangan diantara fasa yang berbeda. Di dalam setiap fasa, terdapat konsentrasi C-1 yang dibutuhkan untuk menetapkan komposisi fasa sebanyak-banyaknya. Jika fraksi mol digunakan untuk mengukur konsentrasi, sesuatu dibutuhkan untuk menentukan fraksi mol semua komponen, komponen yang tersisa bisa ditentukan karena jumlah dari fraksi mol menjadi satu kesatuan. Karena terdapat P fasa, maka ada P(C-1) komposisi variabel. Tekanan dan suhuyang sudah ditentukan memberikan P(C-1) + 2 variabel intensif jika sistemnya berdasarkan fasa demi fasa. Jumlah variabel-variabel ini, yang ditetapkan oleh kondisi kesetimbangan sistem, sekarang harus ditentukan. Komponen 1, misalnya, didistribusikan antara fasa P1 dan P2. Bila ekuilibrium dibuat untuk setiap komponen yang didistribusikan antara dua fasa, hubungan distribusi dapat ditulis. Jadi, jika konsentrasi salah satu komponen dalam fasa P1 yang ditentukan, konsentrasi dalam tahap P2 secara otomatis tetap. Kesetimbangan serupa juga akan diatur untuk setiap komponen antara berbagai pasangan fasa. Untuk setiap komponen akan ada hubungan P-1 tersebut. Jadi, untuk komponen C total C (P-1) variabel intensif akan tetap ditentukan kondisi kesetimbangan.

2 Jika komponen tidak ada atau berada pada tingkat yang diabaikan dalam salah satu fasa dari sistem, akan ada lebih sedikit satu variabel intensif untuk fasa tersebut sejak konsentrasi diabaikan dari satu unsur. Juga akan ada satu relasi kesetimbangan yang lebih sedikit. Aturan fasa berlaku untuk semua sistem terlepas dari apakah semua fasa memiliki jumlah komponen yang sama atau tidak. Aturan ini berlaku hanya untuk apa yang telah disebut sistem kimia biasa. Sifat dari beberapa system mungkin lebih tergantung pada medan listrik atau magnet seluruh sistem atau intensitas cahaya yang bersinar melalui sistem. Jika sifat seperti intensif tambahan signifikan (dalam sistem kimia biasa variabel intensif dapat diabaikan), mereka harus ditambahkan ke jumlah variabel dan salah satu kemudian akan memiliki, misalnya Φ = C + 3 P. Dalam praktek, kita hampir selalu berurusan dengan sistem yang variabel tambahan tersebut tidak memiliki pengaruh yang nyata pada sistem, dan karena itu mereka dapat dibiarkan keluar dari pertimbangan semua. Aturan fasa merupakan penyamarataan yang penting meskipun hal ini tidak memberitahu kita kepada kesimpulan dalam contoh sistem yang sederhana tetapi aturan fasa merupakan panduan berharga untuk menjelaskan kesetimbangan fasa di dalam sistem komplek. B. Rumus Derajat Kebebasan Sistem Untuk menguraikan keadaan kesetimbangan dari suatu sistem yang terdiri atas beberapa fasa dengan beberapa spesi kimia, dapat ditentukan mol masing masing spesi dalam setiap fasa serta suhu (T) dan tekanan (P). Akan tetapi penentuan tidak dapat dilakukan karena massa setiap fasa dalam sistem tidak menjadi perhatian. Massa atau ukuran dari setiap fasa tidak mempengaruhi posisi kesetimbangan fasa, karena kesetimbangan fasa, karena kesetimbangan fasa ditentukan oleh kesamaan dalam potensial kimia yang merupakan variabel intensif. Derajat kebebasan didefinisikan sebagai jumlah minimum variabel intensif yang harus dipilih agar keberadaan variabbel intensif dapat ditetapkan. Jumlah minimum variabel intensif dapat berupa temperatur, tekanan, konsentrasi. Simbol untuk derajat kebebasan Φ dan invarian bila Φ = 0, univarian bila Φ = 1, biarian bila Φ = 2 dan seterusnya.

3 Rumus derajat kebebasan diturnkan melalui hukum fasa Gibbs. Persamaannya dapat dituliskan menjadi: Φ = C + 2 P ; Φ = derajat kebebasan C = jumlah komponen P = jumlah fasa Pemahaman Anda tentang diagram fasa akan terbantu dengan pemahaman hukum fasa Gibbs, hubungan yang diturunkan oleh fisikawan-matematik Amerika Josiah Willard Gibbs ( ) di tahun Aturan ini menyatakan bahwa untuk kesetimbangan apapun dalam sistem tertutup, jumlah variabel bebas-disebut derajat kebebasan Φ yang sama dengan jumlah komponen C ditambah 2 dikurangi jumlah fasa P, yakni, Φ = C P Jadi, dalam titik tertentu di diagram fasa, jumlah derajat kebebasan adalah 2 yakni suhu dan tekanan; bila dua fasa dalam kesetimbangan-sebagaimana ditunjukkan dengan garis yang membatasi daerah dua fasa hanya ada satu derajat kebebasan-bisa suhu atau tekanan. Pada ttik tripel ketika terdapat tiga fasa tidak ada derajat kebebasan lagi. Dari diagram fasa, Anda dapat mengkonfirmasi apa yang telah diketahui, dan lebih lanjut, Anda dapat mempelajari apa yang belum diketahui. Misalnya, kemiringan yang negatif pada perbatasan padatan-cairan memiliki implikasi penting sebagaimana dinyatakan di bagian kanan diagram, yakni bila tekanan diberikan pada es, es akan meleleh dan membentuk air. Berdasarkan prinsip Le Chatelier, bila sistem pada kesetimbangan diberi tekanan, kesetimbangan akan bergeser ke arah yang akan mengurangi perubahan ini. Hal ini berarti air memiliki volume yang lebih kecil, kerapatan leb besar daripada es; dan semua kita telah hafal dengan fakta bahwa s mengapung di air.

4 Muhamad Syaugi kelompok 2 Defenisi Fase, Banyaknya Fase dan Banyaknya Komponen Definisi fase Kata fase berasal dari bahasa yunani yang bermakna permunculan. Fase adalah suatu daerah di mana semua sifat fisik dari bahan dasarnya seragam (homogen). Contoh sifat fisik meliputi densitas, indeks bias, dan komposisi kimia. Secara singkat, fase adalah suatu daerah dengan bahan kimia yang seragam, secara fisik berbeda, dan (sering) dapat dipisahkan secara mekanis. dapat dipisahkan secara mekanis berarti fase tersebut dapat dipisahkan dengan cara filtrasi, sedimentasi, destilasi, dekantasi, ekstraksi (pemisahan heterogen) Dalam hal ini tidak termasuk pemisahan dengan cara penguapan, destilasi, adsorbsi, atau ekstraksi karena pemisahan dengan cara tersebut digunakan pada sistem homogen Untuk contoh sederhana adalah, di dalam sistem yang terdapat es batu dan air di sebuah gelas, es batu merupakan fase padat, air merupakan fase cair, dan uap air di sekitar gelas gelas adalah fase gas. Perbedaan fase dapat digambarkan sebagai negara yang berbeda materi seperti gas, cair, padat, plasma atau Bose-Einstein kondensat. Perbedaan fase juga mungkin ada dalam suatu keadaan tertentu dari materi. Seperti ditunjukkan dalam diagram untuk besi paduan, ada beberapa tahapan baik untuk negara padat dan cair. Fase juga dapat dibedakan berdasarkan kelarutan seperti di kutub (hidrofilik) atau non-polar (hidrofobik). Campuran air (cairan polar) dan minyak (cairan non-polar) secara spontan akan terpisah menjadi dua tahap. Air memiliki kelarutan yang sangat rendah (tidak larut) dalam minyak, dan minyak memiliki kelarutan rendah dalam air. Kelarutan adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam sebuah pelarut sebelum terlarut berhenti untuk membubarkan dan tetap dalam tahap yang terpisah. Sebuah campuran dapat terpisah menjadi lebih dari dua fase cair dan fase konsep pemisahan meluas ke padat, padat yaitu dapat terbentuk larutan padat atau

5 mengkristal ke dalam fase kristal berbeda. Logam pasangan yang saling larut dapat terbentuk paduan, sedangkan logam pasangan yang tidak bisa saling larut. Banyaknya fase Banyaknya fase dalam sistem diberi notasi P. Gas, atau campuran gas, adalah fase tunggal; kristal adalah fase tunggal; dan dua cairan yang dapat campur secara total membentuk fase tunggal. Es adalah fase tunggal, walaupun es dapat dipotong-[potong menjadi bagian-bagian kecil. Campuran es dan air adalah sistem dua fase (P = 2) walaupun sulit untuk menemukan batas antara fase-fasenya. Campuran dua logam adalah sistem dua fase (P = 2) jika logam-logam itu tak dapat campur, tetapi merupakan sistem satu fase (P = 1) jika logam-logamnya dapat campur. Contoh ini menunjukan bahwa memutuskan apakah suatu sistem terdiri dari satu atau dua fase, tidak selalu mudah. Larutan padatan A dalam padatan B campuran yang homogen dari dua komponen bersifat seragam pada skala molekuler. Dalam suatu larutan, atom-atom A dikelilingi oleh atom-atom dari A dan B, dan sembarang sampel yabng dipotong dari padatan itu, bagaimanapun kecilnya, adalah contoh yang tepat dari komposisi keseluruhannya. Dispersi adalah seragam pada skala makroskopik, tetapi tidak pada skala mikroskopik, karena dispersi terdiri atas butiran-butiran atau tetesan-tetesan komponen didalam matriks komponen lain. Sampel kecil seluruhnya dapat berasal dari butiran kecil A murni, sehingga sampel itu bukan contoh tepat dari keseluruhannya. Dispersi seperti ini penting karena dalam banyak material tingkat tinggi (baja), siklus perlakuan panas digunakan untuk memperoleh pengendapan dispersi halus partikel- partikel dari suatu fase (seperti fase kabrid), di dalam suatu matriks yang terbentuk dari fase larutan padat jenuh. Kemampuan mengendalikan struktur mikro yang dihasilkan dari kesetimbangan fase inilah yang memungkinkan penyesuaian sifat mekanik pada pemakaian khusus. Banyaknya komponen Banyaknya komponen dalam sistem C adalah jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menemukan komposisi semua fase yang ada dalam sistem. Definisi ini mudah diberlakukan jika spesies yang ada dalam sistem tidak bereaksi, sehingga kita hanya menghitung banyaknya. Misalnya air murni adalah sistem satu komponen (C = 1) dan campuran etanol dan air adalah sistem dua komponen (C = 2).

6 Jika spesies bereaksi dan berada pada kesetimbangan kita harus memperhitungkan arti kalimat semua fase dalam definisi tersebut. Jadi, untuk amonium klorida yang dalam kesetimbangan dengan uapnya, NH 4 Cl(s) NH 3 (g) + HCl (g) Kedua fase mempunyai komposisi formal NH 4 Cl dan sistem mempunyai satu komponen. Jika HCl berlebih ditambahkan, sistem mempunyai dua komponen karena sekarang jumlah relatif HCl dan NH3 berubah-rubah. Sebaliknya, kalsium karbonat berada dalam kesetimbangan dengan uapnya CaCO 3 (s) CaO(s) + CO 2 (g) Adalah sistem dua komponen karena CaCO 3 tidak menggambarkan komposisi uapnya. (Karena tiga spesies dihubungkan oleh stokiometri reaksi maka konsentrasi kalsium oksida bukanlah variabel bebas). Dalam hal ini C = 2, apakah kita mulai dari kalsium karbonat murni,atau jumlah yang sama dari kalsium oksida dan karbon dioksida, atau jumlah yang berubah dari ketiga-tiganya. Contoh perhitungan komponen pada sistem: (1)sukrosa dalam air; (2) natrium klorida dalam air; (3) asam fosfat encer. Tunjukan banyaknya S dari berbagai jenis spesies (ion-ion) yang ada dalam setiap sistem fase tunggal. Tunjukan banyaknya hubungan R antara spesies-spesies (reaksi-reaksi pada kesetimbangan, kenetralan muatan). Kemudian banyaknya komponen adalah banyaknya spesies dikurangi dengan banyaknya hubungan: C = S R. (1) spesies yang ada adalah molekul air dan molekul sukrosa sehingga S = 2. di antara molekul-molekul itu tidak ada hubungan, sehingga R = 0. oleh karena itu, C = 2. (2) spesies yang ada adalah molekul H2O, ion Na+ dan ion Cl-, sehingga S = 3. karena larutan itu bermuatan listrik netral, maka jumlah ion Na+ sama dengan ioni Cl-. Oleh karena itu, ada suatu hubungan, dan R = 1. Konseuensinya, C = 3-1 = 2. (3) spesies yang ada dalam asam fosfat encer adalah H 2 O, H 3 PO 4, H 2 PO - 4, HPO -2 4, PO -3 4, H +, maka S = 6. namun, ionisasi asam itu ada pada kesetimbangan:

7 H 3 PO 4 (aq) H 2 PO 4 - (aq) + H + (aq) H 2 PO 4 - (aq) HPO 4-2 (aq) + H + (aq) HPO 4-2 (aq) PO H + (aq) Dan ada tiga hubungan di antara spesies-spesies tersebut, di samping itu, juga ada kenetralan muatan keseluruhan, sehingga jumlah total kation harus sama dengan jumlah total anion, apapun jenisnya. Dengan demikian, banyaknya hubungan total adalah R = 4, sehingga jumlah total komponen C = 6-4 = 2.

8 Sistem 2 Komponen dan Diagram Fasa Cair-cair Oleh, Johan Sebastian ( ) Diagram Fasa Cair-cair Pada diagram fasa ini kita ambil contoh pada larutan H2O dan Et3N(triethylamine/N(CH 2 CH 3 ) 3 ) T fase-2 a b T 1c fase-1 H 2 O Et 3 N Keterangan gambar: Cekungan biru (fase-2) yang kita lihat merupakan daerah dimana campuran kedua komponen masih dapat dibedakan. Sedangkan sisanya (fase-1) adalah daerah dimana kedua komonen sudah tercampur sempurna, pada saat ini kedua komponen tidak dapat dibedakan lagi. Adapun terdapat suhu kritis (T c ), yaitu suhu saat kedua zat bercampur, membaur, suhu kritis ini terletak di dasar cekungan putih. Bisa kita lihat di sebelah kanan adalah triethylamine dan di sebelah kiri adalah air. b menunjukan bagian campuran yang banyak mengandung komponen Et 3 N, sedangkan a menunjukan bagian campuran yang banyak mengandung H 2 O. T adalah suhu, dapat saya disimpulkan bahwa banyaknya campuran yang banyak mengandung H 2 O dan banyaknya campuran yang banyak mengandung Et 3 N adalah sama pada suhu tertentu.

9 Sistem 2 Komponen Dari sebuah sumber, dijelaskan bahwa untuk mendapatkan komponen (C) dengan menggunakan rumus: C = S R C (component) = komponen S (species) = ada apa saja di dalam larutan itu R (relation) = hubungan yang terjadi pada larutan itu Seperti yang telah kita ketahui, pada aturan fasa Gibbs, F adalah derajat kebebasan, C adalah jumlah komponen, dan P adalah jumlah fasa. Rumusnya adalah: F=C-P+2 Pada saat terdapat 1 fasa dan 2 komponen, maka derajat kebebasan F = = 3. Artinya, terdapat 3 variabel yang harus detetapkan untuk menggambarkan kondisi fasa, yaitu, tekanan, suhu, dan konsentrasi. Karena komponen (C) adalah 2, maka: F=4-P Sedangkan system 2 komponen pada tekanan tetap adalah: F=3-P Karena variable yang harus berpengaruh berkurang 1, yaitu tekanan. Contoh: diagram titik didih campuran toluene dan benzene.

10 Pada gambar di atas terdapat x1 dan x2, denga x1 dalah fraksi mol komponen 1 dan x2 adalah fraksi mol komponen 2. Jika x1 bertambah, maka x2 berkurang, dan sebaliknya. Dengan perpindahan fraksi mol dari komponennya, maka titik didih pun bisa bergeser-geser. F = 2 = 4 Phase Fasa yang terjadi ada 2, vapor dan liquid. Jadi, variable yang bersangkutan ada 2, yaitu suhu dan tekanan.

11 Diagram Fase Cair-Padat dan Teknik Pemurnian Zone oleh Fandy Label Honggono, , Kelompok Diagram Fase Cair-Padat Fase padat dan cair, keduanya dapat berada dalam sistem pada temperatur di bawah titik didih. Sebagai contoh, sepasang logam yang hamper seluruhnya tak campur sampai titik lelehnya, seperti antimon dan bismut. T a 1 cair a 2 Cair + A T e Cair + B e b 3 a 3 a 4 padat a 5 a 5 a 5 B komposisi A A = antimon B = bismut Pada titik a 1 komponen dalam keadaan cair. Cair + A terjadi proses pendinginan pertama yaitu pada titik a 2, cairan + padatan A dan kaya akan komponen B. Pada titik a 3 masih dalam pendinginan dan terbentuk padatan lebih banyak. dan jumlah relatif padatan dan cairan (yang berada dalam kesetimbangan), pad tahap ini padatan dan cairan masing-masing berjumlah sama. Fase cair lebih kaya akan B daripada sebelumnya (komposisi dinyatakan dengan b 3 ) karena komponen A sudah mengendap. Cair + B; cairan + padatan B dan kaya akan komponen A.

12 Pada titik a 4, komposisi cairan lebih sedikit dari pada di a 3, membentuk padatan dan terletak pada temperatur eutektik. Pada T e padatan mudah dilelehkan. Isoplet pada titik e sesuai dengan komposisi eutektik, yang berarti mudah dilelehkan. Larutan dengan komposisi disebelah kanan e mengendapkan A ketika larutan itu mendingin dan larutan disebelah kiri e mengedapkan B. Pada titik a 5, kedua fase titik a 5 untuk bagian padatan B hampir murni dan a 5 untuk padatan A hampir murni. Kemurnian Ultra dan Ketakmurnian Terkontrol Untuk mendapatkan material dengan kemurnian ultra atau dengan ketakmurnian terkontrol, digunakan teknik pemurnian zone. Teknik ini memanfaatkan sifat ketidakseimbangan sistem dan sifat lebih larutnya pengotor di dalam sampel leleh dibandingkan padatan dan membawa pengotor itu dengan melewati zona leleh berulangulang dari satu sisi ke sisi lainnya. Dari gambar ini, anggaplah isoplet di M. Jika temperatur diturunkan hingga T, padatan dengan komposisi X diendapkan dan sisa cairannya adalah Y. Lalu temperatur diturunkan lagi hingga Ts, lalu padatan A dengan komposisi M2 diendapkan, dan seterusnya hingga tetesan terakhir cairan yang akan dipadatkan sangat terkontaminasi dengan B. Contoh sederhana pemurnian zone ini adalah es batu, dimana zona tengah es batu agak keruh, berbeda dengan luarnya yang jernih. Ini disebabkan karena dalam air ada udara terlarut, yang makin lama makin terdesak ke tengah karena bagian luarnya membeku.

13 Sistem Tiga Komponen dan Diagram Fase Segitiga oleh: Rahmad Mulya NPM : Berdasarkan hukum fasa Gibbs, jumlah terkecil variabel bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada keseimbangan diungkapkan sebagai: dimana, F = jumlah derajat kebebasan C = jumlah komponen P = jumlah fasa F = C P + 2 Dalam ungkapan diatas, keseimbangan dipengaruhi oleh suhu, tekanan dan komposisi sistem. Jumlah derajat kebebasan untuk sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap dapat dinyatakan sebagai F = 3 P Jika dalam sistem hanya terdapat satu fasa, maka F = 2, berarti untuk menyatakan keadaan sistem dengan tepat perlu ditentukan konsentrasi dari dua komponennya. Sedangkan bila dalam sistem terdapat dua fasa dalam kesetimbangan, maka F = 1, berarti hanya satu komponen yang harus ditentukan konsentrasinya dan konsentrasi komponen yang lain sudah tertentu berdasarkan diagram fasa untuk sistem tersebut. Oleh karena sistem tiga komponen pada suhu dan tekanan tetap, mempunyai derajat kebebasan paling banyak dua, maka diagram fasa sistem ini dapat digambarkan dalam satu bidang datar berupa suatu segitiga samasisi yang disebut diagram terner. Jumlah fasa dalam sistem zat cair tiga komponen tergantung pada daya saling larut antar zat cair tersebut dan suhu. Misalkan ada tiga zat cair A, B dan C. A dan B larut sebagian. Penambahan zat C kedalam larutan campuran A dan B akan memperbesar atau memperkecil daya saling larut A dan B. Zat A dan C serta B dan C saling larut sempurna. Kelarutan cairan C dalam berbagai komposisi campuan A dan B pada suhu tetap dapat di gambarkan pada suatu digram terner.

14 Prinsip menggambarkan komposisi dalam diagram terner dapat dilihat pada gambar 1 dan 2 dibawah ini. x z y Titik A, B dan C menyatakan komponen murni. Titik titik pada sisi AB, BC, AC menyatakan fraksi dari dua komponen sedangkan titik didalam segitiga merupakan fraksi dari tiga komponen yang mana jumlah fraksi dari zat A, B dan C adalah x, y dan z. C Q P A B Titik X menyatakan suatu campuran dengan fraksi A = 25%, B = 25% dan C = 50%. Titik titik pada garis BP dan BQ menyatakan suatu campuran dengan perbandingan jumlah A dan C yang tetap tetapi dengan jumlah B yang berubah, Hal yang sama berlaku bagi garis garis yang ditarik dari salah sudut segitiga kesisi yang ada dihadapannya. Daerah didalam

15 lengkungan merupakan daerah dua fasa. Salah satu cara untuk menentukan garis binoidal atau kurva kelarutan ini adalah dengan cara menambah zat B kedalam berbagai komposisi campuran A dan C. Titik titik pada lengkungan menggambarkan komposisi sistem pada saat terjadi perubahan dari jernih menjadi keruh. Kekeruhan timbul karena larutan tiga komponen yang homogen pecah menjadi dua larutan konjugat terner. Contoh penerapan sistem tiga komponen dan diagram fase segitiga adalah pada otimisasi bubuk slag nikel yaitu dengan cara pendekatan sistem temari C-A-S (CaO-Al 2 O 3 - SiO 2 ). Hal ini dilakukan melalui penerapan sistem persamaan keseimbangan reaksi kimiawi dengan tiga fase utama, yaitu: a. Fase pembentukan senyawa kalsium silika hidrat (CSH) hasil reaksi antara trikalsium silikat (C 3 S) dan dikalsium silikat (C 2 S) semen dengan air (H 2 O) b. Fase pembentukan senyawa kalsium silika hidrat (CSH) bubuk slag nikel dengan kalsium hidroksida (CH) hasil sampingan reaksi kimia fase pertama. c. Fase hidrogamet atau fase pembentukan ettringite sebagai produk reaksi antara senyawa kimia silika oksida (SiO 2 ) dan alumunium oksida (Al 2 O 3 ) bubuk slag nikel dengan kalsium hidroksida (CH) hasil sampingan reaksi kimia fase pertama. Ketiga fase tersebut merepresentasikan reaksi hidrasi cementitous dengan tiga komponen produk reaksi yaitu kalsium silika hidrat (CSH), kalsium hidroksida (CH), dan kalsium suoaluminat hidrat (CASH).

16 JAWABAN SOAL PEMICU 1. Fasa = suatu daerah di mana semua sifat fisik dari bahan dasarnya seragam (homogen) Banyaknya fasa (P) = banyaknya jumlah fase dalam suatu sistem Banyaknya komponen ( C) = jumlah minimum spesies bebas yang diperlukan untuk menemukan komposisi semua fase yang ada dalam system Jumlah spesies (S) = banyaknya spesies dari berbagai jenis spesies (ion-ion, senyawa maupun atom) yang ada dalam setiap sistem fase tunggal. Relasi (R) = banyaknya hubungan antara spesies-spesies (reaksi-reaksi pada kesetimbangan, kenetralan muatan) a) Air dan uap air dalam kondisi kesetimbangan pada tekanan 1 bar; C = 2, P = 2; F = C P + 1 = 1 b) Air dan uap air dalam kondisi kesetimbangan; C = 2, P = 2; F = C- P + 2 = 2 c) Sistem kesetimbangan uap dari NH 3, N 2 dan H 2. NH 3 (g) N 2 (g)+ H 2 (g) C = 2, P = 1; F = C P + 2 = 3 d) Larutan H 3 PO 4 dan NaOH pada tekanan 1 bar. H 3 PO 4 (aq) + 3NaOH (aq) Na 3 PO 4 (s) + 3H 2 O - H 3 PO 4 (aq) H 2 PO 4 (aq) + H + (aq) - -2 H 2 PO 4 (aq) HPO 4 (aq) + H + (aq) -2-3 HPO 4 (aq) PO 4 (aq) + H + (aq) S = 8; R = 5; C = 8 5 = 3 C = 3; P = 2; F = = 2 e) Larutan H 2 SO 4 dalam air pada kondisi kesetimbangan dengan padatan hidrat H 2 SO 4.2H 2 O pada tekanan 1 bar. - H 2 SO 4 (aq) HSO 4 (aq) + H + (aq) HSO 4 - (aq) SO H + (aq) S = 5; R = 3; C = 5 3 = 2 P = 2; F = C P + 2 = = 2

17 2. Jumlah Theritical plates tergantung pada refluks, perbandingan antara laju cairan yang turun ke dasar kolom dengan laju cairan yang naik teratas kolom. Jumlah piringan teoritis suatu kolom didistilasi dalam keadaan terpakai dapat diperoleh dengan mencacah penguapan apada keadaan setimbang yang diperlukan agar pemisahan yang sesungguhnya tercapai dalam kolom tersebut. 3. Pada awalnya, campuran A + C mendidih pada suhu 65 o C. Ini berarti pada keadaan dimana fraksi massa A = 0.5 Massa A = 50% x 200 g = 100 g Massa B = g = 100 g Dipanaskan hingga titik didih residu yang tersisa = 75 o C, maka pada keadaan tersebut terdapat: - Distilat, dengan komposisi 70% A dan 30% C - Residu, dengan komposisi 20% A dan 80% C Dapat dibuat persamaan: 0,7 D + 0,2 R = 100 g 0,3 D + 0,8 R = 100 g dimana D adalah massa distilat, dan R adalah massa residu. Dengan eliminasi, didapatkan nilai D dan R: D = 120 g R = g = 80 g Dengan demikian, didapatkan bahwa: Komposisi residu pada awal destilasi : 100 gram A dan 100 gram C Komposisi residu pada akhir destilasi : 16 gram A dan 64 gram C Komposisi distilat pada awal destilasi : 0 gram Komposisi distilat pada akhir destilasi : 84 gram A dan 36 gram C

18 Gambar di atas adalah gambar sistem aseton-kloroform Untuk dapat memisahkan campuran 2 komponen ini, dapat digunakan metode pemurnian zone. Dengan pemurnian zone, campuran suhunya dinaikkan atau diturunkan hingga terbentuk dua fase, yaitu gas dan cair, setelah itu gas dan cair tersebut dipisahkan, dan suhunya dinaikkan dan diturunkan lagi hingga terbentuk dua fase lagi, dan terus diulangi hingga didapatkan aseton berkonsentrasi tinggi dan juga kloroform berkonsentrasi tinggi. 4. Jika suatu senyawa ditambahkan pada sistem kesetimbangan padat cair, maka titik leleh senyawa lainnya akan menurun mendekati titik eutektik campuran. 5. Dari data yang didapatkan, dapat digambarkan diagram fase sistem NH 3 dan N 2 H 4 sebagai berikut:

19 Kurva di sebelah kiri merupakan kurva leleh dari N 2 H 4, sedangkan kurva sebelah kanan adalah kurva leleh NH 3. Eutektik adalah campuran antara dua materi kimia dengan komposisi tertentu yang memiliki titik leleh lebih rendah dibandingkan dengan campuran antara dua materi kimia yang sama tersebut dengan komposisi yang berbeda. Pada diagram fase di atas, titik eutektik ditandai dengan huruf e dan diberi garis isoplet. Pada titik eutektik, derajat kebebasannya hanyalah satu, yaitu tekanan. 6. Jika cairan dengan komposisi a didinginkan hingga suhu 200 K, akan terbentuk campuran antara Ag 3 Sn padat dengan Ag padat, yang sedikit terkontaminasi oleh Sn. Sedangkan jika cairan dengan komposisi b didinginkan hingga suhu 200 K, akan terbentuk campuran antara Sn dan Ag 3 Sn padat. Pelelehan tak kongruen adalah peristiwa pelelehan suatu zat yang tidak meleleh secara uniform, melainkan ada yang terdekomposisi. Titik leleh tak kongruen adalah titik dimana terjadi dekomposisi zat yang dilelehkan tersebut. Contohnya pada gambar di atas adalah titik di sebelah kiri b 2, ada cekungan ke dalam pada kurva pelelehan Ag. Pada diagram tersebut, terjadi perubahan zat dari Ag yang dilelehkan menjadi Ag 3 Sn. Komposisi campuran eutektik terletak pada campuran yang didominasi oleh massa logam Sn. Pada diagram sebelah kanan, diketahui bahwa titik eutektik terletak pada saat

20 komposisi Ag pada campuran sekitar 5%, sehingga 95% dari komposisi campuran adalah logam Sn. 7. Diketahui data sebagai berikut: Fraksi Mol x (eter) y (metanol) z (air)

21 Pada campuran 5 gram methanol, 30 gram eter dan 50 gram air, maka: - Mol methanol = = 0,15625 mol ~ 0,156 mol - Mol eter (asumsikan eternya adalah dimetil eter) = = 0, mol ~ 0,652 mol - Mol air = = 2,778 mol - total mol = 0, , ,778 = 3,586 mol - Fraksi mol methanol = = 0, Fraksi mol eter = = 0, Fraksi mol air = 1 (0, ,1818) = 0,7747 maka dapat diperkirakan letak dari campuran tersebut pada diagram fase, yaitu Jumlah fase =

22 Untuk mengubah jumlah fase yang ada, maka massa air harus dibuang. jadi fraksi mol air harus dikurangi hingga menjadi sekitar 0,3 saja. Maka air yang harus dibuang: = 0,3 0,7x mol = 1,7022 x = 2,4317 mol Massa air yang harus dibuang adalah sebanyak M = 2,4317 mol x 18 gram/mol = 43,7706 gram

23 Daftar Pustaka Atkins, P.W Kimia Fisika Jilid 1 Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga. Barrow, Gordon M Physical Chemistry. New York: McGraw-Hill Inc. Maron, S.H. dan Lando, JB Fundamentals of Physical Chemistry. New York: Macmillan Publishing Co. Inc. Sukardjo Kimia Fisika. Jakarta: Bina Aksara

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI

TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI TUGAS KIMIA FISIKA KESETIMBANGAN FASE DISUSUN OLEH KELOMPOK 4 : ANDI AZIS RUSDI MOH. SOFYAN HARMILA EKA YULIASTRI PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS TADULAKO 2015 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II DIAGRAM TERNER SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN Oleh : Nama : Ni Made Susita Pratiwi Nim : 1008105005 Kelompok : II Tanggal Praktikum : 9 April 2012 LABORATORIUM KIMIA FISIK

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I DIAGRAM TERNER (SISTEM ZAT CAIR TIGA KOMPONEN) Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 1108105034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam

2. Fase komponen dan derajat kebebasan. Pak imam 2. Fase komponen dan derajat kebebasan Pak imam Fase dan komponen Fase adalah keadaan materi yang seragam di seluruh bagiannya, dalam komposisi kimia maupun fisiknya. (Gibbs) Banyaknya fase diberi lambang

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem

KESETIMBANGAN FASA. Komponen sistem KESETIMBANGAN FASA Kata fase berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemunculan. Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs

KESETIMBANGAN FASA. Sistem Satu Komponen. Aturan Fasa Gibbs KESETIMBANGAN FASA Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai berkembang

Lebih terperinci

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1 MATERI DAN PERUBAHANNYA Kimia Kelas X semester 1 SKKD STANDAR KOMPETENSI Memahami konsep penulisan lambang unsur dan persamaan reaksi. KOMPETENSI DASAR Mengelompokkan sifat materi Mengelompokkan perubahan

Lebih terperinci

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT

Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT Kimia Fisika Bab 6. Kesetimbangan Fasa OLEH: RIDHAWATI, ST, MT Pendahuluan Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam, yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu

Lebih terperinci

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc =

Fraksi mol tiga komponen dari sistem terner (C = 3) sesuai dengan X A + X B + Xc = DIAGRAM TERNER I. DASAR TEORI erdasarkan hukum fase Gibbs jumlah terkecil peubah bebas yang diperlukan untuk menyatakan keadaan suatu sistem dengan tepat pada kesetimbangan dilengkapkan sebagai : V = C

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp)

Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Kelarutan (s) dan Hasil Kali Kelarutan (Ksp) Tim Dosen Kimia Dasar FTP UNIVERSITAS BRAWIJAYA Kelarutan (s) Kelarutan (solubility) adalah jumlah maksimum suatu zat yang dapat larut dalam suatu pelarut.

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 5 KONSEP LARUTAN 1. KOMPOSISI LARUTAN 2. SIFAT-SIFAT ZAT TERLARUT 3. KESETIMBANGAN LARUTAN 4. SIFAT KOLIGATIF LARUTAN ZAT TERLARUT + PELARUT LARUTAN Komponen minor Komponen utama Sistem homogen PELARUTAN

Lebih terperinci

STOIKIOMETRI Konsep mol

STOIKIOMETRI Konsep mol STOIKIOMETRI Konsep mol Dalam hukum-hukum dasar materi ditegaskan bahwa senyawa terbentuk dari unsur bukan dengan perbandingan sembarang tetapi dalam jumlah yang spesifik, demikian juga reaksi kimia antara

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN

KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN KESETIMBANGAN KIMIA SOAL DAN PEMBAHASAN 1. Suatu reaksi dikatakan mencapai kesetimbangan apabila. A. laju reaksi ke kiri sama dengan ke kanan B. jumlah koefisien reaksi ruas kiri sama dengan ruas kanan

Lebih terperinci

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3

Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena. Oleh : Kelompok 3 Reaksi Dehidrasi: Pembuatan Sikloheksena Oleh : Kelompok 3 Outline Tujuan Prinsip Sifat fisik dan kimia bahan Cara kerja Hasil pengamatan Pembahasan Kesimpulan Tujuan Mensintesis Sikloheksena Menentukan

Lebih terperinci

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT

LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT BAB 6 LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT Standar Kompetensi Memahami sifat-sifat larutan non elektrolit dan elektrolit, serta reaksi oksidasi-reduksi Kompetensi Dasar Mengidentifikasi sifat larutan

Lebih terperinci

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN. Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Dalam pengembangan strategi pembelajaran intertekstual pada materi pokok kesetimbangan kimia secara garis besar penelitian terbagi dalam beberapa tahapan yaitu: Tahap pertama

Lebih terperinci

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN

SIFAT KOLIGATIF LARUTAN BAB 1 SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Gambar 1.1 Proses kenaikan titik didih Sumber: Jendela Iptek Materi Pada pelajaran bab pertama ini, akan dipelajari tentang penurunan tekanan uap larutan ( P), kenaikan titik

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II ENERGI KESETIMBANGAN FASA Sabtu, 19 April 2014 Di Susun Oleh: Ipa Ida Rosita 1112016200007 Kelompok 2 Widya Kusumaningrum 1112016200005 Nurul mu nisa A. 1112016200008

Lebih terperinci

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar LOGO Stoikiometri Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar Konsep Mol Satuan jumlah zat dalam ilmu kimia disebut mol. 1 mol zat mengandung jumlah partikel yang sama dengan jumlah partikel dalam 12 gram C 12,

Lebih terperinci

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya. 1. Semua pernyataan berikut benar, kecuali: A. Energi kimia ialah energi

Lebih terperinci

Sumber:

Sumber: Sifat fisik dan kimia bahan 1. NaOH NaOH (Natrium Hidroksida) berwarna putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Sangat basa, keras, rapuh dan menunjukkan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK. Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair. Distilasi dan Titik Didih. Nama : Agustine Christela Melviana NIM : LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK Pemisahan dan Pemurnian Zat Cair Distilasi dan Titik Didih Nama : Agustine Christela Melviana NIM : 11210031 Tanggal Percobaan : 19 September 2013 Tanggal Pengumpulan Laporan

Lebih terperinci

KESETIMBANGAN. titik setimbang

KESETIMBANGAN. titik setimbang KESETIMBANGAN STANDART KOMPETENSI;. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang berpengaruh, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. KOMPETENSI DASAR;.. Menjelaskan kestimbangan

Lebih terperinci

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi

MODUL 1 TERMOKIMIA. A. Hukum Pertama Termodinamika. B. Kalor Reaksi MODUL 1 TERMOKIMIA Termokimia adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara energi panas dan energi kimia. Sebagai prasyarat untuk mempelajari termokimia, kita harus mengetahui tentang perbedaan kalor (Q)

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA

MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA MODUL III KESETIMBANGAN KIMIA I. Petunjuk Umum 1. Kompetensi Dasar 1) Mahasiswa memahami Asas Le Chatelier 2) Mahasiswa mampu menjelaskan aplikasi reaksi kesetimbangan dalam dunia industry 3) Mahasiswa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN PROGRAM STUDI S-1 KIMIA LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA II PERCOBAAN I KESETIMBANGAN KIMIA DI DALAM LARUTAN NAMA SYABATINI : ANNISA NIM : J1B107032 HARI / TANGGAL PRAKTIKUM : SENIN / 30 MARET 2009 HARI / TANGGAL DIKUMPUL : SENIN

Lebih terperinci

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI

MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI MENGELOMPOKKAN SIFAT-SIFAT MATERI Materi ( zat ) adalah segala sesuatu yang memiliki massa dan menempati ruang. Batu, kayu, daun, padi, nasi, air, udara merupakan beberapa contoh materi. Sifat Ekstensif

Lebih terperinci

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia Ikatan kimia 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia Ikatan kimia Gaya tarik menarik antara atom sehingga atom tersebut tetap berada bersama-sama dan terkombinasi dalam senyawaan. gol 8 A sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Telah kita ketahui bahwa materi terdiri dari unsur, senyawa, dan campuran. Campuran dapat dipisahkan melalui beberapa proses pemisahan campuran secara fisika dimana

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia

Peranan elektron dalam pembentukan ikatan kimia IKATAN KIMIA IKATAN KIMIA Gaya yang memegangi atom atau ion membentuk molekul atau kristal disebut Ikatan Kimia. Elektron memegang peran penting dalam pembentukan ikatan kimia. Peranan elektron dalam pembentukan

Lebih terperinci

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA 1. Larutan Elektrolit 2. Persamaan Ionik 3. Reaksi Asam Basa 4. Perlakuan Larutan

Lebih terperinci

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Kesetimbangan adalah suatu keadaan di mana tidak ada perubahan yang terlihat seiring berjalannya waktu. Kesetimbangan kimia

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Fisik

Laporan Praktikum Kimia Fisik Laporan Praktikum Kimia Fisik DestilasiCampuranBiner Oleh :Anindya Dwi Kusuma Marista (131424004) Annisa Novita Nurisma (131424005) Rahma Ausina (131424022) Kelas : 1A- Teknik Kimia Produksi Bersih Politeknik

Lebih terperinci

Pemisahan dengan Pengendapan

Pemisahan dengan Pengendapan Pemisahan dengan Pengendapan Reaksi Pengendapan Pemisahan dengan teknik pengendapan membutuhkan perbedaan kelarutan yang besar antara analit dan material pengganggunya. Pemisahan dengan pengendapan bisa

Lebih terperinci

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas

WUJUD ZAT. 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas WUJUD ZAT 1. Fasa, Komponen dan Derajat Bebas 1.1 Jumlah Fasa (P) Fasa adalah bagian dari sistem yang bersifat homogen, dan dipisahkan dari bagian sistem yang lain dengan batas yang jelas. Jumlah Fasa

Lebih terperinci

MAKALAH KIMIA FISIK II KESTIMBANGAN FASA

MAKALAH KIMIA FISIK II KESTIMBANGAN FASA MAKALAH KIMIA FISIK II KESTIMBANGAN FASA DISUSUN OLEH KELOMPOK III SYAFRIAN AZMI LUCIANA SIHOTANG (F1C114042) (F1C114046) PATRICIA THEODORA S (F1C114050) SYUHADA FRATIWI PUTRI CYNTHIA D. (F1C114054) (F1C114060)

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep

HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN. Penjelasan Konsep LAMPIRAN 7 HASIL ANALISIS KEBENARAN KONSEP PADA OBJEK PENELITIAN Keterangan kriteria kebenaran konsep Benar (B) Salah (S) Indikator Pembelajaran : Jika penjelasan konsep subjek penelitian sesuai dengan

Lebih terperinci

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit.

I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. I. Judul : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit. II. Tujuan : Membandingkan Kenaikan Titik Didih Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit pada konsentrasi larutan yang

Lebih terperinci

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT

PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT I. Tujuan Percobaan ini yaitu: PERCOBAAN VII PEMBUATAN KALIUM NITRAT Adapun tujuan yang ingin dicapai praktikan setelah melakukan percobaan 1. Memisahkan dua garam berdasarkan kelarutannya pada suhu tertentu

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL. Nama : Ardian Lubis NIM : Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK VOLUM MOLAL PARSIAL Nama : Ardian Lubis NIM : 121810301028 Kelompok : 6 Asisten : Yuda Anggi LABORATORIUM KIMIA FISIK JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA

Wardaya College IKATAN KIMIA STOIKIOMETRI TERMOKIMIA CHEMISTRY. Part III. Summer Olympiad Camp Kimia SMA Part I IKATAN KIMIA CHEMISTRY Summer Olympiad Camp 2017 - Kimia SMA 1. Untuk menggambarkan ikatan yang terjadi dalam suatu molekul kita menggunakan struktur Lewis atau 'dot and cross' (a) Tuliskan formula

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Materi 2.2 Sifat-sifat Materi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Materi dan perubahannya merupakan objek kajian dari ilmu kimia. Ilmu kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang materi dan perubahannya. Ilmu kimia juga merupakan ilmu

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2004 CALON TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA

SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2004 CALON TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA SOAL SELEKSI OLIMPIADE SAINS TINGKAT KABUPATEN/KOTA 2004 CALON TIM OLIMPIADE KIMIA INDONESIA 2005 Bidang Kimia KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion

LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion LAMPIRAN C CCT pada Materi Ikatan Ion 1 IKATAN ION A. KECENDERUNGAN ATOM UNTUK STABIL Gas mulia merupakan sebutan untuk unsur golongan VIIIA. Unsur unsur ini bersifat inert (stabil). Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

KIMIA TERAPAN LARUTAN

KIMIA TERAPAN LARUTAN KIMIA TERAPAN LARUTAN Pokok Bahasan A. Konsentrasi Larutan B. Masalah Konsentrasi C. Sifat Elektrolit Larutan D. Sifat Koligatif Larutan E. Larutan Ideal Pengantar Larutan adalah campuran homogen atau

Lebih terperinci

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit

Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Bab VI Larutan Elektrolit dan Nonelektrolit Sumber: Dokumentasi Penerbit Air laut merupakan elektrolit karena di dalamnya terdapat ion-ion seperti Na, K, Ca 2, Cl, 2, dan CO 3 2. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah

Lebih terperinci

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8.

BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. BAB 4. WUJUD ZAT 1. WUJUD GAS 2. HUKUM GAS 3. HUKUM GAS IDEAL 4. GAS NYATA 5. CAIRAN DAN PADATAN 6. GAYA ANTARMOLEKUL 7. TRANSISI FASA 8. DIAGRAM FASA WUJUD ZAT: GAS CAIRAN PADATAN PERMEN (sukrosa) C 12

Lebih terperinci

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi. PETA KONSEP Larutan Penyangga mempertahankan berupa ph Larutan Penyangga Asam mengandung Larutan Penyangga Basa mengandung Asam lemah Basa konjugasi Asam konjugasi Basa lemah contoh contoh contoh contoh

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Magnesium klorida Salah satu kegunaan yang paling penting dari MgCl 2, selain dalam pembuatan logam magnesium, adalah pembuatan semen magnesium oksiklorida, dimana dibuat melalui

Lebih terperinci

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta

pendinginan). Material Teknik Universitas Darma Persada - Jakarta BAB V DIAGRAM FASE Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu) komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat) : terdiri dari beberapa

Lebih terperinci

L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n. Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd

L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n. Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd L A R U T A N d a n s i f a t k o l i gat if l a r u t a n Putri Anjarsari, S.S.i., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id LARUTAN Zat homogen yang merupakan campuran dari dua komponen atau lebih, yang dapat berupa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK FARMASI PERCOBAAN I PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK OLEH: NAMA : ISMAYANI STAMBUK : F1 F1 10 074 KELOMPOK : III KELAS : B ASISTEN : RIZA AULIA JURUSAN FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 2 KELAS : XI IPA SOAL KIMIA KELAS : XI IPA PETUNJUK UMUM. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA

BAB II ZAT DAN WUJUDNYA BAB II ZAT DAN WUJUDNYA Zat adalah : Sesuatu yang menempati ruang dan memiliki massa. Wujud zat ada 3 macam : padat, cair, dan gas 1. MASSA JENIS ZAT ( ) Yaitu perbandingan antara massa dan volume zat

Lebih terperinci

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR

MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR MAKALAH ILMU ALAMIAH DASAR Bagaimana Pengaruh Suhu terhadap Kelarutan Zat Padat dalam Zat Cair Oleh : Fitria Anjar Sari 124254074 UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN PMPKN KELAS PPKn

Lebih terperinci

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR. Distilasi dan Titik Didih PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR Distilasi dan Titik Didih I. Tujuan 1.1 Mengetahui prinsip destilasi dan pengertian campuran azeotrop 1.2 Dapat mengkalibrasi thermometer dan dapat merangkai peralatan

Lebih terperinci

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi modif oleh Dr I Kartini Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution) Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih

Lebih terperinci

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT.

METODA GRAVIMETRI. Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI Imam Santosa, MT. METODA GRAVIMETRI PRINSIP : Analat direaksikan dengan suatu pereaksi sehingga terbentuk senyawa yang mengendap; endapan murni ditimbang dan dari berat endapan didapat

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Kimia - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Kimia - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Kimia Tahun Ajaran 2017/2018-1. Sebuah unsur X memiliki no massa 52 dan jumlah neutron sebesar 28. Kongurasi elektron dari ion X + adalah...

Lebih terperinci

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan

Dengan mengalikan kedua sisi persamaan dengan T akan dihasilkan Hukum III termodinamika Hukum termodinamika terkait dengan temperature nol absolute. Hukum ini menyatakan bahwa pada saat suatu system mencapai temperature nol absolute, semua proses akan berhenti dan

Lebih terperinci

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL

PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL 144 LEMBAR KERJA SISWA PRAKTIKUM PERGESERAN KESETIMBANGAN KIMIA BERBASIS MATERIAL LOKAL KELAS/KELOMPOK : KETUA KELOMPOK : ANGGOTA : UPI #PENDIDIKAN KIMIA AULIA WAHYUNINGTYAS #0706475 TUJUAN PERCOBAAN 1.

Lebih terperinci

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran KTSP K-13 kimia K e l a s XI ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami mekanisme reaksi asam-basa. 2. Memahami stoikiometri

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK PERCOBAAN III (PEMURNIAN BAHAN MELALUI REKRISTALISASI) OLEH : NAMA : HANIFA NUR HIKMAH STAMBUK : A1C4 09001 KELOMPOK ASISTEN : II (DUA) : WD. ZULFIDA NASHRIATI LABORATORIUM

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PRAKTIKUM KIMIA DASAR I REAKSI KIMIA PADA SIKLUS LOGAM TEMBAGA Oleh : Luh Putu Arisanti 1308105006 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA BADUNG TAHUN 2013/2014

Lebih terperinci

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab 16 Asam dan Basa Asam Memiliki rasa masam; misalnya cuka mempunyai rasa dari asam asetat, dan lemon serta buah-buahan sitrun

Lebih terperinci

UJIAN MASUK BERSAMA (UMB) Mata Pelajaran : Kimia Tanggal : 07 Juni 009 Kode Soal : 9. Penamaan yang tepat untuk : CH CH CH CH CH CH OH CH CH adalah A. -etil-5-metil-6-heksanol B.,5-dimetil-1-heptanol C.

Lebih terperinci

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran

kimia KTSP & K-13 KESETIMBANGAN KIMIA 1 K e l a s A. Reaksi Kimia Reversible dan Irreversible Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KESETIMBANGAN KIMIA 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi reaksi kimia reversible dan irreversible..

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom

OAL TES SEMESTER I. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! a. 2d d. 3p b. 2p e. 3s c. 3d 6. Unsur X dengan nomor atom KIMIA XI SMA 3 S OAL TES SEMESTER I I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!. Elektron dengan bilangan kuantum yang tidak diizinkan n = 3, l = 0, m = 0, s = - / n = 3, l =, m =, s = / c. n = 3, l =, m =

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA )

LEMBARAN SOAL 4. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) LEMBARAN SOAL 4 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : XI IPA ( SEBELAS IPA ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah

Lebih terperinci

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006

SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 SOAL SELEKSI NASIONAL TAHUN 2006 Soal 1 ( 13 poin ) KOEFISIEN REAKSI DAN LARUTAN ELEKTROLIT Koefisien reaksi merupakan langkah penting untuk mengamati proses berlangsungnya reaksi. Lengkapi koefisien reaksi-reaksi

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian Bahan-bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini antara lain bubuk magnesium oksida dari Merck, bubuk hidromagnesit hasil sintesis penelitian

Lebih terperinci

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya:

2. Konfigurasi elektron dua buah unsur tidak sebenarnya: . Atom X memiliki elektron valensi dengan bilangan kuantum: n =, l =, m = 0, dan s =. Periode dan golongan yang mungkin untuk atom X adalah A. dan IIIB B. dan VA C. 4 dan III B D. 4 dan V B E. 5 dan III

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia

1. Ciri-Ciri Reaksi Kimia Apakah yang dimaksud dengan reaksi kimia? Reaksi kimia adalah peristiwa perubahan kimia dari zat-zat yang bereaksi (reaktan) menjadi zat-zat hasil reaksi (produk). Pada reaksi kimia selalu dihasilkan zat-zat

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016) Bagian I: Pilihan Ganda 1) Suatu atom yang mempunyai energi ionisasi pertama bernilai besar, memiliki sifat/kecenderungan : A. Afinitas elektron rendah

Lebih terperinci

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air. III. REAKSI KIMIA Tujuan 1. Mengamati bukti terjadinya suatu reaksi kimia. 2. Menuliskan persamaan reaksi kimia. 3. Mempelajari secara sistematis lima jenis reaksi utama. 4. Membuat logam tembaga dari

Lebih terperinci

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi Bab 16 Asam dan Basa Asam

Lebih terperinci

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn 1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A D. Cu E. Zn 2. Nomor atom belerang adalah 16. Dalam anion sulfida, S 2-, konfigurasi elektronnya adalah...

Lebih terperinci

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 UJIAN NASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008 PANDUAN MATERI SMA DAN MA K I M I A PROGRAM STUDI IPA PUSAT PENILAIAN PENDIDIKAN BALITBANG DEPDIKNAS KATA PENGANTAR Dalam rangka sosialisasi kebijakan dan persiapan

Lebih terperinci

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA SOAL KIIA 1 KELAS : XI IPA PETUNJUK UU 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar

Lebih terperinci

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( )

KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( ) R I N I T H E R E S I A ( ) KIMIA DASAR TEKNIK INDUSTRI UPNVYK C H R I S N A O C V A T I K A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 3 ) R I N I T H E R E S I A ( 1 2 2 1 5 0 1 1 2 ) Menetukan Sistem Periodik Sifat-Sifat Periodik Unsur Sifat periodik

Lebih terperinci

Sistem tiga komponen

Sistem tiga komponen LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II KESETIMBANGAN FASA Selasa, 15 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Fika Rakhmalinda 1112016200005 2. Naryanto 1112016200018 PROGRAM

Lebih terperinci

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1 LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )_ 1 1. Perhatikan reaksi berikut: CaCO 2 (s) CaO (s) + CO 2 (g) H = 178 KJ/mol. Jelaskan! a. Arah kesetimbangan ditambahkan CaCO 2 (s) b. Tiga kemungkinan yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

Revisi BAB I PENDAHULUAN

Revisi BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan Penyaringan B. Tujuan Percobaan 1. Melatih kemampuan agar dapat menggunakan kertas saring untuk menyaring endapan hasil reaksi kimia. 2. Mengenal metode pemisahan secara

Lebih terperinci

: Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka

: Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka A. Judul Praktikum : Kesetimbangan Kimia B. Hari/Tanggal Percobaan : Senin, 19 Maret 2012 jam 10.00-12.30 C. Tujuan Percobaan : Mempelajari kesetimbangan ion-ion dalam larutan D. Tinjauan Pustaka : Kesetimbangan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa

II. DESKRIPSI PROSES. Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa II. DESKRIPSI PROSES A. Macam - Macam Proses Precipitated Calcium Carbonate (PCC) dapat dihasilkan melalui beberapa proses sebagai berikut: 1. Proses Calcium Chloride-Sodium Carbonate Double Decomposition

Lebih terperinci

BAB 7. ASAM DAN BASA

BAB 7. ASAM DAN BASA BAB 7. ASAM DAN BASA 7. 1 TEORI ASAM BASA 7. 2 TETAPAN KESETIMBANGAN PENGIONAN ASAM DAN BASA 7. 3 KONSENTRASI ION H + DAN ph 7. 4 INDIKATOR ASAM-BASA (INDIKATOR ph) 7. 5 CAMPURAN PENAHAN 7. 6 APLIKASI

Lebih terperinci

Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN

Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Bab 4 KELARUTAN DAN HASIL KALI KELARUTAN Apa yang terjadi pada saat gula dilarutkan ke dalam air, mengapa bila gula yang dilarutkan dalam jumlah banyak tidak dapat terlarut semua? Mengapa gula tidak bisa

Lebih terperinci

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit

Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit Rangkuman Materi Larutan Elektrolit dan Non elektrolit LARUTAN ELEKTROLIT DAN LARUTAN NON ELEKTROLIT LARUTAN ELEKTROLIT 1. Pengertian Larutan Elektrolit Larutan elektrolit adalah larutan yang dapat menghantarkan

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 1. Dari beberapa unsur berikut yang mengandung : 1. 20

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK PERCOBAAN II SIFAT-SIFAT KELARUTAN SENYAWA OGANIK OLEH NAMA : ISMAYANI NIM : F1F1 10 074 KELOMPOK : III ASISTEN : SYAWAL ABDURRAHMAN, S.Si. LABORATORIUM FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH

BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)

Lebih terperinci

1. Perhatikan struktur senyawa berikut!

1. Perhatikan struktur senyawa berikut! . Perhatikan struktur senyawa berikut! CH CH CH CH CH CH CH Jumlah atom C primer, atom C sekunder, dan atom C tersier dari senyawa di atas adalah...,, dan D.,, dan,, dan E.,, dan,, dan. Di bawah ini merupakan

Lebih terperinci

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si

12/03/2015. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa (P) Fasa (phase) dalam terminology/istilah dalam mikrostrukturnya adalah suatu daerah (region) yang berbeda struktur atau komposisinya dari daerah lain. Nurun Nayiroh, M.Si Fasa juga dapat didefinisikan

Lebih terperinci