NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG

Transkripsi

1 KERETA API PT KCMTA AP> «OONCAA (KMCftO ) NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK.223/IV/6/KA-2013 NOMOR : B / 13 / IV / 2013 TENTANG KERJA SAMA PENGAMANAN DAN PENERTIBAN PERKERETAAPIAN D I WILAYAH KERJA PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO) Pada hari ini Rabu, tanggal Tujuh belas bulan April tahun Dua ribu tiga belas bertempat di Jakarta, yang bertanda tangan di bawah ini: 1. IGNASIUS 30NAN selaku DIREKTUR UTAMA RT.. KERETA API INDONESIA (PERSERO), yang diangkat berdasarkan Keputusaa Menteri BUMN N om o r: Kep- 33/MBU/2009 tanggal 24 Februari 2009 dengan cfemikian sah dan memenuhr syarat bertindak untuk dan atas nama PT. KERETA API INDONESIA (PERSERO), berkedudukan di Jalan Perintis Kemerdekaan Nomor 1 Bandung, selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA. 2. INSPEKTUR JENDERAL POLISI Drs. BADRODIN HAITI selaku ASISTEN KAPOLRI BIDANG OPERASI, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA (POLRI), berdasarkan Surat Perintah KAPOLRI Nomor: Sprin/450/IIiy2013 tanggal 18 Maret 2013 tentang Penunjukan dan Pendelegasian Wewenang Penandatanganan Nota Kesepahaman, berkedudukan di Jalan Trunojoyo Nomor 3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan, selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai berikut: PIHAK KEDUA < f L.

2 a. bahwa PIHAK PERTAMA adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi tugas dan wewenang sebagai badan penyelenggara dalam pengoperasian periceretaapian berdasarkan prinsip perusahaan dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; b. bahwa PIHAK KEDUA merupakan alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri; c. bahwa perkeretaapian yang dikelola oleh PIHAK PERTAMA adalah salah satu moda transportasi massal yang merupakan kebutuhan hajat hidup orang banyak merupakan tanggung jawab PIHAK PERTAMA, dalam pengoperasiannya dilakukan dengan memperhatikan keselamatan, keamanan, ketertiban, kenyamanan dan kelangsungan pelayanan pada masyarakat; d. bahwa dalam rangka pengoperasian dan pelayanan kepada pengguna jasa angkutan kereta api PIHAK PERTAMA telah menyiapkan aparatur keamanan yang disebut Kepolisian Khusus Kereta Api yang selanjutnya disebut Polsuska, mempunyai wewenang fungsi Kepolisian terbatas di bidang tugas teknisnya masing-masing; e. bahwa PIHAK KEDUA sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya berkewajiban memberikan bantuan pengamanan dan penertiban kepada PIHAK PERTAMA. f. bahwa P IH A K PERTAMA dalam menjalankan tugas pokok dan wewenangnya terdapat keterkaitan dengan tugas pokok dan kewenangan P IH A K KEDUA; g. bahwa PARA PIHAK secara bersama-sama sepakat proaktif untuk selalu berkoordinasi guna menyelaraskan/mensinkronisasikan program kegiatan masing-masing terkait dengan Penyelenggaraan Pengamanan dan penertiban Perkeretaapian di wilayah kerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero); h. bahwa PIHAK PERTAMA sebagai BUMN merujuk kepada Nota Kesepahaman antara Kementerian BUMN dengan Polri Nomor: MOU-06/MBU/2011 dan Nomor: B/18/VII/2011 tentang Sosialisasi Kebijakan, Pengamanan Asset dan Penegakan Hukum di Lingkungan BUMN; dan i. bahwa PARA PIHAK sebelumnya telah menandatangani Kesepahaman Bersama antara PT. Kereta Api (Persero) dengan Polri Nomor: 08/HK/UM/2010 dan Nomor: B /lo /n i/2010 pada tanggal 17 Maret 2010 tentang Kerja Sama Pengamanan Perkeretaapian di Wilayah Kerja PT. Kereta Api (Persero). 1

3 Dengan mempertiatikan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-undang Hukum Pidana; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana; 3. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; 4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian; 6. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas; 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan dan Ketja sama Kepolisian Negara Republik Indonesia; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan Teknis terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa; 10. Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 2004 tentang Pengamanan Obyek Vital Nasional; 11. Peraturan Kapolri Nomor 24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi, Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah; dan 12. Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/738/X/2005 tentang Pedoman Sistem Pengamanan Obyek Vital Nasional (Obvitnas). Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk melanjutkan kerja sama dalam rangka pengamanan dan penertiban perkeretaapian di wilayah kerja PT. Kereta Api Indonesia (Persero) melalui Nota Kesepahaman, dengan menyatakan beberapa hal sebagai berikut: PIHAK KEDUA _ J l

4 BAB I MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 Maksud Nota Kesepahaman ini sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam rangka keija sama pengamanan dan penertiban perkeretaapian di wilayah ketja PT. Kereta Api Indonesia (Persero). Tujuan Nota Kesepahaman ini adalah untuk meningkatkan koordinasi, pengawasan, pembinaan dan kerja sama PARA PIHAK dalam rangka pengamanan dan penertiban perkeretaapian di wilayah ketja PT. Kereta Api Indonesia (Persero). BABU RUANG UNGKUP Pasal 2 Ruang lingkup dalam Nota Kesepahaman ini meliputi kerja sama di bidang: a. operasional; b. pembinaan; dan c. sosialisasi. BAB I I I PELAKSANAAN Bagian Pertama Bidang Operasional Pasal 3 Ketja sama di bidang operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a dilakukan dalam bentuk; a. Pertukaran informasi; PIHAK KEDUA WHAKPERTAMA^ < t

5 b. Bantuan pengamanan dan penertiban; dan c. Penegakan hukum. Pasal 4 Pertukaran informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a dilakukan oleh PARA PIHAK dengan saling memberikan Informasi mengenai gangguan keamanan dan ketertiban di wilayah keija PIHAK PERTAMA. PARA PIHAK menunjuk pejabat yang diberikan kewenangan untuk memberikan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 5 Pejabat yang diberi kewenangan memberikan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat 2 adalah: a. PIHAK PERTAMA; 1) tingkat Pusat oleh Direksi PT. Kereta Api Indonesia (Persero). 2) tingkat Daerah Operasi/DIvisi Reglonal/Sub Divisi Regional oleh Executive Vice President/Vice President b. PIHAK KEDUA: 1) tingkat Pusat (Mabes Polri) oleh Karo Binops Sops Polri. 2) tingkat Kewilayahan: a) Kepolisian Daerah (Polda) oleh Kepala Biro Operasi (Karo Ops); dan b) Kepolisian Resor (Polres) oleh Kepala Bagian Operasi (Kabag Ops). Pasal 6 Bantuan pengamanan dan penertiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, diberikan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK PERTAMA secara proporsional meliputi: Pih a k k e d u a p ih a k p e r t a m a

6 6 a. pengamanan dan penertiban area stasiun Kereta Api; b. pengawalan ranglaian Kereta Api dalam perjalanan; c pengamanan dan penertiban jalur Kereta Api yang kamtibmas; rawan gangguan d. pengamanan aset PIHAK PERTAMA lainnya yang kamtibmas; dan rawan gangguan e. penyusunan konfigurasi standar pengamanan asistensi/audit sistem pengamanan. dan penertiban. Bantuan pengamanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan setelah adanya permintaan dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA secara tertulis, dalam keadaan mendesak dapat disampaikan secara lisan yang dengan segera diikuti permintaan secara tertulis. setelah menerima permintaan bantuan pengamanan dan penertiban, PIHAK KEDUA memberikan bantuan pengamanan dan penertiban secara proporsional kepada PIHAK PERTAMA. Bantuan pengamanan dan penertiban dalam bentuk bantuan Personel dari PIHAK KEDUA dengan pangkat Perwira yang penempatannya diprioritaskan pada jabatan fungsional sebagai Liaison Officer {LO) atau Perwira Pembina Polisi Khusus Kereta Api (Pabin Polsuska) pada Daerah Operasi/Divisi Regional/Sub Divisi Regional dan pendamping personel pengamanan PIHAK PERTAMA. Pasal 7 Pejabat yang berwenang meminta bantuan pengamanan dan penertiban perkeretaapian dari PIHAK PERTAMA adalah: a. Direktur Utama PT. Kereta Api Indonesia (Persero) kepada Kapolri u.p. Asops Kapolri, apabila bantuan pengamanan dan penertiban tersebut diperlukan dari Mabes Polri; dan b. Executive Vi(x President/Vice President VT. Kereta Api Indonesia (Persero) kepada Kapolda atau Kapolres, apabila bantuan pengamanan dan penertiban tersebut diperlukan dari satuan kewilayahan Polri. Setiap selesai melaksanakan bantuan pengamanan dan penertiban, personel PIHAK KEDUA wajib membuat laporan tertulis secara berjenjang kepada pimpinannya dan tembusannya dapat disampaikan kepada PIHAK PERTAMA. «n o i * m m m r n m \ 1

7 7 Pasal 8 Penegakan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf c dilaksanakan dalam bentuk penyelidikan oleh PARA PIHAK dan penyidikan dilaksanakan oleh PIHAK KEDUA secara proporsional dan profesional. Dalam hal melakukan proses penyidikan terhadap dugaan adanya tindak pidana yang terjadi di wilayah kerja PIHAK PERTAMA dilakukan PIHAK KEDUA didukung oleh PIHAK PERTAMA. Bagian Kedua Bidang Pembinaan Pasal 9 Kerja sama di bidang pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b dilakukan dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya manusia guna meningkatkan kemampuan profesional petugas pengamanan perkeretaapian. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakuten dalam bentuk: a. pendidikan dan pelatihan pembentukan Polsuska; b. pendidikan dan pelatihan tingkat lanjutan Polsuska; c. pendidikan dan pelatihan untuk pimpinan Polsuska; dan d. pendidikan dan pelatihan peningkatan kemampuan Wiusus Polsuska. Peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara berkala dan/atau sesuai kebutuhan PIHAK PERTAMA dengan mengirimkan personelnya kepada PIHAK KEDUA untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan pengetahuan tentang teknis Kepolisian sesuai tingkat pendidikan/latihan. Pasal 10 (1) (2) Materi pendidikan dan pelatihan peningkatan kualitas sumber daya manusia diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan PARA PIHAK. Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia pada PARA PIHAK. \ " o t

8 8 Pasal 11 PIHAK KEDUA sesuai dengan kebutuhan dapat mengirimkan personelnya kepada PIHAK PERTAMA untuk mendapatkan pengetahuan/pemahaman tentang perkeretaapian. Bagian Ketiga Sosialisasi Pasal 12 Nota Kesepahaman ini disosialisasikan di jajaran PARA PIHAK guna diketahui dan dilaksanakan baik di pusat maupun di kewilayahan/divisi Regional/Daerah Operasi. Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan sendiri-sendiri dan/atau secara bersama-sama oleh PARA PIHAK. BAB IV PEMBIAYAAN Pasal 13 Pembiayaan yang timbul dari pelaksanaan Nota Kesepahaman ini dibebankan kepada anggaran PARA PIHAK secara proporsional sesuai aturan yang berlaku. BABV MONITORING DAN EVALUASI Pasal 14 PARA PIHAK melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini secara berkala paling sedikit tiap 6 (enam) bulan sekali agar kegiatan-kegiatan yang tercakup di dalamnya dapat berjalan dengan baik. Dalam hal terjadinya kondisi rawan, monitoring dan evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disesuaikan dengan kebutuhan berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK. PIHAK KEDUA' - _. l ' 1

9 BAB V I KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 15 Addendum (1 ) Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini, akan diatur kemudian dalam perubahan Kesepakatan {Addendum) yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dllakuten atas persetujuan PARA PIHAK. (3) Pelaksanaan dari Nota Kesepahaman ini ditindaklanjuti dengan Pedoman Ketja yang dibuat oleh PARA PIHAK dengan menunjuk wakil-wakilnya, yang jangka waktu pembuatannya paling lambat 60 hari setelah ditandatanganinya Nota Kesepahaman Ini. (4) Pedoman Ketja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. Pasal 16 Penyelesaian Perselisihan (1) Perselisihan yang timbul akibat perbedaan penafsiran dan/atau pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan diselesaikan secara musyawarah untuk mencapai mufakat oleh PARA PIHAK. (2) Perselisihan yang timbul wajib diberitahukan secara tertulis oleh salah satu pihak kepada pihak lainnya untuk kemudian diselesaikan dengan baik berdasarkan data dan fakta yang dimiliki oleh PARA PIHAK Pasal 17 Jangka Waktu (1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani. (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai kesepakatan PARA PIHAK dengan memberitahukan secara tertulis paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum Nota Kesepahaman ini berakhir. >^»IHAKW)UA^

10 NotB Kesepahaman ini dapat diakhiti sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan pihak yang bermaksud untuk mengakhirinya memberitahukan maksud tersebut pada pihak iain seiambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum keinginan diakhirinya Nota Kesepahaman Ini. BABVn PENUTUP Pasal 18 Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman Ini, dalam rangkap 2 (dua) asli maang-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani PARA PIHAK. Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK. PIHAK KEDUA, PIHAK PERTAMA, Drs. BADRODIN HAITI INSPEKTUR JENDERAL POLISI IGNASIUS JONAN DIREKTUR UTAMA PIHAK KEDUA. w m rnm ^