PERHUTANI NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KEHUTANAN NEGARA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi

1 7M PERHUTANI NOTA KESEPAHAMAN ANTARA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KEHUTANAN NEGARA DENGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Nomor : 045/S3/P ir/2012 Nom or: B /2 9 /V I/ TENTANG PENGAMANAN HUTAN D I WILAYAH KER3A PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KEHUTANAN NEGARA m Pada hari ini, Jumat tanggal Dua puluh Sembilan bulan Juni tahun Dua Ribu Dua belas bertempat di Jakarta, kami yang bertanda tangan di bawah in i: DR. Ir. BAMBANG SUKMANANTO, MSc. selaku DIREKTUR UTAMA PERUSAHAAN UMUM (PERUM) KEHUTANAN NEGARA, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara, berdasarkan pasal 28 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara, berkedudukan di Gedung Manggala Wanabakti Blok V II Lt 9-11, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat 10270, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA. 2. INSPEKTUR JENDERAL POLISI Drs. BADRODIN HAITI selaku ASISTEN KAPOLRI BIDANG OPERASI dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (KAPOLRI), berdasarkan surat perintah Kapolri Nomor : Sprin/1057/VI/2012 tanggal 12 Juni 2012 tentang Penunjukan dan Pendelegasian untuk Penandatanganan Nota Kesepahaman, berkedudukan di Jalan Trunojoyo Nomor 3, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110, selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA, selanjutnya secara bersama-sama disebut PARA PIHAK terlebih dahulu menerangkan hal-hal sebagai b e rik u t:

2 a. bahwa PIHAK PERTAMA adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi pelimpahan kewenangan untuk menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan di hutan Negara yang berada di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten kecuali hutan konservasi berdasarkan prinsip pengelolaan hutan lestari dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik; b, bahwa PIHAK KEDUA merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas), menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri; 1 * ^ C. bahwa hutan di Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Jawa Barat dan Provinsi Banten kecuali hutan konservasi yang merupakan tanggung jawab PIHAK PERTAMA memiliki peranan dalam mendukung dan melindungi fungsi kelestarian ekosistem yang perlu dipertahankan sebagai sistem penyangga kehidupan; d. bahwa untuk mempertahankan dan menjaga hak-hak negara atas hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, PARA PIHAK perlu melakukan upaya pengamanan hutan secara terpadu dan maksimal meliputi pengamanan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan termasuk tumbuhan dan satwa; e. f. bahwa PIHAK PERTAMA dalam menjalankan tugas pokok dan wewenangnya terdapat keterkaitan dengan tugas pokok dan kewenangan PIHAK KEDUA; dan bahwa PARA PIHAK telah menandatangani Kesepahaman Bersama Nomor : 12/KPTS/Dir/2009 dan Nomor : B/3/III/2009 tanggal 17 Maret 2009 tentang Pengamanan Hutan di Wilayah Kerja Perum Perhutani. Dengan memperhatikan Peraturan Perundang-undangan sebagai berikut; a. b. c. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan; Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia; d. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Mit r Negara; 4

3 e. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; f. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hubungan dan Keija Sama Kepolisian Negara Republik Indonesia; g. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2010 tentang Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara; h. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2012, tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi, Pengawasan dan Pembinaan Teknis terhadap Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan Bentuk-bentuk Pengamanan Swakarsa; I i. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kepolisian Negara Republik Indonesia; j. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pemberantasan Penebangan Kayu secara illegal di Kawasan Hutan dan Peredarannya di Seluruh Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia; k. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Nota Kesepahaman; l. Peraturan Kepala kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tanggal 10 Desember 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan Organisasi/Perusahaan dan/atau Instansi/Lembaga Pemerintah; m. Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. ; Skep/82/II/2004 tanggal 16 Februari 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senpi Non Organik TNI/Polri; n. Surat Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. : Skep/738^/2005 tanggal 13 Oktober 2005 tentang Pedoman Sistem Pengamanan Obyek Vital Nasional; dan 0. Nota Kesepahaman antara Kementerian BUMN dengan Polri Nomor : MoU- 06/MBU/2011 dan Nomor ; B/18/VII/2011 tentang Sosialisasi Kebijakan, Pengamanan Asset dan Penegakan Hukum di lingkungan BUMN. Berdasarkan hal-hal di atas, PARA PIHAK sepakat untuk mengadakan kerja sama dalam rangka Pengamanan Hutan di Wilayah Kerja Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara, melalui Nota Kesepahaman, dengan menyatakan_ beberapa hal sebagai berikut:

4 BABI MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 1 (1) Maksud Nota Kesepahaman ini adalah sebagai pedoman bagi PARA PIHAK dalam rangka pengamanan hutan di wilayah kerja PIHAK PERTAMA. (2) Tujuan dari Nota Kesepahaman ini adalah: a. meningkatkan koordinasi dan kerja sama dalam rangka pengamanan hutan di wilayah kerja PIHAK PERTAMA; b. terwujudnya profesionalisme petugas dan kinerja Polisi Khusus Kehutanan (Poihut) yang ada di PIHAK PERTAMA; dan c. terwujudnya seluruh kebijakan Pemerintah di bidang Kehutanan. BAB I I RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup Nota Kesepahaman ini meliputi: a. Pertukaran Inform asi; b. Bantuan Personel Pengamanan; c. Bantuan Sarana dan Prasarana Pengamanan; d. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia; dan e. Sosialisasi.

5 BAB I I I PELAKSANAAN Bagian Pertama Pertukaran Informasi Pasal 3 Dalam pelaksanaan kegiatan pre-emptif, preventif dan penegakan hukum pengamanan hutan di wilayah kerja PIHAK PERTAMA, PARA PIHAK dapat bekerja sama dengan tetap memperhatikan Peraturan Perundang-Undangan, untuk: a. melakukan tukar menukar informasi mengenai terjadinya pelanggaran dan/atau tindak pidana di bidang kehutanan, kasus-kasus khusus danm au hal-hal lain yang dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban di wilayah kerja PIHAK PERTAMA; dan b. menunjuk Pejabat yang diberikan kewenangan untuk memberikan data dan informasi sebagaimana dimaksud pada huruf a, antara lain: 1. PIHAK PERTAMA : a) tingkat Pusat oleh Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Pengembangan Usaha Hutan Rakyat (DIR PSDH & PUHR); b) tingkat Unit oleh Kepala Biro Perlindungan Sumber Daya Hutan (Kepala Biro Lind SDH); dan J c) tingkat Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) oleh Administratur (Adm/KKPH). 2. PIHAK KEDUA : a) tingkat Mabes Polri oleh Kabaintelkam Polri c.q. Direktur Ekonomi Baintelkam Polri; b) tingkat Kepolisian Daerah (Polda) oleh Dirintelkam Polda; c) tingkat Kepolisian Resor/Ta oleh Kasat Intelkam Polres/Ta. i 'O

6 L,,1. ^ Bagian Kedua Bantuan Personel Pengamanan Pasal 4 (1) Bantuan personel pengamanan oleh PIHAK KEDUA diberikan sesuai dengan permintaan dan Kebijakan Target Penurunan Gangguan Keamanan Hutan PIHAK PERTAMA antara lain dalam situasi: a. Aman, dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan pembinaan, penyuluhan dan sosialisasi; b. Rawan, dapat dilakukan kegiatan dalam bentuk penjagaan dan patroli yang ditingkatkan; dan Sangat Rawan, dapat dilakukan kegiatan dalam bentuk penindakan, pengerahan pasukan, mendirikan pos-pos pengamanan sementara. (2) Bantuan personel dalam rangka pengamanan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan setelah adanya permintaan dari PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA secara lisan yang segera diikuti permintaan secara tertulis, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi yang dihadapi. (3) Pejabat yang berhak melakukan permintaan bantuan personel pengamanan hutan dari PIHAK PERTAMA adalah : a. Direktur Utama Perum Perhutani kepada Kapolri u.p. Asops Kapolri, apabila bantuan personel diperlukan dari Mabes Polri dan melibatkan satuan kewilayahan; b. Kepala Unit Perum Perhutani kepada Kapolda, apabila bantuan personel diperlukan dari Polda, apabila dalam situasi dan kondisi keamanan yang tidak mampu ditangani oleh Administratur/Kepala Kesatuan Pemangkuan Hutan; Adm/KKPH Perum Perhutani kepada Kapolres/Ta, apabila dalam situasi dan kondisi keamanan yang tidak mampu ditangani oleh Asper/KBKPH; dan Asisten Perhutani (Asper)/Kepala Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (KBKPH) dan/atau Kepala Resor Polisi Hutan (KRPH) kepada Kapolsek. II

7 (4) Pejabat dari PIHAK KEDUA setelah menerima permintaan dari PIHAK PERTAMA, dengan segera: a. memberikan bantuan personel pengamanan secara proporsional; dan b. setelah melaksanakan kegiatan pengamanan di wilayah kerja PIHAK PERTAMA membuat laporan pelaksanaan tugas secara berjenjang dan tembusannya disampaikan kepada PIHAK PERTAMA. (5) Bantuan Personel dari PIHAK KEDUA dengan pangkat Perwira, penempatannya diprioritaskan pada kegiatan fungsional antara lain sebagai Perwira Pembina Polisi Hutan (Pabin Poihut) pada Kantor KPH, Uaison Officer {\SS) pada Kantor Unit dan pendamping personel pengamanan. Bagian Ketiga Bantuan Sarana dan Prasarana Pengamanan Pasal 5 Bantuan sarana dan prasarana atas permintaan PIHAK PERTAMA kepada PIHAK KEDUA dapat dilakukan secara lisan yang segera diikuti permintaan tertulis, meliputi: a. sarana transportasi;. b. sarana komunikasi; c. sarana evakuasi dan perawatan korban; dan d. administrasi perijinan dan penggunaan Senjata Api sesuai Peraturan Perundang- Undangan. Bagian Keempat Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Pasal 6 (1) Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia guna meningkatkan kemampuan profesional petugas pengamanan hutan PIHAK PERTAMA yang diselenggarakan oleh PARA PIHAK meliputi: a. Pendidikan dan Pelatihan Pembentukan Poihut; b. Pendidikan dan Pelatihan Pengembangan Poihut; c. Pendidikan dan Pelatihan untuk Pimpinan Poihut; dan d. Pendidikan dan Pelatihan Kemampuan khusus Poihut. j/ A-

8 8 (2) Materi pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai dengan yang berlaku dl PIHAK KEDUA (Peraturan Kapolri tentang Pendidikan dan Pelatihan Kepolisian Khusus). (3) Peningkatan kemampuan Sumber Daya Manusia dalam melaksanakan pengamanan hutan di wilayah PIHAK PERTAMA, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. melaksanakan pembinaan dan pelatihan teknis; b. PIHAK PERTAMA secara berkala dan/atau sesuai kebutuhan mengirimkan anggota personelnya kepada PIHAK KEDUA untuk mengikuti pelatihan guna mendapatkan pengetahuan tentang teknis Kepolisian; dan c. PIHAK KEDUA sesuai dengan kebutuhan dapat mengirimkan anggota personelnya kepada PIHAK PERTAMA untuk mengikuti pelatihan guna mendapatkan pengetahuan tentang prosedur penanganan di bidang kehutanan. Bagian Kelima Sosialisasi Pasal 7 PARA PIHAK bersama-sama melakukan sosialisasi pemahaman Nota Kesepahaman ini dengan sasaran antara lain : a. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. Pegawai Perusahaan Umum (Perum) Kehutanan Negara; c. Aparatur Pemerintah Daerah; dan d. Ste/re/yb/cfe/s lainnya. BAB IV PENANGGUNG 3AWAB Pasal 8 Penanggung Jawab penyelenggaraan Nota Kesepahaman ini, dilaksanakan oleh PARA PIHAK dengan menunjuk wakil-wakilnya sesuai kebutuhan tugas da;^ fungsi masingmasing yaitu:

9 a. PIHAK PERTAMA menunjuk Asisten Direktur Pengelolaan Sumber Daya Hutan dan Lingkungan (Asdir PSDHL) pada tingkat Pusat dan Kepala Unit Perum Perhutani dan jajarannya pada tingkat kewilayahan; dan b. PIHAK KEDUA menunjuk Karo Binopsnal Baharkam Polri pada tingkat Pusat dan Kapolda beserta jajarannya pada tingkat kewilayahan. BABV TINDAK LANJUT Pasal 9 (1) Pelaksanaan Nota Kesepahaman ini akan ditindaklanjuti o eh PARA PIHAK dalam bentuk Pedoman Kerja yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (2) Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun oleh kelompok kerja yang beranggotakan perwakilan dari PARA PIHAK, dengan waktu penyelesaian paling lambat 3 (tiga) bulan setelah penandatanganan Nota Kesepahaman Ini. (3) Dalam hal penyusunan Pedoman Kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah selesai, maka PARA PIHAK segera menyusun konfigurasi standar pengamanan, standar kualitas atau kemampuan dan pedoman Sistem Manajemen Pengamanan. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 10 Biaya yang timbul sebagai akibat dari pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, dibebankan kepada anggaran PARA PIHAK secara proporsional. A -

10 BAB V II KETENTUAN LAIN Pasal 11 (1) Pelaksanaan Nota Kesepahaman ini didasarkan pada tugas pokok dan fungsi serta kewenangan kelembagaan PARA PIHAK sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. (2) Hal-hal yang belum diatur dalam Nota Kesepahaman ini akan diatur dan ditetapkan oleh PARA PIHAK dalam addendum Nota Kesepahaman yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Nota Kesepahaman ini. (3) Apabila dikemudian hari terjadi perbedaan penafsiran dan permasalahan dalam pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, akan diselesaikan oleh PARA PIHAK secara musyawarah untuk mufakat. BAB V III MONITORING DAN EVALUASI Pasal 12 (1) PARA PIHAK melakukan monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan Nota Kesepahaman ini, agar kegiatan-kegiatan yang tercakup di dalamnya dapat berjalan dengan baik dan pelaksanaannya dapat dilakukan minimal tiap 6 (enam) bulan sekali. (2) Monitoring dan Evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal terjadinya kondisi rawan dan sangat rawan disesuaikan dengan kebutuhan. BAB IX JANGKA WAKTU Pasal 13 (1) Nota Kesepahaman ini berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak ditandatangani Nota Kesepahaman ini.

11 t (2) Nota Kesepahaman ini dapat diperpanjang sesuai kesepakatan PARA PIHAK dengan rancangan perpanjangan Nota Kesepahaman diajukan selambatlambatnya 3 (tiga) bulan sebelum Nota Kesepahaman ini berakhir. Nota Kesepahaman ini dapat diakhiri sebelum jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan ketentuan pihak yang bermaksud untuk mengakhiri Nota Kesepahaman ini memberitahukan maksud tersebut pada pihak lainnya selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum keinginan diakhirinya Nota Kesepahaman ini. BABX PENUTUP Pasal 14 Nota Kesepahaman ini dibuat dan ditandatangani pada hari, tanggal, bulan dan tahun sebagaimana disebutkan pada awal Nota Kesepahaman ini, dalam rangkap 2 (dua) asli, masing-masing bermeterai cukup dan mempunyai kekuatan hukum yang sama setelah ditandatangani oleh PARA PIHAK. Demikian Nota Kesepahaman ini dibuat dengan semangat kerja sama yang baik, untuk dipatuhi dan dilaksanakan oleh PARA PIHAK. PIHAK KEDUA, mak PERTAMA, ODIN HAITI POUSI ^ R. Ir. BAMBANG SUKMANANTO, MSc m o