Skala Sikap Perilaku Seks Bebas SELAMAT MENGERJAKAN DAN TERIMA KASIH. No Pernyataan SS S TS STS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Skala Sikap Perilaku Seks Bebas SELAMAT MENGERJAKAN DAN TERIMA KASIH. No Pernyataan SS S TS STS"

Transkripsi

1 LAMPIRAN

2

3 Skala Sikap Perilaku Seks Bebas Petunjuk Mengerjakan Berikut ini terdapat 33 soal. Bacalah setiap pernyataan dengan teliti kemudian pilih satu dari empat jawaban yang disediakan yang paling sesuai dengan diri anda dan berilah tanda ( ) pada salah satu pilihan jawaban. SS : Sangat Setuju, S : Setuju, TS : Tidak Setuju, STS : Sangat Tidak Setuju Dari setiap pilihan tidak ada jawaban SALAH dan BENAR. Anda bebas menentukan pilihan asalkan pilihan jawaban anda sesuai dengan keadaan diri anda dan bukan idealnya atau seharusnya. Setiap soal hanya ada satu jawaban dan jangan sampai ada yang terlewatkan. SELAMAT MENGERJAKAN DAN TERIMA KASIH. No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya tidak melihat ada yang salah dengan hubungan seks sebelum menikah 2. Saya akan menikmati seks dengan pasangan yang berbeda- beda 3. Mencium leher untuk merangsang pasangan sebelum menikah adalah salah satu bagian dari seks bebas 4. Hubungan seks dapat diterima selama dilakukan oleh dua orang yang saling mencintai 5. Melakukan hubungan seks sebelum menikah, tidak boleh dilakukan 6. Berhubungan seks hanya untuk melepaskan hasrat adalah baik-baik saja 7. Saya lebih suka berhubungan seks dengan seseorang yang tidak mencintai saya. 8. Awal mula terjadinya seks bebas adalah dari berciuman bibir 9. Mencium seseorang di depan orang lain adalah hal yang biasa 10. Alat kontrasepsi harus selalu dipakai pada saat berhubungan seks bila anda tidak yakin dengan pasangan anda

4 11. Penggunaan mainan seks saat bercinta tidak apa-apa 12. Masturbasi dapat diterima 13. Meremas-remas alat kelamin pasangan anda saat berpacaran adalah sah-sah saja 14. Sebuah hubungan seksual antara dua orang yang saling mencintai dalam ikatan perkawinan adalah hubungan manusia yang tertinggi 15. Tujuan utama berhubungan seks adalah untuk kenikmatan pribadi saja 16. Banyak sekali kebebasan seksual yang diberikan kepada remaja saat ini 17. Seks sebelum menikah mungkin merupakan tanda sosial yang buruk 18. Hubungan seks hanya disediakan untuk pernikahan 19. Masturbasi dalam melampiaskan hasrat tidak boleh dilakukan 20. Hubungan seks hanya bagi suami istri 21. Hubungan seks harus dilakukan, agar hubungan dengan pacar tetap terjaga 22. Remaja bebas menyalurkan hasrat seksualnya 23. Tanda pergaulan yang semakin buruk adalah banyaknya kasus hamil di luar nikah 24. Berganta-ganti pasangan dalam hubungan seks merupakan suatu kenikmatan tersendiri. 25. Pemakaian alat kontrasepsi dalam melakukan hubungan seks tidak dianjurkan. 26. Melakukan hubungan seks pada masa pacaran adalah suatu hal yang wajar. 27. Saya tidak akan melakukan hubungan seksual sebelum menikah walau banyak remaja yang sudah melakukannya. 28. Seks beresiko tinggi adalah seks dengan bergonta-ganti pasangan. 29. Mencium leher pasangan sebelum menikah adalah hal tidak dianjurkan.

5 30. Banyaknya kasus hamil diluar nikah bukanlah tanda pergaulan yang semakin buruk. 31. Melakukan seks sebelum menikah tidak menjamin hubungan dengan pacar tetap terjaga. 32. Saya akan merasa malu jika melakukan hubungan seks dengan bergonta-ganti pasangan. 33. Seks sebelum menikah bukanlah tanda pergaulan yang buruk.

6 LAMPIRAN 3 SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Topik : Hubungan Seks Bebas dan Dampaknya B. Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman, Pencegahan E. Tujuan Layanan : 1. Siswa mampu menyebutkan pengertian hubungan seks bebas 2. Siswa mampu menyebutkan dampak dari seks bebas F. Sasaran Layanan : Siswa kelas XIIB Perhotelan SMK PELITA Salatiga G. Uraian Kegiatan : TAHAP URAIAN KEGIATAN WAKTU Pembukaan 1. Salam dan perkenalan 7 2. Membina hubungan baik dengan mengajak mengungkapkan tujuan dan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. 3. Memberikan penjelasan tentang bimbingan klasikal dan memberikan penjelasan mengapa kegiatan ini perlu dilakukan. Peralihan 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh dalam pertemuan ini. 2. Menawarkan dan mengamati apakah siswa sudah siap menjalani kegiatan ini. 8

7 Kegiatan Inti Penutup 1. Memberikan informasi mengenai pengertian hubungan seks bebas. 2. Memberikan informasi tentang dampak seks bebas bagi remaja khususnya remaja perempuan. 3. Peneliti mengajak siswa untuk mendiskusikan hubungan seks bebas di kalangan remaja. 4. Siswa diminta menjelaskan hasil diskusi. 5. Peneliti menyimpulkan hasil kegiatan dan diskusi tentang hubungan seks bebas. 1. Evaluasi Refleksi hasil : tiap siswa menulis di kertas yang sudah disediakan tentang pengalaman mengikuti layanan dan kesan-kesan yang telah diperoleh dalam mengikuti diskusi. 2. Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan diakhiri dengan mengucapkan salam H. Materi : Hubungan Seks Bebas dan Dampaknya I. Metode : Ceramah, Diskusi J. Waktu dan Tanggal : 1x45 menit,6 September 2011 K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas XIIB Perhotelan L. Penyelenggara Layanan : Peneliti M. Pihak yang Disertakan : Guru BK N. Alat dan Perlengkapan : Materi keterampilan sosial, Laptop dan LCD.

8 O. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut: 1. Penilaian Proses : Menilai kesungguhan siswa saat mengikuti kegiatan di dalam kelas. 2. Penilaian Hasil : Laiseg : memberi pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap hubungan seks bebas dan dampaknya 3. Tindak Lanjut : Melakukan bimbingan kelompok, konseling perorangan bagi siswa yang membutuhkan atau siswa yang mempunyai masalah dengan materi layanan Mengetahui Salatiga, 6 September 2011 Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

9 LAMPIRAN 4 HUBUNGAN SEKS BEBAS DAN DAMPAKNYA Seks bebas adalah perilaku dan aktifitas fisik seseorang yang didorong oleh hasrat seksual dan menggunakan tubuh untuk mengekspresikan perasaan erotik yang dilakukan sendiri maupun melibatkan orang lain di luar ikatan pernikahan. Bentuk-bentuk perilaku seksual pranikah dapat diuraikan sebagai berikut: 11. Bersentuhan, misalnya menyentuh jari atau tangan, berpegangan tangan. 12. Memeluk, misalnya memeluk bahu serta tubuh pasangan lebih didekatkan memeluk pinggang tubuh pasangan lebih dirapatkan. 13. Berciuman, misalnya cium pipi dan dahi, cium bibir secara singkat, cium bibir secara intens dan lama. 14. Saling meraba, misalnya meraba atau diraba payudara baik diluar maupun didalam pakaian, saling menempelkan alat kelamin baik menggunakan pembatas pakaian maupun tidak menggunakan pembatas pakaian, menggesek-gesekkan alat kelamin. 15. Bersenggama yaitu masuknya penis kedalam vagina yang kemudian memberikan rangsangan hingga keduanya mencapai orgasme. Ada sebagian kalangan menganggap bahwa perilaku seks bebas terpisah dari ukuran moral; artinya sah-sah saja sepanjang dilakukan atas dasar kebutuhan bersama. Khusus dalam pergaulan lawan jenis pada lingkungan bebas norma dan rendahnya kontrol sosial, cenderung mengundang hasrat dan kebutuhan seks serta menerapkannya secara bebas. Bagi kalangan remaja, seks merupakan indikasi kedewasaan yang normal, bila remaja tidak cukup mengetahui secara utuh tentang rahasia dan fungsi seks, maka wajar kalau remaja menafsirkan seks semata-mata sebagai tempat pelampiasan birahi, dan tidak peduli dengan resiko.

10 Bahaya perilaku seks bebas Menurut Dianawati (2006) mengemukakan resiko hubungan seks pranikah remaja meliputi : d. Kehamilan yang beresiko Seorang remaj yang melakukan perilaku seks sampai pada hubungan seks dapat mengalami kehamilan. Masa remaja atau masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki-laki. Ketika sudah mengalami menstruasi maka perempuan sudah siap untuk dibuahi dan pada laki-laki yang telah mengalami mimpi basah akan menghasilkan sperma yang siap untuk membuahi. Maka dari itu, remaja telah mampu bereproduksi walaupun belum mampu bertanggung jawab sepenuhnya. Kehamilan usia remaja dapat menyebabkan cacat fisik maupun mental bahkan sampai pada kematian baik itu bayi maupun ibunya. e. Aborsi Aborsi adalah tindakan untuk mengakhiri masa kehamilan yang tidak dikehendaki. Apabila aborsi dilakukan sembarangan dapat membahayakan jiwa seseorang karena dari aborsi yang salah dapat menyebabkan infeksi yang disertai pendarahan bahkan kematian. Efek lain dari aborsi adalah timbulnya trauma, sedih dan perasaan bersalah dari dalam diri individu. f. Terkena penyakit menular seksual (PMS) Dari aktivitas seksual yang tidak sehat dapat memunculkan penyakit menular seks yang sangat berbahaya. PMS dapat dengan mudah menular melalui hubungan seksual, terutama pada pasangan yang telah terinfeksi PMS sebelumnya. Pengobatannyapun untuk setiap jenis penyakit yang sering dikenal yaitu HIV/AIDS sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkannya.

11 DAMPAK BAGI WANITA Berikut macam kerugian kaum hawa akibat pergaulan yang menganut sex bebas. Wanita yang menjadi korban perlakuan sex bebas berbeda dengan wanita yang melakukan sex atas dasar suka-sama-suka. Di penjelasan ini kerugian lebih mengarah kepada wanita yang senang mengumbar dasar suka-sama-suka, dan para ABG yang notabene masih bersifat labil. 1.Kehormatan Wanita yang melakukan sex tanpa ikatan resmi pernikahan sudah telah menjatuhkan dirinya sendiri. Kehormatan yang ada padanya hilang seketika saat itu. Karena pria yang berhubungan dengannya sejak awal tidak pernah menghormatinya sebagai orang yang pantas dihargai. Sering pihak wanita tidak sadar, bahwa pasangannya itu sebenarnya tidak pernah menghormatinya. Buktinya?Berani menyentuh dan melakukan sex bebas. 2.Kesucian yang Tak Ternilai Tidak bisa lagi mengembalikan sebuah kesucian yang asli dari Tuhan. Jelas lah bahwa dalam sex bebas, wanita menjadi penikmat saja bagi pasangannya. Karena apa?saat itu akal pikiran dan hati tidak bisa digunakan lagi. Nafsu setan terus menerus berkoar-koar kepada wanita dan pasangannya. Kesucian yang harusnya dihormati dan hanya untuk suami yang sah pun sudah tidak dihiraukan lagi. 3. Hilang Akal Sehat Bukan berarti gila. Kerugian di sini mengarah pada seorang wanita yang kemudian menyesal, marah, kecewa, menangis karena perbuatan yang dilakukannya. Dia sadar semua hal-hal berharga dalam dirinya sebagai seorang wanita sudah mati. Akal sehat tidak seimbang dengan perasaan. Akibat bisa bunuh diri, kalau tidak pun akan menjadi kan dia pribadi tidak berkualitas.

12 4. Jatuhnya Martabat Keluarga Apa yang dilakukan seorang putri akan berakibat pula pada keluarganya, terutama orangtua. Orangtua juga ikut menanggung malu dan bersalah karena tidak bisa mendidik keluarga dengan benar. Di mata masyarakat, orangtua bisa dipandang rendah oleh orang-orang. Benar-benar sex bebas begitu merugikan bukan?

13 LAMPIRAN 5 LAPORAN PELAKSANAAN EVALUASI (PENILAIAN) DAN TINDAK LANJUT SATUAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING A. Topik : Hubungan seks bebas dan dampaknya B. Spesifikasi Kegiatan 1. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 2. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal 3. Fungsi Layanan : Pencegahan 4. Sasaran Layanan : Siswa kelas XII B Perhotelan SMK PELITA C. Pelaksanaan Layanan 1. Waktu : 45 menit 2. Hari/Tanggal : 6 September Tempat : Ruang kelas XIIB Perhotelan 4. Deskripsi dan Layanan Komentar pelaksanaan Layanan Kegiatan ini merupakan kegiatan pertama dalam pemberian layanan. Penulis lebih menekankan pada pemberian rapport/pembinaan agar antara penulis dan siswa menjalin keakraban. Setelah terjalin keakraban maka penekanan pada materi atau topik yang akan diberikan penulis yaitu topik mengenai hubungan seks bebas dan dampaknya.penulis menarik empati siswa agar mereka dapat bersikap bijaksana terhadap hubungan seks bebas dan dampaknya. Siswa dapat merasakan resiko hubungan seks bebas.

14 D. Evaluasi (Penilaian) 1. Penilaian Proses Untuk kegiatan pertama ini penulis lebih menjalin keakraban dan menarik empati siswa terhadap materi hubungan seks bebas. Pada saat kegiatan siswa tampak berlaku aktif dalam menanggapi materi yang diberikan oleh penulis. Siswa aktif dan bisa merasakan bahaya dari hubungan seks bebas. 2. Penilaian Hasil Kegiatan pertama dapat dikatakan berhasil karena siswa berlaku aktif dan tujuan dari layananpun tercapai karena berdasarkan jawaban tertulis siswa, siswa dapat menyikapi hubungan seks bebas dan dampaknya. E. Analisis Hasil penilaian 1. Cara-cara analisis hasil penilaian sikap siswa Untuk mengetahui sikap siswa terhadap hubungan seks bebas, penulis memberikan pertanyaan langsung dan tertulis kepada siswa dan hasilnya dapat diketahui bahwa sikap siswa terhadap hubungan seks bebas, bijaksana. 2. Pengungkapan gejala penilaian perilaku anggota Selama kegiatan bimbingan klasikal ini siswa aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan.

15 Salatiga, 6 September 2011 Mengetahui Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

16 Lembar Observasi (Untuk Penilaian Proses) No Aspek yang diobservasi 1 Antusias siswa 2 Partisipasi siswa 3 Aktivitas siswa 4 Respon siswa 5 Atensi siswa 6 Kelancaran layanan 7 Suasana pelaksanaan Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik

17 Lampiran Instrumen Evaluasi LEMBAR REFLEKSI DIRI Nama Siswa :... No. Absen :... Kelas :... Tulis pengalaman yang Anda peroleh dalam mengikuti kegiatan sebagai berikut : 1. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan hubungan seks bebas? 2. Sebutkan dampak dari seks bebas? 3. Apa kesan kesan Anda setelah mengikuti kegiatan tersebut? 4. Apakah Anda mendapatkan masukan dari hasil diskusi dengan teman lain? Sebutkan manfaatnya!

18 LAMPIRAN 6 SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Topik : Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi B. Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman, Pencegahan E. Tujuan Layanan : 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian alat kontrasepsi 2. Siswa mampu menyebutkan macam-macam contoh alat kontrasepsi. 3. Siswa mampu memahami kelemahan dan kelebihan alat kontrsepsi. F. Sasaran Layanan : Siswa kelas XIIB Perhotelan SMK PELITA Salatiga G. Uraian Kegiatan : TAHAP URAIAN KEGIATAN WAKTU Pembukaan 1. Salam 7 2. Membina hubungan baik dengan mengajak mengungkapkan tujuan dan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Peralihan 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh dalam pertemuan ini. 2. Menawarkan dan mengamati apakah siswa sudah siap menjalani kegiatan ini. 8 Kegiatan 1. Peneliti memberikan informasi mengenai 20 Inti pengertian alat kontrasepsi.

19 Penutup 2. Peneliti memberikan informasi tentang macam-macam alat kontrasepsi beserta kelebihan dan kekurangannya. 3. Peneliti mengajak siswa untuk mendiskusikan alat kontrasepsi yang mereka ketahui beserta kelebihan dan kekurangannya. 4. Siswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi. 5. Peneliti menyimpulkan hasil kegiatan dan diskusi tentang alat kontrasepsi. 1. Evaluasi Refleksi hasil : tiap siswa menulis di kertas yang sudah disediakan tentang pengalaman mengikuti layanan dan kesan-kesan yang telah diperoleh dalam mengikuti diskusi. 2. Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan diakhiri dengan mengucapkan salam 10 H. Materi : Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi I. Metode : Ceramah, Diskusi, dan Tanya Jawab J. Waktu dan Tanggal : 1x45 menit, 8 September 2011 K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas XIIB Perhotelan L. Penyelenggara Layanan : Peneliti M. Pihak yang Disertakan : Guru BK N. Alat dan Perlengkapan : Materi, LCD, Labtop O. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut 1. Penilaian Proses : mengamati kesungguhan siswa saat mengikuti layanan

20 2. Penilaian Hasil : Laiseg : memberi pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap jenis-jenis alat kontrasepsi 3. Tindak Lanjut : Melakukan bimbingan kelompok, konseling perorangan bagi siswa yang membutuhkan atau siswa yang mempunyai masalah dengan materi layanan. Mengetahui Salatiga, 8 September 2011 Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

21 LAMPIRAN 7 JENIS-JENIS ALAT KONTRASEPSI Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah/menghalangi dan konsepsi yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma. Kontrasepsi dapat menggunakan berbagai macam cara, baik dengan menggunakan hormon, alat ataupun melalui prosedur operasi. Tingkat efektivitas dari kontrasepsi tergantung dari usia, frekuensi melakukan hubungan seksual dan yang terutama apakah menggunakan kontrasepsi tersebut secara benar. Banyak metode kontrasepsi yang memberikan tingkat efektivitas hingga 99 % jika digunakan secara tepat. Jenis kontrasepsi yang ada saat ini adalah : kondom (pria atau wanita), pil (baik yang kombinasi atau hanya progestogen saja), implan/susuk, suntik, patch/koyo kontrasepsi, diafragma dan cap, IUD dan IUS, serta vasektomi dan tubektomi. Jenis-jenis kontrasepsi Yang dibahas disini adalah jenis kontrasepsi yang banyak digunakan di Indonesia, yaitu : 1. Kondom Kondom merupakan jenis kontrasepsi penghalang mekanik. Kondom mencegah kehamilan dan infeksi penyakit kelamin dengan cara menghentikan sperma untuk masuk ke dalam vagina. Kondom pria dapat terbuat dari bahan latex (karet), polyurethane (plastik), sedangkan kondom wanita terbuat dari polyurethane. Pasangan yang mempunyai alergi terhadap latex dapat menggunakan kondom yang terbuat dari polyurethane. Efektivitas kondom pria antara % sedangkan efektivitas kondom wanita antara %. Harap

22 diperhatikan bahwa kondom pria dan wanita sebaiknya jangan digunakan secara bersamaan. 2. Suntik Suntikan kontrasepsi diberikan setiap 3 bulan sekali. Suntikan kontrasepsi mengandung hormon progestogen yang menyerupai hormon progesterone yang diproduksi oleh wanita selama 2 minggu pada setiap awal siklus menstruasi. Hormon tersebut mencegah wanita untuk melepaskan sel telur sehingga memberikan efek kontrasepsi. Banyak klinik kesehatan yang menyarankan penggunaan kondom pada minggu pertama saat suntik kontrasepsi. Sekitar 3 dari 100 orang yang menggunakan kontrasepsi suntik dapat mengalami kehamilan pada tahun pertama pemakaiannya. 3. Implan Implan atau susuk kontrasepsi merupakan alat kontrasepsi yang berbentuk batang dengan panjang sekitar 4 cm yang di dalamnya terdapat hormon progestogen, implan ini kemudian dimasukkan ke dalam kulit di bagian lengan atas. Hormon tersebut kemudian akan dilepaskan secara perlahan dan implan ini dapat efektif sebagai alat kontrasepsi selama 3 tahun. Sama seperti pada kontrasepsi suntik, maka disarankan penggunaan kondom untuk minggu pertama sejak pemasangan implan kontrasepsi tersebut. 4. IUD & IUS IUD (intra uterine device) merupakan alat kecil berbentuk seperti huruf T yang lentur dan diletakkan di dalam rahim untuk mencegah kehamilan, efek kontrasepsi didapatkan dari lilitan tembaga yang ada di badan IUD. IUD merupakan salah satu kontrasepsi yang paling banyak digunakan di dunia. Efektivitas IUD sangat tinggi sekitar 99,2-99,9 %, tetapi IUD tidak memberikan

23 perlindungan bagi penularan penyakit menular seksual (PMS). Saat ini sudah ada modifikasi lain dari IUD yang disebut dengan IUS (intra uterine system), bila pada IUD efek kontrasepsi berasal dari lilitan tembaga dan dapat efektif selama 12 tahun maka pada IUS efek kontrasepsi didapat melalui pelepasan hormon progestogen dan efektif selama 5 tahun. Baik IUD dan IUS mempunyai benang plastik yang menempel pada bagian bawah alat, benang tersebut dapat teraba oleh jari didalam vagina tetapi tidak terlihat dari luar vagina. Disarankan untuk memeriksa keberadaan benang tersebut setiap habis menstruasi supaya posisi IUD dapat diketahui. 5. Pil Kontrasepsi Pil kontrasepsi dapat berupa pil kombinasi (berisi hormon estrogen & progestogen) ataupun hanya berisi progestogen saja. Pil kontrasepsi bekerja dengan cara mencegah terjadinya ovulasi dan mencegah terjadinya penebalan dinding rahim. Apabila pil kontrasepsi ini digunakan secara tepat maka angka kejadian kehamilannya hanya 3 dari 1000 wanita. Disarankan penggunaan kontrasepsi lain (kondom) pada minggu pertama pemakaian pil kontrasepsi. Kelebihan & kekurangan dari masing-masing alat kontrasepsi Setiap metode kontrasepsi pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masingmasing, berikut kelebihan dan kekurangan dari metode kontrasepsi yang telah disebutkan diatas : No Jenis Kontrasepsi Kelebihan Kekurangan 1. Kondom Bila digunakan secara tepat maka kondom dapat digunakan untuk Kekurarngan penggunaan kondom memerlukan latihan dan tidak efisien

24 mencegah kehamilan dan penularan penyakit menular seksual (PMS) Kondom tidak mempengaruhi kesuburan jika digunakan dalam jangka panjang Kondom mudah didapat dan tersedia dengan harga yang terjangkau Karena sangat tipis maka kondom mudah robek bila tidak digunakan atau disimpan sesuai aturan Beberapa pria tidak dapat mempertahankan ereksinya saat menggunakan kondom. Setelah terjadi ejakulasi, pria harus menarik penisnya dari vagina, bila tidak, dapat terjadi resiko kehamilan atau penularan penyakit menular seksual. Kondom yang terbuat dari latex dapat menimbulkan alergi bagi beberapa orang. 2. Suntik Kontrasepsi Dapat digunakan oleh ibu yang menyusui. Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan Dapat mempengaruhi siklus mentruasi. Kekurangan suntik kontrasepsi /kb suntik dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita.

25 hubungan seksual. Darah menstruasi menjadi lebih sedikit dan membantu mengatasi kram saat menstruasi. Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. Harus mengunjungi dokter/klinik setiap 3 bulan sekali untuk mendapatkan suntikan berikutnya. 3. Implan/Susuk Kontrasepsi Dapat mencegah terjadinya kehamilan dalam jangka waktu 3 tahun. Sama seperti suntik, dapat digunakan oleh wanita yang menyusui. Tidak perlu dikonsumsi setiap hari atau dipakai sebelum melakukan hubungan seksual. Sama seperti kekurangan kontrasepsi suntik, Implan/Susuk dapat mempengaruhi siklus mentruasi. Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. Dapat menyebabkan kenaikan berat badan pada beberapa wanita. 4. IUD/IUS Merupakan metode kontrasepsi yang sangat efektif. Bagi wanita yang tidak tahan terhadap Pada 4 bulan pertama pemakaian dapat terjadi resiko infeksi. Kekurangan IUD/IUS alatnya dapat keluar

26 hormon dapat menggunakan IUD dengan lilitan tembaga. IUS dapat membuat menstruasi menjadi lebih sedikit (sesuai untuk yang sering mengalami menstruasi hebat). tanpa disadari. Tembaga pada IUD dapat meningkatkan darah menstruasi dan kram menstruasi. Walaupun jarang terjadi, IUD/IUS dapat menancap ke dalam rahim. 5. Pil Kontrasepsi/kb Mengurangi resiko terkena kanker rahim dan kanker endometrium. Mengurangi darah menstruasi dan kram saat menstruasi. Dapat mengontrol waktu untuk terjadinya menstruasi. Untuk pil tertentu dapat mengurangi timbulnya jerawat ataupun hirsutism (rambut tumbuh Tidak melindungi terhadap penyakit menular seksual. Harus rutin diminum setiap hari. Saat pertama pemakaian dapat timbul pusing dan spotting. Efek samping yang mungkin dirasakan adalah sakit kepala, depresi, letih, perubahan mood dan menurunnya nafsu seksual. Kekurangan Untuk pil kb tertentu harganya bisa mahal dan

27 menyerupai pria). memerlukan resep dokter untuk pembeliannya. Selain jenis kontrasepsi di atas, terdapat juga metode kontrasepsi yang tidak menggunakan alat apapun yang biasa disebut dengan KB alami, yang dapat dilihat pada artikel selanjutnya.

28 LAMPIRAN 8 LAPORAN PELAKSANAAN EVALUASI (PENILAIAN) DAN TINDAK LANJUT SATUAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING A. Topik : Jenis-Jenis Alat Kontrasepsi B. Spesifikasi Kegiatan 1. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 2. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal 3. Fungsi Layanan : Pencegahan 4. Sasaran Layanan : Siswa kelas XII B Perhotelan SMK PELITA C. Pelaksanaan Layanan 1. Waktu : 45 menit 2. Hari/Tanggal : 8 September Tempat : Ruang kelas XIIB Perhotelan 4. Deskripsi dan Layanan Komentar pelaksanaan Layanan Kegiatan ini merupakan kegiatan merupakan kegiatan yang kedua. Pada pertemuan kedua ini siswa sudah mulai mau membuka diri. Kegiatan diawali dengan member pertanyaan kepada siswa tentang alat kontrasepsi yang mereka ketahui. Dari beberapa alat kontrasepsi siswa hanya lebih mengetahui tentang kondom. Siswa sangat antusias ketika penulis menyampaikan materi. Dalam mengikuti layanan, siswa tidak sungkan untuk bertanya tentang alat kontrasepasi. Siswa dapat mengerti bahwa dari sekian banyak alat

29 kontarasepsi masing-masing mempunyai kelemahan dan kekurangannya. Dan alat kontrasepsi masih dapat menularkan penyakit menular seksual. D. Evaluasi (Penilaian) 1. Penilaian Proses Untuk kegiatan kedua ini penulis sudah bisa menjalin keakraban dan menarik empati siswa terhadap materi Jenis-jenis alat kontrasepsi. Pada saat kegiatan siswa tampak berlaku aktif dalam menanggapi materi yang diberikan oleh penulis. Siswa aktif dan bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan jenis-jenis alat kontrasepsi. 2. Penilaian Hasil Kegiatan kedua dapat dikatakan berhasil karena siswa berlaku aktif dan tujuan dari layananpun tercapai karena berdasarkan jawaban tertulis siswa, siswa dapat mengetahui jenis-jenis alat kontrasepsi. E. Analisis Hasil penilaian 1. Cara-cara analisis hasil penilaian sikap siswa Untuk mengetahui sikap siswa terhadap jenis-jenis alat kontrasepsi, penulis memberikan pertanyaan langsung dan tertulis kepada siswa dan dari hasil yang didapat siswa menunjukkan sikap bijaksana terhadap jenis-jenis alat kontrasepsi. 2. Pengungkapan gejala penilaian perilaku anggota

30 Selama kegiatan bimbingan klasikal ini siswa aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan. Salatiga, 8 September 2011 Mengetahui Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

31 Lembar Observasi (Untuk Penilaian Proses) No Aspek yang diobservasi 1 Antusias siswa 2 Partisipasi siswa 3 Aktivitas siswa 4 Respon siswa 5 Atensi siswa 6 Kelancaran layanan 7 Suasana pelaksanaan Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik

32 Lampiran Instrumen Evaluasi LEMBAR REFLEKSI DIRI Nama Siswa :... No. Absen :... Kelas :... Tulis pengalaman yang Anda peroleh dalam mengikuti kegiatan sebagai berikut : 1. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan alat kontrasepsi? 2. Sebutkan macam-macam alat kontrasepi beserta kelabihan dan kekurangannya? 3. Apa kesan kesan Anda setelah mengikuti kegiatan tersebut? 4. Apakah Anda mendapatkan masukan dari hasil diskusi dengan teman lain? Sebutkan manfaatnya!

33 LAMPIRAN 9 SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING B. Topik : Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjadinya Seks Bebas C. Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial D. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal E. Fungsi Bimbingan : Pemahaman, Pencegahan F. Tujuan Layanan : 1. Siswa mampu memahami faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas. 2. Siswa mampu menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas. 3. Siswa mampu mempraktekkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas G. Sasaran Layanan : Siswa kelas XIIB Perhotelan SMK PELITA Salatiga H. Uraian Kegiatan : TAHAP URAIAN KEGIATAN WAKTU Pembukaan 1. Salam 7 2. Membina hubungan baik dengan mengajak mengungkapkan tujuan dan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Peralihan 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh dalam pertemuan ini. 2. Menawarkan dan mengamati apakah siswa 8

34 Kegiatan Inti Penutup sudah siap menjalani kegiatan ini. 1. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya seks bebas. 2. Peneliti mengajak siswa untuk memainkan peran dan membagi dalam tiga kelompok. 3. Bersama-sama menentukan topik yang akan dimainkan. 4. Masing masing siswa diminta memperhatikan permainan peran yang dimainkan oleh kelompok lain. 5. Peneliti dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil kegiatan dan permainan peran tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjedinya seks bebas. 1. Evaluasi Refleksi hasil : tiap siswa menulis di kertas yang sudah disediakan tentang pengalaman mengikuti layanan dan kesan-kesan yang telah diperoleh dalam memainkan peran. 2. Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan diakhiri dengan mengucapkan salam I. Materi : Faktor-Faktor yang Menyebabkan Terjedinya Hubungan Seks Bebas J. Metode : Ceramah dan permainan peran K. Waktu dan Tanggal : 3x45 menit, 13, 15, 20 September 2011 L. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas XIIB Perhotelan M. Penyelenggara Layanan : Peneliti

35 N. Pihak yang Disertakan : Guru BK O. Alat dan Perlengkapan : Materi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Hubungan Seks Bebas, LCD, Laptop P. Pencana Penilaian dan Tindak Lanjut 1. Penilaian Proses : Mengamati partisipasi siswa dalam proses permainan peran. 2. Penilaian Hasil : Laiseg : memberi pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan seks bebas. 3. Tindak Lanjut : Melakukan bimbingan kelompok, konseling perorangan bagi siswa yang membutuhkan atau siswa yang mempunyai masalah dengan materi layanan Mengetahui Salatiga, 13 September 2011 Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

36 LAMPIRAN 10 FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA HUBUNGAN SEKS BEBAS Seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh pasangan tanpa ikatan perkawinan. Perilaku seks pranikah itu merupakan kecenderungan remaja untuk melakukan hal-hal yang makin dalam untuk melibatkan dirinya dalam hubungan fisik antar remaja yang berlainan jenis. Faktor yang mempengeruhi sikap remaja terhadap perilaku seks bebas 1. Gagalnya sosialisasi norma-norma dalam keluarga, terutama kayakinan agama dan moralitas Ada orang tua yang menganggap tabu membicarakan tentang seks dengan anakanaknya sehingga orang tua hanya sedikit mengajarkan norma-norma tentang seks kepada para remaja. Akibatnya, para remaja hanya sedikit tau tentang norma-norma yang ada sehingga remaja dapat melanggar norma-norma yang ada. Orang tua tidak mengajarkan pendidikan agama kepada para remaja sejak kecil dapat menyebabkan kurangnya pemahaman agama dan kurang dekat dengan Tuhan sehingga melakukan hubungan seks bebas tanpa ada rasa takut kepada Tuhan. Kepercayaan terhadapa agama sangat berpengaruh dalam perilaku seseorang. Remaja yang memiliki iman yang tinggi cenderung menjauhkan diri dari perilaku hubungan seks bebas. 2. Semakan terbukanya peluang pergaukan babas Pergaulan remaja sekarang ini semakin bebas, didukung dengan peluang yang ada. Remaja yang kurang mendapatkan perhatian atau kontrol dari kedua orang tua akan semakin mudah untuk melakukan pergaulan bebas dan remaja dapat dengan mudahnya melakukan hubungan seks bebas tenpa mendapat larangan dari orang tua.

37 3. Kekosongan aktivitas fisik dan kognitif dalam kehidupan sehati-hari Remaja yang tidak dapat memanfaatkan waktu luang dengan baik, cenderung melakukan aktivitas-aktivitas yang kurang berguana. Kekosongan aktivitas dapat membuat remaja memikirkan hal-hal yang negatif dan berusaha mencari kesenangan dan kepuasan dalam dirinya, seperti melakukan masturbasi, onani dan melamun. Remaja yang melakukan aktiviitas yang padat, kecil kemungkinan mempunyai kesempatan berpikir yang negatif atau melakukan perilaku seks bebas. 4. Kepekaan penyerapan dan penghayatan terhadap struktur pergaulan bebas dan seks bebas relatif tinggi Masa remaja merupakan masa seseorang mudah menerima sesuatu yang baru atau belum diketahui termasuk tentang seks bebas. Berawal dari rasa penasaran yang dimiliki oleh remaja, remaja mudah melakukan perilaku seks bebas tanpa memikirkan resiko yangg akan dialami. Para remaja cenderung lebih mengikuti rasa penasaran untuk coba-coba dibandingkan dengan rasa penasaran terhadap resiko yang akan terjadi. 5. Rendahnya kepedulian dan kontrol sosial masyarakat Sebagian masyarakat hanya diam saat melihat remaja berpacaran dan berciuman di depan rumah. Rendahnya kontrol sosial dari masyarakat mengakibatkan sebagian remaja merasa bebas berperilaku seks bebas karena para remaja menganggap masyarakat tidak akan menegur atau melarangnya. 6. Banyaknya media yang mempertontonkan seks bebas Banyaknya media yang memperlihatkan atau mempromosikan hubungan seks. Para remaja juga dengan mudah mendapatkannya. Remaja dapat melalui internet, majalah, VCD, atau HP. Remaja cukup membuka situs porno di internet dan remaja akan mendapatkan banyak gambar dan video perilaku seks di situs porno.

38 7. Adanya kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan Adanya alat kontrasepsi yang dijual secara umum, mulai dari kondom, pil KB, dan alatkontrasepsi lainnya yang dapat dengan mudah didapatkan oleh para remaja di apotek dan toko. Para penjual dengan mudahnya menjual alat kontrasepsi tersebut kesemua orang tanpa memandang usia pembeli atau pemakai. Para remaja menganggap hubungan seks aman-aman saja dilakukan selama remaja dengan mudah memperoleh alat kontrasepsi dan memperkecil resiko kehamilan. 8. Rendahnya pengetahuan tentang kesehatan dan resiko penyakit berbahaya Kurangnya pengetahuan dan informasi dikalangan remaja mengenai bahaya hubungan seks pranikah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan seks pranikah. Para remaja baru tahu bahaya melakukan hubungan seks pranikah adalah kehamilan diluar nikah, tanpa meikirkan bahaya yang lain seperti PMS, HIV dan kanker mulut rahim. Remaja yang memiliki pengetahuan yang rendah mengenai bahaya hubungan seks pranikah memiliki kemungkinan besar melakukan hubungan seks pranikah. 9. Sikap dan busana yang mengundang hasrat seks Remaja wanita cenderung menggunakan pakaian yang kurang pantas digunakan dalam kesehariannya, termasuk waktu berpacaran. Baju yang minim akan mengundang remaja laki-laki ingin melakukan hal yang tidak boleh dilakukan. Sebagian para lelaki merasa senang dengan wanita yang menggunakan baju yang mempertontonkan bagian tubuh yang tidak boleh diperlihatkan, melihat bagian tubuh wanita yang jarang dilihat mengundang nafsu birahi para remaja laki-laki dan ingin melakukan hubungan seks bersama dengan pasangannya.

39 10. Tersedianya lokalisasi atau lagalitas pekerja seks Para remaja dapat dengan mudah memperoleh pasangan untuk melakuakan hubungan seks di tempat-tempat yang menyediakan para pekerja seks. Para remaja hanya tinggal mengeluarkan uang untuk membayar para pekerja seks dan dengan mudah mendapatkan kepuasan seks. Sampai sekarang tempat lokalisasi dapat dikunjungi oleh siapapun, dan dari kelangan usia berapapun asal dapat membayar para pekerja seks tersebut. Keadaan demikian memberi peluang remaja dengan mudah melampiaskan hasrat seksualnya.

40 LAMPIRAN 11 LAPORAN PELAKSANAAN EVALUASI (PENILAIAN) DAN TINDAK LANJUT SATUAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING A. Topik : Faktor-Faktor yang Menyebabkan TerjadinyaHubungan Seks Bebas B. Spesifikasi Kegiatan 1. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 2. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal 3. Fungsi Layanan : Pencegahan 4. Sasaran Layanan : Siswa kelas XII B Perhotelan SMK PELITA C. Pelaksanaan Layanan 1. Waktu : 3 x 45 menit 2. Hari/Tanggal : 13, 15,20 September Tempat : Ruang kelas XIIB Perhotelan 4. Deskripsi dan Layanan Komentar pelaksanaan Layanan Dalam pembahasan topik ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama, penulis menyampaikan topik tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan seks bebas. Siswa sangat berantusias dalam mengikuti layanan. Dalam pertemuan kali ini siswa lebih banyak bertanya. Pertemuan kedua, metode yang digunakan yaitu permainan peran. Sebelumnya penulis membagi terlebih dahulu siswa menjadi tiga kelompok.

41 Cerita yang mereka mainkan adalah topik yang sudah dibahas dalam pertemuan sebelumnya. Untuk giliran pertama yaitu kelompok dua dengan tema kemudahan dalam mengantisipasi resiko kehamilan. Anggota kelompok masih malu dan belum bisa memghayati peran. Siswa yang lain sangat berantusias dalam menyimak jalannya cerita. Untuk pertemuan ketiga meneruskan permainan peran. Untuk pertemuan ketiga yang memainkan peran kelompok satu dan tiga. Berbeda dengan kelompok dua, mereka sudah lebih matang mempersiapkan segala sesuatunya. Mereka lebih percaya diri dan memahami peran mereka. Kemudian bersama-sama menarik kesimpulan dari permainan peran yang sudah dimainkan. D. Evaluasi (Penilaian) 1. Penilaian Proses Untuk kegiatan ini penulis lebih mengajak siswa untuk dapat merasakan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan seks bebas. Pada saat kegiatan siswa tampak berlaku aktif dalam menanggapi materi yang diberikan oleh penulis dan memainkan perannya masing-masing. Siswa aktif dan bisa merasakan Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan seks bebas.

42 2. Penilaian Hasil Kegiatan ini dapat dikatakan berhasil karena siswa berlaku aktif dan tujuan dari layananpun tercapai karena berdasarkan jawaban tertulis siswa, siswa dapat menyikapi faktor-faktor yang menyebabkan hubungan seks bebas. E. Analisis Hasil penilaian 1. Cara-cara analisis hasil penilaian sikap siswa Untuk mengetahui sikap siswa terhadap faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan seks bebas, penulis memberikan pertanyaan langsung dan tertulis kepada siswa dan melakukan pengamatan selama siswa mengikuti kegiatan terlebih saat memainkan peran. 2. Pengungkapan gejala penilaian perilaku anggota Selama kegiatan bimbingan klasikal ini siswa sangat aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan. Mengetahui Salatiga, 20 September 2011 Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

43 Lembar Observasi (Untuk Penilaian Proses) No Aspek yang diobservasi 1 Antusias siswa 2 Partisipasi siswa 3 Aktivitas siswa 4 Respon siswa 5 Atensi siswa 6 Kelancaran layanan 7 Suasana pelaksanaan Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik

44 Lampiran Instrumen Evaluasi LEMBAR REFLEKSI DIRI Nama Siswa :... No. Absen :... Kelas :... Tulis pengalaman yang Anda peroleh dalam mengikuti kegiatan sebagai berikut : 1. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan seks bebas? 2. Menurut anda faktor mana yang paling menyebabkan terjadinya hubungan seks bebas? 3. Bagaimana perasaan anda setelah melakukan kegiatan permainan peran? 4. Apa kesan kesan Anda setelah mengikuti kegiatan tersebut? 5. Apakah Anda mendapatkan masukan dari hasil diskusi dengan teman lain? Sebutkan manfaatnya!

45 LAMPIRAN 12 SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Topik : Ciuman Dalam Seks Bebas B. Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman, Pencegahan E. Tujuan Layanan : 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian ciuman 2. Siswa mampu menyebutkan macam-macam ciuman dalam seks bebas F. Sasaran Layanan : Siswa kelas XIIB Perhotelan G. Uraian Kegiatan : TAHAP URAIAN KEGIATAN WAKTU Pembukaan 1. Salam 7 2. Membina hubungan baik dengan mengajak mengungkapkan tujuan dan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Peralihan 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh dalam pertemuan ini. 2. Menawarkan dan mengamati apakah siswa sudah siap menjalani kegiatan ini. 8 Kegiatan 1. Memberikan informasi mengenai ciuman 20 Inti dalam seks bebas. 2. Meminta siswa untuk menyebutkan contoh ciuman dalam seks bebas

46 Penutup 3. Siswa diminta untuk mendiskusikan tentang ada tidaknya bahaya dalam ciuman. 4. Siswa diminta membahas hasil diskusi. 5. Peneliti menyimpulkan hasil kegiatan dan materi tentang ada tidaknya bahaya dalam ciuman. 1. Evaluasi Refleksi hasil : tiap siswa menulis di kertas yang sudah disediakan tentang pengalaman mengikuti layanan dan kesan-kesan yang telah diperoleh dalam mengikuti diskusi. 2. Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan diakhiri dengan mengucapkan salam 10 H. Materi : Ciuman dalam Seks Bebas I. Metode : Ceramah, diskusi J. Waktu dan Tanggal : 1x 45 menit, 22 September 2011 K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas VII G L. Penyelenggara Layanan : Peneliti M. Pihak yang Disertakan : Guru BK N. Alat dan Perlengkapan : Materi ciuman dalam seks bebas, LCD, Laptop O. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut 1. Penilaian Proses : mengamati kesungguhan siswa dalam mengikuti layanan 2. Penilaian Hasil Laiseg : memberi pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap ciuman dalam seks bebas.

47 3. Tindak Lanjut : Melakukan bimbingan kelompok, konseling perorangan bagi siswa yang membutuhkan atau siswa yang mempunyai masalah dengan materi layanan. Mengetahui Salatiga, 22 September 2011 Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

48 LAMPIRAN 13 CIUMAN DALAM HUBUNGAN SEKSUAL Ciuman merupakan salah satu perangsangan yang turut menggelorakan birahi sepasang pencinta sebelum bersatu dalam hubungan seksual. untuk menggelorakan hasrat seksual pasangannya, dapat dilakukan dengan mencium bagian-bagian tubuh pasangan yang sensitif, yang kemudian bisa disertai atau dilanjutkan dengan meraba, mengelus, atau menggigit dengan gigitan gemas. Ciuman yang berhubungan dengan seksual itu di antaranya adalah: Ciuman pada Jari Tangan Dalam kebudayaan Barat, seorang lelaki biasanya mencium jari tangan kanan perempuan sebagai tanda penghormatannya sekaligus menunjukkan keromantisan si pencium.dari kontak fisik antara bibir dan jari-jari tangan tersebut mengalir kehangatan, kesenangan, sekaligus keinginan. Meskipun saraf-saraf yang terdapat pada jari-jari tangan tidak sebanyak dan tidak sesensitif dibandingkan bibir, namun mencium jari tangan pasangan akan dapat semakin menggelorakan hasrat bercinta dengan pasangan. Ciuman pada Kelopak Mata Kelopak mata adalah bagian wilayah wajah yang begitu menggoda untuk dicium, karena kelembutan serta kehangatan kulitnya. Sensasi kenikmatan rasa akan dirasakan keduanya, si pencium akan merasakan kelembutan kulit kelopak mata yang diciumnya, sementara pasangannya akan merasakan kehangatan tersendiri dari sentuhan bibir pasangannya. Ciuman pada kelopak mata biasanya ditujukan untuk

49 ucapan perpisahan. Namun demikian pantas pula dilakukan sepasang pencinta, baik ketika berhubungan intim maupun ketika telah selesai. Ciuman pada Hidung Hidung merupakan tempat keluar-masuknya udara untuk bernapas yang dalam Kamasutra disimbolkan sebagai kehidupan. Hidung juga merupakan sasaran penciuman yang tidak kalah menggairahkan dibandingkan bagian-bagian wajah yang lain.perempuan yang dicium hidungnya, bisa jadi akan membangkitkan gairahnya dan berhasrat meneruskan percumbuannya menjadi hubungan seksual. Ciuman pada Bibir Dalam berciuman, bibir bisa jadi merupakan sasaran pertama untuk dicium. Bentuk serta kelembutannya sungguh-sungguh amat menggoda hingga berbagai teknik ciuman bisa dilakukan sepasang pencinta dengan mengadu kedua bibir masingmasing tersebut.saraf-saraf yang begitu banyak tersebar di bibir akan segera memberikan pesan khusus kepada pemiliknya ketika ia disentuh bibir pasangannya. Ciuman pada Telinga Telinga adalah bagian yang begitu menggoda untuk dicium. Selain amat menggoda, telinga, terlebih-lebih yang sebelah kiri, adalah tempat yang menjadi pembangkit hasrat seksual bagi si empunya telinga ketika mendapat serangan Ciuman pada Kening Ciuman pada kening atau dahi biasanya dilakukan lelaki kepada pasangannya sebagai ucapan terima kasih dan penghormatannya. Perempuan akan tersanjung dan berbahagia diperlakukan penuh hormat seperti itu. Oleh karena itu ciuman pada kening biasanya dilakukan lelaki setelah berhubungan intim. Walau demikian, tidak

50 tertutup kemungkinan ketika masih berhubungan intim dapat mencium kening ini, karena sensasi sensual yang ditimbulkannya juga tidak kalah sensasinya. Ciuman pada Leher Leher merupakan bagian tubuh yang menimbulkan sensasi rasa tersendiri ketika mendapat ciuman. Letaknya yang unik laksana penyambung wilayah wajah dan dada, tentu tidak akan dilewatkan para pencinta yang tengah mencium pasangannya. Leher adalah bagian sensitif sekaligus tempat yang sangat menggoda lagi menggairahkan bagi bibir atau lidah pencium yang sedang meluncur menuju bagian lain setelah puas mencumbu wajah pasangannya.tempat-tempat di leher yang bisa jadi sasaran ciuman yang akan semakin menggelorakan hasrat adalah pada leher bagian depan, serta bagian lembut di belakang kepala. Di tempat leher itulah para pencinta tidak hanya dapat mencium, namun bisa pula menggigitnya hingga menimbulkan luka merah-merah yang tidak menimbulkan perasaan sakit si empunya leher.

51 LAMPIRAN 14 LAPORAN PELAKSANAAN EVALUASI (PENILAIAN) DAN TINDAK LANJUT SATUAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING A. Topik : Ciuman dalam Seks Bebas B. Spesifikasi Kegiatan 1. Bidang Bimbingan : Pribadi-Sosial 2. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal 3. Fungsi Layanan : Pencegahan 4. Sasaran Layanan : Siswa kelas XII B Perhotelan SMK PELITA C. Pelaksanaan Layanan 1. Waktu : 45 menit 2. Hari/Tanggal : 22 September Tempat : Ruang kelas XIIB Perhotelan 4. Deskripsi dan Layanan Komentar pelaksanaan Layanan Kegiatan ini siswa bisa mengikuti kegiatan dengan lebih baik karena kegiatan ini merupakan kegiatan yang ke enam. Dalam kegiatan ini sebagian besar siswa sudah mengetahui macam-macam ciuman. Siswa sangat berantusias mengikuti kegiatan ini. Siswa juga menanyakan hal-hal yang mereka tidak ketahui.

52 D. Evaluasi (Penilaian) 1. Penilaian Proses Untuk kegiatan keenam ini, siswa tampak berlaku aktif dalam menanggapi materi yang diberikan oleh penulis. Siswa aktif dan bisa mengetahui mmacam-macam ciuman dalam seks bebas termasuk ciuman yang beresiko. 2. Penilaian Hasil Kegiatan keenam dapat dikatakan berhasil karena siswa berlaku aktif dan tujuan dari layananpun tercapai karena berdasarkan jawaban tertulis siswa, siswa dapat menyikapi ciuman dalam seks bebas. E. Analisis Hasil penilaian 1. Cara-cara analisis hasil penilaian sikap siswa Penulis memberikan pertanyaan langsung dan tertulis kepada siswa dan penulis mengamati antusias siswa dalam mengikuti layanan. 2. Pengungkapan gejala penilaian perilaku anggota Selama kegiatan bimbingan klasikal ini siswa aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan.

53 Salatiga, 22 September 2011 Mengetahui Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

54 Lembar Observasi (Untuk Penilaian Proses) No Aspek yang diobservasi 1 Antusias siswa 2 Partisipasi siswa 3 Aktivitas siswa 4 Respon siswa 5 Atensi siswa 6 Kelancaran layanan 7 Suasana pelaksanaan Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik

55 Lampiran Instrumen Evaluasi LEMBAR REFLEKSI DIRI Nama Siswa :... No. Absen :... Kelas :... Tulis pengalaman yang Anda peroleh dalam mengikuti kegiatan sebagai berikut : 1. Menurut Anda apa yang dimaksud dengan ciuman? 2. Sebutkan macam-macam ciuman dalam seks bebas? 3. Bagaimana seharusnya sikap anda terhadap ciuman dalam seks bebas? 4. Apa kesan kesan Anda setelah mengikuti kegiatan tersebut? 5. Apakah Anda mendapatkan masukan dari hasil diskusi dengan teman lain? Sebutkan manfaatnya!

56 LAMPIRAN 15 SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Topik : Pergaulan Bebas B. Bidang Bimbingan : Pribadi Sosial C. Jenis Layanan : Bimbingan Klasikal D. Fungsi Bimbingan : Pemahaman, Pencegahan E. Tujuan Layanan : 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian pergaulan bebas. 2. Siswa mampu mengerti penyebab dari pergaulan bebas. 3. Siswa mampu menyebutkan dampak dari pergaulan babas. F. Sasaran Layanan : Siswa kelas XIIB Perhotelan SMK PELITA Salatiga G. Uraian Kegiatan : TAHAP URAIAN KEGIATAN WAKTU Pembukaan 1. Salam 7 2. Menyampaikan tujuan dan harapan-harapan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini. Peralihan 1. Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh dalam pertemuan ini. 2. Menawarkan dan mengamati apakah siswa sudah siap menjalani kegiatan ini. 8

57 Kegiatan Inti Penutup 1. Memberikan informasi mengenai pengertian pergaulan bebas 2. Memberikan informasi mengenai penyebab maraknya pergaulan bebas remaja 3. Memberi informasi tentang dampak pergaulan bebas. 4. Peneliti menayangkan film Akibat Pergaulan Bebas. 5. Siswa diminta untuk mendiskusikan tentang makna yang terkandung dalan film yang sudah ditayangkan dan dampak paling besar dari seks bebas. 6. Siswa diminta menjelaskan hasil diskusi 7. Peneliti menyimpulkan hasil kegiatan dan diskusi pergaulan bebas. 1. Evaluasi Refleksi hasil : tiap siswa menulis di kertas yang sudah disediakan tentang pengalaman mengikuti layanan dan kesan-kesan yang telah diperoleh dalam mengikuti diskusi. 2. Peneliti mengemukakan bahwa kegiatan akan diakhiri dengan mengucapkan salam H. Materi : Pergaulan Bebas, Film Akibat Pergaulan Bebas I. Metode : Ceramah, Diskusi, Penayangan film J. Waktu dan Tanggal : 2x45 menit,27, 29 September 2011 K. Tempat Penyelenggaraan : Ruang kelas XIIB Perhotelan L. Penyelenggara Layanan : Peneliti

58 M. Pihak yang Disertakan : Guru BK N. Alat dan Perlengkapan : Materi Pergaulan Bebas, Film, LCD, Laptop O. Rencana Penilaian dan Tindak Lanjut 1. Penilaian Proses : mengamati partisipasi, antusias siswa dalam mengikuti layanan. 2. Penilaian Hasil : Laiseg : memberi pertanyaan kepada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pergaulan bebas. 3. Tindak Lanjut : Melakukan bimbingan kelompok, konseling perorangan bagi siswa yang membutuhkan atau siswa yang mempunyai masalah dengan materi layanan Mengetahui Salatiga, 27 September 2011 Guru BK Penulis Rosmelita DR Siregar S.Pd Naomi Retno W

59 LAMPIRAN 16 PERGAULAN BEBAS A. Pengertian Pergaulan Bebas Kita tentu tahu bahwa pergaulan bebas itu adalah salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana bebas yang dimaksud adalah melewati batas-batas norma ketimuran yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kita dengar baik di lingkungan maupun dari media massa. Remaja adalah individu labil yang emosinya rentan tidak terkontrol oleh pengendalian diri yang benar. Masalah keluarga, kekecewaan, pengetahuan yang minim, dan ajakan teman-teman yang bergaul bebas membuat makin berkurangnya potensi generasi muda Indonesia dalam kemajuan bangsa. Pergaulan bebas adalah salah satu kebutuhan hidup dari makhluk manusia sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan juga adalah HAM setiap individu dan itu harus dibebaskan, sehingga setiap manusia tidak boleh dibatasi dalam pergaulan, apalagi dengan melakukan diskriminasi, sebab hal itu melanggar HAM. Jadi pergaulan antar manusia harusnya bebas, tetapi tetap mematuhi norma hukum, norma agama, norma budaya,

60 serta norma bermasyarakat. Jadi, kalau secara medis kalau pergaulan bebas namun teratur atau terbatasi aturan-aturan dan norma-norma hidup manusia tentunya tidak akan menimbulkan ekses-ekses seperti saat ini. B. Penyebab Maraknya Pergaulan Bebas Remaja Indonesia Ada banyak sebab remaja melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap remaja mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya pegangan hidup remaja dalam hal keyakinan/agama dan ketidakstabilan emosi remaja. Hal tersebut menyebabkan perilaku yang tidak terkendali, seperti pergaulan bebas & penggunaan narkoba yang berujung kepada penyakit seperti HIV & AIDS ataupun kematian. Berikut ini di antara penyebab maraknya pergaulan bebas di Indonesia: 1. Sikap mental yang tidak sehat Sikap mental yang tidak sehat membuat banyaknya remaja merasa bangga terhadap pergaulan yang sebenarnya merupakan pergaulan yang tidak sepantasnya, tetapi mereka tidak memahami karena daya pemahaman yang lemah. Dimana ketidakstabilan emosi yang dipacu dengan penganiayaan emosi seperti pembentukan kepribadian yang tidak sewajarnya dikarenakan tindakan keluarga ataupun orang tua yang menolak, acuh tak acuh, menghukum, mengolok-olok, memaksakan kehendak, dan mengajarkan yang salah tanpa dibekali dasar keimanan yang kuat bagi anak, yang nantinya akan

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sikap Remaja Terhadap Pelilaku Seksualitas bebas

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sikap Remaja Terhadap Pelilaku Seksualitas bebas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sikap Remaja Terhadap Pelilaku Seksualitas bebas Menurut Hudson (2003) seksualitas bebas adalah perilaku dan aktifitas fisik seseorang yang didorong oleh hasrat seksual dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. ketertarikan mereka terhadap makna dari seks (Hurlock, 1997). media cetak maupun elektronik yang berbau porno (Dianawati, 2006). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seksualitas merupakan topik yang sangat menarik bagi remaja. Hal tersebut dikarenakan remaja mengalami perubahan-perubahan hormonal seksual di dalam diri mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia diantara 10-24 tahun dan merupakan salah satu kelompok populasi terbesar yang apabila dihitung jumlahnya berkisar 30% dari jumlah

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN A. SKALA PENELITIAN A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri A-1. Skala Peran Ayah dalam Pendidikan Seksualitas A-1. Skala Perilaku Seksual Pranikah Remaja Putri No : Petunjuk Pengisian

Lebih terperinci

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN

Nomor : PETUNJUK PENGISIAN Nomor : PETUNJUK PENGISIAN 1. Bacalah pernyataan-pernyataan pada lembar berikut, kemudian jawablah dengan sungguh-sungguh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. 2. Jawablah semua nomor dan usahakan jangan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL

RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL SMK MUHAMMADIYAH 1 SENTOLO RENCANA PELAKSANAAN LAYANAN ( RPL ) BIMBINGAN KLASIKAL Tugas Perkembangan 3 : Mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat Sekolah : SMK Muhammadiyah 1 Sentolo Kelas/Semester

Lebih terperinci

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG PERILAKU SEKSUAL DI SMK PENCAWAN MEDAN TAHUN 2014 I. Identitas Responden No.Responden : Jenis kelamin : Umur : Alamat rumah : Uang saku/bulan : II.

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI LAMPIRAN 1 GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan lingkari pada jawaban yang paling

Lebih terperinci

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN Lampiran 1 PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN PERBANDINGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI MAN MEULABOH-1 DAN SMAN

Lebih terperinci

- SELAMAT MENGERJAKAN -

- SELAMAT MENGERJAKAN - Identitas subyek Usia : Angkatan : Jenis kelamin : PEDOMAN PENGISIAN 1. Isilah identitas di sudut kiri atas dengan jelas. 2. Bacalah dahulu Petunjuk Pengisian pada masing-masing bagian dengan cermat. 3.

Lebih terperinci

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON Disusun oleh: Nama : NIP : LATAR BELAKANG Masa remaja merupakan satu periode dalam kehidupan manusia yang batasan usia

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008 ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008 A. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Umur Usia Responden

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Petugas Kesehatan 1. Pengertian Peran adalah suatu yang diharapkan dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar memenuhi harapan. (Setiadi, 2008). Peran petugas kesehatan

Lebih terperinci

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI I. Pendahuluan Salah satu tujuan dari membentuk keluarga agar mempunyai keturunan yang sehat jasmani dan rohani. Orang tua menginginkan anaknya sehat jasmani,

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA

KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA KUESIONER PENELITIAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS INDONESIA HUBUNGAN ANTARA PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN TERHADAP PERILAKU PACARAN PADA REMAJA DI SMA PATRIOT BEKASI TAHUN 2008 (SANGAT RAHASIA)

Lebih terperinci

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA 1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam mempengaruhi perilaku seksual berpacaran pada remaja. Hal ini tentu dapat dilihat bahwa hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dimana pada masa ini akan terjadi perubahan fisik, mental, dan psikososial yang cepat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Masa remaja dimulai sekitar usia 10 hingga 13 tahun sampai 18 hingga 22 tahun (Santrock, 2007, hlm. 20). Pada masa remaja, individu banyak mengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Cinta dan seksual merupakan salah satu permasalahan yang terpenting yang dialami oleh remaja saat ini. Perasaan bersalah, depresi, marah pada gadis yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan salah satu tahap dalam kehidupan manusia. Tahap ini merupakan tahap yang kritis, karena merupakan tahap transisi dari masa kanakkanak ke masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia mengalami proses perkembangan secara bertahap, dan salah satu periode perkembangan yang harus dijalani manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Putri Nurul Falah F 100

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang, tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbentuknya

Lebih terperinci

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat SKRIPSI HUBUNGAN SUMBER INFORMASI DAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 7 SURAKARTA TAHUN 2011 Proposal skripsi Skripsi ini Disusun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang

Lebih terperinci

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB

PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB PERCAKAPAN KONSELING ANTARA BIDAN DENGAN PASIEN TENTANG KB Action 1 Rina : Assalamualaikum wr wb. Masy. : walaikum salam wr wb. Rina : bapak ibu bagaimana kabarnya hari ini? Terima kasih sudah meluangkan

Lebih terperinci

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN SEKSUALITAS endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN - 2012 KOMPETENSI DASAR Setelah mempelajari materi ini peserta diharapkan dapat memahami seksualitas sebagai bagian

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta

BAB V PENUTUP. 1. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Perilaku Seks Pranikah di Kalangan Remaja Kota Surakarta Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan data yang telah peneliti analisis terhadap 12 informan melalui

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Perilaku Orangtua Siswa SMP Santo Thomas 3 Medan Dalam Pemberian Informasi Mengenai Pendidikan Seks Tahun 2013 I. Kata Pengantar Dengan hormat, sehubungan dengan penelitian saya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Permasalahan remaja sekarang ini cukup kompleks. Salah satu yang paling peka adalah permasalahan yang berkaitan dengan tingkat kematangan seksual remaja. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja kota besar khususnya Jakarta semakin berani melakukan hubungan seksual pranikah. Hal ini terbukti berdasarkan hasil survey yang dilakukan Bali Post

Lebih terperinci

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan

Upaya meningkatkan pelayanan KB diusahakan dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana (KB) Menurut WHO pengertian keluarga berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi bagian dari kehidupan manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini akan sangat berpengaruh

Lebih terperinci

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Perilaku Seksual Remaja Di Smk Bina Patria 1 Sukoharjo Bebas Pada (Role Of Peers Relations With Adolescent Sexual Behavior In Smk Bina Patria 1 Sukoharjo) Abstract :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang

BAB 1 PENDAHULUAN. sampai 19 tahun. Istilah pubertas juga selalu menunjukan bahwa seseorang sedang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti melewati beberapa fase perkembangan, salah satunya yaitu fase remaja. Fase atau masa remaja adalah masa dimana anak berusia 12 sampai 19 tahun.

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Saya yang bernama Corah Julianti/105102061 adalah mahasiswa Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja usia (13-21 tahun) sebagai masa ketika perubahan fisik, mental, dan sosial-ekonomi terjadi. Secara fisik, terjadi perubahan karakteristik jenis kelamin sekunder

Lebih terperinci

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS

PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami mempunyai tanggung jawab yang berat. PERANAN SUAMI DALAM MEMBANGUN BAHTERA KELUARGA SAKINAH BERKUALITAS Suami bertanggung jawab secara sosial, moral dan ekonomi menyangkut : Pencari Nafkah Pelindung

Lebih terperinci

LAMPIRAN A SKALA UJI COBA A-1. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

LAMPIRAN A SKALA UJI COBA A-1. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH 57 LAMPIRAN A SKALA UJI COBA A-1. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA AKHIR A-2. KEDEWASAAN 58 A-1. PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH REMAJA AKHIR 59 NO PERNYATAAN SS S TS STS 1. Saya senang membaca majalah dan komik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses kehidupan manusia mengalami tahap-tahap perkembangan yang akan di laluinya, dan salah satu adalah periode masa remaja. Masa remaja ini di sebut

Lebih terperinci

Tanggal : Pendidikan : Usia : Tinggal dengan Ortu : Jenis Kelamin : Mempunyai Pacar : Ya / Tidak * PETUNJUK PENGISIAN SKALA

Tanggal : Pendidikan : Usia : Tinggal dengan Ortu : Jenis Kelamin : Mempunyai Pacar : Ya / Tidak * PETUNJUK PENGISIAN SKALA Tanggal : Pendidikan : Usia : Tinggal dengan Ortu : Jenis Kelamin : Mempunyai Pacar : Ya / Tidak * Mengikuti Pendidian Seksualitas : Ya / Tidak * *) Coret yang tidak perlu PETUNJUK PENGISIAN SKALA 1. Bacalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Casmini (2004) istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah (2008), remaja adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Remaja adalah masa di mana individu mengalami perkembangan semua aspek dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Peralihan dari masa

Lebih terperinci

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS 3.1. Penyuluhan KB Sebelum pemberian metode kontrasepsi, misalnya pil, suntik, atau AKDR terlebih dahulu menentukan apakah ada keadaan yang membutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendidikan Seks Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran orang tua yang sangat dituntut lebih dominan untuk memperkenalkan sesuai dengan usia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah perilaku seksual pada remaja saat ini menjadi masalah yang tidak dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih menganggap tabu untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan

I. PENDAHULUAN. manusia dibina melalui suatu pergaulan (interpersonal relationship). Pergaulan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pergaulan adalah salah satu kebutuhan manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang dalam kesehariannya membutuhkan orang lain, dan hubungan antar manusia dibina melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1 Diajukan oleh : Rita Sugiharto Putri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikologi. Masa remaja yakni antara usia 10-19 tahun, masa ini juga disebut suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian A. 1 Perilaku Seks Sebelum Menikah Masalah seksual mungkin sama panjangnya dengan perjalanan hidup manusia, karena kehidupan manusia sendiri tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali setiap individu akan mengalami masa peralihan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa peralihan, yang bukan hanya dalam arti psikologis, tetapi juga fisiknya. Peralihan dari anak ke dewasa ini meliputi semua aspek perkembangan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Kuesioner Gambaran Keterpaparan Pornografi dan Perilaku Seksual Siswa di SMA Al Azhar Medan Tahun 2010

Lampiran 1 Kuesioner Gambaran Keterpaparan Pornografi dan Perilaku Seksual Siswa di SMA Al Azhar Medan Tahun 2010 Lampiran 1 Kuesioner Gambaran Keterpaparan Pornografi dan Perilaku Seksual Siswa di SMA Al Azhar Medan Tahun 2010 Petunjuk : Pilihlah jawaban yang sesuai dengan jawaban anda yang sebenarbenarnya dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap seksualitas dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad 21, dunia mengalami perubahan-perubahan pesat di bidang sosial, ekonomi, politik, dan komunikasi yang diikuti oleh perubahanperubahan dalam hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat

Lebih terperinci

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

METODE KONTRASEPSI. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH METODE KONTRASEPSI Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa memahami tentang jenis jenis metode kontrasepsi beserta keuntungan dan kerugian dari masing masing metode tersebut

Lebih terperinci

#### Selamat Mengerjakan ####

#### Selamat Mengerjakan #### Apakah Anda Mahasiswi? Ya / Bukan (Lingkari Salah Satu) Apakah Anda tinggal di rumah kos / kontrak di sekitar Unika Semarang? Ya / Tidak (Lingkari Salah Satu) Apakah saat ini Anda memiliki pacar? Ya /

Lebih terperinci

Lampiran 1 Nama Lengkap : Jenis Kelamin : P / L (coret yang tidak perlu ) Umur :

Lampiran 1 Nama Lengkap : Jenis Kelamin : P / L (coret yang tidak perlu ) Umur : Lampiran 1 Nama Lengkap : Jenis Kelamin : P / L (coret yang tidak perlu ) Umur : Petunjuk mengerjakan Di dalam skala ini terdapat 55 buah pernyataan. Pada tiap pernyataan di sediakan 4 buah pilihan jawaban.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar penduduknya berusia 10-24 tahun dan 90% diantaranya tinggal di negara berkembang (PBB, 2013). Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja disebut masa persiapan untuk menempuh masa dewasa. Taraf perkembangan ini pada umumnya disebut masa pancaroba atau masa peralihan dari masa anak-anak

Lebih terperinci

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur

BAB II TINJUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau. melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur BAB II TINJUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa yang jangka waktunya berbeda-beda tergantung faktor sosial budaya, yang berjalan antara umur 12

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Analisis Deskriptif Penelitian ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Desember 2016. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh

Lebih terperinci

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet?

a. Tidak sekolah b. SD c. SMP d. SMU e. Perguruan tinggi II. Pertanyaan tentang Pengetahuan 1. Menurut anda apakah yang dimaksud dengan internet? No. Responden : Umur : tahun Kelas/jurusan : Jenis kelamin : L/P Tempat tinggal : Uang saku : Rp. Perhari Pendidikan terakhir Orangtua : Pendidikan terakhir Ayah Ibu Pekerjaan Orangtua : Penghasilan Orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang . BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata pacaran sudah sangat biasa ditelinga masyarakat luas saat ini. Bahkan dari dulu pun pacaran sudah bisa dikatakan sebagai budaya mulai remaja sampai orang dewasa.

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa

TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA. Suami yang ideal bagi keluarga muslim adalah suami yang bertaqwa TANGGUNG JAWAB SUAMI PADA KESEHATAN REPRODUKSI DAN KB DI KELUARGA 1. Pendahuluan Kaum laki-laki (suami) adalah pelindung bagi wanita (isteri) oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (suami)

Lebih terperinci

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM SEX EDUCATION Editor : Nurul Misbah, SKM ISU-ISU SEKSUALITAS : Pembicaraan mengenai seksualitas seringkali dianggap sebagai hal yang tabu tidak pantas dibicarakan dalam komunitas umum bersifat pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru

BAB I PENDAHULUAN. khusus remaja seakan-akan merasa terjepit antara norma-norma yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena perubahan yang terjadi dalam masyarakat dewasa ini khususnya bagi remaja merupakan suatu gejala yang dianggap normal, sehingga dampak langsung terhadap perubahan

Lebih terperinci

Lemeshow, S.Dkk, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya

Lemeshow, S.Dkk, Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya Lemeshow, S.Dkk, 1997. Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan. Gajah Mada University press. Yogya Widyastuti, Yani, dkk, 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitramaya Markum, A.H, 1991. Buku Ajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi di masyarakat. Ada sebagian masyarakat yang berpendapat bahwa pendidikan seks perlu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada masa remaja tidak dapat dikatakan sebagai orang dewasa dan tidak dapat pula dikatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Berdasarkan sensus penduduk terbaru yang dilaksanakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Remaja a. Pengertian Remaja Menurut World Health Organization (WHO) (2014) remaja atau dalam istilah asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan.

Lebih terperinci

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan BAB XXII Perdarahan dari Vagina yang tidak normal Beberapa masalah terkait dengan menstruasi Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan Perdarahan setelah aborsi atau keguguran Perdarahan setelah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konformitas Negatif Pada Remaja 2.1.1 Pengertian Konformitas Negatif Pada Remaja Konformitas dapat timbul ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain. Apabila seseorang menampilkan

Lebih terperinci

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil.

- Sebelum melakukan penetrasi yang dalam, yang harus diutamakan adalah kenyamanan dan kebebasan ibu hamil. SEKS SELAMA KEHAMILAN Selain perubahan fisik, wanita yang sedang hamil biasanya memiliki perubahan kebutuhan akan perhatian dan keintiman dalam hubungan dengan pasangannya. Dari sisi emosianal, wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak menuju dewasa, dimana masa perkembangan ini berlangsung cukup singkat dari rentang usia 13 18 tahun. Pada masa ini remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini tengah terjadi peningkatan jumlah remaja diberbagai belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk remaja Indonesia sekitar 43,6

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seksual yang berisiko di kalangan remaja khususnya remaja yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa hasil penelitian bahwa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa, dimana pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat termasuk fungsi reproduksi sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku seks dapat diartikan sebagai suatu perbuatan untuk menyatakan cinta dan menyatukan kehidupan secara intim. Sebagai manusia yang beragama, berbudaya, beradab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Suami Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Sedangkan peran adalah perangkat

Lebih terperinci

PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT

PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT Artikel PERLU, SOSIALISASI PACARAN SEHAT Oleh: Drs. Mardiya Undang-Undang No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyatakan bahwa penyelenggaraan program Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Sampai saat ini masalah seksualitas masih menjadi hal yang menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena permasalahan seksual telah menjadi sesuatu

Lebih terperinci