Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Kosmetik Oleh Suku Melayu Di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Kosmetik Oleh Suku Melayu Di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah"

Transkripsi

1 Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Kosmetik Oleh Suku Melayu Di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah Wahyu Styawan 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, korespondensi: wahyustyawan@rocketmail.com Abstract Plants as cosmetic ingredients have been used by ethnic Malay in Sungai Pinyuh Subdistrict, Mempawah Regency. This research aims to find out the types of plants, forms of use and processing of plants for cosmetics by ethnic Malays in Sungai Pinyuh Subdistrict, Mempawah Regency. This research was carried out for three months from August to October 2015 in the villages of Sungai Bakau Besar Laut and Sungai Bakau Besar Darat, Sungai Pinyuh Subdistrict, Mempawah Regency. The respondents were selected using a purposive sampling technique and semi-structured interviews. The quantitative analysis was conducted to calculate the citation frequency, informant agreement ratio, percentage of plant parts, and percentage of plant habitats. Research findings showed that there are 17 species and 17 families used as cosmetic ingredients. There are 5 species used for the body care; 7 species for facials, 1 species for nail care; 4 species for dental and lip care; and 3 species for hair care. Parts of the plants widely used as ingredients in cosmetics are the leaves (57.93%). The highest citation frequency in this research reaches 54.16% i.e. the henna plant (Lawsonia inermis L). The methods of processing the plants for cosmetics are by heating, kneading, crushing or mixing with other ingredients. The use as cosmetics for nail care receives the highest informant agreement ratio (IAR) i.e. 1, while the lowest informant agreement ratio is Keywords: Ethnic Malay, Quantitative Analysis, Cosmetic Ingredients, Sungai Pinyuh PENDAHULUAN Pola hidup sehat masyarakat saat ini cenderung memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan obatobatan, bahan pangan, bahan pewarna dan bahan kosmetik. Penggunaan tumbuhan sebagai bahan kecantikan (kosmetik) memiliki kelebihan, karena mengandung bahan-bahan alami yang aman digunakan dan efek samping lebih kecil. Beberapa tumbuhan berpotensi kosmetik pada masyarakat Suku Using antara lain buah kelapa (Cocos nucifera) untuk minyak rambut, daun pacar kuku (Lawsonia inermis) untuk pewarna kuku, buah padi (Oryza sativa) untuk shampo dan lulur serta buah gambir (Uncaria gambir) untuk pewarna bibir. Lebih dari 200 etnis di Indonesia memiliki hubungan yang erat dengan hutan dalam kehidupan sehari-hari dan mereka memiliki pengetahuan tradisional yang tinggi dalam pemanfaatan tumbuhan kosmetika (Anisfiani et al., 2014). Masyarakat Suku Melayu merupakan salah satu suku di Kalimantan Barat khususnya di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah yang masih tetap memegang teguh nilai budaya warisan leluhurnya dan memanfaatkan tumbuhan diantaranya untuk bahan kosmetik. Berdasarkan hasil wawancara dengan penduduk lokal mereka menggunakan tumbuhan untuk bahan kosmetik baik secara langsung maupun diolah terlebih dahulu. Pengetahuan lokal mengenai pemanfaatan tumbuhan biasanya diwariskan secara turun temurun melalui tradisi lisan. Menurut Noorcahyati (2012) pengetahuan lokal etnis di Kalimantan belum terdokumentasi dengan baik. Realitas masyarakat menunjukkan bahwa para penutur dan komunitas tradisi lisan semakin berkurang. Maka perlu diadakan penelitian etnobotani untuk melestarikan pengetahuan lokal masyarakat di Desa Sungai Bakau Besar Laut dan Desa Sungai Bakau Besar Darat Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah tentang tumbuh- 45

2 tumbuhan yang dapat dijadikan sumber bahan kosmetik. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan, dimulai dari bulan Agustus sampai Oktober 2015 yang meliputi persiapan, wawancara, inventarisasi tumbuhan, identifikasi dan pengolahan data. Penelitian akan dilaksanakan di Desa Sungai Bakau Besar Laut dan Desa Sungai Bakau Besar Darat, Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah. Identifikasi jenis-jenis tumbuhan untuk bahan kosmetik yang digunakan oleh masyarakat Suku Melayu dilakukan di lapangan dan identifikasi lebih lanjut akan dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura Pontianak. Gambaran Umum Lokasi Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Mempawah tentang pemekaran Desa di Kecamatan Sungai Pinyuh, Desa Sungai Bakau Besar Laut mempunyai luas wilayah Ha. Gambar 1. Peta Kecamatan Sungai Pinyuh Penduduk Desa Sungai Bakau Besar Laut pada tahun 2014, mencapai berjumlah KK / jiwa terdiri atas penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Sedangkan Desa Sungai Bakau Besar Darat memiliki luas wilayah Ha. Penduduk Desa Sungai Bakau Besar Darat pada tahun 2014, mencapai berjumlah KK / jiwa terdiri atas penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Penentuan dan Wawancara Responden Berdasarkan penelitian Tongco (2007) penentuan responden dengan menggunakan metode purposive sampling. Responden yang digunakan dalam penelitian ini memiliki kriteria: 1. Masyarakat etnis melayu berumur 17 tahun keatas 2. Menempati lingkungan tersebut dalam kurun waktu minimal 10 tahun 3. Mengetahui pemanfaatan serta cara pengolahan tumbuhan kosmetik. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data pengetahuan dari masyarakat. Teknik wawancara digunakan adalah teknik semi terstruktur. Setiap responden akan dimintai informasi mengenai jenis jenis tumbuhan kosmetik. Responden diminta untuk menjelaskan bentuk pemanfaatan, bagian tanaman yang digunakan dan metode pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan kosmetik. Data spesies tumbuhan dan aplikasi kosmetik yang diperoleh dapat dianalisis dengan menggunakan frekuensi sitasi dan rasio kesepakatan informan (RKI). Analisis yang digunakan untuk mengetahui tumbuhan yang sering dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu frekuensi sitasi dengan rumus (Gozzaneo et al., 2005) : 46

3 Frekuensi sitasi = N T x 100 % Keterangan : N: jumlah informan memanfaatkan tumbuhan kosmetik. T: jumlah total informan yang diwawancarai. Rasio kesepakatan informan digunakan untuk mengidentifikasi kategori yang paling penting pada suatu penelitian dan digunakan sebagai parameter pada spesies tumbuhan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam. Rumus rasio kesepakatan informan : nar na RKI = nar 1 Keterangan : RKI = Nilai rasio kesepakatan informan nar = Jumlah laporan penggunaan tumbuhan berpotensi bahan kosmetik dalam kategori pemanfaatan tertentu oleh seluruh informan. na = jumlah spesies dalam satu jenis kategori kosmetik (Almeida et al., 2006). RKI memiliki rentang nilai antara 0 sampai 1. Semakin besar nilai RKI yang mendekati satu semakin besar juga tingkat persamaan pemahaman masyarakat menggunakan suatu tumbuhan dalam suatu kategori tertentu. Persentase bagian-bagian tumbuhan dihitung dengan mengunakan rumus: [ x ] x 100 % y Keterangan: x = Jumlah spesies yang dimanfaatkan bagian-bagian tertentu y = Jumlah jenis spesies yang ditemukan Persentase habitat tumbuhan dihitung dengan menggunakan rumus : [ X ] x 100 % Y Keterangan: X = Jumlah spesies yang dimanfaatkan dalam habitat tertentu Y = Jumlah jenis spesies yang ditemukan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Tumbuhan Sebagai Bahan Kosmetik, Kategori Pemanfaatan dan Metode Preparasi Hasil penelitian pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat Suku Melayu di Kecamatan Sungai Pinyuh dengan mewawancarai 24 responden diperoleh 17 jenis tumbuhan dari 17 famili yang berpotensi sebagai bahan kosmetik (Tabel 1). Tabel 1. Jenis, Famili, Frekuensi Sitasi, Pemanfaatan dan Metode Preparasi Tumbuhan Sebagai Bahan Kosmetik Oleh Suku Melayu di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah No. Famili Nama Ilmiah Nama Lokal Frekuensi sitasi (%) Pemanfaatan Metode Preparasi Annonaceae Kenanga 25 % Mengharumkan Daun diremas hingga halus Cananga odorata tubuh kemudian diusapkan pada (Lam.) Hook. f. & seluruh tubuh. Lalu disiram Thomson dengan air 2 Asphodelaceae Aloe vera (L.) Burm.f. Lidah buaya 20,83% aa.menghilangkan ketombe b.menghaluskan kulit wajah Pelepah dipotong kemudian lendirnya diusapkan pada bagian kepala hingga rata diamkan selama ± 3 menit lalu di bersihkan dengan air Pelepah dipotong kemudian lendirnya diusapkan pada bagian muka hingga rata lalu diamkan selama ± 2 menit kemudian disiram dengan 47

4 Palmae Kelapa 25% Minyak rambut Kelapa diparut, lalu ambil Cocos nucifera L. santannya. Santan dipanaskan sampai mendidih. Kemudian disaring agar minyak dan ampas terpisah. Minyak ditambahkan daun pandan wangi. 4 Cucurbitaceae Cucumis sativus L. 5 Euphorbiaceae Aleurites moluccana 6 Fabaceae Pachyrhizus erosus (L.)Urb. Mentimun 20,83% Menghilangkan kerutan pada bagian wajah Kemiri 29,16% Penyubur rambut Bengkuang 20,83% Memutihkan kulit 7 Graminae Oryza sativa L. Padi 50 % Menghaluskan kulit wajah 8 Lythraceae Lawsonia inermis L. 9 Lamiaceae Premna scandens Roxb. 10 Melastomaceae Melastoma malabathricum Pacar Kuku 54,16% Pewarna kuku Buas-buas 20,83% Menghilangkan bau badan Cengkodok 25% Menghilangkan jerawat Buahnya dipotong-potong kemudian ditempelkan pada bagian mata, didiamkan selama ± 15 menit lalu dibersihkan dengan air Biji di tumbuk hingga halus menjadi bubuk, kemudian diberi sedikit air, lalu di usapkan pada bagian kepala hingga rata. Diamkan selama ± 2 menit, kemudian dibilas dengan air Umbinya diparut hingga halus kemudian diusapkan pada bagian kulit tubuh. Diamkan selama ± 5 menit, lalu dibersihkan dengan air Beras ditumbuk sampai halus, dicampurkan dengan sedikit air kemudian diusapkan pada bagian muka hingga rata, lalu didiamkan selama ± 10 menit lalu dibilas dengan air Daun ditumbuk sampai halus, kemudian ditempelkan pada kuku, lalu dibalut dengan kain. Diamkan selama ± 4 jam, lalu dibersihkan dengan air Daun diremas sehingga menimbulkan busah, kemudian diusapkan pada seluruh tubuh, terutama ketiak, setelah itu disiram dengan air bersih Daunnya diremaskan sampai halus, kemudian diusapkan pada bagian wajah, lalu disiram dengan air 48

5 Myrtaceae Psidium guajava L. Jambu batu 45,83% Menghaluskan kulit wajah Daunnya diremas sampai halus, kemudian diusapkan pada bagian muka, lalu disiramkan dengan air 12 Arecaceae Areca catechu L. Pinang 33,33% a. Memutihkan gigi Kulit buah pinang yang kering dibakar, kemudian digosokan pada bagian gigi, kemudian dibersihkan dengan air b. Pewarna bibir Buah dipotong-potong lalu ditumbuk hingga halus,kemudian dicampur dengan gambir yang sudah ditumbuk lalu dibungkus dengan daun sirih yang sudah dioles dengan kapur. 13 Piperaceae Piper betle Sirih 29,16% Pewarna bibir Sehelai daun sirih dioles dengan sedikit kapur lalu dicampurkan dengan pinang yang sudah ditumbuk hingga halus kemudian ditambahkan sedikit gambir yang sudah ditumbuk lalu dikunyah. 14 Pandanaceae Pandanus amaryllifolius Roxb. Pandan wangi 33,33% a.menghilangka n bau keringat Daun ditumbuk hingga halus, kemudian diusapkan pada bagian seluruh tubuh, lalu di bersihkan dengan air 15 Rubiaceae Uncaria gambier b.mengharumka n rambut Gambir 29,16% Pewarna bibir 16 Verbenaceae Vitex trifolia L Gundi-gundi 12,5 % Menghilangkan jerawat 17 Zingiberaceae Curcuma xanthorrhiza Roxb. Temulawak 16,66% Menghilangkan bintik-bintik (flek hitam) pada bagian wajah Daun dipotong-potong dan dimasukkan kedalam minyak kelapa Buah gambir ditumbuk, kemudian dicampurkan pinang yang sudah ditumbuk lalu dibungkus dengan daun sirih yang sudah dioles dengan sedikit kapur. Daunnya diremas sampai mengeluarkan lendir, kemudian diusapkan pada bagian wajah, setelah itu disiramkan dengan air Umbinya diparut hingga halus, kemudian dioleskan pada bagian bintik-bintik hitam pada wajah, lalu didiamkan selama ± 15 menit, di bersihkan dengan air hangat. 49

6 Analisis kuantitatif untuk frekuensi sitasi, menunjukan bahwa nilai tertinggi yaitu 54,16% tumbuhan pacar (Lawsonia inermis). Nilai frekuensi sitasi terendah dimiliki oleh tumbuhan gundi-gundi (Vitex trifolia) sebesar 12,5% (Tabel 1 ). Bagian tumbuhan yang digunakan sebagai bahan kosmetik Bagian tumbuhan sebagai bahan kosmetik yang dimanfaatkan oleh masyarakat Suku Melayu di Kecamatan Sungai Pinyuh adalah daun, buah dan umbi. Daun merupakan organ yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik yaitu sebesar 57,93 %, sedangkan organ yang paling sedikit dimanfaatkan yaitu rimpang sebesar 7,14 % ( Gambar 2). Gambar 2. Persentase bagian Tumbuhan Tempat diperolehnya tumbuhan yang digunakan sebagai bahan kosmetik Tumbuhan sebagai bahan kosmetik diambil dari beberapa tempat yaitu di daerah pemukiman penduduk yang berupa pekarangan (43,22%), kebun (38,98%), tidak diambil langsung dari habitat (11,86%) dan hutan (5,93 %), (Gambar 2) Tumbuhan yang diperoleh dari pekarangan diantaranya kenanga (Cananga odorata ), pacar kuku (Lawsonia inermis), buas-buas (Premna scanden)), jambu batu (Psidium guajava), sirih (Piper betle), pandan wangi (Pandanus amaryllifolius), temulawak (Curcuma xanthorrhiza). Tumbuhan yang ditemukan kebun antara lain lidah buaya (Aloe vera), kelapa (Cocos nucifera), mentimun (Cucumis sativus), bengkuang (Pachyrhizus erosus), Padi (Oryza sativa), cengkodok (Melastoma malabathricum) dan pinang (Areca catechu). Tumbuhan yang diperoleh dari hutan antara lain buas-buas (Premna scandens) dan gundi-gundi (Vitex trifolia). Sedangkan kemiri (Aleurites moluccana) dan gambir (Uncaria gambier) tidak diambil langsung dari habitat ( Gambar 3). Rasio Kesepakatan Informan (RKI) Nilai RKI yang diperoleh dalam penelitian ini berkisar diantara 0, Kategori pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan kosmetik untuk perawatan kulit tubuh, pewarna kuku dan perawatan gigi memiliki nilai RKI tertinggi yaitu 1 dan kategori pemanfaatan tumbuhan sebagai bahan perawatan tubuh memiliki nilai RKI terendah yaitu 0,857 (Tabel 2). Tabel 2 Nilai Rasio Kesepakatan Informan NO Kategori Pemanfaatan n t n ur RKI 1 Perawatan tubuh Perawatan wajah , Perawatan kuku Perawatan mulut Perawatan rambut ,88 Keterangan : nur = jumlah laporan penggunaan tumbuhan berpotensi bahan kosmetik dalam kategori pemanfaatan tertentu oleh seluruh informan dan nt = jumlah spesies dalam satu jenis kategori kosmetik. Gambar 3. Persentase tempat tumbuhan bahan kosmetik Pembahasan Tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan kosmetik yang dimanfaatkan oleh Suku melayu Kecamatan Sungai Pinyuh sebanyak 17 spesies 50

7 yang termasuk dalam 17 famili (Tabel 1). Hasil penelitian ini menemukan spesies yang lebih banyak dibandingkan dengan hasil penelitian Hayati (2014) yaitu menemukan 6 jenis tumbuhan berpotensi sebagai kosmetik di Desa beringin Kabupaten Sambas. Penelitian tumbuhan sebagai bahan kosmetik di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah menggambarkan tingginya keberagaman jenis tumbuhan yang dijadikan bahan kosmetik oleh masyarakat Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah. Nilai frekuensi sitasi tertinggi tumbuhan dimiliki oleh tumbuhan pacar kuku (L. inermis) sebesar 54,16 % (Tabel 1). Jenis tumbuhan tersebut merupakan bahan kosmetik Suku Melayu yang digunakan seharihari dan digunakan untuk beberapa kegiatan seperti acara pernikahan dan sunatan. Masyarakat menggunakan tumbuhan ini sebagai pewarna kuku, karena menurut mereka warna yang dihasilkan dari tumbuhan tersebut memiliki nilai estetika dan tidak mudah pudar. Hasil penelitian Anisfiani et al., (2014) warna orange yang dihasilkan oleh pacar kuku (L.inermis), disebabkan adanya kandungan kuinone, dengan memiliki rentang warna mulai dari kuning hingga merah. Nilai frekuensi sitasi terendah dimiliki oleh jenis tumbuhan gundi-gundi (V. trifolia) yaitu sebesar 12,5 % (Tabel 1). Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat, secara umum mereka lebih mengetahui pemanfaatan tumbuhan gundi-gundi (V. trifolia) sebagai obat penurun panas dibandingkan sebagai menghilang jerawat. Menurut Nikham ( 2006 ) tumbuhan legundi (V. trifolia) memiliki senyawa antipiretik yang berfungsi sebagai obat penurun panas (demam). Buah kemiri (Aleurites moluccana) merupakan jenis tumbuhan yang digunakan untuk penyubur rambut. Kemiri memiliki kandungan utamanya yaitu fenol, flavonoid dan alkaloid. Flavonoid dan fenol diduga sebagai senyawa yang berfungsi sebagai penumbuh rambut (Annas et al., 2012 ). Metode preparasi secara umum yang digunakan oleh Suku Melayu di Kecamatan Sungai Pinyuh Kabupaten Mempawah ialah preparasi dengan pengolahan terlebih dahulu. Metode preparasi dengan pengolahan terlebih dahulu dilakukan dengan 4 cara yaitu direbus, diremas, diparut, ditumbuk dan dicampur dengan bahan yang lain (Tabel 1). Adapun alasan masyarakat tersebut melakukan pengolahan terlebih dahulu agar nilai khasiat dari tumbuhan dapat lebih dimanfaatkan. Menurut Sari et al., (2015) metode pengolahan seperti direbus dipercaya akan mengeluarkan senyawa kimia atau zat organik dari tumbuhan tersebut. Voight (1994) menambahkan bahwa proses perebusan dengan air akan melarutkan zat organik dari tumbuhan tersebut. Tumbuhan sebagai bahan kosmetik di Kecamatan Sungai Pinyuh yang paling banyak memanfaatkan bagian daun yaitu sebanyak 8 jenis tumbuhan (Gambar 1). Masyarakat berpendapat bahwa daun memiliki banyak khasiat sebagai bahan kosmetik. Selain itu bagian daun juga lebih mudah saat diracik atau diramu sebagai bahan kosmetik. Anisfiani et al., (2014) menyatakan bahwa bagian daun merupakan organ tempat akumulasi fotosintat yang mengandung diantaranya minyak atsiri, Minyak atsiri bersifat anti penuan dini yang sangat bermanfaat sebagai bahan perawatan kecantikan. Masyarakat Suku Melayu di Kecamatan Sungai Pinyuh memanfaatkan tumbuhan yang sebagai bahan kosmetik yang tumbuh diberbagai macam tempat yaitu perkarangan, kebun dan hutan. Ada tumbuhan yang tidak langsung diambil dari habitat. Tumbuhan tersebut yaitu Kemiri (A. moluccana) dan Gambir (U. gambier Kedua tumbuhan tersebut mereka memperoleh dengan cara membeli, karena tumbuhan tidak tumbuh di lingkungan mereka tersebut. Habitat yang paling banyak ditemukan tumbuhan berpotensi bahan kosmetik adalah pekarangan yaitu 43,22% (Gambar 2). Hal ini menunjukkan bahwa banyaknya tumbuhan yang telah dibudidayakan oleh masyarakat. Contoh tumbuhan temulawak (C. xanthoriza). Berdasarkan wawancara tumbuhan tersebut sengaja ditanam di pekarangan untuk kebutuhan sehari-hari. Selain itu, masyarakat beranggapan bahwa tumbuhan yang ditanam di pekarangan adalah tumbuhan yang tidak memerlukan perawatan khusus atau mudah ditanam dan dirawat. Beberapa jenis tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan kosmetik dimanfaatkan dalam kategori yang berbeda oleh masyarakat Suku Melayu Kecamatan Sungai Pinyuh. Tumbuhan yang temasuk ke dalam kategori pemanfaatan sebagai perawatan kuku hanya 1 jenis tumbuhan yaitu pacar kuku ( L. inermis). 51

8 Masyarakat Suku Melayu di Kecamatan Sungai Pinyuh melakukan perawatan kuku hanya menggunakan satu tumbuhan yaitu pacar kuku (L.inermis). Berdasarkan wawancara masyarakat Suku Melayu menjadikan tumbuhan pacar kuku (L.inermis) sebagai satu satunya pewarna kuku dikarenakan tumbuhan tersebut memiliki arti atau makna dalam kehidupan yaitu sebagai lambang kesucian. Ritual pernikahan adat Melayu pengantin wanita dan pria diwajibkan menghiasi kuku dengan daun pacar (L.inermis). Tumbuhan sebagai bahan kosmetik untuk perawatan tubuh mendapatkan nilai RKI terendah yaitu Jenis tumbuhan yang termasuk kedalam kategori perawatan kulit wajah yaitu padi (O. sativa), temulawak (C. xanthorrhiza), gundi-gundi (V. trifolia), cengkodok (M. malabathricum), jambu batu (P. guajava), lidah buaya (A. vera) dan mentimun (C. sativus) ( Tabel 1). Rendahnya nilai RKI untuk perawatan tubuh dikarenakan terdapat perbedaan pandangan di etnis Melayu dalam memanfaatkan tumbuhan. Contoh beberapa etnis Melayu menggunakan kenanga (C.odorata) untuk menghilangkan bau badan disisi lain ada juga etnis Melayu memanfaatkan tumbuhan buas-buas untuk kegunaan yang sama. Hal ini di karenakan adanya perbedaan dalam perolehan informasi dalam pemanfaatan tumbuhan. Masyarakat memperoleh informasi atau pengetahuan dalam menggunakan tumbuhan sebagai bahan kosmetik secara turun temurun atau pengalaman pribadi, atau didapat dari hasil interaksi dengan etnis lain. Menurut Purwanto (1999) setiap masyarakat memiliki pengetahuan yang berbeda-beda dalam pemanfaatan suatu tumbuhan tergantung dari pengalaman yang diperoleh masyarakat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Anisfiani, Winda, Aisyah, IN & Hariani, SA, Etnobotani Bahan Kosmetik oleh Masyarakat Using di Kabupaten Banyuwangi sebagai Bahan Ajar Populer, Jurnal Pancaran, Vol. 3, no. 3, hal , diakses tanggal 21 april 2015 < rticle/view/762> Almeida, CF, Amorim, ELC & Albuquerque, UP, Maia, MBS, 2006, Medicinal Plant Populary Used in The Xingo Region-A Semi Arid- Location in Northeastern Brazil, Ethnobiology and Ethnomedicine, vol. 2, no.15, hal Annas, PSP, Sri, M & Mufrod, 2012, Pengaruh Lama Penyimpanan Terhadap Stabilitas Fisik Dan Kimia Lotion Penumbuh Rambut Ekstrak Biji Kemiri (Aleurites moluccana L. Willd. ). Di Universitas gajah mada, Obat Tradisional vol.17, no.1, hal. 1-7 Gozzaneo, LRS, Lucena, RFP, & Albuquerque, UP, 2005, Knowledge and Use of Medicinal Plants By Local Specialist in a Region of Atlantic Forest in the State of Pernambuco (Northeastern Brazil), Ethnobiology and Ethnomedicine vol. 1, no. 9, hal Hayati, 2014, Etnobotani Di Desa Beringin Dan Implementasinya Dalam Pembuatan Film Dokumenter Manfaat Keanekaragaman Hayati, Jurusan Pendidikan Biologi FKIP, Skripsi, Universitas Tanjungpura, Pontianak Nikham, 2006, Kepekaan Staphylococus aureus,staphylococus epidermidis dan Pseudomonas aeruginosa, Terhadap Ekstrak Daun Legundi (Vitex tripolia Linn.) Iradiasi, Prosiding Seminar Ilmiah Aplikasi Isotop dan radiasi, Batan Noorcahyati, 2012, Tumbuhan Berkhasiat Obat Etnis Asli Kalimantan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Balai Penelitian Teknologi Koservasi Sumber Daya Alam Purwanto, 1999, Peran dan Peluang Etnobotani Masa Kini di Indonesia dalam Menunjang Upaya Konservasi dan Pengembangan Keanekaragaman Hayati, Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian Bidang Ilmu Hayati, Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati Institut Pertanian Bogor, Bogor Sari, A, Linda, R, & Lovadi, I, 2015, Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Suku Dayak Jangkang Tanjung Di Desa Ribau Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau, Protobiont vol.4, no. 2, hal 1-8 Tongco, Ma. DC, 2007, Purposive Sampling as a Tool for Informant Selection, Ethnobotany Research and Application, vol. 5, hal ,< i pdf > Voight, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Edisi Kelima Gadjah Mada University Press, Yogyakarta 52

ETNOBOTANI BAHAN KOSMETIK OLEH MASYARAKAT USING DI KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN AJAR POPULER

ETNOBOTANI BAHAN KOSMETIK OLEH MASYARAKAT USING DI KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN AJAR POPULER ETNOBOTANI BAHAN KOSMETIK OLEH MASYARAKAT USING DI KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN AJAR POPULER Winda Anisfiani 16, Iis Nur Asyiah 17, Sulifah Aprilya Hariani 18 Abstract. Cosmetics is the preparation

Lebih terperinci

Lampiran 1. Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies Tumbuhan dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara.

Lampiran 1. Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies Tumbuhan dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara. 62 Lampiran 1 Lampiran 1. Pemanfaatan Spesies dalam Perawatan Bayi sampai UsiaBalita di Kecamatan Mandiraja Kabupaten Banjarnegara 1 Aleurites moluccana (L). Willd., (Kemiri) Menyuburkan rambut Pasar,

Lebih terperinci

Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah. Studi Pendahuluan. Mengurus Perijinan kepada. Pengageng Sasana Wilapa

Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah. Studi Pendahuluan. Mengurus Perijinan kepada. Pengageng Sasana Wilapa Lampiran 1. Skema Kerja Karaton Surakarta Hadiningrat Kota Solo Provinsi Jawa Tengah Studi Pendahuluan Mengurus Perijinan kepada Pengageng Sasana Wilapa Ditentukan Informan Kunci Oleh Pengageng Sasana

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Penyedap Rasa Alami Pada Masyarakat Suku Dayak Jangkang Tanjung Dan Melayu Di Kabupaten Sanggau

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Penyedap Rasa Alami Pada Masyarakat Suku Dayak Jangkang Tanjung Dan Melayu Di Kabupaten Sanggau Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Penyedap Rasa Alami Pada Masyarakat Suku Dayak Jangkang Tanjung Dan Melayu Di Kabupaten Sanggau Neni Juita 1, Irwan Lovadi 1, Riza Linda 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Randu Di Desa Suka Damai Kabupaten Melawi

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Randu Di Desa Suka Damai Kabupaten Melawi Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Randu Di Desa Suka Damai Kabupaten Melawi Dwi Rahmawati Rusja 1,Elvi Rusmiyanto P.W 1,Riza Linda 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas

Lebih terperinci

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI

INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI INVENTARISASI PEMANFAATAN TUMBUHAN OBAT SECARA TRADISIONAL OLEH SUKU OSING BANYUWANGI SKRIPSI Oleh ZAILINA MIRZA NIM 060210193148 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

Tanaman Obat Keluarga TOGA

Tanaman Obat Keluarga TOGA Surabaya Januari 10, 2015 Tanaman Obat Keluarga TOGA Djoko Agus Purwanto FAKULTAS FARMASI Universitas Airlangga Apa itu TOGA? TOGA atau Tanaman Obat Keluarga adalah tanaman hasil budidaya yang dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam pula yang dilakukan oleh masing masing etnis itu sendiri. Tumbuhantumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. beragam pula yang dilakukan oleh masing masing etnis itu sendiri. Tumbuhantumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman etnis yang ada di Indonesia memiliki cara tersendiri dalam pemanfaatan beragam tumbuhan yang dapat digunakan untuk kosmetik alternatif dengan kearifan

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tumbuhan pada Upacara Adat Tumpang Negeri Suku Melayu di Keraton Ismahayana Landak

Pemanfaatan Tumbuhan pada Upacara Adat Tumpang Negeri Suku Melayu di Keraton Ismahayana Landak Pemanfaatan Tumbuhan pada Upacara Adat Tumpang Negeri Suku Melayu di Keraton Ismahayana Landak Uswatun Hasanah 1, Riza Linda 1, Irwan Lovadi 1 Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dua pertiga merupakan luas lautan. Sedangakan diantara negara-negara di

BAB I PENDAHULUAN. dan dua pertiga merupakan luas lautan. Sedangakan diantara negara-negara di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara terluas ke 7 di dunia dengan luas wilayah mencapai 5.193.250 km², luas tersebut sudah mencakup satu pertiga luas daratan dan dua pertiga

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun

BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun BAB II DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Kosmetik Produk kosmetik sangat diperlukan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, sejak lahir. Produk-produk itu dipakai secara berulang setiap hari dan di seluruh

Lebih terperinci

Etnobotani Jamu Gendong Berdasarkan Persepsi Produsen Jamu Gendong di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang

Etnobotani Jamu Gendong Berdasarkan Persepsi Produsen Jamu Gendong di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang Etnobotani Jamu Gendong Berdasarkan Persepsi Produsen Jamu Gendong di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten Malang Rahmy Ayu Wulandari 1), Rodiyati Azrianingsih 2) 1,2) Jurusan Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Kecantikan bagi kaum wanita saat ini sangatlah penting selain untuk menunjang penampilan dalam karir pun kecantikan dianggap faktor utama dalam

Kecantikan bagi kaum wanita saat ini sangatlah penting selain untuk menunjang penampilan dalam karir pun kecantikan dianggap faktor utama dalam Dwi Setyati 2017 Kecantikan bagi kaum wanita saat ini sangatlah penting selain untuk menunjang penampilan dalam karir pun kecantikan dianggap faktor utama dalam penyeleksian pegawai. Kepedulian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah kesehatan. Hal ini cukup menguntungkan karena bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemanfaatan bahan alam yang berasal dari tumbuhan sebagai obat tradisional telah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk menangani berbagai masalah kesehatan.

Lebih terperinci

ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT DI MANCON WILANGAN KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI UPAYA AWAL KONSERVASI EX-SITU SKRIPSI

ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT DI MANCON WILANGAN KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI UPAYA AWAL KONSERVASI EX-SITU SKRIPSI ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT DI MANCON WILANGAN KABUPATEN NGANJUK SEBAGAI UPAYA AWAL KONSERVASI EX-SITU SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada

Lebih terperinci

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG

PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG PENGETAHUAN TENTANG KOSMETIKA PERAWATAN KULIT WAJAH DAN RIASAN PADA MAHASISWI JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI PADANG DWI SUKRISTIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TATA RIAS

Lebih terperinci

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan

Tabel 1. Pemanfaatan Tumbuhan Obat Oleh Masyarakat No Nama Tumbuhan. Bagian yang Dimanfaatkan 78 Lampiran 1. Lembar Wawancara I. IDENTITAS ANGGOTA RUMAH TANGGA 1. Nama Responden : 2. Umur : thn 3. Jenis Kelamin : 4. Tempat Lahir : di desa ini / di luar desa ini 5. Status : belum kawin/kawin/cerai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009).

I. PENDAHULUAN. dari kemiringan rendah hingga sangat curam (Gumbira-Sa id et al., 2009). I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir merupakan ekstrak daun dan ranting yang berasal dari tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb.) yang telah dikeringkan. Produk tersebut telah lama dikenal oleh masyarakat

Lebih terperinci

JENIS DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA TINADING DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

JENIS DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA TINADING DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN JENIS DAN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT DI DESA TINADING DAN PENGEMBANGANNYA SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN Komang Abdi Susila 1, Andi Tanra Tellu 2, Lilies Tangge 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha menghindari diri dengan cara menyembuhkan suatu jenis penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha menghindari diri dengan cara menyembuhkan suatu jenis penyakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, pemukiman dan pendidikan, karena hanya dalam keadaan sehat manusia dapat hidup, tumbuh dan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA OLEH ORANG TUA UNTUK KESEHATAN ANAK DI DUWET NGAWEN KLATEN

PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA OLEH ORANG TUA UNTUK KESEHATAN ANAK DI DUWET NGAWEN KLATEN PEMANFAATAN TANAMAN OBAT KELUARGA OLEH ORANG TUA UNTUK KESEHATAN ANAK DI DUWET NGAWEN KLATEN Susilo Yulianto, Ag. Kirwanto Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Jamu Abstract: Utilization

Lebih terperinci

BAB VII RUMPUT, HERBA DAN TANAMAN PEKARANGAN BERKHASIAT OBAT

BAB VII RUMPUT, HERBA DAN TANAMAN PEKARANGAN BERKHASIAT OBAT BAB VII RUMPUT, HERBA DAN TANAMAN PEKARANGAN BERKHASIAT OBAT Manito!, glukosa, sakharosa, malic acid, citric acid, coixol, arundoin, cylindrin, fernenol, simiarenol, anemonin, asam kersik, damar, dan logam

Lebih terperinci

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes spp) DI KAWASAN KONSERVASI RUMAH PELANGI DUSUN GUNUNG BENUAH KECAMATAN SUNGAI AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA Diversity Study of Kantong Semar Plants (Nepenthes

Lebih terperinci

BAB III Jenis Sediaan

BAB III Jenis Sediaan BAB III Jenis Sediaan Jenis sediaan tumbuhan obat yang paling populer di kalangan masyarakat selama ini adalah bentuk seduhan atau rebusan. Umumnya bentuk ini dimaksudkan untuk langsung diminum. Selain

Lebih terperinci

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL

EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL EKSTRAKSI KURKUMIN DARI TEMULAWAK DENGAN MENGGUNAKAN ETANOL A. F. Ramdja, R.M. Army Aulia, Pradita Mulya Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya ABSTRAK Temulawak ( Curcuma xanthoriza

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor utama dari penyakit Demam Dengue dan merupakan penyakit yang banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Demam Dengue atau

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10051 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME MONITORING EFEK SAMPING KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan

BAB I PENDAHULUAN spesies tumbuhan, 940 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara megabiodiversitas, karena memiliki kekayaan flora, fauna dan mikroorganisme yang sangat banyak. Ada Sekitar 30.000 spesies tumbuhan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman

PENDAHULUAN. Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari. (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir merupakan tanaman PENDAHULUAN Latar Belakang Gambir adalah sejenis getah yang dikeringkan. Gambir berasal dari ekstrak remasan daun dan ranting tumbuhan bernama gambir (Uncaria gambir Roxb.). Menurut Manan (2008), gambir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang

BAB I PENDAHULUAN. kepala, kecuali pada bibir, telapak tangan dan telapak kaki. Batang-batang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rambut adalah sesuatu yang keluar dari dalam kulit, tumbuh sebagai batang-batang tanduk, dan tersebar hampir di seluruh kulit tubuh, wajah, dan kepala, kecuali pada

Lebih terperinci

Tips Menghilangkan Flek Hitam di Wajah

Tips Menghilangkan Flek Hitam di Wajah Tips Menghilangkan Flek Hitam di Wajah Semua wanita mendambakan kulit wajah yang bersih, bebas dari jerawat maupun flek hitam. Namun salah satu masalah yang paling sering terjadi pada sebagian besar wanita

Lebih terperinci

JENIS TUMBUHAN PEWARNA ALAM YANG DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT PENENUN DESA BATU LINTANG KECAMATAN EMBALOH HULU KABUPATEN KAPUAS HULU

JENIS TUMBUHAN PEWARNA ALAM YANG DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT PENENUN DESA BATU LINTANG KECAMATAN EMBALOH HULU KABUPATEN KAPUAS HULU JENIS TUMBUHAN PEWARNA ALAM YANG DIMANFAATKAN OLEH MASYARAKAT PENENUN DESA BATU LINTANG KECAMATAN EMBALOH HULU KABUPATEN KAPUAS HULU (Types of Natural Dyes Used by Weavers Community from Batu Lintang Village,

Lebih terperinci

Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk

Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat mandiri kesehatan Oleh: Ellyn K. Damayanti (PPLH-IPB) Ervizal A. M. Zuhud (Fakultas Kehutanan-IPB) Harini M. Sangat (LIPI)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono

BAB 1 PENDAHULUAN. dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit (Tranggono BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika adalah panduan bahan yang siap untuk digunakan pada bagian luar badan seperti epidermis, rambut, kuku, bibir, gigi, rongga mulut antara lain untuk membersihkan,

Lebih terperinci

Status : a. Belum Menikah b. Menikah c. Cerai. Jumlah Anggota Keluarga :. Orang

Status : a. Belum Menikah b. Menikah c. Cerai. Jumlah Anggota Keluarga :. Orang Lampiran 1. Lembar Wawancara I. IDENTITAS Nama : Umur : Jenis Kelamin : Status : a. Belum Menikah b. Menikah c. Cerai Kedudukan Dalam Keluarga : a. Anak b. Suami c. Istri d. kakek e. Nenek Jumlah Anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allah SWT menciptakan alam dan isinya seperti hewan dan tumbuhan dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan- Nya. Manusia diberi kesempatan

Lebih terperinci

pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat

pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat Pemanfaatan dokumentasi pengetahuan lokal tumbuhan obat untuk mewujudkan masyarakat mandiri kesehatan Oleh: Ellyn K. Damayanti (PPLH-IPB) Ervizal A. M. Zuhud (Fakultas Kehutanan-IPB) Harini M. Sangat (LIPI)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Evaluasi kestabilan dari formula Hair Tonic sari lidah buaya (Aloe vera L.) dengan berdasarkan variasi konsentrasi bahan peningkat viskositas memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya 12 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Antropologi kesehatan dipandang oleh para dokter sebagai disiplin biobudaya yang memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial-budaya dari tingkah laku

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN UNTUK PERAWATAN PASCA PERSALINAN DAN BAYI OLEH MASYARAKAT LOKAL KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN UNTUK PERAWATAN PASCA PERSALINAN DAN BAYI OLEH MASYARAKAT LOKAL KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI PEMANFAATAN TUMBUHAN SEBAGAI BAHAN UNTUK PERAWATAN PASCA PERSALINAN DAN BAYI OLEH MASYARAKAT LOKAL KECAMATAN SEMBORO KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Alif Mei Laniar NIM. 090210103028 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kekayaan lautnya. Di Indonesia terdapat jenis tumbuhan memiliki

I. PENDAHULUAN. kekayaan lautnya. Di Indonesia terdapat jenis tumbuhan memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia kaya akan sumber daya hayati dan merupakan salah satu negara megabiodiversity terbesar di dunia, menduduki urutan kedua setelah Brazil yang memiliki keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, SPTN Wilayah II Taman Nasional Kayan Mentarang, Kabupaten Malinau, Kalimantan

Lebih terperinci

Masyarakat Pantura Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan. Studi Pendahuluan. Menentukan Informan Kunci. Mengurus Surat Izin Pengambilan Data

Masyarakat Pantura Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan. Studi Pendahuluan. Menentukan Informan Kunci. Mengurus Surat Izin Pengambilan Data Lampiran 1. Skema kerja Masyarakat Pantura Kabupaten Gresik dan Kabupaten Lamongan Studi Pendahuluan Menentukan Informan Kunci Mengurus Surat Izin Pengambilan Data BAK Fakultas Sain dan Teknologi BAPEPDA

Lebih terperinci

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro

Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro 68 Lampiran 1: Jenis Tumbuhan Obat untuk Kesehatan Reproduksi oleh Masyarakat Samin Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Beluntas Asam Brotowali Pisang Pepaya Jahe Sirih Bunga sepatu Sambiloto Kunyit

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN PHYTOTELMATA SEBAGAI TEMPAT PERINDUKAN ALAMI NYAMUK DEMAM BERDARAH DI KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG

KEANEKARAGAMAN PHYTOTELMATA SEBAGAI TEMPAT PERINDUKAN ALAMI NYAMUK DEMAM BERDARAH DI KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG KEANEKARAGAMAN PHYTOTELMATA SEBAGAI TEMPAT PERINDUKAN ALAMI NYAMUK DEMAM BERDARAH DI KOTA METRO PROVINSI LAMPUNG Agung Prasetyo 1), Emantis Rosa 2) dan Yulianty 2) 1) Mahasiswa Jurusan Biologi FMIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1).

BAB I PENDAHULUAN. hayati sebagai sumber bahan pangan dan obat-obatan (Kinho et al., 2011, h. 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan hutan tropis terkaya di dunia setelah Brazil dan masih menyimpan banyak potensi sumber daya alam hayati sebagai

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN: 978-602-60401-3-8 ETNOBOTANI DAN IDENTIFIKASI TUMBUHAN OBAT BAGI IBU PASCA MELAHIRKAN DI DESA KRUENG KLUET KECAMATAN KLUET UTARA ACEH SELATAN Tuti Marjan Fuadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara terkaya kedua di dunia di tinjau dari biodiversitas tumbuhan setelah negara brazil yang mempunyai hutan terluas di dunia. Diperkirakan diseluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gigi tersusun atas enamel, dentin, sementum, rongga pulpa, lubang gigi, serta jaringan pendukung gigi. Rongga mulut merupakan batas antara lingkungan luar dan dalam

Lebih terperinci

Keanekaragaman Habitus

Keanekaragaman Habitus Bedah Buku Auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta 12 Mei 216 TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT ETNIS ASLI KALIMANTAN (TBO-EAK) (69 spesies) Noorcahyati, S.Hut Pembahas : Ervizal A.M. Zuhud Kepala dan Guru Besar

Lebih terperinci

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt

TANAMAN BERKHASIAT OBAT. By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt TANAMAN BERKHASIAT OBAT By : Fitri Rahma Yenti, S.Farm, Apt DEFENISI Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau eksudat (sel) tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan/

Lebih terperinci

PEMBUATAN SEDIAAN KRIM ANTIAKNE EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK

PEMBUATAN SEDIAAN KRIM ANTIAKNE EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK PEMBUATAN SEDIAAN KRIM ANTIAKNE EKSTRAK RIMPANG TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) * Boesro Soebagio, Sri Soeryati, Fauziah K. Jurusan Farmasi FMIPA UNPAD ABSTRAK Telah dilakukan pembuatan sediaan krim

Lebih terperinci

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat

tradisional, daun sirih digunakan sebagai pelengkap dalam upacara adat, misalnya dalam perkawinan adat Jawa (Anonim, 2010). Umumnya masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN Saat ini minat masyarakat untuk memanfaatkan kembali bahan alam bagi kesehatan, terutama obat-obatan dari tumbuhan cenderung meningkat. Hal ini disebabkan karena pengobatan tradisional

Lebih terperinci

KAJIAN ETNOBOTANI UNTUK PERAWATAN KESEHATAN WANITA OLEH MASYARAKAT DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BUKU ILMIAH POPULER SKRIPSI

KAJIAN ETNOBOTANI UNTUK PERAWATAN KESEHATAN WANITA OLEH MASYARAKAT DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BUKU ILMIAH POPULER SKRIPSI KAJIAN ETNOBOTANI UNTUK PERAWATAN KESEHATAN WANITA OLEH MASYARAKAT DI KABUPATEN BONDOWOSO DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BUKU ILMIAH POPULER SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tampil cantik merupakan dambaan setiap orang terlebih lagi kaum wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tampil cantik merupakan dambaan setiap orang terlebih lagi kaum wanita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tampil cantik merupakan dambaan setiap orang terlebih lagi kaum wanita. Wanita ingin memiliki kulit wajah yang putih, bersih, tidak berkomedo, tidak berjerawat,

Lebih terperinci

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus)

BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) BAB I BENGKUANG (Pachyrhizus erosus) Gambar 1. Bengkuang Sumber: http://www.google.com/search?gs_rn=21&gs_ri=tanaman+bengkuang A. Sekilas Tanaman Bengkuang atau bengkoang (Pachyrhizus erosus) dikenal dari

Lebih terperinci

PRAKATA. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

PRAKATA. Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Keragaman Dan Peranan Tumbuhan Dalam Perawatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN OBAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MINYAK KARO SKRIPSI. Oleh :

IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN OBAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MINYAK KARO SKRIPSI. Oleh : IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN OBAT YANG DIGUNAKAN SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN MINYAK KARO SKRIPSI Oleh : IRMA SARI AMAROS SIREGAR 131201051 TEKNOLOGI HASIL HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak ratusan tahun yang lalu, nenek moyang kita telah memanfaatkan tanaman sebagai upaya penyembuhan jauh sebelum obat-obatan modern yang sekarang ada. Merebaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997).

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. meningkatkan kecantikan (Wasitaatmadja, 1997). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetika berasal dari kata kosmein (Yunani) yang berarti berhias. Bahan yang dipakai dalam usaha untuk mempercantik diri ini, dahulu diramu dari bahan-bahan alami

Lebih terperinci

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa

dan minyak atsiri (Sholikhah, 2006). Saponin mempunyai efek sebagai mukolitik (Gunawan dan Mulyani, 2004), sehingga daun sirih merah kemungkinan bisa BAB I PENDAHULUAN Lebih kurang 20 % resep di negara maju memuat tanaman obat atau bahan berkhasiat yang berasal dari tanaman, sedangkan di negara berkembang hal tersebut dapat mencapai 80 %. Di Indonesia

Lebih terperinci

Studi Pendahuluan. Menentukan Lokasi. Menentukan Informan Kunci (key informan) Participatory Ethnobotanical Appraisal (PEA) Wawancara

Studi Pendahuluan. Menentukan Lokasi. Menentukan Informan Kunci (key informan) Participatory Ethnobotanical Appraisal (PEA) Wawancara 128 Lampiran 1. Diagram Langkah Kerja Penelitian Studi Pendahuluan Menentukan Lokasi Menentukan Informan Kunci (key informan) Participatory Ethnobotanical Appraisal (PEA) Wawancara Wawancara Terstruktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tumbuhan Obat Sandra dan Kemala (1994) mengartikan tumbuhan obat sebagai semua tumbuhan, baik yang sudah dibudidayakan maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rambut terdapat hampir pada seluruh bagian tubuh dan memiliki berbagai fungsi, antara lain fungsi estetika bagi manusia. Rambut sering disebut sebagai mahkota bagi wanita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu Negara dengan kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 30.000 spesies tanaman tingkat tinggi, hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 10 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di tiga kecamatan di Kabupaten Subang, yaitu Kecamatan Jalancagak, Kecamatan Dawuan dan Kecamatan Tambakdahan. Pada masing-masing

Lebih terperinci

WtÜ TÄÅtwç. TÄÅtwçËá _ áàm. Kasiat Daun-Daun, Buah-Buahan dan Akar-Akaran oleh HM. Agus Ibnu Ibad.

WtÜ TÄÅtwç. TÄÅtwçËá _ áàm. Kasiat Daun-Daun, Buah-Buahan dan Akar-Akaran oleh HM. Agus Ibnu Ibad. WtÜ TÄÅtwç TÄÅtwçËá _ áàm Kasiat Daun-Daun, Buah-Buahan dan Akar-Akaran oleh HM. Agus Ibnu Ibad. 1. Kasiat Daun Pandan (Untuk menghilangkan bauk busuk) Daun pandan yang berbentuk panjang-panjang kurang

Lebih terperinci

Manfaat Tomat Untuk Kulit

Manfaat Tomat Untuk Kulit Manfaat Tomat Untuk Kulit Oleh : M Huda romdon BP3K Udanawu Untuk kulit, tomat lebih umu dijadikan krim alami yang terkadang dicampurkan dengan beberapa bahan alami lain seperti jeruk nipis, madu, gula,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1

Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Prosiding Seminar Nasional Kefarmasian Ke-1 Samarinda, 5 6 Juni 2015 Potensi Produk Farmasi dari Bahan Alam Hayati untuk Pelayanan Kesehatan di Indonesia serta Strategi Penemuannya AKTIVITAS ANTIBAKTERI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik wawancara semi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik wawancara semi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik wawancara semi struktural (semi stuctural interview) disertai dengan keterlibatan aktif peneliti

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat

Tinjauan Pustaka. A. Pengertian Tumbuhan Obat II. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Tumbuhan Obat Tumbuhan obat adalah tumbuhan yang baik beberapa bagian atau keseluruhan dari bagiannya memiliki khasiat obat yang digunakan sebagai obat dalam penyembuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman industri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan mega-center keragaman hayati dunia, dan menduduki urutan terkaya kedua di dunia setelah Brazilia. Indonesia memiliki sekitar 17.000 pulau dengan

Lebih terperinci

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan BioLink Vol. 3 (1) Agustus 2016 p-issn: 2356-458x e-issn:2597-5269 BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/biolink ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT

Lebih terperinci

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak

Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Vol. 2 (1): 1 6 Keanekaragaman Jenis dan Pola Distribusi Nepenthes spp di Gunung Semahung Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak Gustap Baloari 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Bidayuh Di Desa Kenaman Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau

Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Bidayuh Di Desa Kenaman Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau Pemanfaatan Tumbuhan Sebagai Bahan Pewarna Alami Oleh Suku Dayak Bidayuh Di Desa Kenaman Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau Sri Wahyuni Berlin 1, Riza Linda 1, Mukarlina 1 1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

Desain Kurikulum Muatan Lokal sebagai Upaya Konservasi Pengetahuan Etnobotani Suku Osing di Kabupaten Banyuwangi ABSTRAK

Desain Kurikulum Muatan Lokal sebagai Upaya Konservasi Pengetahuan Etnobotani Suku Osing di Kabupaten Banyuwangi ABSTRAK Desain Kurikulum Muatan Lokal sebagai Upaya Konservasi Pengetahuan Etnobotani Suku Osing di Kabupaten Banyuwangi Peneliti Mahasiswa Terlibat Sumber Dana : Muhammad Sulthon 1, Iis Nur Asyiah 2, Sulifah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Agronomi Tanaman Kelapa Sistematika tanaman kelapa: Kingdom : Plantae Divisio : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dihuni oleh kurang lebih suku tumbuhan yang meliputi 25-30 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang tinggi. Menurut Maijer (1974) dalam Soekarman (1992) diperkirakan hutan Indonesia dihuni oleh

Lebih terperinci

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2

KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 KAJIAN ETNOBOTANI OBAT (ETNO-FITOMEDIKA) DI DESA CIBANTENG 2 Asti Dwi Rahmawati 1 E34110041, Ashri Istijabah Az-Zahra 1 E34120003, Rizki Kurnia Tohir 1 E3120028, Yanuar Sutrisno 1 E34120038, Gabriela Krisanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Minyak atsiri yang juga dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil, volatile oil) dihasilkan oleh tanaman. Minyak tersebut mudah menguap pada

Lebih terperinci

LEMBAR WAWANCARA ETNOBOTANI TUMBUHAN BAHAN KERAJINAN DI SUKU USING KABUPATEN BANYUWANGI

LEMBAR WAWANCARA ETNOBOTANI TUMBUHAN BAHAN KERAJINAN DI SUKU USING KABUPATEN BANYUWANGI 78 Lampiran 1. Pedoman Wawancara LEMBAR WAWANCARA ETNOBOTANI TUMBUHAN BAHAN KERAJINAN DI SUKU USING KABUPATEN BANYUWANGI I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Responden : 2. Umur : thn 3. Jenis Kelamin : Laki-laki/

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk

I. PENDAHULUAN. menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat tampilan produk I. PENDAHULUAN Kebutuhan akan zat warna semakin meningkat seiring dengan berkembangnya dunia industri. Industri pangan, kosmetik, farmasi, dan lainnya menggunakan zat warna alami dan sintetis untuk membuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka merupakan sebuah cedera pada tubuh akibat penetrasi pada sebagian atau seluruh lapisan kulit dan meluas kedalam jaringan yang ada didasarnya. Luka seperti itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu ciri budaya masyarakat di negara berkembang adalah masih dominannya unsur-unsur tradisional dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan ini didukung

Lebih terperinci

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,-

J. Gaji dan upah Peneliti ,- 4. Pembuatan laporan ,- Jumlah ,- Anggaran Tabel 2. Rencana Anggaran No. Komponen Biaya Rp 1. Bahan habis pakai ( pemesanan 2.500.000,- daun gambir, dan bahan-bahan kimia) 2. Sewa alat instrument (analisa) 1.000.000,- J. Gaji dan upah

Lebih terperinci

TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI KEMUKIMAN SIMPANG TANJONG KECAMATAN PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH

TUMBUHAN BERKHASIAT OBAT DI KEMUKIMAN SIMPANG TANJONG KECAMATAN PEUSANGAN SELATAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI ACEH Jurnal EduBio Tropika, Volume 4, Nomor 1, April 2016, hlm. 10-14 Djufri Dosen S1 dan S2 Prodi Pendidkan Biologi FKIP Unsyiah, Banda Aceh Hasanuddin Dosen S1 dan S2 Prodi Pendidkan Biologi FKIP Unsyiah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu

BAB I PENDAHULUAN. diutamakan. Sedangkan hasil hutan non kayu secara umum kurang begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam hutan. Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan hasil hutan non kayu. Hasil hutan kayu sudah

Lebih terperinci

Pengolahan gambir dengan kempa tradisional di Halaban

Pengolahan gambir dengan kempa tradisional di Halaban Pengelolahan gambir Pengolahan gambir dengan kempa tradisional di Halaban Jaka prima syahril 1 Mahasiswa semester 1, jurusan, Tata Air Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh. Jl. Raya Negara

Lebih terperinci

ABSTRAK PERANCANGAN REBRANDING BEDAK DINGIN SARIPOHATJI. Oleh Devi Haerani NRP

ABSTRAK PERANCANGAN REBRANDING BEDAK DINGIN SARIPOHATJI. Oleh Devi Haerani NRP ABSTRAK PERANCANGAN REBRANDING BEDAK DINGIN SARIPOHATJI Oleh Devi Haerani NRP 1064030 Saripohatji merupakan sebuah produk kosmetik tradisional yang dikenal sebagai bedak dingin dan obat jerawat yang digunakan

Lebih terperinci

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003).

merupakan campuran dari beragam senyawa kimia, beberapa terbuat dari sumbersumber alami dan kebanyakan dari bahan sintetis (BPOM RI, 2003). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL PEMAKAIAN MASKER JAMBU BIJI MERAH UNTUK KECERAHAN KULIT WAJAH SKRIPSI

PERBEDAAN HASIL PEMAKAIAN MASKER JAMBU BIJI MERAH UNTUK KECERAHAN KULIT WAJAH SKRIPSI PERBEDAAN HASIL PEMAKAIAN MASKER JAMBU BIJI MERAH UNTUK KECERAHAN KULIT WAJAH SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan

Lebih terperinci

Cara Paling Ampuh Merawat Wajah Secara Alami, Sehat dan Agar Awet Muda. Cara Paling Ampuh Merawat Wajah Secara Alami, Sehat dan Agar Awet Muda

Cara Paling Ampuh Merawat Wajah Secara Alami, Sehat dan Agar Awet Muda. Cara Paling Ampuh Merawat Wajah Secara Alami, Sehat dan Agar Awet Muda Cara Paling Ampuh Merawat Wajah Secara Alami, Sehat dan Agar Awet Muda Cara Paling Ampuh Merawat Wajah Secara Alami, Sehat dan Agar Awet Muda Bagaimana cara merawat wajah secara alami? Hal ini pertanyaan

Lebih terperinci

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara

Indonesia merupakan negara berkembang yang kaya akan tumbuhtumbuhan. Banyak sekali tanaman yang berkhasiat sebagai bahan obat telah digunakan secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara berkembang dan tidak dapat dipungkiri bahwa banyak masalah kesehatan yang sering terjadi salah satunya adalah diare. Angka kesakitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang

BAB I PENDAHULUAN. Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Plak merupakan deposit lunak berwarna putih keabu-abuan atau kuning yang melekat erat pada permukaan gigi atau permukaan padat lainnya di dalam mulut seperti

Lebih terperinci

Bedak Dingin Beras dan Air Sari Bengkoang

Bedak Dingin Beras dan Air Sari Bengkoang Bedak Dingin Beras dan Air Sari Bengkoang Nur Pujiati 1), Tegar Wanda Kristiani 2), Lusiana Dewi 3), Abdul Karim,SE, MSi, Akt 4) Program Studi Akuntasi, Universitas Semarang Email: nurpujiati59@gmail.com;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Hutan Raya Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli atau bukan jenis asli,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering

I. PENDAHULUAN. Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam berdarah dengue (DBD), merupakan penyakit yang masih sering terjadi di berbagai daerah. Hal ini dikarenakan nyamuk penular dan virus penyebab penyakit ini

Lebih terperinci