Jurnal Equilibria Pendidikan Vol. 1, No. 1, 2016

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Jurnal Equilibria Pendidikan Vol. 1, No. 1, 2016"

Transkripsi

1 PERAN PEREMPUAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA UMKM Hawik Ervina Indiworo Universitas PGRI Semarang ABSTRACT SMEs industry in Indonesia is currently so rapidly, it is evident with the sector of SMEs able to survive in times of economic crisis. Besides the educational factors, the emergence of women's issues can not be separated from ideological, structural and cultural factors, all three of which are linked to strengthen a situation that is very unfavorable to women. Women's participation in various sectors is very high, in accordance with the advantages of women such as diligent, meticulous, tenacious, patient, honest, tough, high sense of responsibility, strong will, high spirits and discipline. Therefore, the government needs to provide guidance to SMEs managed by women with the help of soft loans and equip them with entrepreneurship and management training so that women managed SMEs can develop well. Keywords: women, SMEs ABSTRAK Industri UMKM di Indonesia saat ini begitu pesat, hal ini terbukti dengan sektor UMKM mampu bertahan pada saat krisis ekonomi. Disamping faktor pendidikan, munculnya persoalan perempuan tidak dapat dipisahkan dari faktor-faktor ideologi, struktural dan kultural, ketiganya saling terkait menguatkan suatu situasi yang sangat tidak menguntungkan perempuan. Peran serta wanita dalam berbagai sektor sangat tinggi, sesuai dengan kelebihankelebihan yang dimiliki wanita seperti tekun, teliti, ulet, sabar, jujur, tangguh, rasa tanggung jawab tinggi, kemauan keras, semangat tinggi dan disiplin. Oleh sebab itu pemerintah perlu memberikan pembinaan kepada UMKM yang dikelola perempuan dengan bantuan kredit lunak dan membekali dengan pelatihan kewirausahaan maupun manajemen sehingga UMKM yang dikelola perempuan bisa berkembang dengan baik. Kata Kunci: perempuan, usaha kecil menengah mikro 40 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

2 PENDAHULUAN meningkatkan daya tumbuh dan daya Peran serta UMKM dalam saingnya (Hatifah, 1995, dalam febriani perekonomian nasional tidak diragukan lagi terutama dalam penyerapan tenaga 2012). Menurut Purwanto (2010, dalam kerja, pembentukan Produk Domestik Primingtyas), para pengusaha kecil Bruto (PDB) Nasional, nilai ekspor nasional, dan investasi nasional (Faraz, 2013). Ketika Indonesia dilanda kritis, menengah (UKM) mengalami kesulitan dalam mengakses kredit perbankan karena masih terjadi perbedaan perspektif antara pemerintah baru tersadar bahwa usaha sisi UKM dan sisi perbankan dalam besar yang dibangga-banggakan justru pemberian kredit. Namun, tekanan yang sebagian besarbangkrut/gulung tikar dan dihadapi perbankan berupa semakin memberikan beban berat bagi negara ketatnya persaingan dan semakin dan bangsa, sebaliknya usaha kecil yang menipisnya keuntungan dari segmen selama ini dipandang sebelah mata korporasi (perusahaan besar), memaksa mampu bertahan, bahkan berkembang. perbankan untuk masuk ke segmen UKM. Ternyata, meskipun selama ini praktek Berdasarkan data Badan Pusat layanan publik dirasakan usaha kecil Statistik tahun 2000 penduduk Indonesia tidak fair, namun mereka mampu berjumlah 209 juta merupakan jumlah menunjukan kekenyalannya, usaha kecil tetap mendayung sampannya di antara penduduk terbesar ke 4 di dunia. Dari jumlah tersebut 105 juta(50,24%) adalah karang-karang lautan yang berombak wanita dan 104 juta (49,76%)pria. besar dan berubah-ubah karena tiupan angin kencang. Namun demikian, walau usaha kecil mempunyai daya juang luar Separuh jumlah penduduk tersebut tinggal di kota, persentase penduduk wanitadan pria di kota dan di desa tidak jauh biasa, untuk bertahan hidup dan berbeda, yaitu di kota : 50,1% wanita dan berkembang perlu diberikan lingkungan berusaha dan dukungan-dukungan lain 49, 9% pria,sedang di desa: 49,7% wanita dan 50, 3% pria.(siswanto, 2009) untuk meningkatkan daya saing dan Partisipasi perempuan dalam daya tumbuhnya. Untuk itu isu kegiatan untuk pendirian usaha juga pembinaan dan pengembangan usaha lebih rendah, di mana laki-laki dua kali kecil (termasuk mikro), menengah lipat frekuensinya dibandingkan dengan semakin digalakkan. Identifikasi kaum perempuan. Proporsi tersebut makin kebutuhan dan masalah usaha kecil buruk pada negara-negara berkembang, perlu terus dilakukan dalam upaya karena partisipasi laki-laki hampir 41 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

3 mencapai 75% (Minniti dan Arenius, 2003, dalam Jati, 2009). Ketimpangan tersebut di atas didukung oleh Wilson menyebar di berbagai bidang maupun sektor lainnya (Sumampaw, 200). Dengan potensi tersebut wanita potensial berperan (2007 dalam Jati, 2009), yang menyatakan aktif dalam proses recovery ekonomi bahwa kepemilikan perempuan terhadap yang masih diselimuti berbagai usaha di Asia, Afrika, Eropa Timur, dan permasalahan ini. Dalam kondisi Amerika Latin hanya 25%, demikian kajian dengan tema.wanita dan sedangkansisanya dimiliki oleh lakilaki.(widowati, pengembangan usaha relevan untuk 2012) dibicarakan, khususnya dalam upaya Keberadaan wirausahawan menyiasati pemulihan ekonomi serta perempuan dalam Usaha Mikro, Kecil, meningkatkan kemandirian dan dan Menengah (UMKM) adalah realitas kemampuan wanita. Disamping wanita kehidupan ekonomi sebagian besar sangat potensial dan memiliki masyarakat Indonesia. Peran perempuan kompetensi dalam pengembangan usaha pelaku usaha mikro dalam kecil,wanita tersebut sebagai pelaku perekonomian Indonesia lambat laun bisnis, pengelola pembina/pendamping, ternyata makin menjadi penjaga ataupun sebagai tenaga kerja. Tentu gawang perekonomian rakyat. Data saja masih terus ditingkatkan kualitas kepemilikan UMKM menunjukkan dan profesionalismenya dengan secara rinci bahwa sebanyak 44,29% peningkatan kemampuan dan usaha mikro dikelola oleh perempuan, ketrampilannya (Hesti, 1996 dalam demikian pula di sektor usaha kecil Febriani 2012) sebanyak 10,28% (BPS, 2005, dalam Jati, Pengelolaan UMKM pada 2009). Sedangkan, laporan Menteri umumnya dikelola secara bersama-sama Negara Pemberdayaan Perempuan oleh laki-laki dan perempuan dalam (Oktober, 2007, dalam Jati, 2009) suatu keluarga, meskipun pada awalnya menyatakan bahwa 60% dari 41 juta pengusaha mikro dan kecil di Indonesia adalah perempuan. (Widowati, 2012) usaha tersebut dirintis oleh perempuan (istri), namun pada akhirnya keterlibatan laki-laki (suami) dalam kadar tertentu Wanita potensial untuk melakukan tidak dapat dihindarkan. (Swastuti, berbagai kegiatan produktif yang 2013). menghasilkan dan dapat membantu ekonomi keluarga, dan lebih luas lagi ekonomi nasional, apalagi potensi tersebut 42 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

4 Pengelolaan secara bersama-sama mengenai kesempatan beraktivitas di luar ini menyebabkan membaurnya domain rumah tangga dianggap sesuatu manajemen usaha dan manajemen rumah yang mengada-ada, sehingga tidak aneh tangga, sehingga seringkali terjadi muncul paradigma perempuan tidak perlu kekacauan manajemen usaha, karena sekola tinggi karena pada akhirnya hanya tidak ada pemilahan secara tegas antara akan mengurus sekitar kasur, sumur, dan manajemen usaha dan menajemen dapur. (Sri Lestari, 2007, dalam siswanto keluarga. Pendapatan usaha yang 2009) semestinya digunakan untuk Seiring dengan kemajuan arus meningkatkan usaha digunakan untuk globalisasi, wanita sudah mulai memenuhi kebutuhan keluaga yang menampakkan kemampuannya walaupun bersifat mendesak dan bersifat tidak masih lebih rendah dibanding laki-laki, terduga.(swastuti, 2013) KAJIAN PUSTAKA Secara umum masih sedikit diantara kita yang menyadari bahwa perempuan ditunjukkan oleh data BPS tahun 2000, wanita sekarang mulai terlihat memiliki motivasi untuk terjun dibidang wiraswasta atau usaha dengan alasan mengurangi menghadapi persoalan yang spesifik pengangguran, menciptakan lapangan gender, yaitu persoalan yang hanya kerja. Sebenarnya sudah lama sebagian muncul karena seseorang atau kelompok wanita Indonesia terlibat dalam orang adalah perempuan. Tidak saja di wiraswasta namun karena adanya kalangan laki-laki, tapi kaum perempuan persoalan spesific gender (Siswanto, sendiri yang masih banyak tidak 2009). Dalam hal keterlibatan menyadari hal tersebut, sehingga perempuan Indonesia dalam dunia usaha memandang tidak perlu persoalan atau sebagai pengusaha/wirausaha telah perempuan harus dibahas dan diperhatikan ada sejak zaman ke zaman, sejak dulu secara khusus. Hal ini terjadi karena wanita telah terjun dalam dunia mendalamnya penanaman nilai-nilai perdagangan, misalnya wanita-wanita di mengenai peran laki-laki dan perempuan, Solo telah membantu ekonomi keluarga yang menganggap sudah kodratnya bahkan sebagai tulang punggung perempuan sebagai ratu rumah tangga, ekonomi keluargadari usaha batik yang sebagai pengendali urusan domestic saja mereka kelola. Demikian halnya di begitu dominan di masyarakat kita, Palembang, Padang, Lampung, dan sehingga adanya pikiran dan keinginan Ujung Pandang, wanita-wanita sukses mengelola industri rumah tangga berupa 43 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

5 kain songket, di daerah-daerah lain jumlah perempuan pengusaha yang juga terkenal dengan berbagai jeniskerajinan adalah tergolong UMKM sehingga upaya tangan ataupun makanan sebagai ciri khas pemerintah dalam pemberdayaan suatu daerah adalah hasil karya tangantangan perempuan (Harsosumarto, 2007) terhadap perempuan di sektor UMKM masih dilakukan secara minimal. (Dipta, Forum APEC Women And The 2009 dalam Priminingtyas 2012) Economy beberapa waktu yang lalu Demikian juga berdasarkan data dari mengambil tema Women As Economic Kementerian Koperasi dan UKM Drivers. Pasalnya, 96 persen pelaku Republik Indonesia (2010) sekitar 60% kewirausahaan adalah UKM, sementara UKM dikelola oleh perempuan 60% pelaku UKM adalah perempuan. Indonesia. Hal ini tanpa disadari bahwa Dengan mel;ihat kondisi tersebut, perempuan memiliki peranan penting perempuan saat ini menjadi penggerak dalam meningkatkan perekonomian ekonomi atau Women as Economic negara. Peran perempuan dalam Drivers demikian pernyataan Linda aktivitas ekonomi tidak hanya berperan Amalia Sari Gumelar Menteri Negara dalam memperkuat ketahanan ekonomi Pemberdayaan Perempuan Dan keluarga dan masyarakat namun juga: 1. Perlindungan Anak Republik Indonesia. (Suara Karya Online,2013, dalam Faraz 2013). Dalam forum internasional seperti APEC disepakati agar masing-masing Mengurangi efek fluktuatif ekonomi, 2. Berkontribusi dalam upaya penurunan angka kemiskinan dan, 3. Menjamin pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Faraz, 2013) ekonomi memberikan perhatian bagi Peran perempuan di sektor UMKM perkembangan perempuan pengusaha, umumnya terkait dengan bidang khususnya pengusaha mikro, kecil dan perdagangan dan industri pengolahan menengah serta dodorong agar seperti: warung makan, toko kecil mengembangkan disagregasi data agar (peracangan), pengolahan makanan dan pembinaan dan pengembangan industri kerajinan, karena usaha ini dapat perempuan pengusaha yang adalah dilakukan di rumah sehingga tidak UMKM menjadi lebih terarah. melupakan peran perempuan sebagai ibu Indonesia sendiri yang menjadi anggota rumah tangga. Meskipun awalnya A PEC belum banyak menindaklanjuti UMKM yang dilakukan perempuan kesepakatan tersebut. Sampai saat ini, lebih banyak sebagai pekerjaan belum ada data yang jelas tentang sampingan untuk membantu suami dan 44 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

6 untuk menambah penadapatan rumah Para ekonom biasanya tangga, tetapi dapat menjadi sumber menyebutkan ada lima keadaan yang pendapatan rumah tangga utama apabila memungkinkan industri kecil dapat dikelola secara sungguh-sungguh. bertahan (Supratikno; dalam (Priminingtyas,2010, dalam Faraz 2013) Yustika,2007:183). Pertama, usaha Indonesia sendiri yang menjadi industri kecil bergerak dalam pasar yang anggota APEC belum banyak terpecah-pecah (fragmented market). menindaklanjuti kesepakatan tersebut. Kedua, usaha industri kecil menghasilkan Sampai saat ini, belum ada data yang produk-produk dengan karakteristik jelas tentang jumlah perempuan elastisitas pendapatan yang tinggi. Ketiga, pengusaha yang juga adalah tergolong usaha kecil memiliki heterogenitas yang UMKM. Oleh karena itu, upaya tinggi, khususnya tekhnologi, sehingga pemberdayaan masih dilakukan secara indistri kecil dapat menghasilkan produk minimal. Pemerintah, khususnya yang beraneka ragam. Keempat, usaha Kementerian Koperasi dan UKM, industri kecil tergabung dalam suatu selain mengembangkan proyek yang cluster (sentra indu stri), sehingga mampu khusus untuk pengembangan gender, memanfaatkan efisiensi kolektif (modal sejak tahun 2006 telah diupayakan sosial) misalnya dalam hal pembelian penguatan koperasi yang khusus bahan baku, pemanfaatan tenaga kerja dikelola oleh kaum perempuan melalui terampil, dan dalam hal pemasaran. program PERKASSA (Perempuan Kelima, usaha-usaha industri kecil Keluarga Sehat dan Sejahtera). Dengan diuntungkan oleh kondisi geografis, yang perkuatan masing-masing Rp.100 juta membuat produk-produk industri kecil untuk setiap koperasi, pada tahun 2006 memperoleh proteksi alami karena pasar telah dibantu sebanyak 200 unit koperasi yang dilayani tidak terjangkau oleh melalui pola konvensional (100 unit) dan pola syariah (100 unit) dengan nilai sebesar Rp. 20 milyar. Perkuatan produk-produk industri berskala besar. (Hanoeboen)` Dari jumlah UMKM di Indonesia, ini diharapkan mampu mengembangkan perempuan sebagai pelaku UMKM perempuan pengusaha khususnya anggota memiliki jumlah yang cukup signifikan. koperasi.(dipta, 2012) Walaupun data mengenai keterlibatan perempuan dalam usaha mikro, kecil dan menegah masih sangatlah minim namun diyakini berdasarkan fakta yang 45 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

7 ditemukan di lapangan diketahui bahwa dan akses pemasaran di mana mayoritas Usaha Mikro, Kecil dan perempuan memiliki akses informasi Menengah ini dijalankan oleh perempuan, pemasaran yang rendah. Disimpulkan khususnya pada usaha-usaha home bahwa hambatan perkembangan industri yang dikelola oleh rumah tanggarumah wirausaha perempuan adalah akibat tangga. Dilihat dari jumlah unit gender stereotype(stereotip gender) antara usahanya UMKM sangat banyak terdapat perempuan dan laki-laki dalam di semua sektor ekonomi dan lingkungan patriarkhi. (Widowati, 2012) kontribusinya sangat besar terhadap Wilson et al., (2007) penekanan kesempatan kerja dan pendapatan, namun penelitian pada faktor personal di sisi lain, ditemukan bahwa banyak (personality characteristic), yaitu selfefficacy. usaha kecil dan menengah yang Hasil penelitiannya memberikan dikelola oleh perempuan banyak data bahwa kaum perempuan memiliki mengalami kendala di berbagai aspek self-efficacy dan self-confidence yang usaha yang dijalankannya, sebagai lebih rendah dari kaum laki-laki di antisipasi permasalahan, maka perlu bidang matematika, keuangan, pembuata dilakukan kajian mengenai bagaimana n keputusan, dan problem solving. potensi Usaha Kecil Menengah yang Padahal hal ini adalah faktor utama dikelola kaum perempuan sebagai yang berhubungan dengan keterampilan kontributor penetrasi ekonomi. dan keahlian laki-laki dan bahkan (Hanoeboen) Keterlibatan perempuan dalam menjadi determinan dalam mendorong kesuksesan sebagai seorang wirausaha. wirausaha, menjadi kajian beberapa Selaras dengan Kickkul et al., (2004) peneliti, di antaranya Ardhanari (2007), yang menyatakan bahwa self-efficacy yang meneliti profil dan hambatan kaum laki- laki lebih tinggi daripada wirausaha perempuan di Indonesia perempuan. Padahal, self-efficacy ini untuk berkembang. Temuannya sangat menjadi faktor penting bagi wirausaha menarik karena disebutkan hambatan dalam mengembangkan dan menguasai wirausaha perempuan adalah skill yang dibutuhkan dan pada karakteristik personal yang diakibatkan akhirnya akan berdampak terhadap oleh beban kerja akibat peran ganda kesuksesan karir. (Widowati, 2012) seorang perempuan dan karakteristik struktural, yaitu hambatan terhadap akses permodalan (syarat dan agunan) 46 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

8 Zulminarni (2004) menemukan manajemen, dan juga faktor bahwa faktor penting yang pengembangan yang terdiri mempengaruhi perkembangan penyelenggaraan kontak bisnis, fasilitas kewirausahaan adalah faktor manusia dalam memperluas pasar dan penguasaan yang meliputi: kepribadian pelaku teknologi dan yang terakhir faktor usaha, pendidikan, lingkungan, motivasi yang meliputi kebutuhan pengalaman, dan kemampuan fisiologis, aktualisasi diri dan berprestasi memperoleh uang, nilai sosial, budaya, ternyata memiliki hubungan yang dan peluang yang ditentukan oleh simultan dan signifikan. Faktor-faktor lingkungan, rangsangan ekonomi tersebut berpengaruh sebesar 71.6 % seperti peluang pasar, keuntungan terhadap kinerja, sedangkan 28.4 % yang diperoleh, permintaan yang dipengaruhi oleh faktor lain. bersifat elastis, iklim usaha dan Sukesi (2002) fenomena wanita peraturan pemerintah. Hayati (2007) bekerja untuk mencari nafkah terjadi menemukan bahwa kepribadian karena dorongan kebutuhan, kemauan dan entrepreneur merupakan faktor utama, kemampuan serta kesempatan kerja yang menyusul sesudahnya faktor tersedia dan akses wanita atas kemampuan, faktor teknologi, dan kesempatan tersebut. Status ekonomi faktor lain. Sifat kepribadian yang wanita dilihat dari aktivitasnya dalam paling banyak dibahas oleh para ahli dalam kaitan dengan wirausaha, adalah sifat kreatif dan inovatif. (Widowati, 2012) kegiatan mencari nafkah, akses terhadap faktor produksi, tingkat pendapatan yang dihasilkan dan kontribusinya terhadap pendapatan keluarga. Hasil penelitian (Study Kasus) Menurut Kementerian Negara yang dilakukan Agus Mansur dkk Pemberdayaan Perempuan ada empat (2008) kunci sukses perempuan UKM kelompok perempuan yang perlu di Kabupaten Sleman menunjukkan menjadi perhatian yaitu (1) kelompok bahwa faktor-faktor perencanaan yang perempuan yang sama sekali tidak meliputi layanan informasi, konsultasi, bimbingan dan ketersediaan lapangan mampu dan tidak memiliki sumbersumber karena beban kemiskinan; (2) kerja bagi perempuan serta faktor perempuan yang memiliki sumbersumber pelaksanaan pelaksanaan yang meliputi tetapi belum/tidak berusaha layanan pelatihan, fasilitas untuk meningkatkan dirinya; (3) pengembangan organisasi dan perempuan yang telah melakukan usaha 47 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

9 namun tidak memiliki sumber-sumber; dan (4) perempuan yang telah memiliki kemampuan dan peran serta mampu besar dalam penyerapan tenaga kerja dalam rangka mengatasi pengangguran, karena usaha yang mereka kembangkan memanfaatkan sumber-sumber. memang merupakan usaha yang Banyaknya motivasi wanita memberikan peran besar melakukan usaha karena ingin dalampenyerapan tenaga kerja. (Dipta, mengurangi pengangguran atau 2007) menciptakan lapangan usaha, Dalam kenyataannya, meskipun menunjukkan adanya kesadarandari banyak perempuan Indonesia telah wanita atas kondisi pengangguran banyak memperoleh gelar sarjana, yang semakin meningkat, adanya master, bahkan doktor, hanya sedikit kesadaran dari wanita untuk menciptakan sekali pucuk pimpinan baik di pekerjaan bukan mencari pekerjaan. pemerintahan maupun swasta yang Berkaitan dengan upaya peningkatkan diduduki oleh perempuan, tentu saja peran perempuan pengusaha dalam selain perusahaan-perusahaan yang pengangguran, maka disamping perlu memang dikelola oleh perempuan adanya data yang jelas tentang jumlah seperti perusahaan catering, kosmetik, perempuan pengusaha, kiranya juga majalah wanita, jasa psikologi, kesenian, harus dipahami masalah dan tantangan atau kerajinan-kerajinan tertentu. yang ihadapi. Dengan peta yang jelas, Wanita potensial untuk melakukan maka akan dapat disusun program dan berbagai kegiatan produktif yang kegiatan yang terarah dalam menghasilkan dan dapat membantu pengembangan perempuan pengusaha ekonomi keluarga, dan lebih luas lagi ke depan. Namun demikian, ekonomi nasional, apalagi potensi mempelajari secara tersirat selama, ini tersebut menyebar di berbagai bidang kelompok perempuan maupun sektor. Dengan potensi tersebut pengusahasepertinya banyak bergerak wanita potensial berperan aktif dalam dalam usaha agrobisnis, khususnya proses recovery ekonomi yang masih sayur-mayur, pedagang jamu, kerajinan, diselimuti berbagai permasalahan, untuk serta warung makan. Untuk sektor itu potensi perempuan perlu industri, tampaknya belum banyak ditingkatkan atau paling tidak dikurangi digeluti oleh perempuan. Walaupun penyebab-penyebab mengapa perempuan demikian, diperkirakan kaum perempuan sulit maju dalam karier bagi perempuan pengusaha ini cukup memberikan peran 48 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

10 bekerja dan sulit maju usahanya bagi pertengahan tahun 1997, PHK dan perempuan pelaku usaha. pengangguran bertambah, karena krisis Seiring dengan kemajuan suami sebagai kepala rumah tangga pembangunan dan terbukanya arus menjadi pegangguran, kebutuhan rumah globalisasi dan informasi, serta tangga, pendidikan anak, kesehatan tak meningkatnya tingkat pendidikan mungkin dihentikan, memaksa para istri perempuan, meskipun tetap lebih rendah yang semula hanya sebagai ibu rumah dari pada tingkat pendidikan laki-laki tangga mulai berperan di berbagai sebagai ditunjukkan data BPS tahun bidang usaha sebagai pelakon usaha. 2000, perempuan Indonesia sudah keluar Menurut hasil penelitian Badan dari tembok batas rumahnya untuk bekerja Pengembangan Sumberdaya KPKM dan berkarya, baik sebagai pegawai tahun 2001, melalui 32 orang pemerintah, karyawati, perusahaan baik responden menyatakan bahwa motivasi nasional maupun multinasional, serta wanita melakukan usaha adalah untuk sebagai pengusaha, dengan tidak (1) mengurangi pengangguran atau mengabaikan peran utamanya sebagai menciptakan lapangan usaha (2) istri dan ibu dari anak-anaknya. meringankan beban keluarga (3) Perempuan yang memutuskan untuk mengubah nasib (4) menjadi diri sendiri bekerja selain untuk mengoptimalkan (5) kaya dan (6) meningkatkan pendidikan dan potensinya, juga adanya kesejahteraan (Harsosumarso, 2007) kesadaran untuk menopang kehidupan Perbedaaan penting yang rumah tangganya karena dengan menentukan jiwa kewiraswastaan, semakin majunya peradapan dunia antara pria dan wanita, yang mana semakin tinggi pula kebutuhan hidup kebanyakan wanita sulit untuk maju dan rumah tangganya, dan yang karena :1). Wanita kurang diajar memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga mencurahkan waktu sepenuhnya untuk suami dan anak-anaknya adalah bersaing, mereka tidak dikembangkan dengan semangat persaingan yang baik dalam dunia usaha. Sejak kehidupan keputusan yang baik pula karena kanak-kanak mereka kurang terlibat, sebenarnya kewajiban mencari nafkah kurang terlatih dalam teamwork, menurut agama khususnya Agama Islam misalnya dalam teamworksport. Mereka adalah berada dipundak pria atau kurang bertanding, malahan cenderung suami. Apalagi setelah perekonomian menghindari konfrontasi, karena Indonesia dilanda krisis pada konfrontasi bukan sifat lemah 49 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

11 lembutnya wanita, 2).Wanita terlalu mengungkapkan perasaan dan idenya melihat detail perkara-perkara kecil, secara tegas (asertif), dan tidak berani mereka terlalu terlalu berkepentingan mengatakan tidak atas pendapat atas hal-hal yang detail dari masalah, dan sikap teman kerjanya yang sehingga tidak terbiasa melihat diketahuinya salah, 6).Mereka lebih kedudukan perspektif keseluruhannya, senang bereaksi daripada mengambil karena terbiasa dengan hal-hal kecil, inisiatif, mereka terlalu rikuh untuk melepaskan konteks global perusahaan, akan mengganggu pengembangan jiwa menonjolkan kelebihan pendapat dan kepemimpinannya dan lebih suka jalur kepemimpinannya, 3). Wanita yang telah ada, 7).Wanita lebih emosionil dalam situasi yang tidak berorientasi pada tugas dari pada tujuan, tepat, sehingga banyak wanita berpikir besar pada tujuan dan sasaran, menghabiskan waktu memikirkan apa kata orang nanti ketika seharusnya dia terkalahkan oleh kebiasaannya dalam pekerjan rutin dan yang detail. berpikir secara profesional untuk Keberhasilan wanita ditunjang dari menyelesaikan tugasnya, sering kelebihan-kelebihan wanita yang menanam perasaan tidak enak secara merupakan faktor dominan terhadap berkepanjangan, sering emosionil dan keberhasilannya sebagai pelaku usaha sentimentil apabila dikritik tentang antara lain telaten, jujur sehingga lebih pekerjaannya, sikap maupun dipercaya, ulet, sabar, teliti, cermat, penampilannya, 4).Wanita kurang berani serius, tekun, berani mengambil resiko, mengambil resiko, berkaitan dengan tangguh, tidak mudah menyerah, sering memikirkan apa kata orang memiliki jiwa bisnis atau wirausaha, nanti, wanita cenderung melakukan kemauan keras, semangat, dedikasi dan tugas tugas secara aman dan average (rata-rata kebiasaan, sehingga pimpinan loyalitas tinggi, terbuka, bekerja dengan ikhlas, selalu menjaga nama baik, tidak menganggap mereka sebagai pegawai egois, disiplin dalam administrasi biasa-biasa saja yang rata-rata, tidak maupun pengelolaan keuangan, yang akan menuntut jenjang promosinya, mana kelebihan-kelebihan tersebut harus 5).Wanita kurang cukup agresif, karena selalu dijaga dan dikembangkan. sifat agresif tidak searah dengan Sebaliknya wanita memiliki pula pendidikan yang diterimanya selama ini, kelemahan-kelemahan yang dapat bahwa wanita harus feminim, jangan menjadi penyebab kegagalannya sebagai agresif, sehingga tidak berani pelaku bisnis antara lain: Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

12 Memanfaatkan kesempatan untuk dikerjakan dengan sungguh -sungguh. kepentingan pribadi, tidak berani (Priminingtyas, 2007) mengambil resiko, kurang percaya diri, Dari sisi peran serta wanita dalam atau terlalu percaya diri, terlalu usaha kecil menengah, dapat diketahui berambisi sehingga menangani usaha bahwa etoskerja para wanita sangat tinggi. diluar kemampuannya. 2. Wawasan Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian sempit sehingga kurang informasi, tidak dimana para wanita memiliki keinginan bisa membagi waktu atas peran yang sangat besar untuk memberikan gandanya, sibuk dengan urusan kontribusi dalam menyejahterakan keluarga sehingga curahan waktu untuk keluarganya. Bahkan para wanita kegiatan usahanya minimal, kurang sabar menghendaki adanya pengurangan atau emosi tinggi. 3. Menetapkan pengangguran. Dua hal ini keputusan dengan tergesa-gesa, masih mengisyaratkan bahwa para wanita bergantung atau didominasi suami, tersebut memiliki kegigihan usaha yang konsumtive, tidak terbuka, tidak tinggi dan perlu diberikan arahan dan bersungguh-sungguh, yang mana wawasan yang benar dan tepat tentang kelemahan-kelemahan tersebut hendaknya bagaimana mengelola bisnis secara diminimalisir. (Febriani, 2012) Peran perempuan di sektor UMKM modern. Jika hal ini diberikan, para wanita tersebut dapat menjadi wirausahawati umumnya terkait dengan bidang yang sangat tangguh. perdagangan dan industri pengolahan Pemberdayaan akses perempuan seperti : warung makan, toko kecil terhadap sumber daya publik dapat (peracangan), pengolahan makanan dan berhu -bungan dengan dampak kredit industri kerajinan, karena usaha ini mikro terhadap pengambilan ke putusan bisa dilakukan di rumah sehingga tidak dan pengelolaan pinjaman. Kontribusi melupakan peran perempuan sebagai ibu kredit mikro terhadap pemberdayaan rumah tangga. Meskipun awalnya perempuan dapat diidentifikasi dari UMKM yang dilakukan perempuan pengambilan keputusan yang lebih banyak sebagai pekerjaan berhubungan dengan penggunaan kredit, sampingan untuk membantu suami dan seperti siapa yang mengontrol peng untuk menambah pendapatan rumah gunaan kredit, siapa yang mengelola us tangga, tetapi bisa menjadi sumber aha yang didukung oleh kredit, siapa yang pendapatan rumah tangga utama apabila mengontrol pemasaran produk, dan siapa yang mengontrol penghasilan yang 51 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

13 didapat dari usaha yang didukung misalnya wanita-wanita di Solo telah kredit mikro.(asmorowati, 2005) membantu ekonomi keluarga bahkan GBHN (1999) antara lain sebagai tulang punggung ekonomi mengamanatkan perlunya meningkatkan kedudukan dan peranan perempuan dalam keluarga dari usaha batik yang mereka kelola. Demikian halnya di Palembang, kehidupan berbangsa dan bernegara Padang, Lampung, dan Ujung Pandang, melalui kebijakan nasional untuk wanita-wanita sukses mengelola industri mewujudkan keadilan dan kesetaraan rumah tangga berupa kain songket, di gender dalam berbagai bidang daerah-daerah lain terkenal dengan pembangunan baik di pusat maupun di daerah. Sejalan dengan amanat GBHN di berbagai jenis kerajinan tangan ataupun makanan sebagai ciri khas suatu daerah atas perlu dilakukan peningkatan peran adalah hasil karya tangan-tangan wanita dalam pengembangan UKM perempuan. (Harsosumarto, 2007) khususnya dan perekonomian Indonesia Permasalahan utama yang dihadapi pada umumnya. Untuk itu perlu UMKM adalah terkait dengan modal dilakukan kajian peran serta dan untuk pengembangan usaha. Umumnya kemampuan wanita dalam pengelola UMKM kesulitan dalam pengembangan usaha kecil, menengah, dan koperasi. Untuk mengetahui peran mendapatkan akses kredit untuk modal usaha dari lembaga perbankan. Hal ini serta dan kemampuan wanita dalam disebabkan karena pihak perbankan pengembangan UKM dapat dibedakan menganggap UKM tidak layak untuk menjadi : 1) wanita sebagai pelaku mendapatkan kredit, karena sektor UKM, 2) wanita sebagai pengelola UMKM sulit berkembang dan adanya UKM, dan 3) wanita sebagai pembina, pendamping, dan motivator, yang mana kekhawatiran terjadinya kredit macet. (Priminingtyas, 2010) dalam peran tersebut diperlukan Hasil penelitian IFC-PENSA (2004) pengetahuan, kemampuan, dan bersama IWAPI mengungkapkan bahwa kompetensi kewirausahaan (Anonim, ada masalah kesadaran gender dalam 1992, dalam febriani 2012) mengakses permodalan. Seorang anggota Keterlibatan wanita Indonesia IWAPI mendapatkan perlakuan tidak dalam kegiatan ekonomi sebagai menyenangkan karena pihak eksekutif wirausaha telah ada sejak zaman ke bank menilai bahwa pinjaman kepada zaman, sejak dulu wanita telah terjun perempuan pengusaha hanya akan dalam dunia perdagangan (febriani, 2012) meningkatkan angka perceraian. 52 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

14 Stereotipe pihak bank dirasakan mempunyai skill yang cukup baik dalam perempuan pengusaha sebagai salah menjalankan usahanya sehingga usahanya satu kendala sulitnya mengakses banyak yang terpuruk. (Priminingtyas, permodalan dari bank (Agusni, 2007) Menurut Rose (1992) karak-teristik 2010) Dengan tingkat pendidikan yang perempuan dibandingkan dengan pria rendah, perempuan sulit untuk adalah mereka lebih mampu bertahan mengakses kredit dari lembaga terhadap kemiskinan yang mereka derita. perbankan. Apalagi persyaratan yang Hal ini karena perempuan mempunyai diminta pihak bank kepada UMKM cara yang jauhlebih kreatif dalam untuk mengajukan kredit sangat banyak memenuhi kebutuhan mereka. Disamping termasuk harus adanya jaminan. kemampu -an mengolah sedemikian rupa Jaminan yang disyaratkan pihak bank penghasilan keluarga mereka, para seperti sertifikat tanah, rumah dan surat perempuan juga terbukti sangat kepemilikan kendaraan (BPKB), fleksibel dalam mengkom-binasikan umumnya diatasnamakan suami. pekerjaan domestik mereka dengan Perempuan tidak mempunyai kontrol aktivitas yang ditujukan memper oleh terhadap sumberdaya yang ada, seperti : pendapatan. Intinya, perempuan tanah, rumah dan kendaraan. Akibatnya mempunyai kontribusi banyak UKM yang dikelola perempuan memodernisasikan ide dan ketrampilan terjerat dalam hutang rentenir yang sangat jika diberi kesempatan. (Asmorowati, memberatkan sehingga usahanya 2005) mengalami kebangkrutan. Sebagian besar sektor UMKM yang Selain itu sensitivitas gender dikelola oleh perempuan, menjadikan berhubungan juga dengan aspek sosial perempuan memiliki multi peran dalam dan lingkungan. Kondisi sosial mengelola usahanya, dimana perempuan perempuan harus dilihat juga dari segi di samping sebagai manager juga kesehatan, perlindungan terhadap merangkap sebagai pekerja. Oleh kekerasan, lingkungan yang karena itu diperlukan pendidikan dan mempengaruhi kehidupan perempuan, keterampilan dalam mengelola suatu yang secara langsung maupun tidak usaha supaya bisa berkembang dengan langsung akan mempengaruhi kinerja baik. Akan tetapi realita yang ada di masyarakat, banyak perempuan dengan tingkat pendidikan rendah dan tidak usaha perempuan. Pemerintah sendiri sering kali kurang memperhatikanaspek gender ini sehingga apa yang telah 53 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

15 dilakukan oleh Pemerintah menjadi tersebut bekerja sendiri atau sebagai sering kurang bermakna dan tidak tepat pekerja keluarga yang tidak sasaran. dibayar.perhatian tersebut antara lain Untuk hasil usahanya tersebut, dengan dikeluarkannya berbagai dilihat dari kinerja koperasi/ukm, baik kinerja kelembagaan maupun usahanya. Dengan menganggap faktor luar tidak program, seperti kredit program, kredit untuk usaha kecil yang dikenal dengan KIK(Kredit Investasi Kecil) dan KMKP berpengaruh, maka bila pelaku usaha (Kredit Modal Kerja Permanen). memiliki kompetensi usaha maka kinerja Adapun tujuan sosial politik dari usahanya akan baik. Untuk KIK/KMKP ini adalah: a). Untuk mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dicari faktor-faktor dominan membantu usaha kecil yang bergerak disemua sektor perekonomian termasuk atau kelebihan-kelebihan yang pertanian,mendapatkan pinjaman jangka kebanyakan dimiliki wanita yang menengah untuk modal investasi dan menyebabkan wanita berhasil, dan modal kerja permanent, b). Untuk diidentifikasi kelemahankelemahan yang mempercepat pertumbuhan usaha kecil dimiliki wanita yang biasanya akan milik pribumi dengan tujuan menjadi penghambat keberhasilannya, mengurangi kesenjangan sosial yang serta permasalahan-permasalahan yang semakin melebar. Pada Pakjan 90 yang dihadapi dalam mengelola usaha. Untuk isinya penyempurnaan sistem peningkatan kemampuan wanita perkreditan, yang antara lain diidentifikasi kebutuhan peningkatan mewajibkan bank komersial pengetahuan dan ketrampilannya. menyalurkan 20% fortofolio kreditnya Berkaitan dengan pemberdayaan untuk usaha kecil, disini KIK/KMKP perempuan dan usaha mikro kecil, diganti menjadi KUK(Kredit Usaha sebenarnya pemerintah telah Kecil) dengan bunga mengikuti bunga memberikan perhatian yang cukup pasar, Dalam pelaksanaannya menurut serius, sebab usaha mikro kecil hasil penelitian Mari Elka Pangestu merupakan kegiatan ekonomi yang (1992): dari dana KUK yang tersedia menjadi pilihan kebanyakan anggota realisasinya pada tahun 1994 (28,50%), masyarakat, terutama kelompok tahun 1995 (35,3%), dan tahun 1996 perempuan, yang banyak berkecimpung sebesar 42,1%, yang mana lebih dalam kegiatan industri kerajinan dan separoh dari dana KUK yang tersedia industri rumah tangga, baik perempuan digunakan untuk sektor perhotelan, 54 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

16 perdagangan, restoran, kredit konsumsi setara dan memberikan akses, kontrol golongan menengah keatas, bukan untuk dan manfaat kepada pelaku kegiatan produktif usaha kecil. pembangunan itu sendiri. Pendekatan (Harsosumarto, 2007) ini sejalan dengan rencana aksi yang Bagi Indonesia, upaya pemerintah telah disepakati bersama dalam dalam memajukan status, peran Konferensi Perempuan Dunia dan setiap perempuan dalam pembangunan serta tahunnya Indonesia melaporkan kualitas hidup perempuan tidak terlepas dari perkembangan ini. Program P2W yang dilaksanakan antara tahun 1978 kemajuan - kemajuan yang telah dicapai. Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan selalu melakukan koordinasi hingga tahun 1992 menggunakan melalui pertemuan lintas sektoral pendekatan Women in Developoment mengisyaratkan perlunya peningkatan (WID) yang memfokuskan program kualitas hidup perempuan di semua pembangunan khusus kepada sektor. Perkembangan di bidang perempuan. Perempuan menjadi ekonomi dilihat dari sisi kepentingan kelompok target dalam peran produktifnya perempuan jugasenantiasa diikuti dan dan lebih sering menjadi objek daripada dilaporkan ke Perserikatan Bangsa subjek. Pemerintah Indonesia juga Bangsa. Perkembangan peranserta meratifikasi Konvensi tentang perempuan di perkoperasian juga Penghapusan Segala Bentuk menjadi perhatian pemerintah. Dari Diskriminasi Terhadap Perempuan pertemuan lintas sektor, diketahui melalui Undang Undang nomor 7 bahwa upaya pemberdayaan lebih tahun Kemudian Undang Undang ditujukan kepada kelembagaan dan tentang Hak Asasi Manusia nomor 39 bukan kepada individunya. Penelitian tahun Kemudian dalam Pelita VI yang dilakukan SMERU (2003) atas pemerintah mencanangkan pendekatan kerjasama dengan Gender and Development (GAD) yang Kementerian Negara Pemberdayaan memfokuskan program pembangunan Perempuan selalu melakukan koordinasi tidak khusus bagi perempuan, tetapi melalui pertemuan lintas sektoral juga melihat kepada hubungan peran mengisyaratkan perlunya peningkatan antar perempuan dan laki-laki. Dari kualitas hidup perempuan di semua pendekatan GAD diharapkan agar sektor. Perkembangan di bidang keikutsertaan perempuan dan laki-laki ekonomi dilihat dari sisi kepentingan dalam pembangunan menjadi lebih perempuan juga senantiasa diikuti dan 55 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

17 dilaporkan ke Perserikatan Bangsa mendapatkan akses permodalan dengan Bangsa Perkembangan peranserta bunga dan persyaratan yang dapat mereka perempuan di perkoperasian juga penuhi. menjadi perhatian pemerintah. Dari Bagi perempuan Indonesia, pertemuan lintas sektor, diketahui pemenuhan hak ekonomi perempuan bahwa upaya pemberdayaan lebih saat ini semakin dirasakan sebagai salah ditujukan kepada kelembagaan dan satu kebutuhan dasar apalagi dengan bukan kepada individunya. Penelitian semakin meningkatnya tingkat yang dilakukan SMERU (2003) atas kerjasama dengan Kementerian Negara partisipasi angkatan kerja perempuan dari tahun ke tahun. Pengalaman dan Pemberdayaan Perempuan pemahaman perempuan dengan arisan mengindikasikan bahwa telah banyak dapat membantu perempuan untuk ikut bantuan pemerintah dan donor yang berpartisipasi dalam pembangunan diberikan, namun ketika dikonfirmasikan perekonomian bangsa. Perempuan ke tingkat akar rumput ternyata upaya sebetulnya merupakan manajer yang yang diberikan sangat kecil atau pun baik dalam usaha (ADB, 2002). Di tidak sampai. Untuk Koperasi dan samping itu, pemberian kesempatan atas Usaha Kecil misalnya, penyediaan hak ekonomi perempuan akan permodalan dilakukan melalui pendekatan sentra dimana pengusaha Mikro, Kecil mengantarkan kaum perempuan pada suatu tatanan perjuangan mewujudkan dan Menengah (laki-laki dan perempuan keadilan dan kesetaraan gender. atau masih netral gender) yang ada pada Perannya dalam peningkatan produktivitas satu wilayah akan mendapatkan ekonomi perempuan selain meningkatkan pendampingan oleh Lembaga rasa percaya diri sebagai aktor Pengembangan Bisnis/Business pembangunan, tetapi juga memberikan Development Services (LPB/BDS) dan didukung dengan modal awal padanan posisi tawar bagi perempuan terhadap rekan sekerja laki-laki (Agusni, 2007) melalui koperasi simpan pinjam/ unisimpan pinjam koperasi t (KSP/USPkop). Perempuan sangat potensial dan Upaya ini tentu saja sangat memiliki kompetensi dalam terbatas dan tidak menyeluruh karena pengembangan usaha kecil dan pendanaan yang juga terbatas. menengah, sehingga perempuan sebagai Akibatnya para pengusaha, apa lagi pelaku bisnis, pengelola, pembina/ perempuan pengusaha tidak mudah pendamping, ataupun sebagai tenaga 56 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

18 kerja, tentu saja masih terus perlu ditingkatkan kualitas dan profesionalismenya melalui peningkatan kemampuan dan ketrampilannya.(swastuti, 2013) Oleh karena itu dengan kebijakan dan program pemerintah dalam rangka pembinaan kepada UMKM yang dikelola perempuan melalui bantuan kredit lunak diharapkan sektor UMKM bisa tetap survive. Selain itu pemerintah juga perlu memberikan pelatihan kepada UMKM yang dikelola perempuan untuk meningkatkan keterampilan melalui pelatihan kewirausahaan maupun manajemen sehingga UMKM yang dikelola perempuan bisa berkembang dengan baik. SIMPULAN Sektor UMKM yang didominasi oleh perempuan mempunyai peranan penting dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB), penyerapan tenaga kerja dan ekspor Indonesia. Masalah pengangguran merupakan hal yang harus segera ditangani. Keterlambatan menangani pengangguran akan menimbulkan masalah sosial baru yang semakin komplek ke depan. Mengatasi masalah pengangguran dapatdilakukan dengan pengembangan UMKM yang fokus pada beberapa sektor/komoditi tertentu dan dengan pendekatan yang terintegratif. menghadapi Pada saat ini UMKM masih permasalahan-permasalahan dalam mengembangkan usahanya, seperti kurang modal,lemahnya sumber daya manusia kurang menguasai teknologi/pasar memperngaruhi kinerja usaha, sehingga permasalahanpermasalahan tersebut perlu dicarikan pemecahan secara terpadu. Oleh karena itu pemerintah perlu memberikan pembinaan kepada UMKM yang dikelola perempuan dengan bantuan kredit lunak dan membekali dengan pelatihan kewirausahaan maupun manajemen sehingga UMKM yang dikelola perempuan bisa berkembang dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Afiah, N. Nunuy,2009. Beberapa peran kewirausahaan dalam mengatasi tantangan di UMKM. Ardhanari, Margaretha, et. al. (2007). Analisis Personal Dan Struktural Pumik (Perempuan Pengusaha Mikro) Di Surabaya Dalam Upaya Pengembangan Keberhasilan Usaha Bidang Ritel. Makalah disampaikan pada Lokakarya Regional : Pengembangan Kewirausahaan Perempuan dalam Usaha Mikro & kecil, Bali, November 2007 Arif Hanoeboen, B.R & Sasongko,P. Strategi Pengembangan Usaha Perempuan Pelaku UMKM di Kota Ambon 57 Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

19 Aries, V. Siswanto, Studi Peran Perempuan Dalam Pengembangan Usaha Kecil Menengah Melalui Teknologi Informasi di Kota Pekalongan Dinamika Informatika Vol I No 1, Maret 2009 ISSN : Dwi, I. Fitriana Sari, Peranan UKM Tenun Lurik Untuk Menyerap Tenaga Kerja Perempuan (Studi Kasus Kelompok Tenun Sumber Rejeki Tex, Dusun Cabeyan, Desa Mlese, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten). UNS. Endang Swastuti, 2013, Peran Serta Perempuan Dalam Pengelolaan Usaha Dagang Kecil dan Menengah (UDKM) Di JAWA TENGAH, MEDIAEKONOMI DAN MANAJEMEN Vol 27. No 1 Januari 2013 Faraz, Nahiyah.J., 2013, Peran Serta Perempuan Dalam UMKM. Febriani, 2012, Peran Wanita dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah di Kota Padang, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 3, Nomor3 Hetifah, S. dkk, Strategi dan Agenda Pengembangan Usaha Kecil, Seri Penelitian AKATIGA, Yayasan AKATIGA Indah Widowati, 2012, Peran Perempuan Dalam Mengembangkan Entreprenuer/Wirusaha Kasus di KUB Maju Makmur Kec. Kejajar Kab. Wonosobo, Business Conference (BC) 2012 Investor Daily Indonesia,2013.UMKM Kini Didominasi Kaum Wanita. Kamis, 22 Agustus. m-kini-didominasi-kaum wanita/67253 I Wayan Dipta, 2007, Mengangkat Peran Perempuan Pengusaha Dalam Mengatasi Pengangguran, Vol 15 No 1 INFOKOP Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia,2010..Data UKM yang dikelola oleh perempuan Indonesia. Jakarta. Linda Amalia S.G, 2013, Tingkatkan Peran Perempuan dalam Sektor UKM. Suara Karya Online, 9 Sepember Di unduh 15 Januari 2014 Priminingtyas, Dina Novia, Akses Usaha Kecil Menengah (UKM) Dalam Mendapatkan Kredit Usaha Dari Lembaga Perbankan Di Kota Malang. Prosiding Seminar Internasional "The Future of Small Businesses from Accounting, Management and Economics Perspectives" Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto. Purwanto, UKM Kesulitan Akses Kredit Perbankan. Available online with up dates athttp://economy.okezone.com/read/ 2010/ (Verified 20 April 2010) Sulikanti Agusni, 2007, Kekuatan Koperasi Dalam Pemberdayaan Perempuan, Infokop Vol 15 No Zulminarni, Nani, Lembaga Keuangan Mikro Dalam Rangka PemberdayaanPerempuan Miskin, Disampaikan dalam acara workshop Berbagi Pengetahuan dan Sumberdaya Keuangan Mikro di Indonesia yang diselenggarakan oleh GEMA PKM Indonesia dan BWTP di Jakarta 27 Agustus Peran Perempuan Dalam Meningkatkan Kinerja UMKM Hawik Ervina Indiworo

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM

MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM MAKALAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM Oleh: Dr. Nahiyah Jaidi Faraz, M.Pd FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013 PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM UMKM Dr. Nahiyah J.Faraz M.Pd nahiyah@uny.ac.id

Lebih terperinci

PERAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA PADANG

PERAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA PADANG PERAN WANITA DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KOTA PADANG Oleh : Febriani, SE, M.Si Dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Tamansiswa, Padang ABSTRAK Usaha Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

DINAMIKA INFORMATIKA Vol I No 1, Maret 2009 ISSN :

DINAMIKA INFORMATIKA Vol I No 1, Maret 2009 ISSN : STUDI PERAN PEREMPUAN DALAM PENGEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH MELALUI TEKNOLOGI INFORMASI DI KOTA PEKALONGAN (Penelitian ini dibiayai oleh Kementrian Negara Pemberdayaan Perempuan) Victorianus Aries Siswanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. besar mengalami kebangkrutan dan memberikan beban berat bagi negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998, pemerintah baru tersadar bahwa usaha besar yang dibangga-banggakan justru sebagian besar mengalami kebangkrutan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak mampu bertahan dengan baik ketika krisis ekonomi yang mengarah pada krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis yang terjadi di Indonesia telah memberikan suatu pelajaran penting bagi perekonomian Indonesia. Sektor korporasi yang semula menjadi primadona perekonomian ternyata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Krisis ekonomi sebagai akibat adanya krisis moneter yang terjadi sejak pertengahan Juli 1997, berakibat bangkrutnya perusahaanperusahaan berskala besar tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara yang kuat sering di artikan sebagai negara dengan kondisi ekonomi yang kuat. Beberapa negara di dunia yang ekonominya kuat umumnya memiliki pondasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Permasalahan kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 LEMBAGA KEUANGAN MIKRO DALAM KERANGKA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MISKIN 1 Nani Zulminarni 2 Sebagian besar penduduk miskin di Indonesia adalah perempuan, dan tidak kurang dari 6 juta mereka adalah kepala rumah

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN Dina Novia Priminingtyas Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya Malang ABSTRAK Potensi perempuan dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

Perempuan dan Industri Rumahan

Perempuan dan Industri Rumahan A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program ekonomi yang dijalankan negara-negara Sedang Berkembang (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN WANITA DALAM KEUANGAN SYARIAH Pengalaman & Kiat-Kiat Memulai Usaha. Created by : Indana Saramita Rachman Executive Secretary

PEMBERDAYAAN WANITA DALAM KEUANGAN SYARIAH Pengalaman & Kiat-Kiat Memulai Usaha. Created by : Indana Saramita Rachman Executive Secretary PEMBERDAYAAN WANITA DALAM KEUANGAN SYARIAH Pengalaman & Kiat-Kiat Memulai Usaha Created by : Indana Saramita Rachman Executive Secretary LATAR BELAKANG UMKM berperan menyerap tenaga kerja hingga 97% tahun

Lebih terperinci

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan

Dampak Positif UMKM Perempuan Kurangi Angka Kemiskinan Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) sebagai penyedia lapangan kerja tidak perlu diragukan lagi. Peningkatan unit UMKM wanita atau perempuan, ternyata berdampak positif untuk mengurangi angka kemiskinan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategi dalam pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan sebagian besar penduduk terlibat dalam kegiatan UMKM

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah wilayah. Ketahanan ekonomi dapat dicapai dengan meningkatkan pertumbuhan dan pengembangan. Di negara

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah memberikan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya perubahan dalam aliran-aliran baru yang menyangkut arus pendapatan dan manfaat (benefit) kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting terutama di negara - negara berkembang di dunia, karena UKM mampu menjadi tulang punggung perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia telah menyentuh semua sisi kehidupan masyarakat dari lapisan atas hingga ke lapisan bawah. Banyak masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM

BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM BAB IV LANDASAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM Pancasila dan Undang-undang Dasar Tahun 1945 merupakan landasan ideologi dan konstitusional pembangunan nasional termasuk pemberdayaan koperasi dan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transformasi dari perekonomian yang berbasis industri. Sektor industri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsep pembangunan seringkali dianggap sama dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan salah satu jalur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha

BAB I PENDAHULUAN. domestik bruto (PBD) serta banyak menyerap tenaga kerja. Peran usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian di Indonesia secara nasional menunjukkan bahwa kegiatan usaha mikro merupakan salah satu bidang usaha yang konsisten dan berkembang. Bahkan sejarah telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum keberadan perusahaan kecil dan menengah (UKM) di negara-negara berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan UKM terbukti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan,

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini istilah wirausaha (entrepreneur) dan kewirausahaan (entrepreneurship) sering sekali terdengar, baik dalam bisnis, seminar, pelatihan, program pemberdayaan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN

Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, OLEH : AMELIA HAYATI, SSI.,MT. FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PADJADJARAN PEMBERDAYAAN KEKUATAN EKONOMI PEREMPUAN INDONESIA DI KABUPATEN GARUT MELALUI BATIK GARUTAN Makalah ini disajikan pada Kegiatan Diskusi Rutin 3 Bulanan, Pusat Penelitian Peranan Wanita (P3W), Lembaga Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan seringkali dikaitkan dengan proses industrialisasi. Proses industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean

BAB I PENDAHULUAN. Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan bebas antara ASEAN CHINA atau yang lazim disebut Asean China Free Trade Area (AC-FTA) yang terjadi saat ini sungguh sangat mengkhawatirkan bagi

Lebih terperinci

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI

PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI PENGARUH LABA USAHA DAN NILAI JAMINAN KREDIT TERHADAP KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT INVESTASI di PT.BANK RAKYAT INDONESIA(PERSERO)Tbk. KANTOR CABANG SIDOARJO SKRIPSI Diajukan oleh : Moch. Adam Sudharta 0513315044/FE/EA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor perikanan air laut di Indonesia memiliki potensi yang sangat besar di Indonesia. Hai ini mengingat wilayah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR

Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR 69 Resensi Buku JADI KAYA DENGAN BERBISNIS DI RUMAH OLEH NETTI TINAPRILLA * FENOMENA WANITA * WANITA BERBISNIS : ANTARA KELUARGA DAN KARIR Feryanto W. K. 1 1 Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN USAHA DAGANG KECIL DAN MENENGAH (UDKM) DI JAWA TENGAH

PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN USAHA DAGANG KECIL DAN MENENGAH (UDKM) DI JAWA TENGAH PERAN SERTA PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN USAHA DAGANG KECIL DAN MENENGAH (UDKM) DI JAWA TENGAH Endang Swastuti Fakultas Ekonomi Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang Jl. Pawiyatan Luhur Bendan Dhuwur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan

BAB I PENDAHULUAN. akses, bersifat privat dan tergantung kepada pihak lain (laki-laki). Perempuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pengakuan dan penghormatan untuk memosisikan dirinya sebagai manusia yang bermartabat. Dalam pandangan politik

Lebih terperinci

MODUL 14 KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Agus Supriyanto, SE

MODUL 14 KEWIRAUSAHAAN. Oleh : Agus Supriyanto, SE FAKULTAS KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA MODUL 14 KEWIRAUSAHAAN Oleh : Agus Supriyanto, SE POKOK BAHASAN Peranan Kewirausahaan dalam Meningkatkan Kesejarhteraan Masyarakat DESKRIPSI Dalam perkulihan

Lebih terperinci

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM

IV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan telah ada sejak lama. Adanya perbedaan ini menyebabkan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan, terutama bagi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru. 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena kemiskinan perdesaan bukan merupakan suatu gejala yang baru. Secara absolut jumlah penduduk Indonesia yang masih hidup dibawah garis kemiskinan masih

Lebih terperinci

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM

10. URUSAN KOPERASI DAN UKM 10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan ekonomi yang bersifat kerakyatan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, lebih fokus untuk tujuan mengurangi kemiskinan, pengangguran, kesenjangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin maju suatu negara semakin banyak orang yang terdidik dan banyak pula orang yang menganggur. Maka semakin dirasakan pentingnya dunia usaha. Salah satu

Lebih terperinci

Inka Dwi Fitriana Sari. Pendidikan Sosiologi Antropologi. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Inka Dwi Fitriana Sari. Pendidikan Sosiologi Antropologi. Universitas Sebelas Maret Surakarta PERANAN UKM (USAHA KECIL MENENGAH ) TENUN LURIK UNTUK MENYERAP TENAGA KERJA PEREMPUAN (Studi Kasus Kelompok Tenun Sumber Rejeki Tex, Dusun Cabeyan, Desa Mlese, Kecamatan Cawas, Kabupaten Klaten) Inka Dwi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional, oleh karena selain berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara yang kaya dengan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang berlimpah. Sumber daya alam yang telah tersedia harus diolah oleh

Lebih terperinci

MAKALAH KEGIATAN PPM. Meningkatkan Akses Permodalan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Penyusunan Laporan Keuangan

MAKALAH KEGIATAN PPM. Meningkatkan Akses Permodalan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Penyusunan Laporan Keuangan MAKALAH KEGIATAN PPM Meningkatkan Akses Permodalan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Penyusunan Laporan Keuangan Oleh: Muniya Alteza, M.Si 1 Disampaikan pada Pelatihan Manajemen Keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang terus berupaya meningkatkan pembangunan ekonomi untuk mewujudkan masyarakat demokratis yang berkeadilan dan sejahtera.

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS

Bab I. Pendahuluan. kategori tersebut dapat digolongkan menjadi pekerja informal. Berdasarkan data BPS Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pekerja formal dapat digolongkan berdasarkan penduduk yang berusaha dengan dibantu buruh tetap dan juga karyawan atau buruh, tidak termasuk dalam kategori tersebut

Lebih terperinci

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS. A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan. Dari pengamatan menyimpulkan bahwa terlaksananya BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan Menuju efektifitas kelompok usaha bersama berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM) memang tidak mudah namun juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah banyak mencurahkan perhatiannya terhadap isu sentral keberadaan industri kecil. Para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Usaha mikro kecil menengah (UMKM) mempunyai peran yang vital dalam perekonomian suatu negara karena mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan (Kompas, 2015). Sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang berorientasi pertumbuhan di masa lalu telah menumbuhkan suatu kesenjangan yang besar, dimana laju pertumbuhan ekonomi tidak seimbang dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. utama yang sejak dahulu kala menjadi tulang punggung operasi badan usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambah pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya, kegiatan bank menjadi semakin canggih dan

Lebih terperinci

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016

Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Sambutan Gubernur Bank Indonesia Karya Kreatif Indonesia Pameran Kerajinan UMKM Binaan Bank Indonesia Jakarta, 26 Agustus 2016 Yang Terhormat, Ibu Mufidah Jusuf Kalla Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerah,

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Timur, terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerah, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha kecil, menengah dan koperasi memiliki peran yang sangat strategis dalam memperkuat dan meningkatkan pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur, terutama dalam

Lebih terperinci

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Pembangunan mengandung makna yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010)

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. 1 Kepadatan UMKM Lintas Dunia Sumber: World Bank IFC (2010) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil Menengah atau UMKM merupakan sektor penting sebagai mesin penggerak utama ekonomi global. Hal ini dapat terlihat dari mendominasinya jumlah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS i HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Diajukan oleh : DIYAH RETNO NING TIAS F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional baik di bidang ekonomi maupun sosial, termasuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*)

BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) BAGAIMANA MENAKAR PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI ERA OTONOMI DAERAH*) Oleh M. RUSMIN NURYADIN, SE.M.Si I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi sudah berjalan selama 11 tahun. Seperti kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki peran strategis dalam pembangunan nasional. Sebagai sektor yang menyerap 80 90% tenaga kerja, usaha Mikro Kecil dan Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan. Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah telah menunjukkan bahwa usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia tetap eksis dan berkembang dengan adanya krisis ekonomi yang telah melanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

GUBERNUR SULAWESI TENGAH GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PERENCANAAN DAN EVALUASI PROGRAM KOPERASI, UMKM, INDUSTRI DAN PERDAGANGAN DAERAH SE-PROVINSI SULAWESI TENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi dunia usaha termasuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) saat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang diantaranya hukum, ekonomi, dan politik. Perkembangan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika

BAB I PENDAHULUAN. lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Hasan dalam Republika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian nasional sangatlah besar. Hal itu sudah tidak dapat diragukan lagi. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terus menerus meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL.

PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL. PENGARUH PERSEBARAN LOKASI UMKM BERBASIS RUMAH (HOME BASED ENTERPRISES) TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KEL. BUGANGAN DAN JL. BARITO KEC.SEMARANG TIMUR TUGAS AKHIR Oleh: LEONARD SIAHAAN L2D 005 373

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nia Nurlina, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak era reformasi di Indonesia, berbagai pihak termasuk pemerintah banyak mencurahkan perhatiannya terhadap isu sentral keberadaan industri kecil. Para pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. pasar belum tentu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat yang kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan dinamika pembangunan, peningkatan kesejahteraan masyarakat telah menumbuhkan aspirasi dan tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia =============================================================================== Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia !" #$ %$#&%!!!# &%!! Tujuan nasional yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, tidak hanya di negara-negara sedang berkembang, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan ekonomi suatu negara sangat bergantung pada kegiatan ekonomi yang dijalankannya. Salah satu motor penggerak perekonomian yaitu Usaha Mikro Kecil

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi usaha kecil dalam perekonomian Indonesia menjadi semakin penting terutama setelah krisis melanda Indonesia. Kelompok usaha kecil pada saat krisis ekonomi dipandang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan ekonomi dalam era globalisasi mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Proses tersebut adalah suatu perubahan di dalam perekonomian dunia, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 banyak menyebabkan munculnya masalah baru, seperti terjadinya PHK secara besar-besaran, jumlah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Emansipasi wanita telah memberikan semangat dan dorongan bagi kaum perempuan untuk tampil secara mandiri dalam mencapai segala impian, cita-cita dan memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) I. PENDAHULUAN Membangun ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai upaya telah dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk menanggulangi kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode tahun 1974-1988,

Lebih terperinci