BAB II BAHAN RUJUKAN
|
|
- Utami Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Zakat Pengertian Zakat Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109, zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya (mustahiq). Mustahiq adalah orang atau entitas yang berhak menerima zakat. Mustahiq terdiri dari : a. Fakir b. Miskin c. Riqab d. Muallaf e. Fisabilillah f. Orang yang terlilit utang (gharim) g. Orang yang dalam perjalanan (ibnu sabil) h. Pengurus zakat (amil) Untuk lebih jelasnya mengenai zakat, berikut akan dikemukakan beberapa pendapat mengenai pengertian zakat yang diambil dari beberapa sumber : Menurut Hasti Ernawati (2010) mendefinisikan zakat sebagai berikut : Zakat adalah kewajiban yang tegas berdasarkan perintah Allah SWT dan bukan sekedar tanggung jawab yang dibebankan kepada seseorang. Zakat ditunaikan oleh mereka yang mengharapkan balasan Allah SWT di akhirat, dan terkadang ditinggalkan oleh mereka yang kurang yakin terhadap akhirat. Sedangkan menurut berikut : A. Wahid.Sy (2009:13) mendefinisikan zakat sebagai
2 Zakat adalah perbuatan menyisihkan sebagian harta yang dimiliki jika telah cukup nisab dan memberikannya kepada orang yang berhak menerimanya. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa zakat merupakan kewajiban bagi setiap umat muslim untuk menyisihkan harta yang dimiliki jika telah cukup nisab dan memberikannya kepada orang yang berhak menerimanya Karakteristik Zakat Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109, zakat merupakan kewajiban syariah yang harus diserahkan oleh muzakki kepada mustahiq baik melalui amil maupun secara langsung. Ketentuan zakat mengatur mengenai persyaratan nisab, haul (baik yang periodik maupun yang tidak periodik, tarif zakat (qadar), dan peruntukannya. Sedangkan menurut Muhammad (2005:160), zakat memiliki sifat khusus yaitu : 1. Zakat merupakan salah satu rukun Islam. 2. Hasil zakat harus digunakan dan dibagikan kepada orang-orang tertentu yang disebut dalam Al-Qur an. 3. Tarif zakat sudah ditetapkan dari hadits dan tarif ini berbeda menurut atau sesuai jenis kegiatan ekonomi. 4. Zakat hanya dikenakan pada pribadi muslim sebab hal ini merupakan dasar agama dari Islam. 5. Utang tidak termasuk perhitungan zakat, zakat dikenakan atas aktiva bersih. 6. Kekayaan yang dikenakan zakat harus melebihi batas jumlah tertentu (nisab) yang diatur hadits. Batas ini merupakan jumlah harta yang
3 diperlukan, dan pendapatan yang memberikan kebutuhan dasar dari pemilik dan keluarganya. 7. Harta yang dikenakan zakatnya, dikenakan jika melebihi satu tahun Jenis-jenis Zakat Zakat Maal Menurut Wahbah Al-Zuhayly (2005:126) zakat maal diwajibkan terhadap kelima jenis harta berikut ini, yaitu : nuqud (emas, perak, dan uang), barang tambang dan barang temuan, harta perdagangan, tanaman dan buahbuahan, dan binatang ternak (unta, sapi, dan kambing). 1. Zakat Nuqud Para fuqaha sepakat bahwa nuqud wajib dikeluarkan zakatnya, baik nuqud yang berupa potongan, yang dicetak, yang berbentuk bejana, maupun perhiasan. Nisab zakat emas adalah 20 mitsqal atau satu dinar. Kira-kira kadar seperti itu sama dengan 14 lira emas atau setara 96 gram. Sedangkan nisab zakat untuk perak sekitar 200 dirham yang kira-kira sama dengan 700 gram. Dalam mazhab Syafi i diperbolehkan penggabungan kedua jenis nuqud (emas dan perak) untuk menggenapkan jumlah nisab. Firman Allah SWT yang menegaskan harusnya dikeluarkan zakat akibat dari kepemilikan emas dan perak : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada
4 mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih (QS. At Taubah : 34) Kadar zakat yang wajib dikeluarkan dari emas dan perak ialah 2,5 %. Dengan demikian jika seseorang memiliki 200 dirham dan telah mencapai masa hawl, zakat yang wajib dikeluarkan darinya adalah 5 dirham. 2. Zakat barang tambang dan barang temuan Menurut mazhab Hanbali berpendapat bahwa yang dimaksud dengan barang tambang adalah semua jenis barang tambang yang dikeluarkan dari dalam bumi dan diciptakan oleh Allah SWT, baik yang bebentuk padat maupun cair dan tidak sama dengan rikaz. Nisab barang hasil penambangan untuk emas dan perak sama seperti halnya zakat nuqud yaitu seperlima bagian. Firman Allah SWT : Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah, rasul, Kerabat rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apayang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Anfal : 41) Adapun barang tambang selain keduanya, nisabnya sebanyak harga keduanya. Barang tambang tidak diisyaratkan harus mencapai hawl karena harta tersebut didapatkan secara langsung. Dengan demikian, ia disamakan dengan tanaman dan buah-buahan. Barang tambang yang diperoleh dari laut tidak wajib dizakati, seperti permata, batu karang, ikan paus, ikan dan yang lainnya.
5 3. Zakat harta perdagangan Zakat harta perdagangan merupakan zakat yang wajib dikeluarkan atas keuntungan bersih yang dihasilkan dari hasil usaha. Firman Allah SWT: Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang burukburuk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. AL Baqarah : 267) Komoditas perdagangan adalah komoditas yang diperjualbelikan. Satu hal penting yang membedakan antara komoditas perdagangan dengan asetaset lainnya adalah adanya niat dan tujuan dari si pemilik aset untuk memperdagangkan aset tersebut. Sebagai contoh, binatang ternak dapat dikategorikan sebagai komoditas perdagangan apabila pemiliknya berniat untuk diperdagangkan. Namun selain itu, binatang ternak juga dapat dianggap sebagai aset tetap apabila pemiliknya hanya berniat memanfaatkannya sebagai alat pembajak, transportasi, dan lain sebagainya. Mayoritas fuqaha sepakat bahwa nisabnya adalah sepadan dengan nisab aset keuangan, yaitu setara 85 gram emas atau 200 dirham perak. Penetapan nilai aset telah mencapai nisab ditentukan pada akhir masa haul. Komoditas perdagangan termasuk dalam kategori kekayaan bergerak (movable asset) yang harus dikeluarkan zakatnya 2,5%.
6 4. Zakat tanaman dan buah-buahan Dalam kajian fiqih klasik, hasil pertanian adalah semua hasil pertanian yang ditanam menggunakan bibit biji-bijian yang hasilnya dapat dimakan oleh manusia dan hewan serta lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan hasil perkebunan adalah buah-buahan yang berasal dari pepohonan atau umbi-umbian. Sistem pengairan pertanian dan perkebunan objek zakat mendapat perhatian lebih dalam kajian zakat karena kedua hal tersebut berkaitan dengan volume presentase wajib zakat. Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa zakat hasil pertanian dan perkebunan tidak wajib dikeluarkan kecuali telah mencapai nisab tertentu yaitu 5 Sha. Sedangkan bagi hasil bumi yang tidak dapat ditimbang seperti kapas, linen, dan sayur, maka nisabnya adalah senilai harga 5 Sha atau yang setara dengan 200 dirham. Nisab tersebut dihitung setelah panen dan keringnya buah. Syariat Islam memberi batasan volume zakat untuk hasil pertanian dan perkebunan berkisar antara 5% - 10% menurut cara pengairannya dengan maksud memberikan penyesuaian dan kemudahan bagi umat. 5. Zakat hewan atau binatang ternak Dalam fiqih Islam, binatang ternak diklasifikasikan ke dalam beberapa kelompok : a. Pemeliharaan hewan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhankebutuhan pokok atau alat produksi, semisal memelihara kerbau yang dimanfaatkan untuk kepentingan membajak sawah atau kuda yang dimanfaatkan sebagai alat transportasi (penarikan delman). b. Hewan yang dipelihara untuk tujuan memproduksi suatu hasil komoditas tertentu seperti binatang yang disewakan atau hewan
7 pedaging atau hewan susu perahan. Binatang semacam ini termasuk jenis binatang ma lufat (binatan ternak yang dikandangkan). c. Hewan yang digembalakan untuk tujuan peternakan (pengembangbiakan). Jenis hewan ternakan seperti inilah yang termasuk dalam ketegori aset wajib zakat binatang ternak (zakat an am). Para ahli fiqih Islam membagi binatang ternak dalam beberapa kelompok dan menentukan nisab bagi setiap kelompok tersebut seperti di bawah ini : a) Pertama, Unta : nisabnya 5 ekor, dan tidak wajib zakat apabila jumlahnya di bawah 5 ekor, yaitu sepadan dengan 200 dirham perak pada zaman Rosulullah SAW. b) Kedua, Kambing dan sejenisnya : nisabnya 40 ekor, tidak wajib zakat jika jumlahnya di bawah 40 ekor kambing. c) Ketiga, Sapi dan sejenisnya : nisabnya 30 ekor, tidak wajib zakat bila jumlahnya di bawah 30 ekor sapi. d) Keempat, Binatang-binatang ternak lainnya yang dianalogikan dari ketiga kelompok di atas. Sebagai contoh, nisab kerbau dapat dianalogikan dengan nisab sapi, dan lain sebagainya Zakat Nafs Selain zakat maal, dalam agama Islam terdapat jenis zakat pribadi yang berupa zakat fitrah, yaitu zakat yang sebab diwajibkannya adalah futur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan. Menurut Elsi Kartika Sari (2007:21) Zakat fitrah adalah zakat yang berfungsi mengembalikan manusia muslim kepada fitrahnya, dengan menyucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosadosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya. Menurut Sulaiman Rasjid (2011:208) waktu wajib untuk membayar zakat fitrah terbagi menjadi lima jenis, yaitu :
8 1. Waktu yang diperbolehkan, yaitu dari awal Ramadhan sampai hari penghabisan Ramadhan. 2. Waktu wajib, yaitu mulai terbenam matahari penghabisan Ramadhan. 3. Waktu yang lebih baik (sunat), yaitu dibayar sesudah sholat Subuh sebelum dimulai nya shalat hari raya. 4. Waktu makrub, yaitu membayar fitrah sesudah shalat hari raya, tetapi sebelum terbenam matahari pada hari raya. 5. Waktu haram lebih telat lagi,yaitu dibayar sesudah terbenam matahari pada hari raya Pihak-pihak yang Terkait dengan Zakat Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 109 terdapat dua pihak utama terkait zakat, yaitu : 1. Muzakki Dalam UU No 23 Tahun 2011 pasal 1 angka 5, muzakki adalah seorang muslim atau badan usaha yang berkewajiban menunaikan zaka. Adapun kewajiban muzakki adalah : a. Mencatat harta kekayaan yang dimilikinya b. Menghitung zakat dengan benar c. Membayarkan zakat kepada amil zakat d. Meniatkan membayar zakat karena Allah SWT e. Melafalkan akad pada saat membayar zakat f. Menunaikan infaq dan shadaqah jika harta masih berlebih 2. Mustahiq Mustahiq adalah mereka yang berhak untuk menerima pembayaran zakat. Pada dasarnya mustahiq dapat dikelompokkan menjadi delapan golongan berdasarkan QS. At-Taubah ayat 60 :
9 Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. a. Kelompok Fakir Menurut Sri Nurhayati dan Wasilah (2014:276) fakir adalah mereka yang tidak mempunyai harta atau penghasilan yang layak dalam memenuhi keperluannya : sandang, pangan, tempat tinggal, dan segala kebutuhan pokok lainnya, baik untuk diri sendiri maupun bagi mereka yang menjadi tanggungannya. b. Kelompok Miskin Miskin adalah mereka yang mempunyai harta atau penghasilan layak dalam memenuhi keperluannya dan orang yang menjadi tanggungannya, tapi tidak sepenuhnya tercukupi. (Sri Nurhayati dan Wasilah, 2014:276) Adapun indikator ketidakmampuan dalam mencari nafkah/hasil usaha menurut Arif Mufraini (2008:178), yaitu : a) Tidak mempunyai usaha sama sekali b) Mempunyai usaha tapi tidak mencukupi untuk diri dan keluarganya, yaitu penghasilannya tidak memenuhi separuh atau kurang dari kebutuhan. c) Sanggup bekerja dan mencari nafkah, dan dapat mencukupi dirinya sendiri seperti tukang, pedagang, dan petani. Akan tetapi, mereka
10 kekurangan alat pertukangan atau modal untuk berdagang, atau kekurangan tanah, alat perdagangan, dan pengairan. d) Tidak mampu mencari nafkah sebagai akibat dari adanya kekurangan non materi (cacat fisik misalnya), seperti orang lumpuh, tuna netra, janda, anak-anak, dan sebagainya. Kepada mereka boleh diberikan zakat-zakat secukupnya. c. Amil zakat atau pengumpul zakat Yang dimaksud dengan amil zakat adalah mereka yang diangkat oleh pihak yang berwenang yang diberikan tugas untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan urusan zakat. Termasuk dalam hal ini adalah mengumpulkan dana zakat. Tugas utama para amil dalam menyalurkan zakat adalah : a) Menarik zakat dari para muzakki b) Mendo akan ketika muzakki menyerahkan zakatnya c) Mencatat zakat dengan benar (yang diserahkan oleh muzakki) d) Mengatur pembagian zakat dengan benar dan adil e) Menyalurkan zakat kepada yang berhak menerimanya d. Kelompok Muallaf Muallaf adalah mereka yang baru masuk Islam, namun ada beberapa pengertian mualaf yang perlu diketahui berdasarkan ilmu fiqih klasik, yaitu : a) Muallaf muslim yang sudah masuk Islam, akan tetapi niat dan imannya lemah. Kondisi ini akan semakin parah bila ia juga lemah secara ekonomi yang dikhawatirkan akan semakin memperlemah imannya. b) Muallaf Islam, dimana niat dan imannya dalam Islam sudah cukup kuat, dan juga orang terkemuka di kalangan kaumnya. Kaum yang terkemuka ini biasanya diharapkan akan dapat mempengaruhi pengikutnya atau kaumnya yang lain.
11 c) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam rangka menangkal tindak kejahatan yang dilaksanakan oleh kaum kafir. d) Muallaf yang memiliki kemampuan dalam mengatisipasi tindak kejahatan yang datang dari pembangkang wajib zakat. e. Kelompok Riqab Kelompok riqab atau kelompok yang memerdekakan budak merupakan orang-orang yang kehidupannya dikuasai secara penuh oleh majikannya. Kelompok ini berhak mendapatkan dana zakat dengan tujuan agar mereka dapat melepaskan diri dari perbudakan yang mereka alami. Dalam rangka membebaskan budak, ada beberapa cara yang dapat dilakukan, yaitu : a) Membantu budak mukattab, yaitu budak yang telah bersepakat dengan tuannya bila ia dapat menghasilkan harta tertentu, maka ia akan bebas. b) Membeli budak untuk kemudian dirinya dimerdekakan c) Melakukan kegiatan pendampingan agar mereka yang menjadi budak yang dapat dibebaskan. (Elsi Kartika Sari, 2007) f. Kelompok Gharimin Kelompok gharimin atau kelompok yang berhutang adalah mereka yang karena kegiatannya terhadap umat akhirnya menyebabkan dirinya tersangkut utang piutang. Beberapa kegiatan tersebut antara lain adalah mereka yang mendamaikan perselisihan antara umat Islam, melayani berbagai kegiatan umat, dan juga kegiatan lain demi kepentingan umat Islam. Selain itu, juga terdapat persyaratan agar seseorang dapat dikatakan sebagai gharimin, yaitu : a) Orang yang memiliki kebutuhan untuk mendapatkan harta yang dapat melunasi utang-utangnya. b) Berutang untuk kepentingan ibadah kepada Allah atau mengerjakan berbagai urusan yang dapat dibenarkan oleh hukum Islam.
12 c) Ia merupakan orang yang berutang dan sudah jatuh tempo karena bangkrut g. Fisabilillah Menurut Tengku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy (2005:188) sabil ialah jalan. Sabilullah ialah jalan baik berupa kepercayaan maupun amal yang menyampaikan kita kepada keridhoan Allah. Sedangkan yang dimaksud dengan fisabilillah adalah mereka yang berjuang terhadap umat agar mereka semua mendapatkan ridho Allah SWT. Termasuk di sini adalah pengembangan agama dan juga pembangunan negara. h. Kelompok Ibnu Sabil Kelompok ibnu sabil yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dimana perjalannanya ini adalah untuk keperluan baik. Termasuk dalam kelompk ini adalah para musafir, mereka yang meminta suaka selaku pengungsi, kaum tuna wisma, serta anak-anak yang dibuang oleh orang tuanya. 2.2 Pengelolaan Zakat Pengertian pengelolaan zakat Dalam UU No. 38 Tahun 1999 (pasal 1 angka 1) yang dimaksud dengan pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Namun, pernyataan tersebut mengalami perubahan semenjak diberlakukannya UU No. 23 Tahun 2011 sebagai pengganti UU No. 38 Tahun Dalam UU No. 23 Tahun 2011 (pasal 1 angka 1) yang dimaksud dengan pengeloaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Jadi, dalam pengelolaan zakat dapat dipikirkan cara-cara pelaksanaannya dengan ilmu
13 pengetahuan yang sesuai dengan tujuan zakat ialah meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat yang lemah ekonomi dan mempercepat kemajuan agama Islam menuju tercapainya masyarakat yang adil, maju dan makmur diridhoi oleh Allah SWT Asas Pengelolaan Menurut UU No. 23 Tahun 2011 pasal 2 pengelolaan zakat berasaskan : a. Syariat Islam b. Amanah c. Kemanfaatan d. Keadilan e. Kepastian hukum f. Terintegrasi g. Akuntabilitas Tujuan Pengelolaan Dalam UU No. 23 Tahun 2011 pasal 3 tujuan pengelolaan zakat adalah: a. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan dalam pengeloalaan zakat. b. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. 2.3 Organisasi Pengelola Zakat Berdasarkan pasal 1 angka angka 7, 8, 9, UU No. 23 Tahun 2011, organisasi pengelolaan zakat dapat dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ), dan Unit Pengelola Zakat (UPZ). BAZNAS, LAZ, dan UPZ mempunyai tugas pokok mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunaan zakat sesuai dengan ketentuan agama.
14 2.3.1 Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Badan Amil Zakat Nasional meliputi BAZNAS Propinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota. Badan Amil Zakat Nasional terdiri atas ulama, kaum cendekia, tokoh masyarakat, tenaga professional dan wakil pemerintah. Mereka harus memenuhi persyaratan-persyaratan antara lain : memiliki sifat amanah, adil, berdedikasi, professional dan berintergritas tinggi. Masa tugas pelaksanaannya selama tiga tahun. Menurut Arif Mufraini (2008:138) cakupan wilayah kerja BAZ biasanya sangat terbatas, artinya anggaran amil akan sangat terkuras bila harus menjaring daerah-daerah pelosok yang biasanya justru menuntut perhatian. Sedangkan justifikasi fiqih menetapkan hak amil hanya 1/8 atau 12.5% saja dari dana yang terkumpul. Alokasi dana ini akan cukup minim untuk biaya operasional yang dikembangkan oleh BAZ, padahal besaran 1/8 ini sangat bergantung kepada besaran hasil pengumpulan dana zakat itu sendiri. Tanggung jawab, wewenang dan tata kerja BAZ meliputi : a. Ketua badan pelaksana BAZ bertindak dan bertanggung jawab untuk dan atas nama Badan Amil Zakat baik ke dalam maupun keluar. b. Dalam melaksanakan tugasnya masing-masing BAZ menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi di lingkungan masing-masing, serta melakukan konsultasi dan memberikan informasi antar BAZ di semua tingkatan. c. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ bertanggung jawab mengkoordinasikan bawahannya masing-masing dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan. d. Setiap pimpinan satuan organisasi di lingkungan BAZ wajib mengikuti dan mematuhi ketentuan serta bertanggung jawab kepada atasan masing-masing dan menyampaikan berkala tepat pada waktunya.
15 e. Setiap kepala divisi/bidang/seksi/urusan BAZ menyampaikan laporan dengan kepala BAZ melalui sekretaris, dan sekretaris menampung laporanlaporan tersebut serta menyusun laporan-laporan berkala BAZ. f. Setiap laporan yang diterima oleh pimpinan BAZ wajib diolah dan digunakan sebagai bahan untuk penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk memberikan arahan kepada bawahannya. g. Dalam melaksanakan tugasnya setiap pimpinan satuan organisasi BAZ dibantu oleh kepala satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat bekala. h. Dalam melaksanakan tugasnya BAZ memberikan laporan tahunan kepada pemerintah sesuai dengan tingkatannya. Selain tanggung jawab dan wewenangnya, BAZ juga memiliki tugas sebagai berikut: a. Menyelenggarakan tugas administratif dan teknis pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. b. Mengumpulkan dan mengolah data yang diperlukan untuk penyusunan rencana pengelolaan zakat. c. Menyelenggarakan bimbingan di bidang pengelolaan, pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat. d. Melaksanakan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat, menyusun rencana dan program pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan dan pengembangan pengelolaan zakat. (tingkat Kabupaten/Kota dan Kecamatan) e. Menyelenggarakan tugas penelitian dan pengembangan, komunikasi informasi, dan edukasi pengelolaan zakat. (tingkat Nasional dan propinsi) Sebagaimana yang dicantumkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat disebutkan badan amil zakat mempunyai susunan hierarki mulai dari BAZ Nasional yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi berkedudukan di ibu kota provinsi, BAZNAS daerah berkedudukan di
16 ibu kota kabupaten, serta unit pengelola zakat(upz) yang dibentuk oleh BAZNAS. Maka hierarki organisasinya secara sederhana dapat diilustrasikan sebagai berikut : BAZ Nasional BAZ Provinsi BAZ Daerah Kabupaten BAZ Kecamatan BAZ Kecamatan MASJID MASJID MASJID MASJID Gambar 2.1 Struktur Organisasi BAZ menurut UU no 38 Tahun 1999 Sumber : Arif Mufraini (2008:141) Lembaga Amil Zakat (LAZ) Dalam UU No 23 Tahun 2011 pasal 1 angka 8 lembaga Amil Zakat selanjutnya disingkat menjadi LAZ adalah lembaga yang dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,pendistribusian dan pendayagunaan zakat. LAZ wajib melaporkan pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada BAZNAS secara berkala. Surat At - Taubah ayat 103 lebih lanjut dapat dijadikan acuan di dalam membentuk suatu lembaga pengelolaan zakat :
17 Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mend oalah untuk mereka.sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. Lembaga atau jamaah pengelola zakat tersebut tampaknya menuntut kepempinan yang berwibawa, yakni yang mampu menggerakan kaum musilimin bahwa zakat berfungsi membersihkan diri dari kekikiran dan cinta harta yang berlebihan. Selain itu, mensucikan (menyuburkan sifat kebaikan) bahkan lebih serius lagi haruslah sampai kepada tingkatan yang menentramkan jiwa. Dengan begitu maka dalam tubuh pengelola zakat hendaknya terdapat kesatuan antara amil yang terampil bekerja dan amil yang kharismatik, bertaqwa dan ikhlas mendo akan Unit Pengelola Zakat (UPZ) UU No. 23 Tahun 2011 pasal 1 angka 9 mendefinisikan Unit Pengelola Zakat (UPZ) adalah satuan organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu mengumpulkan zakat. 2.4 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 109 tentang Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqah Pengakuan dan Pengukuran 1. Pengakuan awal Penerimaan zakat diakui pada saat kas atau aset lainnya diterima. Zakat yang diterima dari muzakki diakui sebagai penambah dana zakat : a. Jika dalam bentuk kas maka sebesar jumlah yang diterima. b. Jika dalam bentuk nonkas maka sebesar nilai wajar aset nonkas tersebut.
18 Jurnal untuk mencatat transaksi di atas : Jika dalam bentuk kas : (D) Kas (K) Dana Zakat Jika dalam bentuk non kas : (D) Aset non kas (sebesar nilai wajar) (K) Dana Zakat Penentuan nilai wajar aset nonkas yang diterima menggunakan harga pasar. Jika harga pasar tidak tersedia, maka dapat menggunakan metode penentuan nilai wajar lainnya sesuai yang diatur dalam PSAK yang relevan. Zakat yang diterima diakui sebagai dana amil untuk bagian amil dan dana zakat untuk bagian non amil. Penentuan jumlah atau presentase bagian untuk masing-masing mustahiq ditentukan oleh amil sesuai dengan prinsip syariah dan kebijakan amil. Jika muzakki menentukan mustahiq yang harus menerima penyaluran zakat melalui amil maka aset zakat yang diterima seluruhnya diakui sebagai dana zakat. Jika atas jasa tersebut amil mendapatkan ujrah/fee maka diakui sebagai penambah dana amil. 2. Pengukuran setelah pengakuan awal Jika terjadi penurunan nilai aset zakat nonkas, jumlah kerugian yang ditanggung harus diperlakukan sebagai pengurang dana zakat atau pengurang dana amil tergantung dari sebab terjadinya kerugian tersebut. 3. Penurunan nilai aset zakat Penurunan nilai aset zakat diakui sebagai : a. Pengurang dana zakat jika terjadi tidak disebabkan oleh kelalaian amil. b. Kerugian dan pengurang dana amil jika disebabkan oleh kelalaian amil.
19 4. Penyaluran zakat Zakat yang disalurkan kepada mustahiq diakui sebagai pengurang dana zakat sebesar : a. Jumlah yang diserahkan jika dalam bentuk kas b. Jumlah tercatat jika dalam bentuk aset nonkas Jurnal untuk transaksi di atas : Jika dalam bentuk kas (D) Dana Zakat (K) Kas Jika dalam bentuk non kas (D) Dana Zakat (K) Aset Non Kas (sebesar nilai wajar) Penyajian Amil menyajikan dana zakat, dana infaq/shadaqah, dana amil, dan dana non halal secara terpisah dalam neraca (laporan posisi keuangan) Pengungkapan Amil harus mengungkapkan hal-hal berikut terkait dengan transaksi zakat, tetapi tidak terbatas pada : a. Kebijakan penyaluran zakat, seperti penentuan skala prioritas penyaluran dan penerima. b. Kebijakan pembagian antara dana amil dan dana non amil atas penerimaan zakat seperti presentase pembagian, alasan, dan konsistensi kebijakan. c. Metode penentuan nilai wajar yang digunakan untuk penerimaan zakat berupa aset nonkas. d. Rincian jumlah penyaluran dana zakat yang mencakup jumlah beban pengelolaan dan jumlah dana yang diterima langsung oleh mustahiq.
20 e. Hubungan istimewa antara amil dan mustahiq meliputi : a) Sifat hubungan istimewa. b) Jumlah dan jenis zakat yang disalurkan. c) Presentase dari aset yang disalurkan tersebut dari total penyaluran selama periode Laporan Keuangan Amil 1. Komponen Laporan Keuangan Komponen laporan keuangan yang lengkap dari amil terdiri dari : a. Neraca (laporan posisi keuangan) b. Laporan perubahan dana c. Laporan perubahan aset kelolaan d. Laporan arus kas e. Catatan atas laporan keuangan 2. Neraca Entitas amil menyajikan pos-pos dalam neraca (laporan posisi keuangan) dengan memperhatikan ketentuan dalam PSAK terkait, yang mencakup, tapi tidak terbatas pada : 1) Aset a. Kas dan setara kas b. Instrumen keuangan c. Piutang d. Aset tetap dan akumulasi penyusutan 2) Kewajiban a. Biaya yang masih harus dibayar b. Kewajiban imbalan kerja 3) Saldo dana a. Dana zakat
21 b. Dana infaq/shadaqah c. Dana amil d. Dana non halal Contoh laporan posisi keuangan (neraca) amil Neraca (Laporan Posisi Keuangan) BAZ XXX Per 31 Desember 2XX2 Keterangan Keterangan ASET KEWAJIBAN Aset Lancar Kewajiban jangka Kas dan setara kas pendek Instrumen keuangan Biaya yang masih harus Piutang dibayar Kewajiban jangka panjang Imbalan kerja jangka panjang Aset tidak lancar Aset tetap Akumulasi penyusutan Jumlah kewajiban Saldo Dana Dana zakat Dana Infaq/shadaqah Dana amil Dana non halal Jumlah dana Jumlah Aset Jumlah kewajiban dan saldo dana
22 Sumber : PSAK No. 109 (Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqah) 3. Laporan Perubahan Dana Amil menyajikan laporan perubahan dana zakat, dana infaq/shadaqah, dana amil, dan dana non halal. Penyajian laporan perubahan dana mencakup, tetapi tidak terbatas pada pos-pos berikut : 1) Dana zakat a. Penerimaan dana zakat Bagian dana zakat Bagian amil b. Penyaluran dana zakat Entitas amil lain Mustahiq lainnya c. Saldo awal dana zakat d. Saldo akhir dana zakat 2) Dana infaq/shadaqah a. Penerimaan dana infaq/shadaqah Infaq/shadaqah terikat (muqayyadah) Infaq/shadaqah tidak terikat (mutlaqah) b. Penyaluran dana infaq/shadaqah Infaq/shadaqah terikat (muqayyadah) Infaq/shadaqah tidak terikat (mutlaqah) c. Saldo awal dana infaq/shadaqah d. Saldo akhir dana infaq/shadaqah 3) Dana amil a. Penerimaan dana amil Bagian amil dari dana zakat
23 Bagian amil dari dana infaq/shadaqah Penerimaan lainnya b. Penyaluran dana infaq/shadaqah Beban umum dan administrasi c. Saldo awal dana amil d. Saldo akhir dana amil 4) Dana nonhalal a. Penerimaan dana nonhalal Bunga bank Jasa giro Penerimaan nonhalal lainnya b. Penyaluran dana nonhalal c. Saldo awal dana nonhalal d. Saldo akhir dana nonhalal Contoh Laporan Perubahan Dana Laporan Perubahan Dana BAZ XXX Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2 Keterangan DANA ZAKAT Penerimaan Penerimaan dari muzakki Muzakki entitas Muzakki individual Hasil penempatan Jumlah penerimaan dana zakat Bagian amil atas penerimaan dana zakat Jumlah penerimaan dana zakat setelah bagian amil
24 Penyaluran Fakir-miskin Riqab Gharim Muallaf Sabilillah Ibnu sabil Jumlah penyaluran dana zakat Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir DANA INFAQ/SHADAQAH Penerimaan Infaq/shadaqah terikat atau muqayyadah Infaq/shadaqah tidak terikat atau mutlaqah Bagian amil atas penerimaan dana infaq/shadaqah Hasil pengelolaan Jumlah penerimaan dana infaq/shadaqah () () () () () () () () Penyaluran Infaq/shadaqah terikat atau muqayyadah Infaq/shadaqah tidak terikat atau mutlaqah Alokasi pemanfaatan aset kelolaan (misalnya beban penyusutan dan penyisihan) Jumlah penyaluran dana infaq/shadaqah Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir DANA AMIL Penerimaan Bagian amil dari dana zakat () () () ()
25 Bagian amil dari dana infaq/shadaqah Penerimaan lainnya Jumlah penerimaan dana amil Penggunaan Beban pegawai Beban penyusutan Beban umum dan administrasi lainnya Jumlah penggunaan dana amil Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir DANA NONHALAL Penerimaan Bunga bank Jasa giro Penerimaan nonhalal lainnya Jumlah penerimaan dana nonhalal () () () () Penggunaan Jumlah penggunaan dana nonhalal Surplus (defisit) Saldo awal Saldo akhir Jumlah saldo dana zakat, dana infaq/shadaqah, dana amil, dan dana zakat Sumber : PSAK No. 109 (Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqah) () 4. Laporan Perubahan Aset Kelolaan Entitas amil menyajikan laporan perubahan aset kelolaan yang mencakup tetapi tidak terbatas pada :
26 1) Aset kelolaan yang termasuk aset lancar 2) Aset kelolaan yang termasuk tidak lancar dan akumulasi penyusutan 3) Penambahan dan pengurangan 4) Saldo awal 5) Saldo akhir Contoh Laporan Perubahan Aset Kelolaan Laporan Perubahan Aset Kelolaan BAZ XXX Untuk periode yang berakhir 31 Desember 2XX2 Saldo awal Penam bahan Peng urang an Penyisih an Ak.Pe nyusu stan Saldo Akhir Dana infaq/shadaqah aset kelolaan lancar (misal piutang bergulir) () () - Dana infaq/shadaqah aset kelolaan tidak lancar (misal rumah sakit atau sekolah) () - () Sumber : PSAK No. 109 (Akuntansi Zakat dan Infaq/Shadaqah) 5. Laporan Arus Kas Entitas amil menyajikan laporan arus kas sesuai dengan PSAK No. 2 : Laporan Arus Kas dan PSAK yang relevan. 6. Catatan atas Laporan Keuangan Amil menyajikan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan PSAK 101 : Penyajian Laporan Keuangan Syariah dan PSAK yang relevan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II KAJIAN PUSTAKA Istutik (2013) meneliti mengenai penerapan standar akuntansi Zakat Infak/Sedekah (PSAK: 109) pada pertanggungjawaban keuangan atas aktivitas penerimaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Syariah Menurut Hasbi Ramli (2005 : 56 ), Akuntansi syariah adalah suatu kegiatan identifikasi, klarifikasi, pendataan dan pelaporan melalui proses perhitungan
Lebih terperinciBAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL
Standar Kompetensi (Fiqih) BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL 8. Memahami Zakat Kompetensi Dasar 8.1. Menjelaskan pengertian zakat fitrah dan zakat maal 8.2. Membedakan antara zakat fitrah dan zakat maal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. akuntansi zakat, PSAK 109, Lembaga Amil Zakat dan rerangka pemikiran. Selain itu
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab II menjelaskan mengenai landasan teori dan konsep yang mendukung penelitian, yaitu pengertian zakat, infak/sedekah, kompetensi sumber daya manusia, akuntansi zakat, PSAK 109,
Lebih terperinciisempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,
isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa pembayaran zakat fitrah dan harta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zakat berasal dari bahasa Arab, yang merupakan bentuk dari kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Menurut syara zakat merupakan nama bagi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1830, 2014 KEMENAG. Zakat. Usaha Produktif. Penghitungan. Syarat. Tata Cara. PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENGHITUNGAN ZAKAT MAL DAN ZAKAT FITRAH SERTA PENDAYAGUNAAN ZAKAT UNTUK USAHA PRODUKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciWorkshop Pengelola NU CARE-LAZISNU JATIM AKUNTANSI LAZIS (PSAK 109)
Workshop Pengelola NU CARE-LAZISNU JATIM AKUNTANSI LAZIS (PSAK 109) Jombang, 01 April 2017 Afifudin, SE., M.SA., Ak. E-mail: afifudin26@gmail.comm (Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Islam
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PROBOLINGGO NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PROBOLINGGO, Menimbang : a. bahwa zakat sebagai
Lebih terperinciNU CARE LAZISNU UPZIS TRENGGALEK NERACA PERIODE : 01 OKTOBER OKTOBER 2017
NERACA : 01 OKTOBER 2017-31 OKTOBER 2017 AKTIVA Aktiva Lancar PASIVA Kewajiban Kas di Tangan - 200.000 200.000 Hutang - - - Kas di Bank Syariah - 1.500.000 1.500.000 Kas di Bank konvensional - - - Piutang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. a. Penelitian yang dilakukan Umah dan Kristin,(2011) yang berjudul Penerapan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai zakat dapat dikatakan masih sangat terbatas. Adapun penelitian terdahulu yang mendasari dalam penelitian ini beserta persamaan dan perbedaannya,
Lebih terperinciApa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :
Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo Umat Islam adalah umat yang mulia. Umat yang dipilih Allah unuk mengemban risalah, agar mereka menjadi saksi atas segala umat. Tugas umat Islam adalah mewujudkan kehidupan
Lebih terperinciPELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)
PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109) Ilham Maulana Saud Dlingo, 28 Agustus 2016 DASAR HUKUM PENGELOLAAN ZAKAT Dasar Hukum 1.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesungguhnya seluruh kebutuhan manusia telah diciptakan Allah SWT, sehingga manusia tidak perlu khawatir lagi tidak akan memperoleh bagian rezeki. Namun, pada
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BUNGO
PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa pembayaran zakat fitrah dan
Lebih terperinciAKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH
AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH SESI 12: Akuntansi Zakat Infak Shadaqah Achmad Zaky,MSA.,Ak.,SAS.,CMA.,CA DEFINISI. JENIS Zakat Infaq Shadaqah PENGERTIAN aktivitas memberikan harta tertentu yang diwajibkan
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 164, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3885) UNDANG-UNDANG REPUBLIK
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR
PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang :
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA PADANG
PADANG KOTA TERCINTA PEMERINTAH KOTA PADANG Menimbang PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, : a. bahwa kewajiban
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK
LEMBARAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 23 SERI E.23 ================================================================= PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200
LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200 008 Nomor 7 Seri E.1 PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara Republik Indonesia menjamin kemerdekaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH
1 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang
Lebih terperinci- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa menunaikan zakat merupakan kewajiban umat Islam yang mampu
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG Menimbang: a. bahwa zakat merupakan
Lebih terperinci7 230 Daftar Bahasan Penerima Zakat Orang-Orang Fakir Orang-Orang Miskin Amil atau Pengurus Zakat Orang-Orang Muallaf Untuk Memerdekakan Budak Orang-Orang yang Berutang Untuk Jalan Allah Orang-Orang Yang
Lebih terperinciSIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT
SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT KANTOR WILAYAH KEMENTERIAN AGAMA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BIDANG BIMBINGAN MASYARAKAT ISLAM Zakat, merupakan salah satu rukun Islam yang harus dijalankan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 SERI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWAKARTA,
Lebih terperinciSEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 NOMOR 9 TAHUN 2008 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN
Lebih terperinciAKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN
AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN oleh: Dr. Rizal Yaya M.Sc. Ak. CA. Pengawas LAZISMU, Dosen FE UMY Brevet Akuntansi Zakat Pusat Pengembangan Akuntansi
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa zakat merupakan kewajiban
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 07 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH DENGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Republik Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang pemilihan judul Kemajuan ekonomi menjadi salah satu tolak ukur suatu negara untuk mendapatkan pengakuan dari negara lain, bahwa negara itu termasuk negara maju atau
Lebih terperinciBUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa sebagai daerah
Lebih terperinciPERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 109 AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH
0 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. 0 AKUNTANSI ZAKAT DAN INFAK/SEDEKAH Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar. Paragraf Standar harus dibaca dalam kaitannya
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUKUMBA, Menimbang Mengingat : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KABUPATEN PARIGI MOUTONG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN
BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI
KOTA DUMAI Hasil Rapat Bersama DPRD Tanggal 10 Juli 2008 LEMBARAN DAERAH KOTA DUMAI Nomor : 04 Tahun 2008 Seri : D Nomor 04 PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN
Lebih terperinciBUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU
Menimbang : BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PELALAWAN, a. bahwa menunaikan zakat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN IV.1. Proses Pencatatan, Pengukuran, dan Pelaporan tansi Zakat dan Infak/Sedekah Pada BAZIS DKI Jakarta Tujuan utama akuntansi keuangan lembaga amil zakat adalah untuk menyajikan
Lebih terperinciPENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 2003 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk besar yang sebagian besar penduduknya menganut agama Islam, dimana dalam ajaran Islam terdapat perintah yang harus
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004
PERATURAN DAERAH KOTA PRABUMULIH NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH KOTA PRABUMULIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PRABUMULIH, Menimbang : a. bahwa mengeluarkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 05 TAHUN 2007 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa zakat merupakan salah satu
Lebih terperinciLampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,
PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa menunaikan zakat merupakan salah satu kewajiban
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 SERI E NOMOR 1 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SEDEKAH DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA. Akuntansi (accountancy) berasal dari akar kata to account, yang salah satu
11 BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Akuntansi 2.1.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi (accountancy) berasal dari akar kata to account, yang salah satu artinya adalah menghitung. Secara teknis, akuntansi diartikan
Lebih terperinciGUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT Menimbang : a. Mengingat : 1. PERATURAN GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTENEGARA, Menimbang : a. bahwa Zakat
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA. 2.1 Akuntansi, Akuntansi Syariah dan Akuntansi Zakat. Akuntansi ( accountancy) berasal dari akar kata to accout, yang artinya
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Akuntansi, Akuntansi Syariah dan Akuntansi Zakat 2.1.1 Pengertian Akuntansi Akuntansi ( accountancy) berasal dari akar kata to accout, yang artinya adalah menghitung. Secara teknis,
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
0 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT BAGIAN HUKUM SETDA KABUPATEN INDRAMAYU 2016 1 Salinan NO :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat merupakan bagian dari Rukun Islam, sehingga zakat merupakan salah satu ibadah wajib. Selain zakat fitrah yang menjadi kewajiban setiap muslim, ada pula
Lebih terperinciBADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
LAPORAN KEUANGAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2016 dan 2015 DAN LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN LAPORAN POSISI KEUANGAN 31 DESEMBER 2016 DAN 2015 Catatan 2016 2015 ASET Aset
Lebih terperinciUndang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang PENGELOLAAN ZAKAT Kementerian Agama Republik lndonesia Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Pemberdayaan Zakat Tahun 2012
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. warga non-muslim agar memeluk agama Islam. Hal ini diperlukan tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia. Kondisi ini memiliki keuntungan tersendiri bagi proses pembangunan menuju masyarakat muslim
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHODAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. melaksanakan suatu fungsi bagi pengguna atau aplikasi yang lain dan dapat. digunakan oleh sasaran yang di tuju (Hani, 2010).
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aplikasi 1. Pengertian Aplikasi Aplikasi berasal dari kata application yang artinya penerapan, lamaran, penggunaan. Secara istilah aplikasi adalah program siap pakai yang di reka
Lebih terperinciBUKU III ZAKAT DAN HIBAH
188 BUKU III ZAKAT DAN HIBAH BAB I KETENTUAN UMUM Yang dimaksud dengan: Pasal 675 1. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau lembaga yang dimiliki oleh muslim untuk diberikan
Lebih terperinciAKUNTANSI ZAKAT PSAK 109 TAHUN Dr. Saparuddin Siregar SE.Ak, SAS, MAg, MA, CA
AKUNTANSI ZAKAT PSAK 109 TAHUN 2010 Dr. Saparuddin Siregar SE.Ak, SAS, MAg, MA, CA A. DEFINISI 1. Amil adalah entitas pengelola zakat yang pembentukannya dan atau pengukuhannya diatur berdasarkan peraturan
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN MERANTI, Menimbang : a. bahwa zakat
Lebih terperinciAset Catatan 2016 2015 Aset Lancar Kas dan Setara Kas 4 21.842.228.118 31.484.761.459 Logam Mulia 5-125.000.000 Piutang Pihak Ketiga 6-7.500.000 Perlengkapan dan Persediaan 7 133.931.925 3.759.958.974
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa sehubungan
Lebih terperinciHAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI
HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan syarat-syarat guna memperoleh gelar sarjana Hukum Islam jurusan Syariah pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta NAMA
Lebih terperinci2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1846, 2016 BAZNAS. Penyusunan RKA Tahunan. Baznas Provinsi. Baznas Kabupaten/Kota. Pedoman. PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH
LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2002 TAHUN : 2002 NOMOR : 61 S E R I : D PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat
BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1. Pengumpulan dan Pengelolaan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Rumah Zakat 4.1.1. Mekanisme Pengumpulan Dana Zakat Pada Lembaga Amil Zakat (LAZ) Rumah Zakat Rumah
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA, Menimbang : a. bahwa penunaian Zakat merupakan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BUOL
PEMERINTAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 03 TAHUN 2009 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KABUPATEN BUOL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL, Menimbang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Para penganut sistem ekonomi kapitalisme berpendapat bahwa inti masalah ekonomi adalah masalah produksi. Mereka berpendapat bahwa penyebab kemiskinan adalah
Lebih terperinciAKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN
AKUNTANSI LEMBAGA AMIL ZAKAT BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO 109 DAN PSAK LAIN YANG RELEVAN Disampaikan oleh: Dr. Rizal Yaya M.Sc. Ak. CA. Dosen FE UMY Rakornas LAZISMU, 7-9 April 2016 1 EVALUASI UNTUK LAZ/UNIT
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
40 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam Bab Analisis dan Pembahasan ini penulis akan membahas mengenai kesesuaian kegiatan yang dilakukan oleh BAZNAS dalam pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah (
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. hal tersebut diperoleh penelitian terdahulu sebagai berikut : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Sebagai bahan pertimbangan dalam proses penelitian ini, maka diperlukan penelitian sebelumnya untuk melanjutkan penelitian yang belum dilakukan. Maka hal
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR PROPINS DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA. Nrurn 121 TAHUN 2002 TENTANG
gjlkj,tuu< ~~IJ
Lebih terperinciBISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL
PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUNAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL, BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL PROVINSI, DAN BADAN AMIL ZAKAT
Lebih terperinciBUPATI MERANGIN, Menimbang : a.
BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA KELOLA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : a. Bahwa
Lebih terperinciFATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM BENTUK ASET KELOLAAN
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 15 Tahun 2011 Tentang PENYALURAN HARTA ZAKAT DALAM BENTUK ASET KELOLAAN Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa perkembangan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT
PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Menurut Aziz
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar dan merupakan negara dengan penduduk beragama Islam terbesar di dunia. Islam mengenal istilah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 18 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 18 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mampu secara finansial. Zakat menjadi salah satu rukun islam keempat setelah puasa di bulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Zakat adalah ibadah yang mengandung dua dimensi yaitu dimensi hablum minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal. Ibadah zakat
Lebih terperinciKEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)
KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) MASALAH YANG TERKAIT DENGAN ZAKAT DESKRIPSI MASALAH Terjadinya perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (ZIS). Karena secara demografik, mayoritas penduduk Indonesia adalah beragama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrument pemerataan pendapatan khususnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seseorang. Sebaliknya seseorang dianggap tidak berhasil bila ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman ini, harta telah menjadi simbol keberhasilan hidup seseorang. Sebaliknya seseorang dianggap tidak berhasil bila ia kekurangan harta. Tak heran, bila
Lebih terperinciBUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, DAN SEDEKAH DI KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT I. UMUM Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS Tulungagung dilaksanakan
92 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan temuan dari paparan data di atas meberi kesimpulan bahwa : 1. Upaya Optimalisasi Zakat di BAZNAS Kabupaten Tulungagung Optimalisasi Pengelolaan Zakat di BAZNAS
Lebih terperinci