BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah integrasi ekonomi. ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN.

Transkripsi

1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) adalah sebuah integrasi ekonomi ASEAN dalam menghadapi perdagangan bebas antarnegara-negara ASEAN. Seluruh negara anggota ASEAN telah menyepakati perjanjian ini. MEA dirancang untuk mewujudkan Wawasan ASEAN 2020 ( Sejak diberlakukannya MEA di Indonesia per 01 Januari 2016, industri di Indonesia terus berbenah melakukan persiapan di era MEA. Tujuan diciptakannya MEA adalah untuk meningkatkan perekonomian kawasan dengan meningkatkan daya saing di kancah regional dan internasional agar ekonomi tumbuh merata. Arus perdagangan barang dan jasa tidak akan menemukan hambatan tarif dan non tarif di era MEA ini. Hal ini akan mengakibatkan Indonesia akan diserbu arus bebas barang, arus bebas jasa, arus bebas investasi, arus bebas modal, dan arus bebas tenaga kerja terampil. Disisi lain, Indonesia juga dapat menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara. Salah satunya adalah berkembangnya sektor otomotif di Indonesia. Daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi sejumlah perusahaan otomotif global meningkat. Kondisi ekonomi makro yang stabil, jumlah penduduk yang besar, dan pertumbuhan kelas menengah yang cukup tinggi menjadi alasan perusahaan-perusahaan tersebut. Indonesia menjadi target relokasi sejumlah pabrikan otomotif di Thailand dan Vietnam, bahkan China. Peningkatan investasi asing akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi. Pemerintah mengharapkan kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 25% dengan 1

2 kenaikan pembentukan modal bruto sebesar 4,5% hingga 5% pada tahun 2016 ( Pemerintah mendorong industri otomotif Indonesia terus tumbuh. Langkah ke arah itu dapat dilakukan melalui inovasi teknologi, menambah investasi, meningkatkan serapan tenaga kerja, serta menggandeng perusahaan otomotif lokal agar pertumbuhan ekonomi meningkat. Pemerintah melalui Kementrian Perindustrian mengatakan bahwa berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) mulai awal 2016 ini membuka pelunag bagi industri komponen otomotif nasional untuk dikembangkan. Ditambah lagi pasar otomotif di dalam negeri dalam data Asean Auto Market terus meningkat seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini : Gambar 1.1 Asean Auto Market 2007 s.d Sumber : Menurut Jhingan (2014) dalam dalam pembangunan ekonomi, modal memegang peranan yang penting. Menurut teori ini, akumulasi 2

3 modal ini akan menentukan cepat atau lambatnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu industri. Menambah modal bagi suatu industri dapat dilakukan dengan cara salah satunya adalah utang. Utang sendiri dibagi menjadi 2 yaitu utang jangka pendek dan utang jangka panjang. Industri sendiri lebih senang untuk menggunakan utang jangka panjang dalam keperluan ekspansi perusahaan. Namun, dalam hal ini biasanya akan berpengaruh pada laba yang akan dibagikan ke pemegang saham, sebab dengan menambah utang maka kas yang dipegang oleh industri dari laba yang didapat akan semakin berkurang untuk dibagikan sebagai deviden. Dengan demikian rasio devidend payout ratio juga akan semakin rendah. Menurut Sugiyono (2009), dividen adalah distribusi pendaptan perusahaan yang merupakan hak pemegang saham yang dapat berupa kas, aktiva, atau bentuk lain. Kebijakan dividen adalah kebijakan untuk membagi keuntungan kepada pemegang saham yang akan dibagikan dalam bentuk dividen dan besarnya laba ditahan untuk kebutuhan perkembangan usaha (Gitosudarmo dan Basri, 2008). Proporsi yang dibayarkan kepada pemegang saham bergantung pada kemampuan menghasilkan laba dan kebijakan dividen yang diterapakan oleh perusahaan. Presentase laba yang dibayarkan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen disebut dividend payout ratio (DPR). Pembagian dividen yang lebih besar cenderung akan meningkatkan harga saham yang berarti meningkatnya nilai perusahaan. Semakin besar laba memungkinkan semakin besar presentase dividen sehingga harga saham semakin meningkat. Perusahaan dapat dinilai dari harga sahamnya. Semakin banyaknya perusahaan yang berdiri di Indonesia membuat 3

4 para investor semakin berlomba-lomba menanamkan sahamnya dengan harapan akan memperoleh pengembalain yang baik dari saham yang ditanamnya. Kembali lagi bahwa perusahaan yang baik pasti mampu membagikan dividen. Dividen di suatu perusahaan menjadi pusat perhatian bagi investor, dimana kebijakan tersebut akan menjadikan seorang investor akan membeli, mempertahankan atau memutuskan untuk tidak membeli atau menjual saham yang investor miliki. Perusahaan yang memiliki kemampuan membayar dividen diasumsikan oleh masyarakat sebagai perusahaan yang menguntungkan. Pembayaran dividen akan meningkatkan kepercayaan sekaligus mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan modalnya. Oleh karena itu, perusahaan mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan dividen diantaranya kesempatan investasi, profitabilitas, likuiditas, akses pasar keuangan, stabilitas pendapatan, dan pembatasanpembatasan. Rasio yang paling sering digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio profitabilitas, likuiditas, dan leverage. Ketiga rasio tersebut termasuk dalam faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Rasio keuangan merupakan hasil perbandingan pos-pos dalam laporan keuangan pada suatu periode tertentu. Rasio-rasio keuangan yang digunakan antara lain adalah rasio likuiditas yang diukur dengan cash ratio, rasio leverage yang diukur dengan debt to equity ratio, dan rasio profitabilitas yang diukur dengan return on asset. Rasio likuiditas dari perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya 4

5 dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Dividen merupakan cash outflow, maka semakin kuatnya likuiditas perusahaan berarti semakin besar kemampuannya membayar dividen. Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Menurut Griffin (2010), likuiditas mempunyai daya tarik saham kepada investor. Jika perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan likuid. Tetapi bila perusahaan tidak mampu membayar dapat dikatakan perusahaan dalam keadaan tidak likuid. Likuditas merupakan salah satu faktor yang diduga kuat mempengaruhi kebijakan dividen. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya berarti perusahaan itu juga mampu dalam membayar dividen. Penelitian ini menggunakan current ratio sebagai proksi dari likuiditas. Current ratio yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya yang akan segera jatuh tempo. Rasio utang atau yang diistilahkan dengan leverage merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Debt to equtiy ratio merupakan rasio perbandingan total utang dengan totak ekuitas perusahaan. Perusahaan yang mempunyai kesempatan bertumbuh lebih besar umumnya mempunyai debt to equity yang lebih rendah dalam kebijakan struktur modalnya. Prihantono (2003) mengungkapkan semakin tinggi tingkat debt to equity ratio, berarti semakin tinggi komposisi hutang, sehingga akan berakibat pada semakin rendahnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (rasio pembayaran semakin rendah). 5

6 Return on asset (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aset untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi ROA, maka kemungkinan semakin banyak dividen yang dibagikan (Sartono, 2010). Profitabilitas merupakan faktor terpenting yang dipertimbangkan oleh manajemen dalam kebijakan dividen, demikian pula investasi yang diukur dari aktiva (bersih) operasi. Aktiva (bersih) operasi merupakan aktiva operasional setelah dikurangi dengan penyusutan (depresiasi) aktiva tetap yang diperhitungkan. Penelitian Wicaksana (2012) yang meneliti 27 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode menunjukkan bahwa variabel cash ratio dan return on asset berpengaruh positif dan signifikan, sedangkan variabel debt to equity ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividend payout ratio. Penelitian Muktisari (2015) yang meneliti variabel current ratio, debt to equity ratioi, dan return on assets terhadap dividend payout ratio menunjukkan bahwa Secara parsial, Current Ratio berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio, sedangkan Debt to Equity Ratio dan Return On Assets tidak berpengaruh signifikan. Secara simultan, ketiga variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Penelitian Lanawati dan Amilin (2015) memberikan hasil penelitian bahwa cash ratio, debt to equity ratio, firm sixe growth tidak berpengaruh signifikan, sedangkan variabel return on assets berpengaruh signifikan. 6

7 Berdasarkan hasil penelitian-penelitian tersebut, yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten, sehingga penting untuk di replikasi dan diteliti kembali pengaruh variabel current ratio, debt to equity ratio, dan return on asset terhadap kebijakan dividen dengan proksi dividend payout ratio, dengan perioda waktu pengamatan Penelitian ini mengambil sampel perusahaan subsektor otomotif yang terdaftar di BEI dengan obyek penelitian laporan keuangan tahunan periode Batasan Masalah Penelitian ini hanya dibatasi pada sampel perusahaan subsektor otomotif yang terdaftar di BEI periode 2011 s.d Penelitian ini hanya menggunakan 3 variabel yaitu current ratio, debt to equity ratio, dan return on assets untuk menguji pengaruh terhadap dividend payout ratio. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah Current Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio? 2. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio? 3. Apakah Return On Assets berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui pengaruh current ratio terhadap dividend payout ratio. 7

8 2. Untuk mengetahui pengaruh debt to equity ratio terhadap dividend payout ratio. 3. Untuk mengetahui pengaruh return on assets terhadap dividend payout ratio. 1.5 Kerangka Penelitian Current Ratio Debt to Equity Ratio Dividend Payout Ratio Return On Assets Gambar 1.2 Kerangka Penelitian Keputusan pembagian dividen oleh perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan. Faktor dari dalam perusahaan seperti growth, likuiditas, profitabilitas, dan leverage, sedangkan faktor dari luar perusahaan dipengaruhi oleh faktor inflasi, pajak, dan kebijakan moneter. Dalam penelitian ini, diambil 3 faktor yang diyakini memiliki pengaruh besar terhadap kebijakan dividen, diantaranya faktor profitabilitas diproksikan dengan return on assets, tingkat leverage diproksikan dengan debt to equity ratio, dan tingkat likuiditas diproksikan dengan current ratio. Current Ratio merupakan salah satu ukuran likuiditas yang didapatkan dengan membagi aktiva lancar dengan utang lancar. Rasio yang semakin tinggi 8

9 menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rasio yang tinggi juga menunjukkan keyakinan investor terhadap perusahaan untuk membayarkan dividen yang dijanjikan. Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang menghitung ukuran perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, sehingga semakin rendah rasio ini semakin tinggi kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajibannya (Sutrisno, 2001) dalam Wiyatno (2013). Peningkatan utang akan mempengaruhi besar kecil keuntungan bersih yang tersedia untuk investor karena kewajiban akan lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Oleh karena itu, jika utang semakin tinggi, maka kemampuan perusahaan untuk membagi dividen semakin rendah. Return On Assets merupakan tingkat pengembalian investasi atas investasi perusahaan pada aktiva tetap yang digunakan untuk operasi. Semakin tinggi rasio menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. Dengan demikian return yang diterima investor berupa dividend akan meningkat pula (Wiyatno, 2013). Menurut Pribadi dan Sampurno (2012) dalam Wiyatno (2013), rasio Return On Assets dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki pada masa lalu. Rasio ini kemudian dianalisis untuk memproyeksikan kemampuan perusahaan menghasilkan laba di masa mendatang. 9