BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. identitas komunitas distro. Seperti contoh warna hitam lebih mengarah ke sifat

Transkripsi

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kaos pada perkembangannya berubah menjadi sebuah benda yang bisa membuat kelekatan yang sangat kental dengan para pemakainya. Desain kaos yang terus berkembang sampai sekarang selaras dengan perkembangan manusia dan teknologi. Sejarah akan terus mencatat desain berbagai kaos, seperti komunitas musik metal lekat dengan kaos hitam, komunitas punk yang lekat dengan kaos sobek. Warna kaos sangat berperan penting untuk menunjukan identitas komunitas distro. Seperti contoh warna hitam lebih mengarah ke sifat maskulin, netral, garang, misterius. Warna merah lebih cenderung ke sifat bahagia, nasionalis, fanatik dan warna biru mengarah ke sifat dinamis, bebas, lakilaki. Kaos kini berkembang dari cara penggunaannya, mulai sebagai pakaian biasa berubah ke media promosi, merchandise 1 group, tokoh tertentu, komunitas sampai kampanye partai politik semuanya menggunakan media ini. Kaos bukan hanya sebagai produk fashion yang hanya dipakai untuk keperluan sandang saja dan dipadankan dengan fashion lainnya, tetapi menjadi sebuah bentuk/media aktualisasi diri. Kaos sebagai bentuk jati diri pemakai berupa visual gambar yang ditampilkan. Sebuah gambar merujuk pada sebuah identitas dan sebuah objek dapat diidentifikasi komunitas atau karakter seperti apa pengguna kaos tersebut. Pemakaian kaos dalam berbagai kesempatan memberikan juga peluang bagi para 1 Merchandise adalah produk-produk yang dijual dalam retail (Ma ruf, 2008:113) 1

2 2 desainer dalam berkarya. Fungsinya yang semakin meluas sangat bisa mendukung perkembangan desain itu sendiri. Kreatifitas menggunakan media kaos dalam berkarya desain membuka peluang pemaknaan karya desain serta perluasan pengetahuan tentang desain pada masyarakat. Distro berbeda dengan toko fashion lainnya, distro memiliki standart kualitas kaosnya sendiri. Memakai kaos standart distro dengan ketebalan yang tipis, berbahan dasar catton combed ukuran benang 30s. Bukan tanpa alasan menggunakan standart tersebut, ada beberapa alasan kenapa kaos distro cenderung tipis dan berbahan baku catton. Pertama, Kota Surakarta termasuk dalam wilayah beriklim tropis, cuaca dan suhu lingkungan cenderung panas dan lembab. Kedua, pangsa pasar ditujukan untuk kalangan anak muda, memiliki aktifitas sehari-hari yang padat. Selain itu kaos juga digunakan dalam situasi lain, seperti menonton konser dan menjadi suporter tim sepakbola sebagai perlengkapan komunitasnya. Dalam situasi tersebut butuh kaos yang sejuk, nyaman dan menyerap keringat, pada prakteknya aktifitas yang dilakukan cenderung menghasilkan keringat yang berlebih. Menjamurnya distro di kalangan bisnis modern adalah salah satu kemajuan yang positif dalam dunia desain. Berbagai karya desain yang diimplementasikan dalam media kaos memberi warna bagi kehidupan, tidak hanya bentukan huruf tapi foto, karya desain yang dulu tidak memungkinkan untuk menggunakan kaos, kini semuanya menjadi mungkin. Perkembangan yang demikian masif harus tetap juga disikapi dengan baik, kemasifan sesuatu hal terkadang menjadikan desain hanya sebagai produk instan yang tidak

3 3 memperhatikan faedah-faedah desain, karena itulah pengetahuan desainer akan prinsip-prinsip desain sangat diperlukan. Distro pada mulanya tumbuh dan berkembang di kalangan pelaku musik indie. Distro ini dimaksudkan sebagai tempat menjual semua produk dari band indie, mulai dari kaset, CD dan merchandise dari band tersebut seperti pin, stiker, dan kaos. Distro sudah ada sejak tahun 1993, tetapi baru berkembang penuh pada tahun Distro lahir karena keinginan anak muda untuk membangun identitas dan kebebasan dalam mengekspresikan dirinya, tetapi dalam kondisi yang serba terbatas. Perkembangan tersebut didorong pula oleh krisis keuangan yang melanda Indonesia sehingga anak muda tidak mampu lagi membeli barang impor sebagai penanda identitas. Kemudian mereka menciptakan sendiri perlengkapan komunitasnya dengan modal yang relatif terbatas. Pada mulanya produk-produk tersebut diciptakan bukan untuk tujuan bisnis, tetapi untuk identitas diri. Distro mengutamakan nilai keunikan yang ada pada produk-produk yang dijualnya, sehingga produk yang dijual diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas/non masal. (Rahardjo, 2012:72) Distro mengusung ciri khas tersendiri dan membangun komunitas yang setia mengunjungi distro tersebut. Sejalan dengan kreatifitas anak muda yang ingin tampil beda, mereka terus bergerak menciptakan kreasi-kreasi baru bagi komunitasnya dan mampu memproduksi kebutuhan mereka secara mandiri, sehingga tidak tergantung pada produk impor yang diproduksi oleh industri mapan. (Widyatmoko, 2007:203)

4 4 Distro berbeda dengan butik dan factory oultlet (FO) di mana hanya menjual barang-barang yang ada di butik itu sendiri dan tidak ada di tempat lain dengan harga yang mahal. FO dan toko-toko pengecer lainnya tidak membuat produk, tetapi hanya sebagai tempat menjual atau penyalur produk yang dibuat oleh pabrik lain, sedangkan distro selain membuat dan menjual produk sendiri dalam jumlah terbatas juga memasarkan produknya melalui penyalur lain dan menerima produk distro lain. (Ma ruf, 2006:3) Gaya hidup berbusana anak muda di Kota Surakarta memang seakan sudah tidak berjarak lagi dengan kota-kota besar lainnya, seperti Bandung, Jakarta dan Surabaya. Distro makin tumbuh pesat, di Kota Surakarta dengan berbagai brand seperti Rown, Couster, Hoofdawsm, Maddog. Betterday, Belukar, Insidetrust, PasoepatiNet, Ilusived, Sinkkink Pride dan masih banyak lainnya. Pesatnya pasar fashion di Kota Surakarta dapat terlihat dari seringnya digelar pameran clothing 2 dan distro melibatkan para pemain lokal maupun pendatang dari kota-kota besar lainnya. Pameran yang diselenggarakan antara lain Solo Clothing Exhibition, Indie Clothing Fest dan Break Town Market. Distro di Kota Surakarta menawarkan berbagai macam tawaran desain yang menarik, tak terkecuali distro yang diangkat dan dilatarbelakangi oleh komunitas. Distro yang berlatarbelakang komunitas ini mampu bersaing diantara distro lainnya yang menciptakan kreasi desain yang terkini. Visual desain distro komunitas ini hanya seputar bentuk ikonik tokoh, simbol-simbol tertentu dan semua hal yang berhubungan dengan komunitasnya. Kebaruan yang dibuat tidak 2 Clothing adalah usaha dibidang fesyen anak muda yang membuat produk dengan merk sendiri. (Granito, 2008:9).

5 5 seperti distro lainnya yang selalu mengikuti trend fashion terkini. Distro komunitas ini lebih kearah konsisten dan menampilkan desain dengan pesanpesan moral. Menampilkan berbagai elemen desain, salah satunya bentuk-bentuk tipografi sangat menarik dengan visual estetisnya sangat berpeluang diminati masyarakat luas. Perkembangan dunia konsumen sangat memanjakan aktualisasi pribadi, dapat dengan mudah menunjukan siapa jati dirinya hanya memakai kaos dengan desain tipografi atau perpaduan elemen desain yang lain. Tipografi secara tradisional berkaitan erat dengan setting huruf dan percetakannya. Pengaruh perkembangan teknologi digital yang sangat pesat pada masa kini membuat maknanya semakin meluas. Kini tipografi dimaknai sebagai: segala disiplin yang berkenaan dengan huruf. Pada prakteknya, saat ini tipografi telah jauh berkolaborasi dengan bidang-bidang lain, seperti multimedia dan animasi, web dan online media lainnya, sinematografi, interior, arsitektur, desain produk dan lain-lain. (Rustan, 2011:16) Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan property visual yang pokok dan efektif (Sihombing, 2001:58). Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk memahami makna desain tipografi dan perlu dilakukan pengkajian tentang desain tipografi kaos distro di Kota Surakarta dengan menggunakan pendekatan semiotika Peirce melalui sign/tanda (ikon, indeks, simbol). Pengkajian lebih memfokuskan pada desain tipografi kaos distro yang independen dari suatu komunitas tertentu. Sebelumnya telah ada penelitian berjudul Kajian Desain T-Shirt Clothing Distro Rown Division Solo Melalui Pendekatan Semiologi oleh Andri Nur Cahyo (2014),

6 6 Jurusan Kriya Tekstil, Universitas Sebelas Maret. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan semiotika Barthes, salah satu penelitiannya membahas tentang desain tipografi. Konsep menarik yang dikemukakan oleh Peirce terkait dengan tanda dan interpretasi terhadap tanda yang selalu dihubungkannya dengan logika. Yakni segitiga tanda antara ikon, indeks, simbol. Ikon adalah tanda yang mirip dengan objek yang diwakilinya. Dapat pula dikatakan, ikon adalah tanda yang memiliki ciri-ciri sama dengan apa yang dimaksudkan. Indeks merupakan tanda yang memiliki hubungan sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya atau disebut juga tanda sebagai bukti. Simbol merupakan tanda berdasarkan konvensi, peraturan, atau perjanjian yang disepakati bersama. Simbol baru dapat dipahami jika seseorang sudah mengerti arti yang telah disepakati sebelumnya. Dimana dari ketiga konsep tersebut dilogikakan lagi kedalam beberapa bagian yang masing-masing pemaknaannya syarat atau logika. melalui citra/gambar visual. Proses penalaran tanda melalui logika inilah yang mendorong penulis untuk memahami pemaknaan dari desain tipografi kaos distro di Kota Surakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis mengemukakan rumusan masalah pengkajian ini sebagai berikut : 1. Bagaimana visual motif dingbats yang digunakan pada produk kaos distro di Kotamadya Surakarta berdasarkan trikotomi ikon, ndeks, dan simbol.

7 7 2. Bagaimana faktor-faktor yang berpengaruh terhadap desain visual pada produk kaos distro yang terkait dengan motif dingbats berdasarkan trikotonomi ikon, indeks, dan simbol. C. Tujuan Penelitian adalah: Tujuan yang ingin dicapai dari pengkajian yang dilakukan oleh penulis 1. Mengetahui visual motif dingbats yang digunakan pada produk kaos distro di Kotamadya Surakarta. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap desain visual pada produk kaos distro yang berkaitan dengan motif dingbats. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari pengkajian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Bagi keilmuan Pengkajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang seni dan desain visual serta memberikan sumbangan pemikiran bagi yang akan melakukan penelitian lebih jauh. Juga sebagai bahan bacaan yang diharapkan menambah wawasan dan pengetahuan bagi yang membaca. 2. Bagi Jurusan Kriya Tekstil

8 8 Pengkajian ini berguna sebagai tambahan literatur bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti pada biadang kajian yang sama. 3. Bagi penulis Bagi penulis menambah wawasan dan pengetahuan sebagai bekal agar dapat menerapkan kombinasi yang tepat antara keadaan teori dengan keadaan yang sebenarnya, khususnya pada bidang yang diteliti. 4. Bagi pihak terkait Hasil pengkajian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih bagi distro yang bersangkutan agar para pelanggannya bisa ikut mengetahui makna-makna yang ingin di sampaikan lewat desain visualnya yang bisa mengarah kepada meningkatnya loyalitas pelanggan. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini mengacu pada panduan penulisan skripsi Jurusan Kriya Tekstil Fakultas Seni Rupa dan Desain UNS. Penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut : 1. Bab I berisi latar belakang masalah, fokus dan rumusan permasalahan, tujuan pengkajian, manfaat pengkajian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II berisi tinjauan pustaka yang menyebutkan beberapa pengkajian terdahulu yang berkaitan dengan desain tipografi kaos distro dan kemudian dijelaskan kebaruan pengkajian ini. Kajian teori berisi penjelasanpenjelasan yang bersifat umum mengenai permasalahan yang dikaji dan

9 9 juga berisi teori-teori yang digunakan dalam pengkajian antara lain tentang: 1. Kaos 2. Distro 3. Tipografi 4. Semiotika Teori Peirce Kerangka pikir menguraikan tentang rancangan teori yang akan dipakai sebagai acuan di dalam menentukan metode penelitian yang akan dipakai, menganalisa permasalahan, dan sebagai kerangka menyusun sajian data analisis permasalahan. 3. Bab III berisi metode penelitian yang menjelaskan metode yang dipakai dalam pengumpulan data, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data teknik cuplikan, validasi data, dan teknik analisis data. 4. Bab IV berisi hasil pengumpulan data dan sajian data yang disajiakan dalam sebuah skripsi, berisi penjelasan mengenai profil perusahaan distro PasoepatiNet, distro Djati, distro Racer Tees, distro Sinkkink Pride, dan distro Belukar. Penjelasan distro PasoepatiNet, distro Djati, distro Racer Tees, distro Sinkkink Pride, dan distro Belukar sebagai toko distribusi fesyen (salah satunya kaos) yang memakai motif dingbats. Selanjutnya, akan dipaparkan mengenai hasil analisi pemaknaan motif dingbats tiaptiap distro melalui analisis semiotika melalui pendekatan teori Peirce (ikon, indeks, simbol). 5. Bab V berisi kesimpulan dan saran.