ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN DAN POLA PEMANFAATAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN DAN POLA PEMANFAATAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)"

Transkripsi

1 ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN DAN POLA PEMANFAATAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) (Studi Kasus: Kampung Adat Lebak Picung) MEUTIA ESTI HANDINI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN DAN POLA PEMANFAATAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG) (Studi Kasus: Kampung Adat Lebak Picung) MEUTIA ESTI HANDINI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 RINGKASAN Meutia Esti Handini. E Analisis Perubahan Penutupan dan Pola Pemanfaatan Lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kasus: Kampung Adat Lebak Picung). Dibimbing oleh LILIK BUDI PRASETYO dan NANDI KOSMARYANDI. Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu kawasan konservasi yang mengalami perubahan penutupan lahan hutan setiap tahun. Perubahan tersebut terkait dengan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan. Salah satu masyarakat yang berada di sekitar TNGHS adalah masyarakat adat di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Masyarakat menggunakan dan mengelola lahan di sektor pertanian dengan sistem berpindah sehingga dikhawatirkan akan meningkatkan perubahan penutupan lahan hutan di dalam kawasan TNGHS. Data dan informasi mengenai kondisi kawasan di Kampung Lebak Picung dapat dianalisis melalui teknologi Sistem Informasi Geografi (SIG). Tujuan penelitian ini adalah mengkaji perubahan penutupan lahan di Kampung Lebak Picung, mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan penutupan lahan, serta mengkaji tata cara pengelolaan lahan oleh masyarakat di Kampung Lebak Picung. Pengambilan data penelitian berupa data sosial masyarakat, dan ground control point dilakukan di Kampung Lebak Picung selama satu bulan pada bulan Juni. Data yang dikumpulkan adalah data spasial berupa peta, citra Landsat TM dan ETM+ tahun 1989, 1997, dan 2007 serta data atribut yang meliputi kondisi sosial budaya masyarakat, data pengelolaan dan penggunaan lahan serta persepsi masyarakat. Pengolahan data spasial dilakukan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh. Hasil pengolahan citra dianalisis secara kualitatif menggunakan data atribut untuk mengetahui pengaruhnya terhadap perubahan penutupan lahan. Tipe penutupan lahan di Kampung Lebak Picung terdiri atas hutan, kebun campuran, semak, ladang, sawah, badan air, lahan terbuka, lahan terbangun, dan tidak ada data. Pada periode , tipe penutupan lahan yang mengalami penurunan luas adalah sawah. Sedangkan peningkatan luas terjadi pada tipe penutupan lahan ladang dan badan air. Secara umum, beberapa tipe penutupan lahan mengalami fluktuasi luasan. Fluktuasi luas terjadi pada tipe penutupan lahan hutan, kebun campuran, semak, dan lahan terbuka. Pada tahun 1997, terjadi peningkatan luas hutan sebesar 20,47 ha yang diikuti oleh penurunan kebun campuran sebesar 41,93 ha dan semak sebesar 3,27 ha. Pada tahun 2007, tipe penutupan lahan hutan mengalami penurunan luas sebesar 19,28 ha yang diikuti oleh peningkatan semak sebesar 2,50 ha. Perubahan penutupan lahan dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah penduduk serta penerapan pengelolaan dan penggunaan lahan garapan (kebun campuran dan ladang) dengan sistem berpindah. Tingginya mata pencaharian masyarakat sebagai petani (91,67%) menyebabkan penggunaan lahan garapan (sawah, ladang, dan kebun campuran) sangat tinggi. Hal ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan adanya konversi lahan hutan menjadi lahan garapan, walaupun saat ini hasil pengolahan lahan garapan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pada umumnya masyarakat memiliki persepsi yang cukup tinggi terhadap keberadaan hutan. Namun pengetahuan masyarakat terhadap hutan dan taman nasional masih cukup rendah. Faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan adalah kondisi sosial masyarakat terutama dalam sistem pengelolaan lahan. Untuk mengantisipasi perluasan pembukaan kawasan hutan perlu dilakukan program-program pembinaan dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan lahan garapannya, serta sosialisasi lebih lanjut kepada masyarakat mengenai kawasan taman nasional. Kata kunci: perubahan penutupan lahan, pengelolaan lahan, hutan.

4 SUMMARY Meutia Esti Handini. E "Analysis of Land Cover Changes and Land Use Patterns in the Gunung Halimun Salak National Park Using Geographic Information System (GIS) (Case Study: Traditional Village of Lebak Picung)". Under supervision of LILIK BUDI PRASETYO and NANDI KOSMARYANDI. Gunung Halimun Salak National Park (GHSNP) is one of the conservation areas that have been facing forest cover changes rapidly. It s related to people activities in and around the area. One of the communities which have been living at surround the GHSNP is indigenous peopleof Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. They have been practicing shifting cultivation system. It is feared the system willm lead to forest conversion in GHSNP area. Data and information of the conditions in Kampung Lebak Picung area can be analyzed through technology Geographic Information System (GIS). The aim of this research is to study land cover changes in Kampung Lebak Picung, to investigate factors that influence land cover change, and review procedures of land management by the community at Kampung Lebak Picung Social data, and ground control point were taken in Kampung Lebak Picung for one month in June Collected data included spatial data in the form of maps, Landsat image TM and ETM + in 1989, 1997, 2007 and attribute data include sociocultural conditions, management and land use, and people perception. Spatial data were prossed by using Geographic Information System technology and Remote Sensing. The result of image processing were analyzed qualitatively using the attribute data to determine its impact on land cover changes. Land cover types in Kampung Lebak Picung consist of forest, mixed gardens, shrubs, fields, rice fields, water bodies, open land, built up land, and no data. In the period , rice fields land cover type were decrease. Meanwhile fields and water body land cover type were increase. In general, several types of land cover area fluctuated. Fluctuations occur on forest land cover, mixed gardens, shrubs, and open land types. In 1997, forest area were increase 20,47 ha but mixed garden and shrubs decrease of ha and 3.27 ha. In 2007, forest land cover types decreased of hectares but shrubs were increase 2,50 ha. Land cover changes were influenced by the increasing population and implementation of shifting cultivation system to arable land use (mixed garden and fields). Most of income source is farmers (91.67%) therefore usage of arable land (paddy fields, fields, and mix gardens) was very high. It s feared, it will lead to forest conversion to arable land. In fact for this period of reseaerch arable land is sufficient to meet the needs of the community. Generally, people had high perception for the existence of forest, but people's knowledge of the forests and national parks are still quite low. Factor that influence land cover change are social condition, especially in land management systems. To anticipate expansion of cultivation land into forest area, the National park should alocate those activities in spesific area/zone.for that purpose the National Park should supervise the activities. Keywords: land cover changes, land management, forest.

5 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Perubahan Penutupan Dan Pola Pemanfaatan Lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Menggunakan Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus: Kampung Adat Lebak Picung) adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2010 Meutia Esti Handini NRP E

6 Judul Nama NRP : Analisis Perubahan Penutupan dan Pola Pemanfaatan Lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) (Studi Kasus: Kampung Adat Lebak Picung) : Meutia Esti Handini : E Menyetujui: Pembimbing I Pembimbing II Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F NIP NIP Mengetahui: Ketua Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Sambas Basuni, MS NIP Tanggal Lulus:

7 UCAPAN TERIMA KASIH Alhamdulillahirobbil alamin. Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga ingin menyampaikan terima kasih pada berbagai pihak yang telah membantu dalam proses penelitian dan penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tinggi penulis ucapkan kepada : 1. Dr.Ir.Lilik Budi Prasetyo, M.Sc dan Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan, arahan dan saran dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. 2. Orang tua dan kakak atas doa, kasih sayang dan segala dukungan baik moril maupun materi yang diberikan kepada penulis hingga skripsi ini selesai. 3. Ir. Deded Sarip Nawawi,M.Sc, Dra. Sri Rahayu,M.Si dan Dr. Ir. Arum Sekar Wulandari, M.Si sebagai penguji yang telah memberikan masukan bagi penyempurnaan skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf Fakultas Kehutanan IPB yang telah membantu penulis selama kuliah 5. Pak Sudarwata serta keluarga dan Endin yang telah banyak memberi bantuan dan dukungan selama penelitian. 6. Hadi dan Tovan serta tim Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Institut Pertanian Bogor (PPLH-IPB) atas segala bantuan yang diberikan selama penelitian. 7. Ellyn Katalina Damayanti atas bantuan, informasi dan diskusi yang sangat membantu dalam penyusunan skripsi. 8. Tri Permadi atas bantuannya dalam pengolahan data dan pengambilan data citra. 9. Puji Waluyo dan Bilalluddin Khalil atas bantuannya dalam mengolah data. 10. Teman-teman di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial atas pertukaran ilmu, kerjasama, dan bantuan yang diberikan.

8 11. Seluruh keluarga besar Departemen KSHE terutama KSHE Tarsius 42 atas bantuan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang telah terjalin selama ini. 12. Keluarga besar Kelompok Pemerhati Herpetofauna Python - HIMAKOVA atas pengalaman dan dukungan yang telah diberikan. 13. Pengurus HIMAKOVA periode dan atas pertukaran ilmu, pengalaman serta dukungannya selama ini. 14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Pemalang pada tanggal 24 Maret 1987 sebagai anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Tasaruddin dan Ibu Marlinah. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SDN 50 Banda Aceh (1999), SLTPN 1 Randudongkal Pemalang (2002), dan SMAN 2 Bogor (2005). Pada tahun 2005 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis mulai aktif belajar di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB pada tahun Selama menjadi mahasiswa IPB, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai wakil sekretaris HIMAKOVA periode dan sekretaris HIMAKOVA periode Penulis juga tergabung dalam Kelompok Pemerhati Herpetofauna (KPH)-HIMAKOVA. Penulis pernah melaksanakan praktek dan kegiatan lapangan antara lain: Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA)- HIMAKOVA di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2007, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI)-HIMAKOVA di TN. Bantimurung- Bulusaraung pada tahun 2007, Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di KPH Indramayu dan TN. Gunung Ciremai pada tahun 2007, Praktek Umum Konservasi Ek-Situ (PUKES) di Karyasari dan Kebun Binatang Ragunan pada tahun 2008, Studi Konservasi Lingkungan (SURILI)- HIMAKOVA di TN. Bukit Baka Bukit Raya tahun 2008 serta Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di TN. Alas Purwo pada tahun Dalam usaha memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan IPB, penulis menyusun skripsi yang berjudul Analisis Perubahan dan Pola Pemanfaatan Lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Menggunakan Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus: Kampung Adat Lebak Picung) di bawah bimbingan Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc dan Ir. Nandi Kosmaryandi, M.Sc.F.

10 i KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah S.W.T atas rahmat dan hidayah yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul Analisis Perubahan dan Pola Pemanfaatan Lahan di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Menggunakan Sistem Informasi Geografi (Studi Kasus: Kampung Adat Lebak Picung) merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi informasi yang berguna bagi berbagai pihak. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih kurang sempurna, oleh karena itu diharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, Maret 2010 Penulis

11 ii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA Masyarakat Adat Kasepuhan Penutupan Lahan Sistem Informasi Geografis (SIG) Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Penginderaan Jauh Data Citra Global Positioning System (GPS)... 7 III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Alat dan Bahan Jenis dan Teknik Pengambilan Data Data Spasial Data Atribut Tahapan Penelitian Analisis Data Analisis Penutupan Lahan Pembuatan Peta Batas Kampung Lebak Picung Pengolahan Citra Analisis Perubahan lahan Analisis Data Atribut... 16

12 iii IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah Kawasan Sejarah Terbentuknya Kampung Lebak Picung Sejarah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Letak dan Luas Kondisi Bilogi Kondisi Sosial Masyarakat V. HASIL DAN PEMBAHASAN Penutupan dan Penggunaan Lahan di Kampung Lebak Picung Klasifikasi Penutupan Lahan Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung Tahun Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung Tahun Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung Tahun Perubahan Penutupan Lahan Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penutupan Lahan Faktor Manajemen Kawasan Taman Nasional Faktor Sosial Masyarakat Pengendalian Perluasan Penggunaan Lahan VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 58

13 iv DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Tingkat Persepsi Berdasarkan Skala Likert Kunci Interpretasi Penutupan Lahan Luas Tipe Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung di Dalam dan Luar Kawasan TNGHS Tahun Luas Tipe Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung di Dalam dan Luar Kawasan TNGHS Tahun Luas Tipe Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung di Dalam dan Luar Kawasan TNGHS Tahun Perubahan Penutupan Lahan di Kampung Lebak Picung Tahun 1989, 1997, dan

14 v DAFTAR GAMBAR No. Halaman 1. Peta lokasi pengambilan data penelitian Tahapan pembuatan peta batas kampung Tahapan pengolahan citra Tahapan analisis perubahan penutupan lahan Penutupan dan penggunaan lahan Peta penutupan lahan Kampung Lebak Picung tahun Peta penutupan lahan Kampung Lebak Picung tahun Peta penutupan lahan Kampung Lebak Picung tahun Peta deforestasi dan reforestasi Grafik pertambahan penduduk Kampung Lebak Picung Peta distribusi lahan terbangun Penggunaan lahan garapan Peta distribusi ladang Peta distribusi kebun campuran Peta distribusi sawah Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat Peta perubahan penutupan lahan di leuweung kolot... 50

15 vi DAFTAR LAMPIRAN No. Halaman 1. Kuesioner Panduan Wawancara Hasil Uji Akurasi... 66

16 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penutupan lahan merupakan istilah yang berkaitan dengan jenis penampakan di permukaan bumi. Penutupan lahan berubah-ubah karena dipengaruhi oleh faktor alam dan manusia. Faktor alam dapat berupa longsor, badai, banjir, dan gempa. Faktor manusia berupa pembangunan pemukiman, pola pertanian yang menerapkan sistem perladangan berpindah, serta adanya perambahan hutan. Kegiatan manusia merupakan faktor yang sangat mempengaruhi terjadinya perubahan penutupan lahan, karena manusia memiliki dinamika yang cukup tinggi dan berkembang dengan sangat cepat. Adanya dinamika kegiatan masyarakat yang tinggi menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan yang cepat terutama pada kawasan hutan. Salah satu kawasan yang mengalami perubahan penutupan lahan hutan adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Tingkat deforestasi hutan yang terjadi dalam kurun waktu berdasarkan hasil studi Prasetyo dan Setiawan diacu dalam Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (2007), sebesar 25% atau berkurang sebesar 22 ribu hektar dengan laju kerusakan rata-rata 1,3% per tahun. Deforestasi tersebut diikuti dengan kenaikan secara konsisten semak belukar, ladang dan perumahan. Perubahan penutupan lahan hutan yang terjadi di kawasan TNGHS, sangat terkait dengan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan TNGHS. Masyarakat yang bermukim di kawasan TNGHS merupakan masyarakat adat dan masyarakat non-adat. Salah satu masyarakat adat yang berada di sekitar taman nasional adalah masyarakat adat di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Kampung Lebak Picung merupakan daerah yang terletak di perbatasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) dan sebagian wilayahnya berada di dalam kawasan taman nasional. Masyarakat yang berada di kampung ini merupakan masyarakat adat kasepuhan Banten. Masyarakat tersebut mengelola lahan di sektor pertanian seperti sawah, ladang dan kebun dengan sistem 1

17 2 berpindah. Pengelolaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat dikhawatirkan akan meningkatkan perubahan penutupan lahan hutan di dalam kawasan TNGHS. Pengelolaan lahan yang dilakukkan di Kampung Lebak Picung dapat dianalisis dengan melihat perubahan lahan yang terjadi melalui aplikasi Sistem Informasi Geografi (SIG). Sistem Informasi Geografi merupakan suatu perangkat yang dapat membantu memperoleh data-data spasial dengan mudah. Penggunaan Sistem Informasi Geografi dapat mempermudah mengetahui perubahan penutupan lahan dan dinamika yang terjadi Tujuan Tujuan penelitian ini adalah : 1. Mengkaji perubahan penutupan lahan di Kampung Lebak Picung. 2. Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan penutupan lahan di Kampung Lebak Picung. 3. Mengkaji tata cara pengelolaan lahan oleh masyarakat di Kampung Lebak Picung Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai perubahan penutupan lahan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya terkait dengan kondisi masyarakat di daerah Lebak Picung. Informasi mengenai tata cara pengelolaan dan penggunaan lahan yang dilakukan oleh masyarakat diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola TNGHS apabila terjadi perluasan penggunaan lahan ke dalam kawasan mengingat letak Kampung Lebak Picung yang berada di daerah perbatasan kawasan TNGHS.

18 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun) di wilayah geografis tertentu, serta memiliki sistem nilai, ideologi, ekonomi, politik, budaya, sosial dan wilayah sendiri. Secara lebih sederhana dapat dikatakan bahwa masyarakat adat terikat oleh hukum adat, keturunan, dan tempat tinggal (CIFOR 2002). Kawasan TNGHS merupakan salah satu kawasan yang ditempati oleh masyarakat adat yang terdiri dari masyarkat adat Kanekes dan Kasepuhan Banten Kidul. Masyarakat adat ini berada di bagian Barat dan Selatan Kawasan. Selain masyarakat adat, ada juga masyarakat lokal (non adat) yang bermukim di dalam kawasan TNGHS. Aspek yang membedakan antara masyarakat adat dan masyarakat lokal adalah keterikatan sosial budaya antar komunitas dalam menjalankan aktivitas kehidupannya, terutama pada tradisi yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya alam (RMI 2004). Masyarakat adat Banten Kidul adalah suatu komunitas yang dalam kesehariannya menjalankan sosio-budaya tradisional yang mengacu pada karakteristik budaya Sunda pada abad ke 18 (Asep 2000 diacu dalam RMI 2004). Hasil studi literatur sejarah yang dilakukan oleh RMI (2004), diketahui bahwa nenek moyang masyarakat adat Banten Kidul yang berada di kawasan Halimun terdiri atas 3 komunitas. Komunitas tersebut adalah komunitas sisa pasukan/laskar Kerajaan Sunda Padjajaran yang lari bersembunyi, komunitas sisa pasukan/laskar Kerajaan Mataram, dan komunitas yang berasal dari dinamika konflik yang terjadi di Kesultanan Banten (termasuk para buruh perkebunan yang didatangkan oleh VOC dari seluruh nusantara). Penyebaran masyarakat adat kasepuhan dibagi dalam 35 kelompok masyarakat Kasepuhan yang didasarkan pada fungsinya dari warisan leluhur. (RMI 2004). Kelompok kasepuhan ini diantaranya Kasepuhan Ciptagelar, Kasepuhan Cisungsang, Kasepuhan Cisitu, Kasepuhan Cicarucub, Kasepuhan Citorek, serta Kasepuhan Cibedug (Santoso et al. 2006). 3

19 4 Kehidupan masyarakat masih sangat bergantung pada sektor pertanian dan kehutanan. Aturan adat dan tradisi masyarakat masih sangat mengikat dalam pengelolaan sumberdaya alamnya, seperti dalam pengelolaan sawah dan huma (kebun), serta sumberdaya hutan (Santoso et al. 2006). Bentuk pengelolaan sumber daya alam di kawasan ini umumnya terdiri atas sawah (usaha pertanian yang paling utama), ladang/huma, kebun campuran, hutan tanaman (dikelola oleh Perum Perhutani), dan hutan masyarakat (dikelola secara kelompok). Pengelolaan sumberdaya hutan di kalangan masyarakat terintegrasi dengan pertanian secara tradisional (sawah, huma, dan kebun) yang ditujukan untuk pemenuhan seharihari (subsisten) (RMI 2004) Penutupan Lahan Penutupan lahan dan penggunaan lahan merupakan istilah yang berbeda. Lillesand dan Keifer (1990) menyatakan bahwa istilah penutupan lahan berkaitan dengan jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi. Sedangkan istilah penggunaan lahan berkaitan dengan kegiatan manusia pada bidang lahan tertentu. Tiga kelas data yang secara umum tercakup dalam penutupan lahan : (1) Struktur fisik yang dibangun oleh manusia; (2) Fenomena biotik seperti vegetasi alami, tanaman pertanian dan kehidupan binatang; (3) Tipe pembangunan. Berdasarkan pengamatan penutupan lahan ini diharapkan untuk dapat menduga kegiatan manusia dan penggunaan lahan (Lo 1996). Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang karena manusia mengalami kondisi yang berubah pada waktu yang berbeda (Lillesand dan Keifer 1990). Deteksi perubahan lahan mencakup fotografi udara berurutan diatas wilayah tertentu dari fotografi tersebut. Kemudian peta penggunaan lahan untuk setiap waktu dapat dipetakan dan dibandingkan (Lo 1996) Sistem Informasi Geografis (SIG) Sistem Informasi Geografis adalah suatu teknologi baru yang saat ini menjadi alat bantu (tools) yang esensial dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan data spasial. Sistem Informasi Geografis dinilai sebagai hasil

20 5 penggabungan dua sistem, yaitu sistem komputer untuk bidang kartografi (CAC) atau sistem komputer bidang perancangan (CAD) dengan teknologi basis data (Prahasta 2001). SIG juga dapat didefinisikan sebagai Geographic Information Science (GIScience). GIScience tidak hanya membantu pengguna untuk memahami kelebihan teknologi SIG dalam menyediakan suatu alat yang dapat menganalisa tapi juga membantu pengguna untuk melihat teknologi sebagai bagian dari disiplin ilmu yang mengenalkan suatu hal mengenai keadaan geografi dan strategi pemecahan permasalahan yang sangat berguna bagi masyarakat (Bettinger dan Wing 2004). Aplikasi SIG tidak dapat lepas dari data spasial dan data atribut. Data spasial adalah data yang bersifat keruangan. Beberapa sumber data untuk memperoleh data spasial antara lain peta analog, data dari sistem Penginderaan Jauh (antara citra satelit, foto udara, dsb), data hasil pengukuran lapangan (data batas administrasi, batas kepemilikan lahan, batas persil, dan batas hak pengusahaan hutan yang dihasilkan berdasarkan teknik perhitungan tersendiri), dan data GPS (Puntodewo et al. 2003) Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Aplikasi penggunaan SIG untuk mengetahui penutupan dan penggunaan telah banyak dilakukan. Aplikasi SIG ini telah dilakukan di kawasan kehutanan. perkotaan, bahkan dapat diaplikasikan untuk mengevaluasi tata ruang suatu kota. Salah satu contoh aplikasi SIG mengenai perubahan penutupan lahan di kawasan konservasi adalah penelitian yang dilakukan oleh Khalil (2009). Penelitiannya dilakukan di Hutan Adat Citorek Taman Nasional Gunung Halimun Salak menggunakan aplikasi SIG. Penelitian ini menggunakan Peta Rupa Bumi, Peta Batas Kasepuhan Citorek, Peta Tata Batas Kawasan TNGHS, Peta Batas Administrasi Pemerintahan Kabupaten lebak, citra satelit Landsat TM dan ETM+ yang diambil pada tahun 1990, 1997, dan Data lain yang diambil adalah data atribut berupa data penggunaan lahan serta data kependudukan kasepuhan Citorek yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan penutupan lahan yang terjadi.

21 6 Proses pengolahan data spasial untuk mendapatkan peta penutupan lahan dilakukan melalui 2 tahap yaitu pembuatan peta digital dan pengolahan citra. Dalam pengolahan citra, terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan. Tahap ini adalah perbaikan citra, pemotongan citra, klasifikasi citra (klasifikasi tidak terbimbing dan klasifikasi terbimbing), dan uji akurasi terhadap citra terklasifikasi. Tipe penutupan lahan yang terdapat di daerah Kasepuhan Citorek dikelompokkan menjadi 9 kategori. Tipe penutupan itu adalah hutan, kebun campuran, semak balukar dan rumput, ladang, sawah, lahan terbuka, lahan terbangun, badan air, dan awan. Lebih lanjut Khalil (2009) menganalisis perubahan penutupan lahan di Hutan Adat Cotorek dengan hasil adanya penurunan luas hutan pada kurun waktu sebesar 1,31%. Penurunan ini disebabkan oleh pembukaan hutan menjadi areal pertanian seperti kebun campuran, ladang, dan sawah yang diakibatkan oleh peningkatan kebutuhan masyarakat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Ladang mengalami penurunan sebesar 25,48% pada kurun waktu Perubahan ini terjadi karena adanya konversi lahan menjadi areal pertanian lain ataupun menjadi pemukiman dan semak belukar. Sawah mengalami peningkatan luas menjadi 89,92% pada kurun waktu Kenaikan ini menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat akan lahan pertanian dan pergeseran pola pertanian tradisional ke pola pertanian intensif. Kebun campuran dan semak mengalami fluktuasi luas pada kurun waktu Hal ini dikarenakan adanya penerapan sistem perladangan berpindah. Sebagian petani menggarap huma dengan sistem tumpangsari. Padi dan sayur ditanam bersama buah dan tanaman keras. Tanah yang dianggap sudah tidak produktif akan ditinggalkan setelah dipanen dan berubah menjadi semak. Luas lahan terbuka mengalami fluktuasi, yang diakibatkan karena adanya perubahan lahan terbuka yang berfungsi sebagai tempat menjemur padi berubah menjadi perkantoran dan pemukiman. Sedangkan pada tahun luas lahan terbuka meningkat seiring meningkatnya hasil pertanian. Luas lahan terbangun pada kurun waktu cenderung meningkat karena adanya peningkatan jumlah penduduk.

22 Penginderaan Jauh Penginderaan jauh (Remote sensing) adalah ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan obyek, daerah, atau fenomena yang dikaji (Lillesesand dan Kiefer 1990). Purwadhi (2001) menyatakan bahwa data penginderaan jauh dapat berupa citra dan atau non-citra. Analisis data penginderaan jauh memerlukan data rujukan seperti peta tematik, data statistik, dan data lapangan. Hasil analisis yang diperoleh berupa informasi mengenai bentang lahan, jenis penutup lahan, kondisi lokasi, dan kondisi sumberdaya yang diindera. Informasi tersebut bagi para pengguna dapat dimanfaatkan untuk membantu dalam proses pengambilan keputusan dalam mengembangkan daerah tersebut Data Citra Citra penginderaan jauh merupakan gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau paling tidak berupa gambaran planimetriknya, sehingga citra merupakan keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik,analog, dan dgital. Di dalam penginderaan jauh, istilah foto diperuntukkan secara eksklusif bagi citra yang dideteksi dan direkam pada film (Purwadhi 2001). Pengambilan citra dilakukan melalui satelit bumi. Salah satu satelit yang dirancang untuk observasi sumberdaya bumi adalah Landsat. Lo (1996) menjelaskan bahwa Landsat merupakan suatu hasil program sumberdaya bumi yang dikembangkan oleh NASA (the National Aeronautical and Space Administration) Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Pada satelit Landsat, terdapat detektor yang digunakan dalam sistem pencitraan yaitu kamera Return Beam Vidicon (RBV), Multispectral Scanner (MSS), dan Thematic Mapper (TM). Thematic Mapper (TM) merupakan suatu sensor optik penyiaman yang beroperasi pada saluran tampak, inframerah, dan saluran spektral Global Positioning System (GPS) Global Positioning System (GPS) adalah suatu jaringan satelit yang secara terus menerus memancarkan sinyal radio dengan frekuensi yang sangat rendah.

23 8 Satelit GPS bekerja pada referensi waktu yang sangat teliti dan memancarkan data yang menunjukkan lokasi dan waktu pada saat itu (Puntodewo et al. 2003). Global Positioning System (GPS) dapat mengidentifikasi informasi mengenai koordinat geografi suatu lokasi. Informasi dapat berupa batas-batass wilayah, keadaan alam, serta gambaran kebudayaan (Momberg et al. 1996).

24 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar 1). Pengolahan data dilakukan di Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) dan Laboratorium Analisis Lingkungan dan Permodelan Spasial, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Juli-November Pengambilan data sosial masyarakat dilakukan selama 1 bulan, dan pengolahan data dilakukan selama 4 bulan. Lokasi Pengambilan Data Penelitian Gambar 1 Peta lokasi pengambilan data penelitian.

25 Alat dan Bahan Alat yang digunakan selama penelitian adalah Global Positioning System (GPS), kamera digital, satu berkas kuesioner, panduan wawancara, alat tulis dan seperangkat komputer yang dilengkapi dengan software ArcGIS 9.3 serta ERDAS 8.6. Bahan yang digunakan adalah data-data spasial dan data atribut. Data spasial berupa Peta Rupa Bumi, Peta Tata Batas Kawasan TNGHS, Peta Administrasi Kecamatan Cibeber, citra Landsat TM dan ETM+ tahun 1989, 1997, dan Data atribut yang digunakan adalah data-data mengenai kondisi sosial budaya masyarakat, data kependudukan, data pengelolaan dan penggunaan lahan serta persepsi masyarakat Jenis dan Teknik Pengambilan Data Data Spasial Data spasial merupakan data yang bersifat keruangan meliputi peta rupa bumi dan citra Landsat. Peta dan citra landsat tersebut diperoleh dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) Institut Pertanian Bogor. Data lain yang digunakan adalah data Ground Control Point (GCP) untuk menandakan lokasilokasi jenis penutupan lahan yang ada di lapangan. Data GCP merupakan data yang menyatakan posisi keberadaan suatu benda di atas permukaan bumi. Pengambilan data ini dilakukan dengan alat Global Positioning System (GPS). Data ini kemudian digunakan untuk mengolah citra Landsat agar sesuai dengan keadaan di lapangan Data Atribut Data atribut adalah data yang menunjukkan tulisan atau angka-angka, yang membantu dalam menginterpretasikan citra landsat. Data ini meliputi data kependudukan, data sosial budaya masyarakat, dan data pengelolaan serta penggunaan lahan. Data kependudukan terdiri atas jumlah penduduk, jumlah kepala keluarga, dan mata pencaharian. Pengumpulan data mengenai kondisi sosial budaya masyarakat, pengelolaan dan penggunaan lahan, serta persepsi dilakukan melalui wawancara

26 11 dengan masyarakat dan kuesioner. Wawancara dan kuesionar merupakan metode yang umum digunakan dalam pengumpulan data sosial. Berdasarkan penjelasan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah (2000), interview (wawancara) adalah metode pengumpulan data dengan atau melalui wawancara, dimana dua orang atau lebih secara fisik langsung berhadap-hadapan yang satu dapat melihat muka yang lain dan masing-masing dapat menggunakan saluran komunikasi secara wajar dan lancar. Adapun tujuan wawancara menurut Masduki (2001) adalah untuk menggali fakta, alasan, dan opini atas sebuah peristiwa baik yang sudah, sedang, maupun yang akan berlangsung. Data ini dibutuhkan dalam menganalisis tata cara penggunaan lahan oleh masyarakat khususnya pengelolaan dan pandangan masyarakat terhadap keberadaan hutan. Jumlah sampel responden diambil melalui sensus dalam satu kampung adalah 48 responden. Pengambilan sampel responden diambil secara sensus terhadap seluruh Kepala keluarga di kampung Lebak Picung. Pengambilan sampel responden didasarkan keberadaan masyarakat adat yang letaknya berbatasan langsung dengan kawasan TNGHS. Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah merupakan lokasi yang masyarakatnya merupakan masyarakat adat kasepuhan dan masih memegang beberapa tradisi adat kasepuhan. Adanya tradisi ini dikaitkan dengan perubahan penutupan lahan yang terjadi di sekitar kawasan TNGHS Tahapan Penelitian Penelitian mengenai Analisis Perubahan Penutupan Lahan di kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten merupakan penelitian yang menganalisis mengenai penggunaan lahan oleh masyarakat dalam beberapa periode. Adanya dinamika dalam kehidupan masyarakat, menyebabkan terjadinya perubahan lahan di sekitar kawasan TNGHS, sehingga dibutuhkan data berupa gambaran perubahan penutupan lahan. Data ini kemudian dianalisis untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan penutupan lahan.

27 12 Peta penutupan lahan diperoleh melalui pengolahan data citra, peta rupa bumi, dan peta batas kawasan. Pada proses ini juga dilakukan pengambilan data di lapangan untuk mendapatkan informasi yang tepat mengenai penutupan lahan yang ada serta data penunjang lain mengenai data kependudukan, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat. Setelah mendapatkan peta penutupan lahan, maka dilakukan analisis mengenai perubahan yang terjadi. Analisis perubahan lahan dilakukan dengan membandingkan peta penutupan lahan tahun 1989, 1998, dan Analisis lain yang dilakukan setelah itu adalah analisis data non-spasial. Data atribut meliputi data kependudukan, kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, serta data mengenai tata cara penggunaan dan pengelolaan lahan. Analisis data atribut akan menghasilkan data mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan lahan, dan sistem penggunaan lahan yang mengakibatkan terjadinya dinamika perubahan lahan Analisis Data Analisis Penutupan Lahan Pembuatan Peta Batas Kampung Lebak Picung Proses pembuatan peta batas kampung Lebak Picung dilakukan menggunakan seperangkat software Arcgis 9.3. Data yang diperlukan dalam proses pembuatan peta batas kampung adalah Peta Rupa Bumi berupa Peta Sungai, Ground Control Point (GCP) batas-batas kampung berdasarkan hasil survey lapangan, dan citra Landsat tahun Proses digitasi batas kampung dilakukan dengan memperhatikan sungai dan titik koordinat batas kampung yang diperoleh di lapangan. Data citra digunakan sebagai pertimbangan untuk mendigitasi batas kawasan yang sumbernya diperoleh dari hasil wawancara dengan masyarakat. Tahapan pembuatan peta batas kampung disajikan pada Gambar 2.

28 13 Peta Sungai Citra Landsat Tahun 2008 Data GCP Hasil Survey Overlay Digitasi Peta Editing Peta Peta Batas Kampung Gambar 2 Tahapan pembuatan peta batas kampung Pengolahan Citra Gambaran penutupan lahan diperoleh melalui pengolahan Peta Rupa Bumi, Peta Batas Kecamatan, Peta Batas Kampung, dan citra Landsat. Proses pengolahan peta penutupan lahan dilakukan dalam beberapa tahap (Gambar 3), yaitu :

29 14 Citra Peta Rupa Bumi Koreksi Geometris Citra Terkoreksi Peta Administrasi Kecamatan Subset Image Overlay Cek Lapangan Klasifikasi Citra Tidak Citra Hasil Klasifikasi Uji Akurasi Terima Peta Penutupan Lahan Ya Peta Batas Kampung Lebak Picung Subset Image Overlay Peta Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung Gambar 3 Tahapan pengolahan citra. a. Koreksi Data Citra Data citra yang diperoleh harus dikoreksi terlebih dahulu sebelum diolah lebih lanjut. Koreksi citra yang dilakukan adalah koreksi geometrik. Koreksi geometrik dilakukan karena adanya pergeseran koordinat, sehingga perlu dilakukan pembetulan pada citra. Koreksi geometrik bertujuan agar posisi

30 15 titik-titik (pixel) pada citra sesuai dengan posisi titik-titik geografi di permukaan bumi. Posisi ini adalah kedudukan geografis daerah yang terekam pada citra. Kegiatan yang pertama dilakukan saat melakukan koreksi geometrik adalah penentuan tipe proyeksi dan koordinat yang digunakan. Tipe proyeksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Universal Transverse Mercator (UTM). Tahap selanjutnya adalah perbaikan distorsi geometrik yang dilakukan melalui penentuan titik ikat medan yang ditempatkan sesuai dengan koordinat citra dan koordinat peta. Setelah itu, dilakukan resampling citra mengunakan pendekatan metode tetangga terdekat (Nearest neighbour). b. Pemotongan Data Citra (Subset image) Pemotongan data citra bertujuan untuk menetukan batas wilayah yang akan diteliti. Pemotongan dilakukan dengan memotong data citra yang sudah terkoreksi untuk mendapatkan wilayah lokasi penelitian. Wilayah lokasi yang dipotong adalah wilayah Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. c. Klasifikasi Data Citra Klasifikasi data citra merupakan kegiatan untuk menentukan kelas-kelas yang terdapat pada data citra. Kelas-kelas tersebut menunjukkan kategori-kategori lahan berdasarkan warna yang tampak dalam data citra. Klasifikasi dilakukan dengan cara mengelompokkan warna yang sama pada citra ke dalam kelaskelas tertentu. Proses klasfikasi yang digunakan adalah klasifikasi terbimbing. Klasifikasi citra terbimbing (Supervised clasification), merupakan kegiatan klasifikasi kelas-kelas citra yang didefinisikan sendiri. Pendefinisian ini didasarkan pada data lapangan yang telah diperoleh berupa titik-titik koordinat yang ditandai dengan GPS. Kelas-kelas yang didefinisikan menunjukkan jenis penutupan lahan yang ada di lapangan. Hasil dari klasifikasi citra ini adalah peta penutupan lahan. d. Uji Akurasi Saat klasifikasi citra, terdapat kemungkinan adanya kesalahan dalam menetukan kelas tutupan lahan, sehingga perlu dilakukan uji akurasi. Tahapan uji akurasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keakuratan klasifikasi citra terbimbing. Akurasi citra dilakukan dengan cara menyesuaikan kelas tutupan

31 16 lahan yang telah diklasifikasi dengan data Ground Control Point (GCP) yang diambil melalui GPS. Nilai akurasi minimal yang diterima adalah 85%. Apabila tingkat akurasinya kurang dari itu, maka perlu dilakukan klasifikasi ulang Analisis Perubahan Lahan Analisis perubahan lahan dilakukan dengan membandingkan peta perubahan lahan tahun 1989, 1997, dan Ketiga peta tersebut dioverlay, sehingga diketahui perubahan penutupan lahan yang terjadi pada tahun Tahapan analisis perubahan penutupan lahan disajikan pada Gambar 4. Perubahan penutupan lahan dilakukan dengan menghitung selisih luas masing-masing tipe penutupan lahan setiap tahun. Peta Penutupan Lahan Tahun 1989 Peta Penutupan Lahan Tahun 1997 Peta Penutupan Lahan Tahun 2007 Overlay Perubahan Penutupan Lahan Gambar 4 Tahapan analisis perubahan penutupan lahan Analisis Data Atribut Data atribut diperlukan dalam menganalisis faktor-faktor perubahan lahan yang terjadi. Data atribut yang diperlukan adalah data kependudukan, sosial ekonomi dan budaya masyarakat sekitar kawasan, serta tata cara penggunaan lahan oleh masyarakat. Data ini kemudian dianalisis secara deskriptif, sehingga diketahui keterkaitan antara pola penggunaan lahan oleh masyarakat dengan perubahan penutupan lahan yang terjadi. Data atribut lainnya adalah persepsi masyarakat terhadap keberadaan dan pengelolaan hutan. Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau

32 17 hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah faktor internal individu dan faktor eksternal individu meliputi stimulus dan faktor eksternal dimana persepsi itu berlangsung. Faktor internal dan faktor eksternal saling berinteraksi dalam individu mengadakan persepsi (Walgito 2003). Analisis data mengenai persepsi dilakukan melalui analisis deskriptif berdasarkan hasil kuesioner yang diperoleh. Penyajian data secara deskriptif digunakan untuk menjelaskan tanggapan dan tingkat persepsi responden. Tingkat persepsi diperoleh melalui nilai tanggapan yang diberikan oleh responden. Penentuan nilai tanggapan dilakukan menggunakan skala Likert. Masing-masing tanggapan (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju) secara berturut-turut bernilai 5,4,3,2 dan 1 (Singarimbun dan Effendi 1989 diacu dalam Gunawan 1999). Nilai pernyataan ini kemudian dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah pernyataan yang tersedia. Interval nilai tanggapan untuk setiap persepsi disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Tingkat Persepsi Berdasarkan Skala Likert No Interval nilai tanggapan Tingkat persepsi 1. 4,00-5,00 tinggi 2. 3,00-3,99 sedang 3. 1,00-2,99 rendah Analisis deskriptif juga menjelaskan nilai persentase tanggapan responden. Nilai persentase ini didasarkan pada jumlah responden. Nilai persentase diperoleh dengan cara membagi jumlah responden berdasarkan tingkat tanggapannya dengan keseluruhan jumlah responden. Berdasarkan data-data yang diperoleh mengenai pengelolaan dan penggunaan lahan oleh masyarakat, maka dapat dianalisis bentuk-bentuk lahan yang sering digunakan oleh masyarakat terkait dengan kondisi sosial budaya. Selain itu, analisis juga dapat dilakukan untuk mengetahui dinamika perubahan penggunaan lahan sehingga dapat diketahui perluasan lahan yang mungkin terjadi. Hasil ini nantinya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pengelola TNGHS mengingat letak kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah yang berbatasan langsung dengan kawasan Taman Nasional.

33 18 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah Kawasan Sejarah Terbentuknya Kampung Lebak Picung Kampung Lebak Picung awalnya adalah kawasan hutan. Pertama kali hutan ini dibuka oleh orang-orang dari kampung Cidikit dan Pasir Nangka yang berjumlah 6 orang. Pembukaan lahan awalnya disebabkan oleh perintah dari carios aki (orang yang dituakan dalam kasepuhan) untuk membuka lahan baru sebagai tanah cadangan. Pembukaan lahan dilakukan pada saat penjajahan Jepang, karena saat itu dikhawatirkan tanah yang ditempati menjadi tidak aman, maka dibutuhkan tanah cadangan untuk bermukim. Kemudian tempat ini berkembang menjadi sebuah kampung yang didiami oleh keturunan para pembuka lahan (Data Penelitian 2009). Saat kampung sudah berkembang, masyarakat membuka lahan untuk dijadikan ladang/huma sebagai mata pencahariannya. Setelah itu, lahan dibuka kembali untuk dijadikan sawah. Tanah di kampung ini sangat subur, sehingga kegiatan berladang dapat berjalan dengan baik (Data Penelitian 2009). Kampung Lebak Picung berada dalam wilayah Desa Cibeber yang saat ini berubah menjadi Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak. Adapun batas-batas kampung yaitu, bagian utara berbatasan dengan Desa Ciusul, bagian barat berbatasan dengan kampung Karangropong dan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, dan bagian selatan serta timur berbatasan dengan TNGHS yang dibatasi oleh sungai Ciambulaung (Data Penelitian 2009) Sejarah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) Pengelolaan Kawasan Halimun dimulai ketika Pemerintah Hindia Belanda menetapkannya sebagai Kawasan Hutan Lindung seluas 39,941 hektar (tahun ). Kawasan Lindung tersebut berubah menjadi Cagar Alam (Kawasan Konservasi) pada dan pengelolaannya dilakukan oleh Jawatan Kehutanan Jawa Barat. Kemudian perubahan terjadi pada unit pengelola kawasan konservasi tersebut yang kewenangannya diberikan kepada Perhutani (tahun ) dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) III Jawa Barat

34 19 ( ). Pada tahun 1990 pengelolaan kawasan konservasi itu digabungkan dengan Pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo. Kemudian melalui SK Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 28 Februari 1992 ditetapkan sebagai Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) dengan luas hektar. Pada tanggal 31 Maret 1997 melalui SK Menhut No. 185/Kpts-II/1997 ditetapkan pengelolaannya oleh UPT TNGH setara dengan Eselon III dibawah Departemen Kehutanan. Kebijakan terakhir adalah terbitnya Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 175/Kpts-II/2003 tentang penunjukan perluasan kawasan Taman Nasional Gunung Halimun menjadi ha dengan nama Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Berdasarkan surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 175/Kpts II/2003 tanggal 10 Juni 2003 mengenai penunjukan kawasan TNGHS, maka secara administratif TNGHS terletak dalam tiga wilayah administratif pemerintahan tingkat kabupaten, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, dan Kabupaten Lebak. Pada tingkat kecamatan, terdapat 26 kecamatan (9 kecamatan bagian dari Kabupaten Bogor, 8 kecamatan bagian dari kabupaten Sukabumi, dan 9 kecamatan dari Kabupaten Lebak) yang sebagian/seluruh wilayahnya di dalam dan/atau berbatasan langsung dengan wilayah TNGHS. Salah satu daerah yang sebagian besar wilayahnya masuk ke dalam kawasan taman nasional adalah Kampung Lebak Picung yang berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Letak dan Luas Kampung Lebak Picung terletak di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten. Sebagian besar wilayah kampung berada di dalam kawasan TNGHS bagian selatan. Luas wilayah kampung yang berada di dalam kawasan TNGHS sekitar 162,8 ha atau 70,48% Kondisi Biologi Jenis-jenis flora yang dapat dijumpai antara lain Jamuju (Dacrycarpus imbricatus), Kiputri (Podocarpus nerifolius), Rasamala (Altingia excelsa), Saninten (Castanopsis argentea), Pasang (Quervus sp.), Huru (Litsea sp.), dan

35 20 beberapa jenis anggota suku Dipterocarpaceae. Selain itu jenis tanaman lain yang ditemukan adalah berbagai jenis anggrek dan juga bambu. Fauna yang terdapat di Kampung Lebak Picung yang termasuk dalam kawasan TNGHS terdiri atas berbagai jenis mamalia, burung, reptil dan amfibi, serta beranekaragam jenis serangga. Beberapa fauna diantaranya dinyatakan terancam punah seperti Macan tutul (Panthera pardus melas), Kucing hutan (Prionailurus bengalensis), Owa jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachipythecus auratus), Ajag atau Anjing hutan (Cuon alpinus javanicus). Habitat fauna ini adalah hutan di dalam kawasan TNGHS yang berada dekat dengan Kampung Lebak Picung Kondisi Sosial Masyarakat Masyarakat yang berada di Kecamatan Cibeber sebagian besar merupakan suku Sunda dan beberapa juga terdapat masyarakat pendatang dari luar suku Sunda. Suku Sunda di Kecamatan Cibeber dikelompokkan menjadi dua yaitu masyarakat yang tergabung dalam kasepuhan dan bukan kasepuhan. Masyarakat yang tidak tergolong dalam kasepuhan adalah masyarakat pendatang dari luar daerah. Masyarakat kasepuhan masih memiliki susunan organisasi secara adat yang terpisah dari struktur organisasi pemerintahan. Sebagian besar masyarakat di kampung Lebak Picung digolongkan kedalam masyarakat kasepuhan. Adapun masyarakat yang tidak digolongkan ke dalam kasepuhan adalah masyarakat pendatang yang menikah dengan orang Lebak Picung. Bahasa yang umum digunakan oleh masyarakat di kampung Lebak Picung adalah bahasa Sunda dan agama yang dianut adalah agama Islam. Masyarakat masih berpegang pada tradisi nenek moyangnya, hal ini terlihat dari cara pembuatan rumah, adat dalam melaksanakan suatu perayaan, sistem pertanian dan perladangan, serta dalam pemanfaatan hasil hutan. Hasil utama pertanian masyarakat adalah padi, yang ditanam di lahan kering ataupun lahan basah.

36 21 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Penutupan dan Penggunaan Lahan di Kampung Lebak Picung Penutupan lahan dan penggunaan lahan yang ada di Kampung Lebak Picung berdasarkan hasil survey dikelompokkan menjadi 8 kategori. Tipe penutupan dan penggunaan lahan tersebut adalah hutan, kebun campuran, semak, ladang, sawah, lahan terbuka, lahan terbangun, dan badan air. Penutupan dan penggunaan lahan di kampung Lebak Picung disajikan pada Gambar 5. (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) (h) Gambar 5 Penutupan dan penggunaan lahan. (a) Hutan; (b) Kebun campuran; (c) Semak; (d) Ladang; (e) Sawah; (f) Lahan terbuka; (g) Lahan terbangun; (h) Badan air. 21

37 Klasifikasi Penutupan Lahan Proses klasifikasi dalam penelitian ini dilakukan melalui teknik interpretasi penginderaan jauh menggunakan citra Landsat. Citra yang digunakan untuk klasifikasi adalah citra dengan tahun penyiaman 1989, 1997, dan Berdasarkan hasil interpretasi citra, klasifikasi penutupan lahan terbagi dalam 9 tipe yaitu hutan, kebun campuran, semak, ladang, sawah, lahan terbuka, lahan terbangun, badan air, dan tidak ada data. Kunci interpretasi tipe penutupan lahan pada citra Landsat band 5,4,3 disajikan pada Tabel 2. Adapun klasifikasi tipe penutupan lahan dijelaskan sebagai berikut : 1. Tipe penutupan lahan hutan adalah seluruh penampakan hutan alam, hutan tanaman dan hutan sekunder. 2. Kebun campuran merupakan suatu lahan pertanian yang dikombinasikan antara tanaman berkayu dengan tanaman perkebunan, dan umumnya lahan ini masih dikelola atau sangat erat dengan campur tangan manusia. Kebun campuran terletak menyebar, dekat pemukiman dan dekat dengan hutan. 3. Semak adalah lahan yang didominasi oleh tumbuhan bawah, rumput, dan belukar. 4. Ladang merupakan lahan pertanian kering yang ditanami bukan tanaman keras. Umumnya ladang ditanami dengan sayuran atau tanaman pangan. 5. Sawah merupakan pertanian lahan basah yang ditanami oleh padi. 6. Lahan terbuka adalah lahan yang tidak bervegetasi. 7. Lahan terbangun adalah lahan yang terdapat bangunan baik permanen maupun semi permanen. 8. Badan air merupakan penampakan permukaan air, berupa sungai. Badan air ditandai dengan warna biru. 9. Tidak ada data adalah penampakan awan dan bayangan pada citra. Adanya awan dan bayangan mengakibatkan citra tidak dapat diklasifikasi.

38 23 Tabel 2 Kunci Interpretasi Tipe Penutupan Lahan Pada Citra Landsat No. Tipe Penutupan Lahan Deskripsi Tampilan Citra 1. Hutan Hutan berwarna hijau tua hingga hijau agak terang dan berada pada kelas kelerengan yang curam Gambar Citra Landsat 2. Kebun Campuran Kebun campuran berwarna hijau agak gelap hingga hijau terang dan memiliki tekstur yang halus sampai agak kasar 3. Semak Semak berwarna hijau sangat terang hingga kuning dan kuning sangat terang. Memiliki tekstur yang kasar hingga agak kasar. 4. Ladang Ladang berwarna kekuningan, berbercak kemerahan dan kecoklatan. 5. Sawah Sawah pada citra Landsat band 5,4,3, ditandai dengan warna biru keunguan.

39 24 No. Tipe Penutupan Lahan Deskripsi Tampilan Citra 6. Lahan Terbuka Lahan terbuka berwarna merah muda agak gelap, dan keabuan Gambar Citra Landsat 7. Lahan Terbangun Lahan terbangun berwarna merah agak gelap sampai agak terang dengan tekstur yang halus dan menyebar berkelompok 8. Badan Air Badan air berwarna biru tua 9. Awan dan Bayangan Awan berwarna putih dan bayangan berwarna hitam Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung Tahun 1989 Hasil pengolahan citra Landsat dengan waktu penyiaman citra 6 Juli 1989 di Kecamatan Cibeber adalah peta penutupan lahan tingkat kampung yaitu Kampung Lebak Picung (Gambar 6). Nilai overall classification accuracy peta tutupan lahan tahun 1989 adalah 89,66%. Luas masing-masing tipe penutupan lahan Kampung Lebak Picung dikelompokkan menjadi penutupan lahan yang masuk ke dalam kawasan taman nasional dan di luar taman nasional (Tabel 3).

40 Gambar 6 Peta penutupan lahan Kampung Lebak Picung tahun

41 26 Tabel 3 Luas Tipe Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung di Dalam dan Luar Kawasan TNGHS Tahun 1989 Luas Penutupan Lahan No Tipe Penutupan Luar Kawasan Total Kawasan TNGHS Lahan TNGHS (ha) % (ha) % (ha) (%) 1 Hutan 47,92 20,74 34,85 72,727 13,07 27,273 2 Kebun Campuran 117,61 50,92 82,65 70,278 34,96 29,722 3 Semak 11,98 5,18 5,88 49,091 6,09 50,909 4 Ladang 5,12 2,21 3,48 68,085 1,63 31,915 5 Sawah 40,51 17,54 30,49 75,269 10,02 24,731 6 Lahan Terbuka 1,63 0,70 0,65 40,000 0,98 60,000 7 Lahan Terbangun 0,98 0,42 0,98 100,000 0,00 0,000 8 Badan Air 1,85 0,80 1,52 82,353 0,33 17,647 9 Tidak Ada Data 3,38 1,46 2,28 67,742 1,09 32,258 Total 230,98 100,00 162,81 625,54 68,17 274,46 Berdasarkan Tabel 3, luas tipe penutupan lahan di Kampung Lebak Picung dijelaskan sebagai berikut: 1. Tipe petutupan lahan yang terluas di Kampung Lebak Picung adalah kebun campuran. Kebun campuran yang ada di kampung Lebak Picung adalah lahan yang umumnya ditanami tanaman keras berupa Sengon (Paraserianthes falcataria) dan diselingi oleh tanaman perkebunan atau sayuran. Masyarakat kampung Lebak Picung masih mengandalkan hasil perkebunan sebagai mata pencaharian utama. Hal ini menyebabkan tipe penutupan lahan kebun campuran memiliki luas tertinggi. 2. Penutupan lahan terluas kedua di Kampung Lebak Picung adalah hutan. Luas hutan di dalam kawasan TNGHS lebih tinggi dibandingkan di luar taman nasional. Hutan yang berada di Kampung Lebak Picung merupakan hutan sekunder dan hutan tanaman. Hutan tanaman sebagian besar berada di dalam kawasan TNGHS, sedangkan hutan sekunder berada di dalam dan di luar kawasan taman nasional. 3. Sawah merupakan tipe penutupan lahan terluas ketiga. Luas sawah di luar kawasan taman nasional lebih besar dibandingkan di dalam kawasan. Lahan sawah sudah ada sebelum adanya kawasan taman nasional dan merupakan

42 27 mata pencaharian utama di Kampung Lebak Picung, sehingga lahan sawah di dalam taman nasional cukup luas. 4. Tipe penutupan lahan terluas keempat adalah semak. Luas semak lebih banyak terdapat di luar kawasan daripada di dalam kawasan. Semak merupakan lahan berupa rumput,tanaman bawah atau ilalang yang tumbuh karena adanya pembukaan lahan atau lahan bekas garapan yang ditinggalkan. 5. Ladang merupakan tipe penutupan lahan terluas kelima. Ladang adalah lahan pertanian kering yang tidak hanya ditanam padi, tetapi juga ditanaman bahan makanan pokok lainnya seperti singkong, ubi atau sayur. Luas ladang lebih besar berada di luar Taman Nasional dibandingkan di dalam kawasan. Ladang merupakan lahan garapan yang sudah lama diterapkan oleh masyarakat dan sudah ada sebelum adanya kawasan TNGHS, sehingga ladang masih banyak terdapat di dalam kawasan taman nasional. 6. Tidak ada data merupakan penutupan lahan terluas keenam. Luas penutupan lahan ini terkait dengan kondisi saat penyiaman citra. 7. Luas penutupan lahan diurutan ketujuh adalah badan air. Badan air berupa aliran sungai dan anak sungai yang mengalir di Kampung Lebak Picung. 8. Lahan terbuka merupakan penutupan lahan terluas kedelapan. Lahan terbuka diakibatkan oleh adanya lahan bekas garapan yang telah dipanen dan pembukaan lahan untuk dijadikan ladang atau kebun campuran. 9. Lahan terbangun adalah tipe penutupan lahan yang memiliki luas paling kecil. Lahan terbangun di Kampung Lebak Picung seluruhnya berada di dalam kawasan taman nasional. Hal ini terkait dengan sejarah kampung, dimana masyarakat telah bermukim di kawasan tersebut sebelum kawasan TNGHS ditunjuk.

43 Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung Tahun 1997 Hasil pengolahan citra Landsat dengan waktu penyiaman citra 28 Juli 1997 di Kecamatan Cibeber adalah peta penutupan lahan tingkat kampung yaitu Kampung Lebak Picung (Gambar 7). Nilai overall classification accuracy peta tutupan lahan tahun 1997 adalah 88%. Luas masing-masing tipe penutupan lahan Kampung Lebak Picung dikelompokkan menjadi penutupan lahan yang masuk ke dalam kawasan taman nasional dan di luar taman nasional (Tabel 4). Tabel 4 Luas Tipe Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung di Dalam dan Luar Kawasan TNGHS Tahun 1997 No Tipe Penutupan Lahan Total Luas Penutupan Lahan Kawasan TNGHS Luar Kawasan TNGHS (ha) % (ha) % (ha) (%) 1 Hutan 68,39 29,61 52,60 76,91 15,79 23,09 2 Kebun Campuran 75,69 32,77 45,19 59,71 30,49 40,29 3 Semak 8,71 3,77 7,51 86,25 1,20 13,75 4 Ladang 25,05 10,84 20,58 82,17 4,46 17,83 5 Sawah 39,20 16,97 28,31 72,22 10,89 27,78 6 Lahan Terbuka 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 7 Lahan Terbangun 4,46 1,93 3,92 87,80 0,54 12,20 8 Badan Air 6,10 2,64 2,40 39,29 3,70 60,71 9 Tidak Ada Data 3,38 1,46 2,29 67,74 1,09 32,26 Total 230,98 100,00 162,81 572,10 68,17 227,90

44 Gambar 7 Peta penutupan lahan Kampung Lebak Picung tahun

45 30 Berdasarkan Tabel 4, tipe penutupan lahan di Kampung Lebak Picung tahun 1997 dijelaskan sebagai berikut: 1. Tipe penutupan lahan terluas di Kampung Lebak Picung adalah kebun campuran. Kebun campuran merupakan lahan yang menjadi mata pencaharian utama bagi masyarakat, sehingga luas tipe penutupan lahan ini lebih tinggi dibandingkan dengan tipe penutupan lahan lainnya. 2. Hutan merupakan tipe penutupan lahan terluas kedua di Kampung Lebak Picung. Sebagian besar wilayah hutan berada di dalam kawasan taman nasional, dan hanya sedikit yang berada di luar kawasan taman nasional. Hutan di dalam taman nasional adalah hutan alam, hutan tanaman, dan hutan sekunder. 3. Sawah merupakan tipe penutupan lahan terluas ketiga di Kampung Lebak Picung dan lebih banyak berada di dalam kawasan taman nasional. Penggunaan lahan sawah sudah dilakukan sejak lama secara turun temurun, sebelum adanya kawasan TNGHS. Hal ini mengakibatkan lahan sawah masih banyak terdapat di dalam kawasan taman nasional. 4. Tipe penutupan lahan terluas keempat di kampung Lebak Picung adalah ladang. Ladang lebih banyak terdapat di dalam kawasan dibandingkan di luar kawasan. Ladang merupakan pertanian kering yang ditanami padi atau bahan makanan lain seperti umbi-umbian dan sayur. Masyarakat masih mengandalkan ladang untuk menunjang hasil pertanian dalam pemenuhan sehari-hari, sehingga penutupan lahan ini cukup tinggi. 5. Semak adalah tipe penutupan lahan terluas kelima. Semak terjadi karena adanya lahan yang ditinggalkan saat masa panen selesai pada sistem perladangan berpindah atau adanya bekas bukaan lahan yang dibiarkan. 6. Tipe penutupan lahan terluas keenam adalah badan air. Badan air adalah penampakan aliran sungai atau anak sungai yang mengalir di Kampung Lebak Picung. 7. Lahan terbangun berada di urutan ketujuh dan banyak terdapat di dalam kawasan. Lahan terbangun yang berada di dalam kawasan taman nasional berupa daerah pemukiman dan bangunan leuit. Daerah pemukiman sudah ada

46 31 sebelum kawasan TNGHS ditunjuk sehingga luas lahan terbangun cukup tinggi. 8. Tidak ada data adalah penutupan lahan terluas kedelapan. Tidak ada data merupakan penutupan lahan berupa awan dan bayangan yang terkait dengan kondisi cuaca saat penyiaman citra. 9. Luas penutupan lahan diurutan terakhir pada tingkat kampung adalah lahan terbuka. Pada tahun 1997, tidak ada lahan terbuka di Kampung Lebak Picung. Hal ini terjadi karena tidak ada lahan yang dibuka pada pengolahan lahan dengan sistem perladangan berpindah Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung Tahun 2007 Hasil pengolahan citra Landsat dengan waktu penyiaman citra 26 September 2007 di Kecamatan Cibeber adalah peta penutupan lahan tingkat kampung yaitu Kampung Lebak Picung (Gambar 8). Nilai overall classification accuracy peta tutupan lahan tahun 2007 adalah 90,70%. Luas masing-masing tipe penutupan lahan Kampung Lebak Picung dikelompokkan menjadi penutupan lahan yang masuk ke dalam kawasan taman nasional dan di luar taman nasional (Tabel 5).

47 0 0,25 0,5 1 1,5 Kilometers Gambar 8 Peta penutupan lahan Kampung Lebak Picung tahun

48 33 Tabel 5 Luas Tipe Penutupan Lahan Kampung Lebak Picung di Dalam dan Luar Kawasan TNGHS Tahun 2007 No Tipe Penutupan Lahan Total Luas Penutupan Lahan Luar Kawasan Kawasan TNGHS TNGHS (ha) (%) (ha) (%) (ha) (%) 1 Hutan 49,11 21,26 25,37 51,66 23,74 48,34 2 Kebun Campuran 77,32 33,47 62,29 80,56 15,03 19,44 3 Semak 11,22 4,86 9,80 87,38 1,42 12,62 4 Ladang 30,06 13,01 24,39 81,16 5,66 18,84 5 Sawah 26,57 11,50 18,19 68,44 8,39 31,56 6 Lahan Terbuka 12,31 5,33 5,88 47,79 6,43 52,21 7 Lahan Terbangun 14,81 6,41 11,22 75,74 3,59 24,26 8 Badan Air 6,21 2,69 3,38 54,39 2,83 45,61 9 Tidak Ada Data 3,38 1,46 2,29 67,74 1,09 32,26 Total 230,98 100,00 162,81 614,86 68,17 285,14 Berdasarkan Tabel 5, tipe penutupan lahan di Kampung Lebak Picung tahun 2007 dijelaskan sebagai berikut: 1. Tipe penutupan lahan terluas di kampung Lebak picung adalah kebun campuran yang banyak terdapat di dalam kawasan TNGHS. Masyarakat di kampung Lebak Picung masih mengandalkan kebun campuran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui penjualan kayu hasil panen dari kebun campuran yang sudah dilakukan secara turun temurun. 2. Penutupan lahan terluas kedua di kampung Lebak Picung adalah hutan. Luas hutan lebih banyak berada di dalam kawasan TNGHS. Hutan yang ada di kampung Lebak Picung berupa hutan alam, hutan tanaman dan hutan sekunder. 3. Ladang merupakan tipe penutupan lahan terluas ketiga. Ladang di Kampung Lebak Picung cukup luas, hal ini karena masyarakat masih mengandalkan pengolahan ladang untuk memenuhi kebutuhan pangan. 4. Sawah adalah tipe penutupan lahan terluas keempat. Sawah merupakan mata pencaharian utama sebagai sumber bahan pangan berupa beras bagi masyarakat, sehingga penutupan lahan sawah masih cukup luas. 5. Lahan terbangun adalah tipe penutupan lahan terluas kelima dan banyak terdapat di dalam kawasan taman nasional. Hal ini disebabkan karena keberadaan masyarakat yang telah ada sebelum adanya kawasan TNGHS. Luas

49 34 lahan terbangun juga dipengaruhi oleh adanya ketidaktelitian pada saat tahap klasifikasi citra, sehingga beberapa area dapat terklasifikasi sebagai lahan terbangun. 6. Tipe penutupan lahan terluas keenam di tingkat kampung adalah lahan terbuka. Luas lahan terbuka banyak terdapat di dalam kawasan TNGHS dibandingkan di luar kawasan, walaupun luasannya tidak jauh berbeda. Lahan terbuka terjadi karena adanya pembukaan lahan yang akan dijadikan ladang atau kebun campuran baru dalam pola perladangan berpindah. Selain itu, lahan terbuka pada tahun 2007 terjadi karena adanya pembukaan lahan untuk penanaman bibit dalam program hutan bersama masyarakat. 7. Semak merupakan tipe penutupan lahan terluas ketujuh. Umumnya semak tumbuh karena ada bekas lahan yang ditinggalkan akibat sistem perladangan berpindah. 8. Tipe penutupan lahan terluas kedelapan adalah badan air. Badan air berupa aliran sungai dan anak sungai yang mengalir di Kampung Lebak Picung. 9. Tidak ada data adalah tipe penutupan lahan dengan luas terkecil. Tidak ada data merupakan penutupan lahan berupa awan dan bayangan. Hal ini dikarenakan kondisi cuaca saat penyiaman citra Perubahan Penutupan Lahan Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat TM tahun 1989 dan 1997 serta citra Landsat ETM tahun 2007, dapat diketahui bahwa terjadi perubahan penutupan di Kampung Lebak Picung. Perubahan penutupan lahan disajikan pada Tabel 6.

50 35 Tabel 6 Perubahan Penutupan Lahan di Kampung Lebak Picung Tahun 1989, 1997, dan 2007 Luas Penutupan Lahan (ha) Perubahan Penutupan Lahan (ha) Tipe Luar Kawasan Luar Kawasan No. Penutupan Total Kawasan TNGHS Total Kawasan TNGHS TNGHS TNGHS Lahan Hutan 47,92 68,39 49,11 34,85 52,60 25,37 13,07 15,79 23,74 20,47-19,28 1,20 17,75-27,23-9,47 2,72 7,95 10,67 2. Kebun Campuran 117,61 75,69 77,32 82,66 45,19 62,29 34,96 30,49 15,03-41,93 1,63-40,29-37,46 17,10-20,36-4,46-15,46-19,93 3. Semak 11,98 8,71 11,22 5,88 7,51 9,80 6,10 1,20 1,42-3,27 2,50-0,76 1,63 2,29 3,92-4,90 0,22-4,68 4. Ladang 5,12 25,05 30,06 3,48 20,58 24,39 1,63 4,46 5,66 19,93 5,01 24,94 17,10 3,81 20,91 2,83 1,20 4,03 5. Sawah 40,51 39,20 26,57 30,49 28,31 18,19 10,02 10,89 8,39-1,31-12,63-13,94-2,18-10,13-12,31 0,87-2,50-1,63 6. Lahan Terbuka 1,63 0,00 12,31 0,65 0,00 5,88 0,98 0,00 6,43-1,63 12,31 10,67-0,65 5,88 5,23-0,98 6,43 5,45 7. Lahan Terbangun 0,98 4,46 14,81 0,98 3,92 11,22 0,00 0,54 3,59 3,48 10,35 13,83 2,94 7,30 10,24 0,54 3,05 3,59 8. Badan Air 1,85 6,10 6,21 1,52 2,40 3,38 0,33 3,70 2,83 4,25 0,11 4,36 0,87 0,98 1,85 3,38-0,87 2,50 9. Tidak Ada Data 3,38 3,38 3,38 2,29 2,29 2,29 1,09 1,09 1,09 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 35

51 36 Berdasarkan Tabel 6, perubahan penutupan lahan dijelaskan sebagai berikut: 1. Hutan Tipe penutupan lahan hutan di Kampung Lebak Picung mengalami fluktuasi perubahan luas. Pada tahun 1989 sampai 1997, terjadi peningkatan luas hutan (reforestasi) sebesar 20,47 ha baik di dalam maupun luar kawasan taman nasional. Penambahan luas hutan terjadi karena masyarakat banyak yang meninggalkan lahan garapan berupa kebun campuran yang ditanami pohon Sengon (Paraserianthes falcataria ) sebagai tanaman utama. Kebun campuran yang ditinggalkan dalam waktu yang cukup lama menyebabkan pohon semakin rimbun, dan penampakan pada citra dapat terklasifikasi sebagai hutan. Pada tahun 1997 masyarakat lebih banyak bekerja pada areal pertambangan emas di daerah Pongkor. Pendapatan masyarakat dari hasil bekerja di daerah pertambangan lebih tinggi dibandingkan pendapatan yang diperoleh dari hasil pertanian. Hal ini menyebabkan masyarakat tidak terlalu merasakan dampak adanya krisis moneter, walaupun masyarakat meninggalkan lahan garapan. Pada tahun 2000, pertambangan emas di Pongkor ditutup sehingga mata pencaharian masyarakat Lebak Picung beralih kembali ke sektor pertanian. Pada periode terjadi penurunan luas hutan (deforestasi) di dalam kawasan taman nasional dan peningkatan luas hutan (reforestasi) di luar taman nasional. Penurunan luas hutan di taman nasional terjadi karena masyarakat banyak yang menggarap lahan pertanian mereka di dalam kawasan terutama kebun campuran. Lahan hutan pada tahun 2007 berubah menjadi kebun campuran sebesar 26,43 ha atau 38,69% yang diikuti peningkatan semak sebesar 1,5 ha atau 2,2%. Secara keseluruhan, pada peride di Kampung Lebak Picung terjadi penambahan luas hutan sebesar 1,20 ha. Peningkatan luas hutan (reforestasi) dan penurunan luas hutan (deforestasi) di Kampung Lebak Picung pada periode disajikan pada Gambar 9.

52 37 (a) (b) Gambar 9 Peta deforestasi dan reforestasi. (a) Deforestasi dan reforestasi tahun ; (b) Deforestasi dan reforestasi tahun

53 38 Penambahan luas hutan di luar kawasan terjadi karena adanya peningkatan luas hutan sekunder. Hutan sekunder adalah hutan yang terjadi setelah adanya pembukaan lahan yang kemudian ditinggalkan dalam jangka waktu yang cukup lama. Menurut Wirakusumah (1980), hutan sekunder/belukar terbentuk karena campur tangan manusia yang membuka hutan asli (hutan alam). Ekosistem ini banyak dijumpai baik di daerah-daerah hutan tropika basah maupun hutan musim, di daratan rendah dan bukit. Salah satu hutan sekunder terdapat di Kampung Lebak Picung, hal ini terjadi karena adanya lahan bekas kebun campuran yang dibiarkan saat melakukan sistem berpindah dalam jangka waktu yang cukup lama. 2. Kebun Campuran Kebun campuran mengalami fluktuasi perubahan luas pada periode tahun Pada periode , kebun campuran mengalami penurunan luas baik di dalam maupun di luar kawasan. Pada periode , luas kebun campuran mengalami peningkatan yang terjadi di dalam kawasan taman nasional sedangkan di luar kawasan kebun campuran mengalami penurunan luas. Peningkatan luas kebun campuran disebabkan oleh aktivitas masyarakat Kampung Lebak Picung dalam menggarap kebun campuran yang lebih banyak berada di dalam kawasan taman nasional, sehingga terjadi peningkatan luas kebun campuran. Selain itu, adanya peningkatan dan penurunan luas di dalam dan di luar taman nasional terjadi karena masyarakat menggunakan sistem berpindah dalam mengelola kebun campuran mereka. 3. Semak Tipe penutupan lahan semak mengalami fluktuasi pada periode Pada periode semak mengalami penurunan luas sebesar 3,27 ha, dan mengalami peningkatan luas pada periode sebesar 2,5 ha. Peningkatan dan penurunan luas semak terjadi karena adanya lahan bekas garapan yang ditinggalkan setelah panen pada sistem perladangan berpindah. 4. Ladang Ladang mengalami peningkatan luas pada periode Peningkatan luas ladang lebih banyak di dalam kawasan taman nasional dibandingkan luar

54 39 kawasan taman nasional. Hal ini dikarenakan aktivitas masyarakat dalam bertani lebih banyak memanfaatkan lahan di dalam kawasan dibandingkan di luar kawasan terkait dengan keberadaan lahan garapan yang sudah ada sebelum kawasan TNGHS ditunjuk. 5. Sawah Sawah mengalami penurunan luas lahan pada periode Penurunan luas sawah terjadi karena adanya sawah yang ditinggalkan dan tidak digarap. Selain itu, beberapa masyarakat mempunyai tradisi untuk mengisi lahan sawah yang tidak ditanami dengan tanaman pertanian seperti ubi setelah lahan kering. Hal ini menyebabkan sawah dapat terdeteksi sebagai semak atau ladang pada proses klasifikasi citra. 6. Lahan Terbuka Lahan terbuka mengalami fluktuasi luas lahan pada periode Pada tahun 1997, tidak terdapat lahan terbuka di Kampung Lebak Picung. Sehingga luas perubahan lahan pada tahun menurun sebesar 100% atau 1,63 ha dan meningkat sebesar 100% atau sebesar 12,31 ha pada periode Perubahan luas lahan yang fluktuatif terjadi karena adanya sistem perladangan berpindah yang digunakan masyarakat, sehingga pada waktu tertentu pembukaan lahan dapat dilakukan sebagai lahan garapan yang baru. 7. Lahan Terbangun Lahan terbangun mengalami peningkatan luas pada kurun waktu sebesar 13,83 ha. Peningkatan luas lahan terbangun terkait dengan peningkatan jumlah penduduk. Pada kurun waktu jumlah penduduk meningkat sebanyak 33 jiwa, dan pada tahun meningkat sebanyak 27 jiwa. Meningkatnya jumlah penduduk, mengakibatkan kebutuhan lahan terbangun sebagai tempat bermukim semakin meningkat. Peningkatan jumlah penduduk di Kampung Lebak Picung disajikan pada Gambar 10.

55 Sumber : Data diolah dari Ketua Rumah Warga (RW) Gambar 10 Grafik pertambahan penduduk Kampung Lebak Picung. 8. Badan Air Penutupan lahan berupa badan air mengalami fluktuasi luas pada tahun Penutupan lahan ini sangat dipengaruhi oleh kondisi sungai. Pada saat musim hujan debit air meningkat dan air akan melimpah di sungai, sehingga badan air dapat terdeteksi. Pada saat musim kemarau atau saat curah hujan kecil, jumlah air di sungai sedikit. Hal ini mengakibatkan air tidak dapat terdeteksi pada citra, dan akan tertutup oleh penutupan lahan lain yang mendominasi. 9. Tidak Ada data Tidak ada data tidak mengalami perubahan penutupan lahan pada periode tahun Pada saat proses klasifikasi citra, luas tidak ada data disamakan setiap tahun. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan luas tipe penutupan lahan yang sama pada citra yang terklasifikasi Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Penutupan Lahan Faktor Manajemen Kawasan Taman Nasional Pada tahun 1989, 1997, dan 2007 perubahan penutupan lahan di Kampung Lebak Picung belum dipengaruhi oleh pengelolaam kawasan taman nasional. Wilayah kampung Lebak Picung mulai masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak pada tahun 2003, yaitu ketika Surat Penunjukan Perluasan Kawasan TNGHS dikeluarkan. Saat ini, wilayah Kampung Lebak

56 41 Picung masih dalam tahap proses kajian dalam pengelolaannya, sehingga pada masa yang akan datang pengelolaan kawasan taman nasional dapat mempengaruhi perubahan penutupan lahan di Kampung Lebak Picung melalui program-program yang sedang direncanakan Faktor Sosial Masyarakat Faktor sosial masyarakat sangat mempengaruhi perubahan penutupan lahan di Kampung Lebak Picung. Menurut Darmawan (2004), salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan penutupan lahan adalah faktor sosial ekonomi masyarakat yang berhubungan dengan kebutuhan hidup manusia terutama masyarakat sekitar kawasan. Adapun faktor sosial masyarakat di Kampung Lebak Picung meliputi mata pencaharian, jumlah penduduk, status lahan garapan, pola pengelolaan dan penggunaan lahan garapan, pemanfaatan hasil hutan, pengetahuan masyarakat terhadap hutan dan taman nasional, serta persepsi masyarakat terhadap hutan. Penjelasan mengenai faktor sosial masyarakat diterangkan sebagai berikut: 1. Mata Pencaharian Sebagian besar masyarakat di Kampung Lebak Picung bermatapencaharian petani. Berdasarkan hasil pengolahan data penduduk yang diperoleh dari Ketua Rumah Warga (RW), warga yang bermatapencaharian petani sebanyak 91,667%, karyawan 4,167%, wiraswasta 2,083%, dan guru 2,083%. Banyaknya masyarakat yang bermatapencaharian sebagai petani terkait dengan tradisi budaya kasepuhan yang mengandalkan kegiatan bercocok tanam untuk pemenuhan kebutuhan hidupnya. Menurut RMI (2004), masyarakat di kawasan ekosistem Halimun pada umumnya sangat menggantungkan hidupnya pada hasil bercocok tanam terutama padi. Adanya ketergantungan masyarakat di Kampung Lebak Picung terhadap kegiatan bercocok tanam akan berdampak pada penggunaan lahan sebagai lahan garapan yang tinggi di Kampung Lebak Picung.

57 42 2. Jumlah Penduduk Pertambahan jumlah penduduk sangat terkait dengan perubahan penutupan lahan terbangun. Adanya peningkatan jumlah penduduk berdampak pada peningkatan lahan terbangun sebagai tempat bermukim. Pada umumnya, setiap kepala keluarga di Kampung Lebak Picung membutuhkan satu rumah untuk menetap. Perluasan lahan terbangun yang digunakan sebagai tempat tinggal terjadi pada daerah pemukiman yang sudah ada. Lokasi perluasan lahan terbangun disajikan pada Gambar 11. Gambar 11 Peta distribusi lahan terbangun. (a) Tahun 1989; (b) Tahun 1997; (c) Tahun Pertambahan jumlah penduduk juga terkait dengan peningkatan jumlah leuit (tempat penyimpanan padi). Masyarakat di Kampung Lebak Picung memenuhi kebutuhan pangan berupa beras secara mandiri. Hal ini terkait dengan tradisi yang berlaku di masyarakat, bahwa hasil panen berupa padi tidak boleh diperjualbelikan dan hanya boleh untuk konsumsi sendiri. Agar

58 43 padi dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka padi hasil panen disimpan di leuit. Jumlah penduduk di Kampung Lebak Picung diperkirakan akan terus bertambah di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem sosial yang terbuka, dimana masyarakat bisa keluar masuk dan menetap di kampung ini. Selain itu, adanya tradisi di masyarakat untuk menikah muda, menyebabkan peningkatan jumlah penduduk cukup cepat. Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan penggunaan lahan terbangun yang semakin luas di masa yang akan datang. 3. Status Lahan Garapan Lahan garapan yang ada di Kampung Lebak Picung merupakan lahan milik masyarakat dan milik negara. Lahan milik masyarakat adalah lahan yang berada di luar kawasan TNGHS dan kepemilikannya diakui oleh desa dengan adanya surat penyewaan tanah. Sedangkan lahan garapan yang berada di dalam kawasan taman nasional adalah lahan yang awalnya diakui kepemilikannya untuk masyarakat saat status kawasan masih dikelola oleh Perhutani dengan cara membayar sewa tanah. Saat kawasan Perhutani sudah beralih ke taman nasional, status lahan garapan berada dibawah pengelolaan taman nasional. Berdasarkan kesepakatan antara pihak taman nasional dan masyarakat di Kampung Lebak Picung, lahan garapan yang berada di taman nasional masih diperbolehkan untuk digarap tanpa harus membayar sewa tanah dengan syarat masyarakat tidak diperbolehkan membuka lahan garapan baru di dalam kawasan taman nasional. Lahan garapan yang dikelola oleh masyarakat baik di dalam maupun di luar taman nasional merupakan lahan yang pengelolaannya telah diwariskan dari orang tua. Sesuai dengan tradisi yang ada di masyarakat, pembagian lahan warisan dilakukan dengan cara membagi rata lahan kepada semua anak. Hal ini menyebabkan pembagian lahan garapan semakin kecil pada keturunan selanjutnya, sehingga memungkinkan masyarakat membuka lahan baru baik di dalam atau di luar kawasan taman nasional karena kebutuhan akan lahan sudah tidak tercukupi.

59 44 4. Pola Pengelolaan dan Penggunaan Lahan Garapan Lahan garapan di kampung Lebak Picung digunakan untuk lahan pertanian baik pertanian basah (sawah) maupun pertanian kering (ladang), kebun campuran (huma), dan ladang. Penggunaan lahan garapan di Kampung Lebak Picung disajikan pada Gambar 12. (a) (b) a) Ladang Ladang adalah lahan yang ditanam secara tumpang sari antara padi dengan tanaman pangan lainnya. Pola pengelolaan ladang yang digunakan adalah sistem perladangan berpindah pada lahan yang dimiliki. Umumnya ladang yang dimiliki merupakan lahan warisan dari orang tua. Berdasarkan perubahan penutupan lahan periode , luas ladang mengalami peningkatan sebesar 24,94 ha. Lokasi perpindahan ladang disajikan pada Gambar 13. (c ) Gambar 12 Penggunaan lahan garapan. (a) Kondisi sawah saat fase penggenangan; (b) Ladang saat tidak ditanami; (c) Huma yang ditanami Sengon.

60 45 Gambar 13 Peta distribusi ladang. (a) Tahun 1989; (b) Tahun 1997; (c) Tahun b) Kebun campuran Kebun campuran yang ada di kampung Lebak Picung adalah lahan yang ditanami tanaman berkayu dan dikombinasinkan dengan tanaman pangan seperti cabe, ubi jalar, ubi kayu, kopi, dan buah. Tanaman berkayu yang paling dominan ditanam adalah Sengon (P. falcataria). Tanaman berkayu lain yang ditanam adalah Mahoni (Switenia macrophylla), Manglid (Manglieta glauca.), dan Kayu afrika (Maesopsis eminii). Menurut Yatap (2008), kebun campuran merupakan hasil perkembangan dari kegiatan perladangan, dimana lahan ditanami dengan tanaman kayu dan non-kayu dengan jarak tanam yang tidak teratur. Pemanenan terhadap hasil dari kebun campuran dilakukan saat kebun campuran sudah berumur 3-5 tahun atau saat pohon Sengon (P. falcataria) sudah cukup besar untuk diambil kayunya. Pemanenan dilakukan dengan

61 46 sistem tebang habis, sehingga lahan menjadi gundul, dan lahan akan ditinggalkan. Pengelolaan kebun campuran yang diterapkan adalah sistem berpindah. Perpindahan dilakukan pada lahan yang dimiliki dan nantinya akan kembali ke tempat semula. Namun berdasarkan hasil survey di lapangan, perpindahan kebun campuran tidak hanya dilakukan di lahan milik sendiri, tetapi juga dilakukan di dalam kawasan taman nasional yang bukan tanah milik masyarakat. Hal ini dapat terjadi karena lahan yang tersisa sudah tidak tercukupi, sehingga terjadi pembukaan hutan untuk dijadikan kebun campuran. Perpindahan kebun campuran yang dilakukan oleh masyarakat pada periode disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 Peta distribusi kebun campuran. (a) Tahun 1989; (b) Tahun 1997; (c) Tahun 2007). c) Sawah Pengolahan sawah di kampung Lebak Picung menggunakan sistem sawah irigasi. Sawah hanya digarap satu kali dalam setahun, dan setelah

62 47 panen maka sawah akan dibiarkan begitu saja. Pada sawah yang terus tergenangi air, sawah akan diisi ikan dan akan diambil saat masa tanam tiba. Sawah yang tidak tergenangi air akan dibiarkan menjadi semak, atau ditanam ubi. Pada proses klasifikasi citra, sawah yang tidak tergenangi air akan terklasifikasi sebagai semak. Adanya pengolahan sawah seperti ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan luas sawah dimana pada periode tahun telah terjadi penurunan luas sawah sebesar 13,94 ha. Penurunan luas sawah tidak hanya disebabkan sistem pengelolaan sawah yang diterapkan, tetapi juga karena adanya lahan sawah yang ditinggalkan. Lokasi penurunan lahan sawah pada periode ditampilkan pada Gambar 15. Gambar 15 Peta distribusi sawah. (a) Tahun 1989; (b) Tahun 1997; (c) Tahun Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Masyarakat Lebak Picung masih memanfaatkan hutan di dalam dan di luar kawasan Taman Nasional. Pemanfaatan hutan ini berupa penggunaan lahan

63 48 garapan disekitar hutan, pengambilan air nira, bahan makanan dan buah serta pengambilan kayu untuk dijadikan kayu bakar atau bahan baku membuat rumah. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh warga Lebak Picung menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak. Pengambilan kayu bakar ratarata dilakukan tujuh kali dalam seminggu. Kayu bakar yang diambil berasal dari kebun campuran, hutan adat atau hutan di dalam kawasan taman nasoinal. Proses pengambilan kayu oleh masyarakat sangat memperhatikan keberadaan hutan. Kayu bakar yang diambil adalah batang pohon atau ranting-ranting pohon yang sudah kering atau jatuh. Kegiatan pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat Kampung Lebak Picung ditampilkan pada Gambar 16. (a) (b) (c) Gambar 16 Pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat. (a) Kegiatan pembuatan gula aren dari air nira; (b) dan (c) kegiatan pengambilan kayu bakar.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Masyarakat Adat Kasepuhan Pengertian masyarakat adat berdasarkan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara adalah kelompok masyarakat yang memiliki asal usul leluhur (secara turun temurun)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Pengambilan data atribut berupa data sosial masyarakat dilakukan di Kampung Lebak Picung, Desa Hegarmanah, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak Banten (Gambar

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kawasan Hutan Adat Kasepuhan Citorek, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Pengambilan data lapangan dilaksanakan bulan Februari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way

III. METODE PENELITIAN. berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way 13 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Juni sampai dengan September 2012 yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Way Kambas. Taman Nasional Way Kambas

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas 23 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan Resort Pugung Tampak pada bulan Januari September 2012. Resort Pugung Tampak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Berdasarkan administrasi pemerintahan Provinsi Lampung kawasan ini berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI Oleh : PUTRI SINAMBELA 071201035/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan sebagai karunia dan amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa Indonesia merupakan kekayaan yang wajib disyukuri, diurus, dan dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan mulai dari Bulan Juni sampai dengan Bulan Desember 2009. Penelitian ini terbagi atas pengambilan dan pengumpulan

Lebih terperinci

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H.

ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. ANALISIS TUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT HAYCKAL RIZKI H. DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN SKRIPSI Oleh : WARREN CHRISTHOPER MELIALA 121201031 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Penelitian Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki lebih dari 17.000 pulau, juga dikenal sebagai negara " multi cultural " yang memiliki lebih dari 250 kelompok

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli sampai September 2011 di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN 4.1. Latar Belakang Sebagaimana diuraikan terdahulu (Bab 1), DAS merupakan suatu ekosistem yang salah satu komponen penyusunannya adalah vegetasi terutama berupa hutan dan perkebunan

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK)

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK) PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK) Danang Arif Maullana dan Arief Darmawan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof.

Lebih terperinci

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA

ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA 1 ANALISISPERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WAMPU, KABUPATEN LANGKAT, SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh : EDRA SEPTIAN S 121201046 MANAJEMEN HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI Oleh : Ardiansyah Putra 101201018 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN

PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN 1 PEMANFAATAN TUMBUHAN OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI MUHAMMAD IRKHAM NAZMURAKHMAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 11 BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Taman Nasional Gunung Halimun Salak 3.1.1 Sejarah, letak, dan luas kawasan Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI

PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI PERENCANAAN PROGRAM INTERPRETASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT SUKABUMI PROVINSI JAWA BARAT ADAM FEBRYANSYAH GUCI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KONDISI UMUM LOKASI

III. KONDISI UMUM LOKASI III. KONDISI UMUM LOKASI 3.1. Sejarah Kawasan Berawal dari Cagar Alam Gunung Halimun (CAGH) seluas 40.000 ha, kawasan ini pertama kali ditetapkan menjadi salah satu taman nasional di Indonesia pada tahun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penentuan Batas Wilayah Adat

BAB IV ANALISIS. 4.1 Penentuan Batas Wilayah Adat BAB IV ANALISIS Dalam Bab IV ini akan disampaikan analisis data-data serta informasi yang telah didapat. Bab ini terbagi menjadi 3 sub-bab. Bab 4.1 berisi tata cara dan aturan adat dalam penentuan batas

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015 EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: Chandra Pangihutan Simamora 111201111 BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perubahan Penutupan Lahan Perubahan penutupan lahan merupakan keadaan suatu lahan yang mengalami perubahan kondisi pada waktu yang berbeda disebabkan oleh manusia (Lillesand dkk,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian 3.2 Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari sampai September 2011. Kegiatan penelitian ini meliputi tahap prapenelitian (persiapan, survei), Inventarisasi (pengumpulan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Gunung Halimun Salak 4.1.1. Sejarah, Letak, dan Luas Taman Nasional Gunung Halimun (TNGH) ditetapkan pada tanggal 28 Februari 1992 dengan Surat Keputusan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E

DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E DISTRIBUSI HUTAN ALAM DAN LAJU PERUBAHANNYA MENURUT KABUPATEN DI INDONESIA LUKMANUL HAKIM E14101043 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN LUKMANUL HAKIM.

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Juni Juli 2012 di area Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Mamberamo Alasmandiri,

Lebih terperinci

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent BAGIAN 1-3 Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent 54 Belajar dari Bungo Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi PENDAHULUAN Kabupaten Bungo mencakup

Lebih terperinci

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

3/30/2012 PENDAHULUAN PENDAHULUAN METODE PENELITIAN APLIKASI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI DALAM EVALUASI DAERAH RAWAN LONGSOR DI KABUPATEN BANJARNEGARA (Studi Kasus di Gunung Pawinihan dan Sekitarnya Sijeruk Kecamatan Banjarmangu Kabupaten

Lebih terperinci

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu

Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu Pemanfaatan Citra Landsat Untuk Klasifikasi Tutupan Lahan Lanskap Perkotaan Kota Palu ANDI CHAIRUL ACHSAN 1 1. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS).

TINJAUAN PUSTAKA. Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o o LU. (perhitungan luas menggunakan perangkat GIS). TINJAUAN PUSTAKA Daerah Aliran Sungai (DAS) Besitang Sekilas Tentang DAS Besitang Secara geografis DAS Besitang terletak antara 03 o 45 04 o 22 44 LU dan 97 o 51 99 o 17 56 BT. Kawasan DAS Besitang melintasi

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL DEGRADASI DAN DEFORESTASI KAWASAN HUTAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN RUANG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TESIS. Oleh

ANALISIS SPASIAL DEGRADASI DAN DEFORESTASI KAWASAN HUTAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN RUANG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TESIS. Oleh ANALISIS SPASIAL DEGRADASI DAN DEFORESTASI KAWASAN HUTAN UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN RUANG DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR TESIS Oleh POLEN SILITONGA 087003054/PWD S E K O L A H PA S C A S A R JA N A SEKOLAH

Lebih terperinci

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI Oleh: HARIANTO 061201029 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 PEMETAAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI.

RINGKASAN BAKHTIAR SANTRI AJI. PEMETAAN PENYEBARAN POLUTAN SEBAGAI BAHAN PERTIMBANGAN PEMBANGUNAN RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI KOTA CILEGON BAKHTIAR SANTRI AJI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di daerah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara dan sekitarnya, Jawa Barat (Gambar 1). DAS Cipunagara berada dibawah pengelolaan

Lebih terperinci

PEMETAAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR KOTA MEDAN DAN KABUPATEN DELI SERDANG

PEMETAAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR KOTA MEDAN DAN KABUPATEN DELI SERDANG PEMETAAN PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI PESISIR KOTA MEDAN DAN KABUPATEN DELI SERDANG SKRIPSI SEPTIAN HARDI PUTRA 061201011 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2012 PEMETAAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013-2016 (Analysis Of Land Cover Changes At The Nature Tourism Park Of Sungai Liku In Sambas Regency

Lebih terperinci

PERAMBAHAN KOTA (URBAN SPRAWL) TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA MAKASSAR BERDASARKAN CITRA SATELIT LANDSAT 5 TM (STUDI KASUS KECAMATAN BIRINGKANAYA)

PERAMBAHAN KOTA (URBAN SPRAWL) TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA MAKASSAR BERDASARKAN CITRA SATELIT LANDSAT 5 TM (STUDI KASUS KECAMATAN BIRINGKANAYA) PERAMBAHAN KOTA (URBAN SPRAWL) TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA MAKASSAR BERDASARKAN CITRA SATELIT LANDSAT 5 TM (STUDI KASUS KECAMATAN BIRINGKANAYA) SRI WAHYUNI WERO G 621 08 264 Skripsi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA 1 PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: Yan Alfred Sigalingging 061201030 Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK ) ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (77 86)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 2 No. 1. Januari 2014 (77 86) Jurnal Sylva Lestari ISSN 2339-913 Vol. 2 No. 1. Januari 214 (77 86) PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI RESORT PUGUNG TAMPAK TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) (LAND COVER CHANGE AT PUGUNG TAMPAK FOREST

Lebih terperinci

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS)

VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) VII. PERSEPSI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI TERHADAP PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) 7.1. Persepsi Masyarakat Kasepuhan Sinar Resmi terhadap Keberadaan Hutan Penilaian

Lebih terperinci

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

Manfaat METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian 2 Manfaat Penelitian ini diharapkan menjadi sumber data dan informasi untuk menentukan langkah-langkah perencanaan dan pengelolaan kawasan dalam hal pemanfaatan bagi masyarakat sekitar. METODE Lokasi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu

Lebih terperinci

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI

PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI PENILAIAN POTENSI OBYEK DAN DAYA TARIK WISATA ALAM SERTA ALTERNATIF PERENCANAANNYA DI TAMAN NASIONAL BUKIT DUABELAS PROVINSI JAMBI SIAM ROMANI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DI TAMAN HUTAN RAYA GUNUNG TUMPA MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS ANALYSIS OF LAND COVER CONVERSION IN MOUNT TUMPA FOREST PARK USING GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM

Lebih terperinci

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014

Jurnal Geodesi Undip Januari 2014 Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Karangawen Studi Kasus : Pembangunan Karang Awen, Demak Hadi Winoto, Bambang Sudarsono, Arief Laila Nugraha* ) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang. III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Oktober 2010. Lokasi penelitian di Kota Palembang dan Laboratorium Analisis Spasial Lingkungan, Departemen Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

Gambar 7. Lokasi Penelitian

Gambar 7. Lokasi Penelitian III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat sebagai daerah penelitian yang terletak pada 6 56'49''-7 45'00'' Lintang Selatan

Lebih terperinci

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat

Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Analisa Perubahan Tutupan Lahan di Waduk Riam Kanan dan Sekitarnya Menggunakan Sistem Informasi Geografis(SIG) dan data citra Landsat Rully Sasmitha dan Nurlina Abstrak: Telah dilakukan penelitian untuk

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PERAMBAHAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI AMRIZAL YUSRI

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PERAMBAHAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI AMRIZAL YUSRI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN ANALISIS FAKTOR PENYEBAB PERAMBAHAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG CIREMAI AMRIZAL YUSRI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN

PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN PERLAKUAN STERILISASI EKSPLAN ANGGREK KUPING GAJAH (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) DALAM KULTUR IN VITRO IWAN GUNAWAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

SURVEI PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG DESA DI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA JURNAL. Oleh Rahmad Ferdi

SURVEI PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG DESA DI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA JURNAL. Oleh Rahmad Ferdi SURVEI PENYIMPANGAN PEMANFAATAN RUANG DESA DI KECAMATAN BLANGPIDIE KABUPATEN ACEH BARAT DAYA JURNAL Oleh Rahmad Ferdi PROGRAM STUDI S1 TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 10 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di laboratorium dan di lapang. Pengolahan citra dilakukan di Bagian Penginderaan Jauh dan Informasi Spasial dan penentuan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 26 III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Lokasi kawasan Gunung Endut secara administratif terletak pada wilayah Kecamatan Lebakgedong, Kecamatan Sajira, Kecamatan Sobang dan Kecamatan Muncang,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Konservasi No. 5 Tahun 1990, sumberdaya alam hayati adalah unsur-unsur hayati di alam yang terdiri dari sumberdaya alam nabati (tumbuhan) dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN

PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN PERENCANAAN HUTAN KOTA UNTUK MENINGKATKAN KENYAMANAN DI KOTA GORONTALO IRNA NINGSI AMALIA RACHMAN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA

IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA IDENTIFIKASI LAHAN KRITIS DALAM KAITANNYA DENGAN PENATAAN RUANG DAN KEGIATAN REHABILITASI LAHAN DI KABUPATEN SUMEDANG DIAN HERDIANA PROGRAM STUDI ILMU PERENCANAAN WILAYAH SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi

IV. METODE PENELITIAN. Halimun Salak, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kasepuhan Sinar Resmi, Desa Sirna Resmi, Kecamatan Cisolok, Taman Nasional Gunung Halimun

Lebih terperinci

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN

BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN BAB V PENGELOLAAN HUTAN DAN LUAS LAHAN 5.1 Aksesibilitas Masyarakat terhadap Hutan 5.1.1 Sebelum Penunjukan Areal Konservasi Keberadaan masyarakat Desa Cirompang dimulai dengan adanya pembukaan lahan pada

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Mahasiswa : Cherie Bhekti Pribadi (3509100060) Dosen Pembimbing : Dr. Ing. Ir. Teguh Hariyanto, MSc Udiana Wahyu D, ST. MT Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi

Lebih terperinci

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 3 No. 2, Mei 2015 (43 52) PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (TAHURA WAR)

Jurnal Sylva Lestari ISSN Vol. 3 No. 2, Mei 2015 (43 52) PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (TAHURA WAR) PERUBAHAN TUTUPAN HUTAN DI TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (TAHURA WAR) (FOREST COVER CHANGE IN GREAT FOREST PARK WAN ABDUL RACHMAN) Handoko 1) dan Arief Darmawan 2) 1) Mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA)

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA) ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA) La Ode Muh. Yazid Amsah 1, Drs. H. Samsu Arif, M.Si 2, Syamsuddin, S.Si, MT 2 Program Studi Geofisika Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Tahapan Penelitian BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Distribusi dan Kecukupan Luasan Hutan Kota sebagai Rosot Karbondioksida dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU Abdul Malik Universitas Hasanuddin e-mail; malik9950@yahoo.co.id Abstrak Kondisi ekosistem mangrove di kabupaten Barru mengalami perubahan

Lebih terperinci

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT ANALISA PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG NANING KABUPATEN SEKADAU PROVINSI KALIMANTAN BARAT (Analysis The Changes Land Cover in The Area of Gunung Naning Protected Forest in

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BERBAK PROVINSI JAMBI

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BERBAK PROVINSI JAMBI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DAN ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN DI KAWASAN TAMAN NASIONAL BERBAK PROVINSI JAMBI (Landcover changes and analysis of its affecting factors in Berbak National Park

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai analisis data Landsat 7 untuk estimasi umur tanaman kelapa sawit mengambil daerah studi kasus di areal perkebunan PTPN VIII

Lebih terperinci

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON

KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON KEMAMPUAN LAHAN UNTUK MENYIMPAN AIR DI KOTA AMBON Christy C.V. Suhendy Dosen Fakultas Pertanian Universitas Pattimura Ambon e-mail: cherrzie@yahoo.com ABSTRACT Changes in land use affects water availability

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) 2. Sejarah GIS BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Geogrhafic Information System (GIS) Sistem Informasi Geografis atau disingkat SIG dalam bahasa Inggris Geographic Information System (disingkat GIS) merupakan sistem informasi

Lebih terperinci

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG PEMANFAATAN SIG UNTUK ANALISIS KARAKTERISTIK POLA PERUBAHAN LANDUSE DAN LANDCOVER DI JAWA BARAT TUGAS AKHIR Karya ilmiah yang diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Oleh : EGI KHARISMA

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN TUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI PANTAI LHOKNGA, KECAMATAN LHOKNGA, KABUPATEN ACEH BESAR

ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN TUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI PANTAI LHOKNGA, KECAMATAN LHOKNGA, KABUPATEN ACEH BESAR ANALISIS PERUBAHAN GARIS PANTAI DAN TUTUPAN LAHAN PASCA TSUNAMI PANTAI LHOKNGA, KECAMATAN LHOKNGA, KABUPATEN ACEH BESAR SKRIPSI Oleh : TIA NOVITA SIREGAR 101201020 Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik

Lebih terperinci

VI. GARIS BESAR PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) DI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI

VI. GARIS BESAR PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) DI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI VI. GARIS BESAR PERLUASAN KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK (TNGHS) DI MASYARAKAT KASEPUHAN SINAR RESMI 6.1. Riwayat Perluasan Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak Taman Nasional Gunung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penutupan Lahan dan Perubahannya Penutupan lahan menggambarkan konstruksi vegetasi dan buatan yang menutup permukaan lahan (Burley, 1961 dalam Lo, 1995). Konstruksi tersebut seluruhnya

Lebih terperinci

PEMANTAUAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN

PEMANTAUAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN 1 TEKNOLOGI PERTANIAN PEMANTAUAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN MONITORING LANDCOVER CHANGE USING GEOGRAPHICAL INFORMATION SYSTEM APPLICATION

Lebih terperinci

Kelik Tricahyono, Joko Nugroho Riyono, Siti Latifah

Kelik Tricahyono, Joko Nugroho Riyono, Siti Latifah ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT LANDSAT ETM7+ PADA KAWASAN TAMAN NASIONAL GUNUNG PALUNG DI KABUPATEN KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Land Cover Change Analysis By Using

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

III. BAHAN DAN METODE. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai dari bulan Juni sampai dengan bulan September 2009. Lokasi Penelitian adalah di Kawasan Agropolitan Cendawasari, Desa Karacak,

Lebih terperinci

FORMAT KASUS KOMPREHENSIF

FORMAT KASUS KOMPREHENSIF FORMAT KASUS KOMPREHENSIF NO. REC. : 12 KASUS DESKRIPSI : MASYARAKAT KASEPUHAN CIBEDUG VS. TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUM SALAK : Keberadaan warga Cibedug di kawasan ekosistem Halimun sejak jaman Belanda-Jepang

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI HUTAN ADAT KASEPUHAN CITOREK, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK BILALUDDIN KHALIL

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI HUTAN ADAT KASEPUHAN CITOREK, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK BILALUDDIN KHALIL ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI HUTAN ADAT KASEPUHAN CITOREK, TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN-SALAK BILALUDDIN KHALIL DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG

PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG PENGARUH PUPUK SLOW RELEASE UREA- ZEOLIT- ASAM HUMAT (UZA) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN PADI VAR. CIHERANG KURNIAWAN RIAU PRATOMO A14053169 MAYOR MANAJEMEN SUMBERDAYA LAHAN DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

PUBLIKASI KARYA ILMIAH ANALISIS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DENGAN PEMANFAATAN CITRA LANDSAT DI KABUPATEN BANTUL TAHUN 2001, 2004, DAN 2012 PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat S-1 Program

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kekeringan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kekeringan Kekeringan (drought) secara umum bisa didefinisikan sebagai kurangnya persediaan air atau kelembaban yang bersifat sementara secara signifikan di bawah normal atau volume

Lebih terperinci

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KONVERSI LAHAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DELI SUMATERA UTARA

PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KONVERSI LAHAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DELI SUMATERA UTARA PEMODELAN SPASIAL TINGKAT KERAWANAN KONVERSI LAHAN HUTAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) DELI SUMATERA UTARA Suci Arisa Purba 061201017 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 1 Januari 2016

Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 1 Januari 2016 Jurnal Penelitian Sains Volume 18 Nomor 1 Januari 2016 Penggunaan Data Inderaja untuk Mengkaji Perubahan Kawasan Hutan Lindung Pantai Utara Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan Sejak Tahun 1978-2014

Lebih terperinci