BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Deddy Chandra
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Dentalgia Dentalgia berasal dari kata dent- yang berarti gigi dan -algia yang berarti nyeri sehingga dapat diartikan sebagai nyeri pada gigi atau lebih umum disebut sakit gigi. Dentalgia mengacu pada rasa sakit di sekitar gigi atau rahang sebagai akibat dari kerusakan gigi (karies) dan penyakit gusi yang terbagi menjadi radang gusi (gingivitis) dan kerusakan pada jaringan lunak dan tulang disekitar gusi (periodontitis). Selain menimbulkan nyeri yang menjalar pada mulut penderitanya, dentalgia dapat mengakibatkan stres sehingga meimbulkan kecemasan, nyeri yang mengganggu, serta kecemasan dalam menjalani aktivitas sehari-hari (11). 2.2 Klasifikasi Dentalgia Karies dan Abses Gigi Penyakit gigi dan mulut yang menjadi masalah utama di Indonesia adalah karies (12). Karies didefinisikan sebagai demineralisasi beberapa jaringan gigi seperti enamel, dentin, dan sementum akibat terpapar hasil fermentasi yang bersifat asam (ph < 5,5) oleh bakteri-bakteri sejenis Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp. yang merusak struktur keras pada jaringan tersebut. Tiga jaringan ini apabila semakin rusak akan menimbulkan lubang (kavitis) pada gigi (13). Dentalgia akibat infeksi bakteri jika tidak segera ditangani akan berlanjut pada penumpukan nanah (pus) yang terdiri dari jaringan rusak, sisa-sisa bakteri mati, dan sel darah putih disertai pembengkakkan pada jaringan gigi dalam yang disebut abses. Gejala-gejala abses ditandai dengan rasa pahit pada mulut, nafas bau, rasa nyeri, tidak nyaman, dan sakit ketika mengunyah, demam, gigi sensitif terhadap rangsangan panas atau dingin, serta bengkak pada rahang atas atau bawah (14).
2 2.2.2 Gingivitis dan Periodontitis Gingivitis merupakan inflamasi pada tempat pelekatan gigi pada gusi (gingival) yang diakibatkan oleh plak yang berisi bakteri sub-gingiva meliputi bakteri Porphyromonas gingivalis, Prevotella intermedia, Bacteroides forsythus, Fusobacterium nucleatum, Selenomonas, Campylobacter, Actinobacillus actinomycetemcomitans, Capnocytophaga, dan Eikenella corrodens (15). Gambaran klinis gingivitis umumnya berupa jaringan gingival menjadi merah dan lunak, mudah berdarah bila disentuh, perubahan kontur gingiva, terbentuknya plak atau kalkulus, serta terjadi tanpa kerusakan jaringan alveolar atas. Gingivitis merupakan tahapan awal terjadinya suatu peradangan jaringan pendukung gigi (periodontitis) yang terjadi karena efek jangka panjang dari penumpukan plak. Gingivitis merupakan suatu kondisi yang umum pada Dentalgia dan dapat pulih apabila diobati, namun jika tidak ditangani maka gingivitis dapat berlanjut menjadi periodontitis. Pada stadium ini, gigi penderita akan lepas dengan sendirinya. Penderita gingivitis jarang merasakan nyeri atau sakit sehingga hal ini menjadi alasan utama gingivitis kronis kurang mendapat perhatian (16) Gigi Sensitif Gigi sensitif menunjukkan adanya hipersensitivitas pada syaraf gigi berupa rasa ngilu akibat lapisan dentin dan akar gigi yang terbuka karena adanya rangsangan dan luar seperti, panas, dingin, serta asam, khususnya di daerah gigi yang kehilangan lapisan periodontal. Hipersensitivitas dentin dapat dihubungkan dengan adanya abrasi ketika menggosok gigi, penyakit periodontal, erosi dari makanan atau asam, serta dapat diakibatkan karena peningkatan scalling dan resesi gusi. Hal tersebut dapat terjadi karena kurangnya perlindungan dentin oleh sementum (17). Salah satu cara pemulihan gigi sensitif adalah dengan menutup tubulus dentin (saluran penghubung permukaan dentin dengan saraf pada pangkal dentin) untuk mencegah pemicu rangsangan dari luar diantaranya dengan menggunakan kalsium oksalat yang terkandung pada beberapa pasta gigi (18). Sikat gigi khusus
3 dengan bulu sikat yang lembut, batang sikat yang lentur, dan kepala sikat gigi yang lebih kecil digunakan untuk penderita gigi sensitif supaya tidak menimbulkan rasa sakit dan pendarahan gusi ketika menggosok gigi (19) Tumbuh Gigi Pertumbuhan pada gigi ditandai dengan munculnya tonjolan gigi yang menembus jaringan gusi atau disebut erupsi. Proses erupsi adalah proses fisiologis yang terjadi ketika masa pertumbuhan dimulai pada saat anak berusia 6 sampai 7 tahun ditandai dengan erupsi gigi molar pertama pada rahang mulut bagian bawah. Rasa nyeri dapat muncul pada gigi yang mengalami erupsi secara diagonal sehingga bersinggungan dan saling menekan dengan deretan gigi lain atau gigi yang gagal muncul ke posisi yang tepat dan tetap tumbuh di bawah gusi atau tulang rahang (impaksi). Peradangan dan pembengkakan dapat terjadi di daerah sekitar gusi dan disertai rasa sakit ketika gigi molar (gigi besar di bagian belakang rahang) mengalami erupsi (20). 2.3 Tatalaksana Terapi Dentalgia Terapi merupakan suatu tindakan kesehatan yang dilakukan oleh individu atau suatu kelompok untuk mengembalikan kemampuan fungsional tubuh yang mengalami gangguan, baik itu berupa gangguan fisik atau mental yang bersifat sementara atau bersifat permanen pada aktivitas kehidupan, produktivitas, dan pemanfaatan waktu luang sehari-hari. Terapi yang dilakukan di masyarakat dapat berupa upaya seperti peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara berkesinambungan supaya dapat terbentuk derajat kesehatan yang optimal (21). Keberhasilan sebuah terapi didapatkan dari kerjasama yang baik dari pihak tenaga kesehatan maupun pasien. Hasil yang baik dari perawatan didasari dari motivasi atau dorongan yang kuat dari dalam diri pasien dan dipengaruhi oleh kualitas juga sikap konsisten dari tenaga kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan harapan pasien ketika melakukan terapi (22).
4 2.3.1 Terapi Farmakologis Terapi menggunakan obat-obatan dikatakan berhasil jika memberikan efek sembuh pada pasien. Terapi secara farmakologis digunakan sebelum dilakukan terapi operatif, terutama pada pasien dentalgia yang mengalami inflamasi pada jaringan di sekitar giginya dengan gejala infeksi sistemik, seperti demam dan malaise. Pada kondisi tersebut, dokter gigi umumnya akan meresepkan pereda nyeri sebagai pengobatan awal pada kebanyakan kasus dentalgia (23). Obat-obatan pereda nyeri yang digunakan untuk mengatasi dentalgia diantaranya : a. Paracetamol 450 mg : dosis 1-2 tablet setiap 3x sehari. Tidak direkomendasikan pada anak-anak dibawah umur 12 tahun. b. Diklofenak (Natrium atau Kalium Diklofenak) : dosis untuk Diklofenak tablet 25 mg yaitu 1-2 tablets setiap 3x sehari, sedangkan Diklofenak tablet SR 75 mg yaitu 1 tablet setiap 2x sehari. c. Tramadol : dosis 1-2 kapsul setiap 4x sehari dan tidak boleh diberikan melebihi 8 kapsul (400 mg) per hari. Tidak direkomendasikan pada anakanak dibawah umur 16 tahun. d. Naproxen : dosis awal diberikan 2 tablet lalu menjadi 1 tablet setiap 6-8 jam, atau 2 tablet setiap 12 jam dan tidak boleh diberikan melebihi 5 tablet per hari. Tidak direkomendasikan pada anak-anak dibawah umur 12 tahun. e. Asam Mefenamat : dosis awal diberikan 2 kapsul lalu menjadi 1 kapsul setiap 4 jam dan tidak boleh diberikan dengan durasi lebih dari 1 minggu. Tidak direkomendasikan pada anak-anak dibawah umur 14 tahun. f. Ibuprofen : dosis 1-2 tablet setiap 6-8 jam 3 x sehari, tidak boleh diberikan melebihi 6 tablet per hari. Dosis anak (sirup 100 mg/5 ml) dengan berat badan 10 mg/kg setiap 6-8 jam 3 x sehari, tidak boleh diberikan melebihi 1,2 g (60 ml) per hari. g. Paracetamol 500 mg tablet (merk dagang Panadol ) Dosis 1-2 tablet setiap 4-6 jam 4x sehari, tidak boleh diberikan melebihi 8 tablet per hari. Anak-anak (sediaan sirup 120 mg/5 ml atau tablet 120 mg) dengan berat badan mg/kg/dosis setiap 4-6 jam setiap 4x sehari (24).
5 2.3.2 Antibiotik untuk Dentalgia Antibiotik sesuai kemampuannya dibagi menjadi dua, yaitu mekanisme yang mampu untuk membunuh kuman (bakteriosida) dan mekanisme yang dapat menghambat pertumbuhan kuman (bakteriostatika). Antibiotik yang termasuk golongan bakteriosida antara lain Penisilin, Sefalosporin, Aminoglikosida, Kotrimoksazol, Rifampisin, Isoniazid, dan lain-lain. Antibiotik dengan sifat bakteriostatika antara lain Sulfonamida, Tetrasiklin, Kloramfenikol, Eritromisin, Trimetropim, Linkomisin, Klindamisin, Asam Paraminosalisilat, dan lain-lain. Keberhasilan pengobatan, khususnya antibiotik dipengaruhi tindakan pengobatan rasional yang meliputi ketepatan pengobatan, dosis tepat, lama penggunaan yang tepat, serta biaya yang tepat (25). Amoksisilin merupakan obat golongan antibiotik lini pertama yang diberikan pada abses gigi akibat infeksi bakteri Streptococcus spp. atau beberapa bakteri jenis gram negatif lainnya dengan dosis 1 kapsul 250 mg diberikan setiap 3x sehari untuk dewasa dan anak umur 5-18 tahun, dosis untuk anak-anak usia 6 bulan sampai 1 tahun diberikan 62,5 mg setiap 3x sehari, dan untuk usia 1-5 tahun dapat diberikan 125 mg setiap 3x sehari atau dapat diberikan Phenoxymethylpenicillin. Metronidazole tablet 200 mg dan Erythromycin tablet 250 mg diberikan pada pasien dengan kondisi alergi penisilin. Antibiotik lini kedua yang diberikan contohnya seperti Clindamycin 150 mg, Co-amoxiclav tablet 125 mg dan 250 mg, atau Clarithromycin tablet 250 mg (26). Pemberian obat golongan antibiotik tidak dapat dibenarkan apabila diberikan tanpa resep dokter. Permasalahan terkait dengan terapi dentalgia menggunakan antibiotik yang terjadi di negara berkembang adalah berupa penggunaan antibiotik yang masih dilakukan secara tidak bertanggung jawab dan tidak rasional sehingga menyebabkan timbulnya banyak efek samping dan mendorong munculnya bakteri resisten meskipun telah diatur dalam peraturan dan perundang-undangan pemerintah tentang penggunaan antibiotika (27) Terapi Dentalgia secara Nonfarmakologis Beberapa pasien dentalgia umumnya melakukan diagnosa pribadi terhadap
6 penyebab dentalgia dan memperkirakan penanganan yang dilakukan secaraepat dan efisien untuk mengatasi masalah tersebut. Beberapa tindakan tersebut biasanya ditujukan untuk menghilangkan rasa sakit tanpa menggunakan obatobatan, contohnya seperti terapi fisik, terapi psycho-neuroimmunology, dan pengendalian faktor biologis. Tujuan dari terapi fisik adalah inaktivasi titik pemicu nyeri, relaksasi otot, serta rehabilitasi otot. Teknik terapi fisik yang berguna dalam mengobati disfungsi otot dan nyeri yaitu pijat (28). Menyikat gigi penting dilakukan untuk mengontrol plak, mengurangi peradangan gusi, memicu keratinisasi epitel mulut, meningkatkan sirkulasi kapiler gingiva, proliferasi fibroblast, dan mengurangi inflamasi sel serta mampu menghapus hingga 1 mm plak subgingiva namun tidak efektif untuk wilayah interproksimal sehingga metode membersihkan gigi menggunakan tusuk gigi lebih efektif terhadap area tersebut (29). Kompres dingin dengan es yang dibungkus dalam 2 x 2 inci kasa persegi dapat langsung diterapkan pada lokasi mulut yang mengalami dentalgia. Metode ini dapat memberikan bantuan sementara berupa efek mati rasa dari dingin sehingga meredakan rasa nyeri dentalgia (30). Cara lainnya untuk meredakan nyeri yang terasa ketika mengalami dentalgia adalah berkumur air garam. Tindakan ini merupakan tindakan turun temurun yang dilakukan masyarakat ketika merasakan rasa sakit yang menyengat. Tindakan berkumur dengan air garam dilakukan berdasarkan mitos dan kepercayaan bahwa di dalam air garam terdapat antibakteri yang dapat membunuh kuman penyebab dentalgia sehingga nyeri gigi dapat berkurang (11) Tanaman Herbal untuk Dentalgia Tanaman herbal masih digunakan pada zaman sekarang ini oleh beberapa masyarakat dengan anggapan bahwa beberapa jenis tanaman obat mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit tertentu. Pada tahun 2013 tercatat sebanyak 11 tanaman herbal yang dapat digunakan untuk mengatasi dentalgia (31). Tanaman herbal yang secara ilmiah dapat dimanfaatkan untuk membunuh mikroorganisme bakteri pada dentalgia adalah Beluntas (Pluchea indica less), Jarak (Jatropha
7 Curcas L.) (32) dan Cengkeh (Syzygium aromaticum) (33). Herbal yang dapat digunakan sebagai pereda rasa nyeri pada dentalgia contohnya kulit kayu pohon Weru (Albizia procera), akar rumput Blumea fistulosa, serta akar Tapak Liman (Elephantopus scaber) dengan cara dikunyah untuk mendapatkan efek pereda nyeri instan (34) Terapi Operartif Gigi Penyebab dentalgia terkadang tidak dapat ditemukan dengan mudah oleh dokter gigi (idiopatik). Pada kasus tersebut, dokter gigi umumnya akan berupaya untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri dengan berbagai cara seperti meresepkan beberapa jumlah obat. Selebihnya, kegagalan pemberian terapi dentalgia secara farmakologis sangat mungkin dilanjutkan dengan perawatan bagian gigi yang sakit bahkan dapat dilakukan tindakan terhadap gigi (tindakan operatif) seperti cabut gigi (28). Pencabutan gigi dilakukan hanya ketika semua alternatif perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan karena resiko tinggi komplikasi yang dapat ditimbulkan serta prosedur penatalaksanaan yang rumit karena harus melakukan pemeriksaan secara seksama terhadap keadaan gigi, jaringan sekitar gigi, dan kondisi umum pasien sebelum melakukan tindakan. Pencabutan gigi lebih dipilih pasien dengan keyakinan bahwa jika dilakukannya pencabutan terhadap gigi yang sakit maka penyebab dentalgia dapat dihilangkan tanpa disertai kekambuhan kembali terhadap penyakitnya (35). Faktor yang melatarbelakangi pasien dentalgia harus segera diekstraksi antara lain karena terjadinya dempetan antar gigi (supernumerary teeth/crowding teeth), penyakit periodontal kronis, gigi fraktur, gigi yang dapat menyebabkan abses periapikal, gigi dengan karies yang dalam, gigi yang terletak pada garis fraktur, gigi yang mengalami impaksi, ekstraksi untuk tujuan ortodontik, profilaksis, dan prostetik, sebelum perawatan radioterapi pada tumor ganas, serta gigi yang mempunyai sisa akar. Terapi dengan ekstraksi dikatakan berhasil dengan ideal jika dilakukan tanpa disertai rasa sakit, dapat meminimalkan trauma pada jaringan sekitar gigi, serta dapat menyembuhkan secara normal luka
8 pencabutan pasca operasi tanpa menimbulkan permasalahan lain pada pasien (23). Struktur gigi yang rusak akibat karies gigi tidak dapat pulih oleh sendirinya. Terapi konservatif gigi selain ekstraksi bagian yang rusak dari jaringan gigi adalah tambal gigi (tooth-filling) yang dilakukan untuk merekonstruksi gigi dan memulihkan fungsi fungsional dan fisiologis gigi dengan pertimbangan menjaga keutuhan gigi dan mengurangi resiko komplikasi menggunakan bahan komposit yang cocok untuk lingkungan gigi pasien (36). 2.4 Desa Pakembinangun, Daerah Istimewa Yogyakarta Pakembinangun merupakan sebuah desa dengan jumlah penduduk berdasarkan laporan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Yogyakarta pada akhir bulan Desember tahun 2014 adalah jiwa yang terletak di kecamatan Pakem kabupaten Sleman, provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia dengan jumlah 10 padukuhan dintaranya dusun Demen, Duwetsari, Kertadadi, Pakemgede, Pakemtegal, Paraksari, Purwowidari, Sambi, Sempu, dan Sukunan (37). Tabel 2. Pembagian Padukuhan di Desa Pakembinangun No. Padukuhan Nama Dusun No. Padukuhan Nama Dusun 1. Demen 6 Pakemtegal - 1 Demen 2. Tegalsari 1. Banjarsari 7 Purwodadi 1. Duwetsari 2. Purwodadi 2 Duwetsari 2. Padasan 8 Sambi - 3. Padukan. 1. Sambirejo 9 Sempu 1. Balong 2. Sempu 3 Kertodadi 2. Kertodadi 1. Labasan 3. Wonogiri 2. Pakemwinangun 10 Sukunan 4 Paraksari - 3. Pesanggrahan 1. Gambiran 4. Sukunan 5 Pakemgede 2. Kregan 3. Pakemgede
B. Karakteristik Responden
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survey. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai Juli 2015 secara langsung kepada
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sering terjadi dan menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut. Penyakit periodontal yang sering terjadi adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan terutama pada kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Salah satunya adalah penyakit periodontal yang merupakan
Lebih terperinciKomplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi
Komplikasi Diabetes Mellitus Pada Kesehatan Gigi Komplikasi diabetes mellitus pada kesehatan gigi masalah dan solusi pencegahannya. Bagi penderita diabetes tipe 2 lebih rentan dengan komplikasi kesehatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit infeksi bakteri yang sering ditemukan pada orang dewasa, merupakan penyakit inflamasi akibat bakteri pada jaringan pendukung
Lebih terperinciBAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL
BAB 2 LATAR BELAKANG TERAPI AMOKSISILIN DAN METRONIDAZOLE SEBAGAI PENUNJANG TERAPI PERIODONTAL Dasar pemikiran diindikasikannya terapi antibiotik sebagai penunjang perawatan periodontal adalah didasarkan
Lebih terperinci1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel.
1. Mitos: Menyikat gigi beberapa kali sehari merugikan enamel. Fakta: Mungkin saja sebagian mitos ini benar. Biasanya, itu sudah cukup untuk menyikat gigi dua kali sehari, tapi jika Anda memiliki kesempatan
Lebih terperinciKenali Penyakit Periodontal Pada Anjing
Kenali Penyakit Periodontal Pada Anjing Mungkin Anda sudah sering mendengar istilah "penyakit periodontal". Namun, apakah Anda sudah memahami apa arti istilah itu sebenarnya? Kata 'periodontal' berasal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menciptakan hubungan oklusi yang baik (Dika et al., 2011). dua, yaitu ortodontik lepasan (removable) dan ortodontik cekat (fixed).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan alat ortodontik merupakan salah satu perawatan dari kesehatan gigi dan mulut. Perawatan ortodontik merupakan perawatan yang dilakukan di bidang kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, banyak bukti menunjukkan adanya hubungan antara periodontitis kronis dengan sejumlah penyakit sistemik. Infeksi oral kronis seperti periodontitis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koloni bakteri pada plak gigi merupakan faktor lokal yang mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit infeksi kronis rongga mulut dengan prevalensi 10 60% pada orang dewasa. Penyakit periodontal meliputi gingivitis dan
Lebih terperinciDiabetes merupakan faktor resiko periodontitis yang berkembang dua kali lebih sering pada penderita diabetes daripada penderita tanpa diabetes.
PENDAHULUAN Perawatan implan gigi adalah cara yang efisien untuk menggantikan gigi yang hilang. Namun,diabetes dapat dianggap sebagai kontraindikasi perawatan karena tingkat kegagalan sedikit lebih tinggi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan investasi bagi kesehatan seumur hidup seseorang, mengingat fungsi gigi dan mulut yang sangat berpengaruh dalam fungsi pencernaan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analgetik merupakan inhibitor spesifik jalur nyeri dengan mengaktifkan reseptor yang berada pada neuron sensorik dan susunan syaraf pusat(ssp). Obat analgetikyang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Periodontitis adalah inflamasi dan infeksi yang terjadi pada jaringan periodontal dan tulang alveolar penyangga gigi. Periodontitis terjadi apabila inflamasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis merupakan suatu penyakit inflamasi destruktif pada jaringan penyangga gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik, yang menghasilkan kerusakan lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal adalah penyakit yang umum terjadi dan dapat ditemukan pada 90% dari populasi dunia. Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit gigi dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam perkembangan kesehatan anak, salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis sering ditemukan di masyarakat. Penyakit ini dapat menyerang semua orang tidak mengenal usia, golongan dan jenis kelamin. Orang yang sehat dengan kebersihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Periodontitis adalah penyakit radang jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme atau kelompok mikroorganisme tertentu, yang mengakibatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan komponen esensial dari kesehatan secara umum dan sangat mempengaruhi kualitas kehidupan. Kesehatan rongga mulut yang optimal merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal banyak diderita manusia hampir diseluruh dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia penyakit periodontal menduduki peringkat
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan Puskesmas adalah UKGS. UKGS di lingkungan tingkat pendidikan dasar mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar yaitu dari usia 6 sampai 14 tahun,
Lebih terperinciTugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut
Tugas 1 Sistem Pakar Diagnosa Infeksi Gigi dan Mulut Disusun oleh : Noval Agung Prasetyo : 1341177004163 Lidiana Syahrul : 1441177004048 Ratih Dewi Suranenggala : 1441177004054 Desi Wulandari : 1441177004122
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat kedua setelah karies (Amalina, 2011). Periodontitis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit dengan tingkat penyebaran yang luas dalam masyarakat adalah periodontitis. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki peringkat kedua setelah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Permasalahan kesehatan gigi dan mulut pada kehamilan Selama kehamilan ibu membutuhkan asupan zat makanan bergizi.. Apabila ibu hamil tidak rajin kumur dan menggosok gigi maka
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menopause merupakan bagian dari siklus kehidupan alami yang akan dilalui oleh seorang wanita. Menopause merupakan fase terakhir pendarahan haid seorang wanita. Fase ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara keseluruhan karena dapat mempengaruhi kualitas kehidupan termasuk fungsi bicara, pengunyahan dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun. (Situmorang,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal banyak diderita oleh manusia hampir di seluruh dunia. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua dan merupakan penyebab terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut semakin kompleks seiring dengan perkembangan zaman. Epidemiologi masalah kesehatan dan penyakit yang dipelajari dari beberapa populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut masyarakat Indonesia merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius oleh tenaga kesehatan, baik dokter gigi maupun perawat gigi, hal ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan seseorang (Sari & Suryani, 2014). Penyakit gigi dan mulut memiliki
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang penting bagi tubuh manusia. Upaya untuk mencapai kondisi sehat, segala aspek kesehatan harus diperhatikan termasuk kesehatan dan kebersihan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebelum tidur malam, hal itu dikarenakan agar sisa-sisa makanan tidak menempel di
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan gigi dan mulut adalah salah satu masalah kesehatan yang membutuhkan penanganan yang berkesinambungan karena memiliki dampak yang sangat luas, sehingga
Lebih terperinciPENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT.
PENTINGNYA OLAH RAGA TERHADAP KEBUGARAN TUBUH, KESEHATAN GIGI DAN MULUT. FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG OLAH RAGA ADALAH SERANGKAIAN GERAK TUBUH YANG TERATUR DAN TERENCANA SERTA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. nyeri mulut dan nyeri wajah, trauma dan infeksi mulut, penyakit periodontal,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mulut mempunyai pengaruh besar dalam asupan gizi dan perlindungan dari infeksi mikroba sehingga menjaga kesehatan gigi dan mulut merupakan hal penting karena berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan satu dari dua penyakit rongga mulut terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa 10-15 % populasi di dunia menderita
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang penting di kehidupan manusia. Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda, Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu, yaitu nikmat sehat
Lebih terperinciBAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai
BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut masih menjadi masalah kesehatan utama yang banyak diderita oleh masyarakat di Indonesia. Berdasarkan data dari SKRT (Survei Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kanker adalah penyakit keganasan yang ditandai dengan pembelahan sel yang tak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk menyerang jaringan lainnya, baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan cara selalu menjaga kebersihan gigi dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. 1 Gigi dan mulut dikatakan sehat apabila memiliki
Lebih terperinciGIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H. Awal saputra. EVy ChRISTIANA SIBAGariang. Murti ningsih. Niwa hafrina. Yona al izz iffah talca
GIGI SUSU DAN GIGI PERMANEN D I S U S U N O L E H Awal saputra EVy ChRISTIANA SIBAGariang Murti ningsih Niwa hafrina Yona al izz iffah talca GURU PEMBIMBING: Drg.Masra Roesnoer,M.Kes UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
Lebih terperinciDry Socket Elsie Stephanie DRY SOCKET. Patogenesis Trauma dan infeksi adalah penyebab utama dari timbulnya dry soket.
DRY SOCKET Definisi Dry Socket adalah suatu kondisi hilangnya blood clot dari soket gigi. Komplikasi yang paling sering terjadi, dan paling sakit sesudah pencabutan gigi adalah dry socket. Setelah pencabutan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang kemudian, secara normal, terjadi setiap bulan selama usia reproduktif.
17 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Walaupun perempuan, umumnya, memiliki umur harapan hidup (UHH) lebih tinggi daripada pria, mereka menghadapi masalah kesehatan yang lebih rumit. Secara kodrati, perempuan mengalami
Lebih terperinciBAB III ANALISA DAN PERANCANGAN
22 BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1. Representasi Pengetahuan Sistem pakar untuk penyakit Gigi dan mulut membutuhkan basis pengetahuan dan mesin inferensi untuk mengetahui gejala yang terjadi pada penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring kemajuan zaman, kebutuhan dan minat akan perawatan ortodonsi pada saat ini semakin meningkat. Ortodonsi adalah cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari pertumbuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan pendukung gigi (Daliemunthe, 2001) yang terdiri dari gingiva, tulang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan periodontal secara umum merupakan tempat tertanamnya gigi dan pendukung gigi (Daliemunthe, 2001) yang terdiri dari gingiva, tulang alveolar, ligamen periodontal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (D = decayed (gigi yang karies), M = missing (gigi yang hilang), F = failed (gigi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang paling sering ditemui dalam kesehatan gigi dan mulut yaitu karies gigi dan penyakit periodontal. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu bagian terpenting dari hidup setiap manusia. Kebanyakan orang baru mulai menyadari betapa pentingnya kesehatan disaat mereka sudah mulai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan mulut merupakan hal yang sangat penting dan berpengaruh pada kesehatan umum dan kualitas hidup (WHO, 2012). Kesehatan gigi dan mulut sering kali menjadi prioritas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsep penggunaan bahan kimia untuk perawatan dalam rongga mulut telah diterapkan dalam bidang kedokteran gigi sejak ratusan tahun yang lalu. Pierre Fauchard
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. rongga mulut yang buruk sering mengakibatkan akumulasi plak sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan gigi dan mulut adalah hal penting untuk dijaga karena mulut merupakan salah satu organ bagi tempat masuknya makanan yang menjadi sumber nutrisi dan energi
Lebih terperinciPENYAKIT PERIODONTAL PENGERTIAN
PENYAKIT PERIODONTAL Pengertian Klasifikasi Gejala Klinis Etiologi Pencegahan Perawatan PENGERTIAN Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai penyangga gigi, terdiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan sosialnya (Monica, 2007). Perawatan ortodontik merupakan salah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Estetika merupakan salah satu tujuan dalam perawatan ortodontik dimana seseorang dapat memperbaiki estetika wajah yang berharga dalam kehidupan sosialnya (Monica,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut di Indonesia menjadi perhatian khusus karena termasuk dalam sepuluh besar yang tersebar di berbagai daerah (Dewanti, 2012). Penyakit
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit rongga mulut dengan prevalensi yang masih tinggi di dunia. Menurut WHO tahun 2006, prevalensi penyakit periodontal
Lebih terperinciPERAWATAN INISIAL. Perawatan Fase I Perawatan fase higienik
11/18/2010 1 PERAWATAN INISIAL Perawatan Fase I Perawatan fase higienik Tahap Pertama serangkaian perawatan periodontal untuk : Penyingkiran semua iritan lokal penyebab inflamasi Motivasi dan instruksi
Lebih terperinciGARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar)
JUDUL MATA KULIAH : Periodonsia I NOMOR KODE/ SKS : PE 142/ 2 SKS GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (Rencana Kegiatan Belajar Mengajar) A. DESKRIPSI SINGKAT : Mata Kuliah ini membahas mengenai pengenalan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Peridontal Periodonsium secara harfiah artinya adalah di sekeliling gigi. Periodonsium terdiri dari jaringan-jaringan yang mengelilingi gigi yaitu: 14 1. Gingiva Gingiva
Lebih terperinciPendahuluan. Bab Pengertian
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Pengertian Nyeri dento alveolar yang bersifat neuropatik merupakan salah satu kondisi nyeri orofasial dengan penyebab yang hingga saat ini belum dapat dipahami secara komprehensif.
Lebih terperinciBAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL. Dalam bab ini akan dibahas bakteri-bakteri patogen yang terlibat dan berbagai cara
BAB 2 PERAN BAKTERI DALAM PATOGENESIS PENYAKIT PERIODONTAL Penyakit periodontal dapat didefenisikan sebagai proses patologis yang mengenai jaringan periodontal. 2 Bentuk umum dari penyakit ini dikenal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan suatu keadaan patologis pada jaringan pendukung gigi. Penyakit periodontal secara luas diyakini sebagai masalah kesehatan utama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gingivitis merupakan suatu penyakit berupa kelainan pada gingiva yang dapat menyebabkan perdarahan disertai pembengkakan, kemerahan, eksudat, perubahan kontur normal.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinciPERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang
PERIODONTITIS Definisi Periodontitis merupakan penyakit inflamasi pada jaringan pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik atau sekelompok mikroorganisme tertentu, menghasilkan destruksi
Lebih terperinciBab 2 TINJAUAN PUSTAKA
Bab 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peran Ibu dalam Kesehatan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi pembentukan kepribadian anak. Dalam hal ini, peranan ibu sangat menentukan dalam mendidik
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi Program Implementasi adalah tahap suatu sistem siap untuk dijalankan atau diterapkan ke kondisi yang sebenarnya. Pada tahap implementasi ini akan diketahui apakah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. insisif, premolar kedua dan molar pada daerah cervico buccal.2
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipersensitivitas dentin merupakan salah satu masalah gigi yang paling sering dijumpai. Hipersensitivitas dentin ditandai sebagai nyeri akibat dentin yang terbuka jika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis kronis, sebelumnya dikenal sebagai periodontitis dewasa (adult periodontitis) atau periodontitis dewasa kronis (chronic adult periodontitis), adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini karies gigi masih merupakan penyakit utama di bidang kesehatan gigi dan mulut. Karies adalah salah satu masalah kesehatan rongga mulut yang dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi dan mulut. Kebanyakan masyarakat
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu masalah di Indonesia yang perlu diperhatikan adalah masalah kesehatan, terutama masalah kesehatan gigi mulut. Kebanyakan masyarakat Indonesia meremehkan masalah
Lebih terperinciPERAWATAN PERIODONTAL
PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL PERAWATAN EMERJENSI PERIODONTAL: Perawatan kasus periodontal akut yg membutuhkan perawatan segera Termasuk fase preliminari Kasus : Abses gingiva Abses periodontal akut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komplikasi yang sering terjadi pasca prosedur dental adalah infeksi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prosedur dental yang invasif sering diikuti dengan berbagai macam komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor dan tidak semua dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masih merupakan masalah di masyarakat (Wahyukundari, 2009). Penyakit
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit periodontal merupakan penyakit yang diderita oleh banyak manusia di dunia dan mencapai 50% dari jumlah populasi dewasa. Di Indonesia, penyakit periodontal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia harapan hidup perempuan Indonesia semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut sensus penduduk tahun 2000 oleh Badan Pusat Statistik, usia harapan hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 2011, prevalensi karies di wilayah Asia Selatan-Timur mencapai 75-90% pada anakanak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan secara keseluruhan dan tidak bisa saling dipisahkan. Masalah yang timbul pada kesehatan gigi dan mulut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies merupakan masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2004,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Jumlah perokok di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar 2013, perokok aktif mulai dari usia 15 tahun ke
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah. akar gigi melalui suatu reaksi kimia oleh bakteri (Fouad, 2009), dimulai dari
I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Infeksi saluran akar adalah suatu penyakit yang disebabkan salah satunya oleh bakteri yang menginfeksi saluran akar. Proses terjadinya kerusakan saluran akar gigi
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
LAPORAN KASUS PULPITIS REVERSIBLE Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Gigi dan Mulut RSUD Dr. Adhyatma, MPH Tugurejo Semarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan mulut yang buruk memiliki dampak negatif terhadap tampilan wajah,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut yang sehat berarti memiliki gigi yang baik dan merupakan bagian integral dari kesehatan umum yang penting untuk kesejahteraan. Kesehatan mulut yang buruk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rongga mulut manusia tidak pernah terbebas dari bakteri karena mengandung mikroba normal mulut yang berkoloni dan terus bertahan dengan menempel pada gigi, jaringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi adalah suatu penyakit yang tidak kalah pentingnya dengan penyakit lain, karena karies gigi dapat mengganggu aktifitas seseorang dalam melaksanakan tugasnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi
BAB I PENDAHULUAN A. Analisis Situasi Dewasa ini penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah penyakit jaringan penyangga gigi dan penyakit karies gigi (Departemen Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mulut merupakan tempat yang ideal untuk tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme karena mulut memiliki kelembaban serta memiliki asupan makanan yang teratur. Mikroba
Lebih terperinciSakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke
Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Jangan mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Salah-salah, penyakit lain pun menyerang Masih ingat pelawak Leysus? Ya, ia meninggal Selasa (3/1/06) lalu
Lebih terperinciSumber: dimodifikasi dari Wagner et al.
Komplikasi Odontektomi Odontektomi tergolong minor surgery, namun tetap mengandung risiko. Komplikasi dapat timbul pada saat dan setelah pembedahan, akibat faktor iatrogenik. Odontektomi dengan tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gingivitis adalah peradangan pada gingiva, yang merupakan suatu respon imunitas gingiva yang salah satu penyebabnya adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambir adalah ekstrak kering dari ranting dan daun tanaman Uncaria gambir (Hunter) Roxb. Tanaman ini merupakan komoditas utama Provinsi Sumatera Barat. Sekitar 80%
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gigi dan mulut yang paling umum diderita, dan menggambarkan masalah
10 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan gigi dan mulut masih menjadi permasalahan yang butuh perhatian serius di beberapa negara maju maupun negara berkembang termasuk Indonesia. Karies gigi
Lebih terperinciPENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE. Oleh : Rozario N. Ramandey
PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI PADA PASIEN HIPERTENSI, DIABETES MELLITUS DAN POST STROKE Oleh : Rozario N. Ramandey 200852089 PENCABUTAN GIGI Pencabutan gigi yang ideal pencabutan tanpa rasa sakit satu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan keluarga 1. Pengertian Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung
Lebih terperinciPENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN
PENTINGNYA PERAWATAN GIGI DAN MULUT SELAMA KEHAMILAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Teknologi Informasi dalam Kebidanan yang dibina oleh Nurudin Santoso,ST.,MT. Oleh Indah Maswari Agustin NIM 1302100029
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan suatu masalah kesehatan yang memerlukan penanganan secara komprehensif, karena masalah gigi berdimensi luas serta mempunyai dampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi kesehatan anak secara menyeluruh (Suryani, Putu, N.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan gigi dan mulut memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam proses pencernaan makanan. Untuk itu kesehatan gigi dan mulut anak sangat
Lebih terperinci